bab 1

10
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu jenis pengobatan non konvesional yang sangat besar penggunaannya dalam masyarakat adalah pengobatan tradisional komplementer- alternatif. Berdasarkan hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tentang penggunaan pengobatan tradisional termasuk di dalamnya pengobatan komplementer – alternatif yang meningkat dari tahun ke tahun (digunakan oleh 40 % penduduk Indonesia). Untuk mendukung penyelenggaraan pengobatan tersebut Kementerian Kesehatan telah menerbitkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 1076/Menkes/SK/2003 tentang pengobatan tradisional dan Peraturan Menteri Kesehatan No. 1109/Menkes/PER/IX/2007 tentang penyelenggaraan pengobatan komplementer – alternatif di fasilitas kesehatan pelayanan kesehatan, jenis pengobatan, tenaga pelaksana termasuk tenaga asing. Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan definisi pengobatan komplementer tradisional – alternatif adalah pengobatan non konvensional yang 1

description

ada

Transcript of bab 1

7

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang PenelitianSalah satu jenis pengobatan non konvesional yang sangat besar penggunaannya dalam masyarakat adalah pengobatan tradisional komplementer- alternatif. Berdasarkan hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tentang penggunaan pengobatan tradisional termasuk di dalamnya pengobatan komplementer alternatif yang meningkat dari tahun ke tahun (digunakan oleh 40 % penduduk Indonesia).

Untuk mendukung penyelenggaraan pengobatan tersebut Kementerian Kesehatan telah menerbitkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 1076/Menkes/SK/2003 tentang pengobatan tradisional dan Peraturan Menteri Kesehatan No. 1109/Menkes/PER/IX/2007 tentang penyelenggaraan pengobatan komplementer alternatif di fasilitas kesehatan pelayanan kesehatan, jenis pengobatan, tenaga pelaksana termasuk tenaga asing. Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan definisi pengobatan komplementer tradisional alternatif adalah pengobatan non konvensional yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas, keamanan dan efektifitas yang tinggi berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik tapi belum diterima dalam kedokteran konvensional. Dalam penyelenggaraannya harus sinergi dan terintegrasi dengan pelayanan pengobatan konvensional dengan tenaga pelaksananya dokter, dokter gigi dan tenaga kesehatan lainnya yang memiliki pendidikan dalam bidang pengobatan komplementer tradisional alternatif. Jenis pengobatan komplementer tradisional - alternatif yang dapat diselenggarakan secara sinergi dan terintegrasi harus ditetapkan oleh Menteri Kesehatan setelah melalui pengkajian.Di Indonesia, obat dan pengobatan tradisional sudah ada sejak berabad-abad yang lalu, jauh sebelum pelayanan kesehatan formal dengan obat-obatan modernnya dikenal masyarakat. Hal ini didukung oleh kondisi bangsa Indonesia yang terdiri atas ribuan pulau dan beragam suku bangsa serta tersedianya flora dan fauna yang sedemikian banyak jumlahnya. Pengobatan seperti ini merupakan salah satu upaya yang digunakan dalam penanggulangan masalah kesehatan yang dihadapi. Pengobatan tradisional pada saat ini merupakan salah satu pengobatan alternatif yang hingga kini makin diminati oleh masyarakat, terlebih lagi dengan kesadaran untuk kembali ke alam atau Back to Nature. (Nafisah, 2000 dalam Lestari, 2004 : 335-336). Salah satu dari pengobatan tradisional yang masih sering digunakan masyarakat adalah pengobatan patah tulang. Dukun patah tulang merupakan suatu bentuk pengobatan tradisional yang masih cukup banyak dipakai oleh penderita sebagai alternatif terhadap cara pengobatan yang diberikan oleh ilmu kedokteran. (Mangunsudirdjo, 1992 : 76). Mulyono Notosiswoyo dalam tesisnya yang berjudul Pengobatan Tradisional Patah Tulang Cimande, ia meneliti tentang mengapa dan bagaimana pengobatan tradisional patah tulang dapat bertahan sebagai suatu profesi dan pelayanan pengobatan pada masyarakat Indonesia . Dalam tulisannya, beliau menjelaskan bahwa masyarakat masih mempercayai adanya kekuatan supernatural yang dimiliki oleh dukun patah tulang tersebut beserta doa dan minyaknya. Selain itu kharisma yang tadinya dimiliki oleh gurunya atau orang tuanya ikut mendukung pengakuan masyarakat terhadap kemampuan mereka mengobati patah tulang dan sejenisnya.(Notosiswoyo, 1995 : 130).

