bab 1 -4
-
Upload
made-sujana -
Category
Documents
-
view
175 -
download
0
Transcript of bab 1 -4
5/16/2018 bab 1 -4 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-4-55ab574d65dc5 1/37
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gambaran masyarakat Indonesia yang ingin dicapai melalui pembangunan
bidang kesehatan, sebagaimana dirumuskan dalam Visi Indonesia Sehat 2010,
ditandai dengan penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, memiliki
kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, serta memiliki
derajat kesehatan yang setinggi- tingginya. Salah satu masalah penting yang
dihadapi untuk mewujudkan visi tersebut adalah penyalahgunaan narkotika,
psikotropika dan zat adiktif lainnya (NAPZA), atau yang lebih populer disebut
dengan narkoba (Afiatin, 2008).
Data pada United Nation International Drug Control Program (UNDP, 2008)
saat ini lebih dari 200 juta orang di seluruh dunia telah menyalahgunakan NAPZA.
3,4 juta diantaranya adalah orang Indonesia. Dari hasil survey nasional yang
dilakukan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) dan Dit IV Narkoba & Bareskrim
Polri selama tahun 2007 terjadi 45.160 kasus penyalahgunaan NAPZA pada
beberapa provinsi di Indonesia. Bali menempati urutan ke- 4secara nasional sebagai
daerah terjadinya kasus penyalahgunaan NAPZA dengan 1.244 kasus (BNN, 2008).
Sedangkan dalam laporan bulanan Badan Narkotika Provinsi Bali pada bulan
Agustus 2006 saja telah terjadi 53 kasus NAPZA dengan 56 jumlah tersangka serta
24 orang menjalani rehabilitasi narkoba (BNN-Bali,2008). Data dari Program
Terapi Rumatan Metadon “ Sandat” RSU Sanglah Denpasar dari tanggal 17
Februari 2003 sampai dengan hingga akhir Februari 2008 di dapatkan data jumlah
total pasien teregister 313 orang, masih memerlukan pengobatan 75 orang, sudah
1
5/16/2018 bab 1 -4 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-4-55ab574d65dc5 2/37
pulih 53 orang (16.7%), dirujuk ke center Metadon lain 64 orang, keluar dari klinik
111 orang (35,1%), dan meninggal 10 orang (3,2%). Dari sekian pasien terdapat 5
orang wanita (1,6%) dan sisanya adalah laki- laki.
Usaha untuk meningkatkan angka keberhasilan terapi rehabilitasi sendiri saat
ini telah di kembangkan dengan berbagai cara, antara lain terapi substitusi
menggunakan methadone dan bufrenorfin, terapi detoksifikasi dan bimbingan
mental namun angka keberhasilan terapi ini masih relatif rendah, berdasarkan hasil
penelitian Kreek, pakar adiksi dari Laboratory of the biology of addictive diseases,
The Rockfeller University, New York, tingkat keberhasilan terapi tanpa obat atau
detoksifikasi hanya 5% hingga 20% persen. Sementara untuk terapi substitusi
mencapai 50% hingga 80%, sedangkan angka penyalahguna NAPZA terus
meningkat setiap tahunnya (Spirita M, 2009).
Metadon sendiri merupakan sintetik dari opioid yang digunakan sebagai obat
analgesik, antitusif dan maintenance anti-addictive yang digunakan pada pecandu
opioid pertama kali di kembangkan di Jerman pada tahun 1937. Pasien yang
menjalani terapi rehabilitasi narkoba harus memakai obat ini setiap hari secara
teratur, sebab akan menjadi sia- sia jika pasien tidak datang lagi untuk terapi
metadon. Tiga hari pasien tidak minum, ketika datang lagi untuk melanjutkan
program terapi, dianggap menjadi pasien baru. Artinya, berapapun lamanya
seseorang menjalani terapi, akan menjadi sia- sia hanya karena putus tiga hari.
Putusnya terapi rehabilitasi yang dijalani oleh pasien dengan penyalahguna
NAPZA tentunya akan menimbulkan kerugian bagi berbagai aspek, antara lain dari
segi biaya, waktu, keluarga, sosial masyarakat, dan tentunya bangsa dan Negara.
Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui apakah faktor- faktor yang
2
5/16/2018 bab 1 -4 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-4-55ab574d65dc5 3/37
mempengaruhi kepatuhan pasien dengan penyalahguna NAPZA dalam terapi
rehabilitasi narkoba.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan suatu masalah penelitian
yaitu :
“Apakah faktor- faktor yang mempengaruhi kepatuhan pasien penyalahguna
NAPZA dalam terapi rehabilitasi narkoba?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi kepatuhan pasien
penyalahguna NAPZA dalam terapi rehabilitasi narkoba.
2. Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik pasien penyalahguna NAPZA yang mengikuti
program terapi rehabilitasi narkoba di Program Terapi Rumatan Metadon
Sandat RSUP Sanglah Denpasar.
b. Menganalisa faktor- faktor yang mempengaruhi kepatuhan pasien penyalahguna
NAPZA dalam terapi rehabilitasi narkoba di Program Terapi Rumatan Metadon
Sandat RSUP Sanglah Denpasar.
c. Menganalisa tingkat kepatuhan pasien dalam terapi rehabilitsi di Program Terapi
Rumatan Metadon Sandat RSUP Sanglah Denpasar.
3
5/16/2018 bab 1 -4 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-4-55ab574d65dc5 4/37
D. Manfaat Penelitian
1. Teoritis
Mengembangkan ilmu keperawatan khususnya dalam pemberian terapi pada
pasien dengan penyalahguna NAPZA.
2. Praktis
Menjadi masukan bagi institusi, mahasiswa keperawatan serta masyarakat agar
dapat digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan intervensi keperawatan
yang efektif pada pasien dengan penyalahguna NAPZA
4
5/16/2018 bab 1 -4 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-4-55ab574d65dc5 5/37
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kepatuhan
Kepatuhan berasal dari kata patuh yang berarti suka menurut perintah dan
sebagainya, taat kepada perintah dan aturan, disiplin (Hoetomo, 2005). Kepatuhan
adalah istilah untuk menggambarkan pelaksanaan suatu prosedur atau suatu
tindakan sesuai dengan petunjuk atau kesepakatan yang telah ditetapkan (Yayasan
Spirita, 2008).
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi kepatuhan mengikuti
pengobatan adalah (Notoatmodjo, 2001):
1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil tahu diri manusia yang sekedar menjawab
pertanyaan “What ” (Notoatmodjo, 2001).
