Bab 1

download Bab 1

of 19

description

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PETANI TERHADAP MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN DAN HASIL PANEN MELALUI PROGAM PUPUK ORGANIK (BOKASHI) DI KELOMPOK TANI '' KARYA TANI '' DESA BAGOREJO, KECAMATAN GUMUKMAS – JEMBER (Studi hasil kelompok tani yang membudidayakan pupuk organic "Bokashi" di kecamatan gumukmas-jember)

Transcript of Bab 1

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PETANI TERHADAP MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN DAN HASIL PANEN MELALUI PROGAM PUPUK ORGANIK (BOKASHI) DI KELOMPOK TANI '' KARYA TANI '' DESA BAGOREJO, KECAMATAN GUMUKMAS JEMBER (Studi hasil kelompok tani yang membudidayakan pupuk organic "Bokashi" di kecamatan gumukmas-jember)

Abd. Haris

NIM 100910301037

PROGAM STUDI ILMU KESEJAHTERAAN SOSIALFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS JEMBER2014

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 . Latar Belakang

Dalam era yang semakin berkembang ini, salah satu tuntutan bagi sebuah negara berkembang adalah pembangunan nasional. Pembangunan nasional akan terlaksana dengan baik apabila ada koordinasi dari segenap masyarakatnya. Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia atau individu seutuhnya dan masyarakat selutuhnya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2011 jumlah penduduk miskin tercatat 37,2 juta jiwa. Sekitar 63,4% dari jumlah tersebut berada di perdesaan dengan mata pencaharian utama di sektor pertanian dan 80% berada pada skala usaha mikro yang memiliki luas lahan lebih kecil dari 0,3 hektar. Kemiskinan di perdesaan merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat ditunda dan harus menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan kesejahteraan sosial.

UU no. 11/2009 tentang Kesejahteraan Sosial pasal 3 bab II asas dan tujuan berbunyi:

Penyelenggaraan kesejahteraan sosial bertujuan : (1) meningkatkan taraf kesejahteraan, kualitas, dan kelangsungan hidup; (2) memulihkan fungsi sosial dalam rangka mencapai kemandirian; (3) meningkatkan ketahanan sosial masyarakat dalam mencegah dan menangani masalah kesejahteraan sosial; (4) meningkatkan kemampuan, kepedulian dan tanggung jawab sosial dunia usaha dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara melembaga dan berkelanjutan; (5) meningkatkan kemampuan dan kepedulian masyarakat dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara melembaga dan berkelanjutan; dan (6) meningkatkan kualitas manajemen penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

Sunyoto Usman (2008:33-40) di dalam masyarakat, dapat dikemukakan dua macam keadaan : (1) terdapat kemiskinan sekaligus kesenjangan, atau (2) tidak terdapat kemiskinan tapi boleh jadi masih ada kesenjangan. Upaya penanggulangan kemiskinan sangat kompleks dan rumit, dan upaya menanggulangi kemiskinan sekaligus kesenjangan jauh lebih kompleks dan lebih rumit. Secara teorotis, faktor penting lain yang ditengarai membuat desa menjadi tidak berdaya adalah produktivitas yang rendah dan sumber daya manusia yang lemah. Perbandingan antara hasil produksi dan jumlah penduduk menjadi tidak seimbang.

Oleh karena itu pembangunan ekonomi nasional berbasis pertanian dan pedesaan secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak pada pengurangan penduduk miskin dan penyelenggaraan kesejahteraan sosial juga dapat berjalan seperti apa yang sudah dicita-citakan.

Permasalahan mendasar yang dihadapi petani adalah kurangnya akses kepada sumber permodalan, pasar dan teknologi, serta organisasi tani yang masih lemah. Kajian keadaan pedesaan secara partisipatif adalah salah satu tahap dalam upaya meningkatkan kemandirian, hasil panen dan kesejahteraan masyarakat dalam hidupnya. Kajian keadaan pedesaan dilakukan untuk meningkatkan kemampuan dan percaya diri masyarakat dalam mengidentifikasi serta menganalisa situasi, potensi dan masalahnya sendiri. Dalam kajian keadaan pedesaan secara partisipatif melalui Pemberdayaan Masyarakat, masyarakat dapat memanfaatkan informasi dan hasil kajian yang dilakukan bersama oleh masyarakat bersama tim fasilitator, untuk mengembangkan rencana kerja masyarakat petani agar lebih maju dan mandiri.

Hal ini sangat berbeda dengan pendekatan top-down yang sering kali dipakai oleh lembaga-lembaga yang mengumpulkan informasi dari masyarakat melalui Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat untuk kepentingan kelancaran program mereka. Dalam program semacam ini masyarakat hanya diikutkan tanpa diberikan pilihan. Hasil dari kajian keadaan pedesaan secara partisipatif berupa gambaran tentang masalah yang dihadapi masyarakat, potensi serta peluang pengembangan. Hasil ini sebagai dasar untuk tahapan berikutnya dalam proses pemberdayaan masyarakat.

