BAB 1 - 3

86
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini ibu yang masih melakukan budaya pantangan makanan pada masa nifas jumlahnya sangat besar dengan alasan mengikuti adat budaya setempat anjuran keluarga kususnya anjuran dari orang tua. Pada dasarnya peran kebudayaan terhadap kesehatan masyarakat adalah dalam membentuk, mengatur mempengaruhi tindakan atau kegiatan individu- individu suatu kelompok sosial untuk memenuhi berbagai kebutuhan kesehatan. Ibu nifas hendaknya mengkonsumsi daging, sayur, buah-buahan dan jika ada susu untuk mempercepat proses pemulihan kondisi fisik dan memperlancar produksi ASI. Dalam masa nifas banyak yang terjadi bersifat karakteristik yang memberikan ciri ibu nifas melakukan perawatan khusus untuk memulihkan kondisi kesehatan tubuhnya 1

description

gsergsertgs

Transcript of BAB 1 - 3

BAB 1

PAGE 2

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini ibu yang masih melakukan budaya pantangan makanan pada masa nifas jumlahnya sangat besar dengan alasan mengikuti adat budaya setempat anjuran keluarga kususnya anjuran dari orang tua. Pada dasarnya peran kebudayaan terhadap kesehatan masyarakat adalah dalam membentuk, mengatur mempengaruhi tindakan atau kegiatan individu-individu suatu kelompok sosial untuk memenuhi berbagai kebutuhan kesehatan. Ibu nifas hendaknya mengkonsumsi daging, sayur, buah-buahan dan jika ada susu untuk mempercepat proses pemulihan kondisi fisik dan memperlancar produksi ASI. Dalam masa nifas banyak yang terjadi bersifat karakteristik yang memberikan ciri ibu nifas melakukan perawatan khusus untuk memulihkan kondisi kesehatan tubuhnya termasuk dengan perilaku makan pada ibu nifas untuk membantu proses penyembuhan (Tata, 2009: 2) Kebutuhan gizi seimbang, baik kualitas maupun kuantitasnya sangatlah penting bagi ibu pada masa nifas. Namun fenomena yang sering terjadi di masyarakat pedesaan adalah terhadap kuatnya pengaruh sosial budaya dan Fenomena inilah yang masih mempengaruhi kebiasaan masyarakat dalam hal memilih dan menyajikan makanan. Masyarakat masih mempercayai adanya pantanganan makanan, mereka menerima dan menolak jenis makanan tertentu (Tiran, 2006: 25).

Berdasarkan data tahun 2009 di Indonesia dengan total ibu nifas 5.067.000 orang dan 4.509.630 orang (89%) dari total ibu nifas yang ada mempunyai kebiasaan pantangan makanan pada masa nifas seperti tidak boleh makan ikan laut, telur, makan sayur, dan makan makanan yang pedas. Di Jawa timur tahun 2009 dengan total ibu nifas 21.043 orang didapatkan data 73% ibu nifas melakukan pantangan makanan dan 27% ibu nifas tidak melakukan pantangan makanan. Di Mojokerto tahun 2009 dengan total ibu nifas 872 orang didapat 68% ibu nifas melakukan pantangan makanan dan 32% ibu nifas tidak melakukan pantangan makanan Tingginya angka pantangan makanan yang dilakukan oleh ibu nifas ini menjadi penyebab terhadap lamanya penyembuhan luka akibat persalinan. Data ini menunjukkan bahwa pengetahuan ibu tentang kebutuhan gizi pada masa nifas atau menyusui kurang sesuai dengan kaedah pemenuhan gizi yang baik dan seimbang (Tata, 2009: 1). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 2 Januari 2011 di BPS Ny.Purwatiningsih Desa Wadung Kec.Pakisaji Kab. Malang diperoleh data Desember 2010 ada 10 Ibu nifas didapatkan 8 orang ibu nifas (80%) yang melakukan pantangan makanan seperti sayur sawi, bayam, ikan laut, daging, ayam, telur dan sebagainya. 2 orang ibu nifas (20%) tidak melakukan pantangan makanan.

Masih banyaknya ibu nifas yang melakukan pantangan makanan disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya: 1) faktor predisposisi yang meliputi: pengetahuan, hal ini dipengaruhi oleh pendidikan, pengalaman, pekerjaan, usia dan ekonomi, 2) faktor lingkungan yang meliputi: dukungan keluarga dan kebiasaan, serta 3) faktor petugas yang terdiri dari KIE dan perilaku atau perilaku petugas kesehatan yang kurang peka terhadap masalah sosial budaya pada ibu nifas. Faktor yang mempunyai pengaruh lebih besar pada pola sosial budaya ibu nifas adalah faktor predisposisi yaitu pengetahuan yang dipengaruhi oleh pendidikan, pengalaman, pekerjaan, usia, dan status ekonomi dari ibu sendiri (Paath, 2005: 1). Adapun dampak dari perilaku pantangan makanan pada ibu nifas adalah kekurangan zat gizi sehingga penyembuhan luka akan lebih lama sembuh bahkan bisa timbul infeksi. Apalagi pada ibu nifas tentu sangat membutuhkan makanan bergizi untuk memulihkan kondisi, mempercepat kesembuhan luka, dan proses laktasi (Zalilah, 2005: 2).

