Bab 1 (1)

24
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kinerja Institusi dan pegawai merupakan dua hal yang saling membutuhkan. Jika pegawai berhasil membawa kemajuan bagi institusi, keuntungan yang diperoleh akan dipetik oleh kedua belah pihak. Bagi pegawai keberhasilan merupakan aktualisasi potensi diri sekaligus peluang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sedangkan bagi kantor keberhasilan merupakan sarana menuju pertumbuhan dan perkembangan kantor. Dengan adanya modernisasi kantor pajak membuat permasalahan – permasalahan baru yang semula belum terungkap muncul kepermukaan. Para pegawai senantiasa gelisah untuk berpindah dari tempat yang semula telah nyaman ke situasi yang penuh dengan kompetensi. Keresahan pegawai ini bermuara kepada kinerja kantor yang tidak memuaskan. Kasus yang menyeret aparatur pajak dalam beberapa tahun terakhir telah menimbulkan skeptisisme masyarakat mengenai kepercayaan terhadap KPP. Seperti yang

description

io989o89

Transcript of Bab 1 (1)

Page 1: Bab 1 (1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Kinerja Institusi dan pegawai merupakan dua hal yang saling

membutuhkan. Jika pegawai berhasil membawa kemajuan bagi institusi,

keuntungan yang diperoleh akan dipetik oleh kedua belah pihak. Bagi pegawai

keberhasilan merupakan aktualisasi potensi diri sekaligus peluang untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya, sedangkan bagi kantor keberhasilan merupakan

sarana menuju pertumbuhan dan perkembangan kantor. Dengan adanya

modernisasi kantor pajak membuat permasalahan – permasalahan baru yang

semula belum terungkap muncul kepermukaan. Para pegawai senantiasa gelisah

untuk berpindah dari tempat yang semula telah nyaman ke situasi yang penuh

dengan kompetensi. Keresahan pegawai ini bermuara kepada kinerja kantor yang

tidak memuaskan.

Kasus yang menyeret aparatur pajak dalam beberapa tahun terakhir telah

menimbulkan skeptisisme masyarakat mengenai kepercayaan terhadap KPP.

Seperti yang diberitakan mengenai tertangkapnya kepala KPP Pratama Bogor,

Anggrah Suryo, yang tertanggkap tangan oleh petugas KPK menerima uang yang

diduga suap dari wajib pajak digiring di kantor KPK, Jakarta yang menyatakan,

tersangka Endang Dyah, PT.Gunung Emas Abadi yang diduga memberikan suap

ke Kepala Kantor pelayanan Pajak Bogor, dan seperti pemberitaan kasus Tommy

diangkat oleh the Jakarta Post yang mengenai rencana pelaporan gratifikasi dan

1

Page 2: Bab 1 (1)

2

perlindungan LPSK oleh Tommy yang dikaitkan dengan surat edaran Dirjen pajak

SE -109/PJ/2010 tentang penanganan dini terhadap PNS dilingkungan yang terkait

dengan Proses pemeriksaan perkara dana dan/atau diduga melakukan pelanggaan

displin.(www.suara karya.com)

Permasalahan menurunnya kinerja pegawai yang dihadapi kantor

sebenarnya merupakan permasalahan klasik yang selalu up to date untuk

didiskusikan. Penilaian kinerja pegawai sebagai pelaku dalam organisasi dengan

membuat ukuran kinerja yang sesuai dengan tujuan organisasi. Standar penilaian

kinerja suatu organisasi harus dapat diproyeksikan kedalam standar kinerja para

pegawai sesuai dengan unit kerjanya. Evaluasi kinerja harus dilakukan secara

terus menerus agar tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif dan efisien.

Kantor Pelayanan Pajak tidak terlepas dari kondisi-kondisi tersebut, karena

kantor atau organisasi perlu memperbaiki kinerja pegawai. Kantor perlu

mengembangkan model kompetensi dan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

pegawai sehingga dapat dijadikan dasar pengembangan Sumber Daya Manusia.

