BAB 1

10
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah penyakit jantung yang disebabkan penyempitan arteri koroner, mulai dari terjadinya aterosklerosis (kekakuan arteri) maupun yang sudah terjadi penimbunan lemak atau plak (plaque) pada dinding arteri koroner, baik disertai gejala klinis atau tanpa gejala sekalipun (Peter Kabo, 2008:29). Penyakit Jantung Koroner (PJK) masih merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas di dunia. Angka kejadian sindroma koroner akut masih cukup tinggi di Inggris mencapai 150.000 kejadian per tahun dan menyebabkan kematian 33.000 orang per tahun. Profil kesehatan Indonesia tahun 2009 yang dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia menunjukkan bahwa di tahun 2008 penyakit sistem pembuluh darah menempati urutan tertinggi yaitu 11,06% dari seluruh 1

description

bab 1 kti

Transcript of BAB 1

Page 1: BAB 1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah penyakit jantung yang disebabkan

penyempitan arteri koroner, mulai dari terjadinya aterosklerosis (kekakuan arteri)

maupun yang sudah terjadi penimbunan lemak atau plak (plaque) pada dinding

arteri koroner, baik disertai gejala klinis atau tanpa gejala sekalipun (Peter Kabo,

2008:29).

Penyakit Jantung Koroner (PJK) masih merupakan penyebab utama

mortalitas dan morbiditas di dunia. Angka kejadian sindroma koroner akut masih

cukup tinggi di Inggris mencapai 150.000 kejadian per tahun dan menyebabkan

kematian 33.000 orang per tahun. Profil kesehatan Indonesia tahun 2009 yang

dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia menunjukkan bahwa

di tahun 2008 penyakit sistem pembuluh darah menempati urutan tertinggi yaitu

11,06% dari seluruh penyebab kematian di rumah sakit. (Buletin Penelitian RSUD

Dr. Soetomo, 2013)

Hasil penelitian Riskesdas tahun 2013 menunjukkan bahwa Penyakit Jantung

Koroner merupakan penyakit pembuluh darah yang menempati urutan tertinggi

(1,5%) diikuti gagal jantung (0,3%) dan stroke (0,12%). (Riskesdas, 2013).

Penelitian Fabiyo Ismantri tahun 2008-2009 pada pasien dengan Penyakit Jantung

Koroner di RS Binawaluya Jakarta menyatakan bahwa jumlah laki-laki (75,9%)

lebih banyak dari pada perempuan (24,1%). Ini berarti bahwa laki-laki

mempunyai resiko PJK 2-3 kali lebih besar dari perempuan. Kemudian, dari

1

Page 2: BAB 1

2

penelitian Fabiyo Ismantri juga menggambarkan bahwa pasien jantung koroner

paling banyak berusia antara 45-59 tahun. Namun pada usia > 50 tahun, atau pada

saat usia wanita sudah menopause, prevalensi usia penderita Penyakit Jantung

Koroner hampir sama antar alaki-laki dan perempuan.

Di RSUD Dr. Soedono Madiun jumlah penderita Penyakit Jantung Koroner

cenderung meningkat dari tahu ke tahun. Tahun 2010 penderita PJK berjumlah

56 orang, tahun 2011 berjumlah 61 orang dan tahun 2012 berjumlah 66 orang.

(Data Rekam Medik RSUD Dr. Soedono Madiun)

Penyakit Jantung Koroner dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko, salah

satunya adalah stres. Stres merangsang otak mengeluarkan hormon

adenokortikotropik, kortisol, aldosteron, vasoseprin, dan thyroid stimulating

hormon. Apabila substansi-substansi ini meningkat dalam tubuh, maka denyut

jantung akan bertambah cepat dan kuat, terjadi vasokonstriksi pembuluh darah,

kolesterol darah meningkat, gula darah meningkat, dan sel-sel darah cenderung

menggumpal. (Peter Kabo, 2008)

