bab 1 -4

37
 BAB I PENDAHULUAN A. Lata r Belak ang Gambaran masyarakat Indonesia yang ingin dicapai melalui pembangunan  bidang kesehat an, sebaga imana dirumu skan dalam Visi Indon esia Sehat 2010 , ditandai dengan penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermu tu, serta memiliki der ajat kes ehatan yang set ing gi- ting gin ya. Sal ah satu masalah pen ting yan g dih ada pi unt uk mewuju dka n vis i ters ebu t ada lah pen yal ahg unaa n nark otik a,  psiko tropika dan zat adiktif lainnya (NAP ZA), atau yang lebih popu ler diseb ut dengan narkoba (Afiatin, 2008). Data pada United Nation International Drug Control Program (UNDP, 2008) saat ini lebih dari 200 juta orang di seluruh dunia telah menyalahgunakan NAPZA. 3,4 juta dian tara nya adal ah oran g Ind one sia. Dar i has il sur vey nas ion al yan g dilakukan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) dan Dit IV Narkoba & Bareskrim Pol ri sela ma tahu n 200 7 terj adi 45. 16 0 kas us pen yala hgu naa n NAP ZA pad a  bebera pa provin si di Indo nesia. B ali menempati uruta n ke- 4seca ra nasiona l sebagai daerah terjadinya kasus penyalahgunaan NAPZA dengan 1.244 kasus (BNN, 2008). Sed ang kan dal am lapo ran bul anan Bad an Nar kot ika Pro vin si Bal i pad a bul an Agustus 2006 saja telah terjadi 53 kasus NAPZA dengan 56 jumlah tersangka serta 24 ora ng men jala ni reha bili tas i nark oba (BNN-Bali, 200 8). Dat a dar i Pro gra m Ter api Ruma tan Meta don “ San dat” RS U Sangl ah Denpa sar dari tang gal 17 Februari 2003 sampai dengan hingga akhir Februari 2008 di dapatkan data jumlah total pasien teregister 313 orang, masih memerlukan pengobatan 75 orang, sudah 1

Transcript of bab 1 -4

5/16/2018 bab 1 -4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-4-55ab574d65dc5 1/37

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gambaran masyarakat Indonesia yang ingin dicapai melalui pembangunan

 bidang kesehatan, sebagaimana dirumuskan dalam Visi Indonesia Sehat 2010,

ditandai dengan penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, memiliki

kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, serta memiliki

derajat kesehatan yang setinggi- tingginya. Salah satu masalah penting yang

dihadapi untuk mewujudkan visi tersebut adalah penyalahgunaan narkotika,

 psikotropika dan zat adiktif lainnya (NAPZA), atau yang lebih populer disebut

dengan narkoba (Afiatin, 2008).

Data pada United Nation International Drug Control Program (UNDP, 2008)

saat ini lebih dari 200 juta orang di seluruh dunia telah menyalahgunakan NAPZA.

3,4 juta diantaranya adalah orang Indonesia. Dari hasil survey nasional yang

dilakukan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) dan Dit IV Narkoba & Bareskrim

Polri selama tahun 2007 terjadi 45.160 kasus penyalahgunaan NAPZA pada

 beberapa provinsi di Indonesia. Bali menempati urutan ke- 4secara nasional sebagai

daerah terjadinya kasus penyalahgunaan NAPZA dengan 1.244 kasus (BNN, 2008).

Sedangkan dalam laporan bulanan Badan Narkotika Provinsi Bali pada bulan

Agustus 2006 saja telah terjadi 53 kasus NAPZA dengan 56 jumlah tersangka serta

24 orang menjalani rehabilitasi narkoba (BNN-Bali,2008). Data dari Program

Terapi Rumatan Metadon “ Sandat” RSU Sanglah Denpasar dari tanggal 17

Februari 2003 sampai dengan hingga akhir Februari 2008 di dapatkan data jumlah

total pasien teregister 313 orang, masih memerlukan pengobatan 75 orang, sudah

1

5/16/2018 bab 1 -4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-4-55ab574d65dc5 2/37

 pulih 53 orang (16.7%), dirujuk ke center Metadon lain 64 orang, keluar dari klinik 

111 orang (35,1%), dan meninggal 10 orang (3,2%). Dari sekian pasien terdapat 5

orang wanita (1,6%) dan sisanya adalah laki- laki.

Usaha untuk meningkatkan angka keberhasilan terapi rehabilitasi sendiri saat

ini telah di kembangkan dengan berbagai cara, antara lain terapi substitusi

menggunakan methadone dan bufrenorfin, terapi detoksifikasi dan bimbingan

mental namun angka keberhasilan terapi ini masih relatif rendah, berdasarkan hasil

 penelitian Kreek, pakar adiksi dari Laboratory of the biology of addictive diseases,

The Rockfeller University, New York, tingkat keberhasilan terapi tanpa obat atau

detoksifikasi hanya 5% hingga 20% persen. Sementara untuk terapi substitusi

mencapai 50% hingga 80%, sedangkan angka penyalahguna NAPZA terus

meningkat setiap tahunnya (Spirita M, 2009).

Metadon sendiri merupakan sintetik dari opioid yang digunakan sebagai obat

analgesik, antitusif dan maintenance anti-addictive yang digunakan pada pecandu

opioid pertama kali di kembangkan di Jerman pada tahun 1937. Pasien yang

menjalani terapi rehabilitasi narkoba harus memakai obat ini setiap hari secara

teratur, sebab akan menjadi sia- sia jika pasien tidak datang lagi untuk terapi

metadon. Tiga hari pasien tidak minum, ketika datang lagi untuk melanjutkan

 program terapi, dianggap menjadi pasien baru. Artinya, berapapun lamanya

seseorang menjalani terapi, akan menjadi sia- sia hanya karena putus tiga hari.

Putusnya terapi rehabilitasi yang dijalani oleh pasien dengan penyalahguna

 NAPZA tentunya akan menimbulkan kerugian bagi berbagai aspek, antara lain dari

segi biaya, waktu, keluarga, sosial masyarakat, dan tentunya bangsa dan Negara.

Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui apakah faktor- faktor yang

2

5/16/2018 bab 1 -4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-4-55ab574d65dc5 3/37

mempengaruhi kepatuhan pasien dengan penyalahguna NAPZA dalam terapi

rehabilitasi narkoba.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan suatu masalah penelitian

yaitu :

“Apakah faktor- faktor yang mempengaruhi kepatuhan pasien penyalahguna

 NAPZA dalam terapi rehabilitasi narkoba?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi kepatuhan pasien

 penyalahguna NAPZA dalam terapi rehabilitasi narkoba.

2. Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik pasien penyalahguna NAPZA yang mengikuti

 program terapi rehabilitasi narkoba di Program Terapi Rumatan Metadon

Sandat RSUP Sanglah Denpasar.

b. Menganalisa faktor- faktor yang mempengaruhi kepatuhan pasien penyalahguna

 NAPZA dalam terapi rehabilitasi narkoba di Program Terapi Rumatan Metadon

Sandat RSUP Sanglah Denpasar.

c. Menganalisa tingkat kepatuhan pasien dalam terapi rehabilitsi di Program Terapi

Rumatan Metadon Sandat RSUP Sanglah Denpasar.

3

5/16/2018 bab 1 -4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-4-55ab574d65dc5 4/37

D. Manfaat Penelitian

1. Teoritis

Mengembangkan ilmu keperawatan khususnya dalam pemberian terapi pada

 pasien dengan penyalahguna NAPZA.

2. Praktis

Menjadi masukan bagi institusi, mahasiswa keperawatan serta masyarakat agar 

dapat digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan intervensi keperawatan

yang efektif pada pasien dengan penyalahguna NAPZA

4

5/16/2018 bab 1 -4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-4-55ab574d65dc5 5/37

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kepatuhan

Kepatuhan berasal dari kata patuh yang berarti suka menurut perintah dan

sebagainya, taat kepada perintah dan aturan, disiplin (Hoetomo, 2005). Kepatuhan

adalah istilah untuk menggambarkan pelaksanaan suatu prosedur atau suatu

tindakan sesuai dengan petunjuk atau kesepakatan yang telah ditetapkan (Yayasan

Spirita, 2008).

Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi kepatuhan mengikuti

 pengobatan adalah (Notoatmodjo, 2001):

1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil tahu diri manusia yang sekedar menjawab

 pertanyaan “What ” (Notoatmodjo, 2001).

Menurut Notoatmodjo (2001) tingkat pengetahuan adalah sebagai berikut:

a. Mengenal (recognition ) dan mengingat kembali (recall ) diartikan sebagai

kemampuan mengingat kembali sesuatu yang pernah diketahui sehingga dapat

memilih satu dari dua atau lebih jawaban.

b. Pemahaman (comprehension) merupakan suatu kemampuan untuk memahami

tentang suatu objek atau materi.

c. Penerapan (application) diartikan sebagai kemampuan menerapkan secara

 benar suatu hal yang diketahui dalam situasi yang sebenarnya.

5

5/16/2018 bab 1 -4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-4-55ab574d65dc5 6/37

d. Analisis (analysis) diartikan sebagi kemampuan untuk menyebarkan materi atau

objek kedalam suatu struktur dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis ( synthesis) diartikan sebagai kemampuan untuk menghubungkan bagian-

 bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis

adalah kemampuan untuk menyusun formulasi.

f. Evaluasi (evaluation) diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan penilaian

terahadap objek atau materi.

Tingkat pengetahuan ini dapat dinilai dari tingkat penguasaan individu atau

seseorang terhadap suatu objek atau materi (Notoatmodjo, 2001).

Menurut Raffi dalam Nursalam (2003) tingkat pengetahuan digolongkan

menjadi:

1) Baik : 76- 100%

2) Cukup : 56- 75%

3) Kurang : < 56%

2. Minat

Minat merupakan kekuatan dari dalam dan tampak dari luar sebagai gerak-

gerik. Dalam menjalankan fungsinya minat berhubungan erat dengan pikiran dan

 perasaan. Minat adalah perhatian, kesukaan, kecenderungan hati yang sangat tinggi

terhadap sesuatu (Poerwardarminta, 1999). Minat adalah kesukaan atau

kecenderungan hati (Hoetomo, 2005). Jadi dapat disimpulkan minat adalah

kecenderungan hati atau keinginan terhadap sesuatu.

6

5/16/2018 bab 1 -4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-4-55ab574d65dc5 7/37

Adapun proses minat terdiri dari:

a. Motif (alasan, dasar, pendorong)

 b. Perjuangan motif 

c. Keputusan

d. Bertindak sesuai dengan keputusan yang diambil

3. Informasi

Informasi adalah keterangan yang disampaikan oleh seseorang, badan atau

organisasi; keseluruhan makna yang menunjang pesan yang terlihat di bagian-

 bagian pesan itu (Indrawan, 2005).

Menurut Hoetomo (2005), Informasi adalah penerangan, keterangan,

 pemberitahuan kabar atau berita tentang sesuatu; keseluruhan makna yang

menunjang amanat yang terlihat dalam bagian-bagian amanat itu sendiri.

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa informasi adalah

keterangan, pesan atau berita yang disampaikan lewat pemberitahuan pada

seseorang.

B. Penyalahgunaan NAPZA

Penyalahgunaan zat adalah pemakaian zat diluar indikasi medik, tanpa

 petunjukatau resep dokter, pemakaian sendiri secara teratur atau berkala sekurang-

kurangnya selama satu bulan (Hawari, 2001).

Penyalahgunaan NAPZA adalah penggunaan narkoba bukan untuk tujuan

 pengobatan, dalam jumlah berlebih, secara kurang lebih teratur, dan berlangsung

7

5/16/2018 bab 1 -4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-4-55ab574d65dc5 8/37

cukup lama, sehingga menyebabkan gangguan kesehataan fisik serta gangguan pada

 prilaku dan kehidupan sosialnya (Harlina, 2006)

Penyalahgunaan NAPZA adalah pola penggunaan yang bersifat patologik 

 paling sedikit satu bulan lamanya, sehingga menimbulkan gangguan fungsi sosial

dan okupasional (Wicaksana, Holmes, dan Hawari dalam Afiatin, 2008).

Penyalahgunaan NAPZA (obat) adalah penggunaan obat dengan tujuan

nonmedis, biasanya untuk mengubah kesadaran dan pembentukan tubuh (Katzung,

2002).

Dari pengertian tersebut dapat disimpulakan penyalahgunaan NAPZA adalah

 penggunaan narkoba bukan untuk tujuan medis secara berlebihan dan berlangsung

lama yang bertujuan untuk mengubah kesadaran atau pembentukan tubuh dan

mengakibatkan gangguan kesehatan fisik, prilaku dan kehidupan sosial.

1. Jenis- jenis NAPZA yang disalahgunakan (Majid, 2007)

a. Narkotika

Kata narkotika berasal dari bahasa Inggris yaitu narcotics, yang berarti obat

 bius. Secara umum narkotika mampu menurunkan dan mengubah kesadaran

(anastetik ) dan mengurangi bahkan menghilangkan rasa nyeri (analgetik ). Agar 

tetap dapat menggunakan obat tersebut untuk tujuan kedokteran, namun terhindar 

dari bahaya penyalahgunaanya, maka pemerintah Indonesia mengatur 

 penggunaannya dengan undang- undang.

Dalam Undang- Undang RI No. 22 Tahun 1997 tentang narkotika

menegaskan bahwa narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau

 bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan

8

5/16/2018 bab 1 -4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-4-55ab574d65dc5 9/37

 penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai

menghilangkan nyeri dan dapat menimbulkan penyalahguna.

