bab 1- 3

26
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Carpal tunnel syndrome (CTS) atau sindroma terowongan karpal (STK) adalah salah satu gangguan pada lengan tangan karena terjadi penyempitan pada terowongan karpal, baik akibat edema fasiapada terowongan tersebut maupun akibat kelainan pada tulang- tulang kecil tangan sehingga terjadi penekanan terhadap nervus medianusdipergelangan tangan. Carpal Tunnel Syndrome diartikan sebagai kelemahan pada tangan yang disertai nyeri pada daerah distribusinervus medianus (Viera ,2003, Sidharta, 2006. Carpal tunnel syndrome (CTS) merupakan neuropati tekanan saraf medianus terowongan karpal di pergelangan tangan dengan kejadian yang paling sering, bersifat kronik, dan ditandai dengan nyeri tangan pada malam hari, parestesia jari-jari yang mendapat innervasi dari saraf medianus, kelemahan dan atrofi otot thenar (Kao,2003, Susanto, 2004, Aroori,2008). Dulu, sindroma ini juga disebut dengan nama acroparesthesia, median thenar neuritis atau partialthenar atrophy (De Jong, 1992) Terowongan karpal terdapat di bagian depan dari pergelangan tangan dimana tulang dan ligamentum membentuk suatu terowongan sempit yang dilalui oleh beberapa tendon dan nervus medianus. Tulang-tulang karpalia membentuk dasar dan sisi-sisi terowongan yang keras dan kaku sedangkan atapnya dibentuk oleh fleksor retinakulum (transverse carpal ligament dan palmar carpal ligament) yang kuat dan melengkung di atas tulang-tulang karpalia 1

description

j

Transcript of bab 1- 3

Page 1: bab 1- 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangCarpal tunnel syndrome (CTS) atau sindroma terowongan karpal (STK) adalah salah satu

gangguan pada lengan tangan karena terjadi penyempitan pada terowongan karpal, baik akibat

edema fasiapada terowongan tersebut maupun akibat kelainan pada tulang-tulang kecil tangan

sehingga terjadi penekanan terhadap nervus medianusdipergelangan tangan. Carpal Tunnel

Syndrome diartikan sebagai kelemahan pada tangan yang disertai nyeri pada daerah

distribusinervus medianus (Viera ,2003, Sidharta, 2006.

Carpal tunnel syndrome (CTS) merupakan neuropati tekanan saraf medianus terowongan

karpal di pergelangan tangan dengan kejadian yang paling sering, bersifat kronik, dan ditandai

dengan nyeri tangan pada malam hari, parestesia jari-jari yang mendapat innervasi dari saraf

medianus, kelemahan dan atrofi otot thenar (Kao,2003, Susanto, 2004, Aroori,2008). Dulu,

sindroma ini juga disebut dengan nama acroparesthesia, median thenar neuritis atau partialthenar

atrophy (De Jong, 1992)

Terowongan karpal terdapat di bagian depan dari pergelangan tangan dimana tulang dan

ligamentum membentuk suatu terowongan sempit yang dilalui oleh beberapa tendon dan nervus

medianus. Tulang-tulang karpalia membentuk dasar dan sisi-sisi terowongan yang keras dan

kaku sedangkan atapnya dibentuk oleh fleksor retinakulum (transverse carpal ligament dan

palmar carpal ligament) yang kuat dan melengkung di atas tulang-tulang karpalia tersebut

(Krames, 1994,Viera ,2003, Barnardo,2004, Davis,2005). Setiap perubahan yang mempersempit

terowongan ini akan menyebabkan tekanan pada struktur yang paling rentan di dalamnya yaitu

nervus medianus.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu:

1. Bagaimanakah pengertian, etiologi, patofisiologi, WOC, manifestasi klinis , komplikasi,

pemeriksaan diagnostic dan penatalaksanaan medisnya ?

2. Bagaimanakah pengkajian, rumusan diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi,

dan evaluasinya ?

1

Page 2: bab 1- 3

1.3 Tujuan Penulisan Makalah

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui mengenai askep pada pasien dengan carpal tunnel syndrome.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengertian, klasifikasi, etiologi, patofisiologi, WOC, manifestasi

klinis , komplikasi, pemeriksaan diagnostic dan penatalaksanaan medisnya.

