Bab 1-3

16
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Salah satu pembiayaan yang dikenal bank syariah adalah pembiayaan yang menggunakan akad jual beli. Bentuk akad jual beli yang telah dibahas oleh para ulama dalam fiqh muamalah islamiah terbilang sangat banyak. Jumlahnya mencapai puluhan bahkan ratusan. Dari sekian banyak, terdapat tiga jenis jual beli yang dikembangkan dalam pembiayaan modal kerja dan investasi di perbankan syariah, yaitu bai’ al-murabahah, bai’ as-salam, dan bai’ al-istishna’. Masing-masing akad tersebut memiliki ciri khas yang berbeda-beda. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan bai’ al-murabahah? 2. Apa yang dimaksud dengan bai’ as-salam? 3. Apa yang dimaksud dengan bai’ al-istishna’ ? 4. Apa saja manfaat dan tujuan dari masing-masing transaksi? 5. Bagaimana aplikasinya dalam dunia perbankan syariah? 1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui jenis transaksi al-murabahah. 2. Untuk mengetahui jenis transaksi as-salam. 3. Untuk mengetahui jenis transaksi al-istishna’. 4. Untuk mengetahui manfaat dan tujuan dari masing-masing tramsaksi. 5. Untuk mengetahui penerapan aplikasinya dalam perbankan syariah. 1

Transcript of Bab 1-3

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar belakangSalah satu pembiayaan yang dikenal bank syariah adalah pembiayaan yang menggunakan akad jual beli. Bentuk akad jual beli yang telah dibahas oleh para ulama dalam fiqh muamalah islamiah terbilang sangat banyak. Jumlahnya mencapai puluhan bahkan ratusan. Dari sekian banyak, terdapat tiga jenis jual beli yang dikembangkan dalam pembiayaan modal kerja dan investasi di perbankan syariah, yaitu bai al-murabahah, bai as-salam, dan bai al-istishna. Masing-masing akad tersebut memiliki ciri khas yang berbeda-beda. 1.2 Rumusan Masalah1. Apa yang dimaksud dengan bai al-murabahah?2. Apa yang dimaksud dengan bai as-salam?3. Apa yang dimaksud dengan bai al-istishna?4. Apa saja manfaat dan tujuan dari masing-masing transaksi?5. Bagaimana aplikasinya dalam dunia perbankan syariah?

1.3 Tujuan1. Untuk mengetahui jenis transaksi al-murabahah.2. Untuk mengetahui jenis transaksi as-salam.3. Untuk mengetahui jenis transaksi al-istishna.4. Untuk mengetahui manfaat dan tujuan dari masing-masing tramsaksi.5. Untuk mengetahui penerapan aplikasinya dalam perbankan syariah.

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Bai al-Murabahah (Deffered Payment Sale)2.1.1 PengertianBai al-murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati.[footnoteRef:1] Pada transaksi bai al-murabahah, penjual harus memberi tahu harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya. Dalam aplikasi bank syariah, bank merupakan penjual atas objek barang sedangkan nasabah merupakan pembeli. Pembayaran atas transaksi al-murabahah dapat dilakukan dengan cara membayar sekaligus saat jatuh tempo atau mengangsur selama jangka waktu yang telah disepakati. [1: Muhammad SyafiI Antonio, Bank Syariah Dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani, 2001) hlm.101]

Bai al-murabahah dapat dilakukan untuk pembelian secara pemesanan dan dapat disebut sebagai murabahah kepada pemesan pembelian. Dalam kitab al-Umm, Imam Syafii menamai transaksi ini dengan istilah al-aamir bisy-syira.2.1.2 Landasan SyariahAl-Quran Surat Al-Baqarah ayat 275 : ......Artinya: Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba Al-HaditsDari Suhaib ar-Rumi r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda , Tiga hal yang di dalammnya terdapat keberkahan: jual beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual. (HR. Ibnu Majah)2.1.3 Rukun Bai al-Murabahah 1. Penjual (bai), yaitu pihak yang memiliki barang untuk dijual atau pihak yang ungin menjual barangnya.2. Pembeli (musytari), yaitu pihak yang membutuhkan dan ingin membeli barang dari penjual.3. Barang/objek (mabi), yaitu barang yang diperjualbelikan.4. Harga (tsaman), harga yang disepakati harus jelas jumlahnya dan jika dibayar secara hutang maka harus jelas waktu pengembaliannya.5. Ijab qabul (sighat), sebagai indikator saling ridha antara kedua pihak untuk melakukan transaksi.[footnoteRef:2] [2: http://caknenang.blogspot.com/2010/12/rukun-dan-syarat-aqad-murabahah-dan.html]