 Narkotika dibedakan kedalam 3 golongan sebagai berikut:

1) Narkotika Golongan I

 Narkotika yang hanya digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan bukan

untuk terapi, mempunyai potensi sangat tinggi menimbulkan ketergantungan .

2) Narkotika Golongan II

 Narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan digunakan sebagai pilihan

terakhir dan dapat digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu

 pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.

3) Narkotika Golongan III

 Narkotika yang digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu

 pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan.

Adapun jenis- jenis narkotika adalah sebagai berikut:

a) Ganja (kanabis)

Di Indonesia tanaman kanabis dibawa oleh Belanda untuk obat hama kopi

yang ditanam di Aceh dan Sumatra. Bentuk daun ganja menyerupai daun singkong

dan jika diremas- remas akan mengeluarkan aroma yang khas. Minyak hasis

merupakan getah pohon ganja. Ganja digolongkan sebagai depresan (obat yang

mengurangi kegiatan system sarap otak) dan halusinogen (menimbulkan

halusinasi).

9

5/16/2018 bab 1 -4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-4-55ab574d65dc5 10/37

 b) Candu

Getah dari buah  Papaper somniferum setelah diolah akan menjadi adonan

yang dinamakan candu metah. Candu kasar mengandung bermacam- macam zat-

zat aktif yang sering disalahgunakan.

c) Morfin

Morfin adalah hasil olahan dari opium atau candu mentah. Morfin merupakan

alkaloida utama dari opium. Morfin berbentuk tepung halus berwarna putih atau

dalam bentuk cairan berwarna. Pemakainnya dengan cara dihisap dan disuntikan.

d) Putau (heroin)

Heroin adalah depresan. Obat ini memperlambat jalannya pesan- pesan yang

masuk dan keluar dari otak dan tubuh. Heroin berasal dari poppi opium, bunga yang

tumbuh di iklim panas dan kering. Bunga ini menghasilkan bahan lengket yang

dibuat heroin, opium, morfin dan kodein.

e) Kokain

Kokain sangat berbahaya berasal dari tanaman coca dan mengandung efek 

 stimulan. Saat ini kokain masih digunakan dalam dunia kedokteran sebagai

anastetik lokal, khususnya untuk pembedahan mata, hidung dan tenggorokan.

f) Metadon

Metadon adalah narkotik sintetis yang kuat seperti heroin atau morfin, tetapi

tidak menimbulkan efek sedatif yang kuat. Metadon biasanya disediakan pada

 program pengaliahan narkoba, karena dinilai lebih aman.

 b. Psikotropika

10

5/16/2018 bab 1 -4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-4-55ab574d65dc5 11/37

Psikotropika berasal dari kata  psiko yang berarti psikis atau kejiwaan,

tropika yang berarti pusat atau sentral. Psikotropika merupakan senyawa obat yang

 bekerja sentral (pada pusat saraf atau otak) dan mampu mempengaruhi fungsi psikis

atau mental (Majid, 2007). Untuk mengatur tentang psikotropika, maka pada tahun

1997 ditetapkan undang - undang mengenai psikotropika. Menurut Undang -

Undang RI No. 5 tahun 1997 psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah

maupun sintetik bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh

selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas

mental dan prilaku. Berdasarkan penjelasan dari Undang- Undang RI No. 5 tahun

1997 psikotropika dibedakan menjadi 4 golongan sebagai berikut:

1) Psikotropika Golongan I

Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan

 bukan untuk terapi serta mempunyai potensi sangat kuat mengakibatkan

ketergantungan.

2) Psikotropika Golongan II

Psikotropika yang digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu

 pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan ketergantungan.

3) Psikotropika Golongan III

Psikotropika yang banyak digunakan dalam terapi dan untuk tujuan

 pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunayai potensi yang kuat

mengakibatkan ketergantungan.

4) Psikotropika Golongan IV

11

5/16/2018 bab 1 -4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-4-55ab574d65dc5 12/37

Psikotropika yang berhasiat untuk pengobatan dan sangat luas digunakan

dalam terapi atau tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan

menyebabkan penyalahguna.

Beberapa jenis psikotropika yang sering disalahgunakan adalah sebagai

 berikut (Majid, 2007):

a) Sabu- sabu

Sabu- sabu (amfetamin) dibuat secara sitetis biasanya berbentuk bubuk putih,

kuning atau coklat. Pemakainya sering dengan cara dihirup asapnya pelalui

 pembakaran menggunakan alat yang disebut Bong.

 b) Ekstasi

Ekstasi biasanya berbentuk tablet atau kapsul berwarna dengan disain yang

 berbeda- beda. Nama lain dar ekstasi adalah dolphin, black heart, gober.

c) Obat penenang (depresan)

Biasanya berbentuk kapsul atau tablet yang dapat diresepkan oleh dokter 

untuk mengurangi setres, kecemasan dan membantu tidur. Namun sering

disalahgunakan karena efek memabukkan.

c. Zat adiktif 

Yang dimaksud zat adiktif adalah bahan atau zat selain narkotika dan

 psikotropika yang mempunyai pengaruh  psikoaktif . Dengan kata lain zat adiktif 

adalah zat atau bahan kimia yang apabila masuk kedalam tubuh akan

mempengaruhi tubuh terutama susuanan saraf pusat sehingga menyebabkan

 perubahan aktivitas mental, emosional dan prilaku. Dan apabila digunakan secara

terus- menerus akan menimbulkan ketergantungan.

12

5/16/2018 bab 1 -4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-4-55ab574d65dc5 13/37

Adapun yang dimaksud barang berbahaya lain adalah bahan kimia yang dapat

menimbulkan kecelakaan seperti keracunan, terbakar, karsinogenik . Bahan ini

dikelompokkan menjadi empat golongan yaitu (Majid, 2007):

1) Golongan 1

Yaitu bahan yang sangat berbahaya, baik secara langsung maupun tidak 

langsung menimbulkan bahaya yang luas dan sulit penanganannya. Contohnya

 peptisida.

2) Golongan 2

Yaitu bahan yang mudah meledak. Contohnya minuman keras dan spiritus.

3) Golongan 3

Yaitu bahan karsinogenik  dan mutagenik . Contohnya pewarna makanan,

 pewarna tekstil, pemanis buatan dan formalin.

4) Golongan 4

Yaitu bahan korosif  (dapat menimbulakan luka atau iritasi). Cotohnya

 beberapa bahan kosmetika dan bahan pengobatan.

2. Akibat penyalahgunaan NAPZA

Bagi mereka yang mengkonsumsi NAPZA akan mengalami gangguan mental

dan prilaku, sebagai akibat terganggunya sistem neurotransmitter  pada sel- sel

susunan saraf pusat di otak. Gangguan pada sistem neurotransmitter  akan

mengakibatkan terganggunya fungsi kognitif  (alam pikiran), afektif (alam perasaan

atau mood  atau emosi) dan  psikomotor  (prilaku). Adapun beberapa perubahan

mental dan prilaku yang disebabkan karena pemakaian NAPZA menurut Hawari

(2001) antara lain:

13

5/16/2018 bab 1 -4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-4-55ab574d65dc5 14/37

a. Ganja

Mereka yang mengkonsumsi ganja akan memperlihatkan perubahan- perubahan

mental dan perilaku sebagai berikut (Hawari, 2001):

1) Jantung berdebar - debar ( palpitasi).

