Bab 1
-
Upload
nyoman-d-airbud -
Category
Documents
-
view
110 -
download
9
Transcript of Bab 1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainya (NAPZA) atau istilah
yang populer dikenal masyarakat sebagai NARKOBA (Narkotika dan Bahan/ Obat berbahanya)
merupakan masalah yang sangat kompleks, yang memerlukan upaya penanggulangan secara
komprehensif dengan melibatkan kerja sama multidispliner, multisektor, dan peran serta
masyarakat secara aktif yang dilaksanakan secara berkesinambungan, konsekuen dan
konsisten.Meskipun dalam Kedokteran, sebagian besar golongan Narkotika, Psikotropika dan
Zat Adiktif lainnya (NAPZA) masih bermanfaat bagipengobatan, namun bila disalahgunakan
atau digunakan tidak menurut indikasi medis atau standar pengobatan terlebih lagi bila disertai
peredaran dijalur ilegal, akan berakibat sangat merugikan bagi individu maupun masyarakat luas
khususnya generasi muda. Maraknya penyalahgunaan NAPZA tidak hanya dikota-kota besar
saja, tapi sudah sampai ke kota-kota kecil diseluruh wilayah Republik Indonesia, mulai dari
tingkat sosial ekonomi menengah bawah sampai tingkat sosial ekonomi atas.
Dari data yang ada, penyalahgunaan NAPZA paling banyak berumur antara 15–24 tahun.
Tampaknya generasi muda adalah sasaran strategis perdagangan gelap NAPZA. Oleh karena itu
kita semua perlu mewaspadai bahaya dan pengaruhnya terhadap ancaman kelangsungan
pembinaan generasi muda. Sektor kesehatan memegang peranan penting dalam upaya
penanggulangan penyalahgunaan NAPZA. Promotif, Preventif, Terapi dan Rehabilitasi. Peran
penting sektor kesehatan sering tidak disadari oleh petugas kesehatan itu sendiri, bahkan para
pengambil keputusan, kecuali mereka yang berminat dibidang kesehatan jiwa, khususnya
penyalahgunaan NAPZA. Bidang ini perlu dikembangkan secara lebih profesional, sehingga
menjadi salah satu pilar yang kokoh dari upaya penanggulangan penyalahgunaan NAPZA.
Kondisi diatas mengharuskan pula Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan dapat
berperan lebih proaktif dalam upaya penanggulangan penyalahgunaan NAPZA di masyarakat.
1.1 Rumusan Masalah
- Bagaimana aspek medikolegal pada kepemilikan dan pengguna NAPZA?
- Apakah dampak yang ditimbulkan pada penggunaan NAPZA?
- Apakah dampak yang ditimbulkan pengguna terhadap lingkungan sekitar?
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
- Menganalisis aspek medikolegal pada kepemilkan dan pengguna NAPZA
- Menganalisis dampak yang ditimbulkan pada pengguna NAPZA
- Menganalisis dampak yang ditimbulkan pengguna terhdap lingkungan sekitar
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui definisi NAPZA
2. Mengetahui penggolongan NAPZA
3. Mengetahui efek samping NAPZA
4. Mengetahui pemeriksaan penunjang NAPZA
5. Mengetahui terapi dan rehabilitasi NAPZA
1.3 Manfaat
- Referat ini diharapkan dapat menambah informasi tentang NAPZA yang ditinjau dari
aspek medikolegal dan etik.
- Sebagai salah satu tugas bagi dokter muda dalam menyelesaikan kepaniteraan klinik di
Departemen Ilmu Kedokteram Forensik dan Medikologal.
- Mengetahui tujuan khusus yang dituliskan diatas.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 NAPZA
2.1.1 NARKOTIKA :
Menurut UU RI No 22 / 1997, Narkotika adalah: zat atau obat yang berasal dari tanaman atau
bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan,ketergantungan.
Narkotika terdiri dari 3 golongan :
1. Golongan I : Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi
mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Heroin, Kokain, Ganja.
2. Golongan II : Narkotika yang berkhasiat pengobatan, digunakan sebagai pilihan terakhir
dan dapat digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh :
Morfin, Petidin.
3. Golongan III : Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi
dan / atau tujuan pengebangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Codein.
2.1.2 PSIKOTROPIKA :
Menurut UU RI No 5 / 1997, Psikotropika adalah : zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis
bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat
yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku.
Psikotropika terdiri dari 4 golongan :
1. Golongan I : Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan
dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan
sindroma ketergantungan. Contoh : Ekstasi.
2. Golongan II : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalan terapi
dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan
sindroma ketergantungan. Contoh : Amphetamine.
3. Golongan III : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam
terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang
mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Phenobarbital.
4. Golongan IV : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan
dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Diazepam, Nitrazepam
2.1.3 ZAT ADIKTIF LAINNYA :
Yang termasuk Zat Adiktif lainnya adalah : bahan / zat yang berpengaruh psikoaktif diluar
Narkotika dan Psikotropika, meliputi :
1. Minuman Alkohol : mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh menekan susunan
saraf pusat, dan sering menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari – hari dalam kebudayaan
tertentu. Jika digunakan bersamaan dengan Narkotika atau Psikotropika akan memperkuat
pengaruh obat / zat itu dalam tubuh manusia. Ada 3 golongan minuman beralkohol :
a. Golongan A : kadar etanol 1 – 5 % ( Bir ).
b. Golongan B : kadar etanol 5 – 20 % ( Berbagai minuman anggur )
c. Golongan C : kadar etanol 20 – 45 % ( Whisky, Vodca, Manson House, Johny Walker ).
2. Inhalasi ( gas yang dihirup ) dan solven ( zat pelarut ) mudah menguap berupa senyawa
organik, yang terdapat pada berbagai barang keperluan rumah tangga, kantor, dan sebagai
pelumas mesin. Yang sering disalahgunakan adalah : Lem, Tiner, Penghapus Cat Kuku, Bensin.
3. Tembakau : pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat luas di masyarakat.
Dalam upaya penanggulangan NAPZA di masyarakat, pemakaian rokok dan alkohol terutama
pada remaja, harus menjadi bagian dari upaya pencegahan, karena rokok dan alkohol sering
menjadi pintu masuk penyalahgunaan NAPZA lain yang berbahaya.
2.2Toksikologi Forensik
2.2.1 Definisi
Tosikologi forensik adalah salah satu cabang forensik sain, yang menekunkan diri pada
aplikasi atau pemanfaatan ilmu toksikologi dan kimia analisis untuk kepentingan peradilan.
Kerja utama dari toksikologi forensik adalah melakukan analisis kualitatif maupun kuantitatif
dari racun dari bukti fisik dan menerjemahkan temuan analisisnya ke dalam ungkapan apakah
ada atau tidaknya racun yang terlibat dalam tindak kriminal, yang dituduhkan, sebagai bukti
dalam tindak kriminal (forensik) di pengadilan. Hasil analisis dan interpretasi temuan analisisnya
ini akan dimuat ke dalam suatu laporan yang sesuai dengan hukum dan perundangan-undangan.
Menurut Hukum Acara Pidana (KUHAP), laporan ini dapat disebut dengan ”Surat Keterangan
Ahli” atau ”Surat Keterangan”.
Secara umum tugas toksikolog forensik adalah membantu penegak hukum khususnya dalam
melakukan analisis racun baik kualitatif maupun kuantitatif dan kemudian menerjemahkan hasil
analisis ke dalam suatu laporan (surat, surat keterangan ahli atau saksi ahli), sebagai bukti dalam
tindak kriminal (forensik) di pengadilan. Lebih jelasnya toksikologi forensik mencangkup
terapan ilmu alam dalam analisis racun sebagi bukti dalam tindak kriminal, dengan tujuan
mendeteksi dan mengidentifikasi konsentrasi dari zat racun dan metabolitnya dari cairan biologis
dan akhirnya menginterpretasikan temuan analisis dalam suatu argumentasi tentang penyebab
keracunan dari suatu kasus. Menurut masyarakat toksikologi forensik amerika “society of
forensic toxicologist, inc. SOFT” bidang kerja toksikologi forensik meliputi:
- Analisis dan mengevaluasi racun penyebab kematian,
- Analisis ada/tidaknya alkohol, obat terlarang di dalam cairan tubuh atau napas, yang dapat
mengakibatkan perubahan prilaku (menurunnya kemampuan mengendarai kendaraan bermotor
di jalan raya, tindak kekerasan dan kejahatan, penggunaan dooping),
- Analisis obat terlarang di darah dan urin pada kasus penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan obat
terlarang lainnya.