Menurut Dody Radityo, Pegawai Direktorat Jenderal Pajak, Sejak awal

Juni lalu, lebih dari 300 unit kerja vertikal di bawah Direktorat Jenderal Pajak

(DJP) melaksanakan kegiatan Values gathering yang bertujuan menyebarluaskan

upaya dan komitmen DJP untuk mencapai target penerimaan pajak dengan

integritas dan tidak melakukan korupsi. Hampir bersamaan dengan kegiatan

tersebut, media massa sejak 6 Juni 2012 ramai memberitakan penangkapan

pegawai DJP, Tommy Hindratno, dalam kasus suap pajak yang ditengarai

melibatkan PT Bhakti Investama, Tbk. Values gathering tersebut dilaksanakan

Page 3: Bab 1 (1)

3

untuk mengkomunikasikan kepada masyarakat luas, upaya-upaya dan pencapaian

DJP dalam menegakkan reformasi birokrasi.

Capaian yang hendak ditunjukkan DJP salah satunya adalah keberhasilan

menurunkan indeks suap. Hasil survei Transparency International Indonesia yang

dijadikan rujukan menyebutkan DJP menempati peringkat 12 dari 15 institusi

publik, turun dari 23% pada 2006 menjadi 14% pada tahun 2008. Sekali lagi, pada

saat hampir bersamaan, lembaga riset independen Soegeng Sarjadi Syndicate

mempublikasikan hasil survei yang menunjukkan DJP merupakan lembaga

terkorup ke dua (21,4%), hanya kalah dari DPR. Hasil survei tersebut mungkin

“menguntungkan” DJP mengingat survei dilaksanakan 14-24 Mei 2012, sebelum

kasus suap Tommy Hindratno terungkap.

Citra baik DJP yang mulai terbentuk melalui upaya keras melakukan

perbaikan, kembali menggelinding ke titik terendah ketika terungkap kasus

korupsi yang melibatkan pegawai DJP. Hal tersebut terjadi sejak kasus yang

melibatkan Gayus Tambunan dan terus berulang seiring terungkapnya kasus

Bahasyim Assifie, Dhana Widyatmika, hingga terakhir menimpa Tommy

Hindratno. Pola yang berulang terus menerus tersebut berimplikasi pada semakin

susahnya mendorong kembali batu karang ke puncak gunung ketika kasus kembali

terjadi.

Kasus yang terjadi berkali-kali menimbulkan beban mental yang semakin

berat bagi pegawai DJP untuk bangkit kembali. Label koruptor dilekatkan kepada

pegawai DJP, dan bahkan kantor pusat DJP oleh sebagian masyarakat disebut

sebagai “kantor Gayus”. Untuk itu, beberapa waktu terakhir DJP melaksanakan

Page 4: Bab 1 (1)

4

program penguatan mental sebagai upaya memelihara semangat dan menghindari

demotivasi pegawai DJP yang dapat berdampak pada pencapaian target

penerimaan negara.

Pemberitaan yang disebutkan dimedia mengenai kasus dugaan korupsi

petugas pajak, menurut Lury Sofyan, pegawai Direktorat Jenderal Pajak (DJP),

banyak pihak yang mempertanyakan keberhasilan reformasi di DJP dan terbentuk

persepsi masyarakat akan citra buruk DJP, namun permasalahan yang harus

dijawab bukan hanya bagaimana memunculkan semangat pegawai DJP untuk

mendorong kembali batu ke puncak gunung, tetapi juga memulihkan kepercayaan

masyarakat kepada institusi DJP. Ketidakpercayaan masyarakat (yang juga wajib

pajak) dapat menimbulkan keengganan dalam membayar pajak. Berbagai kasus

yang melibatkan pegawai DJP dapat menyebabkan masyarakat menilai bahwa

institusi DJP merupakan institusi yang korupsi dan tidak serius melakukan

reformasi. (www.pajak.go.id)

Direktorat Jenderal Pajak (DJP) sebagai salah satu institusi pemerintah di

bawah Departemen Keuangan yang mengemban tugas untuk mengamankan

penerimaan pajak Negara dituntut untuk selalu dapat memenuhi pencapaian target

penerimaan pajak senantiasa meningkat dari tahun ke tahun di tengah tantangan

perubahan yang terjadi dalam kehidupan sosial maupun ekonomi di masyarakat.