2. Untuk mengetahui pengkajian, rumusan diagnosa keperawatan, perencanaan,

implementasi, dan evaluasinya.

1.4 Manfaat Penulisan Makalah

1.4.1 Bagi Penulis

Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan, serta dapat

mengaktualisasikannya pada lingkungan sekitar, baik dalam lingkungan keluarga maupun

masyarakat.

1.4.2 Bagi Pembaca

Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai askep pada pasien

dengan carpal tunnel syndrome.

2

Page 3: bab 1- 3

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Tinjauan Teoritis masalah utama

1. PengertianCarpal Tunnel syndrome adalah sindroma dengan gejala kesemutan dan rasa nyeri

pada pergelangan tangan terutama tiga jari utama yaitu ibu jari telunjuk dan jari tengah

sebagai akibat adanya tekanan pada syaraf medianus dan terowongan carpal yang letaknya

di pergelangan tangan.

Carpal Tunnnel Syndrome atau syndroma leri adalah sindroma akibat terperangkap

dan kompresi nervus medianus diantara ligamentum karpalis dan struktur dalam “tunnnel

carpal”.

Syaraf di lengan kita ada 3 jenis yaitu radialis dan letaknya dibagian atas, medianus

ditengah dan ulnaris berada dibawah, syaraf medianus spesifik karena secara anatomis

berada dibagian tengah lengan, melewati terowongan (tunnel) didaerah karpal di telapak

tangan, kemudian menuju kearah jari tangan. CTS Akan terjadi karena syaraf medianus

terjepit di terowongan karpal.

Gerakan–gerakan yang dilakukan terus-menerus dalam jangka waktu lama

menyebabkan stres pada jaringan di sekitar terowongan karpal sehingga jaringan tersebut

mengalami degenerasi, dan menyebabkan saluran terowongan menjadi sempit.

2. Etiologi

Penyebabnya antar lain :

1. Faktor keturunan

2. Poliferasi synovial

3. Arthritis rheumatoid, dan

4. Cidera pergelangan tangan,

5. Kehamilan,

6. Pekerjaan berat menggunaan tanpa tanpa berhenti,

7. Kondisi medis lain

3

Page 4: bab 1- 3

3. PatofisiologiPergelangan tangan mempunyai struktur anatomi yang rumit dan aktif. Carpal tunnel

yang mirip terowongan berada di pergelangan tangan, dibentuk delapan tulang karpal dan

fleksor retinaculum atau ligamentum carpal transversalis. Didalam tunnel (terowongan) ini

lewat atau tersususn secara rapat fleksor digitorum profunda dan superfisialis, feksor

digitorum dan nervus medianus.

Terjadinya syndrome ini bertumpu pada pertumbuhan patologis yang diakibatkan

oleh adanya iritasi secara terus menerus pada nervus medianus di daerah pergelangan

tangan. Banyak faktor yang dapat mengawali timbulnya sindrome ini. Namun khusus pada

pemakai komputer, faktor iritasi lokal terhadap nervus medianus inilah yang tampaknya

perlu mendapat perhatian lebih banyak.

Bila kedudukan antara telapak tangan terhadap lengan bawah bertahan secara tidak

fisiologis untuk waktu yang cukup lama, maka gerakan-gerakan tangan akan menyebabkan

tepi ligamentum transversum bersentuhan dengan saraf medianus secara berlebihan. Hal ini

yang dapat terjadi. Ada bagian persendian tangan yang mengalami tekanan atau regangan

yang berlebih dan sebagai mekanisme kompensasi, tubuh berusaha memperkuat bagian yang

mendapat beban tidakk fisiologis ini antara lain dengan mempertebal ligamentum karpi

transversum. Penebalan ini akan mempersempit terowongan tempat lewatnya saraf dan urat,

dan lebih berat lagi akan menjepit syaraf.

Pada operasi tak jarang dijumpai perubahan struktur pada nervus mesianus di daerah

proksimal dari tepi atas ligamentum karpi transversum, tanpa diikuti oleh penebalan

ligamentumnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kedua penyebab diatas dapat

berjalan terpisah ataupun bersamaan.

