bab 1- 3
-
Upload
agung-robby -
Category
Documents
-
view
257 -
download
4
description
Transcript of bab 1- 3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangCarpal tunnel syndrome (CTS) atau sindroma terowongan karpal (STK) adalah salah satu
gangguan pada lengan tangan karena terjadi penyempitan pada terowongan karpal, baik akibat
edema fasiapada terowongan tersebut maupun akibat kelainan pada tulang-tulang kecil tangan
sehingga terjadi penekanan terhadap nervus medianusdipergelangan tangan. Carpal Tunnel
Syndrome diartikan sebagai kelemahan pada tangan yang disertai nyeri pada daerah
distribusinervus medianus (Viera ,2003, Sidharta, 2006.
Carpal tunnel syndrome (CTS) merupakan neuropati tekanan saraf medianus terowongan
karpal di pergelangan tangan dengan kejadian yang paling sering, bersifat kronik, dan ditandai
dengan nyeri tangan pada malam hari, parestesia jari-jari yang mendapat innervasi dari saraf
medianus, kelemahan dan atrofi otot thenar (Kao,2003, Susanto, 2004, Aroori,2008). Dulu,
sindroma ini juga disebut dengan nama acroparesthesia, median thenar neuritis atau partialthenar
atrophy (De Jong, 1992)
Terowongan karpal terdapat di bagian depan dari pergelangan tangan dimana tulang dan
ligamentum membentuk suatu terowongan sempit yang dilalui oleh beberapa tendon dan nervus
medianus. Tulang-tulang karpalia membentuk dasar dan sisi-sisi terowongan yang keras dan
kaku sedangkan atapnya dibentuk oleh fleksor retinakulum (transverse carpal ligament dan
palmar carpal ligament) yang kuat dan melengkung di atas tulang-tulang karpalia tersebut
(Krames, 1994,Viera ,2003, Barnardo,2004, Davis,2005). Setiap perubahan yang mempersempit
terowongan ini akan menyebabkan tekanan pada struktur yang paling rentan di dalamnya yaitu
nervus medianus.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu:
1. Bagaimanakah pengertian, etiologi, patofisiologi, WOC, manifestasi klinis , komplikasi,
pemeriksaan diagnostic dan penatalaksanaan medisnya ?
2. Bagaimanakah pengkajian, rumusan diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi,
dan evaluasinya ?
1
1.3 Tujuan Penulisan Makalah
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui mengenai askep pada pasien dengan carpal tunnel syndrome.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengertian, klasifikasi, etiologi, patofisiologi, WOC, manifestasi
klinis , komplikasi, pemeriksaan diagnostic dan penatalaksanaan medisnya.
2. Untuk mengetahui pengkajian, rumusan diagnosa keperawatan, perencanaan,
implementasi, dan evaluasinya.
1.4 Manfaat Penulisan Makalah
1.4.1 Bagi Penulis
Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan, serta dapat
mengaktualisasikannya pada lingkungan sekitar, baik dalam lingkungan keluarga maupun
masyarakat.
1.4.2 Bagi Pembaca
Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai askep pada pasien
dengan carpal tunnel syndrome.
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Tinjauan Teoritis masalah utama
1. PengertianCarpal Tunnel syndrome adalah sindroma dengan gejala kesemutan dan rasa nyeri
pada pergelangan tangan terutama tiga jari utama yaitu ibu jari telunjuk dan jari tengah
sebagai akibat adanya tekanan pada syaraf medianus dan terowongan carpal yang letaknya
di pergelangan tangan.
Carpal Tunnnel Syndrome atau syndroma leri adalah sindroma akibat terperangkap
dan kompresi nervus medianus diantara ligamentum karpalis dan struktur dalam “tunnnel
carpal”.
Syaraf di lengan kita ada 3 jenis yaitu radialis dan letaknya dibagian atas, medianus
ditengah dan ulnaris berada dibawah, syaraf medianus spesifik karena secara anatomis
berada dibagian tengah lengan, melewati terowongan (tunnel) didaerah karpal di telapak
tangan, kemudian menuju kearah jari tangan. CTS Akan terjadi karena syaraf medianus
terjepit di terowongan karpal.
Gerakan–gerakan yang dilakukan terus-menerus dalam jangka waktu lama
menyebabkan stres pada jaringan di sekitar terowongan karpal sehingga jaringan tersebut
mengalami degenerasi, dan menyebabkan saluran terowongan menjadi sempit.