Untuk mengurangi tingginya angka budaya pantangan makanan pada masa nifas. Petugas kesehatan yang sangat berperan harus aktif untuk senantiasa memberikan bimbingan, arahan, yang berupa penyuluhan kesehatan kepada masyarakat. Misalnya diadakan dalam acara pertemuan rutin pengajian ibu-ibu, juga bisa dilakukan saat posyandu. Agar masalah terkaji dengan baik seharusnya melibatkan dokter spesialis dan tim petugas kesehatan lainnya setempat. Selain itu progaram dari Departemen kesehatan sendiri mencanangkan penyuluhan lewat program Di televisi dan siaran diradio. Memang tidak semua praktek / perilaku masyarakat yang pada awalnya bertujuan untuk menjaga kesehatan dirinya adalah merupakan praktek yang sesuai dengan ketentuan medis atau kesehatan. Adanya pantanganan makanan merupakan gejala yang hampir universal berkaitan dengan kesehatan yang dapat mempengaruhi unsur-unsur tubuh manusia. Dari permasalahan di atas peneliti ingin mengetahui lebih lanjut tentang pantangan Makanan pada masa nifas, maka peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Ibu Tentang Pantangan Makanan Pada Masa Nifas di BPS Ny.Purwatiningsih Desa Wadung Kec.Pakisaji Kab. Malang B. Batasan dan Rumusan Masalah1.Batasan Masalah

Pembatasan penelitian ini dibatasi pada hubungan pengetahuan C1 (tahu) dengan perilaku ibu tentang pantangan makanan pada masa nifas.2. Rumusan masalah

Apakah ada hubungan pengetahuan dengan perilaku ibu tentang pantangan makanan pada masa nifas di BPS Ny.Purwatiningsih Desa Wadung Kec.Pakisaji Kab. Malang ?C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan pengetahuan dengan perilaku ibu tentang pantangan makanan pada masa nifas di BPS Ny.Purwatiningsih Desa Wadung Kec.Pakisaji Kab. Malang .2. Tujuan Khususa. Mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang pantangan makanan pada masa nifas di BPS Ny.Purwatiningsih Desa Wadung Kec.Pakisaji Kab. Malangb. Mengidentifikasi perilaku ibu tentang pantangan makanan pada masa nifas di BPS Ny.Purwatiningsih Desa Wadung Kec.Pakisaji Kab. Malangc. Menganalisis hubungan pengetahuan dengan perilaku ibu tentang pantangan makanan pada masa nifas di BPS Ny.Purwatiningsih Desa Wadung Kec.Pakisaji Kab. MalangD. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktisa. Bagi Masyarakat Sebagai bahan untuk membuktikan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku ibu tentang pantangan makanan pada masa nifas, maka perlu untuk memberikan motivasi atau penyuluhan tentang pantangan makanan pada masa nifas atau bekerja sama dengan institusi lain. b. Bagi Tenaga Kesehatan Sebagai bahan bagi tenaga kesehatan lebih meningkatkan komunikasi edukasasi, dan motivasi pada ibu pasca nifas yang mengalami pantangan makanan pada masa nifas.

2. Manfaat Teoritis

a. Bagi PenelitiSebagai bahan untuk peneliti sendiri untuk memperoleh pangalaman dalam melakukan penelitian analitik hubungan antara pengetahuan dan perilaku ibu tentang pantangan makanan pada masa nifas.b. Bagi peneliti selanjutnya Sebagai bahan masukan didalam pelaksanaan penelitian atau pembuatan Karya Tulis Ilmiah di tahun tahun mendatang.

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Konsep Dasar Pengetahuan

a. Pengertian

Pengertian adalah informasi atau penjelasan yang diterima manusia mengenal sesuatu, pengetahuan ini dapat diperoleh melalui : kekukuhan, pendapa, tokoh otoritas, intuisi, rasionalisme, emprisisme dan metode ilmiah (Liche Seniati,2005:20).

Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telinga (Notoatmojo, 2003: 127).

Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan what, misalnya apa air, apa manusia, apa alam, dan sebagainya. Pengetahuan hanya bisa menjawab pertanyaan apa sesuatu itu (Notoatmodjo, 2005: 3).

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dibandingkan dengan yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi baru (ber baru), di dalam diri seseorang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :

1) Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus objek.

2) Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini perilaku subjek sudah mulai timbul.

3) Evalution (menimbang-nimbang) terhadap baik atau buruknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti perilaku responden sudah lebih baik lagi.

4) Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

5) Adaption, dimana subjek telah ber baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan perilakunya terhadap stimulus.

(Notoatmodjo, 2003: 128)

b. Tingkatan Pengatahuan

Pengetahuan tercakup dalam domain kognitif 6 tingkatan meliputi:

1) Tahu (Know)

Tahu di artikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di pelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap situasi yang sangat spesifik dari seluruh bahan yang di pelajari atau rangsangan yang telah di terima. Oleh sebab itu, ini adalah merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah.

2) Memahami (Comprehention)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham harus dapat menjelaskan, menyimpulkan, meramalkan terhadap objek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus makan makanan yang bergizi.

3) Aplikasi (Aplication)

Aplikasi adalah kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi nyata. Aplikasi dapat diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus-rumus, metode-metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.

4) Analisis (Analysis)

Suatu kemampuan menjabarkan materi atau kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat diteliti dari penggantian kata seperti dapat menggambarkan (menurut bagian), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

5) Sintesis (Syntesis)

Menunjukkan kepada suatu komponen untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam satu bentuk keseluruhan yang baru. Merupakan kemampuan menyusun, merencanakan, meringkaskan, menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang ada.

6) Evaluasi (Evaluation)

Berkaitan dengan kemampuan melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada misalnya : dapat membandingkan antara anak-anak yang cukup gizi dengan anak-anak yang kekurangan gizi, dapat menanggapi terjadinya wabah diare di suatu tempat, dapat menafsirkan sebab ibu-ibu tidak mau ikut KB dan sebagainya. (Notoatmojo, 2003: 128-130).c. Cara Memperoleh Pengetahuan

Pengetahuan sepanjang sejarah dapat dikelompokkan menjadi dua berdasarkan cara yang tetah digunakan untuk memperoleh kebenaran, yaitu :1) Cara kuno untuk memperoleh pengetahuana) Cara coba-coba salah (Trial dan Error)Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan dan bahkan mungkin sebelum adanya peradapan yang dilakukan dengan menggunakan kemungkinaan yang lain sampai masalah dapat dipecahkan.

b) Cara kekuasaan atau otoriter

Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama, pemegang pemerintahan. Prinsip ini adalah orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang yang punya otoriter.c) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapkan pada masa lalu.

