BAB 1

80
BAB I PENDAHULUAN Untuk meningkatkan pembangunan nasional, pemerintah dewasa ini terus menggalakkan pembangunan yang mencakup disegala bidang, terutama pembangunan dalam perhubungan. Untuk menghubungkan daerah kota dengan daerah terpencil lainnya segala membutuhkan pembangunan prasarana dan sarana perhubungan yang meliputi pembangunan jalan dan jembatan. Tujuan pembangunan ini dilakukan untuk dapat terwujud jalinan hubungan yang erat dan komunikasi yang baik, sehingga dapat meningkatkan perekonomian yang dan taraf hidup masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Khususnya di propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, pembangunan dalam bidang perhubungan semakin berkembang, ini menunjukkan bahwa angka pertambahan pembangunan semakin meningkat. Konstruksi jembatan tersebut mempunyai panjang bentangan 12,80 m dan lebar lantai kendaraan 6,60 m dengan lebar trotoar kiri dan kanan 2 x 0,70 m.kiri dan kanan jembatan, golongan dalam kelas 2B lantai jembatan terbuat dari beton bertulang denga mutu beton K300 1

description

jh

Transcript of BAB 1

Page 1: BAB 1

BAB I

PENDAHULUAN

Untuk meningkatkan pembangunan nasional, pemerintah dewasa ini terus

menggalakkan pembangunan yang mencakup disegala bidang, terutama

pembangunan dalam perhubungan. Untuk menghubungkan daerah kota dengan

daerah terpencil lainnya segala membutuhkan pembangunan prasarana dan sarana

perhubungan yang meliputi pembangunan jalan dan jembatan. Tujuan

pembangunan ini dilakukan untuk dapat terwujud jalinan hubungan yang erat dan

komunikasi yang baik, sehingga dapat meningkatkan perekonomian yang dan

taraf hidup masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila dan Undang-

Undang Dasar 1945.

Khususnya di propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, pembangunan dalam

bidang perhubungan semakin berkembang, ini menunjukkan bahwa angka

pertambahan pembangunan semakin meningkat.

Konstruksi jembatan tersebut mempunyai panjang bentangan 12,80 m dan

lebar lantai kendaraan 6,60 m dengan lebar trotoar kiri dan kanan 2 x 0,70 m.kiri

dan kanan jembatan, golongan dalam kelas 2B lantai jembatan terbuat dari beton

bertulang denga mutu beton K300 dengan tebal lantai 23 cm, mutu baja U-25

bentang jembatan diletakan diatas pondasi tiang pancang.

Pembebanan yang bekerja pada jembatan dihitung berdasarkan pedoman

perencanaan pembebanan jembatan jalan raya (PPPJJR-1987). untuk analisa

lainnya berdasarkan liturate yang berhubungan dengan perencanaan pondasi tiang

pancang.

Kesimpulan yang diperoleh dalam perencanaan kembali ini antara lain:

Kedalaman pondasi 11 m dan lantai kerja abutmen, pondasi tiang pancang dengan

diameter 40 cm. tulamngan berdiameter 16 dengan jarak pemasangan 15 cm.

1

Page 2: BAB 1

BAB II

DASAR TEORI

Pondasi adalah bagian dari suatu bangunan yang berfungsi meneruskan

beban bangunan tersebut ke tanah dimana bangunan didirikan.

Pondasi tiang pancang biasanya digunakan apabila lapisan tanah keras

berada pada kedalaman 14 meter. Menurut buku karangan Tarzaghi dan

RB.Peck,tahun 1991,dengan judul mekanika tanah dalam Praktek, Rekayasa,jilid

II,dijelaskan bahwa pondasi sumuran lebih besar dari 5 (DF/B > 5). Berdasarkan

penjelasan tersebut, maka untuk memindahkan beban-beban yang berkerja pada

jembatan Kr. Peureugan II Ke atas lapisan tanah keras dipakai pondasi sumuran.

Untuk mencapai sasaran dalam perencanaan pondasi sumuran, pada bab

ini akan dikemukakan beberapa teori dan penggunaan rumus dari beberapa

referensi yang berhubugan dengan perecanaan pondasi sumuran.

2.1 Pembebanan

Beban-beban yang berkerja pada pondasi merupakan beban-beban yang

diteruskan dari bangunan di atasnya. Beban-beban tersebut terdiri dari beban

primer, beban sekunder, beban khusus dan kombinasi pembebanan. Beban-beban

tersebut dihitung berdasarkan pedoman perencanaan pembebanan jembatan jalan

raya ( PPPJR) 1987.

2.1.1 Beban Primer

Beban primer merupakan beban utama dalam perencanaan kontruksi

jembatan. Beban-beban primer terdiri dari beban mati, beban hidup dan beban

kejut. Beban mati adalah semua beban yang berasal dari beban sendiri jembatan

yang terdiri dari berat bangunan bawah. Berat bangunan atas terdiri dari beban

gelagar, berat lantai kendaraan, berat lapisan aspal dan diafragma serta berat

sandara, berat plat injak, berat tembok pengarah, berat aspal diatas plat injak dan

beban pipa pembuang. Dan pada konstruksi bangunan bawah, beban-beban yang

diperhitungkan adalah berat abutment dan berat tanah di atas abutment.

2

Page 3: BAB 1

Beban hidup adalah semua beban yang berasal dari kendaraan-kendaraan yang

bergerak, lalu lintas atau penjalan kaki yang diangaap berkerja diatas konstruksi.

Beban hidup terdiri dari beban T dan D, beban T merupakan beban terpusat dari

lantai kerja yang dihitung berdasarkan beban kendaraan truk roda ganda (dual

wheel load) sebesar 10 ton. Sedangkan beban D merupakan beban yang bekerja

pada jalur lalu lintas yang terdiri dari beban garis ( P ) dan beban terbagi rata ( q )

Beban terbagi rata yang berkerja pada bentang jembatan yang kurang dari 30

meter di tetapkan sebesar :

q = 2,2 t/m…………………………………………………………………….(2.1)

Dimana :

q = beban terbagi rata (t/m)

Perhitungan penggunaan beban D digunakan berdasarkan PPPJR(1987),

yaitu untuk jembatan dengan lebar lantai kendaraan lebih besar dari 5,5 meter,

beban D sepenuhnya (100 %) dibebankan pada jalur tersebut, sedangkan lebar

selebihnya dibebankan setengah (50 %) dari beban D.

Dan lebar jalur sama atau lebih kecil dari 5,5 m, beban D sepenuhnya

dibebankan pada seluruh lebar jembatan, beban hidup yang bekerja di atas trotoar

ditetapkan sebesar 500 kg/m2.

Untuk menghitung besarnya beban kejut yang timbul akibat dari pengaruh

getaran dan pengaruh dinamis lainnya, digunakan persamaan :

k = 1 +

………...(2.2)

Besar Beban Kejut adalah :

K = k x p ………………………………………………………………………(2.3)

Dimana :

K = Koefisien Kejut

L = Panjang Bentang (m)

P = Beban Garis (ton)

3

Page 4: BAB 1

k = Beban Kejut (ton)

2.1.2 Beban Sekunder

Beban sekunder yang mempengaruhi konstruksi pondasi pada jembatan

yang diperhitungkan melewati beban akibat pengaruh tekanan angin, gaya traksi,

gaya rem dan gaya gempa bumi. Beban angin diperhitungkan sebesar 150 kg/m2

yang bekerja tegak lurus dengan sumbu jembatan. Dapat dihitung dengan

persamaan :

W = P x A …………..……………………………………………………(2.4)

Dimana :

W = Besarnya tekanan angin (kg)

P = Beban angin yang bekerja 150 kg/m2

A = Luas bidang yang terkena angin (m2)

Untuk gaya rem yang bekerja pada arah memanjang jembatan setinggi 1,8

m diatas permukaan lantai kendaraan sebesar 5% dari beban D.

