Bab 1
-
Upload
ariefhadiyanto -
Category
Documents
-
view
37 -
download
9
description
Transcript of Bab 1
1
BAB I
ATMOSFIR, KONFIGURASI DAN SUBSISTEM PESAWAT TERBANG
1. Pengantar. Dalam penyajian bab ini disampaikan konfigurasi pesawat secara
umum yang mencakup konfigurasi pesawat terbang, kondisi terbang, jenis terbang,
atmosfer bumi, air speed indicator dan sub sistem dari propulsi. Pada bab ini lebih
ditekankan masalah pengaruh-pengaruh atmosfer bumi terhadap penerbangan suatu
pesawat terbang seperti; density, temperatur, tekanan, gravitasi dan ketinggian
berdasarkan Internasional Standard Atmosphere (ISA).
2. Konfigurasi Pesawat Terbang. Konfigurasi pesawat terbang adalah pelukisan
tata bentuk pesawat dinyatakan dengan kedudukan peralatan-peralatan pesawat
selama melaksanakan penerbangan. Peralatan pesawat terbang tersebut dapat
dibagi dalam beberapa kelompok seperti :
a. Peralatan yang digunakan secara kantinyu seperti kemudi-kemudi
aerodinamis yaitu : ruder (kemudi arah), aileron (kemudi guling), elevator
(kemudi tinggi) dan juga peralatan pengaturan yang berhubungan dengan mesin
pesawat.
b. Peralatan yang digunakan secara insidentil dan tidak kontinyu seperti :
wing flap, roda-roda pendarat, spoilers, braker dan bagian-bagian yang bisa
bergerak dari engine inlet, pengatur blades propeller dan sebagainya.
Dalam mekanika terbang, hanya akan dipelajari mekanika terbang dengan konfigurasi
pesawat terbang tertentu yang diberikan sebelumnya. Dalam hal ini adalah prestasi
terbang dalam beberapa jenis terbang. Untuk menentukan tingkat keadaan
pergerakan sesaat suatu pesawat terbang, maka diperlukan beberapa variasi-variasi
fisis yang dapat melukiskan gerakan tersebut. Variabel-variabel ini secara bersama
akan menentukan kondisi terbang pesawat. Misalnya kecepatan linier atau sudut
dari pesawat, ketinggian, berat pesawat, sikap terhadap tanah, dan sebagainya.
Dalam prestasi terbang ini akan dikaji semua variabel-variabel fisis yang melukiskan
kondisi terbang suatu pesawat terbang.
3. Pesawat Udara. Pengertian pesawat udara secara umum adalah suatu
wahana udara yang lebih berat dari pada udara (heavier than air), yang bergerak
dalam atmosfer dan pergerakannya didukung oleh gaya-gaya reaksi akibat adanya
pergerakan relatif dengan udara sekitarnya. Gerakan pesawat udara dalam
atmosfer rnempunyai 6 derajat kebebasan (perhatikan gambar 1. 1) yang terdiri
dari; 3 (tiga) gerak translasi dan 3 (tiga) gerak rotasi.
Gambar 1.1. Enam derajat kebebasan gerakan pesawat terbang.
Gaya-gaya yang bekerja pada pesawat udara dapat dikelompokkan sebagai
berikut :
a. Gaya-gaya gravitasi W berat pesawat (kepusat bumi).
b. Gaya Aerodinamika, akibat adanya gerak relatif antara pesawat udara
dengan udara sekelilingnya (atmosfer).
c. Gaya propulsi T, dihasilkan dari sistem propulsi pesawat udara :
2
l) Untuk pesawat udara bermesin propeller dimanifestasikan dalam
daya/power (HP).
2) Untuk pesawat udara bermesin jet dimanitestasikan dalam gaya
dorong ; thrust.