2.1.4 Syarat Bai al-Murabahah1. Penjual memberi tahu biaya modal kepada nasabah.2. Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang diterapkan.3. Kontrak harus bebas dari riba.4. Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang setelah pembelian.5. Penjual harus menyamapaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian.Bila produk tidak dimiliki oleh penjual, sistem yang digunakan adalah murabahah kepada pemesan pembelian (murabahah KPP). Hal ini disebut murabahah KPP karena si penjual semata-mata mengadakan barang untuk memenuhi kebutuhan si pembeli yang memesannya.2.1.5 Ketentuan Umum1. JaminanPada dasarnya, jaminan bukanlah satu rukun atau syarat yang mutlak dipenuhi dalam bai al-murabahah maupun dalam murabahah KPP. Jaminan dimaksudkan untuk menjaga agar si pemesan tidak main-main dengan pesanan. Penjual (penyedia pembiayaan/bank) dapat meminta si pemesan (pemohon/nasabah) suatu jaminan. 2. BangkrutJika pemesan yang berutang mengalami pailit dan dianggap gagal melunasi utangnya karena benar-benar tidak mampu secara ekonomi, kreditor harus menunda tagihan utang sampai ia sanggup membayar kembali. 3. Penundaan pembayaran oleh debitor yang mampuSeorang nasabah yang mampu melunasi utangnya, dilarang untuk menunda penyelesaian utangnya dalam al-murabahah ini. Jika seorang pemesan menunda penyelesaian utang tersebut, pembeli dapat mengambil tindakan mengambil jalan hukum untuk mendapatkan utang itu dan mengklaim rugi finansial yang terjadi akibat penundaan. 4. Barang yang boleh digunakan sebagai objek jual belia. Rumah.b. Kendaraan bermotor dan atau alat transportasi.c. Pembelian alat-alat industri.d. Pembelian pabrik, gudang, dan aset tetap lainnya.5. Jangka waktuJangka waktu pembiayaan murabahah dapat diberikan dalam jangka pendek, menengah, dan panjang. Sesuai dengan kemampuan pembayaran oleh nasabah dan jumlah pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah. Jangka waktu pembiayaan tidak dapat diubah oleh salah satu pihak. Bila terdapat perubahan jangka waktu, maka perubahan tersebut harus disetujui oleh bank syariah maupun nasabah.2.1.6 Aplikasi dalam Perbankan Syariah1. Pembiayaan murabahah merupakan jenis pembiayaan yang sering diaplikasikan dalam bank syariah, yang pada umumnya digunakan dalam transaksi jual beli barang investasi dan barang-barang yang diperlukan oleh individu.2. Jenis penggunaan pembiayaan murabahah lebih sesuai untuk pembayaran investasi dan konsumsi.3. Pembiayaan murabahah kurang cocok untuk pembiayaan modal kerja yang diberikan langsung dalam bentuk uang.[footnoteRef:3] [3: Drs. Ismail, MBA., Ak, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011) hlm. 140]

2.1.7 Manfaat Bai al-MurabahahTransaksi bai al-murabahah memiliki beberapa manfaat dan resiko yang harus diantisipasi. Bai al-murabahah memberi banyak manfaat terhadap bank syariah. Salah satunya adanya keuntungan yang muncul dari selisih harga beli dari penjual dengan harga jual kepada nasabah. Selain itu, sistem bai al-murabahah sangat sederhana sehingga memudahkan penanganan administrasinya di bank syariah. Selain manfaat terdapat resiko yang harus diantisipasi, diantaranya:1. Default atau kelalaian, nasabah sengaja tidak membayar angsuran.2. Fluktuasi harga komparatif, hal ini terjadi jika harag barang di pasar naik setelah bank membelikannya untuk nasabah.3. Penolakan nasabah, barang yang dikirim bias saja ditolak oleh nasabah karena berbagai sebab. Misalnya, barang tersebut dalam perjalanan sehingga nasabah menolaknya.4. Dijual, karena bai al-murabahah adalah jual beli dengan utang, maka ketika kontrak telah disepakati, barang tersebut telah menjadi milik nasabah. Nasabah bebas untuk melakukan apapun terhadap barang tersebut termasuk menjualnya. Hal yang demikian dapat mengakibatkan resiko default sangat besar.

