B. Matun PTK IPA
-
Upload
sri-indani -
Category
Documents
-
view
79 -
download
5
Transcript of B. Matun PTK IPA
UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI
PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES PADA SISWA
KELAS V SD NEGERI BUKIT RATA KOTA LANGSA
TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Penelitian Tindakan KelasDiajukan untuk memenuhi salah satu syarat kenaikan
Pangkat/golongan melalui angka kredit
OLEH
HALIMATUSSAKDIAH, S. PdNIP. 196407271986102001
DINAS PENDIDIKAN KOTA LANGSA
SD NEGERI BUKIT RATA
2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks
Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Belajar
dapat menimbulkan perubahan sikap dan tingkah laku serta kecakapan pada
diri individu yang belajar yang dapat dimanfaatkannya di masa yang akan
datang. Pengertian belajar menurut Hilgard dan Bower dalam Purwanto
(1990: 84) bahwa:
Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, di mana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya).
Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar.
Proses belajar terjadi karena siswa memperoleh sesuatu yang ada di
lingkungan sekitar. Lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa keadaan
alam, benda-benda, hewan, tumbuhan dan manusia atau hal-hal yang
dijadikan bahan belajar. Tindakan belajar tentang suatu hal tersebut tampak
sebagai perilaku belajar yang tampak dari luar. Dari segi guru, Kompetensi
Dasar, indikator dan tujuan pembelajaran merupakan pedoman tindak
mengajar. Tujuan pembelajaran dijabarkan dari kurikulum yang berlaku
secara legal di sekolah. Tujuan kurikulum sekolah tersebut dijabarkan dari
tujuan pendidikan nasional yang terumus di dalam Undang-Undang
pendidikan yang berlaku. Acuan pada kurikulum yang berlaku tersebut,
berarti juga mengaitkan pada bahan belajar yang harus diajarkan oleh guru.
Secara ideal pembelajaran IPA di SD/MI bertujuan untuk melatih
siswa memiliki sikap ilmiah. Hal itu dapat dilakukan jika siswa mengalami
langsung untuk memahami tentang dirinya sendiri dan alam lingkungannya.
Jika anak terbiasa sejak dini memiliki jiwa peneliti tentang alam sekitarnya,
maka ia dapat menemukan sendiri prinsip-prinsip, teori-teori, konsep dan
fakta-fakta. Hal itu semua dapat terwujud jika guru menerapkan Pendekatan
Keterampilan Proses (PKP). Pelaksanaan PKP belum dapat dilaksanakan
secara baik. Karena dalam penerapannya banyak membutuhkan alat peraga
untuk melakukan percobaan dalam proses penemuan tersebut.
Selain sarana dan prasarana yang belum memadai komitmen guru
sangat diperlukan dalam pelaksanaan PKP. Dengan PKP ini siswa akan
memperoleh pengalaman langsung tentang alam sekitar sehingga aspek
kognitif, afektif dan psikomotorik siswa dapat dikembangkan secara
holistik. Diharapkan hasil pembelajaran dapat bermakna pada kehidupan
anak baik dimasa sekarang atau setelah dewasa nanti. Pemahaman anak
yang diperolehmelalui penerapan PKP adalah ingatan jangka panjang atau
LTM ( Long Term Memory ) dan berfikir tingkat tinggi ( High thingking ).
Setelah diadakan penilaian autentic siswa diharapkan akan memperoleh
hasil yang optimal ditandai dengan sebagian besar anak sudah mencapai
KKM yang telah ditentukan.
Pada kenyataannya di sekolah guru masih menerapkan pembelajaran
konvensional, kebanyakan menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan
penugasan. Pembelajaran berpusat pada guru, siswa hanya sebagai obyek
pembelajaran. Guru hanya mentransfer informasi, pengetahuan kepada anak
didik. Pemahaman yang diperoleh anak hanya berupa ingatan, sehingga ia
mudah lupa karena pengetahuan yang diperolehnya bersifat ingatan jangka
pendek atau STM ( Short term memory). Karena pemilihan metode yang
monoton dalam pembelajaran menyebabkan siswa kurang bersemangat dan
hanya duduk, dengar dan catat saja. Anak kurang aktif baik secara
fisik,emosional maupun psikhisnya. Situasi kelas tenang karena anak
banyak mencatat saja, pikiran anak tidak tertantang untuk beraktifitas dan
kreatifitas siswa sangat rendah.