d) Melalui jalan pikiran

Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikiran, baik melalui induksi maupun deduksi. Apabila proses pembuatan kesimpulan itu melalui pernyataan-pernyataan khusus kepada yang umum dinamakan induksi, sedangkan deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan umum kepada yang khusus. (Notoatmodjo, 2005 : 11-14)2) Cara modern dalam memperoleh pengetahuan

Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih populer disebut metodologi penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Franeuis Bacor (1561-1626) kemudian dikembangkan oleh Deobold van Dallien akhirnya lahir suatu cara penelitian yang dewasa ini kita kenal sebagai metodologi penelitian ilmiah. (Notoatmodjo 2005: 18)

d. Kriteria Pengetahuan

1) Pengatahuan Baik :Bila didapatkan hasil >752) Pengetahuam Cukup: Bila didapatkan hasil 60-753) Pengatahuan Kurang :Bila didapatkan hasil mean T (50) 2. Negatif : Jika skor T hasil perhitungan < mean T (50)

3. Konsep Dasar Nifas

a. Pengertian

Masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah kelahiran plasenta dan berahir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Abdul Bari, 2006 : 122)

b. Program Nasional Masa Nifas1) Kunjungan 1 ( 6-8 jam setelah persalinan

Tujuan :

a) Mencegah perdarahan masa nifas karena antonia uteri

b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila perdarahan berlanjut

c) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga

d) Pemberian ASI awal

e) Melaksanakan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir

f) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi

2) Kunjungan 2 ( 6 hari setelah persalinan

Tujuan :

a) Memastikan infolusi uterus berjalan, uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan

b) Menilai tanda-tanda deman, infeksi atau perdarahan abdomen

c) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat

d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit

e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi

3) Kunjungan 3 ( 2 minggu setelah persalinan

a) Memastikan infolusi uterus berjalan, uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan

b) Menilai tanda-tanda deman, infeksi atau perdarahan abdomen

c) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat

d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit

e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi 4) Kunjungan 4 ( 6 minggu setelah persalinan

Tujuan :

a) Penyulit ibu atau bayi yang dialami

b) Memberikan konseling untuk kontrasepsi secara dini

(Abdul Bari, 2006 : 122) c. Pembagian Masa NifasNifas dibagi dalam 3 periode :1) Puerperium dini, yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan. Dalam agama Islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.2) Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat genitalis yang lamanya 6 8 minggu.3) Remote puerperium, waktu yang diperlkan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi.(Sarwono, 2007:234)d. Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas1) Sistem Reproduksia) Uterus

Uterus secara berangsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil.(1) Bayi lahir fundus uteri setinggi pusat dengan berat uterus 1000 gr(2) Akhir kala III persalinan tinggi fundus uteri teraba 2 jari bawah pusat dengan berata uterus 750 gr.(3) Satu minggu post partum tinggi fundus uteri teraba pertengan pusat simpisis dengan berat uterus 500 gr(4) Dua minggu post partum tinggi fundus uteri tidak teraba diatas simpisis dengan berat uterus 350 gr(5) Enam minggu post partum fundus uteri bertambah kecil dengan berat uterus 50 grb) Lochia

Lochia adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina dalam masa nifas. Macam Lochia:(1) Lochia rubra (Cruenta ): berisi darah segar dan sisa selaput ketuban, sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dam mekonium, selama 2 hari post partum.(2) Lochia Sanguinolenta : berwarna kuning berisi darah dan lendir, hari 3 7 post partum.(3) Lochia serosa : berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7 - 14 post partum(4) Lochia alba : cairan putih, setelah 2 minggu (5) Lochia purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busukc) Serviks

Serviks mengalami involusi bersama dengan uterus. Setelah persalinan, ostium eksterna dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari tangan, setelah 6 minggu persalinan serviks menutup.d) Vulva dan Vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut,kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia manjadi lebih menonjol.e) Perineum

Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari ke-5, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur dari pada keadaan sebelum melahirkan.

f) Payudara

Perubahan pada payudara dapat meliputi :(1) Penurunan kadar progesteron secara tepat dengan peningkatan hormon prolaktin setelah persalinan.(2) Kolostrum sudah ada saat persalinan produksi ASI terjadi pada hari ke-2 atau hari ke-3 setelah persalinan.(3) Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulainya proses laktasi2) Sistem PerkemihanBuang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama kemungkinan terdapat spasme sfingter dan edema leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan.Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12 36 jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon estrogen yang bersifat menahan air akan memgalami penurunan yang mencolok. Keadaan ini menyebabkan diuresis. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6 minggu.

3) Sistem GastrointestinalKerapkali diperlukan waktu 3 4 hari sebelum faal usus kembali normal. Meskipun kadar progesteron menurun setelah melahirkan, namun asupan makanan juga mengalami penurunan selama satu atau dua hari, gerak tubuh berkurang dan usus bagian bawah sering kosong jika sebelum melahirkan diberikan enema. Rasa sakit didaerah perineum dapat menghalangi keinginan ke belakang.4) Sistem KardiovaskulerSetelah terjadi diuresis yang mencolok akibat penurunan kadar estrogen, volume darah kembali kepada keadaan tidak hamil. Jumlah sel darah merah dan hemoglobin kembali normal pada hari ke-5.Meskipun kadar estrogen mengalami penurunan yang sangat besar selama masa nifas, namun kadarnya masih tetap lebih tinggi daripada normal. Plasma darah tidak begitu mengandung cairan dan dengan demikian daya koagulasi meningkat. Pembekuan darah harus dicegah dengan penanganan yang cermat dan penekanan pada ambulasi dini.5) Sistem Endokrina) Kadar estrogen menurun 10% dalam waktu sekitar 3 jam post partum. Progesteron turun pada hari ke 3 post partum.b) Kadar prolaktin dalam darah berangsur hilang.6) Sistem muskuloskeletalAmbulasi pada umumnya dimulai 4 8 jam post partum. Ambulasi dini sangat membantu untuk mencegah komplikasi dan mempercepat proses involusi.7) Sistem integumena) Penurunan melanin umumnya setelah persalinan menyebabkan berkurangnya hiperpigmentasi kulitb) Perubahan pembuluh darah yang tampak pada kulit karena kehamilan dan akan menghilang pada saat estrogen menurun.(Varney, 2005: 326)