Ukuran keberhasilannya adalah kemajuan fisik atau luasan tanaman, yang belum menyentuh pembinaan Sumber Daya Manusia (SDM) petani dan kelembagaan, belum memanfaatkan kearifan tradisional sebagai modal sosial (social capital), belum mengakomodasi tata nilai dan kelembagaan informal masyarakat lokal sebagai pondasi kelembagaan formal pengelolaan lahan, serta belum diadaptasikan dengan keragaman karakteristik bio-fisik lokasi, sosial dan budaya masyarakat lokal. Sehingga partisipasi masyarakat dalam pelestarian lahan menjadi sangat minim dan terabaikan.

Akibatnya tingkat keberhasilan pembangunan usaha budidaya tanaman sangat rendah dan sekaligus masyarakat tetap miskin atau malah menjadi tambah miskin. Efek negatif berikutnya kemiskinan tersebut telah memicu semakin maraknya penebangan liar, perambahan kawasan, dan lain-lain yang semakin mengakibatkan parahnya kerusakan lahan. Sementara itu keberadaan dan ketergantungan masyarakat lokal terhadap sumber daya alam sangat mempengaruhi keberhasilan pembangunan tanaman pertanian atau pengelolaan lahan, baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta. Dengan kata lain sasaran pengelolaan lahan secara maksimal tidak dapat dicapai tanpa memperhatikan partisipasi dan kesejahteraan masyarakat itu sendiri.

pestisida atau bahan kimia sejenisnya pada tanaman mereka, yang disebut dengan pertanian organik. Prinsip dasar pertanian organik adalah sama sekali tidak menggunakan pupuk pupuk kimia yang dapat merusak lingkungan dan dapat berdampak buruk pada tanaman itu sendiri apabila nantinya dikonsumsi oleh masyarakat. Karena itu pada pertanian organik juga menggunakan pupuk organik yang ramah lingkungan dan juga tidak memiliki kandungan kimia yang dapat berdampak negatif pada masyarakat yang nantinya mengkonsumsi hasil pertanian tersebut. Selama ini telah banyak inovasi inovasi pupuk organik yang dihasilkan oleh para ilmuwan dan para pakar dalam bidang pertanian diantaranya, pada saat ini sedang menjadi perhatian banyak para petani adalah Bokashi. Bokashi berasal dari bahasa Jepang yang artinya bahan bahan organik yang sudah diuraikan (difermentasi). Pupuk bokashi merupakan salah satu bentuk pupuk organik yang terbuat dari campuran antara bahan bahan organik dan pupuk kandang yang difermentasi atau didekomposisi oleh mikroorganisme. Suatu inovasi dikatakan bermanfaat apabila semua lapisan masyarakat dapat merasakan manfaat dari inovasi tersebut. Komunikasi penyuluhan berperan untuk dapat menyebarkan inovasi yang ada ke masyarakat atau dalam hal ini para petani. Penyerapan inovasi pada masyarakat memiliki tujuan akhir untuk merubah perilaku masyarakat tersebut dan dapat merubah pola pikir mereka sesuai dengan inovasi yang mereka terima atau yang disebut dengan adopsi.

Bokashi sebagai suatu inovasi telah banyak diadopsi oleh masyarakat di Indonesia khususnya para petani, yang memanfaatkan bokashi tersebut untuk kegiatan pertanian mereka. Masyarakat Indonesia yang berprofesi sebagai petani umumnya berada di wilayah pedesaan sehingga akses untuk mendapatkan informasi tergolong masih rendah. Demikian halnya dengan masyarakat di desa kecamatan Parmaksian yang menjadi objek penelitian penulis. Jauhnya jarak daerah ini dengan kota menyebabkan adanya keterbatasan informasi informasi yang didapatkan oleh masyarakat, terutama petani yang masih menggunakan cara cara tradisional dalam kegiatannya. Seperti jelas terlihat pada kegiatan mereka sehari hari dalam mengolah lahan pertaniannya, sebagian besar mereka hanya mengandalkan pupuk kimia yang biasa dijual di pasaran sebagai pupuk untuk tanaman mereka. Apabila pupuk mahal dan mereka tidak mampu untuk membelinya maka mereka tidak akan melakukan penanaman, sehingga mengakibatkan penurunan pendapatan dan tidak terpakainya lahan pertanian.

Penyuluhan pembuatan bokashi yang lakukan oleh pihak Kelompok Tani "Karya Tani" kepada masyarakat yang ada di desa Kecamatan Gumukmas dilakukan bukan tanpa pertimbangan terlebih dahulu, karena telah banyak juga ditemui kisah sukses dalam pemakaian bokashi dalam bidang pertanian, salah satunya di daerah Jember yang telah berhasil mencegah penyakit busuk batang pada tanaman vanili setelah menggunakan bokashi sebagai pengganti pupuk kimia yang sebelumnya dipakai dilahan pertanian mereka.