Setting kelas pada pembelajaran konvensional ini semua anak
berderet rapi menghadap ke depan, Interaksi hanya searah dari guru ke
siswa. Semua kegiatan didominasi oleh guru. Sumber belajar hanya dari
guru dan buku teks. Di kelaspun tidak tersedia sumber belajar lain yang
dapat digunakan sebagai referensi anak. Hanya buku teks merupakan satu-
satunya sumber belajar yang ada di kelas. Potensi anak tidak bisa
berkembang secara optimal. Padahal sebenarnya setiap siswa memiliki
potensi yang besar apabila potensi itu dikembangkan dengan diberi
kesempatan untuk mengembangkan potensi melalui aktifitas yang dirancang
oleh guru.
Penggunaan alat peraga, media pembelajaran dan KIT IPA belum
dimanfaatkan secara optimal. Sebenarnya sekolah memiliki hal tersebut
secara cukup. Kadang-kadang sekolah dalam hal ini Kepala Sekolah dan
guru enggan untuk melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan KIT
tersebut. Alasanya bermacam-macam antara lain: memakan waktu yang
lama, mengejar materi yang harus disampaikan belum selesai, atau bahkan
beralasan banyak memerlukan dana untuk biaya operasional. Di kelas belum
disediakan perangkat kelas yang dapat memotivasi siswa agar mereka dapat
mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. Di kelas belum tersedia
Kontrak Belajar yang menjadi kesepakatan bersama sebagai tata tertib di
kelas.
Ketika diadakan evaluasi di akhir pembelajaran banyak siswa yang
belum bisa mencapai KKM. Padahal KKM yang ditetapkan hanya 65. Dari
siswa kelas V setelah diadakan ulangan harian hanya 60 % dari jumlah anak
yang telah mencapai KKM. Guru harus mengadakan Program Perbaikan
kepada 40 % siswa yang belum mencapai KKM. Jika hal ini terus berlanjut
maka peningkatan mutu pendidikan sulit untuk segera diwujudkan. Secara
nasional Departemen Pendidikan Nasional memberi rambu-rambu KKM
ideal adalah 75 %. Dengan demikian perlu adanya suatu penerapan
pendekatan proses belajar yang baik agar KKM yang telah ditentukan dapat
tercapai secara maksimal.
Berdasarkan latar belakang dan pendapat tersebut di atas, maka
penulis tertarik untuk membuat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
berjudul : “Upaya Peningkatan Prestasi Belajar IPA melalui Pendekatan
Keterampilan Proses pada Siswa Kelas V SD Negeri Bukit Rata Kota
Langsa Tahun Pelajaran 2010/2011”.
1.2 Rumusan Masalah
Yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Apakah dengan Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses dapat
Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri Bukit
Rata Kota Langsa Tahun Pelajaran 2010/2011?
2. Bagaimana Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses yang efektif
agar dapat Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri
Bukit Rata Kota Langsa Tahun Pelajaran 2010/2011?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui apakah dengan Penerapan Pendekatan Keterampilan
Proses dapat Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas V SD
Negeri Bukit Rata Kota Langsa Tahun Pelajaran 2010/2011.
2. Untuk mengetahui bagaimana Penerapan Pendekatan Keterampilan
Proses yang efektif agar dapat Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Siswa
Kelas V SD Negeri Bukit Rata Kota Langsa Tahun Pelajaran 2010/2011.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat bagi siswa
a. Dengan penerapan keterampilan proses siswa menjadi lebih
aktif dalam belajar.
b. Dengan langkah-langkah penerapan keterampilan proses
siswa terangsang untuk bersikap ilmiah dalam kehidupan sehari-hari.
c. Meningkatkan rasa ingin tahu siswa dan senang pada
pembelajaran, khususnya pembelajaran IPA.
2. Manfaaat bagi guru
a. Guru dapat mengembangkan alat peraga PKP yang murah, mudah
didapat, lebih menarik dan bervariasi sehingga dapat melibatkan
siswa secara aktif dan kreatif dalam pembelajaran IPA.
b. Guru dapat membuat skenario pembelajaran yang menantang siswa
untuk berfikir tingkat tinggi sehingga pengetahuan siswa masuk
dalam ingatannya dalam jangka waktu yang panjang (Long Term
Memory).