2. Etiologi
Penyebabnya antar lain :
1. Faktor keturunan
2. Poliferasi synovial
3. Arthritis rheumatoid, dan
4. Cidera pergelangan tangan,
5. Kehamilan,
6. Pekerjaan berat menggunaan tanpa tanpa berhenti,
7. Kondisi medis lain
3
3. PatofisiologiPergelangan tangan mempunyai struktur anatomi yang rumit dan aktif. Carpal tunnel
yang mirip terowongan berada di pergelangan tangan, dibentuk delapan tulang karpal dan
fleksor retinaculum atau ligamentum carpal transversalis. Didalam tunnel (terowongan) ini
lewat atau tersususn secara rapat fleksor digitorum profunda dan superfisialis, feksor
digitorum dan nervus medianus.
Terjadinya syndrome ini bertumpu pada pertumbuhan patologis yang diakibatkan
oleh adanya iritasi secara terus menerus pada nervus medianus di daerah pergelangan
tangan. Banyak faktor yang dapat mengawali timbulnya sindrome ini. Namun khusus pada
pemakai komputer, faktor iritasi lokal terhadap nervus medianus inilah yang tampaknya
perlu mendapat perhatian lebih banyak.
Bila kedudukan antara telapak tangan terhadap lengan bawah bertahan secara tidak
fisiologis untuk waktu yang cukup lama, maka gerakan-gerakan tangan akan menyebabkan
tepi ligamentum transversum bersentuhan dengan saraf medianus secara berlebihan. Hal ini
yang dapat terjadi. Ada bagian persendian tangan yang mengalami tekanan atau regangan
yang berlebih dan sebagai mekanisme kompensasi, tubuh berusaha memperkuat bagian yang
mendapat beban tidakk fisiologis ini antara lain dengan mempertebal ligamentum karpi
transversum. Penebalan ini akan mempersempit terowongan tempat lewatnya saraf dan urat,
dan lebih berat lagi akan menjepit syaraf.
Pada operasi tak jarang dijumpai perubahan struktur pada nervus mesianus di daerah
proksimal dari tepi atas ligamentum karpi transversum, tanpa diikuti oleh penebalan
ligamentumnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kedua penyebab diatas dapat
berjalan terpisah ataupun bersamaan.
Nevus medianus sendiri mulai dari daerah pergelangan tangan, 94% merupakan
serabut perasa/sensoris, sedangkan 6% merupakan serabut motoris yang kearah ibu jari.
Dengan demikian pada awalnya gejala lebih banyak ditandai dengan kejadian parestesia
seperti kesemutan, rasa terbakar. Sampai ke hipoanestesia( sampai hilangnya rasa raba). Bila
sudah ada gerak motorik (otot pangkal ibu jari tangan mulai mengecil, kekuatan berkurang)
maka iritasi kemungkinan sudah berlangsung sejak lama.
4
4. WOC
5
Mk. Nyeri akut
Edema
Distribusi nutrisi kedalam tubuh kurang
Suplai O2 kedalam darah
Mempersempit terowongan karpal dan menjepit saraf dan urat
Ligamentum karpi tiang transversum akan menebal
Tekanan berlebih dan regangan pada persendian tangan
Perubahan kedudukan telapak tangan terhadap lengan bawah
Tepi ligamentum karpi transversum bersentuhan nervus medianus secara berlebih
Perubahan patologis pada nervus medianus
Iritasi terus-menerus
vasodilatasi dan gangguan mikrosikulasi dan timbul
iskemik saraf
MK: Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh
Kelelahan
MK: intoleransi aktivitas
Faktor keturunan, cidera pergelangan tangan, kehamilan, pekerjaan berat menggunaan tanpa
berhenti, kondisi medis lain
5. Manifestasi klinisPada tahap awal gejala umumnya berupa gangguan sensorik saja. Gangguan
motorik hanya terjadi pada keadaan yang berat. Gejala awal biasanya berupa parestesia,
kurang merasa (numbness) atau rasa seperti terkena aliran listrik (tingling) pada jari dan
setengah sisi radial jari walaupun kadang-kadang dirasakan mengenai seluruh jari-jari.
Keluhan parestesia biasanya lebih menonjol di malam hari.