Sistem modernisasi administrasi perpajakan dilakukan karena penerimaan pajak

pada awal reformasi perpajakan (tahun 1983), peneriman negara masih dibawah

20% setiap tahunnya, hal tersebut dapat dilihat melalui APBN. Tetapi dengan

adanya modernisasi perpajakan penerimaan negara meningkat secara signifikan

Page 5: Bab 1 (1)

5

dan dari 20% menjadi 75% setiap tahunnya walaupun hal tersebut masih jauh dari

apa yang sudah dianggarkan oleh negara melalui APBN. (Liberti Pandiangan,

2007:18).

Modernisasi administrasi perpajakan dilakukan sebagai bagian dari

reformasi birokrasi perpajakan. Modernisasi dilakukan dalam beberapa tahap dan

sudah dimulai sejak tahun 2002, dengan membentuk Kantor Wilayah Direktorat

Jenderal Pajak Wajib Pajak Besar dan Kantor Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar.

Sistem administrasi perpajakan modern, didukung dengan Sumber Daya

Manusia (SDM) yang profesional dan berkualitas serta mempunyai kode etik kerja

diharapkan akan tercipta prinsip Good Governance yang dilandasi transparansi,

akuntabel, responsif, independen dan adil. Hal ini pada gilirannya akan

mendukung Visi Direktorat Jenderal Pajak yaitu “Menjadi Model Pelayanan

Masyarakat yang Menyelenggarakan Sistem dan Manajemen Perpajakan Kelas

Dunia yang Dipercaya dan Dibanggakan oleh Masyarakat”.

Fasilitas untuk kemudahan dan kenyamanan pelayanan kepada Wajib

Pajak dilakukan dengan mengoptimalkan pemanfaatan perkembangan dan

kemajuan Tekhnologi Informasi. Fasilitas tersebut antara lain Website, Call

Centre, Complaint Centre, e-Filling, e-SPT, One-Line Payment. Untuk

memudahkan pelayanan dan pengawasan terhadap Wajib Pajak serta

meningkatkan produktivitas aparat, akan didukung oleh sistem administrasi yang

berbasis teknologi informasi. Secara bertahap sistem informasi baru ini, yaitu

Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SI-DJP) akan diterapkan. Sistem ini

menerapkan Case Management (Manajemen Kasus) dan work flow system (Alur

Page 6: Bab 1 (1)

6

kerja), sehingga memungkinkan setiap proses kegiatan menjadi terukur dan

terkontrol. (Liberti pandiangan, 2007:18)

Kurangnya sikap yang profesionalisme DJP, menandakan bahwa

pelaksanaan pajak saat ini masih belum sepenuhnya terlaksana dengan baik.

Untuk itu Direktorat jenderal pajak berupaya membentuk kantor wajib pajak

besar. Guna memberikan pelayanan dan pengawasan yang lebih baik terhadap

wajib pajak besar yang memberikan konstribusi yang relatif besar terhadap

penerimaan pajak, DJP membentuk kantor wilayah dan KPP Wajib Pajak Besar.

Dari data yang ada, menunjukan bahwa tingkat kepercayaan sangatlah rendah. Hal

tersebut harus diakui bahwa setelah modernisasi administrasi Pajak Dilaksanakan

pun masih tetap terjadi.

Kinerja pegawai pajak pada khususnya dan masyarakat pada umumnya

menjadi sebuah tanda tanya dalam rangka menerapkan. Pelayanan prima dalam

konteks modernisasi administrasi pajak. Bagi Dirjen Pajak, modernisasi dan

pelayanan ini sebenarnya bukan barang baru, sebab modernisasi yang tidak lain

adalah wujud dari reformasi perpajakan yang telah dilakukan sejak tahun 2002.

Dengan modernisasi, setidaknya menurut Mayun, aparat pajak bisa benar-benar

profesional dalam melayani para wajib pajak (WP). melalui modernisasi, dengan

tetap melaksanakan program ekstensifikasi,berusaha memberikan pelayanan yang

maksimal kepada wajib pajak yang dalam jangka panjang mencangkup reformasi

peraturan perpajakan, sistem pelayanan, peningkatan kualitas sumber daya

manusia (SDM), dan penyempurnaan organisasi.