4. Jenis Terbang. Dalam prestasi terbang dikenal beberapa jenis dari lintasan
terbang yang disebut jenis terbang. Jenis terbang ini antara lain :
a. Terbang Melayang (glide flight). Terbang melayang adalah
penerbangan yang dilakukan dengan mengatur mesin sedemikian rupa
sehingga gaya dorong mesin praktis tidak ada. Terbang bermesin
adalah terbang dengan gaya dorong yang dihasilkan oleh mesin pesawat.
b. Terbang Stasioner. Terbang stasioner adalah penerbangan dimana
semua gaya dan momen yang bekerja pada pesawat terbang tidak berubah
terhadap waktu baik besar maupun minimum arahnya relatif terhadap pesawat
terbang.
c. Terbang Tanpa Slip. Terbang tanpa slip adalah suatu penerbangan
dimana sumbu X terletak pada bidang simetris pesawat. Dalam penerbangan ini
bidang XbZb dari koordinat benda dan bidang X,Z, dari koordinat angin berimpit.
Gaya-gaya aerodinamis dalam hal ini terletak pada bidang simetris pesawat.
d. Terbang Dengan Slip. Terbang dengan slip adalah penerbangan dimana
sumbu Xa (arah vektor kecepatan V) membuat sudut slip samping 0 dengan
bidang simetris pesawat. Dalam hal ini gaya aerodinamis mempunyai komponen
yang tegak lurus bidang semetris pesawat.
e. Terbang Simetris. Terbang simetris adalah terbang tanpa slip dimana
bidang simetr-is pesawat terbang tegak lurus pada bidang horizontal lokal.
Dalam hal ini sumbu Yb terletak pada bidang horizontal, gaya aerodinamis dan
3
berat pesawat terletak pada bidang simetris pesawat. Dalam hal ini
bidang XaZa; XbZb, dan bidang lokal vertikal berimpit.
f. Terbang Lurus. Terbang lurus adalah penerbangan dimana titik-titik
berat pesawat terbang melukiskan lintasan yang berupa garis lurus.
g. Terbang Horizontal. Terbang horizontal adalah penerbangan dimana
titik-titik berat pesawat terbang melukiskan lintasan dengan ketinggian yang
konstan terhadap bidang horizontal lokal.
h. Terbang Menanjak. Terbang menanjak adalah penerbangan dimana
ketinggian terbang bertambah.
j. Terbang Menurun. Terbang menurun adalah penerbangan dimana
ketinggian terbang berkurang.
5. Atmosfer. Atmosfer suatu planet adalah lapisan gas dengan berbagai
kornposisinya yang menyelimuti planet tersebut. Terdapatnya atmosfer yang tetap
tergantung pada besarnya gaya gravitasi planet tersebut dan kerapatan dari unsur-
unsur gas yang membentuk atmosfer. Gaya gravitasi akan makin melemah dengan
bertambahnya jarak kepusat gravitasi yang akan mengakibatkan lapisan atmosfer
mengecil dengan bertambahnya jarak kepusat planet. Kondisi-kondisi di atas
mengakibatkan atmosfer suatu planet menjadi berlapis-lapis menurut ketinggian dari
muka planet. Atmosfer memenuhi hukum gas sempurna yaitu :
dimana :
p = Tekanan Udara (lbs/ft2 atau N/m2)
= Kerapatan udara (slugs/ft3 atau Kg/m3)
R = Konstanta gas (untuk: udara kering)
= 287,05 N-m/kg K = 1718 ft-lb/slug 0R
T = Suhu mutlak: (°R, K)
dimana °R= °F + 459,7° ; K = °C + 273, l5°
g = Konstanta gravitasi = 9,8 m/s2 atau 32,17 ft/s2 pada sea level
4
Pada penggunaan persamaan diatas suhu harus dihitung pada suhu absolut. Bila
terdapat kadar uap air di atmosfir, kerapatan udara dapat berubah. Untuk melihat
bagaimana uap air mempengaruhi kerapatan udara, perhatikan suatu volume tertentu
dari campuran uap air pada udara. Hukum tekanan parsiil Dalton menyatakan bahwa
tekanan yang normatif (p) dari campuran akan sama dengan jumlah dari tekanan (Pa)
dan tekanan uap air (Pv) :
Oleh karena massa total sama dengan jumlah elemen massa yang berada dalam
volume tersebut, maka kerapatan yang teramati adalah :
Dengan asumsi bahwa udara dan uap air terdistribusi secara uniform. Dengan
menggunakan hukum gas ideal secara sendiri-sendiri, maka :
Untuk uap air atau kukus, R = 85,89 ft °R. Dengan demikian R < R v. Maka suku kedua
pada ruas kanan dari persamaan diatas akan negatif sehingga kerapatan yang
teramati akan berkurang terhadap kerapatan udara kering dari tekanan dan
temperatur teramati yang sama. Dalam hal-hal yang normal efek dari uap air pada
kerapatan udara adalah kecil.