2.2.2 Analisis Forensik
Analisis toksikologi adalah gabungan antara kimia analisis dan ilmu toksikologi. Dalam
prakteknya dan mengacu pada target analisis, maka analisis toksikologi dapat bermuara pada dua
bidang, yaitu analisis toksikologi forensik dan analisis toksikologi klinik.
Kerja utama dari toksikologi forensik adalah melakukan analisis kualitatif maupun kuantitatif
dari racun dari bukti fisik dan menerjemahkan temuan analisisnya ke dalam ungkapan apakah
ada atau tidaknya racun yang terlibat dalam tindak kriminal, yang dituduhkan, sebagai bukti
dalam tindak kriminal (forensik) di pengadilan. Hasil analisis dan interpretasi temuan analisisnya
ini akan dimuat ke dalam suatu laporan yang sesuai dengan hukum dan perundangan-undangan.
Analisis toksikologi klinik adalah analisis kualitatif dan kuantitatif dari suatu toksikan pada
kasus keracunan, yang bertujuan untuk memastikan diagnose klinis, dimana diagnose ini dapat
dijadikan dasar dalam melakukan terapi yang cepat dan tepat, serta lebih terarah, sehingga
ancaman kegagalan pengobatan (kematian) dapat dihindarkan. Dari hasil analisis kualitatif dapat
dipastikan bahwa kasus keracunan adalah memang benar diakibatkan oleh instoksikasi.
Sedangkan dari hasil analisis kuantitatif dapat diperoleh informasi tingkat toksisitas pasien.
Dalam hal ini diperlukan interpretasi konsentrasi toksikan, baik di darah maupun di urin, yang
lebih seksama. Untuk mengetahui tepatnya tingkat toksisitas pasien, biasanya diperlukan analisis
toksikan yang berulang baik dari darah maupun urin. Dari perubahan konsentrasi di darah akan
diperoleh gambaran apakah toksisitas pada fase eksposisi atau sudah dalam fase eleminiasi.
Tubuh mengenal drug sebagai senyawa asing atau xenobiotika. Jika tubuh terpejan oleh
xenobiotika, maka tubuh akan berusaha menghancurkan dan kemudian mengeliminasi senyawa
xenobiotika ini dari dalam tubuh.
Ilmu farmakologi mencangkup ilmu farmakodinamik dan farmakokinetik, sedangkan ilmu
biotransformasi juga dibahas dalam ilmu farmakokinetik. Farmakodinamik adalah bidang ilmu
yang menelaah interaksi xenobiotika dengan reseptor serta mengamati efek (perubahan baik
mental maupun fisik) yang ditimbulkan pada individu diakibatkan interaksi tersebut. Sedangkan
farmakokinetik mempelajari kinetika absorpsi, distribusi dan eliminasi (ekskresi dan
metabolisme) dari xenobiotika. Uraian distribusi dan eleminasi xenobiotika sering diistilahkan
sebagai disposisi xenobiotika. Farmakokinetik dapat juga dipandang suatu bidang ilmu, yang
mengkaji perubahan konsentrasi (kinetika) dari xenobiotika di dalam tubuh organisme sebagai
fungsi waktu. Perubahan konsentrasi xenobiotika ditentukan oleh: dimana dan berapa cepat
xenobiotika diabsorpsi menuju ke sirkulasi sistemik, bagaimana terdistribusi di dalam tubuh
organisme, bagaimana enzim tubuh merubah struktur molekulnya, serta dari mana dan berapa
cepat dieksresi dari dalam tubuh (Mutschler dan Schäfer-Korting, 1997).
2.2.3 Proses Farmakokinetik
Farmakokinetik melibatkan proses invasi (masuknya xenobiotika ke tubuh), trasportasi dan
distribusi (pergerakan xenobiotika di dalam tubuh), serta proses eleminasi (proses hilangnya
xenobiotika dari dalam tubuh). Proses ini semua menentukan efficacy (kemampuan xenobiotika
mengasilkan efek), efektifitas dari xenobiotika, konsentrasi xenobiotika di reseptor, dan durasi
dari efek farmakodinamiknya.
Proses invasi
Proses invasi disebut juga dengan absorpsi, yang ditandai oleh masuknya xenobiotika dari
tempat kontak (paparan) menuju sirkulasi sistemik tubuh. Laju absorpsi xenobiotika ditentukan
oleh sifat membran biologis dan aliran kapiler darah tempat kontak serta sifat fisiko kimia dari
xenobiotika itu sendiri. Pada pemakaian oral (misal sediaan dalam bentuk padat), maka terlebih
dahulu kapsul/tablet akan terdistegrasi, sehingga xenobiotika akan telarut di dalam cairan saluran
pencernaan. Xenobiotika yang terlarut ini akan terabsorpsi secara normal dalam duodenal dari
usus halus dan ditraspor melalui pembuluh kapiler mesenterika menuju vena porta hepatika
menuju hati sebelum ke sirkulasi sistemik.
Tabel 1. Beberapa contoh rute pemakaian obat-obat terlarang
RuteDrugs (Obat-Obat terlarang)Oralcannabinoide, opiate, LSD, meskalin, benzodiazepin,
barbiturate, anti depresan tri-siklik, ecstasyInhalasipelarut-pelarut perangsang (terpentin,
kloroform, eter, dll), alkaloid dengan titik didih yang rendah (nikotin, kokain,
amfetamin)Merokokmarijuana, daun ganja, Crack ”kokain”, metamfetamin, Intravenusheroin,
morfin, kokain, metamfetamin, fensilidin Intranasalkokain, heroin,
methamfetaminDermalfentanyl, nikotin.
Paparan xenobiotika (rute administrasi) dapat melalui oral, inhalasi, topikal, rektal, atau vaginal.
Sedangkan pemasukan xenobiotika langsung ke sirkulasi sistemik (injeksi), dapat dikatakan
bahwa xenobiotika tidak mengalami proses absorpsi. Rute pemakaian obat akan mempengaruhi
onset dari aksi, durasi efek, intensitas dan qualitas efek dari obat. Pada pemakaian intravenus
obat dapat langsung ditranspor ke reseptor, rute pemakaian ini tentunya akan memberikan efek
yang paling maksimum dan onset aksi yang singkat. Namun pemakaian intravenus pada
penyalahgunaan obat terlarang lebih banyak menimbulkan resiko yang berbahanya, oleh sebab
itu pada kasus ini pemakaian melalui inhalasi dan merokok merupakan alternatif yang lebih
poluler dikalangan junkies. Jika drug dihisap melalui hidung atau bersamaan dengan rokok,
maka drug akan sangat cepat terabsorpsi di alveoli paru-paru, dan selanjutnya melalui pembuluh
darah arteri dibawa ke otak. Oleh sebab itu efek akan lebih cepat timbul. Pemakaian ”crack”
(bentuk kokain yang digunakan secara merokok) dengan menghisap akan menimbulkan onset
aksi yang sangat singkat, sehingga intesitas eforia akan cepat tercapai. Demikian juga pada
pemakain heroin secara inhalasi, efek eforia akan relatif sama tercapainya dibandingkan dengan
pemakaian secara intravenus.
Heroin biasanya digunakan dengan cara menguapkan dan kemudian uap dihirup, dengan
merokok, atau injeksi secara intravenus. Setelah heroin sampai di sirkulasi sistemik, maka heroin
sangat cepat menuju otak. Karena sangat cepatnya timbulnya efek pada pemakaian intravenus,
maka rute pemakaian ini sangat digemari oleh para junkis. Namun pemakain ini sangat berresiko
ketimbang pemakaian secara inhalasi atau merokok, karena sering ditemui muncul penyakit
bawaan lain pada pemakaian injeksi, seperti infeksi HIV, hepatitis.
Tansport dan Distribusi
Setelah xenobiotika berada di pembuluh darah, maka bersama-sama darah melalui sirkulasi
sistemik akan ditranspor ke seluruh tubuh, selanjutnya dari sirkulasi sistemik akan terdistribusi
ke berbagai organ dan jaringan.