Menurut PPPJR (1987), besarnya gaya gempa bumi dapat dihitung dengan

persamaan :

Gh = E x M……………………………………………………….(2.5)

Dimana :

Gh = Gaya akibat gempa bumi (ton)

E = Koefisien gempa

M = Beban mati dari konstruksi (ton)

Besarnya koefisien gempa tergantung dari jenis tanah dan daerah gempa.

4

Page 5: BAB 1

2.1.3 Kombinasi Pembebanan

kombinasi pembebanan dihitung untuk menjaga kemungkinan-

kemungkinan timbulnya pengaruh beban yang ada konstruksi jembatan yang

bekerja pada konstruksi jembatan.

Tabel 2.1.1 Kombinasi Pembebanan :

Kombinasi PembebananTegangan yang digunakan

dalam % terhadap tegangan izin

Kom I M + H + Ta + T

Kom II M + Ta + Ah + Gg + A + Sr + Tm

Kom III Kom I + Rm + Gg + A + Sr + Tm + S

Kom IV M + Gh + Tag + Gg + Ahg + Tu

Kom V + Pi

Kom VI M + H + K + Ta + S + Tb

100 %

125 %

140 %

150 %

130 %

150 %

Sumber : PPPJR SKBI – 1.3.28.1987

Dimana :

A = Beban Mati

Ah = Gaya akibat aliran dan hanyutan

Ahg = Gaya akibat aliran dan hanyutan pada saat terjadi gempa

Gg = Gaya gesek pada tumpuan

(H+K) = Beban hidup dengan beban kejut

M = Beban mati

PI = Gaya-gaya pada waktu pelaksanaan

Rm = Gaya rem

S = Gaya sentrilpugal

Sr = Gaya akibat susut dan rangkak

Tag = Gaya tekan tanah akibat gempa

Tb = Gaya tumbuk

Tu = Gaya angkat

5

Page 6: BAB 1

Ta = Gaya akibat tekanan tanah

Tm = Gaya akibat tekanan suhu

2.2 Analisa Konstruksi Pondasi

Penganalisaan pondasi ini didasari dari bentuk dan ukuran yang telah

dihitung oleh konsultan perencana. Analisa yang dilakukan meliputi analisa

tekanan tanah pada dinding pondasi dan analisa penulangan, baik tulangan

melingkar maupun tulangan vertikal.

2.2.1 Analisa tekanan tanah pada dinding pondasi

Dalam merencanakan pondasi, sering didasarkan atas keadaan yang

meyakinkan tidak terjadinya keruntuhan atau penurunan total. Dalam menghitung

tekanan tanah tersebut diperlukan data berat jenis tanah ( ), nilai kohesi tanah (C)

Dan sudut geser dalam ( ). Jika kita tidak memperoleh data tanah dari

laboratorium, maka dapat memperolehnya dari data CPT. Untuk mengetahui berat

jenis tanah yang berasal dari data CPT dapat dihitung dengan menginterpolasikan

harga N dari tabel penafsiran hasil penyelidikan tanah. Menurut Rankine

(Hary. C. H, 1994), koefisien tekanan tanah pasif diperoleh dengan persamaan :

…………………….……………………………………

(2.6)

…………………….……………………………………

(2.7)

Untuk tekanan tanah aktif pada dasar dinding dapat digunakan persamaan :

Pad = x H x Ka …………….……………………………………(2.8)

Maka besarnya tekanan tanah aktif adalah :

Pa = ½ H2 x x Ka ………..……………………………………..(2.9)

Pada beban terbagi rata besarnya tekanan tanah aktif dinyatakan dalam persamaan

berikut ini :

Pa’ = q x Ka x H …………………………………………………(2.10)

6

Page 7: BAB 1

Dimana :

Ka = Koefisien tanah aktif

Kp = Koefisien tanah pasir

= Sudut geser dalam

Pad = Tekanan tanah aktif pada dinding pondasi (t/m2)

Pa = Tekanan tanah aktif total (t/m2)

Pa’ = Tekanan tanah aktif total (t/m)

H = Kedalaman pondasi (m)

= Jenis tanah (t/m3)

q = Beban terbagi rata (t/m)

Dan untuk menghitung besarnya tekanan tanah pasir total digunakan

persamaan :

Pp = ½ H2 x x Kp …………………………………………….(2.1.1)

Pada beban terbagi rata persamaan yang digunakan untuk tekanan tanah

pasif adalah :

Pp’ = q x Kp x H …………….…………………………………..(2.1.2)

Dimana :

Pp = Tekanan tanah pasif total (t/m)

Pp’ = Tekanan tanah pasif akibat beban terbagi rata (t/m)

2.2.2 Analisa Penulangan

Analisa penulangan pondasi sumuran sangat penting dilakukan agar

kemampuan dan kekokohan penulangan yang direncanakan mampu menerima dan

menyalurkan beban-beban yang bekerja diatasnya dengan baik. Menurut Gideon

Kusumo (1994), penulangan sumuran dapat dilakukan dengan persamaan-

persamaan berikut ini :

7

Page 8: BAB 1

……………………………………………………………………(2.13)

E02 = 1/30 x ht 2 (Jika 2, Diambil 2) …………………………………(2.14)

………………………………………………………………..

(2.15)

………………………………………………….

(2.16)

…………………………….…………………………………..

(2.17)

……………………………………………………………………....

(2.18)

.……………………………………………………………..

(2,19)

………………………………………………………...

(2.20)

………………………………………………………………..

(2.21)

Dimana :

Pu = Beban Rencana (ton)

Mu = Moment Rencana (t.m)

Fc = Mutu Beton (mpa)

e = Eksentrisitas (m)

= Faktor Reduksi Tulangan

Ast = Luas Tulangan Vertikal (cm2)

Ht = Diameter Pondasi

Ag = Luas Pondasi Sumuran (cm2)

8

Page 9: BAB 1

Menurut Cha-Kia Wang (1994), unutk menjamin kekuatan tulangan

melingkar akan melebihi kekuatan selimut beton dan dengan mengambil kekuatan

selimut beton 90 % dari kekuatan inti beton atau 0,75 fc’, kama digunakan

persamaan :

Ps = ……………………………………………...…

(2.23)

Ps = ………………………………………………………………...(2.24)

Asp = As x x (Dc – db) ………………………………………………...(2.25)

Ac = ½ x x Dc2 x S ……………………………………………………(2.26)

Ag = ½ x x D2 …………………………………………………………(2.27)

Dimana :

Ps = Perbandingan antara Volume dari penulangan melingkar dengan volume

dari inti untuk panjang S.

Asp = Volume dari tulangan melingkar (cm3).

Ac = Volume dari inti untuk panjang S (cm2)

Ag = Luas pondasi sumuran (cm2)

Fc = Mutu beton (Mpa)

Fy = Mutu baja tulangan (Mpa)

db = Diameter tulangan melingkar (cm)

Dc = Diameter Inti (cm)

As = Luas tulangan inti (cm2)

S = Jarak antara tulangan melingkar (cm)

Menuru Margaret dan Gunawan (1990), untuk menentukan tebal dinding

sumuran dapat digunakan persamaan :

……...……………………………………..