Penyuluhan yang dilakukan kepada masyarakat di desa Kecamatan Gumukmas dianggap tepat karena ditengah tingginya harga pupuk kimia dan langkanya kompos dipasaran, bokashi dapat dijadikan sebagai suatu alternatif untuk menggantikan fungsi pupuk kimia atau pun kompos, bahkan dianggap bokashi lebih unggul dibandingkan dengan pupuk kimia atau pun kompos.

Oleh karena itu, maka komunikasi penyuluhan yang dilakukan baik dari segi teknik, bahasa, dan sarana yang digunakan harus disesuaikan dengan daya nalar masyarakat yang dilihat dari segi pendidikan dan pola pikirnya, serta teknik komunikasi yang dapat menarik perhatian dari masyarakat tersebut agar penyuluhan yang dilakukan tidak hanya menambah pengetahuan, tetapi masyarakat yang telah disuluh tersebut menerima atau mengadopsi inovasi penyuluhan melalui tindakan nyata yakni mau mencoba menerapkan dan memakai pupuk Bokashi dalam kegiatan pertaniannya. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti sejauh manakah komunikasi penyuluhan pembuatan Bokashi oleh Kelompok Tani "Karya Tani". berpengaruh terhadap tingkat adopsi inovasi masyarakat di Kecamatan Gumukmas Kabupaten Jember.

Perkembangan pembangunan pertanian saat ini sudah mulai tampak dengan mulai berkembangnya pola atau teknik bertani yang dikembangkan oleh para petani. Perkembangan itu dapat dilihat pada misalnya mulai banyak petani yang mengembangkan teknik bertani dengan tanpa menggunakan pupuk kimia, Dari 28 butir GBHN di bidang ekonomi terdapat lima kebijaksanaan dasar yang menjadi acuan dalam pengembangan sektor pertanian melalui pendekatan agribisnis. Pertama, mengembangkan sistim ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada mekanisme pasar yang berkeadilan dengan prinsip persaingan sehat dan memperhatikan pertumbuhan ekonomi, nilai-nilai keadilan, kepentingan sosial, kualitas hidup, pembangunan berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. Kedua, mengembangkan perekonomian yang berorentasi global sesuai dengan kemajuan teknologi dengan membangun keunggulan kompetitif berdasarkan keunggulan komperatif dan produk unggulan daerah yang berbasis pada sumber daya alam dan sumber daya manusia dengan menghilangkan segala bentuk perlakuan diskriminatif dan hambatan, memberdayakan pengusaha kecil, menengah dan koperasi agar lebih efisien, produktif dan berdaya saing, fasilitas negara berupa perlindungan dari persaingan tidak sehat, pendidikan dan latihan, informasi bisnis dan teknologi, permodalan dan lokasi usaha. Mengembangkan hubungan kemitraan usaha, bentuk keterkaitan usaha yang saling menunjang dan menguntungkan.

Ketiga, meningkatkan penggunaan, pengembangan dan pemanfaatan IPTEK guna meningkatkan daya saing produk berbasis sumber daya lokal. Keempat, mengoptimalkan peran pemerintah dalam mengoreksi ketidak sempurnaan pasar dengan menghilangkan seluruh hambatan yang mengganggu mekanisme pasar melalui regulasi, layanan publik, subsidi dan intensif yang dilakukan secara transparan. Kelima. Mengembangkan sistim ketahanan pangan yang berbasis pada keragaman sumber daya bahan pangan, kelembagaan dan budidaya lokal dalam rangka menjamin tersedianya pangan dan nutrisi dalam jumlah dan mutu yang dibutuhkan pada tingkat harga terjangkau dengan memperhatikan peningkatan produksi dan pendapatan petani.

Untuk mewujudkan pertanian industri yang berkeadilan dan berwawasan kemandirian, kesejahteraan petani, ketahanan pangan dan kelestarian sumberdaya alam sejalan dengan diberlakukannya UU No 25 tahun 1999 tentang otonomi daerah, UU No 25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah PP No 25 tahun 2000 tentang pemerintah daerah, Pembangunan pertanian masa depan sangat ditentukan oleh kemampuan pengembangan Human Capital dan Tecnological. Oleh karena itu teknologi spesifik lokasi berwawasan agribisnis yang mampu merespon permintaan pasar secara tepat dan cepat, efektif dan efisien merupakan harapan semua pihak.

