4. Bab 1-4 Proposal Penelitiaaan Klk 1

32
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang dilakukan secara berkelanjutan merupakan tujuan utama dari pembangunan nasional. Upaya peningkatan kualitas SDM dimulai melalui pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Perhatian utamanya terletak pada proses tumbuh kembang anak sejak masa pembuahan sampai mencapai dewasa muda. Unsur gizi merupakan salah satu faktor penting dalam proses tumbuh kembang anak dalam upaya pembentukan SDM yang berkualitas, yaitu manusia yang sehat, cerdas, dan produktif. 1 Salah satu kelompok masyarakat yang rawan terhadap kejadian gizi kurang adalah anak-anak. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi keadaan tersebut, salah satunya adalah faktor ekonomi yang rendah, namun hal lain seperti pemenuhan asupan makanan yang kurang seimbang, belum berkembangnya pengetahuan orang tua dan anak mengenai gizi yang baik serta aktivitas anak yang tinggi di masa pubertas anak juga bisa meningkatkan resiko terjadinya gizi kurang. Kasus gizi kurang pada anak dapat juga diakibatkan oleh kurang

description

adaa

Transcript of 4. Bab 1-4 Proposal Penelitiaaan Klk 1

Page 1: 4. Bab 1-4 Proposal Penelitiaaan Klk 1

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang dilakukan secara

berkelanjutan merupakan tujuan utama dari pembangunan nasional. Upaya

peningkatan kualitas SDM dimulai melalui pemenuhan kebutuhan dasar manusia.

Perhatian utamanya terletak pada proses tumbuh kembang anak sejak masa

pembuahan sampai mencapai dewasa muda. Unsur gizi merupakan salah satu

faktor penting dalam proses tumbuh kembang anak dalam upaya pembentukan

SDM yang berkualitas, yaitu manusia yang sehat, cerdas, dan produktif.1

Salah satu kelompok masyarakat yang rawan terhadap kejadian gizi kurang

adalah anak-anak. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi keadaan tersebut,

salah satunya adalah faktor ekonomi yang rendah, namun hal lain seperti

pemenuhan asupan makanan yang kurang seimbang, belum berkembangnya

pengetahuan orang tua dan anak mengenai gizi yang baik serta aktivitas anak

yang tinggi di masa pubertas anak juga bisa meningkatkan resiko terjadinya gizi

kurang. Kasus gizi kurang pada anak dapat juga diakibatkan oleh kurang

optimalnya tatalaksana gizi kurang pada jenjang usia sebelumnya, yaitu usia

balita. Kesadaran ibu dalam memberikan ASI ekslusif pada usia balita akan

memberikan efek positif terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Sebagai

akibat lebih lanjut dari rendahnya kesadaran dalam memberikan ASI ekslusif

pada 6 bulan awal masa kehidupan juga akan memberikan dampak yang kurang

bagus terhadap perkembangan status gizi anak, serta tidak adanya pencapaian

perbaikan pertumbuhan (catch-up growth) yang sempurna, maka tidak heran

apabila pada usia sekolah banyak ditemukan anak yang kurang gizi.1

Data Dinas Kesehatan Republik Indonesia menunjukkan prevalensi anak

gizi kurang pada tahun 2000 setelah Indonesia mengalami krisis multi dimensi

mengalami kenaikan yaitu 26,1%, 27,3% dan 27,5% pada tahun 2001, 2002 dan

Page 2: 4. Bab 1-4 Proposal Penelitiaaan Klk 1

2

2003.2 Berdasarkan data tahun 2010, status gizi buruk di Indonesia mencapai

4,9% sementara gizi kurang mencapai 13%.3 Meskipun kasus gizi kurang dan

gizi buruk mengalami penurunan jika dilihat dari data di atas, namun masalah

status gizi masih merupakan masalah serius pada sebagian besar Kabupaten/Kota

di Indonesia. Berdasarkan data tahun 2004, menunjukkan masalah gizi terjadi di

77,3% kabupaten dan 56% kota. Di Bali sendiri terdata prevalensi status gizi

balita menurut berat badan dibanding usia untuk gizi buruk mencapai 1,7%, gizi

kurang mencapai 9,2 % pada tahun 2010. Untuk wilayah Klungkung, pada tahun

2007 prevalensi balita yang menderita gizi buruk sebesar 3,1 %.3

Dalam wilayah kerja Puskesmas Klungkung I terdapat 10 desa dengan

masing-masing puskesmas pembantu yang turut aktif sebagai perpanjangan

tangan puskesmas dalam menjangkau pelayanan kesehatan terhadap masyarakat.