…(2.28)

Dimana :

9

Page 10: BAB 1

= Tegangan beton (Kg/cm2)

= Tegangan izin beton (kg/cm2)

t = Tebal dinding (cm)

n = Perbandingan elastisitas antara baja dengan beton

A = Luas penampang (cm2)

2.3 Analisa daya dukung pondasi

Daya dukung tanah adalah tekanan maksimum yang dapat dipikul oleh

tanah tanpa terjadinya kelongsoran atau penurunan. Kemampuan daya dukung

tanah dihitung berdasarkan daya dukung izin dan daya dukung terhadap kekuatan

bahan.

2.3.1 Daya Dukung Tanah Berdasarkan Data

Menurut Manyerhof (1986), kemampuan daya dukung izin suatu tanah

dihitung dengan mengunakan persamaan :

Tabel 2.3 Faktor Konfersi

FSatuan

SI (m) Fps (ft)

1

2

3

4

0,50

0,08

0,30

0,20

2,5

4,0

1,0

4,0

Sumber : Bowles, 1991 sifat-sifat fisis dan geoteknik tanah

2.3.2 Daya Dukung Tanah Terhadap Kekuatan Bahan

Daya dukung tanah yang dihitung berdasarkan kekuatan dari bahan yang

digunakan sebagai pembentuk pondasi. Menurut Sardjono (1990),besarnya daya

dukung tersebut dihitung dengan menggunakan persamaan:

= b x A .………..….………………………………………..(2.30)

Dimana:

=Daya dukung tanah (kg)

10

Page 11: BAB 1

b =Tegangan izin bahan (kg/m )

A =Luas penampang pondasi (m)

Penampang pondasi dihitung dengan persamaan :

A = Fb x n Fe

Dan

Fb = x x (d12 – d2

2)

Dinama :

Fb = Luas penampang dinding pondasi (m2)

N = Koefisien perbandingan elastisitas

Fe = Luas penampang tulangan (m2)

d1 = Diameter luas pondasi (m)

d2 = Diameter dalam pondasi (m)

2.4 Analisa Stabilitas Konstruksi Pondasi

Stabilitas kontruksi adalah kemampuan konstruksi dalam menahan beban-

beban yanga bekerja diatasnya tanpa mengalami pergeseran guling dan

penurunan. Setiap perencanaan konstruksi harus memperhitungkan stabilitas

kontruksi terhadap beban yang bekerja agar kontruksi yang direncanakan aman

pada tahap pengamanan.

2.4.1 Stabilitas Terhadap Guling

Menurut Margaret dan Gunawan (1990), stabilitas konstruksi terhadap

guling dapat dihitung dengan persamaan :

………………………………………………………..

(2.33)

Mr = Gaya arah vertikal x lengan……………………………………….(2.34)

Mo =- Gaya arah horizontal x lengan …………………………………...(2.35)

Dimana :

Mr = Momen penahan (t.m)

11

Page 12: BAB 1

Mo = Momen guling (t.m)

2.4.2 Stabilitas terhadap geser

Menurut Margaret dan Gunawan (1990), stabilitas konstruksi terhadap geser dapat

dihitung dengan persamaan :

…………………………………………………………....

(2.36)

Fr = R tg + (c x B) + Pp ………………………………………………...(2.37)

Dimana :

Pr = Tegangan geser (t)

PH = Tekanan memanjang (t.m)

R = Besargaya arah reaksi vertikal (t)

B = Lebar Abutment

= Sudut geser

c = Kohesif tanah

Pp = Tekanan tanah pasif

2.4.3 Tegangan kontak

Munurut Margaret dan Gunawan (1990), besarnya tegangan kontak dapat

dihitung dengan persamaan :

………………………………………………..

(2.38)

2.4.4 Penurunan Pondasi

Berdasarkan Ir. Saedjono HS, 1991, penurunan permukaan dapat dihitung

dengan persamaan :

12

Page 13: BAB 1

…………………………………………………………….…

(2.39)

……………………………………………………………….….…

(2.40)

Dimana :

S = Penurunan (cm)

P1 = Tekanan tanah setelah ada bangunan (kg/cm2)

Po = Tekanan tanah sebelum ada bangunan (kg/cm2)

C = Indeks Of Compressibility

P = Nilai konus (kg/cm2)

Besarnya tekanan tanah setelah bangunan selesai dapat dihitung dengan

persamaan:

PI = Po + P ……………………………………………………………(2.41)

P = …………………………………….

(2.42)

q = ………………………………………………………………

(2.43)

Po =

…………………………………………..…(2.44)

13

Page 14: BAB 1

BAB III

PERHITUNGAN BEBAN

3.1 Beban mati

1. PLAT LANTAI

12,80 m

0,23 m 12 2

0,90 m 0,90 m

14

Page 15: BAB 1

6,60 m

Berat plat lantai pias 1 = P x L x T x BJ Beton

= 12,80 m x 6,60 m x 0,23 m x 2,5 t/m³

= 48,576 ton

Berat plat lantai pias 2 = P x L x T x 2 x BJ Beton

= 12,80 m x (½) 0,90 m x 0,07 m x 2 buah x 2,5 t/m³

= 2,016 ton

Maka besar plat lantai

BPL = BPL 1 + BPL 2

= 48,576 ton + 2,016 ton

= 50,592 ton

Maka besar untuk beban plat lantai yang bekerja pada satu abutmen adalah :

Berat plat lantai = ½ x 50,592 t

= 25,296 ton

2. TIANG SANDARAN

15

Page 16: BAB 1

Maka beban tiang sandaran adalah :

Pias 1 = P x L x T x BJ Beton

= 0,55 m x 0,18 m x 0,10 m x 2,5 t/m³

= 0,02425 ton

Pias 2 = A + B / 2 x L x T x BJ Beton

= 0,18 m + 0,23 m / 2 x 0,20 m x 0,10 m x 2,5 t/m³

= 0,0102 ton

Jadi beban tiang sandaran adalah :

Bts = Bts 1 + Bts 2

= 0,02425 ton + 0,0102 ton

= 0,03445 ton x 14 buah

= 0,4823 ton

A . Berat pipa sandaran

Diameter pipa luar = 75 mm

Diameter pipa dalam = 73 mm

Bentangan pipa = 12,10

Jumlah pipa = 4 buah

Volume pipa = (¼ x π x d2 ) – (¼ x π x d2) x bentamg pipa x jumlah x bj pipa

= (¼ x 3,14 x 0,075 m2 ) – (¼ x 3,14 x 0,073 m2) x 12,10 m

x 4 buah x 7,8 t/m³

= (0,0044 m – 0,0041 m) x 12,10 m x 4 buah x 7,8 t/m³

= 0,113 ton

16

Page 17: BAB 1

Maka untuk beban tiang sandaran adalah :

Bpts = Bts + Bps

= 0,4823 ton + 0,113 ton

= 0,5953 ton

Untuk beban pipa dan tiang sandaran yang bekerja pada satu abutment adalah :

Bpts = ½ x Bpts

= ½ x 0,5953

= 0,298 ton

3. TROTOAR

0,25 m

12,80 m

0,70 m

Bt = P x L x T x Bj beton

= 12,80 m x 0,70 m x 0,25 m x 2,5 t/m³

= 5,6 ton x 2 buah

17

Page 18: BAB 1

= 11,2 ton

Beban yang bekerja pada satu abutment adalah :

Bt = ½ x 11,2 ton

= 5,6 ton

4. GELAGAR

0,72 m

12,80 m

0,45 m

Berat gelagar

Bg = P x L x T x Bj Beton

= 12,80 m x 0,45 m x 0,72 m x 2,5 t/m³

= 10,368 ton x 3 buah

= 31,104 ton

Untuk beban yang bekerja pada satu abutment :