Nevus medianus sendiri mulai dari daerah pergelangan tangan, 94% merupakan

serabut perasa/sensoris, sedangkan 6% merupakan serabut motoris yang kearah ibu jari.

Dengan demikian pada awalnya gejala lebih banyak ditandai dengan kejadian parestesia

seperti kesemutan, rasa terbakar. Sampai ke hipoanestesia( sampai hilangnya rasa raba). Bila

sudah ada gerak motorik (otot pangkal ibu jari tangan mulai mengecil, kekuatan berkurang)

maka iritasi kemungkinan sudah berlangsung sejak lama.

4

Page 5: bab 1- 3

4. WOC

5

Mk. Nyeri akut

Edema

Distribusi nutrisi kedalam tubuh kurang

Suplai O2 kedalam darah

Mempersempit terowongan karpal dan menjepit saraf dan urat

Ligamentum karpi tiang transversum akan menebal

Tekanan berlebih dan regangan pada persendian tangan

Perubahan kedudukan telapak tangan terhadap lengan bawah

Tepi ligamentum karpi transversum bersentuhan nervus medianus secara berlebih

Perubahan patologis pada nervus medianus

Iritasi terus-menerus

vasodilatasi dan gangguan mikrosikulasi dan timbul

iskemik saraf

MK: Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh

Kelelahan

MK: intoleransi aktivitas

Faktor keturunan, cidera pergelangan tangan, kehamilan, pekerjaan berat menggunaan tanpa

berhenti, kondisi medis lain

Page 6: bab 1- 3

5. Manifestasi klinisPada tahap awal gejala umumnya berupa gangguan sensorik saja. Gangguan

motorik hanya terjadi pada keadaan yang berat. Gejala awal biasanya berupa parestesia,

kurang merasa (numbness) atau rasa seperti terkena aliran listrik (tingling) pada jari dan

setengah sisi radial jari walaupun kadang-kadang dirasakan mengenai seluruh jari-jari.

Keluhan parestesia biasanya lebih menonjol di malam hari.

Gejala lainnya adalah nyeri di tangan yang juga dirasakan lebih berat pada malam

hari sehingga sering membangunkan penderita dari tidurnya. Rasa nyeri ini umumnya

agak berkurang bila penderita memijat atau menggerak-gerakkan tangannya atau dengan

meletakkan tangannya pada posisi yang lebih tinggi. Nyeri juga akan berkurang bila

penderita lebih banyak mengistirahatkan tangannya. Bila penyakit berlanjut, rasa nyeri

dapat bertambah berat dengan frekuensi serangan yang semakin sering bahkan dapat

menetap. Kadang-kadang rasa nyeri dapat terasa sampai ke lengan atas dan leher,

sedangkan parestesia umumnya terbatas di daerah distal pergelangan tangan .

Dapat pula dijumpai pembengkakan dan kekakuan pada jari-jari, tangan dan

pergelangan tangan terutama di pagi hari. Gejala ini akan berkurang setelah penderita

mulai mempergunakan tangannya. Hipesetesia dapat dijumpai pada daerah yang impuls

sensoriknya diinervasi oleh nervus medianus.

Pada tahap yang lebih lanjut penderita mengeluh jari-jarinya menjadi kurang

trampil misalnya saat menyulam atau memungut benda-benda kecil. Kelemahan pada

tangan juga dapat dijumpai, sering dinyatakan dengan keluhan adanya kesulitan yang

dialami penderita sewaktu mencoba memutar tutup botol atau menggenggam. Pada

penderita Carpal Tunnel Syndrome pada tahap lanjut dapat dijumpai atrofi otot-otot

thenar dan otot-otot lainnya yang diinnervasi oleh nervus melanus.