Menurut Notoatmodjo (2001) tingkat pengetahuan adalah sebagai berikut:
a. Mengenal (recognition ) dan mengingat kembali (recall ) diartikan sebagai
kemampuan mengingat kembali sesuatu yang pernah diketahui sehingga dapat
memilih satu dari dua atau lebih jawaban.
b. Pemahaman (comprehension) merupakan suatu kemampuan untuk memahami
tentang suatu objek atau materi.
c. Penerapan (application) diartikan sebagai kemampuan menerapkan secara
benar suatu hal yang diketahui dalam situasi yang sebenarnya.
5
5/16/2018 bab 1 -4 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-4-55ab574d65dc5 6/37
d. Analisis (analysis) diartikan sebagi kemampuan untuk menyebarkan materi atau
objek kedalam suatu struktur dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis ( synthesis) diartikan sebagai kemampuan untuk menghubungkan bagian-
bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis
adalah kemampuan untuk menyusun formulasi.
f. Evaluasi (evaluation) diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan penilaian
terahadap objek atau materi.
Tingkat pengetahuan ini dapat dinilai dari tingkat penguasaan individu atau
seseorang terhadap suatu objek atau materi (Notoatmodjo, 2001).
Menurut Raffi dalam Nursalam (2003) tingkat pengetahuan digolongkan
menjadi:
1) Baik : 76- 100%
2) Cukup : 56- 75%
3) Kurang : < 56%
2. Minat
Minat merupakan kekuatan dari dalam dan tampak dari luar sebagai gerak-
gerik. Dalam menjalankan fungsinya minat berhubungan erat dengan pikiran dan
perasaan. Minat adalah perhatian, kesukaan, kecenderungan hati yang sangat tinggi
terhadap sesuatu (Poerwardarminta, 1999). Minat adalah kesukaan atau
kecenderungan hati (Hoetomo, 2005). Jadi dapat disimpulkan minat adalah
kecenderungan hati atau keinginan terhadap sesuatu.
6
5/16/2018 bab 1 -4 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-4-55ab574d65dc5 7/37
Adapun proses minat terdiri dari:
a. Motif (alasan, dasar, pendorong)
b. Perjuangan motif
c. Keputusan
d. Bertindak sesuai dengan keputusan yang diambil
3. Informasi
Informasi adalah keterangan yang disampaikan oleh seseorang, badan atau
organisasi; keseluruhan makna yang menunjang pesan yang terlihat di bagian-
bagian pesan itu (Indrawan, 2005).
Menurut Hoetomo (2005), Informasi adalah penerangan, keterangan,
pemberitahuan kabar atau berita tentang sesuatu; keseluruhan makna yang
menunjang amanat yang terlihat dalam bagian-bagian amanat itu sendiri.
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa informasi adalah
keterangan, pesan atau berita yang disampaikan lewat pemberitahuan pada
seseorang.
B. Penyalahgunaan NAPZA
Penyalahgunaan zat adalah pemakaian zat diluar indikasi medik, tanpa
petunjukatau resep dokter, pemakaian sendiri secara teratur atau berkala sekurang-
kurangnya selama satu bulan (Hawari, 2001).
Penyalahgunaan NAPZA adalah penggunaan narkoba bukan untuk tujuan
pengobatan, dalam jumlah berlebih, secara kurang lebih teratur, dan berlangsung
7
5/16/2018 bab 1 -4 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-4-55ab574d65dc5 8/37
cukup lama, sehingga menyebabkan gangguan kesehataan fisik serta gangguan pada
prilaku dan kehidupan sosialnya (Harlina, 2006)
Penyalahgunaan NAPZA adalah pola penggunaan yang bersifat patologik
paling sedikit satu bulan lamanya, sehingga menimbulkan gangguan fungsi sosial
dan okupasional (Wicaksana, Holmes, dan Hawari dalam Afiatin, 2008).
Penyalahgunaan NAPZA (obat) adalah penggunaan obat dengan tujuan
nonmedis, biasanya untuk mengubah kesadaran dan pembentukan tubuh (Katzung,
2002).
Dari pengertian tersebut dapat disimpulakan penyalahgunaan NAPZA adalah
penggunaan narkoba bukan untuk tujuan medis secara berlebihan dan berlangsung
lama yang bertujuan untuk mengubah kesadaran atau pembentukan tubuh dan
mengakibatkan gangguan kesehatan fisik, prilaku dan kehidupan sosial.
1. Jenis- jenis NAPZA yang disalahgunakan (Majid, 2007)
a. Narkotika
Kata narkotika berasal dari bahasa Inggris yaitu narcotics, yang berarti obat
bius. Secara umum narkotika mampu menurunkan dan mengubah kesadaran
(anastetik ) dan mengurangi bahkan menghilangkan rasa nyeri (analgetik ). Agar
tetap dapat menggunakan obat tersebut untuk tujuan kedokteran, namun terhindar
dari bahaya penyalahgunaanya, maka pemerintah Indonesia mengatur
penggunaannya dengan undang- undang.
Dalam Undang- Undang RI No. 22 Tahun 1997 tentang narkotika
menegaskan bahwa narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau
bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan
8
5/16/2018 bab 1 -4 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-4-55ab574d65dc5 9/37
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan nyeri dan dapat menimbulkan penyalahguna.
Narkotika dibedakan kedalam 3 golongan sebagai berikut:
1) Narkotika Golongan I
Narkotika yang hanya digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan bukan
untuk terapi, mempunyai potensi sangat tinggi menimbulkan ketergantungan .
2) Narkotika Golongan II
Narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan digunakan sebagai pilihan
terakhir dan dapat digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.
3) Narkotika Golongan III
Narkotika yang digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan.
Adapun jenis- jenis narkotika adalah sebagai berikut:
a) Ganja (kanabis)
Di Indonesia tanaman kanabis dibawa oleh Belanda untuk obat hama kopi
yang ditanam di Aceh dan Sumatra. Bentuk daun ganja menyerupai daun singkong
dan jika diremas- remas akan mengeluarkan aroma yang khas. Minyak hasis
merupakan getah pohon ganja. Ganja digolongkan sebagai depresan (obat yang
mengurangi kegiatan system sarap otak) dan halusinogen (menimbulkan
halusinasi).