Bg = ½ x 31,104 ton

= 15,552 ton

5. DIAFRAGMA

18

Page 19: BAB 1

0,72 m

1,65 m

0,45 m

B diafragma = P x L x T x BJ Beton

= 1,65 m x 0,30 m x 0,45 m x 2,5 t/m³

= 0,557 ton

Beban keseluruhan diafragma adalah :

BD = 0,557 ton x 10 buah

= 5,57 ton

Untuk beban yang bekerja pada satu abutment

B diafragma = ½ x 5,57 ton

= 2,785 ton

6 . Beban abutment

19

Page 20: BAB 1

Pias 1 = P x L x T x Bj beton

= 7,20 m x 0,25 m x 0,20 m x 2,5 t/m³

= 0,9 ton

Pias 2 = P x L x T x Bj beton

= 7,20 m x 0,40 m x 0,75 m x 2,5 t/m³

= 5,4 ton

Pias 3 = P x L x T x Bj beton

=7,20 m x 1,35 m x 0,45 m x 2,5 t/m³

= 10,935 ton

Pias 4 = (1/2 x alas ) x T x P x Bj beton

= (1/2 x 0,40 m) x 0,35 m x7,20 m x 2,5 t/m³

= 1,26 ton

Pias 5 = P x L x T x Bj beton

= 7,20 m x 0,63 m x 0,10 m x 2,5 t/m³

= 1,134 ton

Pias 6 = (1/2 x alas ) x T x P x Bj beton

20

Page 21: BAB 1

= (1/2) x 0,18 m x 0,18 m x 7,20 m x 2,5 t/m³

= 0,292 ton

Pias 7 = P x L x T x Bj beton

= 7,20 m x 0,45 m x 1,30 m x 2,5 t/m³

= 10,53 ton

Pias 8 = P x Luas Alas + Luas bawah / 2 x T x x Bj beton

= 7,20 m x 0,45 m + 2,00 m / 2 x 0,20 m x 2,5 t/m³

= 4,41 ton

Pias 9 = P x L x T x Bj beton

= 7,20 m x 2,00 m x 0,50 m x 2,5 t/m³

= 18 ton

Pias 10 = P x L x T x Bj beton

= 7,20 m x 2,00 m x 0,10 m x 2,5 t/m³

= 3,6 ton

Maka beban keseluruhan abutment adalah :

Aab = jumlah pias 1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 + 7 + 8 + 9 + 10

= 0,9 ton + 5,4 ton + 10,935 ton + 1,26 ton + 1,134 ton + 0,292 ton

+ 10,53 ton + 4,41 ton + 18 ton +3,6 ton

= 56, 461 ton

7.PELAT INJAK

1,50 m

0,35 m 1

2 3 0,10 m

21

Page 22: BAB 1

0,20 m 0,10 m

Pias 1 = P x L x T x Bj beton

= 6,00 m x 1,50 m x 0,25 m x 2,5 t/m³

= 5,625 ton

Pias 2 = P x L x T x Bj beton

= 6,00 m x 0,20 m x 0,10 m x 2,5 t/m³

= 0,3 ton

Pias 3 = ½ x L x T x P x Bj beton

= ½ x 0,10 m x 0,10 m x 6,00 m x 2,5 t/m³

= 0,075 ton

Maka beban total pelat injak

= Pias 1 + pias 2+ pias 3

= 6 ton

8. TEMBOK PENGARAH

22

Page 23: BAB 1

Pias 1 = P x L x T x Bj beton

= 0,40 m x 1,20 m x 0,8 m x 2,5 t/m³

= 0,96 ton

Pias 2 = P x L x T x Bj beton

= 0,34 m x 1,135 m x 0,4 m x 2,5 t/m³

= 0,386 ton

Pias 3 = P x L x T x Bj beton

=0,40 m x 1,20 m x 0,68 m x 2,5 t/m³

= 0,816 ton

Pias 4 = P x L x T x Bj beton

= 0,50 m x 0,40 m x 0,20 m x 2,5 t/m³

= 0,35 ton

Maka volume keseluruhan tembok pengarah adalah :

TP = Tp1 + Tp2 + Tp3 + Tp4

= 2,512 ton

= jumlah total keseluruhan x 2 buah

= 2,512 x 2 buah = 5,024 ton

Untuk beban yang bekerja pada satu beban abutment adalah :

23

Page 24: BAB 1

= 5,024 x ½

= 2,512 ton

9.BEBAN WING WALL

1,30 m

1 0,20 m 1

0,40 m 2 0,20 m 2

0,90 m

3

2,40 m 0,63 m

5 0,35 m 3,00 m

1,00 m 4

6 0,65 m

7 8 0,41 m

24

Page 25: BAB 1

9 0,20 m

1,00 m 0,80 m 0,30 m

Pias 1 = P x L x T x Bj beton

= 0,50 m x 1,30 m x 0,30 m x 2,5 t/m³

= 0,487 ton

Pias 2 = luas atas + luas bawah / 2 x T x P x Bj beton

= 0,50 m + 0,30 m / 2 x 0,20 m x 1,15 m x 2,5 t/m³

= 0,23 ton

Pias 3 = P x L x T x Bj beton

= 0,30 m x 1,15 m x 0,90 m x 2,5 t/m³

= 0,776 ton

Pias 4 = P x L x T x Bj beton

= 0,30 m x 1,15 m x 1,00 m x 2,5 t/m³

= 0,862 ton

Pias 5 = ½ x A x T x P x Bj beton

= ½ x 0,63 m x 0,35 m x 0,30 m x 2,5 t/m³

= 0,083 ton

Pias 6 = P x L x T x Bj beton

= 0,30 m x 0,63 m x 0,65 m x 2,5 t/m³

= 0,307 ton

Pias 7 = ½ x A x T x P x Bj beton

= ½ x 1,00 m x 0,86 m x 0,30 m x 2,5 t/m³

= 0,322 ton

Pias 8 = P x L x T x Bj beton

= 0,30 m x 0,80 m x 0,41 m x 2,5 t/m³

25

Page 26: BAB 1

= 0,246 ton

Pias 9 = ½ x A x T x P x Bj beton

= ½ x 0,80 m x 0,20 m x 0,30 m x 2,5 t/m³

= 0,06 ton

Maka total beban wing wall adalah :

Bww = bww 1 + bww 2 + bww 3 + bww 4 + bww 5 + bww 6 + bww 7

+ bww 8 + bww 9

= 3,373 ton x 2 buah

= 6,746 ton

10 . BEBAN TANAH DIATAS POER

Untuk beban tanah di atas poer adalah :

Pias 1 = P x L x T x Bj Tanah

= 6,6 m x 0,15 m x 1,20 m x 1,75 t/m³

= 2,079 ton

Pias 2 = (A + B / 2) x T x P x Bj Tanah

=( 0,15 m + 0,8 m / 2) x 0,35 m x 6,6 m x 1,75 t/m³

= 1,92 ton

Pias 3 = P x L x T x Bj Tanah

26

Page 27: BAB 1

= 6,0 m x 0,8 m x 1,06 m x 1,75 t/m³

= 9,79 ton

Pias 4 = ½ x A x T x P x Bj Tanah

= ½ x 0,2 m x 0,8 m x 6,6 m x 1,75 t/m³

= 0,924 ton

Pias 5 = (A + B / 2) x T x P x Bj Tanah

= (0,6 m + 0,8 m / 2 ) x 0,18 m x 6,6 m x 1,75 t/m³

= 1,46 ton

Pias 6 = P x L x T x Bj Tanah

= 6,6 m x 1,12 m x 0,8 m x 1,75 t/m³

= 10,35 ton

Pias 7 = ½ x A x T x P x Bj Tanah

= ½ x 0,2 m x 0,8 m x 6,6 m x 1,75 t/m³

= 0,924 ton

Beban keseluruhan

B tanah = Pias 1 + Pias 2 + Pias 3 + Pias 4 + Pias 5 + Pias 6 + Pias 7

= 27,45 ton

11. BEBAN ELESTROMERIK BEARING

0,03 m

0,4 m 0,4 m

Beban Elestromerik Bearing

W = P x L x T x Bj karet X jumlah

= 0,4 m x 0,4 m x 0,03 m x 0,96 m x 3 buah

= 0,014 ton

27

Page 28: BAB 1

12. BEBAN ASPAL

Panjang bentang = 12,80 m

0,06 m

12,80 m

5,04 m

Jadi beban aspal adalah :