Page 7: Bab 1 (1)

7

Penerapan sistem administrasi modern, tambah mayun, dilakukan untuk

mengoptimalkan pelayanan kepada wajib pajak. Penerapan sistem tersebut

mencangkup aspek-aspek perubahan struktur organisasi dan sistem kerja KPP,

perubahan implementasi pelayanan kepada Wajib Pajak, fasilitas pelayanan

memanfaatkan teknologi informasi, dan kode etik pegawai dalam rangka

menciptakan aparatur pajak yang bersih dan bebas KKN. (Media Indonesia)

Menurut Diana Sari (2010) penerapan Modernisasi perpajakan terhadap

pencapaian Akuntabilitas pada KPP Modern 62,9%, sedangkan sisanya sebesar

37,1 % dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar Modernisasi Administrasi

Perpajakan, dari keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan

Modernisasi administrasi perpajakan berpengaruh terhadap pencapaian

akuntabilitas. Hal ini dikarenakan penerapan modernisasi perpajakan sudah

memadai.

Objek penelitian adalah modernisasi perpajakan dan pencapaian

akuntabilitas dalam organisasi kantor pelayanan pajak modern di Bandung,

variabel dalam penelitian ini, yaitu variabel bebas (x) adalah penerapan

modernisasi perpajakan indikator variabel, yaitu a. Perubahan struktur organisasi

dan sistem kerja kantor pelayanan pajak, b. Perubahan implementasi pelayanan

kepada wajib pajak (WP), c. Fasilitas pelayanan yang memanfaatkan teknologi

informasi, d. Kode etik pegawai.

Variabel independent atau variabel tidak bebas atau variabel terikat (Y)

adalah pencapaian akuntabilitas pada kantor pelayanan pajak modern. Indikator

variabel, yaitu a. Pengukuran kinerja kantor pelayanan pajak modern, b. Kejelasan

Page 8: Bab 1 (1)

8

fungsi,wewenang dan tanggung jawab kntor pelayanan pajak. Hasil uji validitas

dengan menggunakan teknik korelasi product moment (pearson), bahwa seluruh

butir pernyataan pada kedua varibel valid dan layak digunakan sebagai alat ukur

modernisasi perpajakan dan akuntabilitas.

Hasil uji relibilitas yang menggunakan alpha-cronbach bernilai positif

lebih besar dari pada 0,7 yang menunjukan bahwa butir kuesioner pada kedua

variabel handal untuk mengukur variabel masing – masing yang sebesar 0,834

untuk variabel x dan 0,887untuk variabel Y yang artinya sudah andal untuk diukur

mang-masing variabelnya, berdasarkan uji t, maka hipotesis penerapan

Modernisasi administrasi perpajakan berpengaruh positif terhadap pencapaian

akuntabilitas.

Berdasarkan perhitungan maka besarnya penerapan modernisasi

perpajakan terhadap pencapaian akuntabilitas pada KPP Modern 62,9%.

Sedangkan sisanya sebesar 37, 1% dipengaruhi faktor lain diluar modernisasi

administrasi perpajakan, dari keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa

penerapan modernisasi perpajakan berpengaruh terhadap pencapaian

akuntabilitas, hal ini dikarenakan penerapan modernisasi perpajakan sudah

memadai.

Menurut Ahyar Yuniawan (2010), pengaruh profesionalisme pemeriksaan

pajak, kepuasan kerja dan komitmen organisasi terhadap kinerja karyawan

menunjukan pengaruh profesionalisme ke kinerja lebih tinggi daripada pengaruh

profesionalisme ke kepuasan kerja dan ke komitmen organisasI masing-masing,

Page 9: Bab 1 (1)

9

sehingga pemeriksa pajak perlu menerapkan standard kerja yang ada

sesuai dengan petunjuk pelaksanaan untuk penyeleseian SP 3, dalam penelitian

tersebut menunjukan bahwa profesionalisme, kepuasan kerja, komitmen

organisasi berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan.

Menurut Ros Priska (2009) Berdasarkan pembahasan mengenai penerapan

modernisasi administrasi perpajajakan dan implikasinya terhadap kinerja account

representative pada Kantor Pelayanan Pajak di wilayah Kota Bandung, pertama

Pada umumnya Kantor Pelayanan Pajak di wilayah Kota Bandung sudah

menerapkan modernisasi administrasi perpajakan dengan baik.