e. Perawatan Pasca Persalinan1) MobilisasiKarena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring kekanan dan kekiri untuk mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli. Pada hari ke-2 diperbolehkan duduk, hari ke 3 jalan-jalan, dan hari ke-4 atau 5 sudah diperbolehkan pulang. Mobilisasi diatas mempunyai variasi, bergantung pada komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka.2) DietMakanan harus bermutu, bergizi, dan cukup kalori. Sebaiknya makan makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayuran dan buah.3) MiksiHendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya. Kadang wanita mengalami sulit kencing, karena sfingter uretra ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi sfingter ani selama persalinan. Bila kandungan kemih penuh dan wanita sulit kencing, sebaiknya dilakukan kateterisasi.4) DefekasiBuang air besar harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila masih sulit buang air besar dan terjadi obstipasi apalagi berak keras dapat diberikan obat laksans per-oral atau per-rektal. Jika masih belum bisa dilakukan klisma.5) Perawatan payudara (mammae)Perawatan mammae telah dimulai sejak wanita hamil supaya putting susu lemas, tidak keras dan kering sebagai persiapan untuk menyusui bayinya. Bila bayi meninggal, laktasi harus dihentikan dengan cara :a) Pembalutan mammae sampai tertekan.b) Pemberian obat estrogen untuk supresi LH seperti tablet lynoral dan parlodelDianjurkan sekali supaya ibu menyusukan bayinya karena sangat baik untuk kesehatan bayinya.6) LaktasiUntuk menghadapi masa laktasi (menyusukan) sejak dari kehamilan telah terjadi perubahan-perubahan pada kelenjar mammae yaitu:a) Proliferasi jaringan pada kelenjar, alveoli dan jaringan lemak bertambah.b) Keluaran cairan susu jolong dari duktus laktiferus disebut colostrum, berwarna kuning putih susu.c) Hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam, dimana vena berdilatasi sehingga tampak jelas.d) Setelah persalinan, pengaruh supresi estrogen dan progesteron hilang. Maka timbul pengaruh hormon laktogenik (LH) atau prolaktin yang akan merangsang air susu. Disamping itu, pengaruh oksitosin menyebabkan mio-epitel kelenjar susu berkontraksi sehingga air susu keluar. Produksi akan banyak sesudah 2 - 3 hari pasca persalinan.

(Veralls, 2005:24)f. Adaptasi Psikologis Pada Masa Nifas1) Periode masa nifas merupakan waktu untuk terjadi stres, terutama ibu primipara.2) Fungsi yang mempengaruhi untuk sukses dan lancarnya masa transisi menjadi orang tua.3) Respon dan support dari keluarga dan teman dekat.4) Riwayat pengalaman hamil dan melahirkan yang lalu.5) Harapan/keinginan dan aspirasi ibu saat hamil dan melahirkan. 6) Periode ini diekspresikan oleh Reva Rubin yang terjadi 3 tahap yaitu :a) Taking In periodTerjadi pada hari 1 - 2 setelah persalinan, ibu masih pasif dan sangat tergantung, fokus perhatian terhadap tubuhnya, ibu lebih mengingat pengalaman melahirkan dan persalinan yang dialami, kebutuhan tidur meningkat, nafsu makan meningkat.b) Taking Hold PeriodBerlangsung 3 - 4 hari post partum, ibu lebih berkonsentrasi pada kemampuannya menerima tanggung jawab sepenuhnya terhadap perawatan bayi. Pada masa ini ibu menjadi sangat sensitif sehingga membutuhkan bimbingan dan dorongan perawat untuk mengatasi kritikan yang dialami ibu.c) Letting Go PeriodDialami setelah tiba dirumah secara penuh merupakan pengaturan bersama keluarga, ibu menerima tanggung jawab sebagai ibu dan ibu menyadari atau merasa kebutuhan bayi yang sangat tergantung dari kesehatan sebagai ibu.

(Veralls, 2005: 25)

4. Konsep Dasar Gizi pada Ibu Nifas

a. Pengertian

Gizi adalah suatu proses orgnisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi (Supariasa, 2002 : 17). b. Keadaan gizi

Keadaan akibat dari dari kesimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut, atau keadaan fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh. c. Status gizi

Eksperimen dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu. Contoh: gondok endemik merupakan keadaan tidak seimbangnya pemasukan dan pengeluaran yodium dalam tubuh.

d. Malnutrition

Keadaan patologis akibat kekurangan atau kelebihan secara relatif maupun absolut satu atau lebih zat gizi.

Ada empat malnutrisi:

1) Under nutrition: Kekurangan konsumsi pangan secara relatif maupun absolut6 untuk periode tertentu.

2) Spesific deficiciency: Kekurangan zat gizi tertentu, misalnya kekurangan vitamin A, yodium, FE dan lain-lain. 3) Over nutrition: Kelebihan konsumsi pangan untuk periode tertentu. 4) Imbalance: Karena disproporsi zat gizi, misalnya: kolesterol terjadi karena tidak seimbangnya LDL (Low Desinty Lipoprotein), HDL (High Desinty Lipoprotein) dan VLDL (Very Low Density Lipoprotein) (Supariasa, 2002 : 18)).e. Gizi Pada Ibu Nifas

Ketika seorang ibu baru saja melahirkan dan menyusui bayinya, ia akan perlu makan lebih banyak dari biasa untuk membantu tubuhnya agar cepat sembuh dan bisa menghasilkan air susu. Gizi bermutu tinggi serta kalori tambahan merupakan hal yang mutlak untuk menjamin produksi air susu yang cukup serta mempercepat penyembuhan.