2) Gejala psikologik 

a) Euphoria, yaitu rasa gembira tanpa sebab yang tidak wajar.

b) Halusinasi dan delusi, halusinasi merupakan pengalaman panca indera tanpa

adanya stimulus yang menimbulkannya. Sedangkan delusi adalah keyakinan

yang tidak rasional.

c) Perasaan waktu berlalu dengan lambat.

d) Apatis, bersikap acuh tak acuh, masa bodoh, tidak perduli terhadap tugas, sering

kali menyendiri dan melamun, tidak ada kemauan atau inisiatif, dan hialangnya

dorongan kehendak.

3) Gejala fisik 

a) Mata merah (kemerahan konjungtiva), orang yang baru saja menghisap NAPZA

 jenis ganja ditandai dengan warna bola mata yang memerah. Hal ini disebabkan

karena pembuluh darah kapiler pada bola mata mengalami pelebaran (dilatasi).

b) Nafsu makan bertambah, ganja mengandung zat aktif  tetra- hydrocannabinol 

atau THC yang merangsang pusat nafsu makan di otak.

c) Prilaku maladaptive, tidak mampu lagi menyesuaikan diri atau beradaptasi

dengan keadaan secara wajar. Misalnya ketakutan, kecurigaan (paranoid), dan

gangguan dalam fungsi sosial dan pekerjaan yang dapat memicu prilaku

kekerasan, pertengkaran dan prilaku antisosial lainnya.

b. Opiat (morphine, heroin atau putaw)

14

5/16/2018 bab 1 -4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-4-55ab574d65dc5 15/37

Bagi mereka yang mengkonsumsi NAPZA jenis opiat baik dengan cara

menghirup asap setelah bubuk opiat dibakar atau disuntikan setelah bubuk opiat

dilarutkan dalam air akan mengalami atau menunjukkan hal- hal sebagai berikut

(Hawari, 2001):

1) Pupil mata mengecil atau sebaliknya melebar. Reaksi pupil mata dapat dilihat

dengan melakukan tes sorotan cahaya pada mata yang bersangkutan. Misalnya

 bila mata diberikan sorotan cahaya, maka reaksi normal adalah pupil mengecil,

tapi yang terjadi tidaklah demikian bahkan pupil mata melebar. Sebaliknya

dalam keadaan gelap atau kurang cahaya biasanya pupil mata melebar, tetapi

yang terjadi pupil mata mengecil.

2) Euforia atau sebaliknya disforia, euforia adalah gangguan pada afektif (alam

 perasaan atau mood) yang bersangkutan merasakan kegembiraan dan

kenyamanan tanpa sebab dan tidak wajar. Disforia adalah gangguan pada afektif 

dimana yang bersangkutan merasakan kemurungan, ketidaknyamanan,

cenderung merasa sedih serta lesu tak berdaya.

3) Apatis, bersikap acuh tak acuh, masa bodoh dan tidak perduli dengan lingkungan

sekitarnya, kehilang kemauan dan inisiatif dan tidak merawat diri.

4) Retradasi psikomotor, yang bersangkutan merasakan kelesuan dan ketiadaan

tenaga. Gerak dan aktivitas fisik merosot sehingga terkesan malas.

5) Mengantuk atau tidur. Setelah mengkonsumsi NAPZA jenis ini cenderung

menyebabkan tidur berkepanjangan. Pada umumnya penyalahguna tidak dapat

tidur pada malam hingga dini hari, tetapi setelah dapat menggunakan NAPZA

 jenis ini yang bersangkutan dapat tidur hingga siang atau sore keesokan harinya.

15

5/16/2018 bab 1 -4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-4-55ab574d65dc5 16/37

6) Pembicaraan cadel ( slurred speech), berbicara tidak jelas, hal ini disebabkan

karena gerakan lidah terganggu (kelu atau pelo)

7) Gangguan pemusatan perhatian dan konsentrasi

8) Daya ingat menurun

9) Tingkah laku mal adaptif 

Mereka yang sudah penyalahguna dengan NAPZA jenis ini jika

 pemakaiannya dihentikan akan timbul gejala putus opiat (withdrawal symptoms)

yaitu (Hawari, 2001):

1) Air mata berlebihan (lakrimasi)

2) Cairan hidung berlebihan

3) Pupil mata melebar 

4) Keringat berlebihan, kedinginan, menggigil.

5) Mual, muntah dan diare

6) Bulu rambut dan kuduk berdiri atau bergidik ( piloreksi)

7) Mulut menguap

8) Tekanan darah naik 

9) Jantung berdebar- debar 

10) Suhu badan meninggi

11) Sukar tidur 

12) Nyeri otot dan nyeri tulang belulang

13) Nyeri kepala

14)  Nyeri atau ngilu di persendian

15) Mudah marah, emosional, dan agresif- destruktif 

16

5/16/2018 bab 1 -4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-4-55ab574d65dc5 17/37

2. Kokain

Gejala- gejala yang ditimbulkan oleh pemakaian kokain dengan cara dihidu

(bubuk kokain disedot atau dihirup melalui hidung) antara lain (Hawari, 2001):

1) Agitasi psikomotor, kegelisahan, tidak tenang dan tidak dapat diam

2) Rasa gembira yang selanjutnya menyebabklan fungsi kontrol diri menurun

3) Harga diri meningkat

4) Banyak bicara

5) Kewaspadaan meningkat

6) Jantung berdebar- debar 

7) Pupil mata melebar 

8) Tekanan darah naik 

9) Berkeringat berlebihan

10) Mual muntah

11) Prilaku maladaptive

3. Amphetamine (ekstasi dan sabu- sabu)

Gejala- gejala yang ditimbulkan oleh pemakaian NAPZA jenis

 Amphetamine adalah (Hawari, 2001):

1) Agitasi.

2) Rasa gembira yang berlebihan (euphoria)

3) Harga diri meningkat

4) Kewaspadaan meningkat ( paranoid )

5) Halusinasi

6) Jantung berdebar 

7) Tekanan darah naiik 

17

5/16/2018 bab 1 -4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-4-55ab574d65dc5 18/37

8) Tingkahlaku maladaptive

4. Sedativa atau hipnotika

Penggunaan NAPZA jenis  sedative atau hipnotika akan menimbulkan

gangguan mental dan prilaku dengan gejala-gejala sebagai berikut (Hawari, 2001):

1) Emosi labil

2) Hilangnya hambatan doronganatau impuls seksual dan agresif 

3) Mudah tersinggung dan marah

4) Gangguan koordinasi

5) Cara berjalan yang tidak mantap

6) Gangguan perhatian dan daya ingat

7) Prilaku maladaptif 

Dampak- dampak yang ditimbulkan oleh penyalahgunaan NAPZA

(Harlina,2006) adalah:

a. Bagi diri sendiri

1) Terganggunya fungsi otak dan perkembangan

a) Daya ingat menurun, sehingga mudah lupa

b) Perhatian menurun, sehingga sulit berkonsentrasi

c) Perasaan kacau, sehingga tidak dapat bertindak rasional, impulsive

d) Persepsi, memberi perasaan semuatau khayal

e) Motivasi, sehingga keinginan dan kemampuan kerjaatau belajar merosot.

