BAB 1-3 skripsi

41
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengujian mikrobiologik terhadap produk perbekalan farmasi dan makanan yang beredar di seluruh Indonesia sangat perlu dilakukan, dangan mengingat bahwa produk tersebut sangat mudah dikontaminasi oleh mikroorganisme. Keberadaan mikroorganisme dalam perbekalan farmasi dan makanan tidak diharapkan, karena dapat berdampak negatif terhadap kesehatan para konsumen. Disamping itu juga dalam rangka menghadapi era globalisasi dan ketersediaan semua produkproduk dalam bentuk siap pakai, maka pengontrolan dan pengujian secara mikrobiologik terhadap produk perbekalan farmasi dan makanan dan kosmetika mutlak dibutuhkan (Djide, 2008). Dalam perkembangannya, produksi sediaan obatobatan yang dibuat oleh industri farmasi semakin pesat setiap tahunnya. Mulai dari pembuatan, penyimpanan, peredaran 1

description

skripsi new

Transcript of BAB 1-3 skripsi

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangPengujian mikrobiologik terhadap produk perbekalan farmasi dan makanan yang beredar di seluruh Indonesia sangat perlu dilakukan, dangan mengingat bahwa produk tersebut sangat mudah dikontaminasi oleh mikroorganisme. Keberadaan mikroorganisme dalam perbekalan farmasi dan makanan tidak diharapkan, karena dapat berdampak negatif terhadap kesehatan para konsumen. Disamping itu juga dalam rangka menghadapi era globalisasi dan ketersediaan semua produkproduk dalam bentuk siap pakai, maka pengontrolan dan pengujian secara mikrobiologik terhadap produk perbekalan farmasi dan makanan dan kosmetika mutlak dibutuhkan (Djide, 2008).Dalam perkembangannya, produksi sediaan obatobatan yang dibuat oleh industri farmasi semakin pesat setiap tahunnya. Mulai dari pembuatan, penyimpanan, peredaran dan pemakaiannya membutuhkan waktu yang cukup lama. Pada waktu penyimpanan dan peredaran tersebut tadi, ada kemungkinan terjadi pertumbuhan mikroorganisme tertentu didalamnya yang terkadang kurang mendapat perhatian dan menyebabkan sediaan tidak lagi higienis.Produk obat dikatakan rusak secara mikrobiologis apabila dijumpai mikroorganisme patogen dalam konsentrasi rendah, mikroorganisme yang berpotensi menjadi patogen dalam konsentrasi tinggi, metabolit mikroorganisme toksik yang tidak hilang dengan kematian mikroorganisme kontaminannya, serta adanya kerusakan fisik maupun kimia pada produk obat akibat pertumbuhan mikroorganisme yang ditandai oleh adanya perubahan bentuk, warna ataupun bau (Pratiwi, 2008).Formulasi bentuk sediaan obat bermacam-macam sesuai kebutuhan pasien. Setiap bentuk sediaan obat mempunyai keuntungan dan kerugian masing-masing. Adapun sediaannya berupa tablet, kapsul, emulsi, suspensi, salep dan sirup. Obatobat berbentuk sirup memiliki kandungan air cukup banyak. Air adalah media kehidupan yang baik, sehingga mikroorganisme dapat hidup dengan baik dalam obatobatan berbentuk sirup, air juga merupakan media yang memfasilitasi reaksi kimia. Oksigen yang terdapat di udara dapat merusak zat zat dalam cairan obat dengan jalan mengoksidasinya. Reaksi oksidasi ini lebih mudah berlangsung dalam keadaan lembab atau dalam obat yang mengandung air (Pratiwi, 2008).Menurut Standar Nasional Indonesia Nomor 14-1.4-7388-2009 , persyaratan cemaran mikroba pada sediaan sirup yaitu mengandung Angka Lempeng Total Bakteri maksimal 5,0 x 102 koloni/ml, Angka Lempeng Total Kapang maksimal 1,0 x 102 koloni/ml, MPN Escherichia coli10 kali KGA).