Namun berdasarkan data di Puskesmas Klungkung I, ternyata masih ada balita di

wilayah kerja Puskesmas Klungkung I, Kecamatan Klungkung, yang mengalami

malnutrisi, yaitu gizi kurang, gizi buruk, maupun berlebih. Berdasarkan data

puskesmas diketahui bahwa terdapat 1,5 % anak balita dengan gizi kurang dan

gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Klungkung bulan Juli 2013. Sedangkan

data status gizi pada anak-anak usia sekolah tidak tersedia, padahal kelompok

tersebut merupakan salah satu yang berpotensi mengalami malnutrisi. Dari

survey awal terhadap status gizi anak kelas 1 di SD Negeri 2 Gelgel, terdapat

33% (2 dari 6) anak dengan status gizi kurang berdasarkan perhitungan status

gizi dengan parameter berat badan dan tinggi badan aktual menurut klasifikasi

Waterlow, sedangkan apabila menggunakan parameter berdasarkan kriteria BB/U

yang biasa digunakan di puskesmas, terdapat 66% anak dengan status gizi

kurang. Temuan ini menjadi sebuah tanda tanya mengapa di daerah wilayah kerja

Puskesmas Klungkung I yang dekat dengan pusat kota dan tersedia fasilitas

pelayanan kesehatan ini bisa didapatkan banyak kasus anak sekolah dengan gizi

kurang. Jika ditinjau dari bidang pelayanan kesehatan masyarakat, puskesmas

telah melaksanakan program gizi dan penyuluhan untuk mencegah munculnya

gizi kurang, serta pelaksanaan pemberian program pemberian makanan tambahan

Page 3: 4. Bab 1-4 Proposal Penelitiaaan Klk 1

3

(PMT) untuk mengurangi kejadian gizi kurang. Namun belum didapatkan data

yang akurat untuk memastikan pernyataan ini karena tidak ada data mengenai

status gizi anak SD di Kecamatan Klungkung, sedangkan selama ini program gizi

yang dijalankan masih difokuskan pada balita dan ibu hamil, padahal apabila

permasalahan gizi dapat ditemukan segera pada masa SD ini, intervensi yang

diberikan akan maksimal, baik dalam mengembalikan status gizi anak maupun

mengubah pola pikir anak dan orang tua untuk lebih peduli terhadap masalah gizi

dalam keluarga. Sedangkan berdasarkan informasi dari Puskesmas Klungkung

juga diketahui bahwa kegiatan pembinaan UKS dari Puskesmas hanya sebatas

pendataan tinggi dan berat badan siswa baru, dan berdasarkan informasi kepala

sekolah bersangkutan, kegiatan UKS di SD Negeri 2 Gelgel khususnya di bidang

gizi kurang mendapat perhatian, terutama tentang pengetahuan pentingnya pola

makan yang sehat dan asupan gizi yang cukup. Padahal status gizi, asupan gizi,

dan pola asuh makan yang baik siswa akan dapat mempengaruhi kemampuan

siswa dalam menangkap pelajaran di sekolah yang nantinya juga akan

berpengaruh pada prestasi akademik.4 Ditambahkan lagi menurut kepala sekolah

bersangkutan, sebagian siswa SD Negeri 2 Gelgel berasal dari keluarga yang

berprofesi sebagai buruh bangunan petani. Hanya sebagian kecil yang sudah

mempunyai pekerjaan dengan penghasilan cukup. Keadaan ekonomi yang belum

cukup mapan, akan memberikan beban yang lebih bagi keluarga untuk

memenuhi asupan nutrisi yang optimal bagi anaknya 3,4

Pedoman Gizi Seimbang berupa 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang

menyebutkan bahwa pesan pertama adalah untuk memakan aneka ragam

makanan sehat. Konsep tersebut mulai dianut sebagai pelengkap konsep yang

telah dicanangkan sebelumnya yaitu pedoman tentang pola makan sehat yang

memenuhi gizi seimbang, tertuang pada slogan 4 sehat 5 sempurna yang isinya

antara lain: makanan pokok sumber karbohidrat/kalori, lauk-pauk sumber protein

hewani dan nabati, sayur mayur sumber vitamin dan mineral, dan susu sumber

lemak, protein dan kalsium.5,6

Page 4: 4. Bab 1-4 Proposal Penelitiaaan Klk 1

4

Memiliki anak yang sehat dan cerdas adalah dambaan setiap orang tua.

Untuk mewujudkannya tentu saja orang tua harus selalu memperhatikan,

mengawasi dan merawat anak secara seksama. Khususnya memperhatikan

pertumbuhan dan perkembangannya. Meskipun proses tumbuh kembang anak

berlangsung secara alamiah, proses tersebut sangat bergantung kepada orang tua.