Hal ini ditunjukkan dengan indikator pembentukan compliance center,

sedangkan indikator perbaikan business process dikatagorikan cukup baik. Tetapi

ada beberapa indikator yang dikatagorikan kurang baik seperti indikator job

description kantor pusat dan job description kantor operasional. Kedua Pada

umumnya account representative Kantor Pelayanan Pajak di wilayah Kota

Bandung sudah menunjukkan kinerja yang baik. Hal ini ditunjukkan dengan

indikator kewajiban yang harus dipatuhi.

Indikator tugas account representative dikatagorikan cukup baik. Tetapi

ada beberapa indikator dikatagorikan kurang baik yaitu indikator meningkatkan

profesionalisme dan mengusulkan pemeriksaan. Ketiga Penerapan modernisasi

administrasi perpajakan signifikan dalam meningkatkan kinerja Account

Representative pada Kantor Pelayanan Pajak di wilayah Kota Bandung. Penerapan

modernisasi administrasi perpajakan mampu memberikan kontribusi

Page 10: Bab 1 (1)

10

atau pengaruh terhadap peningkatan kinerja Account Representative pada Kantor

Pelayanan Pajak di wilayah Kota Bandung sebesar 57,3 persen.

Skala yang digunakan adalah skala ordinal dengan menggunakan skala

likert, teknik pengumpulan data menggunakan penelitian lapangan (field

research), dilakukan dengan cara mengadakan peninjauan langsung pada instansi

yang menjadi objek, yang menjadi populasi dalam pengelompokan data adalah

jumlah Account Representative sebanyak 99 orang dan 20 orang kepala waskon

yang menilai, kemudian jumlah sampel sebanyak 50 responden.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis

melakukan pengembangan dengan merumuskan permasalahan penelitian ini

menjadi penerapan modernisasi administrasi perpajakan sebagai praktik reformasi

administrasi perpajakan. penulis tertarik untuk meneliti sejauh mana penerapan

modernisasi administrasi perpajakan dalam kerangka reformasi perpajakan yang

digulirkan oleh Direktorat Jenderal Pajak sejak tahun 2002 pada Kantor Pelayanan

Pajak Madya, Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji secara

empiris pengaruh modernisasi sistem perpajakan terhadap penilaian kinerja

pegawai pajak, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul :

“PENGARUH MODERNISASI ADMINISTRASI PERPAJAKAN TERHADAP

PENILAIAN KINERJA PEGAWAI PAJAK”.

Page 11: Bab 1 (1)

11

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka permasalahan yang dapat

diidentifikasi penulis adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Modernisasi Administrasi Perpajakan pada Kantor Pelayanan

Madya

2. Bagaimana Penilaian Kinerja Pegawai Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak

Madya

3. Bagaimana pengaruh Modernisasi Administrasi Perpajakan Terhadap

Penilaian Kinerja Pegawai Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Madya.

1.3. Maksud dan tujuan

1.3.1. Maksud Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan maksud dapat memberikan kontribusi

bukti empiris tentang masalah yang diteliti yaitu pengaruh positif penerapan

modernisasi administrasi perpajakan terhadap Penilaian kinerja pegawai pajak

yang diharapkan dapat menegakan reformasi perpajakan dan pencapaian kinerja.

1.3.2 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui Modernisasi Administrasi Perpajakan pada Kantor

Pelayanan Pajak Madya.

2. Untuk mengetahui Penilaian Kinerja Pegawai Pajak pada Kantor

Pelayanan Pajak Madya.

Page 12: Bab 1 (1)

12

3. Untuk mengetahui besarnya Pengaruh Modernisasi Administrasi Perpajakan

Terhadap Penilaian Kinerja Pegawai Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak

Madya.

1.4 Kegunaan penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi :

1. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan akan menambah wacana perpajakan

terutama dalam masalah Modernisasi administrasi perpajakan dan Penilaian

Kinerja Pegawai Kantor Pelayanan Pajak.

2. Bagi Direktorat Jendral Pajak, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sedikit masukan yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan

pengambilan keputusan terutama dalam hal sistem modernisasi perpajakan.

3. Bagi pihak lain, diharapkan dari hasil penelitian ini dapat menjadi

penambahan informasi dan wawasan yang beguna bagi yang

membutuhkannya.

1.5 Lokasi dan waktu Penelitian

penelitian dilakukan pada Kantor Pelayanan Pajak Madya. peneliti ini

akan dilaksanakan bulan maret 2015 sampai dengan selesai.