6. Komplikasi

Komplikasi dari CTS adalah:

1. Atrofi otot-otot thenar,

6

MK: kerusakan inrtegritas kulit

Page 7: bab 1- 3

2. Kelemahan otot-otot thenar,

3. Ketidak mampuan tangan untuk melakukan aktifitas.

7. Pemeriksaan diagnostic

1. Pemeriksaan Neurofisiologi (Elektrodiaknostik)

Pemeriksaan EMG dapat menunjukkan dapat menunjukkan adanya fibrilasi,

polifasik, gelombang positif dan berkurangnya jumlah motor unit pada otototot

thenar. Pada beberapa kasus tidak dijumpai kelainana pada otot-otot lumbrikal.

EMG bisa normal PADA 31% KASUS CTS. (Moeliono,1993).

2. Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan sinar X terhadap pergelangan tangan dapat membantu melihat apakah

ada penyebab lain seperti fraktur atau artritis.

3. Pemeriksaan Laboratorium

Bila etiologi CTS belum terdiagnosa, misalnya pada usia muda tanpa adanya

gerakan tangan yang repetitif, dapat dilakukan beberapa pemeriksaan seperti kadar

gula darah, kadar hormon tiroid ataupun darah lengkap ( Rambe,2004)

8. Penatalaksanaan medis

Dalam penatalaksanaan medis dibagi dua yakni:

a) Non Bedah

Carpal tunnnel Syndrome biasanya diberikan obat-obatan anti inflamasi, dan

relaksan untuk otot dan jika diperlukan adanya fisioterapi. Khusus untuk indonesia,

sudah mulai memakai pengobatan dengan cara laser. Penggunaan laser ini

mengurangi rasa nyeri pada penderita capal tunnel syndrome. pengobatan alternatif

lain antara lain metode akupuntur dan yoga.

b) Bedah

Biasanya tindakan operasi CTS dilakukan secara terbuka dengan anestesi

lokal,tetapi sekarang telah dikembangkan teknik opersasi secara edoskopik. Operasi

endoskopik memungkinkan mobilisasi penderita secara dini denan jaringan parut

yang minimal,tetapi karena terbatasnya lapangan operasi tindakan ini lebih sering

menimbulkan komplikasi operasi seperti cedera pada saraf. Beberapa penyebab

7

Page 8: bab 1- 3

CTS seperti adanya massa maupun tenosinovitis pada terowongan karpal lebih baik

dioperasi secar terbuka. (Greenberg,1994)

2.2 Tinjauan teoritis asuhan keperawatan

1. Pengkajian

a. Aktivitas dan istirahat.

Gejala: Nyeri pada tangan karena pergerakan,kekakuan atau kram pada tangan saat

pagi hari , keterbatasan fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup,aktivitas,

istirahat, dan pekerjaan.

b. Kardiovaskuler.

Gejala: fenomena raynaud (suatu keadaan dimana arteri-arteri kecil (arteriola),

biasanya di jari tangan dan jari kaki, mengalami kejang , menyebabkan kulit menjadi

pucat atau timbul bercak berwarna merah sampai biru).

c. Hygiene

Gejala: bebagai kesulitan untuk melakukan aktivitas karena kekakuan pada jari tangan

dan pergelangan tangan.

d. Neurosensori

Gejala: gangguan sensorik, berupa parestesia, kurang merasa(numbness), atau rasa

terkena aliran listrik(tingling)

Tanda: pembekakan pada jari tangan dan pergelangan tangan.

e. Nyeri/ kenyamanan

Gejala:  bila penyakit berlanjut nyeri dapat bertambah berat kadang kadang dapat

terasa sampai kelengan atas dan leher(keluhan dirasakan terutama pada malam hari),

disertai pembekakan & kekakuan pada jari tangan & pergelangan tangan (terutama

pada pagi hari).

f. Keamanan

Gejala: kulit tangan kering & mengkilap, kesulitan menggenggam/ketidakmampuan

mengepalkan tangan.

8

Page 9: bab 1- 3

Pemeriksaan Fisik :

Pemeriksaan harus dilakukan menyeluruh pada penderita dengan perhatian khusus pada

fungsi, motorik, sensori dan otonom tangan .

a) Phalen’s test: penderita diminta melakukan fleksi. Bila dalam Waktu 60 detik

timbul gejala seperti CTS tes ini menyokong diagnosa. Beberapa penulis

berpendapat bahwa tes ini sangat sensitif untuk menegakkan diagnosa CTS.

b) Torniquet test: pada pemeriksaan ini dilakukan pemasangan torniguet dengan

menggunakan tensimeter diatas siku dengan tekanan sedikit diatas tekanan sistolik.