Transport dapat di kelompokkan ke dalam dua proses utama, yaitu konveksi (transport
xenobiotika bersama aliran darah) dan difusi (transport xenobiotika melalui membran biologis).
Sirkulasi sistemik sangat memegang peranan penting dalam transport xenobiotika antar organ
dan jaringan di dalam tubuh. Sehingga laju peredaran darah di dalam organ atau jaringan juga
akan menentukan kecepatan distribusi xenobiotika di dalam tubuh.
Difusi xenobiotika melalui membran biologis dapat berlangsung melalui berbagai proses, seperti:
difusi pasiv, difusi aktiv, melalui poren dan juga melalui jembatan intraseluler.
Ketika xenobiotika mencapai pembuluh darah, maka bersama darah melalui sirkulasi sistemik
siap untuk didistribusikan ke reseptor dan ke seluruh tubuh. Untuk memudahkan memahami
sejauh mana suatu xenobiotika terdistribusi di dalam tubuh, para ilmuan farmakokinetik
mengumpamakan bahwa xenobitika di dalam tubuh akan terdistribusi di dalam suatu ruang, yang
memiliki sejumlah volume tertentu. Jadi kemampuan suatu xenobiotika untuk terdistribusi di
dalam tubuh dinyatakan sebagai parameter yang disebut dengan volume distribusi.
Terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi proses distribusi dari suatu xenobiotika,
dimana faktor-faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: a) faktor biologis: laju
aliran darah dari organ dan jaringan, sifat membran biologis, dan perbedaan pH antara plasma
dan jaringan; b) faktor sifat molekul xenobiotika: ukuran molekul, ikatan antara protein plasma
dan protein jaringan, kelarutan, dan sifat kimia.
Senyawa yang larut lemak akan lebih mudah terdistribusi ke seluruh jaringan tubuh, sehingga
pada umumnya senyawa lipofil akan mempunyai volume distribusi yang jauh lebih besar
ketimbang senyawa yang hidrofil. Tetra-Hidro-Canabinol (THC) (zat halusinogen dari tanaman
ganja) adalah sangat larut lemak, sehingga THC akan sangat mudah terdistribusi ke seluruh
jaringan dan akan terdeposisi di jaringan lemak, oleh sebab itu THC memiliki volume distribusi
yang relatif besar (4-14 l/kg). Karena kelarutannya yang tinggi, hal itu pun menyebabkan THC
sangat lama tertambat di jaringan lemak, dan ini akan memperlambat laju eliminasi THC. Etanol
(alkohol), senyawa yang bersifat agak hidrofil, sebagian besar terdistribusi di dalam cairan intra-
dan ekstraseluler tubuh. Volume distribusi (Vd) etanol adalah 0,5 l/kg.
Eliminasi
Yang dimaksud proses eliminasi adalah proses hilangnya xenobiotika dari dalam tubuh
organisme. Eliminasi suatu xenobiotika dapat melalui reaksi biotransformasi (metabolisme) atau
ekskresi xenobiotika melalui ginjal, empedu, saluran pencernaan, dan jalur eksresi lainnya
(kelenjar keringan, kelenjar mamai, kelenjar ludah, paru-paru). Jalur eliminasi yang paling
penting adalah eliminasi melalui hati (reaksi metabolisme) dan eksresi melalui ginjal.
Ginjal sangat memegang peranan penting dalam mengekskresi baik senyawa eksogen
(xenobiotika) maupun seyawa endogen, yang pada umumnya tidak diperlukan lagi oleh tubuh.
Proses utama ekskresi renal dari xenobiotika adalah: filtrasi glumerula, sekresi aktiv tubular, dan
resorpsi pasiv tubular. Pada filtrasi glumerular, ukuran melekul memegang peranan penting.
Resorpsi pasiv tubular ditentukan oleh gradien konsentrasi xenobitika antara urin dan plasma di
dalam pembuluh tubuli. Berbeda dengan resorpsi tubular, sekresi tubular melibatkan proses
transport aktiv.
Xenobiotika yang masuk ke dalam tubuh akan diperlakukan oleh sistem enzim tubuh, sehingga
senyawa tersebut akan mengalami perubahan struktur kimia dan pada akhirnya dapat dieksresi
dari dalam tubuh. Proses biokimia ini dikenal dengan reaksi biotransformasi. Biotransformasi
pada umumnya berlangsung di hati dan sebagian kecil di organ-organ lain seperti: ginjal, paru-
paru, saluran pencernaan, kelenjar susu, otot, kulit atau di darah.
Biotransformasi belangsung dalam dua tahap, yaitu reaksi fase I dan fase II. Rekasi fase I
melibatkan reaksi oksidasi, reduksi dan hidrolisis. Sedangkan reaksi fase II adalah pengkopelan
hasil reaksi fase I (metabolit fase I) dengan suatu senyawa endogen. Reaksi fase II disebut juga
reaksi konjugasi.
2.2.4 Peran Toksokinetik dalam Analisis Toksikologi
Toksokinetik melibatkan proses absorpsi, distribusi, dan eliminasi (metaboliesme dan eksresi)
dari xenobiotika di dalam tubuh. Untuk mendekatkan pemahaman peran toksokinetik dalam
tosikologi forensik, pada bahasan ini akan dicoba mengulas sifat toksokinetik opiat (heroin dan
asetilkodein) pada penyalahgunaan heroin illegal. Heroin ilegal diperoleh dengan memasak
opium dengan asam asetat anhidrat. Morfin akan diasetilasi menjadi heroin, asetilasi kodein akan
membentuk asetilkodein.
Merunut balik senyawa induk yang dikonsumsi
Menurut Undang-Undang (UU) no 22 tahun 1997 tentang narkotika (pasal 84 dan 85), tercantum
konsekuensi hukuman yang berbeda bagi pengguna Narkotika (Golongan I, II dan II) secara
ilegal. Bagi pengguna terhadap orang lain (pasal 84) dapat di kenakan hukuman penjaara paling
lama dari 5 sampai 15 tahun, atau dengan denda uang berkisar antara 250 juta rupiah sampai 750
juta rupiah. Menggunakan Narkotika secara ilegal bagi diri sendiri dapat dikenakan hukuman
penjara paling lama dari 1 sampai 4 tahun (pasal 85).
Berdasarkan jalur metabolisme heroin dan asetil kodein (gambar 3), terlihat bahwa, kodein
(narkotika golongan III) akan termetabolisme membentuk morfin (narkotika golongan II).
Demikian juga apabila seseorang telah mengkonsumsi heroin ilegal pada waktu tertentu mungkin
untuk mendeteksi kombinasi yang hampir sama pada penggunaan kodein. Sedangkan menurut
UU no 22 tentang Narkotika, penyalahgunaan narkotika golongan I, II, dan III mempunyai
konsekuensi hukum yang berbeda. Oleh karena itu interpretasi temuan analisis pada
penyalahgunaan narkotika, khususnya merunut balik sumber narkotika yang telah dikonsumsi
adalah mutlak.
Sifat toksokinetik opiat
Melalui reaksi enzimatis deasetilasi dan hidrolisis, hampir 98% dari dosis heroin akan
terdeasetilasi membentuk 6- asetil morfin (6-AM) dan kemudian menjadi morfin. Enzim yang
terlibat dalam reaksi deasetilasi ini dalam deasetilasi heroin adalah serumbutiril-kolinesterase
(BuChE) dan eritrocitasetil-kolinesterase (AChE) (LOCKRIDGE et al. 1980, SALMON et al.
1999), namun pada deasetilasi 6-AM menjadu morfin hanya enzim AChE yang terlibat (Salmon
et al., 1999). Morfin hampir sekitas 60 % melalui enzim Uridin-difosfat-glukuronosilstransferase
(UGT) terglukuronidasi membentuk morfin-3-glukuronida (M3G), dan sekitar 10% membentuk
morfin-6-glukuronida (M6G) (YEH et al. 1977, OSBORNE et al. 1990). Morfin hanya dalam
jumlah yang sangat sedikit melalui enzim sulfotransferasi membentuk morfin-3-sulfat dan
demikian juga melalui enzim okasidasi N-demetilasi membentuk normorfin (Yeh et. al. 1977).