Sebagaimana tertuang dalam peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur No. 2 tahun 2001 tentang program pembangunan daerah Jawa Timur. Sektor kebijakan pembangunan pertanian pada dasarnya ditekankan pada pembangunan sistim ketahanan pangan, peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani melalui pengembangan agribisnis dan usaha pertanian rakyat yang dituangkan dalam tiga program utama pembangunan pertanian yaitu : a) Program peningkatan ketahanan pangan, b) Program pengembangan agribisnis, c) Program pembangunan pertanian rakyat terpadu.

Tidak ada suatu negara yang dapat mempertahankan suatu proses pertumbuhan ekonomi yang pesat tanpa terlebih dahulu memecahkan masalah ketahanan pangan (P. Timmer 1996 dalam Ma`rup M, 2003) . Sebagaimana tertuang dalam undang-undang no. 7 tahun 1996, bahwa pengembangan pangan dan kesejahteraan petani adalah kewajiban bersama antara pemerintah dan masyarakat. Peran pemerintah dalam hal ini adalah melaksanakan pengaturan dan pengendalian agar berkembang sistim pengusahaan pangan yang adil dan bertanggungjawab. Faktor utama ketahanan pangan mencakup ketersedian dan keterjangkauan atau akses untuk mendapatkan pangan, baik dalam jumlah, mutu, keamanan maupun kesesuaian dengan sosio kultur, dapat dijangkau secara fisik maupun ekonomi dan dapat dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan individu setiap waktu untuk sehat, tumbuh dan produktif.

Pada hakekatnya peningkatan pendapatan rumah tangga merupakan faktor kunci dari peningkatan ketahan pangan rumah tangga, sehingga dengan tujuan pada peningkatan pendapatan, maka pembangunan petanian tanaman pangan dan hortikultura harus didasarkan pada kaidah bisnis dalam rangka mendayagunakan keunggulan komperatif dan kompetitif. Pada kondisi dimana pembangunan agribisnis belum berjalan seperti yang diharapkan pada masa kritis dan pemulihan krisis saat ini maka untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan upaya-upaya khusus. Dengan demikian maka agribisnis komoditas pangan yang berbasis sumberdaya lokal yang menghasilkan, mengolah dan memasarkan berbagai ragam produk pangan serta memberikan pendapatan bagi masyarakat akan memberi kontribusi yang besar terhadap terwujudnya ketahanan pangan. Dengan pendekatan tersebut maka kebijaksanaan ketahan pangan diarahkan pada : a) Keragaman sumberdaya, b) Efisiensi ekonomi dan keunggulan kompetitif wilayah (daerah), c) Pengaturan distribusi pangan mengacu pada mekanisme pasar yang kompetitif, d) Sebagai bagian dari pendapatan petani.

Program pengembangan agribisnis diarahkan untuk meningkatkan produktifitas, kualitas dan produksi tanaman pangan dan hortikultura yang dapat dipasarkan sebagai bahan baku industri pengolahan maupun eksport serta berkurangnya nilai dan volume import hasil pertanian tanaman pangan dan hortikultura, meningkatkan kesempatan kerja produktif di pedesaan. Pada on farm dan of farm yang memberikan imbalan wajar, meningkatkan partisipasif aktif masyarakat dan investasi swasta dalam pengembangan agribisnis serta memajukan perekonomian dipedesaan dan terpeliharanya produktifitas sumberdaya alam, berkembangnya usaha pertanian konservasi dan terjaganya kualitas lingkungan hidup.

I.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut : sejauhmana metode komunikasi penyuluhan pembuatan Bokashi oleh kelompok tani "Karya Tani". berpengaruh terhadap tingkat adopsi inovasi masyarakat di Kecamatan Gumukmas Kabupaten Jember ?

1. Bagaimana pelaksanaan pemberdayaan masyarakat petani di kecamatan Gumukmas dalam upaya meningkatkan hasil panen melalui program Pupuk Organik (Bokashi)?

2. Apakah faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pelaksanaan program Pupuk Organik (Bokashi) di kecamatan Gumukmas?

3. Bagaimana keberhasilan pemberdayaan masyarakat petani di kecamatan Gumukmas dalam upaya meningkatkan hasil panen melalui program Pupuk Organik (Bokashi)?

I.3. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian, maka penulis membatasi masalah yang akan diteliti sebagai berikut :

1. Penelitian terbatas pada pengaruh metode penyuluhan yang dilakukan oleh kelompok tani Karya Tani.

2. Inovasi yang ingin diteliti dalam penelitian ini adalah bokashi yang merupakan inovasi dalam bidang pertanian.

3. Objek penelitian adalah masyarakat di Desa Bagurjo, Desa Keting dan Kecamatan Gumukmas yang ikut dalam acara penyuluhan tentang pembuatan Bokashi oleh kelompok tani Karya Tani.

4. Masyarakat yang dijadikan sebagai objek penelitian atau sampel adalah masyarakat yang minimal tiga kali ikut dalam kegiatan penyuluhan, baik dalam pertemuan besar atau pun pertemuan kecil (tatap muka).