Gejala lainnya adalah nyeri di tangan yang juga dirasakan lebih berat pada malam
hari sehingga sering membangunkan penderita dari tidurnya. Rasa nyeri ini umumnya
agak berkurang bila penderita memijat atau menggerak-gerakkan tangannya atau dengan
meletakkan tangannya pada posisi yang lebih tinggi. Nyeri juga akan berkurang bila
penderita lebih banyak mengistirahatkan tangannya. Bila penyakit berlanjut, rasa nyeri
dapat bertambah berat dengan frekuensi serangan yang semakin sering bahkan dapat
menetap. Kadang-kadang rasa nyeri dapat terasa sampai ke lengan atas dan leher,
sedangkan parestesia umumnya terbatas di daerah distal pergelangan tangan .
Dapat pula dijumpai pembengkakan dan kekakuan pada jari-jari, tangan dan
pergelangan tangan terutama di pagi hari. Gejala ini akan berkurang setelah penderita
mulai mempergunakan tangannya. Hipesetesia dapat dijumpai pada daerah yang impuls
sensoriknya diinervasi oleh nervus medianus.
Pada tahap yang lebih lanjut penderita mengeluh jari-jarinya menjadi kurang
trampil misalnya saat menyulam atau memungut benda-benda kecil. Kelemahan pada
tangan juga dapat dijumpai, sering dinyatakan dengan keluhan adanya kesulitan yang
dialami penderita sewaktu mencoba memutar tutup botol atau menggenggam. Pada
penderita Carpal Tunnel Syndrome pada tahap lanjut dapat dijumpai atrofi otot-otot
thenar dan otot-otot lainnya yang diinnervasi oleh nervus melanus.
6. Komplikasi
Komplikasi dari CTS adalah:
1. Atrofi otot-otot thenar,
6
MK: kerusakan inrtegritas kulit
2. Kelemahan otot-otot thenar,
3. Ketidak mampuan tangan untuk melakukan aktifitas.
7. Pemeriksaan diagnostic
1. Pemeriksaan Neurofisiologi (Elektrodiaknostik)
Pemeriksaan EMG dapat menunjukkan dapat menunjukkan adanya fibrilasi,
polifasik, gelombang positif dan berkurangnya jumlah motor unit pada otototot
thenar. Pada beberapa kasus tidak dijumpai kelainana pada otot-otot lumbrikal.
EMG bisa normal PADA 31% KASUS CTS. (Moeliono,1993).
2. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan sinar X terhadap pergelangan tangan dapat membantu melihat apakah
ada penyebab lain seperti fraktur atau artritis.
3. Pemeriksaan Laboratorium
Bila etiologi CTS belum terdiagnosa, misalnya pada usia muda tanpa adanya
gerakan tangan yang repetitif, dapat dilakukan beberapa pemeriksaan seperti kadar
gula darah, kadar hormon tiroid ataupun darah lengkap ( Rambe,2004)
8. Penatalaksanaan medis
Dalam penatalaksanaan medis dibagi dua yakni:
a) Non Bedah
Carpal tunnnel Syndrome biasanya diberikan obat-obatan anti inflamasi, dan
relaksan untuk otot dan jika diperlukan adanya fisioterapi. Khusus untuk indonesia,
sudah mulai memakai pengobatan dengan cara laser. Penggunaan laser ini
mengurangi rasa nyeri pada penderita capal tunnel syndrome. pengobatan alternatif
lain antara lain metode akupuntur dan yoga.
b) Bedah
Biasanya tindakan operasi CTS dilakukan secara terbuka dengan anestesi
lokal,tetapi sekarang telah dikembangkan teknik opersasi secara edoskopik. Operasi
endoskopik memungkinkan mobilisasi penderita secara dini denan jaringan parut
yang minimal,tetapi karena terbatasnya lapangan operasi tindakan ini lebih sering
menimbulkan komplikasi operasi seperti cedera pada saraf. Beberapa penyebab
7
CTS seperti adanya massa maupun tenosinovitis pada terowongan karpal lebih baik
dioperasi secar terbuka. (Greenberg,1994)
2.2 Tinjauan teoritis asuhan keperawatan
1. Pengkajian
a. Aktivitas dan istirahat.
Gejala: Nyeri pada tangan karena pergerakan,kekakuan atau kram pada tangan saat
pagi hari , keterbatasan fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup,aktivitas,
istirahat, dan pekerjaan.
b. Kardiovaskuler.