Contoh : Misalnya diberikan : T = 90°F, p = 2116.2 lb/ft2
bila relatif midity 100% pv = 100.6 lb/ft2
maka kerapatan campuran menjadi :
Bila udara kering = 0,002243 slug/ft3 , jadi pengurangannya sekitar 1,8 %.
Meskipun efeknya kecil, namun demikian untuk penerbangan supersonik, efek
yang terjadi pada pesawat dan engine akan cukup besar.
5
6. Atmosphere Bumi. Prestasi suatu pesawat terbang dan mesin-mesinnya
tergantung pada sifat-sitat atmosfer dimana pesawat tersebut beroperasi.
Atmosfer adalah suatu campuran gas yang terdiri dari kira-kira 78 % gas lemas
(Nitrogen), 21 % gas asam (Oxygen) dan 1 % gas-gas jenis lainnya. Meskipun
komposisi sebenarnya dari atmosfer dapat berubah menurut lokasi geografis dan
ketinggian, namun demikian untuk pemakaian pada perhitungan prestasi terbang
secara terbatas, atmosfer dapat dianggap sebagai gas homogen dengan
komposisi yang merata (uniform). Lapisan Atmosfer bumi dibagi menurut sifat
gas sempurna yang berlaku pada setiap lapisan. Untuk atmosfer bumi terdapat
lapisan sebagai berikut :
a. Troposfer.
b. Tropopause.
c. Stratosfer.
d. Stratopause.
e. Mesosfer.
f. Themosfer.
g. Exosfer.
a. Lapisan Troposfer. Tebal lapisan ini berkisar 0 sampai dengan 15 km diatas
permukaan laut, pada katulistiwa tebalnya sampai dengan 10 km dan pada kutub
sampai dengan 8 km. Lapisan atmosfer ini merupakan daerah dimana turbulensi dan
ulakan dari awan-awan dan perubahan cuaca terjadi.Uap air dan C02 yang ada pada
lapisan ini memegang peranan penting didalam menjaga kondisi klimatia bumi oleh
karena kepadatan dari lapisan ini mengisap sebagian besar dari radiasi panas bumi
akibat pemanasan dari matahari. Dalam lapisan trofosfir ini sifat fisik seperti :
1) Temperatur berkurang dengan bertambahnya ketinggian.
2) Kerapatan udara turun dengan bertambahnya ketinggian.
3) Tekanan udara turun dengan bertambahnya ketinggian.
6
b. Tropopouse. Merupakan lapisan transisi/ peralihan dari troposfer ke stratosfer
dengan ketebalan atmosfer 11-18 km diatas permukaan laut. Atmosfer di daerah ini
merupakan gabungan antara troposfer dan stratosfer.
c. Lapisan Stratosfer. Merupakan lapisan atmosfer diatas tropopouse dengan
sifat tebal 1 sampai dengan 50 km diatas permukaan laut. Komposisi adalah uniform
dengan kecepatan rendah terdapatnya lapisan ozon (03) yang menyerap radiasi ultra
violet dari matahari agar tidak sampai di bumi karena adanya ozon maka pada lapisan
stratosfer temperatur naik dengan naiknya ketinggian dan kerapatan turun 0,08 %
dengan naiknya ketinggian.
d. Stratopouse. Stratopouse dengan ketebalan antara 50 sampai dengan 60 km.