Selanjutnya normofin terkunjugasi dengan asam glukuronat membentik normorfin-6-
glukuronida.
Hambatan dalam merunut balik sumber opiat yang telah dikonsumsi
Sifat toksokinetik (farmakokinetik dan metabolisme) opiat dapat dijadikan landasan untuk
menduga kemungkinan mendeteksi opiat baik di dalam spesimen biologis (darah atau urin) pada
waktu tertentu setelah pemakaian serta hambatan-hambatan yang mungkin muncul dalam
merunut sumber opiat yang telah dikunsumsi (Wirasuta, et al 2002, 2003, 2005). Tabel 2
menggambarkan kemungkinan-kemungkianan senyawa opiat yang dapat dideteksi di darah atau
urin berdasarkan alur metabolismenya (lihat gambar 3).
Tabel 2: Senyawa-senyawa yang mungkin dideteksi di darah atau urin apabila mengkonsumsi
produk tertentu dari opiat
Opiat
KonsumsiHeroin6-AMMorfinMGAcetilkodeinKodeinKGOpium++++“Heroin-ilegal” ++++++
+Morfin++Kodein++++6-AM: 6-Acetilmorfina, MG: Morfin-glukuronid; KG: Kodein-
glucuronid. Di dalam opium terkandung sekitar 8-14% morpfin, 0,5-3% kodein dan alkaloid
lainnya. “Heroin-ilegal” biasanya mengandung acetilkodein sebagai pengotor akibat proses
produksi.
Waktu paruh dari opiat sangat bervariasi (lihat gambar 3), akan ikut juga memberi andil
kesulitan dalam menduga (menginterpretasikan) temuan analisis. Variasi waktu paruh ini dan
perbedaan rentang waktu antara saat mengkonsumsi opiat dan pengambilan sampel berperan
sangat penting dalam menemukan kemungkinan-kemungkinan kombinasi pada deteksi opiat di
darah maupun di urin (Wirasuta 2005).
Karena waktu paruh heroin yang sangat cepat, pada prakteknya (baik pada kasus kematian
karena keracuanan heroin maupun kasus forensik lainnya) sangat tidak mungkin mendeteksi
heroin di sampel darah maupun urin. Demikian halnya dengan 6-AM, akan relativ cepat (t½ = 10-
50 menit) terhidrolisis menjadi morfin. Dari 699 kasus positiv opiat, hanya 3,5%-nya di darah
positiv mengandung 6-AM (Wirasuta et al. 2002). Apabila seseorang telah mengkonsumsi
“heroin-ilegal”, pada fase awal eliminasi adalah mungkin untuk mendeteksi kombinasi dari 6-
AM, morfin, kodein, morfin-glukoronid dan kodein-glukoronid. Apabila retang waktu antara saat
mengkonsumsi “heroin-ilegal” dan pengambilan sampel relativ luas, maka di darah hanya
mungkin menemukan morfin- dan kodein-glukuronida.
Kesimpulan
Secara umum pengetahuan farmakokinetik diperlukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan,
seperti: kapan xenobiotika (obat) tersebut digunakan dan berapa banyak obat tersebut telah
dikunsumsi. Melalui pengetahuan biotransformasi akan dimungkinkan untuk merunut balik obat
apa (parent drug) yang terlah dikonsumsi. Pengetahuan farmakodinamik dapat membantu dalam
menjawab pertanyaan-pertanyaan, seperti: apa efek toksik yang ditimbulkan?, berapa lama efek
toksik tersebut berlangsung?. Secara sederhana farmakokinetik menjawab pertanyaan perlakuan
apa yang diberikan tubuh pada xenobiotika, sedangkan farmakodinamik menjawab pertanyaan
kerja apa yang ditimbulkan oleh xenobiotika terhadap tubuh organisme.
2.3 Penyalahgunaan dan Ketergantungan
2.3.1 Penyebab penyalahgunaan NAPZA
Penyebab penyalahgunaan NAPZA sangat kompleks akibat interaksi antara factor yang terkait
dengan individu, faktor lingkungan dan faktor tersedianya zat (NAPZA). Tidak terdapat adanya
penyebab tunggal (single cause) Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyalagunaan
NAPZA adalah sebagian berikut :agresif dan tak wajar, hubungan dengan kawan terganggu,
sering bolos.
1. Faktor Individu :
Kebanyakan penyalahgunaan NAPZA dimulai atau terdapat pada masa remaja, sebab
remaja yang sedang mengalami perubahan biologik, psikologik maupun sosial yang pesat
merupakan individu yang rentan untuk menyalahgunakan NAPZA. Anak atau remaja
dengan ciri-ciri tertentu mempunyai risiko lebih besar untuk menjadi penyalahguna
NAPZA. Ciri-ciri tersebut antara lain :
- Cenderung membrontak dan menolak otoritas
- Cenderung memiliki gangguan jiwa lain (komorbiditas) seperti Depresi,Ccemas, Psikotik
- Perilaku menyimpang dari aturan atau norma yang berlaku
- Rasa kurang percaya diri (low self-confidence), rendah diri dan memiliki citra diri negatif
- Sifat mudah kecewa, cenderung agresif dan destruktif
- Mudah murung,pemalu, pendiam
-Mudah mertsa bosan dan jenuh
- Keingintahuan yang besar untuk mencoba atau penasaran
- Keinginan untuk bersenang-senang (just for fun)
- Keinginan untuk mengikuti mode,karena dianggap sebagai lambang keperkasaan
- Keinginan untuk diterima dalam pergaulan.
- Identitas diri yang kabur, sehingga merasa diri kurang “jantan”
- Tidak siap mental untuk menghadapi tekanan pergaulan sehingga sulit mengambil keputusan
untuk menolak tawaran NAPZA dengan tegas
- Kemampuan komunikasi rendah
- Melarikan diri sesuatu (kebosanan,kegagalan, kekecewaan,ketidak mampuan, kesepian dan
kegetiran hidup,malu dan lain-lain)
-Putus sekolah
2. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan meliputi faktor keluarga dan lingkungan pergaulan baik disekitar rumah,
sekolah, teman sebaya maupun masyarakat. Faktor keluarga,terutama faktor orang tua yang ikut
menjadi penyebab seorang anak atau remaja menjadi penyalahguna NAPZA antara lain adalah :
a. Lingkungan Keluarga
- Kominikasi orang tua-anak kurang baik/efektif
- Hubungan dalam keluarga kurang harmonis/disfungsi dalam keluarga
- Orang tua bercerai,berselingkuh atau kawin lagi
- Orang tua terlalu sibuk atau tidak acuh
- Orang tua otoriter atau serba melarang
- Orang tua yang serba membolehkan (permisif)
- Kurangnya orang yang dapat dijadikan model atau teladan
- Orang tua kurang peduli dan tidak tahu dengan masalah NAPZA
- Tata tertib atau disiplin keluarga yang selalu berubah (kurang konsisten)
- Kurangnya kehidupan beragama atau menjalankan ibadah dalam keluarga
b. Lingkungan Sekolah
- Sekolah yang kurang disiplin
- Sekolah yang terletak dekat tempat hiburan dan penjual NAPZA
- Sekolah yang kurang memberi kesempatan pada siswa untuk mengembangkan diri secara
kreatif dan positif
- Adanya murid pengguna NAPZA
c. Lingkungan Teman Sebaya
- Berteman dengan penyalahguna
- Tekanan atau ancaman teman kelompok atau pengedar
d. Lingkungan masyarakat/sosial
- Lemahnya penegakan hukum
- Situasi politik, sosial dan ekonomi yang kurang mendukung
3. Faktor Napza
- Mudahnya NAPZA didapat dimana-mana dengan harga “terjangkau”
- Banyaknya iklan minuman beralkohol dan rokok yang menarik untuk dicoba
- Khasiat farakologik NAPZA yang menenangkan, menghilangkan nyeri, menidur-kan,
membuat euforia/fly/stone/high/teler dan lain-lain. Faktor-faktor tersebut diatas memang tidak
selau membuat seseorang kelak menjadi penyalahguna NAPZA. Akan tetapi makin banyak
faktor-faktor diatas, semakin besar kemungkinan seseorang menjadi penyalahguna NAPZA.