3. Manfaat bagi sekolah
a. SD Negeri Bukit Rata dapat lebih meningkatkan hasil belajar
khususnya mata pelajaran IPA.
b. Hasil penelitian ini dapat diujicobakan pada mata pelajaran lain dan
kelas yang berbeda.
c. Hasil penelitian ini dapat dilaksanakan dan menjadi bahan penelitian
selanjutnya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Pengertian Belajar
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang
sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang
pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan
pendidikan itu sangat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa,
baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau
keluarganya sendiri. Oleh karenanya, pemahaman yang benar mengenai arti
belajar dengan segala aspek, bentuk dan manifestasinya mutlak diperlukan
oleh para pendidik khususnya para guru. Untuk lebih jelasnya mengenai
pengertian belajar, berikut ini dikutip beberapa definisi yang dikemukakan
oleh para ahli.
Pengertian belajar menurut Slameto (2003:2) bahwa belajar sebagai
“Suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Salah satu
pertanda seorang telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan tingkat laku
dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan
yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (Psikomotor)
maupun menyangkut nilai dan sikap (afektif). Sejalan dengan pendapat
tersebut Hintzman dalam Syah (1995:89) yaitu: “Belajar adalah suatu
perubahan yang terjadi dalam diri organisme disebabkan oleh pengalaman
yang mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut”. Apabila dalam
proses belajar belum terdapat perubahan tingkah laku pada siswa, maka
belum dapat dikatakan padanya telah berlangsung proses belajar.
Demikian juga halnya dengan pendapat Hilgard dan Bower dalam
Purwanto (1990:84) bahwa:
Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, di mana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya).
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah proses perubahan pada diri manusia baik berupa perubahan
pengetahuan maupun perubahan tingkah laku dari tidak baik menjadi baik,
dari sesuatu yang dikenalnya untuk kemudian dikuasai atau dimiliki dan
dipergunakan dimasa yang akan datang.
2.1.2 Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan hasil dari proses belajar itu sendiri.
Menurut Nawawi (1992:100) bahwa: “Prestasi belajar diartikan sebagai
tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah
dan dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai
sejumlah materi tertentu”.
Berdasarkan pendapat di atas maka dapat dikatakan bahwa prestasi
belajar seorang siswa merupakan tingkat kemampuan dalam mempelajari
suatu materi pembelajaran dan hasilnya dinyatakan dalam bentuk angka
yang merupakan derajat keberhasilan yang dicapai seseorang dalam belajar.
Dalam memperoleh prestasi belajar yang baik kerajinan dan
ketekunan sangat berpengaruh sekali, demikian juga halnya dengan tehnik
dan metode belajar yang dipergunakan para siswa tersebut serta motivasi
atau minat belajar untuk mendapatkan hasil belajar yang memuaskan.
Selanjutnya Natawijaya (1995:94) mengatakan: “Sukses dari belajar
tidak tergantung dari kepandaian dan ketekunan saja, sukses itu tergantung
juga dari cara belajar efektif”. Berarti pendapat tersebut menekankan bahwa
kepandaian bukanlah satu-satunya yang menentukan keberhasilan dalam
belajar, sebab ketekunan dengan cara yang tidak tepat sama artinya berusaha
belajar tanpa tujuan. Ketekunan belajar disertai dengan cara dan metode
yang tepat sesuai dengan jenis pelajaran yang akan dipelajari cenderung
akan membawa hasil yang memuaskan.
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Siswa
Dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah, guru dan orangtua
selalu mengharapkan agar siswanya memperoleh hasil yang sebaik-baiknya
sesuai dengan tujuan pendidikan yang dijabarkan dalam tujuan
instruksional. Namun kenyataannya tidak semua siswa dapat mencapai hasil
belajar (prestasi belajar) sebagaimana yang diharapkan.