2) Intoksikasi (keracunan)

3) Over dosis (OD)

4) Gejala putus zat

5) Berulang kali kambuh

18

5/16/2018 bab 1 -4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-4-55ab574d65dc5 19/37

6) Gangguan prilakuatau mental- sosial

7) Gangguan kesehatan

8) Kendornya nilai- nilai, menjadi asosial, mementingkan diri sendiri.

9) Masalah keuangan dan hukum

5. Bagi keluarga

Keresahan keluarga karena barang- barang hilang untuk membeli narkoba,

anak sering berbohong, tidak bertanggung jawab dan asosial. Keputusasaan orang

tua terhadap masa depan anak, malu dan marah sehingga mempengaruhi fungsi

keluarga. Permasalahan ekonomi dan beban sosial (Harlina,2006).

6. Bagi sekolah

Merusak disiplin dan motivasi belajar, turunya prestasi belajar, menggangu

 proses belajar dan putus sekolah (Harlina,2006).

7. Bagi masyarakat, bangsa dan Negara

Masyarakat yang rawanmenyalahgunakan NAPZA tidak memiliki daya tahan,

sehingga kesinambungan pembangunan terancam. Negara menderita kerugian

karena masyarakatnya tidak produktif dan tingkat kejahatan meningkat, termasuk 

sarana dan prasarana yang harus disediakan untuk menanggulangi hal ini

(Harlina,2006).

C. Terapi Rehabilitasi Narkoba

1. Pengertian

19

5/16/2018 bab 1 -4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-4-55ab574d65dc5 20/37

Rehabilitasi adalah pemulihan kepada kedudukan atau keadaan yang dahulu

atau semula, perbaikan anggota tubuh yang cacat dan sebagainya atas individu

supaya menjadi manusia yang berguna dan memiliki tempat di masyarakat

(Hoetomo, 2005).

Rehabilitasi adalah pemulihan kebentuk atau fungsi yang normal setelah

terjadi luka atau sakit, pemulihan pasien yang sakit atau luka untuk dapat mandiri

atau mendapatkan pekerjaan yang layak yang dapat dicapai dalam waktu yang

sesingkat mungkin (Dorland, 1996).

Rehabilitasi narkoba adalah upaya agar pasien penyalahguna NAPZA dapat

kembali pada kondisi seperti sebelum menyalahgunakan narkoba, sesuai dengan

Undang- Undang Republik Indonesia yang berlaku tentang narkotika dan

 psikotropika, upaya rehabilitasi medik dan sosial (Somar, L, 2001)

2. Tujuan rehabilitasi

a. Pasien menjadi sehat

 b. Dapat mengembalikan pengendalian emosi

c. Memotivasi agar tidak mengulang penyalahgunaan NAPZA kembali

d. Menciptakan sifat prilaku positif untuk mampu menolak tawaran

 penyalahgunaan NAPZA

e. Menanamkan kepercayaan diri

f. Mendisiplinkan waktu dan prilaku sehari- hari secara efektif dan produktif 

g. Mengembalikan konsentrasi untuk belajar dan bekerja

h. Dapat diterima kembali oleh keluarga dan lingkungannya

3. Tahapan rehabilitasi

Lambertus Somar membagi tahapan rehabilitasi menjadi empat tahap

20

5/16/2018 bab 1 -4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-4-55ab574d65dc5 21/37

a. Tahap pertama: proses transisi awal (1- 8 minggu)

Seluruh tahapan ini merupakan proses persiapan para korban narkoba untuk 

menemukan rencana rehabilitasi yang tepat, sesuai kebutuhan pribadi. Proses

transisi awal ini melewati tiga titik penting yaitu:

1) Informasi atau kesatuan awal tentang adanya masalah.

2) Informasi klinis atau kesadaran lanjutan lewat orang yang kompeten akan

adanya penyakit-penyakit dan keputusan untuk menempuh bentuk- bentuk 

rehabilitasi yang baik.

3) Persiapan akhir lewat detoksifikasi dan stabilisasi awal. Data-data dan penilaian-

 penilaian awal (assessment awal) tentang pasien dilakukan pada tahap ini.

b. Tahap kedua: proses rehabilitasi intensif (3- 8 bulan)

Proses penyembuhan pokok akan terjadi pada tahap ini yang diawali dengan

 penilaian lanjut yang lebih teliti (assessment  lanjut) disertai komitmen awal pada

 program penyembuhan pribadi yang dilakukan bersama dengan pasien, keluarga

dan pihak rehabilitasi. Pasien dituntun untuk memberdayakan hidupnya disegala

 bidang. Berani merubah diri dan menjadi unsur positif dalam hidup bersama tetapi

 jujur menerima keterbatasan diri dan keterbatasan orang lain. Masa depan dibentuk 

secara perlahan- lahan serta diisi secara lebih bermakna dan berkualitas.

Memperbanyak kontak dengan orang- orang luar dan hubungan yang berkualitas.

Bentuknya berupa rawat jalan atau rawat inap. Tahap ini dikenal juga dengan tahap

stabilitasi pribadi dan melewati tiga titik penting, yaitu:

1) Secara sadar dan tekun melepaskan diri dari berbagai penyakit yang

 berhubungan dengan narkoba.

21

5/16/2018 bab 1 -4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-4-55ab574d65dc5 22/37

2) Menemukan jati diri, menguasai kiat- kiat dan keterampilan- keterampilan untuk 

menyehatkan serta mengisi hidup secara lebih bermakna dan bermutu. Latihan

keterampilan kerja dan pengungkapan diri mulai dibina.

3) Dengan inisiatif pribadi, dan secara sadar mulai berpikir dan bertindak untuk 

mencapai prestasi- prestasi tertentu atau disebut juga tahap positive thinking and 

doing.

c. Tahap ketiga: proses transisi akhir (1- 6 bulan)

Tahap ini merupakan proses terakhir untuk pulang dan memasuki masyarakat.