5. Penelitian ini dilaksanakan pada pertengahan bulan Maret 2014 sampai dengan selesai.

I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

I.4.1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui tanggapan peserta penyuluhan terhadap pelaksanaan penyuluhan pembuatan Bokashi yang dilakukan oleh kelompok tani "Karya Tani".2. Untuk mengetahui pengaruh metode komunikasi penyuluhan tentang pembuatan bokashi terhadap tingkat adopsi inovasi masyarakat di Kecamatan Gumukmas Kabupaten Jember.

3. Mengetahui pelaksanaan pemberdayaan masyarakat petani dalam upaya meningkatkan hasil panen melalui program Pupuk Organik (Bokashi) di kecamatan Gumukmas

4. Mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pelaksanaan program Pupuk Organik (Bokashi) di kecamatan Gumukmas

5. Mengetahui tingkat keberhasilan program pemberdayaan masyarakat petani di kecamatan moyudan dalam upaya meningkatkan hasil panen melalui program Pupuk Organik (Bokashi) di kecamatan Gumukmas

1.5 Manfaat penelitian

1.5.1 Manfaat teoritis

1. Hasil penelitian ini dapat menambah khasanah di bidang Pendidikan Luar Sekolah pada konsep pemberdayaan masyarakat soal dalam pertanian tentang Pupuk Organik (Bokashi)

1.5.2 Manfaat praktis

1. Sebagai bahan kajian untuk penelitian selanjutnya serta sebagai penambah pengalaman dan wawasan khususnya bagi penulis, umumnya bagi masyarakat tentang pemberdayaan masyarakat petani dalam upaya meningkatkan hasil panen melalui program Pupuk Organik (Bokashi) di kecamatan Gumukmas

BAB II. KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian pustaka

1. Tinjauan pemberdayaan masyarakat petani

a. Pengertian pemberdayaan masyarakat

Pemberdayaan masyarakat adalah proses pembangunan di mana masyarakat berinisiatif untuk memulai proses kegiatan sosial untuk memperbaiki situasi dan kondisi diri sendiri (wikipedia-indonesia).

Pemberdayaan merupakan penciptaan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling) (Ambar T. Sulistyani, 2004:79)

Priyono (1996) memberikan makna pemberdayaan masyarakat sebagai upaya menjadikan suasana kemanusiaan yang adil dan beradab menjadi semakin efektif secara struktural, baikdalam kehidupan keluarga, masyarakat, negara, regional, internasional maupun dalam bidang politik, ekonomi, psikologi dan lain-lain. Mem-berdayakan masyarakat mengandung mak-na mengembangkan, memandirikan, men-swadayakan dan memperkuat posisi tawar-menawar masyarakat lapisan bawah ter-hadap kekuatan penekan di segala bidang dan sektor kehidupan.

Menurut definisinya, oleh Masoed (1990), pemberdayaan diartikan sebagai upaya untuk memberikan daya (empowerment) atau kekuatan (strengthening) kepada masya-rakat. Sehubungan dengan pengertian ini, Sumodiningrat (1997) mengartikan keberdayaan masyarakat sebagai kemam-puan individu yang bersenyawa dengan masyarakat dalam membangun keberdayaan masyarakat yang bersangkutan.

Masyarakat dengan keberdayaan yang tinggi, adalah masya-rakat yang sebagian besar anggotanya sehat fisik dan mental, terdidik dan kuat, dan memiliki nilai-nilai intrinsik yang juga menjadi sumber keberdayaan, seperti sifat-sifat kekeluargaan, kegotong-royongan, dan (khusus bagi bangsa Indonesia) adalah keragaman atau kebhinekaan.

Keberdayaan masyarakat, adalah unsur-unsur yang memungkinkan masyarakat mampu bertahan (survive) dan (dalam pengertian yang dinamis) mampu mengembangkan diri untuk mencapai tujuan-tujuannya. Karena itu, memberdaya-kan masyarakat merupakan upaya untuk (terus menerus) me-ningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat bawah yang tidak mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan.

Dengan kata lain, memberdayakan masyarakat adalah mening-katkan kemampuan dan meningkatkan kemandirian masyara-kat. Sejalan dengan itu, pemberdayaan dapat diartikan sebagai upaya peningkatan kemampuan masyarakat (miskin) untuk berpartisipasi, bernegosiasi, mempengaruhi dan mengendali-kan kelembagaan masyarakatnya secara bertanggung-gugat (accountable) demi perbaikan kehidupannya

Empowerment atau pemberdayaan secara singkat dapat diartikan sebagai upaya untuk memberiikan kesempatan dan kemampuan kepada kelompok masyarakat (miskin) untuk mampu dan berani bersuara (voice) serta kemampuan dan keberanian untuk memilih (choice).