Pada lapisan ini ozon semakin tipis. Lapisan ini merupakan Atmosfer transisi antara
stratosfer dengan ionosfer.
e. Lapisan Mesosfer. Mesosfer merupakan lapisan dengan ketebalan antara 50
sampai dengan 90 km, semakin menipisnya ozone mengakibatkan kerapatan
temperatur dan tekanan turun dengan naiknya ketinggian gas pada lapisan ini sudah
dalam bentuk partikel bebas (Ionised).
f. Ionosfer. Lapisan ionosfer mulai dari ketinggian 50 km keatas sampai ratusan
kilometer di atas permukaan bumi. Dalam lapisan ini terdapat sejumlah besar
kosentrasi elektron bebas dan pula partikel-partikel netral. Daerah antara ketinggian
90 km dan 500 km disebut thermosfer. Pada bagian bawah dari termosfer temperatur
udara naik secara cepat dengan semakin bertambahnya ketinggian sampai kira-kira
300 - 500 km di mana temperatur exosfer dicapai. Dari ketinggian ini keatas
temperatur kinetis dari partikel udara tetap konstan.
Pemanasan dari daerah atmosfer ini terutama disebabkan karena radiasi matahari
yang intensitasnya mencapai 0,2 . Dalam lapisan ini pada ketinggian 90 km berat
molekul rata-rata hampir konstan, sedangkan pada daerah diatas 120 km berat
molekul secara perlahan-lahan berkurang dengan bertambahnya ketinggian. Kondisi
dalam lapisan termosfer dipengaruhi secara kuat oleh aktivitas surya. Dalam periode
gangguan surya (solar disturbance) penambahan sinar ultra biru dan "corpuscular
7
radiation" menyebabkan bagian atas dari termosfer berkembang keluar akitat
pemanasan radiasi. Hai ini menycbaUkau pcnamUahan kerapatan udara. Pada
ketinggian 600 km, perbandingan kerapatan antara aktifitas surya tinggi dan rendah
dapat mencapai 200. Daerah atmosfer diatas 500 km disebut Exosfer. Di sini
kerapatan udara sangat amat rendah, sehingga atom-atom dapat lepas ke antariksa.
Namun demikian, elektron dan partikel yang terionisasi tidak dapat lepas oleh karena
gerakan mereka terhalang oleh medan geomagnetis. Daerah sampai pada lapis
transisi dari medan geomagnetis ke medan magnetis antar planet terjadi di sebut
"magnetosfer" .
Pada umumnya gaya-gaya aerodinamika dapat dinyatakan dalam bentuk
untuk itu diperlukan model matematik medan udara (atmosfer) yang dapat memberikan
informasi kerapatan sebagai fungsi dari ketinggian
7. Model Atmosfer. Model atmosfer didasarkan atas persamaan tingkat keadaan
gas, untuk suatu ketinggian dari permukaan laut dituliskan sebagai berikut :
dimana
jadi (1 .1)
dimana :
P = Tekanan Udara (lb/ft2, N/m2)
= Kerapatan udara (stng/ft', Kg in/m')
T = Suhu mutlak udara (°R, °K)
R = Konstanta gas (53, 35 ft/°R, 29, 20 m/°K) udara kering/tanpa uap air.
G = Kecepatan gravitasi bumi (ft/s2, m/s2)
Atmosfer dimodelkan melalui persamaan aerostatik udara sempurna seperti
diatas, melalui asumsi maka berlaku :
, , ,
8
dimana
( = jari jari tata bumi diequator). Asumsi lain yang diambil disini adalah gradien T
terhadap h = konstan, yang artinya variasi T terhadap h adalah linier.
Gambar 1.3. Gradient Temperatur Terhadap Ketinggian
Persamaan keseimbangan udara dalam tabung:
Gradient tekanan pada tabung udara dapat dinyatakan sebagai berikut :
Karena berkurangnya tekanan terhadap ketinggian.