Pasien masih terikat dengan rehabilitasi formal, namun sudah mulai membiasakan

diri dengan masyarakat luar, sehingga merupakan proses resosialisasi atau

 penyesuaian. Proses ini melewati tiga titik penting yaitu:

1) Tinggal lebih sering dan lebih lama di lingkungan keluarga sebagai tempat

tinggal tetap maupun sebagai tempat tinggal transit untuk resosialisasi. Disini

terjadi perdamaian dan penyesuaian- penyesuaian kembali dengan lingkungan

2) Rencana masa depan yang jelas dan siap direalisasikan dengan dukungan

keluarga atau pihak- pihak lain. Disini pasien berdamai dengan dirinya sendiri,

menatap kedepan lalu membuat pilihan – pilihan hidupnya.

3) Kontak awal dengan kelompok-kelompok atau program-program pemeliharaan

lanjut (aftercare). Disini orang merasa puas, menerima dirinya apa adanya, lalu

mempercayakan dirinya ketangan orang lain.

d. Tahap empat: pemeliharaan lanjut ( seumur hidup)

Kendati dinyatakan sehat, ketagihan psikologis masih akan tetap terasa cukup

lama. Bau, warna, kebersihan, suasana, tempat dan lingkungan yang pernah

membuat pasien terjerumus dalam pemakaian narkoba bisa menjadi pemicu

22

5/16/2018 bab 1 -4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-4-55ab574d65dc5 23/37

terjerumus dan kambuh lagi ( slip and relapse). Para pengedar dan pengguna yang

lain juga tidak akan kehabisan akal untuk menjaring kembali mantan pelanggannya.

Proses ini melewati tiga titik penting yaitu:

1) Mengubah, menghilangkan atau menjauhi hal- hal yang bersifat nostalgia

kesenangan narkoba.

2) Secara aktif dan berkala mengikuti program- program aftercare paling sedikit

selama dua tahun.

3) Kalau mungkin ikut dalam program, kelompok atau gerakan anti- narkoba untuk 

mencegah timbulnya korban yang lebih banyak.

Sedangkan Hawari (2001) membagi tahapan rehabilitasi narkoba menjadi dua

tahap yaitu:

a. Terapi (pengobatan)

Terapi terhadap penyalahgunaan dan penyalahguna NAPZA terdiri dari dua

tahapan yaitu detoksifikasi dan pasca detoksifikasi (pemantapan) yang mencakup

komponen- komponen sebagai berikut:

1) Terapi medik- psikiatrik (detoksifikasi, psikofarmaka, dan psikoterapi)

Terapi detoksifikasi adalah bentuk terapi untuk menghilangkan racun NAPZA

dari tubuh pasien penyalahguna dan penyalahguna NAPZA. Dalam terapi

detoksifikasi digunakan obat-obatan yang tergolong major transquilizer  yang

ditunjukan terhadap gangguan sistem neuro-transmiter susunan saraf pusat. Selain

itu juga dapat diguakan analgetika non opiat yaitu obat anti nyeri yang potensi dan

efektivitasnya setara dengan opiat tetapi tidak mengandung opiat dan turunannya

dan tidak menimbulkan ketergantungan dan ketagihan. Dapat pula digunakan

23

5/16/2018 bab 1 -4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-4-55ab574d65dc5 24/37

metode substitusi yaitu mengganti dengan turunan opiat tapi dengan dosis yang

sedikit demi sedikit diturunkan. Adapun metode detoksifikasi yang memakai sistem

 blok total (abstinentia totalis), artinya pasien dengan penyalahguna NAPZA tidak 

 boleh lagi menggunakan NAPZA atau turunannya, dan juga tidak menggunakan

obat- obatan sebagai penggantiatau substitusi.

Setelah menjalani terapi detoksifikasi proses mental adiktif masih berjalan,

artinya rasa ingin (craving ) masih belum hilang, sehingga kekambuhan masih dapat

terulang kembali. Untuk mengatasi gangguan tersebut digunakan obat- obatan yang

 berkhasiat memperbaiki gangguan dan memulihkan fungsi neuro-transmiter pada

susunan saraf pusat. Selain menggunakan obat- obatan golongan major tranquilizer 

 juga menggunakan jenis obat anti depressant . Obat ini perlu diberikan karena

dengan diputuskannya NAPZA pada pasien seringkali menimbulkan gejala depresi.

Dengan terapi psikofarmaka baik dari golongan major tranquilizer  maupun anti

depressant tadi, maka gangguan mental dan prilaku dapat diatasi.

2) Terapi medik- somatik (komplikasi medik)

Yang dimaksud dengan terapi medik somatik adalah penggunaan obat- obatan

yang berkhasiat terhadap kelainan fisik baik sebagai akibat terapi detoksifikasi yaitu

gejala putus obat maupun komplikasi medik berupa kelainan organ tubuh akibat

 penyalahgunaan NAPZA. Pada umumnya pasien penyalahguna NAPZA kondisi

fisik atau gizinya tidak baik, oleh karena itu perlu diberikan makanan dan

minuman yang berkalori dan bergizi tinggi, disertai dengan terapi fisik misalnya

olahraga untuk memulihkan stamina atau daya tahan tubuh pasien.

3) Terapi psikososial

24

5/16/2018 bab 1 -4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-4-55ab574d65dc5 25/37

Yang dimaksud dengan terapi psikososial adalah upaya untuk memulihkan

kembali kemampuan adaptasi dari pasien dalam kehidupan sehari- hari. Dengan

terapi psikososial diharapkan prilaku antisosial dapat berubah menjadi prilaku

adative behavior.

4) Terapi psikoreligius

Unsur agama dalam terapi bagi para pasien penyalahgunaatau penyalahguna

 NAPZA mempunyai arti penting dalam mencapai keberhasilan penyembuhan.

Unsur agama yang mereka terima akan memulihkan dan memperkuat rasa percaya

diri ( self confidence), harapan (hope) dan ke imanan ( faith).

 b. Rehabilitasi

Program rehabilitasi lamanya tergantung dari metode dan program dari

lembaga yang bersangkutan, biasanya lamanya program rehabilitasi antara 3- 6

 bulan. Pusat atau lembaga rehabilitsi yang baik harus memenuhi beberapa

 persyaratan antara lain:

1) Sarana dan prasarana yang memadai

2) Tenaga profesional

3) Manajemen yang baik 

4) Kurikulum atau program rehabilitasi yang memadai dan sesuai kebutuhan

5) Peraturan dan tata tertib disiplin yang ketat agar tidak terjadi pelanggaran

ataupun kekerasan

6) Keamanan yang ketat agar tidak memungkinkan peredaran NAPZA didalam

 pusat rehabilitasi.

Untuk mencapai tujuan rehabilitsi secara menyeluruh diperlukan program

rehabilitasi yang meliputi:

25

5/16/2018 bab 1 -4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-4-55ab574d65dc5 26/37

1) Rehabilitasi medik 

Maksud dari rehabilitasi medik agar mantan penyalahgunaatau pasien

 NAPZA benar- benar sehat secaara fisik dalam arti komplikasi medik dapat

disembuhkan. Hal ini berdasarkan hasil penelitian (Hawari, dkk, 1999) yang

menyatakan bahwa para penyalahguna NAPZA 53, 57% mengalami kelainan paru,

55,10% kelainan lever, 56, 63% hepatitis C dan infeksi HIV 33,33%.termasuk 

dalam program terapi rehabilitasi ini ialah memulihkan kondisi fisik yang lemas.