Seorang anak yang sehat dan normal akan tumbuh sesuai dengan potensi genetik

yang dimilikinya. Tetapi pertumbuhan ini juga akan dipengaruhi oleh asupan zat

gizi yang dikonsumsi dalam bentuk makanan. Kekurangan atau kelebihan gizi

akan dimanifestasikan dalam bentuk pertumbuhan yang menyimpang dari pola

standar. Pertumbuhan fisik sering dijadikan indikator untuk mengukur status gizi

baik individu maupun populasi. Oleh karena itu, orang tua perlu menaruh

perhatian pada aspek pertumbuhan anak bila ingin mengetahui keadaan gizi

mereka. Masalah gizi dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling mempengaruhi

secara kompleks. Faktor – faktor tersebut bisa bersifat secara langsung ataupun

tidak langsung. Faktor penyebab secara langsung yang paling utama adalah

asupan nutrisi yang didapat oleh anak, bagaimana asupan nutrisi setiap harinya

mampu untuk mencukupi kebutuhan energinya setiap hari. Untuk dapat

mendapatkan asupan nutrisi yang optimal, dapat ditempuh dengan

memperhatikan kualitas dan kuantitas apa yang dimakan oleh anak. Dari segi

kualitas bagaimana pola makan anak itu sendiri, pola makan yang baij diartikan

sebagai pola makan dengan makanan yang mengandung sumber energi, protei,

vitamin dan mineral. Selain kualitas komposisi, hal lain yang dapat memberikan

asupan nutrisi yang optimal adalah kuantitasnya misalnya adalah bagaimana

frekuensi makannya. Frekuensi makan yang baik adalah makan pada waktu pagi,

siang, dan malam. Begitu halnya dengan konsumsi camilan juga baik untuk

menunjang nutrisi yang telah dibuktikan sebuah penelitian di Bangkok dengan

hasil anak dengan status gizi baik cenderung mengkonsumsi camilan yang sehat

dan beragam.8 Anak dengan status gizi yang baik akan mempunyai daya tahan

tubuh yang lebih baik dibandingkan anak dengan gizi kurang bahkan anak

dengan gizi buruk. Frekuensi sakit yang terlalu sering dapat berpengaruh

Page 5: 4. Bab 1-4 Proposal Penelitiaaan Klk 1

5

terhadap nafsu makannya, dengan hal seperti akan berpengaruh juga terhadap

masukan energinya. Sehingga akhirnya akan berdampak pada status gizi dari

anak tersebut.8

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti berniat untuk melakukan

penelitian yang bertujuan untuk mengetahui gambaran status gizi anak SD

Negeri 2 Gelgel. Dengan adanya penelitian ini diharapkan status gizi siswa SD

Negeri 2 Gelgel dapat digambarkan dengan lebih jelas sehingga dapat dijadikan

acuan dalam menyusun strategi perbaikan status gizi anak-anak SD Negeri 2

Gelgel yang nantinya juga diharapkan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan

perkembanganya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang terangkum adalah

bagaimanakah gambaran status gizi, asupan nutrisi, frekuensi makan, kebiasaan

konsumsi camilan, pola makan, status ekonomi, dan frekuensi sakit siswa SD 2

Gelgel, Kecamatan Klungkung, Kabupaten Klungkung?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran status gizi siswa SDN 2 Gelgel, Kecamatan

Klungkung, Kabupaten Klungkung.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi status gizi dengan perhitungan

Waterlow, asupan nutrisi, frekuensi makan, kebiasaan konsumsi

camilan, pola makan, status ekonomi, dan frekuensi sakit.

2. Untuk mengetahui distribusi status gizi berdasarkan asupan nutrisi.

3. Untuk mengetahui distribusi status gizi berdasarkan frekuensi makan.

4. Untuk mengetahui distribusi status gizi berdasarkan kebiasaan

konsumsi camilan.

5. Untuk mengetahui distribusi status gizi berdasarkan pola makan.

Page 6: 4. Bab 1-4 Proposal Penelitiaaan Klk 1

6

6. Untuk mengetahui distribusi status gizi berdasarkan status ekonomi

orang tua.

7. Untuk mengetahui distribusi status gizi berdasarkan frekuensi sakit.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Untuk Puskesmas Klungkung I

1. Penelitian ini dapat memberikan informasi tentang status gizi siswa

SDN 2 Gelgel, Kecamatan Klungkung, Kabupaten Klungkung.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pertimbangan bagi

pihak pelaksana program gizi Puskesmas dalam menyusun program

maupun mengajukan rancangan dana program ke Dinas Kesehatan

guna memperbaiki status gizi anak SD yang berada dalam wilayah

kerja Puskesmas Klungkung I.

1.4.2 Untuk Dinas Kesehatan Kabupaten Klungkung

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan dan

pertimbangan dalam membuat kebijakan-kebijakan di bidang kesehatan

dengan fokus utama yaitu perbaikan status gizi pada anak, khususnya

anak SD. Hasil penelitian ini juga dapat menjadi data dasar bagi

penelitian selanjutnya.

1.4.3 Untuk Masyarakat Setempat

Informasi dari penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan

pengetahuan serta kepedulian masyarakat Kecamatan Klungkung

mengenai keberadaan anak SD yang kurang gizi, dengan demikian

masyarakat dapat turut serta menyukseskan program perbaikan gizi.