Dari dua hubungan persamaan diatas diperoleh:
9
H(km)
(1 . 3)
Substitusi persamaan 1. 1 ke persamaan 1.3 maka :
(1 . 4)
Dari Asumsi hubungan T = T(h) di dapat :
atau (1 . 5)
dimana To= Temperatur absolut udara dipermukaan laut (h=o)
Subsitusi persamaan (1.5) ke persamaan (1.4)
…………………………….. (1. 6)
Persamaan diatas dapat diintegralkan menjadi :
……………………………… … (1 . 7)
Variasi terhadap ketinggian dapat segera diturunkan sebagai berikut :
,
Subsitusikan kedua persamaan diatas ke persamaan 1.7
10
Jadi …………………….(1 . 8)
Dengan pembagian persamaan 1.7 dan 1.8 maka diperoleh hubungan:
………………………………………………….(1 . 9)
Untuk gas sempurna politropik berlaku :
…………………………………………………………………. (1.10)
Dimana adalah rasio antara specific heat pada tekanan konstan Cp terhadap specific
heat pada volume konstan Cv. Untuk gas sempurna
Dengan membandingkan persamaan (1.9) dengan (1.10) maka
………………………………………………………………….(1 . 11)
Untuk troposfer persamaan (1.11) menghasilkan oF/ft, dimana
gradien terhadap h, didalam lapisan traposfer.
8. Internasional Standart Atmosfer (ISA). Dari model atmosfer jelas bahwa
dengan asumsi-asumsi yang diambil model tersebut masih tergantung pada kondisi-
kondisi muka laut seperti : Po, dan To. Kondisi muka laut ini bervariasi dengan letak
geografis dari keadaan atmosfer yang ditinjau, apakah equator, sub equator, polar atau
sub polar, dengan demikian model atmosfer diatas masih belum berlaku universal
sehingga model tersebut akan memberikan harga-harga yang berbeda tergantung pada
letak geografis dari muka laut yang ditinjau. Untuk menyeragamkan model atmosfer
sehingga berlaku umum diperlukan suatu model "Atmosfer Standart" yang dapat
diterima sebagai acuan universal pada perhitungan-perhitungan atmosfer. Terdapat
beberapa model atmosfer standart yaitu :
11
a. U.S. standart atmosfer.
b. USAF standart atmosfer.
c. Internasional standart atmospheol (ISA).
Dalam kuliah mekanika terbang ini selanjutnya akan dipakai ISA. ISA dirumuskan oleh
ICAO dan dipakai sebagai referensi perhitungan standart atau untuk industri transport
penerbangan sipil internasional yang menjadi anggota ICAO.
Gambar 1.4 Referensi ISA
Sebagai referensi ISA, mengambil daerah lengkung paralel dengan latitude 45° yang di
ratakan (lihal gambar 1.4), Dengan pengambilan referensi ini maka model ISA dapat
dinyatakan sebagai berikut :
a. Kondisi muka Iaut.
1) Tekanan Udara Po = 29,92 in Hg = 2116,2 Hf/ft2
= 1,013 x 105 N/m2
2) Kerapatan = 0,002377 slug/ft3
= 1,225 Kg m/m3
3) Absulute Temperature
(Temperature Mutlak)T° = 59 °F = 518.7 oR = 15 0C
= 288,2 oK
4) Gravitasi bumi go = 32,17 ft/s2 = 9,806 m/s2
12
b. Asumsi bentuk atmosfer bola sempurna dan tidak berputar, sifat atmosfer
bervariasi hanya terhadap ketinggian.
c. Ketinggian (tinggi geopotensial) yang dipakai adalah "Ketinggian Ekivalen"
dimana dengan definisi ini percepatan gravitasi dianggap konstan sebesar percepatan
gravitasi dimuka laut (go). Tinggi geopotensial (H) adalah ketinggian yang akan
tercatat pada standart atmosfer oleh peralatan altimeter tekanan dengan harga nol bila
tekanan P = P° (setting altimeter).
d. Pada model atmosfer ini diperlakukan perjanjian/bervariasi sebagai berikut :
1) Model variasi sifat-sifat atmosfer (p, , T, a, V dan sebagainya)
ditabelkan menurut tinggi geopotensial dari H = 0 sampai dengan H = 80
Km ( 262, 467,2 ft).