Gaya hidup dengan diet tinggi lemak juga menjadi risiko timbulnya Penyakit

Jantung Koroner. Konsumsi lemak yang berlebih akan menimbulkan plak pada

pembuluh darah. Jika plak tersebut terbentuk di pembuluh darah koroner, maka

semakin lama suplai oksigen ke arteri koroner akan berkurang sehingga akan

muncul nyeri dada yang merupakan salah satu manifestasi klinis dari Penyakit

Jantung Koroner. (Peter Kabo, 2008)

Nyeri dada pada Penyakit Jantung Koroner biasanya diikuti dengan diaforesis

(banyak mengeluarkan keringat), sesak, mual dan muntah, dispnea (sesak), dan

kelemahan. Nyeri dada muncul di daerah midsternal, dapat digambarkan sebagai

Page 3: BAB 1

3

rasa tertekan, diremas, atau penuh. Nyeri dapat menjalar ke rahang, leher, lengan,

atau punggung, dan biasanya berlangsung > 15 menit dengan skala nyeri hingga 8

(nyeri hebat). (Janice Jones, 2009).

Respon fisiologis terhadap nyeri dari saraf simpatik antara lain peningkatan

frekuensi pernapasan, peningkatan frekuensi denyut jantung, vasokonstriksi

perifer, dan peningkatan tekanan darah. Dari respon fisiologis tersebut,

peningkatan denyut jantung dan vasokonstriksi perifer akan meningkatkan beban

jantung yang kemudian akan semakin memperparah serangan. Peningkatan

frekuensi pernapasan akan menyebabkan konsentrasi oksigen dalam darah

berkurang dan konsentrasi karbondioksida akan meningkat, sehingga pemenuhan

kebutuhan oksigen pada sel jantung akan terganggu. (Sigit Nian Prasetyo, 2010)

Respon perilaku yang dilakukan terhadap nyeri antara lain adalah jumlah

gerakan gelisah klien dan gerakan untuk melindungi bagian yang nyeri akan

meningkat. Seorang dewasa yang mengalami nyeri hebat, tubuhnya seringkali

terlihat dalam posisi janin (meringkuk). Posisi yang dilakukan tersebut akan

menurunkan kemampuan ekspansi dada, sehingga usaha inspirasi tidak dapat

optimal. Hal tersebut akan meningkatkan kebutuhan oksigen pasien dengan

serangan nyeri pada Penyakit Jantung Koroner. (Potter & Perry, 2006 : 1523)

Pasien yang sedang mengalami nyeri pada Penyakit Jantung koroner biasanya

akan mengalami kecemasan. Cemas akan meningkatkan frekuensi pernapasan

(hiperventilasi) dan meningkatkan persepsi terhadap nyeri. Hiperventilasi akan

menyebabkan berkurangnya jumlah oksigen yang diambil saat inspirasi dan

semakin meningkatkan kebutuhan oksigenasi pada arteri koroner. Persepsi nyeri

yang meningkat jika berlanjut bisa menyebabkan syok neurogenik yang berbahaya

Page 4: BAB 1

4

bagi pasien dan akan mengganggu proses penyembuhan pasien (S. Andarmoyo,

2013).

Respon nyeri baik yang berupa respon fisiologis, psikologis, maupun perilaku

dapat mengganggu proses penyembuhan pasien, memperparah keadaan pasien,

bahkan sampai menyebabkan kematian pada pasien. Oleh karena itu, penanganan

nyeri pada pasien dengan Penyakit Jantung Koroner perlu dilakukan dengan

segera. Penanganan nyeri pada Penyakit Jantung Koroner berbeda dengan nyeri

lain pada umumnya. Prinsip penatalaksanaan nyeri dada pada pasien dengan

Penyakit Jantung Koroner adalah dengan meningkatkan suplai oksigen

(meningkatkan aliran darah koroner) dan menurunkan kebutuhan oksigen

(mengurangi beban kerja jantung). Hal tersebut dapat diterapkan dengan

pemberian oksigen melalui masker atau kanul oksigen disertai dengan penurunan

frekuensi aktivitas pasien. Penatalaksanaan nyeri Penyakit jantung koroner yang

lain meliputi terapi farmakologis yaitu pemberian obat golongan analgesik

maupun analgesik narkotik untuk mengurangi nyeri. (Kasron, 2012:16).