Kegiatan belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling
berhubungan satu sama lainnya. Apabila salah satu faktor tersebut
mengalami gangguan, proses belajar akan mengalami gangguan pula. Hal
ini disebabkan karena siswa mengalami kesulitan dalam belajar yang bisa
saja disebabkan oleh faktor intern maupun faktor ekstern. Faktor-faktor
yang mempengaruhi prestasi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat
digolongkan menjadi dua golongan saja yaitu faktor intern dan faktor
ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang
sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar
individu.
1. Faktor Intern
Faktor ini terdiri atas dua aspek, yaitu :
a. Kondisi Fisiologis
Kondisi fisiologis pada umumnya dapat mempengaruhi prestasi
belajar seseorang. Misalnya: anak-anak yang kekurangan gizi kemampuan
belajarnya di bawah anak-anak yang tidak kekurangan gizi, hal ini
dikarenakan mereka lebih cepat lelah, mata mengantuk, tidak mudah
menerima pelajaran dan sebagainya.Beberapa bagian segi fisiologi:
- Kondisi fisik
Kondisi fisik umumnya berpengaruh terhadap prestasi belajar. Anak
yang sehat dan segar jasmaninya akan dapat belajar dengan baik,
bersemangat tanpa jenuh. Dengan demikian anak tersebut bisa mencapai
prestasi yang baik pula. Sebaliknya bagi anak yang belajar dalam kondisi
yang kurang menguntungkan, seperti keadaan lelah, kurang gizi dan sering
sakit cenderung akan mengakibatkan kurang baik pula terhadap prestasi
belajarnya.
- Kondisi panca indera
Di samping kondisi fisik yang telah dikemukakan di atas, hal yang tidak
kalah pentingnya adalah kondisi panca indera terutama penglihatan dan
pendengaran, karena sebagian informai diterima manusia dengan
menggunakan indera penglihatan dan pendengaran. Normalnya kondisi
panca indera merupakan syarat utama dan mutlak untuk memperoleh ilmu
pengetahuan secara jelas dan tepat. Hal tersebut di atas sesuai dengan
pendapat yang dikemukakan oleh Suryabrata (1995:256) bahwa : “Baiknya
berfungsi panca indera adalah syarat utama untuk dapat berlangsungnya
belajar dengan baik”.
b. Kondisi Psikologis
Kondisi psikologi merupakan salah satu kondisi yang turut
mempengaruhi prestasi belajar anak.
Yang termasuk ke dalam kondisi psikologi antara lain adalah:
1. Minat
Kreativitas yang dilakukan akan membawa hasil yang memuaskan,
lebih cepat dan lebih sempurna apabila kegiatan dilakukan dengan peuh
minat. Sebaliknya seseorang yang didorong untuk melakukan sesuatu
perubahan bila minat dan perhatiannya tidak tertuju ke arah tersebut, maka
sulit baginya mempengaruhi hasil seperti yang diharapkan.
2. Kecerdasan
Seseorang dapat dikatakan cerdas atau memiliki intelegensi yang
tinggi apabila ia dapat dengan mudah dan berhasil menyelesaikan tugas
dengan cepat dan baik. Kecerdasan dan intelegensi adalah potensi yang
dibawa sejak lahir, atau dapat dikatakan intelegensi merupakan kemampuan
dasar yang dimiliki seseorang dalam belajar. Faktor kecerdasan sangat
penting dalam kegiatan belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Suryabrata
(1995:11) yaitu “Kecerdasan besar perannya dalam berhasil tidaknya
seseorang mempelajari sesuatu atau mengikuti suatu program pendidikan.
Orang yang lebih cerdas pada umumnya akan lebih mampu belajar dari para
orang yang kurang cerdas”. Sebaliknya bagi anak yang kurang cerdas atau
bodoh sering mengalami kesulitan dalam belajar. Dalam menanggapi
pelajaran yang diberikan guru ia harus memperhatikan penjelasan dengan
berulang-ulang atau harus secara mendetil baru bisa mengerti.
3. Kecakapan (Vocational)
Kecakapan adalah kemampuan seseorang untuk memahami dengan
cepat sekaligus dapat bereaksi melalui tingkah laku dengan cepat dan benar.
Semakin tinggi tingkat kecakapan seseorang, semakin tinggi pula
keberhasilannya dalam belajar.