2) Pada Interval , atmosfer dianggap gas sempurna
dengan harga konstanta gas tetap sebesar R = 29, 2172 m°K = 96,
03427 ft°K.
3) Pada Interval , temperatur mutlak T(H) bervariasi
dalam tujuan segmen gradien linier.
4) Ketujuh segmen ini adalah :
Segmen
Segmen
Segmen
Segmen
Segmen
Segmen
Segmen
e. Agar lebih jelas lihal tabel pada larnpu-an dan gambar dibawah ini :
13
160 180 200 220 240 260 280 300 320 340 T(oK)
Gambar 1.5. Gradien Temperatur Mutiak dan Segmen pada ISA
9. Kecepatan Pesawat Udara. Kecapatan absolut (mutlak) adalah kecepatan
terbang pesawat udara terhadap referensi tak bergerak (inersial). Untuk pesawat udara
referensi inersial dapat diambil pada Pusat Bumi dan tidak berpusat terhadap bumi.
Perhatikan gambar 1.6 dibawah ini :
Gambar l.6. Definisi Kecepatan.
Dari gambar diatas :
Vac/I = Vac/atm + Vatm/G + VG/I
dimana :
Vac/atm = Kecepatan pesawat udara terhadap atmosfer disebut kecepatan udara
(air speed).
Vatm/G = Kecepatan gerak atmosfer terhadap tanah (groud) = Vud/G + Vw/G
Vud/G = Gerak atmosfer karena putaran bumi.
14
Vw/G = Gerak angin terhadap bumi.
VG/I = Kecepatan tangensial bola bumi karena perputaran bumi.
Terdapat pula difinisi "Ground Speed" (kecepatan permukaan) yaitu kecepatan pesawat
terhadap permukaan bumi, dimana dapat dinyatakan
VE = Vac/atm +V atm/E
Jika 0
(tidak ada angin + bumi dianggap tidak berputar) maka :
Berdasarkan sejarah perkembangan teknologi instrumentasi pesawat terbang, jenis
kecepatan yang langsung dapat diukur pada pesawat udara adalah kecepatan udara
(Vac/atm). Kecepatan udara di ukur oleh peralatan yang disebut "pitot static system",
yang pada dasarnya berupa peralatan "Manometer Udara" untuk mengukur beda
tekanan. Alat ini harus dipasang pada bagian pesawat udara yang pola aliran udaranya
sedekat mungkin dengan pola udara bebas,sehingga Vgg diperoleh dari peralatan ini
sedekat mungkin dengan V (kecepatan relatif udara bebas terhadap pesawat udara).
Dengan asumsi ini maka hukum Bernoulli dapat diterapkan untuk memperoleh V.
Hukum Bernoulli dapat diterapkan pada aliran compressible maupun incompressible
malalui persamaan yang berlainan yang telah diberikan pada pelajaran aerodinamika
sebelumnya. Menurut bilangan Mach kecepatan udara diklasifikasikan sebagai berikut
M < 0,3 subsonik inkompresbel
0,3 < M < 0,8 subsonik Kompresibel0,8 < M < 1,2 Transonik kompresibel1,2 < M < 3 Supersonik kompresibel3 < M < 25 hipersonik kompresibelM > 25 Orbital speed
10. Air Speed Indikator. Dasar dari peralatan ini adalah pengukuran benda
tekanan yang dihasilkan dari tabung pitot static (lilat gambar 1.7)
15
TOTAL PRESSURE H STATIC PRESSURE
P PORTS
PRESSURE INDICATED BY GAUGE ISDIFFERENCE BETWEEN TOTAL AND
SATTIC PRESSURE, H – p = q
Gambar 1.7. Pitot Static
Dengan menggunakan hukum Bernoulli :
dimana :
Pt = tekanan total
P = tekanan static
= density udara
perbedaan tekanan (P t - P) dapat diukur dengan tabung pitot static. karena density
udara sulit untuk diukur, maka digunakan standard atmosfir untuk menghasilkan
Calibrated air speed :
:
11. Untuk memdapatkan "True Air Speed" (TAS), maka :
16
dimana :
= Perbandingan density pada suatu ketinggian dengan density pada sea
level.