BA = P x L x T x BJ aspal

= 12,80 m x 5,04 m x 0,06 m x 2,2 t/m³

= 8,18 ton

Untuk beban aspal yang bekerja pada satu abutment adalah :

BA = ½ x 8,18 ton

= 4,088 ton

Maka beban mati keseluruhan adalah sebagai berikut :

No Beban Mati Berat

1. Plat Lantai 25,296 ton

2. Tiang Sandaran 0,298 ton

3. Trotoar 5,6 ton

4. Gelagar 15,552 ton

5. Diafragma 2,785 ton

6. Abutment 56,461 ton

7. Plat Injak 6 ton

28

Page 29: BAB 1

8. Tembok Pengarah 2,512 ton

9. Wing Wall 6,746 ton

10. Tanah Diatas Poer 27,45 ton

11. Elastromerik Bearing 0,014 ton

12. Beban Aspal

Jumlah

4,088 ton

152,802 ton

29

Page 30: BAB 1

6. TEMBOK PENGARAH

Beban tembok Pengarah :

Pias I = P x L x T x BJ Beton

= 2,5 m x 0,4 m x 0,1 m x 2,5 t/m²

= 0,25 t

Pias II = P x L x T x BJ Beton

= 2,4 m x 0,3 m x 0,05 m x 2,5 t/m²

= 0,09 t

30

Page 31: BAB 1

Pias III = P x L x T x BJ Beton

= 2,5 m x 0,4 m x 0,85 m x 2,5 t/m²

= 2,125 t

Pias IV = P x L x T x BJ Beton

= 2,9 m x 0,6 m x 0,25 m x 2,5 t/m²

= 1,0875 t

Total Tembok Pengarah = 1 + 2 + 3 + 4 ( jumlah pias )

= 3,55 t

Untuk 2 Tembok Pengarah : 3,55 x 2 = 7,1 t

7. ABUTMENT

31

Page 32: BAB 1

Pias I = P x L x T x BJ Beton

= 0,2 m x 9 m x 0,3 m x 2,5 t/m²

= 1,35 t

Pias II = P x L x T x BJ Beton

= 0,4 m x 9 m x 1,1 m x 2,5 t/m²

= 9,9 t

Pias III = P x L x T x BJ Beton

= 1,6 m x 9 m x 0,6 m x 2,5 t/m²

= 21,6 t

Pias IV = ½ x A x T x P x BJ Beton

= ½ x 0,4 m x 0,5 m x 9 m x 2,5 t/m²

= 2,25 t

Pias V = ½ x A x T x P x BJ Beton

= ½ x 0,4 m x 0,5 m x 9 m x 2,5 t/m²

= 2,25 t

Pias VI = P x L x T x BJ Beton

32

Page 33: BAB 1

= 0,8 m x 9 m x 3,8 m x 2,5 t/m²

= 68,4 t

Pias VII = ½ x A x T x P x BJ Beton

= ½ x 9 m x 0,3 m x 1,35 x 2,5 t/m²

= 4,55 t

Pias VIII = ½ x A x T x P x BJ Beton

= ½ x 1,35 m x 0,3 m x 9 m x 2,5 t/m²

= 4,55 t

Pias IX = P x L x T x BJ Beton

= 3,5 m x 9 m x 0,8 m x 2,5 t/m²

= 63 t

Pias X = P x L x T x BJ Beton

= 9 m x 3,5 m x 0,1 m x 2,5 t/m²

= 7,875 t

Maka total Abutment yaitu :

Pias total = P1 + P2 + P3 + P4 + P5 + P6 + P7 + P8 + P9 + P10

= 1,35 + 9,9 + 21,6 + 2,25 + 2,25 + 68,4 + 4,55 + 4,55 + 63 + 7,875

= 185,725 t

33

Page 34: BAB 1

8. WING WALL

Pias I = P x L x T x BJ Beton

= 2,6 m x 0,4 m x 2 m x 2,5 t/m²

= 5,2 t

Pias II = P x L x T x BJ Beton

= 2,6 m x 0,4 m x 0,5 m x 2,5 t/m²

= 1,3 t

Pias III = ½ x A x T x P x BJ Beton

34

Page 35: BAB 1

= ½ x 0,4 m x 0,5 m x 0,4 m x 2,5 t/m²

= 0,1 t

Pias IV = ½ x A x T x P x BJ Beton

= ½ x 1.65 m x 3,3 m x 0,4 m x 2,5 t/m²

= 2, 7225 t

Pias V = P x L x T x BJ Beton

= 1,356 m x 0,4 x 3 m x 2,5 t/m²

= 4,05 t

Pias VI = ½ x A x T x P x BJ Beton

= ½ x 1,35 m x 0,3 m x 0,4 m x 3 m x 2,5 t/m²

= 0,202 t

Maka beban keseluruhan Wing Wall adalah :

= P1 + P2 + P3 + P4 + P5 + P6

=13,574 t

Beban Total = 13,574 t x 2 buah Wing Wall

= 27,149 t

9. BEBAN ELASTOMERIK

35

Page 36: BAB 1

Beban Elastomerik = P x L x T x BJ Karet x 4 buah

= 0,5 m x 0,56 m x 0,05 m x 0,96 x 4 buah

= 0,053 t

10. TROTOAR

36

Page 37: BAB 1

B Trotoar I = P x L x T x BJ Beton

= 20,8 m x 0,81 m x 0,25 m x 2,5 t/m²

= 10,53 t

B Trotoar II = ½ x A x T x P x BJ Beton

= ½ x 0,05 m x 0,25 x 20,8 m x 2,5 t/m²

= 0,325 t

Maka berat total Trotoar = BT 1 + BT 2

= 10,53 t + 0,325 t

= 10,855 t

Ada 2 Trotoar, maka = 10,855 t x 2 buah

= 21,71 t

Untuk beban Trotoar yang bekerja pada satu Abutment adalah :

P Trotoar = ½ x 21,71 t

= 10,855 t

11. PLAT INJAK

37

Page 38: BAB 1

Pias I = P x L x T x BJ Beton

= 6 m x 2,5 m x 0,2 m x 2,5 t/m²

= 7,5 t

Pias II = ½ x A x T x P x BJ Beton

= ½ x 0,09 m x 2,5 t/m²

= 0,0675 t

Beban total Plat Injak adalah :