Karena itu, pemberdayaan dapat diartikan sebagai proses terencana guna meningkatkan skala/upgrade utilitas dari obyek yang diberdayakan. Dasar pemikiran suatu obyek atau target group perlu diberdayakan karena obyek tersebut mem-punyai keterbatasan, ketidakberdayaan, keterbelakangan dan kebodohan dari berbagai aspek. Oleh karenanya guna meng-upayakan kesetaraan serta untuk mengurangi kesenjangan diperlukan upaya merevitalisasi untuk mengoptimalkan utilitas melalui penambahan nilai. Penambahan nilai ini dapat mencakup pada ruang bidang aspek sosial, ekonomi, kese-hatan, politik dan budaya.

Pemberdayaan dapat dimaknai sebagai proses tumbuhnya kekuasaan serta kemampuan baik individu maupun kelompok masyarakat yang masih miskin, terpinggirkan dan belum berdaya. Melalui proses pemberdayaan diharapkan kelompok masyarakat masyarakat bawah dapat terangkat menjadi kelompok manusia yang menengah dan atas. Hal tersebut dapat terjadi bila mereka diberikan kesempatan serta fasilitas dan bantuan dari pihak yang terkait. Kelompok masyarakat miskin di pedesaan sulit untuk melakukan proses pemberdayaan tanpa adanya bantuan dan fasilitas.

b. Tujuan pemberdayaan masyarakat

Untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut meliputi kemandirian berpikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka lakukan tersebut. Pemberdayaan masyarakat hendaknya mengarah pada pembentukan kognitif masyarakat yang lebih baik. Kondisi kognitif pada hakikatnya merupakan kemampuan berpikir yang dilandasi oleh pengetahuan dan wawasan seorang atau masyarakat dalam rangka mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi. Kondisi konatif merupakan sikap perilaku masyarakat yang terbentuk yang diarahkan pada perilaku yang sensitif terhadap nilai-nilai pembangunan dan pemberdayaan. Kondisi afektif adalah merupakan sense yang dimiliki oleh masyarakat yang diharapkan dapat diintervensi untuk mencapai keberdayaan dalam sikap dan perilaku. Kemampuan psikomotorik merupakan kecakapan keterampilan yang dimiliki masyarakat sebagai upaya pendukung masyarakat dalam rangka melakukan aktivitas pembangunan. Terjadinya keberdayaan pada empat aspek tersebut (kognitif, konatif, afektif dan psikomotorik) akan dapat memberikan kontribusi pada tercapainya kemandirian masyarakat yang dicita-citakan.(Ambar T. Sulistyani, 2004:80).

Pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk membuat masyarakat menjadi mandiri, dalam arti memiliki potensi untuk mampu memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi, dan sanggup memenuhi kebutuhannya dengan tidak menggantungkan hidup mereka pada bantuan pihak luar, baik pemerintah maupun organisasi-organisasi non-pemerintah.

c. Unsur-unsur Pemberdayaan Masyarakat

Upaya pemberdayaan masyarakat perlu memperhati-kan sedikitnya 4 (empat) unsur pokok , yaitu:

1) Aksesibilitas informasi, karena informasi merupakan kekuasaan baru kaitannya dengan peluang, layanan, penegakan hukum, efektivitas negosiasi, dan akuntabilitas.

2) Keterlibatan atau partisipasi, yang menyangkut siapa yang dilibatkan dan bagaimana mereka terlibat dalam kese-luruhan proses pembangunan.

3) Akuntabilitas, kaitannya dengan pertanggungjawaban publik atas segala kegiatan yang dilakukan dengan meng-atas-namakan rakyat.

4) Kapasitas organisasi lokal, kaitannya dengan kemampuan bekerja-sama, mengorganisir warga masyarakat, serta memobilisasi sumberdaya untuk memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi.

d. Syarat Tercapainya Tujuan Pemberdayaan Masyarakat

Untuk mencapai tujuan-tujuan pemberdayaan masya-rakat terdapat tiga jalur kegiatan yang harus dilaksanakan, yaitu :

1) Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat untuk berkembang. Titik-tolaknya adalah, pengenalan bahwa setiap manusia dan masya-rakatnya memiliki potensi (daya) yang dapat dikembang-kan.

2) Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu, dengan mendorong, memberikan motivasi, dan membang-kitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya, serta berupaya untuk mengembangkannya.

3) Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (empowering).

2. Tinjauan hasil panen

a. Pengertian hasil panen

Dalam ekonomi pertanian, hasil usaha tani, hasil panen, atau sangat sering disingkat hasil saja, adalah besaran yang menggambarkan banyaknya produk panen usaha tani yang diperoleh dalam satu luasan lahan dalam satu siklus produksi. Satuan hasil biasanya adalah bobot (massa) per satuan luas, seperti kg per hektare (= kg/ha atau kg.ha-1), kuintal (desiton, dt) per hektare, dan (metrik-)ton per hektare.