Peran perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan adalah dengan

tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan mandiri yang bisa dilakukan perawat

adalah pemberian oksigen untuk meningkatkan suplai ke koroner, membatasi

aktivitas pasien dan juga menurunkan respon perilaku terhadap nyeri untuk

menurunkan kebutuhan jantung terhadap oksigen. Pemberian Health Education

pada pasien untuk mengurangi kecemasan juga diperlukan untuk mengurangi

respon nyeri. Hal ini didukung oleh penelitian Alexander Ploghaus, et al. (2001)

yang menyatakan bahwa pemberian informasi tentang penyakit dan informasi

saat melaksanakan prosedur akan meredakan nyeri dengan cara memutus respon

Page 5: BAB 1

5

dari formasi hipocampal yang merupakan penyebab peningkatan respon nyeri.

Selain itu, tindakan kolaboratif dengan tim medis yang dapat dilakukan oleh

perawat adalah pemberian terapi farmakologis sesuai petunjuk tim medis dan

memantau dengan ketat efek samping obat terhadap pasien melalui pemeriksaan

tanda vital, EKG, maupun kesadaran pasien.

Berdasarkan uraian diatas dan mengingat nyeri pada penyakit jantung koroner

serta penanganannya berbeda dengan nyeri pada diagnosa medis yang lain, maka

penulis bermaksud untuk melakukan penelitian terhadap pemenuhan kebutuhan

bebas dari nyeri dada pada pasien dengan kasus penyakit jantung koroner.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasakan uraian dalam latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan

pertanyaan masalah sebagai berikut: Bagaimana perawatan pemenuhan kebutuhan

bebas dari nyeri pada pasien dengan Penyakit Jantung Koroner di RSUD Dr.

Soedono Madiun?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat untuk pemenuhan

kebutuhan bebas dari rasa nyeri pada pasien dengan Penyakit Jantung

Koroner di RSUD Dr. Soedono Madiun

1.3.2 Tujuan Khusus

1) Mengidentifikasi karakteristik gangguan kebutuhan rasa nyaman bebas

dari nyeri pada pasien Penyakit Jantung Koroner di RSUD Dr.

Soedono Madiun.

Page 6: BAB 1

6

2) Mengidentifikasi dan melaksanakan upaya peningkatan pemenuhan

kebutuhan rasa nyaman bebas dari nyeri pada pasien Penyakit Jantung

Koroner di RSUD Dr. Soedono Madiun.

3) Mengevaluasi hasil upaya peningkatan pemenuhan kebutuhan rasa

nyaman bebas dari nyeri pada pasien Penyakit Jantung Koroner di

RSUD Dr. Soedono Madiun.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Dapat menerapkan manajemen keperawatan nyeri dalam hal pemenuhan

kebutuhan bebas nyeri pada pasien Penyakit Jantung Koroner dari teori

yang sudah didapat.

1.4.2 Bagi RSUD Dr. Soedono Madiun

Hasil penelitian dapat bermanfaat untuk penatalaksanaan nyeri pada

Penyakit Jantung Koroner dan dapat dijadikan sebagai bahan masukan

dalam penanganan Penyakit Jantung Koroner dengan nyeri dada di RSUD

Dr. Soedono Madiun.

1.4.3 Bagi Akademi Keperawatan Dr. Soedono Madiun

Dijadikan bahan kajian untuk penelitian selanjutnya dan dapat

dimanfaatkan oleh perpustakaan Akademi Keperawatan Dr. Soedono

Madiun.

1.4.4 Penelitian Selanjutnya

Dapat dijadikan referensi bagi pembaca lain yang ingin mengadakan

penelitian lebih lanjut, baik serupa maupun penelitian yang lebih

kompleks.