Vitamin larut lemak dalam takaran yang besar akan berbahaya bagi tubuh karena jenis vitamin ini tidak dapat diekskresikan keluar dan tersimpan di dalam tubuh. Sedangkan vitamin larut air dapat diekskresikan kedalam urin sehingga takaran yang besar tidak membahayakan kesehatan (Beck, 2011).Vitamin memiliki struktur kimia dan fungsi fisiologis yang spesifik dan berbeda-beda. Umumnya vitamin bekerja dengan cara menggalakkan reaksi kimia tertentu dalam suatu proses metabolisme. Jika terjadi kekurangan vitamin tersebut, proses metabolisme tidak akan berlangsung dan tubuh menjadi sakit (Beck, 2011).Vitamin A (Retinol) berfungsi untuk daya penglihatan malam, memperbaiki keutuhan jaringan epitel dan membran mukosa serta pertumbuhan gigi dan tulang. -karoten merupakan prekursor vitamin A. Zat ini berupa pigmen kuning yang terdapat pada banyak tanaman, khusunya yang berwarna kuning, merah atau hijau gelap. Hewan, termasuk manusia dapat mengkonversikan karoten pada makanannya menjadi vitamin A. Makanan yang kaya akan karoten mencakup sayuran, khususnya yang berdaun yang gelap seperti tomat dan wortel, serta buah-buahan terutama yang berwarna kuning, misalnya mangga. Defisiensi vitamin A akan menyebabkan buta senja dan infeksi membran mukosa (Beck, 2011).Vitamin D (Kalsiferol) berfungsi memudahkan penyerapan kalsium dari usus halus dan kalsiferol skleton. Prekursor vitamin D termasuk dalam kelompok zat-zat yang disebut sterol. Zat-zat ini akan berubah menjadi vitamin D setelah terkena cahaya ultraviolet. Pada manusia, vitamin D terbentuk pada atau di dekat permukaan kulit. Vitamin ini sudah terdapat pada makanan tertentu yang asalnya dari hewan, misalnya minyak ikan dan telur. Vitamin D dapat pula dibuat secara artifisial melalui penyinaran terhadap sterol tanaman dan digunakan dalam preparat vitamin, margarin yang diperkaya dengan vitamin, dan lain-lain. Defisiensi vitamin D akan menyebabkan ricketsia (rachitis) dan osteomalasia (Beck, 2011).Vitamin E (Tokoferol) dalam tubuh manusia belum dipahami fungsi yang sepenuhnya. Akan tetapi, ada bukti yang menunjukan bahwa vitamin E memainkan peranan dalam proses-proses yang mengendalikan oksidasi dalam jaringan tubuh. Dalam keadaan normal, defisiensi vitamin E tidak dikenal. Kecambah (taoge) merupakan sumber makanan yang kaya akan vitamin E. Disamping itu, vitamin E juga terdapat pada bagian biji tanaman lain yang bertunas dan pada sayuran hijau. Makanan lainnya mengandung vitamin E dalam jumlah yang lebih kecil (Beck, 2011).Vitamin K dikenal sebagai vitamin anti-perdarahan karena peranannya dalam mempertahankan kadar protrombin yang normal dalam darah dan faktor-faktor lain yang diperlukan bagi pembekuan darah. Banyak makanan yang mengandung vitamin K dan sayuran hijau merupakan sumber yang kaya akan vitamin tersebut. Diperkirakan bahwa manusia memperoleh vitamin ini sebagai hasil produksi oleh bakteri di dalam usus. Defisiensi vitamin K biasanya disebabkan kegagalan penyerapan vitamin tersebut dari saluran pencernaan, yang kerap kali menyebabkan gangguan penyerapan lemak. Misalnya pada penyakit usus halus (Beck, 2011).Vitamin B1 (Tiamin) merupakan bagian dari sistem enzim yang terlibat dalam