4. Bakat
Bakat merupakan kemampuan bawaan seseorang sebagai potensi
yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat menghasilkan
prestasi dalam kegiatan tertentu. Berbakat pada umumnya ialah suatu
kemampuan yang bersifat pembawaan (sejak lahir) dan dapat dikembangkan
karena latihan, dengan ini manusia dapat berprestasi dalam bidang kegiatan
tertentu, yang jauh menonjol di atas tingkatan rata-rata. Dengan demikian
jelaslah bahwa bakat menentukan prestasi seseorang. Anak yang berbakat
secara mental mencirikan memiliki kemampuan yaitu mereka mampu
mengerjakan tugas-tugas mental yang memiliki kadar kesukaran yang
tinggi. Sebagai contoh : seorang anak yang mempunyai bakat dibidang
teknologi kemungkinan anak kesulitan bila kepadanya diberikan kegiatan
bidang sosial. Atau sebaliknya anak didik (siswa) yang berbakat dibidang
sosial cenderung tidak menyukai bidang eksakta teknologi dan sebagainya.
Dalam hal ini guru yang paling banyak dan paling mampu mengenal anak
didiknya mana yang berbakat dan mana yang tidak berbakat.
5. Motivasi Belajar
Dalam kegiatan belajar motivasi dapat dikatakan sebagai sumber
penggerak dalam diri siswa sehingga menimbulkan gairah didalam aktivitas
belajarnya, serta menentukan arah pencapaian hasil belajar yang akan
diperoleh. Nasution (2004:76) mengemukakan bahwa : “Motivasi adalah
usaha-usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi sehingga seseorang anak
ingin melakukannya. Anak yang mempunyai intelegensi tinggi mungkin
gagal dalam pelajarannya jika kekurangan motivasi”. Motivasi belajar
merupakan keseluruhan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang
menimbulkan kegiatan belajar. Motivasi ini menjamin kelangsungan
kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi tujuan
pembelajaran. Motivasi menunjukkan kepada motif yang sudah
diaktualisasikan.
6. Cara Belajar Siswa
Hasil belajar siswa yang dicapai sangat tergantung pada cara belajar
yang digunakan. Cara belajar yang tepat dan baik akan memberikan
hasil yang memuaskan
namun dalam situasi belajar tertentu akan memerlukan suatu cara belajar
tertentu pula. Dengan demikian jelas bahwa cara belajar akan
mempengaruhi prestasi belajar yang dicapai oleh seseorang.
7. Pengetahuan Dasar
Pengetahuan dasar merupakan pengetahuan yang dimiliki dari suatu
jenjang pendidikan, dimana pengetahuan tersebut merupakan bekal bagi
dirinya untuk dikembangkan atau sebagai landasan untuk berpijak dalam
melanjtukan studinya pada jenjang berikutnya.
Pengetahuan dasar yang dimiliki seseorang sangat mempengaruhi
keberhasilan seseorang dalam prestasi akademik. Kurangnya pengetahuan
dasar tentang suatu mata pelajaran kemungkinan akan mengalami
bermacam-macam rintangan, tetapi apabila pengetahuan dasar itu
dilanjutkan dengan jenjang pengetahuan yang sesuai dengan pengetahuan
dasar tersebut, maka untuk meraih keberhasilan terhadap prestasi belajar
akan lebih mudah.
2. Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah faktor yang berasal atau datang dari luar
lingkungan siswa. Faktor ini yang disebut juga faktor lingkungan, dapat
mempengaruhi belajar dan hasil belajar siswa yang termasuk kedalam
faktor ekstern antara lain:
a. Lingkungan Alam
Lingkungan alam juga dapat mempengaruhi proses belajar dan
hasil belajar seseorang. Seseorang yang belajar dalam suhu udara yang
segar akan lebih baik hasilnya dari pada dalam suasana panas dan pengap.