9
5/16/2018 bab 1 -4 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-4-55ab574d65dc5 10/37
b) Candu
Getah dari buah Papaper somniferum setelah diolah akan menjadi adonan
yang dinamakan candu metah. Candu kasar mengandung bermacam- macam zat-
zat aktif yang sering disalahgunakan.
c) Morfin
Morfin adalah hasil olahan dari opium atau candu mentah. Morfin merupakan
alkaloida utama dari opium. Morfin berbentuk tepung halus berwarna putih atau
dalam bentuk cairan berwarna. Pemakainnya dengan cara dihisap dan disuntikan.
d) Putau (heroin)
Heroin adalah depresan. Obat ini memperlambat jalannya pesan- pesan yang
masuk dan keluar dari otak dan tubuh. Heroin berasal dari poppi opium, bunga yang
tumbuh di iklim panas dan kering. Bunga ini menghasilkan bahan lengket yang
dibuat heroin, opium, morfin dan kodein.
e) Kokain
Kokain sangat berbahaya berasal dari tanaman coca dan mengandung efek
stimulan. Saat ini kokain masih digunakan dalam dunia kedokteran sebagai
anastetik lokal, khususnya untuk pembedahan mata, hidung dan tenggorokan.
f) Metadon
Metadon adalah narkotik sintetis yang kuat seperti heroin atau morfin, tetapi
tidak menimbulkan efek sedatif yang kuat. Metadon biasanya disediakan pada
program pengaliahan narkoba, karena dinilai lebih aman.
b. Psikotropika
10
5/16/2018 bab 1 -4 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-4-55ab574d65dc5 11/37
Psikotropika berasal dari kata psiko yang berarti psikis atau kejiwaan,
tropika yang berarti pusat atau sentral. Psikotropika merupakan senyawa obat yang
bekerja sentral (pada pusat saraf atau otak) dan mampu mempengaruhi fungsi psikis
atau mental (Majid, 2007). Untuk mengatur tentang psikotropika, maka pada tahun
1997 ditetapkan undang - undang mengenai psikotropika. Menurut Undang -
Undang RI No. 5 tahun 1997 psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah
maupun sintetik bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh
selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas
mental dan prilaku. Berdasarkan penjelasan dari Undang- Undang RI No. 5 tahun
1997 psikotropika dibedakan menjadi 4 golongan sebagai berikut:
1) Psikotropika Golongan I
Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan
bukan untuk terapi serta mempunyai potensi sangat kuat mengakibatkan
ketergantungan.
2) Psikotropika Golongan II
Psikotropika yang digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan ketergantungan.
3) Psikotropika Golongan III
Psikotropika yang banyak digunakan dalam terapi dan untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunayai potensi yang kuat
mengakibatkan ketergantungan.
4) Psikotropika Golongan IV
11
5/16/2018 bab 1 -4 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-4-55ab574d65dc5 12/37
Psikotropika yang berhasiat untuk pengobatan dan sangat luas digunakan
dalam terapi atau tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
menyebabkan penyalahguna.
Beberapa jenis psikotropika yang sering disalahgunakan adalah sebagai
berikut (Majid, 2007):
a) Sabu- sabu
Sabu- sabu (amfetamin) dibuat secara sitetis biasanya berbentuk bubuk putih,
kuning atau coklat. Pemakainya sering dengan cara dihirup asapnya pelalui
pembakaran menggunakan alat yang disebut Bong.
b) Ekstasi
Ekstasi biasanya berbentuk tablet atau kapsul berwarna dengan disain yang
berbeda- beda. Nama lain dar ekstasi adalah dolphin, black heart, gober.
c) Obat penenang (depresan)
Biasanya berbentuk kapsul atau tablet yang dapat diresepkan oleh dokter
untuk mengurangi setres, kecemasan dan membantu tidur. Namun sering
disalahgunakan karena efek memabukkan.
c. Zat adiktif
Yang dimaksud zat adiktif adalah bahan atau zat selain narkotika dan
psikotropika yang mempunyai pengaruh psikoaktif . Dengan kata lain zat adiktif
adalah zat atau bahan kimia yang apabila masuk kedalam tubuh akan
mempengaruhi tubuh terutama susuanan saraf pusat sehingga menyebabkan
perubahan aktivitas mental, emosional dan prilaku. Dan apabila digunakan secara
terus- menerus akan menimbulkan ketergantungan.
12
5/16/2018 bab 1 -4 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-4-55ab574d65dc5 13/37
Adapun yang dimaksud barang berbahaya lain adalah bahan kimia yang dapat
menimbulkan kecelakaan seperti keracunan, terbakar, karsinogenik . Bahan ini
dikelompokkan menjadi empat golongan yaitu (Majid, 2007):
1) Golongan 1
Yaitu bahan yang sangat berbahaya, baik secara langsung maupun tidak
langsung menimbulkan bahaya yang luas dan sulit penanganannya. Contohnya
peptisida.
2) Golongan 2
Yaitu bahan yang mudah meledak. Contohnya minuman keras dan spiritus.
3) Golongan 3
Yaitu bahan karsinogenik dan mutagenik . Contohnya pewarna makanan,
pewarna tekstil, pemanis buatan dan formalin.
4) Golongan 4
Yaitu bahan korosif (dapat menimbulakan luka atau iritasi). Cotohnya
beberapa bahan kosmetika dan bahan pengobatan.
2. Akibat penyalahgunaan NAPZA
Bagi mereka yang mengkonsumsi NAPZA akan mengalami gangguan mental
dan prilaku, sebagai akibat terganggunya sistem neurotransmitter pada sel- sel
susunan saraf pusat di otak. Gangguan pada sistem neurotransmitter akan
mengakibatkan terganggunya fungsi kognitif (alam pikiran), afektif (alam perasaan
atau mood atau emosi) dan psikomotor (prilaku). Adapun beberapa perubahan
mental dan prilaku yang disebabkan karena pemakaian NAPZA menurut Hawari
(2001) antara lain:
13
5/16/2018 bab 1 -4 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-4-55ab574d65dc5 14/37
a. Ganja
Mereka yang mengkonsumsi ganja akan memperlihatkan perubahan- perubahan
mental dan perilaku sebagai berikut (Hawari, 2001):
1) Jantung berdebar - debar ( palpitasi).
2) Gejala psikologik
a) Euphoria, yaitu rasa gembira tanpa sebab yang tidak wajar.
b) Halusinasi dan delusi, halusinasi merupakan pengalaman panca indera tanpa
adanya stimulus yang menimbulkannya. Sedangkan delusi adalah keyakinan
yang tidak rasional.
c) Perasaan waktu berlalu dengan lambat.
d) Apatis, bersikap acuh tak acuh, masa bodoh, tidak perduli terhadap tugas, sering
kali menyendiri dan melamun, tidak ada kemauan atau inisiatif, dan hialangnya
dorongan kehendak.