Jasa pengobatan pijat urut atau bengkel tulang tradisional kerap menjadi pilihan sebagian masyarakat untuk memperbaiki kasus patah tulang (fraktur) atau penyambungan tulang. Di Garut sendiri banyak masyarakat yang masih menggunakan jasa bengkel tulang, diantaranya bengkel tulang yang sudah terkenal adalah, adalah bengkel tulang milik H. Adin dan H. Entoh di daerah Karangpawitan dan milik Didah Begawat di daerah Pasirwangi, adapula Atang di daerah Malangbong, serta masih banyak lagi yang lainnya dan tersebar di daerah Garut. Kebanyakan berada di daerah yang cukup terpencil.1.2 Rumusan Masalah Penelitian1. Bagaimana proses pengobatan pijat patah tulang di Garut ?

2. Apakah terdapat perbedaan cara pengobatan masing-masing pelaku terapi ?3. Bagaimana gambaran umum pengobatan pijat patah tulang ?4. Bagaimana sejarah tempat pengobatan patah pijat tulang ?

5. Apa tujuan pemijatan pijat patah tulang ?

6. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan tempat pengobatan pijat patah tulang ?

7. Bagaimana pembiayaan dalam pengobatan patah tulang tradisional ?

8. Bagaimana potensi pengembangan dalam pengobatan pijat patah tulang ?

1.3 Tujuan Penelitian1.3.1 Tujuan Akademis

1. Mengetahui proses pengobatan pijat patah tulang di Garut.2. Mengetahui apakah ada perbedaan cara pengobatan masing-masing pelaku terapi.3. Mengetahui gambaran umum pengobatan patah tulang tradisional.

4. Mengetahui sejarah tempat pengobatan patah tulang tradisional.5. Mengetahuit tujuan pemijatan patah tulang.

1.3.2 Tujuan Pragmatis

1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan tempat pengobatan pijat patah tulang.2. Mengetahui pembiayaan dalam pengobatan patah tulang tradisional.3. Mengetahui potensi pengembangan dalam pengobatan pijat patah tulang.1.4 Teknik Pengumpulan DataTeknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu, yang pertama wawancara, data yang diperoleh terdiri dari pengalaman, pendapat, perasaan, dan pengetahuannya. Kedua adalah observasi (pengamatan) yang terdiri dari kegiatan, perilaku, tindakan orang-orang. Ketiga yaitu penelaahan terhadap dokumen tertulis.Tahap awal perkenalan penulis dengan pemilik tempat pengobatan, penulis mengutarakan maksud dan tujuan penulis sebagai seorang Mahasiswa/i Program Studi S1 Keperawatan STIKes Karsa Husada Garut yang sedang mengerjakan tugas penelitian mini. Pada tahap awal ini, penulis bertanya mengenai sejarah tempat pengobatan dan teknik pengobatan untuk mengetahui gambaran umum dari pengobatan pijat patah tulang. 1.4.1 WawancaraWawancara merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui bercakap-cakap dan berhadapan muka dengan orang yang dapat memberikan keterangan pada peneliti. Wawancara dapat dipakai untuk melengkapi data yang diperoleh melalui observasi. (Mardalis, 2006: 64)

Dalam penelitian ini, penulis melakukan wawancara dengan pengobat, pasien, dan keluarga pasien di tempat pengobatan pijat patah tulang. Dalam melakukan wawancara, penulis menggunakan alat bantu berupa kamera digital, handphone, dan catatan kecil.