P total = P1 + P2 + P3

= 7,5 t + 0,3 t + 0,0675 t

= 7,867 t

12. STOP BLOCK

38

Page 39: BAB 1

Pias I = P x L x T x BJ. Beton x 8 Buah

= 0,9 m x 0,25 m x 0,25 m x 2,5 t/m2 x 8

= 1,184

13. BEBAN TANAH DIATAS POOR

39

Page 40: BAB 1

Pias I = P x L x T ( lebar jembatan – tebal wing wall ) x BJ Tanah

= 0,95 m x 2,2 m x ( 9 m – 0,8 m ) x 1,75

= 29,991 t

Pias II = ½ x A x T x BJ Tanah

= ½ x 0,5 m x 0,4 m x ( 9 m – 0,8m ) x 1,75

= 1,26 t

Pias III = P x L x T x BJ Tanah

= 3 m x 1,35 m x ( 9 m – 0,8m ) x 1,75

= 58,117 t

Pias IV = ½ x A x T x BJ Tanah

= ½ x 0,3 m x 1,35 m x ( 9 m – 0,8m ) x 1,75

= 2,905 t

Pias V = ½ x A x T x BJ Beton

= ½ x 1,35 m x 1,08 m x 9 m x 2,5 t/m²

= 16,402 t

Pias VI = P x L x T x BJ Beton

= 0,42 m x 1,35 m x 9 m x 2,5 t/m²

40

Page 41: BAB 1

= 12,757 t

Pias VII = ½ x A x T x BJ Beton

= ½ x 1,35 m x 0,3 m x 9 m x 2,5 t/m²

= 4,556 t

Total beban tanah diatas poor

Beban Pias Total = P1 + P2 + P3 + P4 + P5 + P6 + P7

= 29,991 + 1,26 + 58,117 + 2,905 + 16,402 + 12,757 + 4,556

= 125,988 t

14. BERAT ASPAL

Pengaspalan diatas plat lantai setebal 0,05 m, kemiringan 2%, berat

volume adalah 2,2 t/m.

Maka beban Aspal :

B Aspal = P x L x T x BJ Aspal

= 20,8 m x 6 m x 0,05 m x 2,2 t/m³

41

Page 42: BAB 1

= 13,728 t

Untuk beban aspal yang bekerja pada satu abutment adalah :

B Aspal = ½ x 13,728 t

= 6,864 t

Maka beban mati keseluruhan adalah sebagai berikut :

NO Muatan–muatan Beban ( t )

1 Plat Lantai 40,56

2 Tiang Sandaran 2,103

3 Gelagar 46,488

4 Diafragma 5,13

5 Tembok Pengarah 7,1

6 Abutment 185,725

7 Wing Wall 27,149

8 Elastomerik 0,053

9 Trotoar 10,855

10 Plat Injak 7,867

11 Stop Block 1,184

12 Tanah diatas Poor 125, 988

13 Beban Aspal 6,864

Total 467,066

42

Page 43: BAB 1

a. Beban hidup

1. Beban Terbagi Rata

Jembatan ini memiliki bentang 20,8 m, lebar 7,8 m. Berdasarkan PPPJJR

1987 dan q = 2,2 t/m x 60% untuk jembatan 30 m < L < 60, maka :

Beban terbagi 1 =

=

= 6,24 t

Beban terbagi 2 =

=

= 1,56 t

Maka beban terbagi rata adalah :

q total = BT 1 + BT 2

= 6,24 t + 1,56 t

= 9,36 t

Beban terbagi rata untuk satu bentangan dalam arah memanjang adalah :

D = q total x panjang bentangan

= 9,36 t x 20,8

= 194,7 t

maka beban jalur yang bekerja pada satu abutment adalah

D = ½ x 194,7 t

= 97,35 t

43

Page 44: BAB 1

2. Beban Garis

Jembatan ini memiliki bentang 20,8 m, lebar 7,8 m. Menurut PPPJR

1987 untuk jembatan L < 30, beban garis diambil 12 ton digunakan 70%

P1 = 12 t x 70%

= 8,4

Beban garis 1lajur =

=

= 23,825 m

Beban garis 2 lajur =

= 11,912

Maka beban garis pada bentanga adalah :

Total = BG 1 lajur + BG 2 lajur

= 23,825 + 11,912

= 35,73 t

3. Beban Trotoar Tiang Sandaran

Berdasarkan PPPJJR 1987 konstruksi trotoar diperhitungkan terhadap

beban hidup sebesar 500 kg/m², lebar trotoar 0,5 m, panjang bentang 20,8 m,

beban pada tiang sandaran ditetapkan sebesar 100 kg/m. Yaitu bekerja secara

horizontal setinggi 90 cm dan trotoar digunakan sebesar 60%, beban trotoar tiang

sandaran adalah :

Berat Trotoar = 0,5 t/m² x 20,8 m x 0,5 m x 2 sisi x 60%

= 6,24 t

Berat S = 0,9 m x 20,8 m x 0,1 t/m² x 2 sisi

= 3,744 t

44

Page 45: BAB 1

Maka beban hidup yang bekerja pada trotoar dan tiang sandaran adalah :

Beban TS = BS + Berat Trotoar

= 3,744 t + 6,24 t

= 9,984 t

Total Beban Hidup yang bekerja pada satu abutment :

B x S = ½ x 9,984

= 4,992 t

1. Beban Garis = 35,73

2. Beban Terbagi Rata = 97,34

3. Beban Trotoa dan Sandaran = 4,992

138,062

4. Beban kejut ( K )

Jembatan ini memiliki 20,8 m dan lebar 7,8 m, menurut PPPJJR 1987

beban kejut ( K ) diperoleh :

K =

= 1,28 t

Maka besar beban Kejut adalah :

K = ½ x Koef. Kejut x P. Garis

= ½ x 1,28 x 8,4

= 5,376 t

5. Beban Angin ( A )

45

Page 46: BAB 1

W Lantai = 1,8 m x 20,8 m x 0,100 t/m x 100% = 5,16

W Kendaraan = 2 m x 20,8 m x 0,100 t/m x 100% = 624

W Sandaran = 1 m x 20,8 m x 0,150 t/m x 100% = 3,12

14,976 t

W total = ½ x 14,976 t

= 7,488 t

6. Beban Traksi dan Rem

Berdasarkan beban traksi dan rem diperkirakan 5% dari pada beban D

yang bekerja horizontal dalam sumbu jembatan dengan titik 1,8 dari atas

permukaan lantai.

Untuk Beban Rem adalah : R = 5 % x D

= 0,05 x 194,7 t

= 9,735 t

Maka beban yang bekerja pada satu abutment adalah :

R abutment = ½ x 9,735 t

= 4,86 t

7. Beban Gempa (Gh)

Untuk bangunan jembatan ini koefisien gempa ditentukan 0,14 dengan

beban mati sebesar 473,948 t, maka beban gempa yang bekerja adalah :

Gh = E x Beban Mati

= 0,14 x 467,066 t

= 65,389 t

46

Page 47: BAB 1

8. Beban Geser / Gesek (Gg)

Gaya gesek terjadi pada bangunan atas jembatan pada koefisien beban

gesek antara karet dengan beton. Menurut PPPJJR 1987 berkisar antara ,15 - 0,18.

Pada perencanaan koefisien beban gesek diambil sebesar 0,16.