3) Gejala fisik
a) Mata merah (kemerahan konjungtiva), orang yang baru saja menghisap NAPZA
jenis ganja ditandai dengan warna bola mata yang memerah. Hal ini disebabkan
karena pembuluh darah kapiler pada bola mata mengalami pelebaran (dilatasi).
b) Nafsu makan bertambah, ganja mengandung zat aktif tetra- hydrocannabinol
atau THC yang merangsang pusat nafsu makan di otak.
c) Prilaku maladaptive, tidak mampu lagi menyesuaikan diri atau beradaptasi
dengan keadaan secara wajar. Misalnya ketakutan, kecurigaan (paranoid), dan
gangguan dalam fungsi sosial dan pekerjaan yang dapat memicu prilaku
kekerasan, pertengkaran dan prilaku antisosial lainnya.
b. Opiat (morphine, heroin atau putaw)
14
5/16/2018 bab 1 -4 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-4-55ab574d65dc5 15/37
Bagi mereka yang mengkonsumsi NAPZA jenis opiat baik dengan cara
menghirup asap setelah bubuk opiat dibakar atau disuntikan setelah bubuk opiat
dilarutkan dalam air akan mengalami atau menunjukkan hal- hal sebagai berikut
(Hawari, 2001):
1) Pupil mata mengecil atau sebaliknya melebar. Reaksi pupil mata dapat dilihat
dengan melakukan tes sorotan cahaya pada mata yang bersangkutan. Misalnya
bila mata diberikan sorotan cahaya, maka reaksi normal adalah pupil mengecil,
tapi yang terjadi tidaklah demikian bahkan pupil mata melebar. Sebaliknya
dalam keadaan gelap atau kurang cahaya biasanya pupil mata melebar, tetapi
yang terjadi pupil mata mengecil.
2) Euforia atau sebaliknya disforia, euforia adalah gangguan pada afektif (alam
perasaan atau mood) yang bersangkutan merasakan kegembiraan dan
kenyamanan tanpa sebab dan tidak wajar. Disforia adalah gangguan pada afektif
dimana yang bersangkutan merasakan kemurungan, ketidaknyamanan,
cenderung merasa sedih serta lesu tak berdaya.
3) Apatis, bersikap acuh tak acuh, masa bodoh dan tidak perduli dengan lingkungan
sekitarnya, kehilang kemauan dan inisiatif dan tidak merawat diri.
4) Retradasi psikomotor, yang bersangkutan merasakan kelesuan dan ketiadaan
tenaga. Gerak dan aktivitas fisik merosot sehingga terkesan malas.
5) Mengantuk atau tidur. Setelah mengkonsumsi NAPZA jenis ini cenderung
menyebabkan tidur berkepanjangan. Pada umumnya penyalahguna tidak dapat
tidur pada malam hingga dini hari, tetapi setelah dapat menggunakan NAPZA
jenis ini yang bersangkutan dapat tidur hingga siang atau sore keesokan harinya.
15
5/16/2018 bab 1 -4 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-4-55ab574d65dc5 16/37
6) Pembicaraan cadel ( slurred speech), berbicara tidak jelas, hal ini disebabkan
karena gerakan lidah terganggu (kelu atau pelo)
7) Gangguan pemusatan perhatian dan konsentrasi
8) Daya ingat menurun
9) Tingkah laku mal adaptif
Mereka yang sudah penyalahguna dengan NAPZA jenis ini jika
pemakaiannya dihentikan akan timbul gejala putus opiat (withdrawal symptoms)
yaitu (Hawari, 2001):
1) Air mata berlebihan (lakrimasi)
2) Cairan hidung berlebihan
3) Pupil mata melebar
4) Keringat berlebihan, kedinginan, menggigil.
5) Mual, muntah dan diare
6) Bulu rambut dan kuduk berdiri atau bergidik ( piloreksi)
7) Mulut menguap
8) Tekanan darah naik
9) Jantung berdebar- debar
10) Suhu badan meninggi
11) Sukar tidur
12) Nyeri otot dan nyeri tulang belulang
13) Nyeri kepala
14) Nyeri atau ngilu di persendian
15) Mudah marah, emosional, dan agresif- destruktif
16
5/16/2018 bab 1 -4 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-4-55ab574d65dc5 17/37
2. Kokain
Gejala- gejala yang ditimbulkan oleh pemakaian kokain dengan cara dihidu
(bubuk kokain disedot atau dihirup melalui hidung) antara lain (Hawari, 2001):
1) Agitasi psikomotor, kegelisahan, tidak tenang dan tidak dapat diam
2) Rasa gembira yang selanjutnya menyebabklan fungsi kontrol diri menurun
3) Harga diri meningkat
4) Banyak bicara
5) Kewaspadaan meningkat
6) Jantung berdebar- debar
7) Pupil mata melebar
8) Tekanan darah naik
9) Berkeringat berlebihan
10) Mual muntah
11) Prilaku maladaptive
3. Amphetamine (ekstasi dan sabu- sabu)
Gejala- gejala yang ditimbulkan oleh pemakaian NAPZA jenis
Amphetamine adalah (Hawari, 2001):
1) Agitasi.
2) Rasa gembira yang berlebihan (euphoria)
3) Harga diri meningkat
4) Kewaspadaan meningkat ( paranoid )
5) Halusinasi
6) Jantung berdebar
7) Tekanan darah naiik
17
5/16/2018 bab 1 -4 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-4-55ab574d65dc5 18/37
8) Tingkahlaku maladaptive
4. Sedativa atau hipnotika
Penggunaan NAPZA jenis sedative atau hipnotika akan menimbulkan
gangguan mental dan prilaku dengan gejala-gejala sebagai berikut (Hawari, 2001):
1) Emosi labil
2) Hilangnya hambatan doronganatau impuls seksual dan agresif
3) Mudah tersinggung dan marah
4) Gangguan koordinasi
5) Cara berjalan yang tidak mantap
6) Gangguan perhatian dan daya ingat
7) Prilaku maladaptif
Dampak- dampak yang ditimbulkan oleh penyalahgunaan NAPZA
(Harlina,2006) adalah:
a. Bagi diri sendiri
1) Terganggunya fungsi otak dan perkembangan
a) Daya ingat menurun, sehingga mudah lupa
b) Perhatian menurun, sehingga sulit berkonsentrasi
c) Perasaan kacau, sehingga tidak dapat bertindak rasional, impulsive
d) Persepsi, memberi perasaan semuatau khayal
e) Motivasi, sehingga keinginan dan kemampuan kerjaatau belajar merosot.
2) Intoksikasi (keracunan)
3) Over dosis (OD)
4) Gejala putus zat
5) Berulang kali kambuh
18
5/16/2018 bab 1 -4 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-4-55ab574d65dc5 19/37
6) Gangguan prilakuatau mental- sosial
7) Gangguan kesehatan
8) Kendornya nilai- nilai, menjadi asosial, mementingkan diri sendiri.