Penyalahguna NAPZA harus dipelajari kasus demi kasus.Faktor individu, faktor lingkungan
keluarga dan teman sebaya/pergaulan tidak selalu sama besar perannya dalam menyebabkan
seseorang menyalahgunakan NAPZA. Karena faktor pergaulan, bisa saja seorang anak yang
berasal dari keluarga yang harmonis dan cukup kominikatif menjadi penyalahguna NAPZA.
2.3.2 Deteksi penyalahgunaan NAPZA
Deteksi dini penyalahgunaan NAPZA bukanlah hal yang mudah,tapi sangat penting artinya
untuk mencegah berlanjutnya masalah tersebut. Beberapa keadaan yang patut dikenali atau
diwaspadai adalah :
A. KELOMPOK RISIKO TINGGI
Kelompok Risiko Tinggi adalah orang yang belum menjadi pemakai atau terlibat dalam
penggunaan NAPZA tetapi mempunyai risiko untuk terlibat hal tersebut, mereka disebut juga
Potential User (calon pemakai, golongan rentan). Sekalipun tidak mudah untuk mengenalinya,
namun seseorang dengan ciri tertentu (kelompok risiko tinggi) mempunyai potensi lebih besar
untuk menjadi penyalahguna NAPZA dibandingkan dengan yang tidak mempunyai ciri
kelompok risiko tinggi.
Mereka mempunyai karakteristik sebagai berikut :
1. ANAK :
Ciri-ciri pada anak yang mempunyai risiko tinggi menyalahgunakan NAPZA antara lain :
- Anak yang sulit memusatkan perhatian pada suatu kegiatan (tidak tekun)
- Anak yang sering sakit
- Anak yang mudah kecewa
- Anak yang mudah murung
- Anak yang sudah merokok sejak Sekolah Dasar
- Anak yang sering berbohong,mencari atau melawan tatatertib
- Anak denga IQ taraf perbatasan (IQ 70-90)
2. REMAJA :
Ciri-ciri remaja yang mempunyai risiko tinggi menyalahgunakan NAPZA :
- Remaja yang mempunyai rasa rendah diri, kurang percaya diri dan mempunyai citra diri negatif
- Remaja yang mempunyai sifat sangat tidak sabar
- Remaja yang diliputi rasa sedih (depresi) atau cemas (ansietas)
- Remaja yang cenderung melakukan sesuatu yang mengandung risiko tinggi/bahaya
- Remaja yang cenderung memberontak
- Remaja yang tidak mau mengikutu peraturan/tata nilai yang berlaku
- Remaja yang kurang taat beragama
- Remaja yang berkawan dengan penyalahguna NAPZA
- Remaja dengan motivasi belajar rendah
- Remaja yang tidak suka kegiatan ekstrakurikuler
- Remaja dengan hambatan atau penyimpangan dalam perkembangan psikoseksual
(pemalu,sulit bergaul, sering masturbasi,suka menyendiri, kurang bergaul dengan lawan jenis).
- Remaja yang mudah menjadi bosan,jenuh,murung.
- Remaja yang cenderung merusak diri sendiri
3. KELUARGA
Ciri-ciri keluarga yang mempunyai risiko tinggi,antara lain
- Orang tua kurang komunikatif dengan anak
- Orang tua yang terlalu mengatur anak
- Orang tua yang terlalu menuntut anaknya secara berlebihan agar berprestasi diluar
kemampuannya
- Orang tua yang kurang memberi perhatian pada anak karena terlalu sibuk
- Orang tua yang kurang harmonis,sering bertengkar,orang tua berselingkuh atau ayah menikah
lagi
- Orang tua yang tidak memiliki standar norma baik-buruk atau benar-salah yang jelas
- Orang tua yang todak dapat menjadikan dirinya teladan
- Orang tua menjadi penyalahgunaan NAPZA
2.3.3 Gejala Klinis Penyalahgunaan NAPZA
1. Perubahan Fisik
Gejala fisik yang terjadi tergantung jenis zat yang digunakan, tapi secara umum dapat
digolongkan sebagai berikut :
- Pada saat menggunakan NAPZA : jalan sempoyongan, bicara pelo (cadel), apatis (acuh tak acuh),
mengantuk, agresif,curiga
- Bila kelebihan disis (overdosis) : nafas sesak,denyut jantung dan nadi lambat, kulit teraba dingin,
nafas lambat/berhenti, meninggal.
- Bila sedang ketagihan (putus zat/sakau) : mata dan hidung berair,menguap terus
menerus,diare,rasa sakit diseluruh tubuh,takut air sehingga malas mandi,kejang, kesadaran
menurun.
- Pengaruh jangka panjang, penampilan tidak sehat,tidak peduli terhadap kesehatan dan
kebersihan, gigi tidak terawat dan kropos, terhadap bekas suntikan pada lengan atau bagian
tubuh lain (pada pengguna dengan jarum suntik)
2. Perubahan Sikap dan Perilaku
- Prestasi membolos,pemalas,kurang bertanggung jawab.
- Pola tidur berubah,begadang,sulit dibangunkan pagi hari,mengantuk dikelas atau tempat kerja.
- Sering berpegian sampai larut malam,kadang tidak pulang tanpa memberi tahu lebih dulu
- Sering mengurung diri, berlama-lama dikamar mandi, menghindar bertemu dengan anggota
keluarga lain dirumah
- Sering mendapat telepon dan didatangi orang tidak dikenal oleh keluarga, kemudian menghilang
- Sering berbohong dan minta banyak uang dengan berbagai alasan tapi tak jelaspenggunaannya,
mengambil dan menjual barang berharga milik sendiri atau milik keluarga, mencuri,
mengomengompas terlibat tindak kekerasan atau berurusan dengan polisi.
- Sering bersikap emosional, mudah tersinggung, marah, kasar sikap bermusuhan, pencuriga,
tertutup dan penuh rahasia
Peralatan yang digunakan
Ada beberapa peralatan yang dapat menjadi petunjuk bahwa seseorang mempunyai kebiasaan
menggunakan jenis NAPZA tertentu. Misalnya pada pengguna Heroin, pada dirinya, dalam
kamarnya, tasnya atau laci meja terdapat antara lain :
- Jarum suntik insulin ukuran 1 ml,kadang-kadang dibuang pada saluran air di kamar mandi,
- Botol air mineral bekas yang berlubang di dindingnya,
- Sedotan minuman dari plastik
- Gulungan uang kertas,yang digulung untuk menyedot heroin atau kokain,
- Kertas timah bekas bungkus rokok atau permen karet, untuk tempat heroin dibakar
- Kartu telepon,untuk memilah bubuk heroin,
- Botol-botol kecil sebesar jempol,dengan pipa pada dindingnya.
2.4 Pemeriksaan Laboratorium Napza
Pemeriksaan laboratorium NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) atau lebih
dikenal dengan sebutan Narkoba. Menurut istilah NAPZA adalah zat kimia yang dapat
mengubah keadaan psikologi seperti perasaan, pikiran, suasana hati serta perilaku jika masuk
kedalam tubuh manusia baik dengan cara dimakan, diminum, dihirup, suntik, intravena dll.
Pemeriksaan laboratorium narkoba dibedakan menjadi 2 macam tujuan. Tujuan pertama
pemeriksaan laboratorium narkoba adalah untuk keperluan pro justicia yaitu pemeriksaan untuk
melengkapi data-data yang diajukan ke pengadilan. Pemeriksaan seperti ini dilakukan oleh
institusi terbatas yaitu kepolisian, BNN, Puslabfor dan institusi kesehatan lain yang telah
ditunjuk oleh undang-undang. Tujuan lainnya adalah bersifat non pro justicia yaitu pemeriksaan
narkoba yang biasa dilakukan di lab swasta atau lab rumah sakit umum.
Pemeriksaan narkoba jenis ini bertujuan biasanya untuk seleksi karyawan, penerimaan siswa
baru atau keperluan khusus seperti seseorang yang melakukan pemeriksaan narkoba kepada
anaknya sendiri untuk tujuan pengawasan keluarga. Pemeriksaan narkoba non pro
justicia dilakukan hanya sebagai skrining tes (tes penapisan) yaitu tes awal yang memerlukan
pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikannya (tes konfirmasi).