2.2 Bai as-Salam (In-Front Payment Sale)2.2.1 PengertianSalam secara etimologi artinya pendahuluan. Bai as-salam adalah pembelian barang yang diserahkan di kemudian hari, sedangkan pembayaran dilakukan di muka.[footnoteRef:4] Barang pesanan harus jelas spesifikasinya. Spesifikasi barang pesanan telah disepakati oleh pembeli dan penjual di awal akad. Jika barang pesanan yang dikirim tidak sesuai dengan spesifikasi yang ada dalam akad, maka bank syariah dapat mengembalikannya kepada penjual. [4: Muhammad SyafiI Antonio, Bank Syariah Dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani, 2001) hlm. 108]

2.2.2 Landasan SyariahAl-Quran surat Al-baqarah ayat 282 ...Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya Al-HaditsIbnu Abbas meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW dating ke Madinah di mana penduduknya melakukan salaf (salam) dalam buah-buahan (untuk jangka waktu) satu, dua, dan tiga tahun. Beliau berkata: ( )Barangsiapa yang melakukan salaf (salam), hendaknya ia melakukan dengan takaran yang jelas dan timbangan yang jelas pula, untuk jangka waktu yang diketahui.2.2.3 Rukun dan Syarat Bai as-Salam 1. Muslam atau pembeliPembeli dalam akad salam paralel adalah bank dan pembeli akhir barang (nasabah). Bank sebagai pembeli saat akad, kemudian pada saat yang sama bank mencari pembeli yang akan membeli produk itu. Pembeli harus cakap hukum dan tidak boleh ingkar janji atas transaksi yang telah disepakati. 2. Muslam ilaih atau penjualPenjual merupakan pihak yang menyediakan barang. Penjual disyaratkan harus cakap hukum dan tidak boleh ingkar janji. 3. Harga Harga disepakati saat awal akad antara pembeli dan penjual, dan pembayarannya dilakukan saat awal kontrak.4. Muslam fiihi atau barangBarang yang akan diserahkan pada saat akhir kontrak oleh penjual harus sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan dalam akad. Barang tersebut bukan termasuk kategori barang yang dilarang (barang najis, haram, samar/tidak jelas) atau barang yang dapat menimbulkan kemudaratan.5. Ijab kabulIjab Kabul merupakan serah terima. Ijab Kabul ini biasanya telah dituliskan dalam formulir yang disiapkan bank syariah, sehingga dalam praktiknya bank dapat membacakan ijab kabul atau dengan menandatanganinya.[footnoteRef:5] [5: Drs. Ismail, MBA., Ak, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011) hlm. 154]

2.2.4 Ketentuan Umum1. Hasil ProduksiHasil produksi dari pertanian harus diketahui dengan jelas ciri-cirinya dan bersifat umum. Hasil produksi yang diterima oleh pihak bank harus sesuai dengan spesifikasi yang dijanjikan. Apabila terjadi kekeliruan atau cacat, maka produsen harus bertanggung jawab. 2. Jangka waktuJangka waktu salam adalah jangka pendek, yaitu paling lama satu tahun.2.2.5 Aplikasi dalam PerbankanBai as-salam biasanya digunakan pada pembiayaan bagi petani dengan jangka waktu yang relatif pendek, yaitub2-6 bulan. Karena yang dibeli pihak bank adalah padi, jagung, dan cabai. Selanjutnya bank melakukan transaksi bai as-salam kepada pembeli kedua, seperti bulog dan pedagang pasar induk. Inilah yang disebut dengan salam paralel dalam perbankan Islam.[footnoteRef:6] [6: Muhammad SyafiI Antonio, Bank Syariah Dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani, 2001) hlm. 111]

2.2.6 Tujuan Bai al-SalamPetani pada umumnya membutuhkan dana untuk modal awal dalam melaksanakan aktivitasnya. Pihak bank dapat memberikan dana pada para petani melalui transaksi bai al-salam. Dengan melakukan transaksi bai al-salam, maka petani dapat mengambil manfaat tersebut.

2.3 Bai al-Istishna (Purchase by Order or Manufacture)2.3.1 PengertianBai al-istishna adalah kontrak penjualan antara pembeli dengan pembuat barang.[footnoteRef:7] Dalam kontrak ini pembuat barang menerima pesanan dari pembeli. Selanjutnya pembuat barang berusaha melalui orang lain untuk membuat atau membeli barang menurut spesifikasi yang telah disepakati dan menjualnya kepada pembeli akhir. Bank syariah bertindak sebagai pihak penerima pesanan dan nasabah sebagai pemesan. [7: Ibid, hlm. 113]

Kedua belah pihak bersepakat atas harga dan sistem pembayaran. Mekanisme pembayaran al-istishna dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu:1. Pembayaran di muka, yaitu pembayaran dilakukan secara keseluruhan pada saat akad sebelum aset istishna diserahkan oleh bank syariah kepada pembeli akhir (nasabah).2. Pembayaran dilakukan saat penyerahan barang, yaitu pembayaran pada saat barang diterima oleh pembeli akhir. 3. Pembayaran ditangguhkan, yaitu pembayaran dilakukan setelah aset istishna diserahkan oleh pihak bank kepada pembeli akhir.