9) Masalah keuangan dan hukum
5. Bagi keluarga
Keresahan keluarga karena barang- barang hilang untuk membeli narkoba,
anak sering berbohong, tidak bertanggung jawab dan asosial. Keputusasaan orang
tua terhadap masa depan anak, malu dan marah sehingga mempengaruhi fungsi
keluarga. Permasalahan ekonomi dan beban sosial (Harlina,2006).
6. Bagi sekolah
Merusak disiplin dan motivasi belajar, turunya prestasi belajar, menggangu
proses belajar dan putus sekolah (Harlina,2006).
7. Bagi masyarakat, bangsa dan Negara
Masyarakat yang rawanmenyalahgunakan NAPZA tidak memiliki daya tahan,
sehingga kesinambungan pembangunan terancam. Negara menderita kerugian
karena masyarakatnya tidak produktif dan tingkat kejahatan meningkat, termasuk
sarana dan prasarana yang harus disediakan untuk menanggulangi hal ini
(Harlina,2006).
C. Terapi Rehabilitasi Narkoba
1. Pengertian
19
5/16/2018 bab 1 -4 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-4-55ab574d65dc5 20/37
Rehabilitasi adalah pemulihan kepada kedudukan atau keadaan yang dahulu
atau semula, perbaikan anggota tubuh yang cacat dan sebagainya atas individu
supaya menjadi manusia yang berguna dan memiliki tempat di masyarakat
(Hoetomo, 2005).
Rehabilitasi adalah pemulihan kebentuk atau fungsi yang normal setelah
terjadi luka atau sakit, pemulihan pasien yang sakit atau luka untuk dapat mandiri
atau mendapatkan pekerjaan yang layak yang dapat dicapai dalam waktu yang
sesingkat mungkin (Dorland, 1996).
Rehabilitasi narkoba adalah upaya agar pasien penyalahguna NAPZA dapat
kembali pada kondisi seperti sebelum menyalahgunakan narkoba, sesuai dengan
Undang- Undang Republik Indonesia yang berlaku tentang narkotika dan
psikotropika, upaya rehabilitasi medik dan sosial (Somar, L, 2001)
2. Tujuan rehabilitasi
a. Pasien menjadi sehat
b. Dapat mengembalikan pengendalian emosi
c. Memotivasi agar tidak mengulang penyalahgunaan NAPZA kembali
d. Menciptakan sifat prilaku positif untuk mampu menolak tawaran
penyalahgunaan NAPZA
e. Menanamkan kepercayaan diri
f. Mendisiplinkan waktu dan prilaku sehari- hari secara efektif dan produktif
g. Mengembalikan konsentrasi untuk belajar dan bekerja
h. Dapat diterima kembali oleh keluarga dan lingkungannya
3. Tahapan rehabilitasi
Lambertus Somar membagi tahapan rehabilitasi menjadi empat tahap
20
5/16/2018 bab 1 -4 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-4-55ab574d65dc5 21/37
a. Tahap pertama: proses transisi awal (1- 8 minggu)
Seluruh tahapan ini merupakan proses persiapan para korban narkoba untuk
menemukan rencana rehabilitasi yang tepat, sesuai kebutuhan pribadi. Proses
transisi awal ini melewati tiga titik penting yaitu:
1) Informasi atau kesatuan awal tentang adanya masalah.
2) Informasi klinis atau kesadaran lanjutan lewat orang yang kompeten akan
adanya penyakit-penyakit dan keputusan untuk menempuh bentuk- bentuk
rehabilitasi yang baik.
3) Persiapan akhir lewat detoksifikasi dan stabilisasi awal. Data-data dan penilaian-
penilaian awal (assessment awal) tentang pasien dilakukan pada tahap ini.
b. Tahap kedua: proses rehabilitasi intensif (3- 8 bulan)
Proses penyembuhan pokok akan terjadi pada tahap ini yang diawali dengan
penilaian lanjut yang lebih teliti (assessment lanjut) disertai komitmen awal pada
program penyembuhan pribadi yang dilakukan bersama dengan pasien, keluarga
dan pihak rehabilitasi. Pasien dituntun untuk memberdayakan hidupnya disegala
bidang. Berani merubah diri dan menjadi unsur positif dalam hidup bersama tetapi
jujur menerima keterbatasan diri dan keterbatasan orang lain. Masa depan dibentuk
secara perlahan- lahan serta diisi secara lebih bermakna dan berkualitas.
Memperbanyak kontak dengan orang- orang luar dan hubungan yang berkualitas.
Bentuknya berupa rawat jalan atau rawat inap. Tahap ini dikenal juga dengan tahap
stabilitasi pribadi dan melewati tiga titik penting, yaitu:
1) Secara sadar dan tekun melepaskan diri dari berbagai penyakit yang
berhubungan dengan narkoba.
21
5/16/2018 bab 1 -4 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-4-55ab574d65dc5 22/37
2) Menemukan jati diri, menguasai kiat- kiat dan keterampilan- keterampilan untuk
menyehatkan serta mengisi hidup secara lebih bermakna dan bermutu. Latihan
keterampilan kerja dan pengungkapan diri mulai dibina.
3) Dengan inisiatif pribadi, dan secara sadar mulai berpikir dan bertindak untuk
mencapai prestasi- prestasi tertentu atau disebut juga tahap positive thinking and
doing.
c. Tahap ketiga: proses transisi akhir (1- 6 bulan)
Tahap ini merupakan proses terakhir untuk pulang dan memasuki masyarakat.
Pasien masih terikat dengan rehabilitasi formal, namun sudah mulai membiasakan
diri dengan masyarakat luar, sehingga merupakan proses resosialisasi atau
penyesuaian. Proses ini melewati tiga titik penting yaitu:
1) Tinggal lebih sering dan lebih lama di lingkungan keluarga sebagai tempat
tinggal tetap maupun sebagai tempat tinggal transit untuk resosialisasi. Disini
terjadi perdamaian dan penyesuaian- penyesuaian kembali dengan lingkungan
2) Rencana masa depan yang jelas dan siap direalisasikan dengan dukungan
keluarga atau pihak- pihak lain. Disini pasien berdamai dengan dirinya sendiri,
menatap kedepan lalu membuat pilihan – pilihan hidupnya.