µ NARKOBA TEST 3 Parameter,DRUG MULTI 3 (AMP,THC,MOP) §
Narkoba test 3 Parameter,Drug Multi 3,Drug Of Abuse,Multi Panel :
Amphetamine(AMP),THC,Morphin(MOP)
Selamat datang di SURYOMEDIKA Distributor alat kesehatan dan laboratorium
product Narkoba test 3 parameter,Drug Multi 3,Multi Panel atau Drug of Abuse.
DRUG ITEMCUTOFF LEVELAmphetamine ( AMP )500 ng/ml in UrineTHC50 ng/ml in
UrineMorphin( MOP )300 ng/ml in Urine
µ NARKOBA TEST 6 PARAMETER,DRUGS 6 PARAMETER,DRUG OF ABUSE(DOA),
MULTI PANEL§
NARKOBA TEST 6 PARAMETER,DRUGS MULTI 6,MULTI PANEL
Amphetamine(AMP),
Methamphetamine(METH),
Cocain(COC),
Morphin(MOP),
THC,
Benzodiazephine(BZO),
DRUG ITEMCUTOFF LEVELAmphetamine ( AMP )500 ng/ml in UrineCocaine
( COC )300 ng/ml in UrineMorphine ( MOP )300 ng/ml in UrineTHC50 ng/ml in
UrineMethamphetamine ( METH )500 ng/ml in UrineBenzodiazepine ( BZO )300 ng/ml in
Urine
Tes Narkoba Lewat Rambut
Jika selama ini masyarakat mengenal tes narkoba melalui urine atau darah. Kini digunakan
metode baru pemeriksaan kandungan narkotika yaitu melalui rambut.
Untuk mengurangi semakin meningkatnya pengguna narkoba di indonesia BNN melakukan
metode baru mendeteksi kandungan narkotika dalam tubuh manusia melalui rambut.
Uji narkoba melalui rambut lebih akurat bila dibandingkan dengan uji lainnya. Jika melalui tes
urin, urin dapat berkurang dan menghilang dalam waktu singkat antara 48 hingga 72 jam karena
pengeluaran secara berkala. Sementara melalui tes rambut penggunaan narkoba dapat terdeteksi
hingga tiga bulan setelah pemakaian.
“Poltak Tobing / kasubdit lingkungan pendidikan BNN
yang kita terdeteksi dari canabis, opium morfin dan lain-lain. keakuratannya jika
pengguna tetap akan menempel dirambut selama 3 bln. ”
Walaupun memiliki keunggulan namun tes narkoba melalui rambut ini juga memiliki
kekurangan. Misalnya waktu yang dibutuhkan dalam mendeteksi kandungan narkotika pada satu
rambut lebih lama yaitu 20 menit. Sementara jika menggunakan urine hanya membutuhkan
waktu 10 menit.
Saat ini sosialisasi tes narkoba melalui rambut terus dilakukan BNN dimulai dari sektor
pemerintahan, swasta, lapas hingga sekolah.
Semakin mudah dan berkembangnya metode pendeteksi kandungan narkotika menjadi suatu
harapan cerah bagi masyarakat indonesia.
Kedepannya diharapkan tes narkoba melalui rambut dapat terus dilakukan sehingga dapat
memberantas penggunaan narkoba di masyarakat.
Parameter narkoba yang biasa di uji di lab antara lain : Golongan Amfetamin (sabu-sabu),
Benzodiazepin, Kokain, Opiat (morphin) dan Ganja (Kanabis / Marijuana).
Bahan pemeriksaan yang digunakan adalah urin (paling banyak digunakan), darah, rambut dan
keringat. Jika seseorang kedapatan mengandung za-zat tersebut didalam urin-nya maka untuk
memastikan apakah orang tersebut pengguna narkoba atau bukan maka harus dilakukan tes
konfirmasi. Hal ini sangat diperlukan mengingat banyak obat-obatan di pasaran bisa
mengganggu tes narkoba ini misalnya jika kita meminum obat flu yang mengandung
zat ephedrine bisa memberikan hasil positif pada tes Amfetamin.
BAB 3
CONTOH KASUS
µ RAFFI AHMAD DITANGKAP: Raffi & Para Artis Negatif Narkoba, Tapi…§28 January 2013 06:29
Sutan Eries Adlin
Raffi Ahmad/Antara
JAKARTA: Badan Narkotika Nasional (BNN) tetap memeriksa 17 orang yang ditangkap
dari rumah artis Raffi Ahmad di kawasan Lebak Bulus, Jakarta Selatan Minggu pagi 04.30 WIB.
“Meskipun lima orang dinyatakan positif, namun sisanya tetap dilanjutkan pemeriksaan,”
kata Kepala Bagian Hubungan Masyarakat (Kabag Humas) BNN, Kombes Pol Sumirat
Dwiyanto di Jakarta, Minggu malam.
Kelima orang ini sudah dipastikan jadi tersangka dan ditahan. Meski begitu, kabarnya Raffi dan
tiga artis Zaskia Sungkar dan suaminya Irwansyah, serta Wanda Hamida, tidak termasuk dalam
daftar lima orang tersangka.
Deputi Pemberantasan BNN Irjen Pol Benny Mamoto menambahkan barang bukti yang
ditemukan di tempat kejadian perkara diantaranya adalah MDMA,. sejenis ekstasi yang sudah
dihancurkan dalam kapsul dan linting ganja.
“Penangkapan ini laporan dari masyarakat di mana yang bersangkutan sering melakukan pesta-
pesta,” kata Benny.
BNN memastikan lima dari 17 orang yang ditangkap dalam penggerebekan di rumah Raffi
Ahmad Minggu dini hari tadi positif menggunakan narkoba.
Menurut Sumirat, BNN telah memastikan dalam penggerebekan di TKP terdapat barang bukti
narkoba berupa dua linting ganja dan empat belas butir kapsul yang diduga berisi ekstasi.
“Setelah mendapat informasi dari masyarakat yang disampaikan kepada BNN maka kami
melakukan penggerebekan kurang lebih pada pukul lima pagi tadi,” kata Sumirat.
Dalam penggerebekan itu, kata Sumirat, empat orang didapati sedang berada di lantai atas,
sementara sepuluh orang lagi di bagian lantai bawah. Sedangkan tiga orang lagi yang baru
datang ketika penggerebekan berlangsung juga ikut ditangkap petugas.
BNN tidak menyebutkan kelima nama orang yang dinyatakan positif menggunakan narkoba
karena proses penyelidikan masih berlangsung.
“Kami masih melakukan pemeriksaan mendalam terhadap barang bukti dan orang yang
diamankan guna mengetahui secara pasti keterlibatan masing-masing,” kata Sumirat.
Sebelumnya disebut-sebut artis Raffi Ahmad, Zaskia Sungkar, Irwansyah, dan Anggota DPRD
DKI Jakarta, Wanda Hamidah termasuk orang yang ditangkap BNN karena terkait dengan kasus
narkoba.
Namun Ayah Zaskia, Mark Sungkar, telah mendatangi kantor BNN untuk mengonfirmasi kabar
Zaskia dan Irwansyah berada di rumah Raffi setelah keduanya pulang syuting.
Hingga berita diturunkan, proses pemeriksaaan terhadap 17 orang yang ditahan masih
berlangsung. Setelah tes urine, BNN juga melakukan penyelidikan terhadap specimen lain dari
ketujuhbelas orang yang ditangkap itu, seperti sampel darah dan rambut. (Antara/ea)
Kronologi penggerebekan dirumah Raffi Ahmad:
01.00 - Raffi Ahmad pulang kerumah di kawasan Town House, Lebak Bulus, Jakarta Selatan.
Didalam rumah sudah menunggu beberapa teman.
05.00 – petugas BNN datang, parker kendaraan di sekolah Widuri, tak jauh dari rumah Raffi.
Petugas BNN menuju rumah ketua RT
05.15 – BNN bersama ketua RT menggerebek rumah Raffi
06.30 – Zaskia Sungkar dan suaminya Irwansyah datang kerumah Raffi. 17 orang digelandang
dari rumah Raffi markas BNN mereka yang dibawa termasuk, Raffi, wanda hamidah, Zaskia
dan irwansyah.