Selain gizi yang baik, ibu yang sedang menyusui tersebut juga perlu meningkatkan jumlah cairan yang diminum. Dengan meminum susu atau meminum-minuman ber gizi lainnya, ia akan bisa memenuhi kebutuhannya sendiri akan cairan tambahan. Anda perlu mendorong agar ibu sedikitnya minum cairan tiap kali selesai memberi ASI. Cara yang baik untuk mengetahui apakah ia sudah cukup minum ialah apakah ia kencing sedikitnya enam kali sehari.

Garam adalah penting untuk kehidupan manusia. Semua orang memerlukan garam untuk bisa hidup sehat. Tentu saja, garam yang terlalu banyak tidak baik untuk siapapun. Doronglah ibu untuk mengkonsumsi garam seperlunya saja, tetapi jelaskan kepada mereka bahwa garam itu perlu. Jika mungkin, doronglah agar mereka memakan garam yang ber-iodium, terutama di wilayah-wilayah yang angka kekurangan iodiumnya sangat tinggi.

Ibu menyusui bisa memperoleh zat besi tambahan serta tablet asam folie, dan dengan jalan memastikan bahwa ia makan-makanan yang cukup dan seimbang. Makanan-makanan yang kaya akan sat besi meliputi makanan seperti daging, terutama hati dan jeroan ayam atau itik, aprikot, kismis, prem, telur, kacang polong kering, haricot, kacang tanah, kenari dan sayur-sayuran hijau (JHPIEGO, 2002: 50).

5. Konsep Dasar Pantangan Makanan pada Ibu Nifas

a. Pengertian

Tarak atau pantanganan makanan adalah anjuran yang tidak diperbolehkan dan biasanya berkaitan dengan proses pemulihan kondisi fisik misalnya, ada makanan tertentu yang sebaiknya dikonsumsi untuk memperbanyak produksi ASI, ada pula makanan tertentu yang dilarang karena dianggap dapat mempengaruhi kesehatan bayi (Iskandar, 2006: 1)Pantangan adalah suatu larangan untuk mengkonsumsi jenis makanan tertentu karena terdapat ancaman bahaya terhadap barang siapa yang melanggarnya, dalam ancaman bahaya ini terdapat kesan magis yaitu adanya kekuatan super power yang berbau mistik yang akan menghukum orang-orang yang melanggar pantangan tersebut. (Ahmad Jaeni : 2000) tampaknya berbagai pantanagn atau tabu yang bersangkutan dengan makanan pada mulanya dimaksud untuk melindungi kesehatan anak dan ibunya tetapi tujuan ini berakibat sebaliknya, yaitu merugikan kondisi gizi dan kesehatan. Timbulnya pantangan untuk menkonsumsi 2 atau lebih jenis makanan yang berbeda mungkin pula berdasarkan penggolongan makanan panas dan makanan dingin suatu makanan panas sebaiknya tidak dikonsumsi bersamaan dengan makanan lain yang termasuk makanan dingin karena akan mengencangkan keseimbangan faktor panas dan dingin. Pantangan makanan yang berdasarkan pendapat penggolongan panas dingin ini terutama dikenakan pada para penderita sakit atau kepada para ibu yang hamil dan menyusukan. b. Jenis pantangan makanan

1) Menyebabkan bayi mengalami diare

2) Efek terjadinya aroma tertentu pada ASI belum diketahui dengan pasti, tetapi rempah-rempah dan makanan yang beraroma kuat (bawang putih) dapat mempengaruhi aroma ASI.

3) Membatasi konsumsi makanan pedas dan asam untuk menghindari diare

4) Ibu harus makan lebih banyak karena untuk memenuhi nutrisi bayi

5) Hanya boleh makan lalapan pucuk daun tertentu, nasi, sambel oncom dan kunyit bakar. Kunyit bakar sangat dianjurkan agar alat reproduksi cepat kembali pulih dan sepet.

6) Pantangan sekali makan telur, daging-dagingan dan susu. Alasannya: nanti alat reproduksi dan air susunya anyir.

7) Hindari makan makanan yang berserat seperti agar-agar, sayur dan buah karena makanan berserat hanya akan memperpanjang masa diare. Makanan berserat hanya baik untuk penderita susah buang air besar. 8) Hindari makanan jemek:9) Golongan makanan yang harus dijauhi adalah pepaya, durian, pisang, dan terung. Karena konon ragam makanan tadi bisa dikhawatirkan bikin jemek atau terasa basah organ vital kaum perempuan.

10) Pantangan makanan yang bersantan dan pedas karena pencernaannya bakal terganggu yang bisa berpengaruh pada bayinya.

11) Dilarang makan yang berbau amis karena dikhawatirkan bisa menyebabkan bau anyir pada ASI yang membuat bayi muntah saat disusui. Selain itu juga, proses penyembuhan luka-luka di jalan lahir akan lebih lambat.

12) Wanita hamil yang setelah melahirkan dilarang makan telur, daging, udang, ikan laut dan lele, keong, daun lembayung, buah pare, nenas, gula merah, dan makanan yang digoreng pakai minyak.

13) Setelah melahirkan atau setelah operasi hanya boleh makan tahu dan tempe tanpa garam, dilarang bayak makan dan minum, makanan harus dibakar.

14) Ibu nifas / yang menyusui setelah waktu Maghrib harus puasa. Hal ini tidak perlu karena ibu yang menyusui memerlukan makan yang cukup agar ASI dapat keluar dengan lancar

15) Ibu nifas minum abu dari dapur dicampur air, disaring, dicampur garam dan asam diminumkansupaya ASI banyak.