Tidak hanya memberikan makanan bergizi tetapi juga di imbangi dengan kegiatan

olahraga yang teratur sesuai dengan komplikasi medik yang dialami oleh pasien.

2) Rehabilitasi psikiatrik 

Maksud dari terapi psikiatrik adalah merubah prilaku pasien dari maladaptif 

menjadi adaptif atau dengan kata lain sikap dan tindakan antisosial dapat

dihilangkan sehingga dapat bersosialisasi dengan baik. Termasuk dalam

rehabilitasi psikiatrik adalah psikoterapiatau kunsultasi keluarga, penggunaan obat-

obatan psikofarmaka masih dapat dilakukan dengan catatan tidak menimbulkan

ketagihan dan penyalahguna.

3) Rehabilitasi psikososial

Dengan rehabilitasi psikososial dimaksudkan agar para pasien dapat

kembali adaptif bersosialisasi dalam lingkungan sosialnya, yaitu rumah,

sekolahatau kampus dan di tempat kerja. Terapi psikososial merupakan persiapan

untuk kembali ke masyarakat, oleh karena itu paien perlu dibekali dengan

26

5/16/2018 bab 1 -4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-4-55ab574d65dc5 27/37

 pendidikan dan keterampilan. Dengan demikian diharapkan bila pasien telah selesai

menjalani terapi rehabilitasi dapat kembali melanjutkan sekolahatau kuliah atau

 bekerja.

4) Rehabiltasi psikoreligius

Waktu selama dua minggu untuk menjalani terapi pasca detoksifikasi

tidaklah cukup untuk memulihkan pasien supaya menjalankan ibadah sesuai dengan

keyakinannya. Dalam rehabilitasi psikoreligius diberikan penguatan iman dan

keyakinannya terhadap Tuhan sesuai dengan agamanya, serta semua bentuk ritual

keagamaan. Pendalaman, penghayatan dan pengamalan keagamaan atau keimanan

akan menumbuhkan spiritual power pada pasien sehingga mampu menekan resiko

seminimal mungkin terlibat kembali ke dalam penyalahgunaan NAPZA.

5) Forum silahturahmi

Forum silahturahmi merupakan proram lanjutan yaitu program atau kegiatan

yang dapat diikuti oleh mantan penyalahguna (pasien yang telah selesai menjalani

rehabilitasi) dan keluarga yang bertujuan terciptanya kemampuan untuk mengatasi

segala permasalahan kehidupan dalam keluarga dan memperkecil resiko

kekambuahan. Seorang mantan penyalahguna NAPZA baru dikatakan sembuh jika

selama kurun waktu 2 tahun tidak lagi mengkonsumsi NAPZA. Selama dua tahun ia

masih menjalani pengawasan, dan tes urin secara periodik 

27

5/16/2018 bab 1 -4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-4-55ab574d65dc5 28/37

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka konsep

Kerangka konsep adalah rancangan kasar dari sebuah tulisan yang memuat

garis- garis besar. Kerangka konsep dibuat untuk memudahkan memahami proses

 penelitian dan menghindari penyimpangan langkah penelitian.

28

5/16/2018 bab 1 -4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-4-55ab574d65dc5 29/37

: variabel yang diteliti

: variabel yang tidak diteliti

Gambar 1

Kerangka Konsep Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Pasien dengan

Penyalahguna NAPZA Dalam Mengikuti Program Terapi Narkoba

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

Variabel adalah suatu ukuran atau cirri yang dimiliki oleh anggota suatu

kelompok (orang, benda, situasi) yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok 

tersebut (Nursalam, 2003). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan variabel

univarian yaitu Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Pasien dengan

29

Faktor- faktor yang

mempengaruhi:

1. Pengetahuan

2. Minat

Faktor lain:

1. Ekonomi

2. Transportasi

 

Pasien penyalahguna

 NAPZA

Kepatuhan dalam

mengikuti

 program terapi

Ket:

5/16/2018 bab 1 -4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-4-55ab574d65dc5 30/37

Penyalahguna NAPZA Dalam Mengikuti Program Terapi Narkoba di Program

Terapi Rumatan Metadon “ Sandat” RSU Sanglah Denpasar.

2. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati

dari sesuatu yang di definisikan tersebut (Nursalam, 2003). Untuk menghindari

 perbedaan persepsi, maka perlu disusun definisi operasional yang merupakan

 penjelasan lanjut dari variabel sebagai berikut:

Tabel 1Definisi Operasional Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Pasien

Penyalahguna NAPZA Dalam Mengikuti Program Terapi Narkoba

30

5/16/2018 bab 1 -4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-4-55ab574d65dc5 31/37

BAB IV

METODE PENELITIAN

31

 No Variabel Sub

Variabel

Definisi

operasional

Alat ukur Cara

 penga

mbilan

data

Skala ukur 

1 Faktor-

faktor 

yang

mempeng

aruhi

kepatuhan

 pasien

 penyalahg

una

 NAPZA

dalam

mengikutiProgram

terapi

rehabilitsi

 Nakoba

di

Program

Terapi

Rumatan

Metadon

“ Sandat”

RSU

Sanglah

Denpasar.

1.Pengetah

uan

2.Minat

terhadap program

terapi

3.Informasi

Pengetahua

n adalah

hasil tahu

dari pasien

tentang

 pengertian

dan

 pengobatan

 penyalahgu

na NAPZA

Minat

adalahkeinginan

dalam diri

 pasien

untuk 

sembuh

dalam

terapi

rehabiltasi

Informasi

adalah

keterangan

,pesan atau

 berita

tentang

 program

rehabili

tasi

narkoba

yang di

dapatkan

oleh pasien

Kuesioner 

Kuesioner 

Kuesioner 

Data

 primer 

Data

 primer 

Data

 primer 

Skala

Guttman

Ordinal

Baik 

(76- 100%)

Cukup

(56- 75%)

Kurang

(<56%)

Skala Likert

 NominalBerminat

Tidak 

 berminat

 Nominal

Pernah

mendapat

informasi

Tidak pernah

mendapatkan

informasi

5/16/2018 bab 1 -4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-4-55ab574d65dc5 32/37

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang direncanakan adalah penelitian

deskriptif yaitu rancangan penelitian yang bertujuan menerangkan atau

menggambarkan masalah penelitian (Setiadi, 2007). Peneliti tidak memberikan

intervensi, hanya mengumpulkan informasi tentang faktor- faktor yang

mempengaruhi kepatuhan pasien dengan penyalahguna NAPZA dalam mengikuti

 program terapi rehabilitasi narkoba di Program Terapi Rumatan Metadon “ Sandat”

RSU Sanglah Denpasar.