3) Kontak awal dengan kelompok-kelompok atau program-program pemeliharaan
lanjut (aftercare). Disini orang merasa puas, menerima dirinya apa adanya, lalu
mempercayakan dirinya ketangan orang lain.
d. Tahap empat: pemeliharaan lanjut ( seumur hidup)
Kendati dinyatakan sehat, ketagihan psikologis masih akan tetap terasa cukup
lama. Bau, warna, kebersihan, suasana, tempat dan lingkungan yang pernah
membuat pasien terjerumus dalam pemakaian narkoba bisa menjadi pemicu
22
5/16/2018 bab 1 -4 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-4-55ab574d65dc5 23/37
terjerumus dan kambuh lagi ( slip and relapse). Para pengedar dan pengguna yang
lain juga tidak akan kehabisan akal untuk menjaring kembali mantan pelanggannya.
Proses ini melewati tiga titik penting yaitu:
1) Mengubah, menghilangkan atau menjauhi hal- hal yang bersifat nostalgia
kesenangan narkoba.
2) Secara aktif dan berkala mengikuti program- program aftercare paling sedikit
selama dua tahun.
3) Kalau mungkin ikut dalam program, kelompok atau gerakan anti- narkoba untuk
mencegah timbulnya korban yang lebih banyak.
Sedangkan Hawari (2001) membagi tahapan rehabilitasi narkoba menjadi dua
tahap yaitu:
a. Terapi (pengobatan)
Terapi terhadap penyalahgunaan dan penyalahguna NAPZA terdiri dari dua
tahapan yaitu detoksifikasi dan pasca detoksifikasi (pemantapan) yang mencakup
komponen- komponen sebagai berikut:
1) Terapi medik- psikiatrik (detoksifikasi, psikofarmaka, dan psikoterapi)
Terapi detoksifikasi adalah bentuk terapi untuk menghilangkan racun NAPZA
dari tubuh pasien penyalahguna dan penyalahguna NAPZA. Dalam terapi
detoksifikasi digunakan obat-obatan yang tergolong major transquilizer yang
ditunjukan terhadap gangguan sistem neuro-transmiter susunan saraf pusat. Selain
itu juga dapat diguakan analgetika non opiat yaitu obat anti nyeri yang potensi dan
efektivitasnya setara dengan opiat tetapi tidak mengandung opiat dan turunannya
dan tidak menimbulkan ketergantungan dan ketagihan. Dapat pula digunakan
23
5/16/2018 bab 1 -4 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-4-55ab574d65dc5 24/37
metode substitusi yaitu mengganti dengan turunan opiat tapi dengan dosis yang
sedikit demi sedikit diturunkan. Adapun metode detoksifikasi yang memakai sistem
blok total (abstinentia totalis), artinya pasien dengan penyalahguna NAPZA tidak
boleh lagi menggunakan NAPZA atau turunannya, dan juga tidak menggunakan
obat- obatan sebagai penggantiatau substitusi.
Setelah menjalani terapi detoksifikasi proses mental adiktif masih berjalan,
artinya rasa ingin (craving ) masih belum hilang, sehingga kekambuhan masih dapat
terulang kembali. Untuk mengatasi gangguan tersebut digunakan obat- obatan yang
berkhasiat memperbaiki gangguan dan memulihkan fungsi neuro-transmiter pada
susunan saraf pusat. Selain menggunakan obat- obatan golongan major tranquilizer
juga menggunakan jenis obat anti depressant . Obat ini perlu diberikan karena
dengan diputuskannya NAPZA pada pasien seringkali menimbulkan gejala depresi.
Dengan terapi psikofarmaka baik dari golongan major tranquilizer maupun anti
depressant tadi, maka gangguan mental dan prilaku dapat diatasi.
2) Terapi medik- somatik (komplikasi medik)
Yang dimaksud dengan terapi medik somatik adalah penggunaan obat- obatan
yang berkhasiat terhadap kelainan fisik baik sebagai akibat terapi detoksifikasi yaitu
gejala putus obat maupun komplikasi medik berupa kelainan organ tubuh akibat
penyalahgunaan NAPZA. Pada umumnya pasien penyalahguna NAPZA kondisi
fisik atau gizinya tidak baik, oleh karena itu perlu diberikan makanan dan
minuman yang berkalori dan bergizi tinggi, disertai dengan terapi fisik misalnya
olahraga untuk memulihkan stamina atau daya tahan tubuh pasien.
3) Terapi psikososial
24
5/16/2018 bab 1 -4 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-4-55ab574d65dc5 25/37
Yang dimaksud dengan terapi psikososial adalah upaya untuk memulihkan
kembali kemampuan adaptasi dari pasien dalam kehidupan sehari- hari. Dengan
terapi psikososial diharapkan prilaku antisosial dapat berubah menjadi prilaku
adative behavior.
4) Terapi psikoreligius
Unsur agama dalam terapi bagi para pasien penyalahgunaatau penyalahguna
NAPZA mempunyai arti penting dalam mencapai keberhasilan penyembuhan.
Unsur agama yang mereka terima akan memulihkan dan memperkuat rasa percaya
diri ( self confidence), harapan (hope) dan ke imanan ( faith).
b. Rehabilitasi
Program rehabilitasi lamanya tergantung dari metode dan program dari
lembaga yang bersangkutan, biasanya lamanya program rehabilitasi antara 3- 6
bulan. Pusat atau lembaga rehabilitsi yang baik harus memenuhi beberapa
persyaratan antara lain:
1) Sarana dan prasarana yang memadai
2) Tenaga profesional
3) Manajemen yang baik
4) Kurikulum atau program rehabilitasi yang memadai dan sesuai kebutuhan
5) Peraturan dan tata tertib disiplin yang ketat agar tidak terjadi pelanggaran
ataupun kekerasan
6) Keamanan yang ketat agar tidak memungkinkan peredaran NAPZA didalam
pusat rehabilitasi.
Untuk mencapai tujuan rehabilitsi secara menyeluruh diperlukan program
rehabilitasi yang meliputi:
25
5/16/2018 bab 1 -4 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-4-55ab574d65dc5 26/37
1) Rehabilitasi medik
Maksud dari rehabilitasi medik agar mantan penyalahgunaatau pasien
NAPZA benar- benar sehat secaara fisik dalam arti komplikasi medik dapat
disembuhkan. Hal ini berdasarkan hasil penelitian (Hawari, dkk, 1999) yang
menyatakan bahwa para penyalahguna NAPZA 53, 57% mengalami kelainan paru,
55,10% kelainan lever, 56, 63% hepatitis C dan infeksi HIV 33,33%.termasuk
dalam program terapi rehabilitasi ini ialah memulihkan kondisi fisik yang lemas.
Tidak hanya memberikan makanan bergizi tetapi juga di imbangi dengan kegiatan
olahraga yang teratur sesuai dengan komplikasi medik yang dialami oleh pasien.