Page 7: 4. Bab 1-4 Proposal Penelitiaaan Klk 1

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Status Gizi

Status gizi adalah status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan kebutuhan

dan masukan nutrisi atau zat gizi.9 Bila kebutuhan lebih besar dibanding masukan

disebut status gizi kurang, bila kebutuhan seimbang dengan masukan disebut

status gizi baik, dan bila kebutuhan lebih kecil dibanding masukan disebut status

gizi lebih.9,10 Gangguan atau penyakit yang disebabkan oleh adanya

ketidakseimbangan antara masukan zat gizi dan kebutuhan tubuh disebut

penyakit gangguan gizi atau nutritional disorders. Namun keadaan gizi kurang

(undernutrition/malnutrition) atau gizi lebih (overnutrition), keduanya tidak

selalu disebabkan oleh oleh masukan makanan yang tidak cukup atau berlebihan.

Keadaan demikian dapat juga terjadi karena kelainan dalam tubuh sendiri seperti

gangguan pencernaaan, absorpsi, utilisasi, ekskresi, dan sebagainya.9

Penyakit Kurang Energi Protein (KEP) merupakan penyakit akibat

kekurangan gizi yang banyak dijumpai di Indonesia maupun banyak negara

berkembang lainnya. Selain banyak dijumpai pada balita dan ibu hamil, penyakit

ini juga dijumpai pada anak sekolah.9 Namun sekarang istilah KEP sudah tidak

dipakai lagi namun digantikan dengan istilah gizi kurang (z-score BB/U ≤ 2 SD)

dan gizi buruk (z-score BB/U ≤ 3 SD). Hal ini karena gizi kurang tidak semata-

mata disebabkan karena kekurangan zat gizi makro melainkan juga oleh zat gizi

mikro.10

Kurang gizi yang terjadi pada anak sekolah akan memberikan dampak buruk

karena mempengaruhi pertumbuhan serta menurunkan aktivitas anak serta

berakibat pada penurunan prestasi anak. Gangguan ini akan menjadi serius bila

tidak ditangani secara intensif.9

Page 8: 4. Bab 1-4 Proposal Penelitiaaan Klk 1

8

2.2 Faktor Penyebab Gizi Kurang dan Gizi Buruk

Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan terjadinya kurang gizi, diantaranya:

Penyebab langsung

Terdapat dua faktor langsung yang mempengaruhi status gizi individu, yaitu

faktor makanan dan penyakit infeksi dan keduanya saling mendorong

(berpengaruh).5,9,10

o Faktor penyebab langsung pertama adalah konsumsi makanan yang tidak

memenuhi jumlah dan komposisi zat gizi yang memenuhi syarat makanan

beragam, bergizi seimbang, dan aman. Pada tingkat makro, konsumsi

makanan individu dan keluarga dipengaruhi oleh ketersediaan pangan

yang ditunjukkan oleh tingkat produksi dan distribusi pangan.

Ketersediaan pangan beragam sepanjang waktu dalam jumlah yang cukup

dan harga terjangkau oleh semua rumah tangga sangat menentukan

ketahanan pangan di tingkat rumah tangga dan tingkat konsumsi makanan

keluarga.

o Faktor penyebab langsung kedua adalah penyakit infeksi yang berkaitan

dengan tingginya kejadian penyakit menular dan buruknya kesehatan

lingkungan. Untuk itu, imunisasi wajib yang lengkap sangat diperlukan

agar pada masa balita yang penting untuk pertumbuhan anak.9

Penyebab tidak langsung

Penyebab tidak langsung gizi kurang/buruk yaitu: 9

o Faktor ekonomi. Setiap keluarga diharapkan mampu untuk memenuhi

kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup

baik jumlah maupun mutu gizinya.

o Pola pengasuhan anak kurang memadai. Setiap keluarga dan mayarakat

diharapkan dapat menyediakan waktu, perhatian, dan dukungan terhadap

anak agar dapat tumbuh kembang dengan baik baik fisik, mental dan

sosial.

o Pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai. Sistem pelayanan

kesehatan yang ada diharapkan dapat menjamin penyediaan air bersih dan

Page 9: 4. Bab 1-4 Proposal Penelitiaaan Klk 1

9

sarana pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh setiap keluarga

yang membutuhkan.

Ketiga faktor tersebut erat kaitannya dengan tingkat pendidikan,

pengetahuan dan keterampilan keluarga. Makin tinggi tingkat pendidikan,

pengetahuan dan keterampilan, makin baik tingkat ketahanan pangan keluarga,

makin baik pola pengasuhan maka akan makin banyak keluarga yang

memanfaatkan pelayanan kesehatan.7,8

2.3 Hubungan Frekuensi Makan terhadap Status Gizi

Data dari DEPKES tahun 2011 menyimpulkan keberadaan ibu yang

bekerja di ladang di Kabupaten Jaya Wijaya, Provinsi Papua, menyebabkan tidak

dapat pulang pada tengah hari untuk mempersiap makanan bagi keluarganya.