metabolisme hidrat arang. Vitamin ini diperlukan untuk metabolisme asam piruvat, yaitu zat yang dihasilkan pada pemecahan glikosida dalam otot untuk menghasilkan energi. Thiamin dapat ditemukan terutama dalam makanan segar yang belum diproses dan biji-bijian (sereal) yang utuh. Defisiensi vitamin ini dapat menyebabkan beri-beri (Beck, 2011).Vitamin B2 (Riboflavin) merupakan konstituen dari sejumlah enzim yang terlibat dalam proses oksidasi dan reduksi pada jaringan tubuh. Riboflavin ditemukan dalam banyak jenis makanan. Sumber yang paling penting adalah susu, kuning telur, hati, ginjal dan jantung. Daging, ikan, sayuran dan biji-bijian utuh mengandung sedikit riboflavin (Beck, 2011).Vitamin B6 (Piridoksin) amat penting dalam metabolisme asam amino. Defisiensi vitamin B6 pada manusia sangat jarang terjadi tetapi pernah dijumbai pada bayi-bayi tertentu yang mengalami peningkatan kebutuhan akan vitamin tersebut (Beck, 2011).Vitamin B12 (Sianokobalamin) merupakan unsur esensial untuk perkembangan sel-sel darah merah yang normal. Vitamin ini ternyata menjadi faktor anti-anemia yang pertama-tama diisolasi dari ekstrak hati dan dipakai dalam pengobatan anemia pernisiosa. Hati, ginjal dan jantung merupakan sumber Vitamin B12 yang amat baik dan dengan jumlah yang berarti. Vitamin ini juga terdapat dalam daging, ikan serta telur (Beck, 2011).Vitamin C (Asam Askorbat) diperlukan untuk pembentukan jaringan ikat atau bahan interseluler, dimana sel-sel tubuh terbenam. Vitamin ini juga dibutuhkan untuk pembentukan sel-sel darah merah. Asam askorbat terutama ditemukan dalam sayuran dan buah-buahan yang segar. Sumber terbaiknya adalah jeruk, jambu, gandaria, mangga, tomat dan syuran seperti bayam, daun pepaya, daun singkong, sawi dan lain-lain. Defisiensi vitamin ini menyebabkan penyakit scorbut atau scurvy (Beck, 2011).Asam folat, sebagaimana vitamin B12, ternyata merupakan unsur esensial bagi perkembangan sel-sel darah merah dan cukup mujarab untuk mengobati anemia tipe tertentu. Asam folat tersebar luas dalam makanan dengan berbagai ragam bentuk yang secara kimiawi ada hubungannya dan keseluruhannya disebut folat. Sayuran hijau merupakan sumber yang kaya akan jenis tanaman ini (Beck, 2011).Asam nikotinat (Niasin), sebagaimana riboflavin merupakan komponen sistem enzim yang terlibat dalam proses oksidasi dan reduksi pada jaringan tubuh. Biji-bijian utuh seperti beras tumbuk yang masih mengandung lambaga (benih padi) serta kulit ari, daging, hati, ginjal, ikan dan kacang-kacangan, semuanya merupakan sumber alami vitamin ini (Beck, 2011).Secara umum, mineral dan vitamin sebagai pengatur dalam prosesproses oksidasi, fungsi normal saraf dan otot serta proses lain yang terjadi dalam tubuh, seperti dalam darah, cairan pencernaan, jaringan, mengatur suhu tubuh, peredaran darah, serta pembuangan sisasisa/ekskresi (Sulistyoningsih, 2001).C. Persyaratan nilai SNI pada SirupPersyaratan cemaran mikroba menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 14.1.4-7388-2009 bahwa minuman sirup diperkenankan mengandung Angka Lempeng Total Bakteri maksimal 5,0 x 102 koloni/ml, Angka Lempeng Total Kapang maksimal 1,0 x 102 koloni/ml, MPN Escherichia coli