16) Hal ini tidak benar karena abu, garam dan asam tidak mengandung zat gizi yang diperlukan oleh ibu menyusui untuk memperbanyak produksi ASI nya (Wibowo, 2006: 1-3). c. Pola Makan yang sehat selama masa nifas

Petunjuk pola makan yang sehat adalah makanan yang dikonsumsi memiliki jumlah kalori dan zat gizi yang sesuai dengan kebutuhan seperti karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, serat dan air. Selain itu, pola makan harus diatur secara rasional, yaitu 3 kali sehari (pagi,siang dan malam). Selain makanan utama ibu nifas harus mengkonsumsi cemilan dan jus buah-buahan sebagai makanan selingan (Krisnatuti, 2005: 1).

Ibu nifas hendaknya mengusahakan mengkonsumsi daging khususnya daging sapi agar penurunan berat badan berjalan lebih cepat. Dan produksi ASI tetap lancar, karena daging sapi memiliki banyak serat yag dapat memperlancar buang air besar. Sehingga tanpa diet ibu tetap memiliki badan yang ideal. Selain itu sayur dan buah pun juga mengandung banyak serat yang dapat memperlancar air besar pula (Iping, 2005: 1).

Oleh karena itu, pola makan dengan menu seimbang sangat dianjurkan yang mana menu seimbang terdiri dari jumlah kalori serta zat gizi yang sesuai dengan kebutuhan seperti karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, serat dan air. Sebagai contoh makanan yang terdiri dari nasi, ikan, sayur bayam, apel dan susu. Sedangkan jenis makanan yang sebaiknya dihindari oleh ibu nifas diantaranya adalah makanan yang mengandung zat aditif atau bahan pengawet makanan yang berkalori tinggi, daging atau makanan yang tidak diolah dengan sempurna serta makanan yang merangsang seperti makanan pedas (Krisnatuti, 2005: 1). d. Perilaku Makan pada ibu nifas

Perilaku makan ibu nifas secara kualitatif dapat diketahui dari frekuensi, jenis, dan porsi makan ibu selama menyusui bayinya. Frekuensi makan ibu nifas yang dianjurkan yaitu makan 3 kali sehari (pagi, siang dan malam) dan sesuai dengan porsinya. Sedangkan jenis makanan yang dianjurkan adalah semua makanan yang mengandung semua unsur utama dalam tubuh terutama karbohidrat, protein, dan lemak yang mana dikonsumsi secara seimbang dan tidak berlebihan dengan porsi makan 2 kali porsi makan waktu hamil. Ibu menyusui diwajibkan menambah konsumsi protein hewani hingga 1,5 kali dengan jumlah normal (Krisnatuti, 2005: 2).e. Alasan budaya tarak di masyarakat

Adanya pantanganan makanan merupakan gejala yang hampir universal berkaitan dengan konsepsi "panas-dingin" yang dapat mempengaruhi keseimbangan unsur-unsur dalam tubuh manusia, tanah, udara, api dan air. Apabila unsur-unsur di dalam tubuh terlalu panas atau terlau dingin maka akan menimbulkan penyakit. Untuk mengembalikan keseimbangan unsur-unsur tersebut maka seseorang harus mengkonsumsi makanan atau menjalani pengobatan yang bersifat lebih "dingin" atau sebaliknya. Pada, beberapa suku bangsa, ibu yang sedang menyusui kondisi tubuhnya dipandang dalam keadaan "dingin" sehingga ia harus memakan makanan yang "panas" dan menghindari makanan yang "dingin". Hal sebaliknya harus dilakukan oleh ibu yang sedang hamil (Reddy, 2005: 1).

Pada dasarnya, peran kebudayaan terhadap kesehatan masyarakat adalah dalam membentuk, mengatur dan mempengaruhi tindakan atau kegiatan individu-individu suatu kelompok sosial untuk memenuhi berbagai kebutuhan kesehatan. Memang tidak semua praktek/perilaku masyarakat yang pada awalnya bertujuan untuk menjaga kesehatan dirinya adalah merupakan praktek yang sesuai dengan ketentuan medis/kesehatan (Fatma, 2005: 2).B. Kerangka Konseptual

Keterangan:

: Diteliti

: Tidak diteliti

Sumber : Modifikasi (Notoadmodjo, 2003),(Arikunto,2006), (Abdul Bari,2006), (Azwar, 2007) Skema 2.1Kerangka Konseptual hubungan pengetahuan dengan perilaku ibu tentang pantangan makanan pada masa nifas di Polindes Ny. Amirul Cholifah Sumberwono Bangsal Mojokerto.

Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu; umur, pendidikan, lingkungan, pekerjaan, sosial ekonomi, informasi, pengalaman. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku yaitu; pengetahuan, kepercayaan, sikap, orang penting sebagai referense, daya sumber, (resources) dan kebudayaan. Faktor tersebut tidak diteliti yang hanya diteliti adalah pengaruh pengetahuan dan perilaku ibu nifas tentang pantang makanan pada masa nifas pada pengetahuan C1 (tahu). BAB 3

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancang Bangun Penelitian

Peneliti menggunakan metode analitik karena bertujuan menganalisa, menjelaskan suatu hubugan, menguji berdasarkan teori yang ada dan menggunakan pendekatan cross sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran atau observasi data variabel independen dan dependen dinilai secara simultan pada suatu saat itu dan tidak ada tindakan lanjut (Nursalam, 2008: 83). B. Kerangka Kerja (Frame Work)

Skema 3.1 Kerangka Kerja Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Ibu tentang Pantangan Makanan pada Masa Nifas di Polindes Ny. Amirul Cholifah Sumberwono Bangsal Mojokerto.C. Hipotesis Penelitian H1: Ada hubungan pengetahuan dengan perilaku ibu tentang pantangan makanan pada masa nifas di Polindes Ny. Amirul Cholifah Sumberwono Bangsal Mojokerto D. Variabel dan Definisi Operasional

1. Identifikasi Variabel

Variabel adalah perilaku karakteristik, yaitu memberikan nilai beda terhadap sesuatu (Nursalam, 2003: 101). a. Variabel Independent (Variabel Bebas)

Variabel independent dalam penelitian ini adalah pengetahuan ibu tentang pantangan makanan pada masa nifas.b. Variabel Dependent (Variabel Terikat)

Variabel dependent dalam penelitian ini adalah perilaku ibu tentang pantangan makanan pada masa nifas.

2. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku Ibu tentang Pantangan Makanan Pada Masa Nifas di Polindes Ny. Amirul Cholifah Sumberwono Bangsal Mojokerto

VariabelDefinisi OperasionalKriteriaSkala

Variabel independent : pengetahuan ibu tentang pantangan makanan pada masa nifas

Segala sesuatu yang diketahui oleh ibu tentang pantangan makanan dengan menggunakan kuesioner meliputi:

1. Pengertian pantangan makanan 2. Jenis pantangan makanan

3. Pola makan

4. Perilaku makan

5. Alasan budaya tarak (Iskandar, 2006: 1)

1. Baik :

>752. Cukup :

60-753. Kurang :

mean T (50)

: Jika skor T hasil perhitungan ( mean T (50)2. Negatif : Jika skor T hasil perhitungan < mean T (50)

( Azwar, 2007)

Nominal

E. PopulasiPopulasi penelitian ini adalah seluruh ibu nifas di Polindes Ny. Amirul Cholifah Sumberwono Bangsal Mojokerto pada bulan Juni berjumlah 35 orang. F. Sampel dan Sampling Pada penelitian ini, sampelnya adalah sebagian ibu nifas di Polindes Ny. Amirul Cholifah Sumberwono Bangsal Mojokerto pada bulan Juni tahun 2010 sebanyak 30 orang. 1. Sampling Pengambilan sampling dalam penelitian ini adalah non probability sampling yaitu bahwa setiap subjek dalam populasi mempunyai kesempatan untuk terpilih dan tidak terpilih sebagai sampel. Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Acidental sampling. Sampling yang dipilih harus memnuhi kriteria sampel yang ditetapkan sebagai berikut: a. Inklusi

1) Ibu nifas yang periksa

2) Ibu nifas yang bersedia diteliti

b. Eksklusi

1) Ibu nifas kontrol 2) Ibu nifas yang tidak berada ditempat pada saat pengambilan data

G. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Polindes Ny. Amirul Cholifah Sumberwono Bangsal Mojokerto. 2. Waktu Penelitian

Waktu dalam penelitian ini dilaksanakan pada 2 Juni 2 Juli 2010.

H. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah pengisian kuesioner pada responden.2. InstrumenInstrumen yang digunakan adalah kuesioner. Kuesioner berisi 20 soal tertutup tentang pengetahuan dan 10 soal tertutup tentang perilaku yang disusun sendiri oleh peneliti serta diuji validitas dan reabilitas.

I. Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas

Uji validitas instrumen / kuesioner dilakukan pada responden dan hasilnya dihitung pada = 0,05 dengan menggunakan rumus person product momen: Keterangan :

Rhitung:Koefisien korelasi

x

:Jumlah skor item

y

:Jumlah skor total item

n

:Jumlah responden Kemudian menghitung nilai uji T dengan rumus:

Keterangan :

t : Nilai t hitung

r:Koefisien korelasi hasil r hitung n: Jumlah responden, (n-2 = dk, derajat kebebasan)

Jika thit > ttabel berarti instrumen valid demikian sebaliknya jika thit > ttabel < berarti instrumen tidak valid yang tentunya tidak dapat digunakan dan dapat diperbaiki / dihilangkan. (Alimul Aziz, 2007 : 106).

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas data diukur dengan teknik belah dua atau rumus Sperman Brown :

Keterangan :

r11 :Koefisien reabilitas seluruh item

rb :Koefisien product moment antar belahan

Analisis keputusan apabila r11 > r tabel berarti reliabel dan apababila r11 < r11 tabel tidak reliabel yang dihitung pada derajat kebebasan dk = n-z dan = 0,05

(Alimul Azis, 2007 : 113-114).

J. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

1. Tekhnik pengolahan data

Setelah data terkumpul, maka dilakukan pengolahan data melalui tahapan Editing, Coding, Scoring, dan Tabulating.a. Editing

Suatu kegiatan yang bertujuan untuk meneliti kembali apakah isian pada lembar pada pengumpulan data (kuesioner) sudah cukup baik sebagai upaya menjaga kualitas data agar dapat diproses lebih lanjut (Nasir, 2005:352). Pada saat melakukan penelitian, apabila ada soal pada kuesioner yang belum diisi maka kuesioner dikembalikan kembali kepada responden untuk mengisi kuesioner. b. Coding

Dalam penelitian ini kode untuk masing-masing variabel diuraikan sebagai berikut:

Pengetahuan :Baik

:1

Cukup

:2

Kurang

:3

Perilaku :Positif

: 1

Negatf

:2

c. Scoring

Dalam penelitian ini skor untuk masing-masing variabel diuraikan sebagai berikut:

Pengetahuan :Jika jawaban benar skor

:1

Jika jawaban salah skor

:0

Perilaku :Prilaku positif

: Jika skor T hasil perhitungan > mean T (50)Perilaku Negatif

: Jika skor T hasil perhitungan < mean T (50)

d. Tabulating

Hal ini dilakukan dengan menyusun data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi agar lebih mudah dalam melakukan pemeriksaan dan pengolahan data. Pada proses tabulating, masing-masing variebel dari skor tersebut di hitung rumus :Keterangan :

p : Persentase

f : Skor yang didapat

N: Skor maksimal

(Nursalam,2003:124)

2. Analisis data

a. Analisis Univariat

1) Pengetahuan ibu tentang pantangan makanan pada masa nifas

Setiap pertanyaan yang dijawab oleh responden jika benar mendapatkan nilai 1 dan jika salah mendapatkan nilai nol.