2.3.2 Landasan SyariahBai al-istishna merupakan lanjutan dari bai as-salam, sehingga secara umum landasan syariah yang berlaku pada bai as-salam juga berlaku pada bai al-istishna. Menurut mazhab Hanafi, bai al-istishna termasuk akad yang dilarang karena bertentangan dengan semangat bai secara qiyas. Mereka mendasarkan pada argumentasi bahwa pokok kontrak penjualan harus ada dan dimiliki oleh penjual, sedangkan pada bai al-istishna pokok kontrak itu beluam ada atau tidak dimiliki penjual. 2.3.3 Rukun al-Istishna1. Aqid (orang yang berakad), yaitu shani dan mustashni yang telah baligh dan mumayyiz.2. Maqud alaih (objek akad) berupa mashnu (menjelaskan jenis, bentuk, kadar sifat, kualitas, dan kuantitas) dan tsaman ( diketahui semua pihak, bias dibayar saat akad, dicicil/tangguh).3. Sighat (ijab qabul).[footnoteRef:8] [8: http://softweregratistanpanamagroup.blogspot.com/2012/04/konsep-istishna.html]

2.3.4 Ketentuan Umum1. Barang yang dipesanBarang yang dipesan merupakan fixed asset, seperti gedung, mesin, peralatan, alat transportasi, dan aset tetap lainnya. Barang yang telah disepakati tidak boleh berubah selama jangka waktu akad, kecuali disepakati oleh kedua belah pihak. Barang yang dipesan harus jelas karakteristiknya.2. Hargaa. Harga jual ditetapkan di awal perjanjian, tidak diturunkan atau dinaikkan karena adanya perubahan harga dan tenaga.b. Bila ada uang muka, maka uang muka akan mengurangi piutang istishna. Sehingga akan mengurangi jumlah angsuran.3. Jangka waktuJangka waktu sesuai dengan kemampuan nasabah dan policy masing-masing bank syariah.

2.3.5 Aplikasi dalam PerbankanPembiayaan istishna umumnya diterapkan pada pembiayaan untuk pembangunan proyek, seperti pembangunan proyek perumahan, komunikasi, listrik, gedung sekolah, pertambangan dan sarana jalan. Pembiayaan yang sesuai adalah pembiayaan investasi.2.3.6 Perbandingan Bai al-Istishna dengan Bai as-SalamSubjekSalamIstishnaAturan dan Keterangan

Pokok KontrakMuslam fiihMashnuBarang ditangguhkan dengan spefikasi

HargaDibayar saat kontrakBisa saat kontrak, bisa diangsur, bisa kemudian hariCara penyelesaian pembayaran merupakan perbedaan utama antara salam dan istishna

Sifat KontrakMeningkat secara asli (thabii)Mengikat secara ikutan (tabai)Salam mengikat semua pihak sejak semula, sedangkan istishna menjadi pengikat untuk melindungi produsen sehingga tidak ditinggalkan begitu saja oleh konsumen secara tidak bertanggung jawab

Kontrak ParalelSalam paralelIstishna paralelBaik salam paralel maupun istishna paralel sah, asalkan kedua kontrak secara hukum adalah terpisah

BAB IIIPENUTUP3.1 KesimpulanBai al-murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam akad murabahah, penjual menjual barang dagangannya dengan meminta kelebihan atas harga beli dengan harga jual. Pada bank syariah, pembiayaan murabahah lebih sesuai untuk pembayaran investasi dan konsumsi dan kurang cocok untuk pembiayaan modal kerja yang diberikan langsung dalam bentuk uang. Bai al-murabahah memberi banyak manfaat terhadap bank syariah. Bai as-salam adalah pembelian barang yang diserahkan di kemudian hari, sedangkan pembayaran dilakukan di muka. Bai as-salam biasanya digunakan pada pembiayaan bagi petani dengan jangka waktu yang relatif pendek. Dengan melakukan transaksi bai al-salam, maka petani dapat mendapatkan modal untuk melakukan aktivitasnya.Bai al-istishna adalah kontrak penjualan antara pembeli dengan pembuat barang. Mekanisme pembayaran al-istishna dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu pembayaran dilaksanakan di muka, dengan cara angsuran, dan ditangguhkan sampai jangka waktu pada masa yang akan datang. Barang yang dipesan merupakan fixed asset.

DAFTAR PUSTAKAAntonio, Muhammad Syafii. 2001. Bank Syariah Dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema InsaniIsmail. 2011. Perbankan Syariah. Jakarta: Kencana Prenada Media GroupGhofur, Abdul .2012. Konsep Istishna (diupload Kamis 5 April 2012, diunggah Kamis 20 Maret 2014)http://softweregratistanpanamagroup.blogspot.com/2012/04/konsep-istishna.htmlKurliah, Anisy. 2010. Rukun dan Syarat Aqad Murabahah dan Ijarah Muntahiya bi al-Tamlik (diupload Rabu 29 Desember 2010, diunggah Kamis 20 Maret 2014)http://caknenang.blogspot.com/2010/12/rukun-dan-syarat-aqad-murabahah-dan.html

1

11