2) Rehabilitasi psikiatrik
Maksud dari terapi psikiatrik adalah merubah prilaku pasien dari maladaptif
menjadi adaptif atau dengan kata lain sikap dan tindakan antisosial dapat
dihilangkan sehingga dapat bersosialisasi dengan baik. Termasuk dalam
rehabilitasi psikiatrik adalah psikoterapiatau kunsultasi keluarga, penggunaan obat-
obatan psikofarmaka masih dapat dilakukan dengan catatan tidak menimbulkan
ketagihan dan penyalahguna.
3) Rehabilitasi psikososial
Dengan rehabilitasi psikososial dimaksudkan agar para pasien dapat
kembali adaptif bersosialisasi dalam lingkungan sosialnya, yaitu rumah,
sekolahatau kampus dan di tempat kerja. Terapi psikososial merupakan persiapan
untuk kembali ke masyarakat, oleh karena itu paien perlu dibekali dengan
26
5/16/2018 bab 1 -4 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-4-55ab574d65dc5 27/37
pendidikan dan keterampilan. Dengan demikian diharapkan bila pasien telah selesai
menjalani terapi rehabilitasi dapat kembali melanjutkan sekolahatau kuliah atau
bekerja.
4) Rehabiltasi psikoreligius
Waktu selama dua minggu untuk menjalani terapi pasca detoksifikasi
tidaklah cukup untuk memulihkan pasien supaya menjalankan ibadah sesuai dengan
keyakinannya. Dalam rehabilitasi psikoreligius diberikan penguatan iman dan
keyakinannya terhadap Tuhan sesuai dengan agamanya, serta semua bentuk ritual
keagamaan. Pendalaman, penghayatan dan pengamalan keagamaan atau keimanan
akan menumbuhkan spiritual power pada pasien sehingga mampu menekan resiko
seminimal mungkin terlibat kembali ke dalam penyalahgunaan NAPZA.
5) Forum silahturahmi
Forum silahturahmi merupakan proram lanjutan yaitu program atau kegiatan
yang dapat diikuti oleh mantan penyalahguna (pasien yang telah selesai menjalani
rehabilitasi) dan keluarga yang bertujuan terciptanya kemampuan untuk mengatasi
segala permasalahan kehidupan dalam keluarga dan memperkecil resiko
kekambuahan. Seorang mantan penyalahguna NAPZA baru dikatakan sembuh jika
selama kurun waktu 2 tahun tidak lagi mengkonsumsi NAPZA. Selama dua tahun ia
masih menjalani pengawasan, dan tes urin secara periodik
27
5/16/2018 bab 1 -4 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-4-55ab574d65dc5 28/37
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka konsep
Kerangka konsep adalah rancangan kasar dari sebuah tulisan yang memuat
garis- garis besar. Kerangka konsep dibuat untuk memudahkan memahami proses
penelitian dan menghindari penyimpangan langkah penelitian.
28
5/16/2018 bab 1 -4 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-4-55ab574d65dc5 29/37
: variabel yang diteliti
: variabel yang tidak diteliti
Gambar 1
Kerangka Konsep Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Pasien dengan
Penyalahguna NAPZA Dalam Mengikuti Program Terapi Narkoba
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel Penelitian
Variabel adalah suatu ukuran atau cirri yang dimiliki oleh anggota suatu
kelompok (orang, benda, situasi) yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok
tersebut (Nursalam, 2003). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan variabel
univarian yaitu Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Pasien dengan
29
Faktor- faktor yang
mempengaruhi:
1. Pengetahuan
2. Minat
Faktor lain:
1. Ekonomi
2. Transportasi
Pasien penyalahguna
NAPZA
Kepatuhan dalam
mengikuti
program terapi
Ket:
5/16/2018 bab 1 -4 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-4-55ab574d65dc5 30/37
Penyalahguna NAPZA Dalam Mengikuti Program Terapi Narkoba di Program
Terapi Rumatan Metadon “ Sandat” RSU Sanglah Denpasar.
2. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati
dari sesuatu yang di definisikan tersebut (Nursalam, 2003). Untuk menghindari
perbedaan persepsi, maka perlu disusun definisi operasional yang merupakan
penjelasan lanjut dari variabel sebagai berikut:
Tabel 1Definisi Operasional Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Pasien
Penyalahguna NAPZA Dalam Mengikuti Program Terapi Narkoba
30
5/16/2018 bab 1 -4 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-4-55ab574d65dc5 31/37
BAB IV
METODE PENELITIAN
31
No Variabel Sub
Variabel
Definisi
operasional
Alat ukur Cara
penga
mbilan
data
Skala ukur
1 Faktor-
faktor
yang
mempeng
aruhi
kepatuhan
pasien
penyalahg
una
NAPZA
dalam
mengikutiProgram
terapi
rehabilitsi
Nakoba
di
Program
Terapi
Rumatan
Metadon
“ Sandat”
RSU
Sanglah
Denpasar.
1.Pengetah
uan
2.Minat
terhadap program
terapi
3.Informasi
Pengetahua
n adalah
hasil tahu
dari pasien
tentang
pengertian
dan
pengobatan
penyalahgu
na NAPZA
Minat
adalahkeinginan
dalam diri
pasien
untuk
sembuh
dalam
terapi
rehabiltasi
Informasi
adalah
keterangan
,pesan atau
berita
tentang
program
rehabili
tasi
narkoba
yang di
dapatkan
oleh pasien
Kuesioner
Kuesioner
Kuesioner
Data
primer
Data
primer
Data
primer
Skala
Guttman
Ordinal
Baik
(76- 100%)
Cukup
(56- 75%)
Kurang
(<56%)
Skala Likert
NominalBerminat
Tidak
berminat
Nominal
Pernah
mendapat
informasi
Tidak pernah
mendapatkan
informasi
5/16/2018 bab 1 -4 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-4-55ab574d65dc5 32/37
A. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang direncanakan adalah penelitian
deskriptif yaitu rancangan penelitian yang bertujuan menerangkan atau
menggambarkan masalah penelitian (Setiadi, 2007). Peneliti tidak memberikan
intervensi, hanya mengumpulkan informasi tentang faktor- faktor yang
mempengaruhi kepatuhan pasien dengan penyalahguna NAPZA dalam mengikuti
program terapi rehabilitasi narkoba di Program Terapi Rumatan Metadon “ Sandat”
RSU Sanglah Denpasar.
Pendekatan yang digunakan adalah cross sectional dimana peneliti hanya
sekali melakukan pengukuran terhadap subjek penelitian (Nursalam, 2003).