Gg = Koefisien Gesek x Beban Mati

= 0,16 x 467,066 t

= 74,730 t

b. Tekanan tanah

1. Berat isi Tanah

Berdasarkan kedalaman 16 m, diperoleh dari nilai konus (qc) sebesar 100

kg/cm². Jenis tanah adalah pasir kerikil padat, maka harga N dapat dihitung

berdasarkan tersebut :

Qc = 100 kg/cm²

N = ¼ x 100 kg/cm²

= 25 kg/cm²

22 25 26

47

Page 48: BAB 1

18 ɣ 20

12 =

=

= 19 kg/cm²

= 1,9 t/m³

Jadi, berat jenis tanah (ɣ) adalah 1,9 t/m³

2. Besar Sudut Geser Dalam

22 25 26

30 Ɵ 40

48

Page 49: BAB 1

=

=

30 = 40 120

=

= 37,5°

3. Beban Tekanan Tanah

Untuk mengetahui Tekanan Tanah Aktif digunakan persamaaan

sebagai berikut :

Beban Tekanan Tanah Aktif

a. Koefisien tekanan tanah aktif

K 1 =

=

= 0,24

b. Tekanan tanah aktif pada abutment

P 1 = k 1 x q x 1 x L

= 0,24 x 1 t/m x 5,80 m x 9 m

= 12,528 t

P 2 = ½ x k 1 x x ( 1 2) x L

49

Page 50: BAB 1

= ½ x 0,24 x 1,9 t/m³ x 5,80 m x 9 m

= 69,03 t

P 3 = k 1 x ’x 1 x 2 x L

= 0,24 x 1,9 t/m³ x 5,80 m x 2,9 m x 9 m

= 69,03 t

P 4 = ½ x 1 x ( 2 )2 x x L

= ½ x 5,80 x (2,9)² x 1,9 t/m x 9 m

= 417,052 t

P total = P 1+ P 2 + P 3+ P 4

= 12,528 t + 69,03 t + 69,03 t + 417,052 t

= 567, 64 t

Besarnya momen akibat tekanan tanah adalah :

MP = (P 1 + P 2+ P 3+ P 4) x 9

= (12,528 t + 69,03 t + 69,03 t + 417,052 t ) x 9

= 5108,76 tm

Ƨ = 5108,76 tm

567,64 t

= 9 t

c. Tekanan Tanah Pasif

Koefisien tekanan tanah timbunan

Kp1 =

50

Page 51: BAB 1

=

= 4,11 t

Tekanan tanah pasif pada abutment

Pp1 = Kp1 x x 2

= 4,11 x 1,9 t/m x 2,9 m

= 22,64 t

Pp2 = ½ x Kp1 x x 2

= ½ x 4,11 x 1,9 t/m x 2,9 m

= 11,32 t

Pp total = Pp1 + Pp2

= ( 22,64 t + 11,32 t )

= 33,96 t

MPP = 1/3 x 33,96 t x 2,9 m

= 32,828 tm

Ƨ = 32,828 tm

33,96

= 0,966 t

4. Beban Tekan Tekan

51

Page 52: BAB 1

Tanah yang ditimbun dibelakang dan didepan abutmen menggunakan

material tanah pasir dimana, BJ tanah = 1,7 t/m³ , 37,5° , h = 5,80 m, q = 1 t/m.

K 1 =

=

= 0,24

Ta = ½ x ɣ x h² x Ka x q x h

= ½ x 1,9 t/m x (5,80) 2 x 0,24 x 1 x 5,8 m

= 44,5 t

Beban Tekan Tanah Aktif akibar gempa (TAS)

Taq = Kefisien Gempa x Ta

= 0,14 x 44,5 t

= 6,23 t

52

Page 53: BAB 1

5. Perhitungan Kombinasi Pembebanan

Kombinasi pembebanan pada jembatan dihitung dengan berpedoman

pada PPPJJR 1987, dengan beban yang bekerja sebagai berikut

NO Muatan-muatan Beban (t)

1 Beban Mati (M) 467,066

2 Beban Hidup (H) 138,06

3 Beban Kejut (K) 5,376

4 Beban Tekanan Tanah (Ta) 44,5

5 Beban Angin (A) 7,488

6 Beban Rem (Rm) 4,86

7 Beban Gempa (Gh) 65,389

8 Beban Tekanan Tanah Gempa (TAG) 6,23

9 Beban Gesek (Gg) 74,730

Kombinasi I = M + H + K + Ta + Tu + 100%

= 467,066 t + 138,06 t + 44,5 t + 0 x 100%

= 649,626 t

Kombinasi II = M + Ta + AH + Gg + A + SR + TM + x 125%

= 467,066 t + 44,5 t + 0 + 74,730 t + 7,488 t + 0 + 0 x 125%

53

Page 54: BAB 1

= 593,784 t

Kombinasi III = Kombinasi 1 + RM + Gg + A + SR + TM + S x 140%

= 649,626 t + 4,86 t + 74,730 t + 7,488 t + 0 + 0 + 0 x 140%

= 736,704 t

Kombinasi IV = M + TAG + Gg + Ahg + Tu + 150%

= 467,066 t + 6,23 t + 74,730 t + 0 + 0 x 150%

= 548,026 t

Kombinasi V = M + PI x 130%

= 467,066 t + 0 x 130%

= 467,066 t

Kombinasi VI = M + H + K + Ta + S + Tb x 150%

= 473,94 t + 138,06 t + 5,376 t + 44,5 t + 0 + 0 x 150%

= 665,022 t

Dari keenam perhitungan - perhitungan Kombinasi diatas diambil

yang terbesar untuk beban pada perencanaan pondasi, yaitu Kombinasi III,

sebesar 736,704 t

c. Perhitungan Daya Dukung Tanah

1. Daya Dukung Tanah

Dalam perencanaan digunakan 2 x 6 buah tiang pancang dengan diameter

0.40 m luas tiang pancang adalah :

∆p = Luas tiang x 2 x 4 tiang pancang

= D x 2 x 6 (buah tiang pancang)

= 0,40x 2 x 6

= 4,8 m2

Dari tabel diperoleh:

Ø = 37,5 o Nc = 76,7 Nq = 61,3 Nγ = 71,4

Df = 16 C = 5 (Dari Data Sondir)

54

Page 55: BAB 1

Maka Po = Df x Ɣ

= 16 m x 1,9 t/m2

= 30,4 t/m2

Daya dukung tanah yang dihitung dengan menggunakan metoda Terzhagi

adalah:

qu = 1,3 x C x Nc + Po x Nq + 0,4 x γ x B x Nγ

= (13 x 5 x 76,7) + (30,4t/m3 x 61,3) + (0,3 X 1,9t/m2 x 0,4m x 71,4 )

= 2368,089 t/m3

qa =

= 789,363 t/m2

∆p = ¼ x x D2 x 2 x 6

= ¼ x 3,14 x 0,42 x 2 x 6

= 1,50 m2

Pa = qa x ∆p

= 2368,089 t/m3 x 1,50 m2

= 1184,044 t/m2

Beban yang diterima sebesar :

Beban mati ( M ) = 467,066 t

Beban hidup ( H ) = 138,062 t

Beban kejut ( K ) = 5,376 t +

Total = 610,504 t

Daya dukung tanah terhadap tiang pancang :

A tinag = ¼ x x d2

= ¼ x 3,14 x 402

55

Page 56: BAB 1

= 12,56 m2

K tiang = 2 x x d

= 2 x 3,14 x 40

= 251,2

Berdasakan perhitungan diatas tanah pondasi mampu mendukung berat

daripada jembatan. Daya dukung tanah lebih besar dari beban yang bekerja

pada konstruksi.