Wujud fisik hasil berbeda-beda tergantung komoditi. Untuk tanaman penghasil biji-bijian (serealia dan legum) hasil yang dihitung adalah bulir atau biji yang telah dikeringkan. Pada berbagai tanaman sayuran hasil yang dihitung adalah buah atau daun atau seluruh bagian di atas permukaan tanah. Sisa panen di bagian atas permukaan tanah yang tidak dihitung sebagai hasil usaha tani diberi istilah brangkasan.( Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas).

b. Upaya peningkatkan hasil panen

Strategi berikut dapat diadopsi untuk meningkatkan produktivitas padi di berbagai negara:

Penekanan dapat diberikan pada pendekatan sistem tanam daripada pendekatan pengembangan tanaman tunggal ..

Perbanyakan tanaman teknologi spesifik lokasi produksi di berbagai agro-klimatik zona.

Penggantian potensi rendah / hama varietas lama rentan dengan varietas unggul baru dengan potensi hasil menjanjikan.

Untuk mendorong budidaya padi hibrida melalui demonstrasi dan biji membuat tersedia bagi petani.

Memotivasi para petani untuk menyediakan irigasi hidup hemat untuk tanaman sedapat mungkin selama musim kering panjang.

Meningkatkan kesuburan tanah.

Penekanan pada penggunaan nutrisi yang seimbang tanaman bersama dengan mempopulerkan sistem manajemen pabrik terintegrasi.

Penggunaan bio-pupuk.

Mempopulerkan menabur garis di daerah padi gogo melalui pembentukan cocok penyemaian perangkat dari tingkat yang diinginkan dari populasi tanaman, mudah dalam pengendalian gulma dan aplikasi teknik manajemen lainnya.

Mendorong penggunaan mesin serta lembu ditarik dan menyerahkan alat dioperasikan.

Pengendalian yang efektif terhadap hama dan penyakit dengan menekankan kebutuhan aplikasi berbasis pestisida.

Lebih menekankan pada penerapan non-moneter masukan seperti menabur tepat waktu, menjaga populasi tanaman optimal, irigasi tepat waktu, efisiensi penggunaan pupuk, langkah-langkah perlindungan tanaman dan pemanenan tepat waktu panen dll

3. Tinjauan gapoktan

c. Petani adalah perorangan warga negara Indonesia beserta keluarganya atau korporasi yang mengelola usaha di bidang pertanian yang meliputi usaha hulu, usaha tani, agroindustri, pemasaran dan jasa penunjang.

Kelompok Tani (Poktan) adalah kumpulan petani/peternak yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota.

b. Pengertian gapoktan

Gapoktan adalah kumpulan beberapa kelompok tani yang bergabung dan bekerjasama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha (Gapoktan sesuai Permentan No. 273 Tahun 2007 tentang Pedoman Pembinaan Kelembagaan Petani).

c. Tujuan gapoktan

Meningkatkan kemampuan dan keterampilan SDM melalui pendidikan pelatihan dan study banding sesuai kemampuan keuangan Gapoktan

Meningkatkan kesejahteraan anggotanya secara keseluruhan tanpa kecuali yang terlibat dalam kepengurusan maupun hanya sebagai anggota, secara materiil maupun non material sesuai dengan kontribusi/andil/masukan yang diberikan kepada pengembangan Organisasi Gapoktan

Menyelenggarakan dan mengembangkan usaha dibidang pertanian dan jasa yang berbasis pada bidang pertanian.

Dalam membangun kerjasama dengan berbagai pihak, hams diketahui dan disepakati oleh rapat angota, dengan perencanaan dan analisa yang jelas dan harus berpedoman Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.

d. Prinsip-Prinsip Organisasi Petani

Dibentuk untuk mempermudah anggota-anggotanya mencapai sebagian apa yang dibutuhkan dan/atau diinginkan, Dengan kesadaran semacam itu setiap anggota menginginkan dan akan berusaha agar kelompoknya dapat benar-benar efektif dalam menjalankan fungsinya, dengan meningkatkan mutu interaksi/kerjasamanya dalam memanfaatkan segala potensi yang ada pada anggota dan lingkungannya untuk mencapai tujuan kelompok.

e. Manfaat Gapoktan

Memudahkan para penyuluh pertanian melakukan pembinaan dalam memfasilitasi para petani dalam mengembangkan usahanya.

Memudahkan para pengambil kebijakan melaksanakan program-program yang akan dikembangka

Memudahkan penyuluh pertanian melakukan pemberdayaan terhadap petani.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian tentang pemberdayaan masyarakat ini, sebelumnya telah dilakukan beberapa penelitian terkait hal tersebut, diantaranya adalah:

1. Penelitian milik Siti Jariyah (2011) yang berjudul pemberdayaan masyarakat dan mobilitas sosial di padukuhan pugeran, maguwoharjo, depok, sleman, yogyakarta menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pemberdayaan masyarakat dan mobilitas sosial adalah adanya kegiatan pemberdayaan secara tidak langsung berpengaruh terdapat peningkatan status dan peran eseorang atau masyarakat dalam kehidupan. Berbagai macam fasilitas maupun saluran yang ada di masyarakat dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup.