Gejala: fenomena raynaud (suatu keadaan dimana arteri-arteri kecil (arteriola),
biasanya di jari tangan dan jari kaki, mengalami kejang , menyebabkan kulit menjadi
pucat atau timbul bercak berwarna merah sampai biru).
c. Hygiene
Gejala: bebagai kesulitan untuk melakukan aktivitas karena kekakuan pada jari tangan
dan pergelangan tangan.
d. Neurosensori
Gejala: gangguan sensorik, berupa parestesia, kurang merasa(numbness), atau rasa
terkena aliran listrik(tingling)
Tanda: pembekakan pada jari tangan dan pergelangan tangan.
e. Nyeri/ kenyamanan
Gejala: bila penyakit berlanjut nyeri dapat bertambah berat kadang kadang dapat
terasa sampai kelengan atas dan leher(keluhan dirasakan terutama pada malam hari),
disertai pembekakan & kekakuan pada jari tangan & pergelangan tangan (terutama
pada pagi hari).
f. Keamanan
Gejala: kulit tangan kering & mengkilap, kesulitan menggenggam/ketidakmampuan
mengepalkan tangan.
8
Pemeriksaan Fisik :
Pemeriksaan harus dilakukan menyeluruh pada penderita dengan perhatian khusus pada
fungsi, motorik, sensori dan otonom tangan .
a) Phalen’s test: penderita diminta melakukan fleksi. Bila dalam Waktu 60 detik
timbul gejala seperti CTS tes ini menyokong diagnosa. Beberapa penulis
berpendapat bahwa tes ini sangat sensitif untuk menegakkan diagnosa CTS.
b) Torniquet test: pada pemeriksaan ini dilakukan pemasangan torniguet dengan
menggunakan tensimeter diatas siku dengan tekanan sedikit diatas tekanan sistolik.
Bila dalam satu menit timbul gejala seperti CTS, Tes ini menyokong diagnosa.
c) Tinel’s sign: test ini mendukung diagnosa bila timbul parestesia atau nyeri pada
daerah nervus medianus, jika dilakukan perkusi pada terowongan carpal dengan
posisi tangan sedikit dorsofleksi.
d) Flick’sign: penderita diminta mengibas-ngibaskan tangan atau menggerak-gerakan
jarinya. Bila keluhan berkurang atau menghilang akan menyokong diagnosa CTS.
Harus diingat bahwa tanda ini juga dapat dijumpai pada penyakit Raynaud.
2. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut b.d terjepitnya saraf dan urat
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi tidak
adekuat
3. Intoleransi aktivitas b.d kelelahan
4. Kerusakan integritas kulit b.d edema
9
3. Perencanaan
No Diagnosa Keperawatan
NOC NIC
1 Nyeri akut b.d terjepitnya saraf dan urat
NOC Pain level, Pain control, Comfort level
Kriteria Hasil : Mampu mengontrol nyeri
( tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri.
Mampu mengenali nyeri (skala intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.
Pain Management1. Lakukan pengkajian
nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas.
2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
3. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri.
4. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
5. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan.
6. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
7. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri.
8. Tingkatkan istirahat
Analgesic Administration 1. Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat.
2. Cek instruksi dokter tentang jenis obat,
10
dosis, dan frekuensi.3. Cek riwayat alergi4. Tentukan analgesik
pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal.
2 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi tidak adekuat
NOC Nutritional status Nutritional status : food and
fluid intake Nutritional status : nutrient
intake Weight control
Kriteria Hasil : Adanya peningkatan berat
badan sesuai dengan tujuan
Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
Tidak ada tanda-tanda malnutrisi\
Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
Nutrition Management :1. Kaji adanya alergi
makanan2. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
3. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
4. Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan ahli gizi)
5. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
Nutrition Monitoring :1. Monitor adanya
penurunan berat badan
2. Moniter tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
3. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan.
4. Monitor mual dan muntah
3 Intoleransi aktivitas b.d kelelahan
NOC Energy Conservation Activity tolerance Self Care : ADLs
Kriteria Hasil : Berpartisipasi dalam
aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan
Activity Therapy1. Kolaborasikan dengan
Tenaga Rehabilitasi Medik dalam merencanakan program terapi yang tepat.
2. Bantu klien untuk mengidentifikasi
11
tekanan darah, nadi, dan RR
Mampu melakukan aktivitas sehari-hari (ADLs) secara mandiri
Tanda-tanda vital normal Energy psikomotor Level kelemahan Mampu berpindah :
dengan atau tanpa bantuan alat
Status kardiopulmunari adekuat
Sirkulasi status baik Status respirasi :
pertukaran gas dan ventilasi adekuat
aktivitas yang mampu dilakukan
3. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan social
4. Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
5. Bantu klien untuk membuat jadwat latihan di waktu luang
6. Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas
7. Sediakan penguatan fisik bagi yang aktif beraktivitas
8. Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan.