Oleh karena itu perlu disediakan khusus untuk belajar ruangan yang
dilengkapi dengan jendela atau lubang fentilasi sehingga dapat terjadi
sirkulasi udara dalam ruangan belajar. Begitu pula dengan alat penerangan
dalam belajar, biasanya belajar pada malam hari tentu memakai lampu yang
kadang-kadang tidak begitu terang, sehingga dapat mengganggu kesehatan
mata, lebih-lebih kalau belajar sampai larut malam. Untuk mengatasi hal ini
belajar pada pagi hari atau sore lebih baik, karena pada umumnya cahaya
alam lebih terang sehingga seseorang dapat belajar dengan sebaik-baiknya.
b. Lingkungan Sosial
Masalah lingkungan sosial ini sangat besar pengaruhnya bagi anak
untuk belajar. Lingkungan sosial antara lain adalah sebagai berikut:
1. Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga adalah tempat pertama anak mengenal dan
mengecap pendidikan dari orang tua. Keluarga termasuk salah satu dari 3
(tiga) lingkungan pendidikan (Tri Pusat Pendidikan), dimana sistem dan
kebiasaan-kebiasaan yang berlaku dalam kehidupan keluarga akan sangat
berpengaruh terhadap keberhasilan belajar anak.
Cara orang tua mendidik anak dalam satu keluarga sangat
menentukan hasil belajar anak di sekolah. Orang tua yang selalu
memanjakan anaknya menyebabkan anaknya menjadi siswa yang kurang
bertanggung jawab dan selalu takut menghadapi tantangan. Di samping itu
juga bagi orang tua yang terlalu keras mendidik anaknya, juga akan
membuat anak menjadi penakut, sehingga dalam mengerjakan sesuatu
jiwanya tidak pernah merasa aman. Demikian pula dalam belajar, dia selalu
tidak dapat memusatkan perhatiannya terhadap pelajaran.
Dorongan orang tua terhadap anak dalam belajar dan keadaan
ekonomi juga mempengaruhi prestasi belajar anak. Kasih sayang dari orang
tua dan keharmonisan dalam keluarga merupakan salah satu syarat bagi
anak untuk dapat belajar dengan baik.
2. Lingkungan Sekolah
Sekolah merupakan lingkungan yang sangat besar pengaruhnya
terhadap proses hasil belajar seseorang karena sekolah merupakan tempat
berlangsungnya proses belajar
mengajar secara formal. Lingkungan ini diperoleh dari beberapa hal antara
lain:
a. Interaksi guru dengan murid
Proses belajar mengajar pada dasarnya adalah interaksi antara guru
dengan murid dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu. Guru yang
kurang mampu mengadakan interaksi dengan murid-muridnya akan dapat
menimbulkan suasana belajar yang kaku, kurang hidup dan tidak
bersemangat, sehingga murid kurang berpartisipasi secara aktif dalam
proses belajar mengajar.
b. Faktor kurikulum
Dalam proses belajar mengajar kedudukan kurikulum sangat
penting, karena kurikulum digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan belajar mengajar di SMA. Bagi guru kurikulum berfungsi sebagai
pedoman kerja dan pedoman untuk mengadakan evaluasi. Sejalan dengan
hal tersebut Soemanto (2003:18) menyatakan bahwa fungsi kurikulum
adalah sebagai berikut:
1. Sebagai pedoman kerja dalam menyusun dan mengorganisir
pengalaman belajar pada anak didik.
2. Sebagai pedoman untuk mengadakan evaluasi terhadap perkembangan
anak dalam rangka menyerap sejumlah pengalaman yang diberikan.
Dengan demikian jelaslah bahwa kedudukan kurikulum sangat
penting dalam proses pembelajaran, oleh karena itu guru harus memahami
isi kurikulum dan dapat menggunakannya dengan benar.
c. Materi pelajaran
Setiap mata pelajaran mempunyai materi yang berbeda, dengan
tingkat kesukaran yang berbeda pula. Tingkat kesukaran suatu materi yang
dipelajari besar pengaruhnya terhadap hasil belajar. Semakin banyak unsur
yang terlibat dalam satu masalah, makin kompleks problemanya dan makin
tinggi pula tingkat kesukarannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Nasution
(2004:202) yang menyatakan : “Makin banyak unsur yang terlibat dalam
suatu masalah, makin kompleks problem itu makin tinggi kesukarannya.