Terbatasnya variasi makanan dan jumlah frekuensi makan yang hanya 2 kali

sehari akan memengaruhi kecukupan gizi masyarakat, karena waktu kerja yang

panjang, ibu yang bekerja di ladang tidak mempunyai cukup waktu untuk

beristirahat menyebabkan ibu tidak mempunyai waktu untuk mengikuti kegiatan

di luar rumah.2

Kecukupan gizi dalam prinsip gizi seimbang tidak terlepas dari

keragaman makanan anak setiap hari harus memenuhi kebutuhan akan makanan

pokok, nasi, lauk-pauk, sayur dan buah. Pada prinsipnya setiap makanan yang

dihidangkan dari makanan pagi, siang dan malam serta makanan selingan

haruslah terdiri dari makanan tersebut diatas. Dari hal tersebut bahwa untuk

mendapatkan asupan nutrisi yang optimal, selain memperhatikan komposisi, kita

juga harus memperhatikan frekuensi makan dalam sehari dimana sebaiknya

dilakukan pagi, siang, dan malam.6,10

2.4 Hubungan Frekuensi Sakit terhadap Status Gizi

Anak – anak adalah kelompok usia yang rentan terserang penyakit, terkait

dengan interaksi dengan sarana dan prasarana di rumah tangga dan sekelilingnya.

Jenis sakit yang dialami, frekuensi sakit, lama sakit, penanganan anak sakit dan

Page 10: 4. Bab 1-4 Proposal Penelitiaaan Klk 1

10

status imunisasi adalah faktor yang memengaruhi tingkat kesehatan anak dan

status gizi anak.8 Apabila status gizi tidak optimal, akan menyebabkan si anak

lebih sering sakit, karena kondisi tubuh yang lebih sering sakit keadaan akan

berdampak pada nafsu makan anak itu sendiri. Dari hal tersebut dapat dikatakan

frekuensi sakit dan status gizi adalah saling berhubungan.8,9

2.5 Hubungan Kebiasaan Mengkonsumsi Camilan (Snack) terhadap Status Gizi

Camilan adalah sejenis makanan yang bukan merupakan menu utama, atau

dengan kata lain dikonsumsi di luar waktu makan utama (makan pagi, makan

siang, atau makan malam).11 Sebuah studi di Bangkok yang meneliti tentang

kebiasaan mengkonsumsi camilan pada anak berstatus gizi baik dengan anak

berstatus gizi kurang menemukan bahwa frekuensi mengkonsumsi camilan

komersial lebih tinggi pada kelompok anak berstatus gizi kurang, dimana

camilan yang lebih dipilih anak-anak tersebut adalah camilan renyah. Energi dan

nutrien yang didapat dari camilan-camilan tersebut dan asupan (intake) secara

keseluruhan didapatkan lebih rendah pada kelompok anak bergizi kurang, dengan

angka yang lebih rendah dibandingkan angka kecukupan gizi (AKG). Sebagai

tambahan dalam studi tersebut, asupan natrium dari mengkonsumsi camilan

tersebut melebihi level yang dianjurkan.8,11

2.6 Hubungan Pola Makan terhadap Status Gizi

Konsumsi makanan beragam merupakan salah satu syarat pemenuhan gizi baik.

Sebagaimana disebutkan pula dalam Rencana Aksi Nasional Bappenas, faktor

penyebab langsung gizi kurang dan gizi buruk adalah konsumsi makanan yang

tidak memenuhi jumlah dan komposisi zat gizi yang memenuhi syarat makanan

beragam, bergizi seimbang, dan aman.10

Asupan nutrisi yang cukup juga merupakan salah satu faktor penting dalam

tumbuh kembang anak. Kebutuhan kalori anak setiap hari sangat ditentukan oleh

aktivitas fisik sehari-hari dan umur. Berikut ini adalah jumlah kilokalori (kkal)

yang diperlukan untuk dapat memenuhi angka kecukupan gizi (AKG) dalam satu

hari menurut umurnya : 2,10

Page 11: 4. Bab 1-4 Proposal Penelitiaaan Klk 1

11

1. Umur 4 – 6 tahun : 1450 Kkal

2. Umur 7 – 9 tahun : 1800 Kkal

3. Umur 10 – 12 tahun :

- laki – laki : 2300 Kkal

- perempuan : 2000 Kkal

4. Umur 13 – 14 tahun :

- laki – laki : 2700 Kkal

- perempuan : 2200 Kkal

Pedoman Gizi Seimbang berupa 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang

menyebutkan bahwa pesan pertama adalah untuk memakan aneka ragam

makanan. Makanan yang beraneka ragam yaitu makanan yang diperlukan tubuh

baik kualitas maupun kuantitasnya, dalam pelajaran ilmu gizi biasa disebut

Triguna makanan yaitu makanan yang mengandung zat tenaga, pembangun, dan

zat pengatur. Kekurangan salah satu zat gizi tertentu pada satu jenis makanan

dapat dilengkapi oleh zat gizi serupa dari makanan yang lain. Jadi mengkonsumsi

makanan yang beraneka ragam akan menjamin terpenuhinya kecukupan sumber

zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur.4,6

2.7 Penghitungan Status Gizi Anak

Malnutrisi dapat didefinisikan sebagai sebuah kondisi nutrisi dimana terdapat

defisiensi atau kelebihan energi, protein, dan nutrient lainnya yang

mengakibatkan efek klinis pada jaringan dan bentuk tubuh selain juga pada

fungsi tubuh. Malnutrisi dapat bersifat akut, kronik, atau campuran.12

Variabel antropometrik digunakan untuk menentukan status nutrisi namun

terdapat banyak sistem klasifikasi yang dipakai untuk mendefinisikan status

nutrisi itu sendiri. Sistem klasifikasi yang sering digunakan adalah sistem

menurut Waterlow, dimana malnutrisi akut dan kronik dibagi menjadi empat

kategori. Pada klasifikasi menurut Waterlow ini, berat badan sebenarnya dibagi

Page 12: 4. Bab 1-4 Proposal Penelitiaaan Klk 1

12

dengan berat badan ideal (dilihat pada berat badan menurut tinggi badan yang

tepat pada persentil ke-50) untuk mengukur malnutrisi akut. Sementara

malnutrisi kronik dihitung dengan membagi tinggi badan sebenarnya dengan

tinggi badan ideal menurut persentil ke-50.2 Penggunaan klasifikasi Waterlow ini

lebih spesifik dibandingkan kriteria BB/U yang biasa digunakan di Puskesmas,

karena penggunaan kriteria BB/U hanya membandingkan berat badan

berdasarkan umurnya. Apabila dibandingkan dengan tinggi badannya atau

perbandingan BB/TB bisa saja anak masuk pada kriteria gizi baik. Sehingga

penggunaa kriteria Waterlow untuk menentukan status gizi anak lebih spesifik,

karena berat badan dibandingkan pula dengan tinggi badan dari anak tersebut.2,8

Malnutrisi dapat terjadi secara primer atau sekunder. Malnutrisi primer

terjadi bila konsumsi makanan baik dari segi kualitas maupun kuantitas

inadekuat dan tidak seimbang. Malnutrisi sekunder terjadi akibat kebutuhan

nutrient yang meningkat atau output yang berlebihan, umumnya pada penyakit

kronik baik infeksi atau keganasan. Malnutrisi primer maupun sekunder dapat

dievaluasi berdasarkan klasifikasi Waterlow seperti di bawah ini: 2

Status Nutrisi Akut= Berat Badan Aktual x 100Persentil ke50 sesuai TB Aktual

Status Nutrisi Kronis=Tinggi atau PanjangBadan Aktual x 100Persentil ke50 tinggibadan sesuai usia

Page 13: 4. Bab 1-4 Proposal Penelitiaaan Klk 1

13

BAB III

KERANGKA BERPIKIR

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dilakukan, disusun sebuah kerangka berpikir

yang mengacu pada model Blum, dimana disebutkan bahwa morbiditas/mortalitas

sebuah penyakit dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu: genetik/keturunan, pelayanan

kesehatan, lingkungan (fisik, kimiawi, biologis, sosial), dan perilaku. Pada desain ini,

variabel yang diteliti adalah status gizi, asupan nutrisi, frekuensi makan, kebiasaan

konsumsi camilan, status ekonomi, dan frekuensi sakit.

*variabel yang diteliti

Gambar 3.1 Bagan Kerangka Berpikir Penelitian.5,9,10

Asupan Nutrisi*

Infeksi Penyakit

Penyebab Langsung

Penyebab Tak Langsung

Ekonomi*

Pola Asuh

Pelayanan Kesehatan

Status Gizi*

Frekuensi makan*

Konsumsi camilan*

Frekuensi sakit*

Page 14: 4. Bab 1-4 Proposal Penelitiaaan Klk 1

14

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan studi observasional deskriptif cross

sectional.

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di SDN 2 Gelgel, Kecamatan Klungkung, Kabupaten

Klungkung, pada Bulan September 2013.

4.3 Subjek Penelitian

4.3.1 Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa SD Negeri 2 Gelgel,

Kecamatan Klungkung, Kabupaten Klungkung.

4.3.2 Sampel Penelitian

Sebagai sampel adalah siswa SDN 2 Gelgel kelas 1 sampai 6 yang telah

terpilih secara acak sistematik, dimana sampel berdomisili di wilayah

kecamatan Klungkung.

Kriteria Inklusi:

1. Siswa yang bersedia menjadi responden dan mendapat persetujuan

dari orang tua.

Kriteria drop out :

1. Siswa yang tidak ada di tempat atau sedang sakit pada waktu

pengumpulan data pada kunjungan pertama dan tetap tidak ada di

tempat atau sedang sakit pada kunjungan berikutnya.

2. Siswa yang mempunyai gangguan pendengaran, penglihatan,

maupun kemampuan berkomunikasi.