9. Monitor respon fisik, emosi, social, dan spiritual.
4 Kerusakan integritas kulit b.d edema
NOC Tissue Integrity : Skin and
Mucous Membranes Hemodyalis akses
Kriteria Hasil Integritas kulit yang baik
bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi) tidak ada luka/lesi pada kulit
Perfusi jaringan baik Menunjukkan
pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya
Pressure Management1. Anjurkan pasien
untuk menggunakan pakaian yang longgar
2. Hindari kerutan pada tempat tidur
3. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
4. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali
5. Monitor kulit akan adanya kemerahan
6. Oleskan lotion atau minyak/ baby oil pada daerah yang tertekan
7. Monitor aktivitas dan
12
cedera berulang Mampu melindungi kulit
dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami
mobilisasi pasien.8. Monitor status nutrisi
pasien
4. Implementasi
No Dx Tindakan ( implementasi)1 Pain Management
1. Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.
2. Mengobservasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
3. Mengkaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri.
4. Mengevaluasi pengalaman nyeri masa lampau
5. Mengoontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan kebisingan.
6. Mengkaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
7. Mengevaluasi keefektifan kontrol nyeri.
8. Meningkatkan istirahat
Analgesic Administration
1. Menentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat.
2. Mengecek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi.
3. Mengecek riwayat alergi
4. Menentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal.
2 Nutrition Management :
1. Mengkaji adanya alergi makanan
2. Mengkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
nutrisi yang dibutuhkan pasien.
3. Meyakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
13
4. Memberikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan ahli gizi)
5. Memonitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
Nutrition Monitoring :
1. Memonitor adanya penurunan berat badan
2. Memonitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
3. Menjadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan.
4. Memonitor mual dan muntah
3 Activity Therapy
1. Mengkolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalam
merencanakan program terapi yang tepat.
2. Membantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu
dilakukan
3. Membantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi dan social
4. Membantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
5. Membantu klien untuk membuat jadwat latihan di waktu luang
6. Membantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas
7. Menyediakan penguatan fisik bagi yang aktif beraktivitas
8. Membantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan.
9. Memonitor respon fisik, emosi, social, dan spiritual.
4 Pressure Management
1. Menganjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
2. Menghindari kerutan pada tempat tidur
3. Menjaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
4. Memobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali
5. Memonitor kulit akan adanya kemerahan
6. Mengoleskan lotion atau minyak/ baby oil pada daerah yang tertekan
7. Memonitor aktivitas dan mobilisasi pasien.
8. Memonitor status nutrisi pasien
14
5. Evaluasi
No Dx Evaluasi1 Mampu mengontrol nyeri ( tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan
tehknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen
nyeri.
Mampu mengenali nyeri (skala intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.
2 Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
Tidak ada tanda-tanda malnutrisi\
Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
3 Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan
darah, nadi, dan RR
Mampu melakukan aktivitas sehari-hari (ADLs) secara mandiri
Tanda-tanda vital normal
Energy psikomotor
Level kelemahan
Mampu berpindah : dengan atau tanpa bantuan alat
Status kardiopulmunari adekuat
Sirkulasi status baik
Status respirasi : pertukaran gas dan ventilasi adekuat
4 Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas,
temperatur, hidrasi, pigmentasi) tidak ada luka/lesi pada kulit
15
Perfusi jaringan baik
Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah
terjadinya cedera berulang
Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan
perawatan alami
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dapat ditarik kesimpulan dari pengertian di atas bahwa Carpal tunnel syndrome (CTS) atau
sindroma terowongan karpal (STK) adalah salah satu gangguan pada lengan tangan karena
terjadi penyempitan pada terowongan karpal, baik akibat edema fasia pada terowongan tersebut
maupun akibat kelainan pada tulang-tulang kecil tangan sehingga terjadi penekanan terhadap
nervus medianus dipergelangan tangan. Carpal Tunnel Syndrome diartikan sebagai kelemahan
pada tangan yang disertai nyeri pada daerah distribusi nervus medianus.
3.2. Saran
3.2.1 Bagi Penulis
Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan.
3.2.2 Bagi Pembaca
Diharapkan dapat menambah wawasan mengenai askep pada pasien dengan carpal tunnel
syndrome.
16
LAMPIRAN
Anatomi Carpal Tunnel Sindrome
Penderita Carpal Tunnel Sindrome
17
18