Kemudian hasilnya dimasukkan dalam kriteria standar penilaian meliputi :

a) Pengatahuan Baik :Bila didapatkan hasil >75b) Pengetahuam Cukup: Bila didapatkan hasil 60-75c) Pengatahuan Kurang :Bila didapatkan hasil < 60 (Arikunto, 2006: 344).2) Perilaku ibu tentang pantangan makanan pada masa nifas

Dari hasil penelitian kuesioner untuk pernyataan dengan empat macam kategori jawaban menggunakan ketetapan skor sebagai berikut:

Perilaku positif Sangat Tidak Setuju :1

Tidak Setuju

:2

Setuju

:3

Sangat setuju

:4Perilaku negatif Sangat Tidak Setuju :4

Tidak Setuju

:3

Setuju

:2

Sangat setuju

:1

Salah satu skor standart yang biasanya digunakan skala model likert adalah skor -T. Kemudian hasil dikorelasikan dengan rumus:

Keterangan :

T:Tingkat responden

x:Skor responden pada skala yang hendak dirubah menjadi skor T

:nilai rata-rata

SD:Simpang baku kelompok

(Azwar, 2007: 140)b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi. Dalam analisis ini dapat dilakukan uji statistik chi-square (x) (Notoatmodjo, 2005: 188).

Data yang didapatkan dari hasil kuesioner berupa data yang kasar atau mentah, diolah dengan tahap-tahap sebagai berikut:

1) Mengelompokkan data

2) Memberikan nomor urut

3) Memberi koding

4) Diberi master tabel

5) Kemudian master tabel univariat dibagi menjadi dua yaitu:

a) Tabel frekuensi

b) Tabel silang

Hasil tabulasi chi-square, seperti dibawah ini.

Keterangan

i: Kolom

j:Baris

Oij: Frekuensi pengamatan atau observasi dari baris ke-i pada kolom j

Eij: Frekuensi yang diharapkan dari baris ke-i pada kolom jK. Etika Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengajukan permohonan kepada institusi Prodi D-3 Kebidanan Mojopahit Mojokerto untuk mendapatkan persetujuan. Setelah itu baru melakukan penelitian pada responden dengan menekankan pada masalah etika yang meliputi :1.Informed Consent (Lembar persetujuan)

Informed Consent diberikan sebelum penelitian dilakukan pada subjek penelitian. Subjek diberi tahu tentang maksud dan tujuan penelitian. Jika subjek bersedia responden menandatangani lembar persetujuan.

2.Anonimity (Tanpa nama)

Responden tidak perlu mencantumkan namanya pada lembar pengumpulan data. Cukup menulis nomor responden atau inisial saja untuk menjamin kerahasiaan identitas.3.Confidentiality (Kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi yang diperoleh dari responden akan dijamin kerahasiaan oleh peneliti. Penyajian data atau hasil penelitian hanya ditampilkan pada forum Akademis.

L. Keterbatasan Penulisan 1. Belum dilakukan uji validitas dan reabilitas

2. Sulit menemukan responden dikarenakan dilakukan secara door to door sehinga harus mencari data dahulu. DAFTAR PUSTAKA

Abdul, Bari.S.2006. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta:YPOLINDESP

Alimul.2007. Metode Penelitian Kebidanan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Arikunto, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.. Jakarta : PT. Asdi Mahasatya. Azwar, 2007, Perilaku Manusia, Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset.

Budiarto. 2005. Biostatistika. Jakarta : EGC

Fatma.2005. Budaya Pantangan Makanan Setelah Kelahiran.http://www.info-kia.com.id diakses pada tanggal 4 Januari 2009

Hidayat.2007. Metode Penelitian Keperawatan. Jakarta : PT.Rineka Cipta. Iping . 2005. Pengetahuan Ibu nifas tentang gizi http://kuliahbidan.wordpress.com /2010/01/14/ diakses tanggal 4 April 2010. Iskandar.2006. Tarak Selama Nifas.http://www.info-online.com.id diakses pada tanggal 4 April 2010. Iskandar. 2006. Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan. http://www.info-online.com.id diakses pada tanggal 10 Januari 2009

Jaeni, Ahmad .2000. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Propinsi di Indonesia. Jakarta : PT. Dian Rakyat.Kardinan.2008. Tingginya Angka Kematian di dunia.http://www.nakita.com.id diakses pada tanggal 14 Januari 2010.Nazir. 2005. Metode Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Notoatmodjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Notoatmodjo. 2007. Pendidikan dan Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Nursalam, 2008. Konsep Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Paath.2005. Risiko Tinggi Kehamilan. http://www.info- wikipedia.com. diakses tanggal 15 April 2015.

Sapariasa, dkk. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGCSarwono. 2007. Ilmu kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono PrawirohardjoSeniati Liches, dkk 2005. Psikologi Eksperimen, PT Indeks Gramedia. JakartaSugiyono. 2007. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : ALFABETA.

Sunaryo,M.Kes. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC

Tata.2008. Pantangan Makanan Pada Masa Nifas.http://www.nakita.com.id diakses pada tanggal 14 Januari 2010.Tiran. 2006. Kehamilan dan Permasalahannya. Jakarta : EGC.

Varney, Hellen. 2005. Ilmu Kebidanan. Bandung : SEKELOA PUBLISHER.

Veralls, Sylvia. 2004. Anatomi Fisiologi Terapan Dalam Kebidanan. Jakarta : EGC.

Zalilah.2005. Tarak Pada Masa Nifas.http://www.jambi-online.com.id diakses pada tanggal 4 April 2010. EMBED Equation.3

EMBED Equation.3

EMBED Equation.3

EMBED Equation.3

EMBED Equation.3

EMBED Equation.3

EMBED Equation.3

Variable Dependen

Perilaku ibu tentang pantang makanan pada masa nifas

Variable Independen

Pengetahuan ibu tentang pantang

makanan pada masa nifas

1. Positif :

Jika skor T hasil perhitungan > mean T (50): Jika skor T hasil perhitungan ( mean T (50)

2. Negatif :

Jika skor T hasil perhitungan < mean T (50)

Baik >75

Cukup 60-75

Kurang