Page 15: 4. Bab 1-4 Proposal Penelitiaaan Klk 1

15

4.4 Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel

4.4.1 Besar Sampel

Jumlah sampel yang diperlukan didapat berdasarkan perhitungan studi

cross-sectional:

n=Z2( pq)

d2

Dengan nilai Zα=1,96; p=0.33; q= 1-p=0,67 ; d= 10%

Nilai p diperoleh berdasarkan survey awal proporsi siswa SD 2 Gelgel

dengan status gizi kurang menurut kriteria waterlow.

n=(1,96)2(0,33 x0,67)

(0,1)2 =85 sampel

Karena populasi yang ada kurang dari 10.000, dilakukan koreksi jumlah

sampel menggunakan formula:

nk= n

1+(nN

)= 85

1+(85

102)=46 sampel

Dengan nk jumlah sampel yang dibutuhkan dan N adalah jumlah seluruh

populasi penelitian.

4.4.2 Cara Pengambilan Sampel

Setelah didapatkan jumlah sampel, kemudian sampel ditentukan dengan

cara acak sistematik. Selanjutnya mencari besar interval sampel adalah :

Besar interval untuk sampel :

Besar interval= jumlah frame samplingJumlah sampel

Besar interval = 102 = 2,2 sampel

46

Setelah didapatkan besar interval sampel, dari daftar absen semua siswa

dipilih nomor absen secara acak dengan melemparkan kertas. Dimana

Page 16: 4. Bab 1-4 Proposal Penelitiaaan Klk 1

16

kertas terjatuh, dari sanalah dimulai sampelnya sesuai dengan besar

intervalnya. Pemilihannya menggunakan sistem circular atau memutar

dan akhirnya didapatkan jumlah 46 orang.

4.5 Responden Penelitian

Yang dijadikan responden dalam penelitian ini adalah orang tua siswa kelas I

sampai VI SD Negeri 2 Gelgel, Kecamatan Klungkung, Kabupaten Klungkung

yang terpilih sebagai sampel. Selanjutnya orang tua mengisi angket untuk

memperoleh informasi tentang frekuensi sakit, status ekonomi, dan pola makan

dari anaknya.

4.6 Variabel Penelitian

Variabel dari penelitian ini terdiri dari: status gizi, tinggi badan, berat badan,

usia, jenis kelamin, asupan nutrisi, frekuensi makan 3 kali sehari, kebiasaan

konsumsi camilan, pola makan, status ekonomi keluarga, dan frekuensi sakit.

4.7 Definisi Operasional Variabel

1. Status gizi adalah status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan

kebutuhan dan masukan nutrisi atau zat gizi. Status gizi dihitung dengan

dengan cara mencari persentase nilai antara berat badan aktual terhadap

berat badan ideal berdasarkan kurva Center of Diseases Control and

Prevention (CDC). Hasil yang diperoleh kemudian diklasifikasikan ke dalam

status gizi menurut Waterlow sebagai berikut: gizi baik (90-109,9%), gizi

kurang (<90%), dan gizi lebih (≥110%).

2. Tinggi badan adalah ukuran jarak tubuh dari ujung kepala hingga tumit

dalam posisi berdiri tegak. Tinggi badan diukur dengan menggunakan

meteran pengukur (length scale), dengan satuan sentimeter (cm).

3. Berat badan adalah ukuran berat tubuh menggunakan alat penimbang berat

badan (weight scale) yang berjenis pegas, dengan satuan dalam kilogram

(kg).

4. Usia adalah perhitungan umur seseorang, didapatkan dengan mengurangi

tahun perhitungan usia dengan tahun lahirnya, dengan satuan dalam tahun.

(tahun kelahiran sesuai dengan data sekolah).

Page 17: 4. Bab 1-4 Proposal Penelitiaaan Klk 1

17

5. Jenis kelamin, dibagi menjadi perempuan dan laki-laki (sesuai dengan data

sekolah).

6. Asupan nutrisi adalah jumlah energi yang diperoleh anak dari segala

makanan dan minuman yang dikonsumsi dalam satu hari yang disajikan

dalam satuan kilokalori (kkal). Data ini didapat dengan menggunakan

kuesioner yang mengacu 24 hours dietary recall. Data yang didapat pada

kuisioner akan dikonversi dalam satuan berat (gram) sesuai dengan padanan

makanan pada buku pedoman pelaksanaan program gizi masyarakat, dinas

kesehatan provinsi bali tahun 2008. Sedangkan jumlah energi yang terdapat

pada makanan dan minuman tersebut dikonversikan sesuai dengan Daftar

Komposisi Bahan Makanan (DKBM) Dinas Kesehatan, kementrian

Kesehatan RI. Asupan nutrisi dikatakan cukup bila memenuhi kriteria 70%

AKG atau lebih.3

7. Frekuensi makan adalah rata – rata kebiasaan anak makan (menu utama)

dalam satu hari selama seminggu terakhir tidak termasuk mengkonsumsi

camilan.

8. Kebiasaan konsumsi camilan perilaku makan makanan ringan yang bukan

merupakan menu utama (sarapan, makan siang atau makan malam).

Makanan ringan yang dimaksud adalah makanan yang dimakan dengan

tujuan menghilangkan rasa lapar sementara waktu, memberi sedikit asupan

energi ke tubuh, atau sesuatu yang dimakan hanya untuk dinikmati rasanya.