2. Hasil penelitian milik Oktarina Dwi Handayani (2010) yang berjudul pemberdayaan perempuan melalui program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri perdesaan (PNPM MD) dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga di desa pesalakan, kecamatan bandar, kabupaten batang adalah konsep pembangunan pada dasarnya dapat dilakukan melalui dua teknik, yaitu : partisipasi masyarakat dan pembangunan masyarakat. Kedua teknik ini dapat diartikan proses pemberdayaan merupakan pembangunan yang bersumber dari, oleh dan untuk masyarakat.sedangkan partisipasi masyarakat diartikan sebagai partisipasi dari masyarakat sebagai pemanfaat program. Partisipasi tersebut tidak hanya pada pelaksanaan program, tapi dimulai dari tahap penggalian gagasan, tahap perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai pada tahapan pelestarian kegiatan.

3. Penelitian milik Kristinah Prasetia Ningsih (2010) dengan judul implementasi pemberdayaan keluarga melalui pendidikan anak usia dini pada pos pemberdayaan keluarga di dusun saman desa bangunharjo kecamatan sewon kabupaten bantul disimpulkan bahwa pemberdayaan masyarakat desa merupakan program pembangunan yang perlu menghiraukan dan memperhitungkan pola kehidupan yang sedang berlangsung di masyarakat, kondisi ini harus diberi nilai dan jangan sekali-kali diubah dengan cara perombakan. Kondisi masyarakat setempat perlu dihargai yaitu diberi apresiasi, penghargaan dan pemberian nilai pada kondisi kehidupan masyarakat tersebut adalah salah satu cara untuk suksesnya pengembangan masyarakat desa sebagaimana yang diharapkan.

C. Kerangka berpikir

Dalam era sekarang ini banyak sekali masalah-masalah sosial yang timbul. Dari banyaknya masalah, paling sering kita dengar ialah masalah sosial ekonomi. Masyarakat dalam kalangan menengah ke bawah-lah yang sering menemui masalah ini. Dikatakan seperti karena masyarakat dalam kalangan menengah ke bawah belum cukup berdaya.

Untuk menjawab permasalahan di atas, dicetuskannya program pemberdayaan masyarakat. Masyarakat yang perlu diberdayakan sangatlah beragam profesinya mulai dari pemuda sampai pada mereka yang sudah usia lanjut. Dalam hal ini, pemberdayaan yang diprogramkan ialah program pemberdayaan bagi mereka masyarakat petani. Masyarakat petani di kawasan pinggiran atau desa masih belum berdaya. Tidak sedikit dari mereka yang masih belum sejahtera.

Dengan adanya kasus tersebut, pemerintah merespon tuntutan petani dengan menggulirkan program gapoktan (gabungan kelompok tani) yang mana dengan adanya program tersebut masyarakat petani menjadi lebih berdaya, mandiri serta dapat meningkatkan hasil panen dan kemudian mencapai tujuan akhir yang dicita-citakan yaitu meningkatnya kesejahteraan.

Timbul masalah-masalah soaial pada petani Program pemberdayaan masyarakat Masyarakat petani program Gapoktan (gabungan kelompok tani) Meningkatkan hasil penen Meningkatkan penghasilan dan kesejahteraan

D. Pertanyan penelitian

Sebagai acuan dalam melakukan penelitian ini, maka peneliti membuat rumusan pertanyaan umum yang nantinya akan mengisi pembahasan dalam penelitian, yaitu sebagai berikut :

1. Bagaimana pelaksanaan pemberdayaan masyarakat petani di kecamatan Moyudan dalam upaya meningkatkan hasil panen melalui program gapoktan?

a. Bagaimana rekruitmen anggota program pemberdayaan masyarakat petani di kecamatan Moyudan dalam upaya meningkatkan hasil panen melalui program gapoktan?

b. Apa saja usaha yang dilakukan anggota program pemberdayaan masyarakat petani dalam upaya meningkatkan hasil panen?

c. Bagaimana program pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat petani di kecamatan Moyudan dalam upaya meningkatkan hasil panen melalui program gapoktan?

2. Faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam upaya meningkatkan hasil panen melalui program gapoktan?

3. Bagaimana tingkat keberhasilan program pemberdayaan masyarakat petani di kecamatan Moyudan dalam upaya meningkatkan hasil panen melalui program gapoktan?

a. Dilihat dari ketercapaian tujuan dan tanggapan dari petani anggota gapoktan dalam upaya meningkatkan hasil panen.