Pendekatan yang digunakan adalah cross sectional  dimana peneliti hanya

sekali melakukan pengukuran terhadap subjek penelitian (Nursalam, 2003).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Program Terapi Rumatan Metadon “ Sandat”

RSU Sanglah Denpasar. Adapun waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan

Maret sampai Mei 2009.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi penelitian

Populasi adalah subjek (misalnya manusia; klien) yang memnuhi kriteria

yang telah ditetapkan (Nursalam, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah pasien

dengan penyalahguna NAPZA yang mengikuti program terapi rehabilitsi narkoba di

Program Terapi Rumatan Metadon “ Sandat” RSU Sanglah Denpasar sejumlah 75

 pasien.

2. Sampel penelitian

Sampel terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat digunakan sebagai

subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2008). Pada penelitian ini yang

32

5/16/2018 bab 1 -4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-4-55ab574d65dc5 33/37

menjadi sampel adalah pasien yang mengikuti program terapi rehabilitsi narkoba di

Program Terapi Rumatan Metadon “ Sandat” RSU Sanglah Denpasar yang

memenuhi kriteria inklusi.

3. Besar sampel

Besar sampel dalam penelitian ini dapat ditentukan melalui perhitungan

sebagi berikut (Setiadi, 2007):

n =

n =

n =

n = 42,8 n = 43

4. Sampling

Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat

mewakili populasi ( Nursalam, 2008). Sampel diambil dengan tehnik  consecutive

 sampling  yaitu pemilihan sampel dengan menetapkan subjek yang memenuhi

kriteria penelitian dimasukan dalam penelitian sampai kurun waktu tertentu.

a. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi

target yang terjangkau dan akan diteliti.

1) Pasien yang menjalani terapi rehabilitasi di Program Terapi Rumatan Metadon “

Sandat” RSU Sanglah Denpasar.

2) Pasien yang bersedia menjadi responden.

3) Pasien yang bisa membaca dan menulis.

33

N

1+N(d2) Keterangan:

 N = besar populasi

n = besar sampel

d = tingkat kepercayaan

yang dinginkan

75

1+75(0,1

2

)

75

1,75

5/16/2018 bab 1 -4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-4-55ab574d65dc5 34/37

b. Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang

memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab.

1) Pasien yang sedang dirawat di Program Terapi Rumatan Metadon “ Sandat”

RSU Sanglah Denpasar.

2) Pasien yang tidak kooperatif.

D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

1. Jenis data

Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer yang diperoleh dari

 pengisian kuesioner oleh pasien

2. Cara pengumpulan data

Data dikumpulakan dengan metode kuesioner. Langkah- langkah

 pengumpulan data yaitu dengan pendekatan formal kepada petugas yang menangani

masalah rehabilitasi narkoba di Program Terapi Rumatan Metadon “ Sandat” RSU

Sanglah Denpasar dalm mencari sampel penelitian kemudian melakukan pemilihan

kriteria inklusi dan terakhir pendekatan secara informal kepada sampel yang diteliti

dengan menjelaskan maksud dan tujuan penelitian, memberikan lembar persetujuan

dan jika subjek bersedia untuk diteliti maka harus menandatangani surat persetujuan

dan jika subjek menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan

menghormati haknya.

3. Instrumen pengumpulan data

Instrument yang dipakai untuk pengumpulan data adalah kuesioner yang

dibuat oleh peneliti sesuai dengan konsep teori tentang faktor- faktor yang hendak 

diukur dan definisi dari faktor- faktor yang mempengaruhi kepatuhan pasien dengan

34

5/16/2018 bab 1 -4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-4-55ab574d65dc5 35/37

 penyalahguna NAPZA dalam menjalani terapi rehabilitasi. Dalam kuesioner 

tersebut terdiri dari dua bagian yaitu tentang karakteristik responden dan faktor-

faktor yang mempengaruhi kepatuhan pasien dengan penyalahguna NAPZA dalam

menjalani terapi rehabilitasi narkoba. Dalam kuesioner karakteristik responden

memuat tentang jenis kelamin, umur,pendidikan,pekerjaan dan informasi tentang

rehabilitasi narkoba yang didapatkan oleh responden. Sedangkan kuesioner faktor-

faktor yang mempengaruhi kepatuhan pasien dengan penyalahguna NAPZA dalam

menjalani terapi rahabilitasi narkoba dengan sub variabel pengetahuan berbentuk 

 pernyataan tertutup dan menggunakan skala guttman yaitu dengan memberikan

 jawaban yang tegas benar atau salah. Untuk analisis jawaban responden diisi skor,

untuk pernyataan positif bernilai 1 bila jawaban ya dan bernilai 0 bila jawaban

tidak. Untuk pernyataan negatif, bernilai 1 jika jawaban tidak dan bernilai 0 jika

 jawaban ya. Sedangkan untuk variabel kepatuhan dan sub variabel minat

menggunakan skala likert berbentuk pernyataan tertutup untuk mengukur  degree

(sikap, pendapat dan persepsi) yang diterjemahkan menjadi komponen yang dapat

di ukur dengan pemberian skor untuk pernyataan positif mendapatkan nilai 5 untuk 

 jawaban selalu atau sangat setuju, dan nilai 1 untuk jawaban tidak pernah atau

sangat tidak setuju. Untuk pernyataan negatif diberikan nilai 5 untuk jawaban tidak 

 pernah atau sangat tidak setuju dan nilai 1 untuk jawaban sangat setuju dan selalu.

E. Pengolahan dan Analisa Data

1. Tehnik pengolahan data

Langkah- langkah pengolahan data:

a. Editing 

35

5/16/2018 bab 1 -4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-4-55ab574d65dc5 36/37

Dengan memeriksa kelengkapan jawaban responden pada kuesioner,

memperjelas, apabila ditemukan kejanggalan kuesioner dikembalikan dan

responden diminta untuk mengerjakan ulang saat itu juga.

2. Pengecekan logis

 b. Koding

Angket yang sudah terkumpul diperiksa kelengkapannya, kemudian jawaban

responden diberi kode sesuai ketentuan.

c. Entry atau Transfering 

Memasukkan data dalam komputer kemudian disimpan dalam bentuk disket

d. Cleaning atau Tabulasi

Mengecek kesalahan- kesalahan dengan contingency check yaitu

menghubungkan jawaban satu sama lain untuk mengetahui adanya konsistensi

 jawaban.

3. Analisa data

Data yang sudah diolah kemudian diolah dengan analisis statistik deskriptif 

yaitu statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan

atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa

 bermaksud membuat kesimpulan yang bersifat umum. Kemudian data tersebut

dituangkan dalam bentuk narasi dan persentase. Sesuai dengan sub variabel

 pengetahuan, minat, dan informasi yang di dapatkan mengenai program rehabilitasi

narkoba serta kepatuhan pasien dalam mengikuti program rehabilitasi

36

5/16/2018 bab 1 -4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-4-55ab574d65dc5 37/37

37