Bila dalam satu menit timbul gejala seperti CTS, Tes ini menyokong diagnosa.

c) Tinel’s sign: test ini mendukung diagnosa bila timbul parestesia atau nyeri pada

daerah nervus medianus, jika dilakukan perkusi pada terowongan carpal dengan

posisi tangan sedikit dorsofleksi.

d) Flick’sign: penderita diminta mengibas-ngibaskan tangan atau menggerak-gerakan

jarinya. Bila keluhan berkurang atau menghilang akan menyokong diagnosa CTS.

Harus diingat bahwa tanda ini juga dapat dijumpai pada penyakit Raynaud.

2. Diagnosa keperawatan

1. Nyeri akut b.d terjepitnya saraf dan urat

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi tidak

adekuat

3. Intoleransi aktivitas b.d kelelahan

4. Kerusakan integritas kulit b.d edema

9

Page 10: bab 1- 3

3. Perencanaan

No Diagnosa Keperawatan

NOC NIC

1 Nyeri akut b.d terjepitnya saraf dan urat

NOC Pain level, Pain control, Comfort level

Kriteria Hasil : Mampu mengontrol nyeri

( tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)

Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri.

Mampu mengenali nyeri (skala intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)

Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.

Pain Management1. Lakukan pengkajian

nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas.

2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan

3. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri.

4. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau

5. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan.

6. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi

7. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri.

8. Tingkatkan istirahat

Analgesic Administration 1. Tentukan lokasi,

karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat.

2. Cek instruksi dokter tentang jenis obat,

10

Page 11: bab 1- 3

dosis, dan frekuensi.3. Cek riwayat alergi4. Tentukan analgesik

pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal.

2 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi tidak adekuat

NOC Nutritional status Nutritional status : food and

fluid intake Nutritional status : nutrient

intake Weight control

Kriteria Hasil : Adanya peningkatan berat

badan sesuai dengan tujuan

Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan

Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi

Tidak ada tanda-tanda malnutrisi\

Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan

Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti

Nutrition Management :1. Kaji adanya alergi

makanan2. Kolaborasi dengan

ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.

3. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi

4. Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan ahli gizi)

5. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori

Nutrition Monitoring :1. Monitor adanya

penurunan berat badan

2. Moniter tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan

3. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan.

4. Monitor mual dan muntah

3 Intoleransi aktivitas b.d kelelahan

NOC Energy Conservation Activity tolerance Self Care : ADLs

Kriteria Hasil : Berpartisipasi dalam

aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan

Activity Therapy1. Kolaborasikan dengan

Tenaga Rehabilitasi Medik dalam merencanakan program terapi yang tepat.

2. Bantu klien untuk mengidentifikasi

11

Page 12: bab 1- 3

tekanan darah, nadi, dan RR

Mampu melakukan aktivitas sehari-hari (ADLs) secara mandiri

Tanda-tanda vital normal Energy psikomotor Level kelemahan Mampu berpindah :

dengan atau tanpa bantuan alat

Status kardiopulmunari adekuat

Sirkulasi status baik Status respirasi :

pertukaran gas dan ventilasi adekuat

aktivitas yang mampu dilakukan

3. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan social

4. Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai

5. Bantu klien untuk membuat jadwat latihan di waktu luang

6. Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas

7. Sediakan penguatan fisik bagi yang aktif beraktivitas

8. Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan.

9. Monitor respon fisik, emosi, social, dan spiritual.

4 Kerusakan integritas kulit b.d edema

NOC Tissue Integrity : Skin and

Mucous Membranes Hemodyalis akses

Kriteria Hasil Integritas kulit yang baik

bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi) tidak ada luka/lesi pada kulit

Perfusi jaringan baik Menunjukkan

pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya

Pressure Management1. Anjurkan pasien

untuk menggunakan pakaian yang longgar

2. Hindari kerutan pada tempat tidur

3. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering

4. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali

5. Monitor kulit akan adanya kemerahan

6. Oleskan lotion atau minyak/ baby oil pada daerah yang tertekan

7. Monitor aktivitas dan

12

Page 13: bab 1- 3

cedera berulang Mampu melindungi kulit

dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami

mobilisasi pasien.8. Monitor status nutrisi

pasien

4. Implementasi

No Dx Tindakan ( implementasi)1 Pain Management

1. Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,

karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.

2. Mengobservasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan

3. Mengkaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri.

4. Mengevaluasi pengalaman nyeri masa lampau

5. Mengoontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu

ruangan, pencahayaan dan kebisingan.

6. Mengkaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi

7. Mengevaluasi keefektifan kontrol nyeri.

8. Meningkatkan istirahat

Analgesic Administration

1. Menentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum

pemberian obat.

2. Mengecek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi.

3. Mengecek riwayat alergi

4. Menentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal.

2 Nutrition Management :

1. Mengkaji adanya alergi makanan

2. Mengkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan

nutrisi yang dibutuhkan pasien.

3. Meyakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk

mencegah konstipasi

13

Page 14: bab 1- 3

4. Memberikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan ahli gizi)

5. Memonitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori

Nutrition Monitoring :

1. Memonitor adanya penurunan berat badan

2. Memonitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan

3. Menjadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan.

4. Memonitor mual dan muntah

3 Activity Therapy

1. Mengkolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalam

merencanakan program terapi yang tepat.

2. Membantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu

dilakukan

3. Membantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan

kemampuan fisik, psikologi dan social

4. Membantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai

5. Membantu klien untuk membuat jadwat latihan di waktu luang

6. Membantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam

beraktivitas

7. Menyediakan penguatan fisik bagi yang aktif beraktivitas

8. Membantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan.

9. Memonitor respon fisik, emosi, social, dan spiritual.

4 Pressure Management

1. Menganjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar

2. Menghindari kerutan pada tempat tidur

3. Menjaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering

4. Memobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali

5. Memonitor kulit akan adanya kemerahan

6. Mengoleskan lotion atau minyak/ baby oil pada daerah yang tertekan

7. Memonitor aktivitas dan mobilisasi pasien.

8. Memonitor status nutrisi pasien

14

Page 15: bab 1- 3

5. Evaluasi

No Dx Evaluasi1 Mampu mengontrol nyeri ( tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan

tehknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)

Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen

nyeri.

Mampu mengenali nyeri (skala intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)

Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.

2 Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan

Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan

Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi

Tidak ada tanda-tanda malnutrisi\

Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan

Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti

3 Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan

darah, nadi, dan RR

Mampu melakukan aktivitas sehari-hari (ADLs) secara mandiri

Tanda-tanda vital normal

Energy psikomotor

Level kelemahan

Mampu berpindah : dengan atau tanpa bantuan alat

Status kardiopulmunari adekuat

Sirkulasi status baik

Status respirasi : pertukaran gas dan ventilasi adekuat

4 Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas,

temperatur, hidrasi, pigmentasi) tidak ada luka/lesi pada kulit

15

Page 16: bab 1- 3

Perfusi jaringan baik

Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah

terjadinya cedera berulang

Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan

perawatan alami

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Dapat ditarik kesimpulan dari pengertian di atas bahwa Carpal tunnel syndrome (CTS) atau

sindroma terowongan karpal (STK) adalah salah satu gangguan pada lengan tangan karena

terjadi penyempitan pada terowongan karpal, baik akibat edema fasia pada terowongan tersebut

maupun akibat kelainan pada tulang-tulang kecil tangan sehingga terjadi penekanan terhadap

nervus medianus dipergelangan tangan. Carpal Tunnel Syndrome diartikan sebagai kelemahan

pada tangan yang disertai nyeri pada daerah distribusi nervus medianus.

3.2. Saran

3.2.1 Bagi Penulis

Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan.

3.2.2 Bagi Pembaca

Diharapkan dapat menambah wawasan mengenai askep pada pasien dengan carpal tunnel

syndrome.

16

Page 17: bab 1- 3

LAMPIRAN

Anatomi Carpal Tunnel Sindrome

Penderita Carpal Tunnel Sindrome

17

Page 18: bab 1- 3

18