20.00 – BNN mengumumkan hasil tes urin. orang yakni. K,W,J,MF dan M dinyatakan positif
mengkonsumsi narkoba. Empat artis tersebut dinyatakan negatif tapi masih akan di tes ulang
FAKTA:
Ada 17 0orang yang dibawa ke BNN (13 laki-laki dan 4 perempuan)
5 orang diantara jumlah itu dinyatakan positif berdasar inisial para artis negatif
Wanda Hamidah masih aktif sebagai anggota DPRD dari FPAN.
Raffi Ahmad adalah bakal calon anggota legistatif dari PAN
Jawa Pos, 29 Januari 2013
..... Narkotika yang dikonsumsi adalah jenis baru yakni menggunakan kapsul “modusnya
menggunakan campuran minuman ringan kaleng. Dari kasul di buka, dimasukkan keminuman,
dari kapsul itu dibikin sendiri, lalu mereka bergantian minum”, ujar Anang saat mengahadiri
rapat kerja pemerintah di gedung JCC, Jakarta kemarin. Jenis ekstasi yang dipakai teman-teman
Raffi tersenbut belum terdaftar dalam Undang-undang narkotika Indonesia. Diduga zat baru itu
terdapat dalam obat-obatan yang di produksi pabrikan luar negeri.
Kepala UPT laboratorium BNN Kuswardani. menambahkan, zat sejenis ekstasi yang terdapat
pada kapsul MDMA tersebut hanya beredar dinegara tertentu. Namun di Indonesia jenis itu
termasuk baru karena belum diatur dalam UU no. 35/2009 tentang narkotika. “memamnbg
bukan jenis baru karena efeknya sam denga ekstasi pada umumnya tapi, belum diatur pada UU
kita ujarnya di kantor BNN kemarin. Salah satu efek ekstasi itu orang menjadi lebih segar.
Biasanya barang haram tersebut didapat di Singapura. Untuk mendalami BNN segera
berkoordinasi dengan kementrian kesehatan (Kemenkes) guna membahas UU tersebut.
Termasuk dengan Kementrian Perdangan serta badan pengawas obat dan makanan BPOM. Jadi
jika ada kejaidan serupa, bisa ada ketegasan dan kepastian hukum.
Jawa Pos, 30 Januari 2013
….. Tim laboratorium BNN mengungkapkan,zat tersebut memiliki nama ilmiah
3,4Methlyenedioxy methcathinone.Umumnya,narkoba yang beredar adalah Methlyenedioxy
methamphetamine (MDMA) atau yang terkenal sebagai ekstasi.Jenis zat kimia itu sudah
ditetapkan sebagai zat terlarang di Indonesia.
Untuk 3,4Methlyenedioxy methcathinone,belum banyak negara yang menetapkannya sebagai zat
terlarang.Kasus tersebut itu paling banyak ditemukan di AS dan Singapura. Zat baru tersebut
memiliki pengaruh yang mendekati atau sama seperti MDMA.
Humas BNN Sumirat Dwiyanto menyatakan,pihaknya masih akan menmgoordinasikan temuan
zat terbaru tersebut Kementrian Kesehatan dan Badan POM.”Tolong dicatat,zat baru itu berbeda
dari MDMA,”ujarnya.
Saat ditanya perihal kemungkinan jerat hukum terkait dengan kepemilikan zat terbaru
tersebut,Sumirat tidak bersedia komentar.Dia hanya menyatakan bakal berkoordinasi dengan
pihak terkait mengingat zat tersebut belum masuk dalam UU no 35 Tahun 2007 Tentang
Narkotika.
Jawa Pos, 2 Februari 2013
Raffi Pemilik Ganja dan Methylone
Jakarta – Nasib presenter Raffi Ahmad akhirnya jelas, BNN secara resmi menyataka bahwa Raffi
Ahmad menjadi tersangka kasus Narkoba. Disebutkan Raffi Ahmad terbukti memiliki 2 linting
ganja dan 14 Methylone.
Terhitung mulai kemarin Raffi Ahmad ditahan di rutan BNN. Raffi Ahmad disebut melanggar
pasal kepemilikan dan penyalahgunaan narkotika pada Undang-Undang 35/2009 tentang
Narkotika yakni, Pasal 111 ayat 1 juncto 132, 133, dan 127. “berdasar pemeriksaan selama
5x24jam kami menetapkan Raffi Ahmad 26 tahun pekerja seni dengan status tersangka. Ujar
humas BNN kombespol Sumirat. Pasal yang disangkakakan pada Raffi Ahmad cukup berat
sebab pasal itu menyatakan bahwa setiap orang yang tanpa hak menanam, memilhara, memiliki,
menyimpan, menguasai atau menyediakan narkotika golongan 1 dipidana dengaan pidana
penjara paling singkat 4 tahun dan paling lama 12 tahun. Berdasar pemeriksaan laboratorium
Raffi Ahmad dinyatakan positif menggunakan methylone. Presenter acara musik dahsyat itu
tidak sendirian, 7 temannya juga dijadikan tersangka dengan sangkaan pasal yang berbeda salah
satunya W, 34, yang bekerja dibidang restoran dia disebut positif menggunakan MDMA dan
methylone. Dia di jerat pasal 127 UU Narkotika. Pasal yang sama dikenakan pada M dan MF
yang positif menggunakan ganja dan methylone lantas, RJ, rakan lain, positf menggunakan
methylone, serta K positif memakai MDMA, ganja, ekstasi dan methylone. Sedangkan tersangka
berinisial UW berdasar hasi laboratorium, negatif ganja, MDMA dan methylone. “untuk status
tersangka, dikanakan Pasal 131”, imbuhnya. Pasal 131 berisi ancaman penjara maksimal1 tahun
atau denda paling banyak Rp. 50 juta rupiah karena sengaja tidak melaporkan adanya tindak
pidana narkotika. Khusus UW tidak ditahan karena ancaman hukumannya dibawah 1 tahun
penjara dan ada jaminan keluarga. Ditempat yang sama Deputi Bidang rehabilitasi BNN usaman
Surya Kusuma menambahkan bahwa Raffi bukan kali ini menggumakan narkoba. Hasil
pemeriksaan menunjukkan bahwa dia. Sudah lama mengkonsumsi methylone . apalagi kalau ada
masalah pribadi yang membuatnya galau. “sudah lama pakai methylone” itu bisa dilihat dari
perubahan tingkah laku emosi, dan proses berfikirnya (jelasnya. BNN makin yakin bahwa Raffi
sudah lama menjadi pecandu karena memiliki koselor yang bekas pemakai. Kareena itu, Usaman
bisa melihat, dengan jeli bahwa Raffi adalah pemakai narkoba. Sumirat menambahkan, dari
kasus Raffi, pihaknya mendapat pengalaman baru. Sebab, pihaknya telah menerima banyak
kiriman obat dari para orangtua. Dalam kiriman itu mereka meminta BNN mempelajari obat-
obatan yang dikonsumsi anak masing-masing. Orang tua khawatir ada narkoba jenis baru yang
dikonsumsi. Konferensi pers itu juga dimanfaatkan Deputi Pemberantasan BNN, Benny Joshua
Mamoto menyampaikan beberapa temuan lain. Salah satunya adalah tanaman sejenis ganja yang
tumbuh liar di Bogor Jawa Barat. Tanaman itu memiliki efek yang sama dengan ganja dan
diperjual belikan Rp. 500 ribu perpot.
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 Barang Bukti Yang Ditemukan
Badan Narkotika Nasional (BNN) memeriksa 17 orang yang ditangkap dari rumah artis
Raffi Ahmad di kawasan Lebak Bulus, Jakarta Selatan Minggu pagi 04.30 WIB. Empat orang
didapati sedang berada di lantai atas, sementara sepuluh orang lagi di bagian lantai bawah.
Sedangkan tiga orang lagi yang baru datang ketika penggerebekan berlangsung juga ikut
ditangkap petugas. Deputi Pemberantasan BNN Irjen Pol Benny Mamoto menambahkan barang
bukti yang ditemukan di tempat kejadian perkara diantaranya adalah MDMA,. sejenis ekstasi
yang sudah dihancurkan dalam kapsul dan linting ganja.