Semakin mudah materi pelajaran semakin mudah pula memperoleh hasil
yang baik”. Untuk materi pelajaran yang mempunyai tingkat kesukaran
tinggi, maka dalam mengerjakannya memerlukan suatu langkah yang dapat
sesuai dengan materi yang diajarkan. Pelaksanaan langkah-langkah yang
tepat akan mempermudah siswa untuk mempelajari dan memahami materi
pelajaran tersebut.
d. Cara penyajian pelajaran
Dalam penyajian, guru tidak hanya menggunakan suatu metode
mengajar, tetapi perlu diselingi dengan metode lain seperti diskusi, ceramah,
tanya jawab dan metode lain yang sesuai dengan materi pelajaran. Hal ini
dilakukan agar siswa tidak merasa bosan dan mengantuk sehingga proses
belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar.
e. Lingkungan masyarakat
Lingkungan masyarakat merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi pola pikir seseorang. Kehidupan dalam masyarakat tidak
lepas dari adat istiadat yang berlaku dalam masyarakat tertentu. Adat
istiadat pada dasarnya sangat membantu dalam proses belajar, namun karena
ada sebagian masyarakat yang beranggapan negatif terhadap pendidikan
formal khususnya dapat menghambat prestasi belajar siswa. Perkembangan
ilmu pengetahuan dalam bidang elektronika antara lain radio, televisi, tape
recorder, pada dasarnya dapat membantu siswa dalam belajar.
2.1.4 Karakteristik Pembelajaran IPA
Dalam pelaksanaan kurikulum di setiap satuan pendidikan
menggunakan prinsip – prinsip diantaranya yaitu:
1. Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar belajar, yaitu:
(a) Belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
(b) Belajar untuk memahami dan menghayati,
(c) Belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif,
(d) Belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain, dan
(e) Belajar untuk membangun dan menemukan jati diri, melalui proses
pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenagkan.
2. Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multistrategi
dan multi media, sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan
memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar dengan prinsip
alam takambang jadi guru (semua yang terjadi, tergelar dan
berkembang di masyarakat dan lingkungan sekitar serta lingkungan
alam semesta dijadikan sumber belajar, contoh dan teladan).
3. Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam, sosial
dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan
dengan muatan seluruh bahan kajian secara optimal.
IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi
kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat
diidentifikasikan Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak
berdampak buruk terhadap lingkungan. Pembelajaran IPA SD/MI
menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui
penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.
Standar kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/MI
merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh
peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap
satuan pendidikan.
Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik
untuk membangun kemampuan , bekerja ilmiah,dan pengetahuan sendiri
yang difasilitasi oleh guru mata pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar
peserta didik memiliki kemampuan :
1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan,keindahan dan keteraturan alam ciptaannya.
2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep- konsep IPA
yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang
adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,
teknologi dan masyarakat.
4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan.
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,
menjaga dan melestarikan lingkungan alam.
6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturanya sebagai salan satu ciptaan Tuhan.
7. Memperoleh bekal pengetahuan , konsep dan keterampilan IPA sebagai
dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs (KTSP, 2006).
IPA atau Ilmu Pengetahuan Alam berarti ”Ilmu” tentang
”Pengetahuan Alam” artinya pengetahuan yang benar. Pengetahuan yang
dibenarkan menurut tolok ukur kebenaran ilmu, yaitu rasional dan obyektif.
Rasional artinya masuk akal atau logis, diterima oleh akal sehat sedang
obyektif artinya sesuai dengan obyeknya, sesuai dengan kenyataannya, atau
sesuai dengan pengalaman pengamatan panca indranya. IPA diperoleh
melalui penelitian dengan menggunakan langkah- langkah tertentu yang
disebut Metode Ilmiah. Anak usia SD tidak diajarkan membuat suatu
penelitian secara lengkap, tetapi dapat mulai diperkenalkan secara bertahap,
misalnya melakukan pengamatan yang cermat, kemudian melaporkan hasil
pengamatannya itu kepada rekan-rekan sekelasnya.
Proses sangat penting dalam menunjang perkembangan anak didik secara
utuh karena dapat melibatkan aspek psikologis anak meliputi kognitif,
afektif dan psikomotoris dalam proses dapat dikembangkan sikap ilmiah.