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Program Terapi Rumatan Metadon “ Sandat”
RSU Sanglah Denpasar. Adapun waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan
Maret sampai Mei 2009.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi penelitian
Populasi adalah subjek (misalnya manusia; klien) yang memnuhi kriteria
yang telah ditetapkan (Nursalam, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah pasien
dengan penyalahguna NAPZA yang mengikuti program terapi rehabilitsi narkoba di
Program Terapi Rumatan Metadon “ Sandat” RSU Sanglah Denpasar sejumlah 75
pasien.
2. Sampel penelitian
Sampel terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat digunakan sebagai
subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2008). Pada penelitian ini yang
32
5/16/2018 bab 1 -4 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-4-55ab574d65dc5 33/37
menjadi sampel adalah pasien yang mengikuti program terapi rehabilitsi narkoba di
Program Terapi Rumatan Metadon “ Sandat” RSU Sanglah Denpasar yang
memenuhi kriteria inklusi.
3. Besar sampel
Besar sampel dalam penelitian ini dapat ditentukan melalui perhitungan
sebagi berikut (Setiadi, 2007):
n =
n =
n =
n = 42,8 n = 43
4. Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat
mewakili populasi ( Nursalam, 2008). Sampel diambil dengan tehnik consecutive
sampling yaitu pemilihan sampel dengan menetapkan subjek yang memenuhi
kriteria penelitian dimasukan dalam penelitian sampai kurun waktu tertentu.
a. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi
target yang terjangkau dan akan diteliti.
1) Pasien yang menjalani terapi rehabilitasi di Program Terapi Rumatan Metadon “
Sandat” RSU Sanglah Denpasar.
2) Pasien yang bersedia menjadi responden.
3) Pasien yang bisa membaca dan menulis.
33
N
1+N(d2) Keterangan:
N = besar populasi
n = besar sampel
d = tingkat kepercayaan
yang dinginkan
75
1+75(0,1
2
)
75
1,75
5/16/2018 bab 1 -4 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-4-55ab574d65dc5 34/37
b. Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang
memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab.
1) Pasien yang sedang dirawat di Program Terapi Rumatan Metadon “ Sandat”
RSU Sanglah Denpasar.
2) Pasien yang tidak kooperatif.
D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
1. Jenis data
Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer yang diperoleh dari
pengisian kuesioner oleh pasien
2. Cara pengumpulan data
Data dikumpulakan dengan metode kuesioner. Langkah- langkah
pengumpulan data yaitu dengan pendekatan formal kepada petugas yang menangani
masalah rehabilitasi narkoba di Program Terapi Rumatan Metadon “ Sandat” RSU
Sanglah Denpasar dalm mencari sampel penelitian kemudian melakukan pemilihan
kriteria inklusi dan terakhir pendekatan secara informal kepada sampel yang diteliti
dengan menjelaskan maksud dan tujuan penelitian, memberikan lembar persetujuan
dan jika subjek bersedia untuk diteliti maka harus menandatangani surat persetujuan
dan jika subjek menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan
menghormati haknya.
3. Instrumen pengumpulan data
Instrument yang dipakai untuk pengumpulan data adalah kuesioner yang
dibuat oleh peneliti sesuai dengan konsep teori tentang faktor- faktor yang hendak
diukur dan definisi dari faktor- faktor yang mempengaruhi kepatuhan pasien dengan
34
5/16/2018 bab 1 -4 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-4-55ab574d65dc5 35/37
penyalahguna NAPZA dalam menjalani terapi rehabilitasi. Dalam kuesioner
tersebut terdiri dari dua bagian yaitu tentang karakteristik responden dan faktor-
faktor yang mempengaruhi kepatuhan pasien dengan penyalahguna NAPZA dalam
menjalani terapi rehabilitasi narkoba. Dalam kuesioner karakteristik responden
memuat tentang jenis kelamin, umur,pendidikan,pekerjaan dan informasi tentang
rehabilitasi narkoba yang didapatkan oleh responden. Sedangkan kuesioner faktor-
faktor yang mempengaruhi kepatuhan pasien dengan penyalahguna NAPZA dalam
menjalani terapi rahabilitasi narkoba dengan sub variabel pengetahuan berbentuk
pernyataan tertutup dan menggunakan skala guttman yaitu dengan memberikan
jawaban yang tegas benar atau salah. Untuk analisis jawaban responden diisi skor,
untuk pernyataan positif bernilai 1 bila jawaban ya dan bernilai 0 bila jawaban
tidak. Untuk pernyataan negatif, bernilai 1 jika jawaban tidak dan bernilai 0 jika
jawaban ya. Sedangkan untuk variabel kepatuhan dan sub variabel minat
menggunakan skala likert berbentuk pernyataan tertutup untuk mengukur degree
(sikap, pendapat dan persepsi) yang diterjemahkan menjadi komponen yang dapat
di ukur dengan pemberian skor untuk pernyataan positif mendapatkan nilai 5 untuk
jawaban selalu atau sangat setuju, dan nilai 1 untuk jawaban tidak pernah atau
sangat tidak setuju. Untuk pernyataan negatif diberikan nilai 5 untuk jawaban tidak
pernah atau sangat tidak setuju dan nilai 1 untuk jawaban sangat setuju dan selalu.
E. Pengolahan dan Analisa Data
1. Tehnik pengolahan data
Langkah- langkah pengolahan data:
a. Editing
35
5/16/2018 bab 1 -4 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-4-55ab574d65dc5 36/37
Dengan memeriksa kelengkapan jawaban responden pada kuesioner,
memperjelas, apabila ditemukan kejanggalan kuesioner dikembalikan dan
responden diminta untuk mengerjakan ulang saat itu juga.
2. Pengecekan logis
b. Koding
Angket yang sudah terkumpul diperiksa kelengkapannya, kemudian jawaban
responden diberi kode sesuai ketentuan.
c. Entry atau Transfering
Memasukkan data dalam komputer kemudian disimpan dalam bentuk disket
d. Cleaning atau Tabulasi
Mengecek kesalahan- kesalahan dengan contingency check yaitu
menghubungkan jawaban satu sama lain untuk mengetahui adanya konsistensi
jawaban.
3. Analisa data
Data yang sudah diolah kemudian diolah dengan analisis statistik deskriptif
yaitu statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan
atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa
bermaksud membuat kesimpulan yang bersifat umum. Kemudian data tersebut
dituangkan dalam bentuk narasi dan persentase. Sesuai dengan sub variabel
pengetahuan, minat, dan informasi yang di dapatkan mengenai program rehabilitasi
narkoba serta kepatuhan pasien dalam mengikuti program rehabilitasi
36