Kepala UPT laboratorium BNN Kuswardani. menambahkan, zat sejenis ekstasi yang
terdapat pada kapsul MDMA tersebut hanya beredar dinegara tertentu. Namun di Indonesia jenis
itu termasuk baru karena belum diatur dalam UU no. 35/2009 tentang narkotika. “memang bukan
jenis baru karena efeknya sama dengan ekstasi pada umumnya, tapi belum diatur pada UU kita
ujarnya di kantor BNN kemarin. Salah satu efek ekstasi itu orang menjadi lebih segar.
Tim laboratorium BNN mengungkapkan zat tersebut memiliki nama ilmiah
3,4Methlyenedioxy methcathinone.Umumnya,narkoba yang beredar adalah Methlyenedioxy
methamphetamine (MDMA) atau yang terkenal sebagai ekstasi.Jenis zat kimia itu sudah
ditetapkan sebagai zat terlarang di Indonesia.
Untuk 3,4Methlyenedioxy methcathinone,belum banyak negara yang menetapkannya sebagai zat
terlarang. Kasus tersebut itu paling banyak ditemukan di AS dan Singapura. Zat baru tersebut
memiliki pengaruh yang mendekati atau sama seperti MDMA.
Humas BNN Sumirat Dwiyanto menyatakan,pihaknya masih akan mengkoordinasikan temuan
zat terbaru tersebut Kementrian Kesehatan dan Badan POM.”Tolong dicatat,zat baru itu berbeda
dari MDMA” ujarnya.
4.2 Efek Yang Terkandung Dalam Barang Bukti
Catha edulis
Cathinone adalah senyawa yang termasuk ke dalam golongan alkaloid (metabolit
sekunder dengan gugus amin) yang secara alami dihasilkan oleh tumbuhan bernamaCatha edulis.
Tanaman ini merupakan spesies asli Ethiopia yang banyak dibudidayakan di Afrika Timur
sampai semenanjung Arab. Secara taksonomi Catha edulis termasuk ke dalam kelas
Magnoliopsida (dulu Dikotil), bangsa Celastrales dan suku Celastraceae. Struktur kimia
Cathinone analog dengan Amphetamine. Cathinone, S(-)-alpha-aminopropiophenone,
merupakan zat yang konfigurasi kimia dan efeknya mirip dengan amfetamin. Meski belum
banyak data yang menunjukkan kasus efek farmakokinetik dan farmakodinamik zat ini pada
manusia, namun sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa derivat Cathinone dan bentuk
sintetiknya dapat meningkatkan tekanan darah dan detak jantung, menimbulkan sensasi euforia
dan hiperaktivitas psychomotorik. Pemanfaatan secara berlebihan tanaman Catha edulis juga
meningkatkan potensi insomnia, gastritis hingga gangguan hati.
Produksi Cathinone sintetik banyak dilakukan di Cina, India dan Pakistan. Produknya
sering berupa kristal, serbuk dan cairan yang dikemas dalam kapsul atau tablet. Penggunaan
Cathinone sering dilakukan dengan mencampurnya dalam air. Namun demikian meski memiliki
efek seperti Amphetamine dan Cocaine, deteksi Cathinone terutama yang bersifat sintetik
tidaklah semudah jenis Narkotika lainnya. Uji identifikasi standar seringkali tidak mampu
mendeteksi keberadaan zat ini. Diperlukan kromatografi gas dan spektrometri massa (GC/MS)
untuk bisa membuktikan keberadaannya dalam sebuah sampel.
Efek dari Cathinone adalah sebagai berikut:
Cathinone menstimulus sistem saraf pusat.
Membuat orang senang menjadi lebih senang. Yang dirangsang adalah ujung-
ujung saraf.
Efek mirip amfetamin dapat menimbulkan rasa gembira, meningkatkan tekanan
darah, kewaspadaan, serta gairah seksual.
Dapat membuat depresi, mudah terganggu, anoreksia, dan kesulitan tidur.
Merangsang peningkatan kadar neurotransmitter (zat pengantar impuls saraf)
dopamin yang menimbulkan rasa gembira dan meningkatkan tenaga.
Meningkatkan kadar norepinefrin sehingga meningkatkan detak jantung dan
tekanan darah.
Pengguna dapat mengalami halusinasi akibat peningkatan kadar serotonin.
Penggunaan cathinone dalam jangka lama dan berlebihan menyebabkan
kerusakan sel otak. Akibatnya, orang menjadi paranoid dan berhalusinasi.
Penggunaan cathinone dalam jangka lama dan berlebihan menyebabkan
kerusakan sel otak. Mengakibatkan paranoid dan berhalusinasi.
4.3 Pasal Yang Menjerat Raffi
Adapun pasal-pasal yang dikenakan untuk Raffi Ahmad adalah: 111 ayat 1, 112 ayat 1, 132, 133
dan 127.
Sesuai UU No.35 Tahun 2009 Tentang Narkotika:
Pasal 111 ayat (1) :
Setiap orang yang tanpa hak atau melawan
hukum,menanam,memelihara,memiliki,menyimpan,menguasai,atau menyediakan narkotika
golongan I,dalam bentuk tanaman,dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2tahun paling
12 tahun dan pidana denda paling sedikit Rp.800.000.000,00 dan paling banyak
Rp.8.000.000.000,00.
Pasal 112 ayat(1) :
Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menanam, memelihra, memiliki,
menyimpan, menguasai, atau menydiakan narkotika golongan satu bukan tanaman, dipidana
dengan pidana paling singkat empat tahun dan paling lama dua belas tahun dan di pidana denda
paling sedikit delapan ratus juta rupiah dan paling banyak delapan miliar rupiah.
Pasal 132:
Percobaan atau pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana narkotika dan prekusrsor
narkotika sebagaimana dimaksud dalam pasal 111, 112, 113, 114, 115, 116, 117, 118, 119, 120,
121, 122, 123, 124, 125, 126 dan 129 pelakunya dipidana penjara yang sama sesuai dengan
ketentuan yang dimaksud dalam pasal-pasal tersebut.
Pasal 133:
Setiap orang menyuruh, memberi atau menjanjikan sesuatu, memberikan kesempatan,
menganjurkan, memberikan kemudahan, memaksa dengan ancaman, memaksa dengan
kekerasan, melakukan tipu muslihat atau membujuk anak yang belum cukup umur untuk
menggunakan narkotika di pidana dengan penjara paling singkat lima tahun dan paling lama lima
belas tahun dan pidana denda paling sedikit satu miliar rupiah dan paling banyak sepuluh miliar
rupiah.
Pasal 127:
Setiap penyalahgunaan narkotika golongan satu bagi diri sendiri di pidana dengan pidana
penjara paling lama empat tahun.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan yang dapat dibuat dari referat ini adalah :
1.
Terapi dan Rehabilitasi
1. Abstinensia atau menghentikan sama sekali penggunaan NAPZA. Tujuan ini tergolong
sangat ideal,namun banyak orang tidak mampu atau mempunyai motivasi untuk mencapai
tujuan ini, terutama kalau ia baru menggunakan NAPZA pada fase-fase awal. Pasien
tersebut dapat ditolong dengan meminimasi efek-efek yang langsung atau tidak langsung
dari NAPZA. Sebagian pasien memang telah abstinesia terhadap salah satu NAPZA tetapi
kemudian beralih untuk menggunakan jenis NAPZA yang lain.
2. Pengurangan frekuensi dan keparahan relaps Sasaran utamanya adalah pencegahan
relaps .Bila pasien pernah menggunakan satu kali saja setelah “clean” maka ia disebut “slip”.
Bila ia menyadari kekeliruannya,dan ia memang telah dobekali ketrampilan untuk mencegah
pengulangan penggunaan kembali, pasien akan tetap mencoba bertahan untuk selalu
abstinensia. Pelatihan relapse prevention programe, Program terapi kognitif, Opiate
antagonist maintenance therapy dengan naltreson merupakan beberapa alternatif untuk
mencegah relaps.
3. Memperbaiki fungsi psikologi dan fungsi adaptasi sosial. Dalam kelompok ini,abstinensia
bukan merupakan sasaran utama. Terapi rumatan (maintence) metadon merupakan pilihan
untuk mencapai sasaran terapi golongan ini.
NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Aditif).