Kecepatan yang ditunjukkan dalam indikator dalam cockpit, disebut Indicated Air
Speed (IAS). Selanjutnya diasumsikan bahwa IAS adalah identik dengan CAS.
Kondisi diatas hanya berlaku untuk incompressible air, yaitu kira-kira sampai
dengan Mach number dimana M = 0,3.
12. Subsistem Propulsi. Untuk menganalisis prestasi terbang pada pesawat
terbang, kita perlu mengetahui fungsi dari sistem propulsi dan kaitannya dengan
kemampuan terbang tinggi dan manouver pesawat terbang. Ada empat type sistem
propulsi pada pesawat terbang antara lain :
a. Turbojet. Engine Turbojet menghasilkan thrust dengan pengembangan
gas buang melalui nozzle. Sistem kerja turbojet seperti skema gambar 1.8.
Turbo Jet Engine dibawah. Untuk turbojet, laju konsumsi bahan bakar (c)
dihitung dalam satuan atau kg/h/N. Konsumsi bahan bakar spesifik :
Thrust
17
Gambar 1.8. Turbo Jet engine.
b. Piston Propulsi. Engine piston merupakan reciprocating engine yang
menghasilkan power (Hp), sedangkan Thrust dihasilkan oleh putaran propeller.
Thrust power yang dihasilkan merupakan perkalian antara thrust dan kecepatan.
K = conversion factor (375 lb.mi/h/hp atau 550 ft.lb/s/hp).
c. Turbo prop. Engine turboprop pada dasarnya adalah turbojet engine yang
mana sebagian besar tenaganya dipakai untuk memutarkan propeller untuk
menghasilkan thrust. Sistem kerja seperti terlihat pada skematik dibawah ini :
18
Gambar 1.9. Turboprop Engine.
d. Turbofan. Engine turbofan juga pada dasarnya adalah turboprop dan
sebagian tenaganya dipakai untuk memutarkan “ Multibladed ducted fan “ (terlihat
pada skema).
Fan section
Gambar 1.10. Turbofan Engine.
19
f. Beberapa perbandingan harga dari konsumsi bahan bakar untuk beberapa jenis
engine dapat dituliskan sebagai berikut :
a. Rocket engines 10
b. Ramjets 3
c. Turbojet (AB) 2,5
d Turbojet 1
e Turbofans (High by pass) 0,6 -0,8
f Turbo props 0,5 -0,6
g Piston prop 0,4 -0,5
13. Subsistem Kontruksi Pesawat Terbang (Perbandingan Berat). Kontruksi
pesawat terbang, secara sistem dibagi menjadi bagian-bagian utama seperti fuselage,
wing, empenage, landing gear dan lain-lain. Untuk menganalisis prestasi dan desain
pesawat terbang, berat merupakan hal yang penting dan perlu dipertimbangkan. Berat
pesawat terbang biasanya terdiri dari bagian-bagian penting sebagai berikut :
a. Berat struktur (Structural weight).
b. Berat Engine (Engine weight).
c. Berat Muatan (Pay Load weight).
d. Berat bahan bakar (Fuel weight).
Bagian-bagian ini kalau dibandingkan dengan berat total merupakan suatu
perbendingan berat (Weight fraction).
20
= Structural weight fraction.
= Engine weight fraction.
= Pay load weight fraction.
= Fuel weight fraction.
21