Pa > Pk

1184,044 t/m2 > 617,386 t ………………( Aman )

Daya Dukung Terhadap Tekanan Ujung

1. Daya dukung tiang berdasarkan kekuatan tanah

Daya dukung tanah diambil berdasarkan hasil sondir dari kedalaman 0

m, daya dukung yang diperhitungkan adalah daya dukung gesekan dinding

tiang. Daya dukung tiang berdasarkan nilai konus P yaitu : 100 kg/cm2

Direncanakan tiang diameter 40 cm

Qtiang =

=

= 41866,66 kg/cm2

= 41,867

Dan untuk daya dukung tiang gesekan berdasarkan harga (Cleef) rata-

rata, panjang tiang sedalam 16 m disini panjang tiang dibagi dalam 3

bagian maka harga cleef rata-rata sebagai berikut :

0 – 5 =

= 1,016 kg/cm2

5 – 10 =

= 2,48 kg/cm2

56

Page 57: BAB 1

10 –16 =

= 2,233 kg/cm2

Maka :

Qs =

= x (500 x 1,016) + (500 x 2,84) + (600 x 2,233)

= 2768 kg = 2,768 ton

Qult = Qb + Qs

= 41,96 t + 2,768 t

= 44,728 ton

Berat sendiri tiang pancang

B = A x L x γb

= 0.1256 m2 x 14 m x 2.5 t/m3

= 5,024 ton

N = Qult - B

= 44,728 t – 5,024 t

= 39,704 ton

Ptiang = Atiang x

=1256 cm2 x 100 kg/cm2

= 125,60 t

Kontrol = N ≤ P tiang

= 39,704 ≤ 125,60 t (OK)

Jumlah tiang pancang untuk dapat mendukung beban,dihitung dengan

rumus :

N =

57

Page 58: BAB 1

= = 3,75 ≈ 4 buah

Untuk faktor keamanan 2,0 maka,

N = 2,0 x 4

= 8 tiang

Dengan mempertimbangkan faktor keamanan jumlah tiang diambil 8

buah. Penempatan tiang pancang dapat dihitung dengan rumus sebagai

berikut :

S = 2,5 x D

= 2,5 x 0,4 m

= 1 m

Jadi penempatan tiang pancang dengan jarak 1 m yaitu jarak dari as ke as

dimana jarak tersebut merupakan jarak minimum.

2. Daya dukung berdasarkan mutu bahan

Mutu bahan yang digunakan adalah beton K-250

Fc = 20 Mpa

= 200 kg/cm2

Fy = 240 Mpa

= 2400 kg/cm2

Faktor durasi

Tb = 0.65 x 200

= 130 kg/cm2

P = Tb x Atiang

= 130 kg/cm2 x 1256 cm2

58

Page 59: BAB 1

= 163280 kg/ cm2

= 163,28 t

Banyaknya jumlah tiang dapat mendukung beban yang bekerja:

n =

= 2,86 tiang = 3 tiang

Untuk faktor keamanan diambil 2,5 maka :

= n x 2,5

= 4 x 2,5

= 9 tiang = 10 tiang

Maka diambil yan terbesar, yaitu jumlah tiang pancang yang diambil sebesar

adalah : 10 tiang pancang.

-

3. Daya dukung kelompok tiang pancang

Persamaan :

η =1-

Ǿ = Arc tan x

= Arc tan x

= 14,930

Jumlah tiang dalam 1 baris (m) = 5 tiang

Jumlah tiang dalam 1 kolom (n) = 2 tiang

59

Page 60: BAB 1

Jumlah tiang As ke As (s) = 1. untuk baris (m) = 1,60 m

2. untuk kolom (n) = 2,0 m

Syarat (Dirjen Bina Marga)

S > 2,5 D

1,50 > 2,5 (0,40)

1,50 >1.............. (OK)

Untuk penampang (A) = ¼ x x d2

= ¼ x 3,14 x (0,40)2

= 0,1256 m2

Maka :

η = 1

= 1 – 0,854

= 0,146

Besarnya daya dukung kelompok ting berdasarkan daya dukung tanah

Qu = η x n x Qult

= 0,146 x 10 x 44,728

= 65,302 ton

Ternyata daya dukung berdasarkan kekuatan bahan 65,302 t > 44,728 t

yang bekerja pada konstruksi aman.

Qu > Kombinasi maksimum

65,302 t > 44,728 t....................... (AMAN)

d. Perhitungan Penulangan Tiang Pancang

1. Perhitungan tulangan pokok pada tiang pancang

Besar terbagi rata (q) akibat berat sendiri tiang pancang, dengan panjang

16 m dan berdiameter 0.40 m

Mmax = 1/8 q x l2

60

Page 61: BAB 1

Dimana q dapat dihitung dengan persamaan :

Q = 1.2 x Dl + 1.6 + Ll

= (1.2 x 0.1256) +(1,60 + 2.5 t/m3)

= 0,3768 t/m

Maka momen max :

M max = 1/8 x 0,3768 t/m x (16m)2

= 12,0576 tm

Luas tulangan pokok diperlukan dapat dihitung dengan menggunakan

persamaan : ∆s x p x b x d

Nilai ρ berdasarkan nilai K, dihitung dengan menggunakan persamaan :

K =

Nilai d (tinggi efektif diambil 16 mm)

Maka :

K =

= 418,66 t/m2

= 4,18 Mpa

Dari tabel dapat dinilai ρdesign = 0.0158 dan ρmax = 0,323, untuk mengontrol

keamanan yaitu :

Ρmin = 1.4 = = = 0,0058

Ρmin < Ρdesign < Ρmax

0.0058 < 0.0158 < 0.0323 (OK)

Maka As= ρ x b x d

= 0.0158 x 400 mm x 300 mm

= 1896 mm2

Maka tulanagan yang digunakan 4 D 28 A=2463mm2

4 D 28

61

Page 62: BAB 1

2. Perhitungan tulangan extra pada tiang pancang

Berat tiang pancang adalah :

P = π x r2 x Bj x p

= 3.14 x (0.4m) 2 x 16 m x 2.5 t/m2

= 5,024 t

= 5024 kg

Maka hubungan antara berat penumbuk (hummer) dapat dihitung

persamaan :

B = 0.5 x P x 0.6

= 0.5 x 5,024 t x 0.6

= 1,5027 ton

= 1507 kg

Penerunan energi momentum yang timbul akibat tumbukan (hummer) dapat

dihitung dengan persamaan :

E = B x H

= 1,5027 t x 1 m

= 1,5027 t.m

Penurunan tiang pancang :

W =

82881,67 =

82881,67 =

62

Page 63: BAB 1

82881,67 =

. Z = 12056000

Z =

= 0,005 cm

Maka penurunan yang terjadi adalah 0,005 cm

Besarnya tulangan tambahan dikepala tiang pancang akibat pukulan adalah :

R =

=

= 120560 t

Pt =

=

=30140 kg

Luas besi tambahan :

τa =

A = = = 16,292 cm2 = 1629,2 mm2

A tabel = 1963 mm2, maka digunakan besi 4 D 25

Maka luasnya besi tulangan tambahan yang digunakan berdasarkan tabel

4 D 19 dapat dilihat pada lampiran tabel tulangan hal. 47.

4 D 25

63

Page 64: BAB 1

Dapat ditinjau ke diagram tiang pancang hal 45.

BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan pada bab III maka diambil

beberapa kesimpulan antara lain :

4.1 Simpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari hasil perhitungan

perencanaan Pondasi Tiang pancang tersebut antara lain adalah :

1. Tiang pancang yang direncanakan dengan mutu beton fc’= 22,5 Mpa dan

mutu baja fy = 240 Mpa.

Berat untuk perencanaaan dipakai kombinasi III sebesar 152,802 ton

1. Kestabilan konstruksi terhadap pergulingan, pergeseran, tegangan kontak

dan penurunan.

2. Tulangan dengan arah vertikal 4 25 dan tulangan melingkar 16 mm.

4.2 Saran-saran

64

Page 65: BAB 1

Sebaiknya dalam perencanaan pondasi sumuran hendaknya diperoleh data

yang lengkap dan akurat, sehingga mempermudah bagi perencana dalam

perhitungan.

65