1.4.2 Observasi (Pengamatan)

Sebuah teknik pengumpulan data yang mengharuskan peneliti melibatkan diri dalam kehidupan dari masyarakat yang diteliti untuk dapat melihat dan memahami gejala-gejala yang ada, sesuai maknanya dengan yang diberikan atau dipahami oleh para warga masyarakat yang ditelitinya. Termasuk dalam pengertian metode pengamatan terlibat adalah wawancara dan mendengarkan serta memahami apa yang didengarnya. (Suparlan 1994:6)Penulis melakukan pengamatan lokasi penelitian, kondisi lingkungan fisik tempat pengobatan pijat patah tulang, serta untuk mendapatkan informasi yang tidak dapat diperoleh melalui wawancara, seperti untuk melihat apa yang dilakukan oleh para pelaku terpait dalam melakukan pengobatan terhadap para pasiennya, serta untuk melihat kesesuaian antara yang dikatakan dengan yang terjadi di lapangan.

Pada pengamatan ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai proses pengobatan yang dilakukan para pengobat serta interaksi yang terjadi. Pengamatan di ruang rawat penulis lakukan pada saat pelaku terapi sedang melakukan pengobatan.

1.4.3 Studi KepustakaanPenulis menggunakan data yang didapatkan dari buku-buku, laporan-laporan hasil penelitian sebelumnya, dan literature-literatur yang berhubungan dengan penelitian ini, sebagai langkah awal untuk memulai penelitian serta untuk mendapatkan pengetahuan mengenai pengobatan tradisional khususnya pengobatan tradisional patah tulang.

Sumber yang digunakan diantaranya :

1. Buku

a. Bruner & Suddarth. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.

Buku tersebut dijadikan sebagai acuan dalam penyusunan tinjauan pustaka yang berhubungan dengan patah tulang.

2. Hasil Penelitian

a. Rahmadewi, Ida. 2009. Pengobatan Tradisional Patah Tulang. Skripsi FISIP UI : Tidak diterbitkan.

b. Ritonga, Lamtiur. 2014. Gambaran Karakteristik Keluarga Pasien Fraktur yang Memilih Pengobatan Tradisional Dukun Patah Sepadan Tarigan di T.Morawa. Skripsi Fakultas Keperawatan USU : Tidak diterbitkan.

c. Zulkifli. 2004. Pengobatan Tradisional Sebagai Pengobatan Alternatif Harus Dilestarikan. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat USU : Tidak diterbitkan.Hasil penelitian tersebut digunakan sebagai acuan dalam pembuatan laporan mini ini.1.5 Lokasi PenelitianPenelitian ini berlokasi di :

1. Kp. Cibolerang RT/RW 02/03 Ds. Karangsari Kec. Karangpawitan Kab. Garut

2. Kp. Cipalah RT/RW 02/07 Ds. Padamukti Kec. Pasirwangi Kab. Garut3. Kp. Cibolerang RT/RW 01/01 Ds. Karangsari Kec. Karangpawitan Kab. Garut

Nafisah, 2000 dalam Tri Wahyuni Lestari, Penelitian tanaman obat di beberapa Perguruan Tinggi di Indonesia, (Jakarta : Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi dan Obat Tradisional Badan Litbang Kesehatan Departemen Kesehatan RI, 2004), 335-336

R. Saleh Mangunsudirdjo, Fraktur, Penyembuhan, Penanganan, dan Komplikasi, (Semarang : Balai Penerbit FK Undip, 1992), 76

Mulyono Notosiswoyo, Tesis : Pengobatan Tradisional Patah Tulang Cimande,(1995), 130

Mardalis, Metode Penelitian (Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta : Bumi Aksara, 2006), 64

Parsudi Suparlan, Metode Penelitian Kualitatif , (Jakarta : Universitas Indonesia, 1994), 6

1