Data ini didapat dengan menggunakan kuesioner yang mengacu pada 24

hours dietary recall. Camilan dikatakan sehat apabila dalam komposisinya

tidak mengandung pengawet sintetis, pewarna sintetis, dan perasa sintesis.

9. Pola makan adalah kebiasaan mengkonsumsi makanan yang mengandung 3

zat utama yang diperlukan tubuh untuk metabolism normal dalam 1 minggu

terakhir, yaitu zat sumber energi (karbohidrat dan lemak), zat pembangun

(protein), dan zat pengatur (vitamin dan mineral).

10. Status Ekonomi adalah status yang diukur dari jumlah pendapatan keluarga

dalam 1 bulan disesuaikan dengan UMR sebesar Rp1.200.0000,00 dikatakan

Page 18: 4. Bab 1-4 Proposal Penelitiaaan Klk 1

18

cukup bila UMR lebih dari Rp 1.200.000,00 dan dikatakan kurang apabila

kurang daro Rp 1.200.000,00.

11. Frekuensi Sakit adalah jumlah sakit yang diderita anak selama enam bulan

terakhir.

4.8 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah alat penimbang berat

badan serta meteran pengukur, kuesioner 24 hours dietary recall, angket yang

dibagikan kepada orang tua anak, kurva pertumbuhan CDC anak laki dan

perempuan usia 2-20 tahun, tabel konversi padanan makanan pada buku

pedoman pelaksanaan program gizi masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Bali

tahun 2008, dan DKBM Dinas Kesehatan, kementrian Kesehatan RI.

4.9 Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data berat badan dan tinggi badan dilakukan dengan cara

melakukan pengukuran langsung pada sampel. Data usia, jenis kelamin

didapatkan dari basis data siswa milik bagian administrasi dan arsip wali kelas

SDN 2 Gelgel.

Asupan nutrisi, frekuensi makan, dan kebiasaan konsumsi camilan

didapatkan dari kuesioner 24 hours dietary recall, sedangkan data pola makan,

status ekonomi, dan frekuensi sakit didapat dari kuesioner yang diisi oleh orang

tua anak. Data-data ini diperoleh dengan mendatangi SDN 2 Gelgel. Tidak

terdapat drop out, karena semua anak yang menjadi sampel datang pada hari

pengukuran. Dimana pengukuran dilakukan bertahap dimulai dari hari Kamis,

Tanggal 12 September 2013, dimulai dari siswa kelas I dan kelas II hari

berikutnya dilanjutkan dengan siswa kelas III dan IV. Pengukuran ini dilakukan

2 kelas dalam 1 hari, karena menyesuaikan dengan jadwal pelajaran siswa-siswi

SDN 2 Gelgel, karena peneliti tidak ingin mengganggu jadwal belajar-mengajar

mereka. Pemberian angket untuk orang tua siswa diberikan setelah dilakukan

pengukuran pada setiap anak. Dan diminta untuk membawa pada keesokan

harinya.

Page 19: 4. Bab 1-4 Proposal Penelitiaaan Klk 1

19

4.10 Analisis Data

1. Data yang didapat dari 24 hours dietary recall digunakan untuk menganalisis

jumlah asupan nutrisi yang didapatkan dalam satu hari dan menentukan jenis-

jenis makanan yang dikonsumsi.

2. Data entry dilakukan dengan menggunakan software SPSS Windows versi

17.0.

3. Recoding variabel umur menjadi kelompok umur di bawah 10 tahun dam

kelompok umur lebih dari atau sama dengan 10 tahun, dilakukan setelah data

entry selesai dikerjakan.

4. Recoding variabel asupan nutrisi menjadi ≥ 70% AKG (cukup) dan < 70%

AKG (kurang)3 sesuai dengan anjuran AKG sesuai kelompok umur

berdasarkan Departemen Kesehatan RI, dilakukan setelah data entry selesai

dikerjakan.

5. Recoding variabel pola makan menjadi baik (skor lebih dari 3) dan kurang

(skor kurang dari atau sama dengan 3), dilakukan setelah data entry selesai

dikerjakan.

6. Recoding variabel frekuensi sakit menjadi tidak pernah, 1 – 2 kali, dan lebih

dari 2 kali, dilakukan setelah data entry selesai dikerjakan.

7. Analisis

Analisis data dilakukan secara deskriptif menggunakan software SPSS

Windows versi 17.0. Adapun analisis yang dilakukan berupa :

1. Analisis univariate terhadap variabel jenis kelamin dan umur untuk

karakteristik responden.

2. Analisis univariate terhadap variabel status gizi, asupan nutrisi,

frekuensi makan, kebiasaan konsumsi camilan, pola makan, status

ekonomi, dan frekuensi sakit untuk distribusi frekuensi variabel.

Page 20: 4. Bab 1-4 Proposal Penelitiaaan Klk 1

20

3. Tabulasi silang antara variabel status gizi dengan jenis kelamin,

umur, asupan nutrisi, frekuensi makan, kebiasaan konsumsi camilan,

pola makan, status ekonomi, dan frekuensi sakit.