Menurut Darmojo (1993:56) ada sembilan aspek sikap ilmiah pada anak
usia Sekolah Dasar (SD) yaitu:
1. Sikap ingin tahu(curiousity)2. Ssikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru (originality)3. Sikap kerja sama( co operation)4. Sikap tidak putus asa (perseverence)5. Sikap tidak berprasangka (open mindedness)6. Sikap mawas diri (self criticism)7. Sikap bertanggung jawab (responsibility)8. Sikap berfikir bebas (independence in thinking)9. Sikap kedisiplinan diri (self discipline)
IPA dapat dipandang sebagai produk, sebagai proses dan sebagai
pengembang sikap ilmiah. Jadi proses IPA adalah metode ilmiah, untuk
anak SD dikembangkan secara bertahap dan berkesinambungan. Adapun
tahapannya meliputi tahap : (1) Observasi, (2) Klasifikasi, (3) Interpetasi,
(4) Prediksi, (5) Hipotesis, (6) Mengendalikan variabel, (7) Merencanakan
dan melaksanakan penelitian, (8) Inferensi, (9) Aplikasi, (10) Komunikasi.
2.1.5 Pendekatan Keterampilan Proses (PKP)
Pendekatan Keterampilan Proses (PKP) dapat diartikan sebagai
wawasan atau anutan pengembangan keterampilan–keterampilan intelektual,
sosial dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar
yang prinsipnya telah ada dalam diri siswa. Pendekatan keterampilan proses
pada pembelajaran sains lebih menekankan pembentukan keterampilan
untuk memperoleh pengetahuan dan mengkomunikaskan
hasilnya. Menurut Mukminan (2003:2) menyatakan bahwa pendekatan yang
sekarang dikenal dengan keterampilan proses dan cara belajar siswa aktif
(CBSA) masih belum banyak terwujud, serta pembelajaran kurang
memperhatikan ketuntasan belajar secara individual.
Pendekatan keterampilan proses dimaksudkan untuk
mengembangkan kemampuan–kemampuan yang dimiliki oleh individu
siswa. Dimyati dan Mudjiono (2002:138) memuat ulasan pendekatan
keterampilan proses yang diambil dari pendapat Funk (1985) sebagai
berikut:
(1) Pendekatan keterampilan proses dapat mengembangkan hakikat ilmu pengetahuan siswa. Siswa terdorong untuk memperoleh ilmu pengetahuan dengan baik karena lebih memahami fakta dan konsep ilmu pengetahuan;
(2) Pembelajaran melalui keterampilan proses akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja dengan ilmu pengetahuan, tidak hanya ceritakan, dan atau mendengarkan sejarah ilmu pengetahuan;
(3) Keterampilan proses dapat digunakan oleh siswa untuk belajar proses dan sekaligus produk ilmu pengetahuan. Pendekatan Keterampilan Proses sains memberikan kesempatan kepada siswa untuk secara nyata bertindak sebagai seorang ilmuwan.
Dari uraian di atas dapat diutarakan bahwa dengan penerapan
pendekatan keterampilan proses menuntut adanya keterlibatan fisik dan
mental-intelektual siswa. Hal ini dapat digunakan untuk melatih dan
mengembangkan keterampilan intelektual atau kemampuan berfikir siswa.
Selain itu juga mengembangkan sikap-sikap ilmiah dan kemampuan siswa
untuk menemukan dan mengembangkan fakta, konsep, dan prinsip ilmu
atau pengetahuan. Selanjutnya dapat digunakan untuk menyelesaikan
masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari secara obyektif dan rasional.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa keterampilan proses
sains merupakan kegiatan intelektual yang biasa dilakukan oleh para
ilmuwan dalam menyelesaikan masalah dan menghasilkan produk-produk
sains. Keterampilan proses dalam pengajaran sains merupakan suatu model
atau alternatif pembelajaran sains yang dapat melibatkan siswa dalam
tingkah laku dan proses mental, seperti ilmuwan. Funk (1985) dalam
Dimyati dan Mudjiono, (2002:140) mengutarakan bahwa berbagai
keterampilan proses dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu : keterampilan
proses dasar (basic skill) dan keterampilan terintegrasi (integarted skill).
Keterampilan proses dasar meliputi kegiatan yang berhubungan dengan
observasi, klasifikasi, pengukuran, komunikasi, prediksi, inferensi. Bila kita
kaji lebih lanjut yaitu sebagai berikut :
1. Observasi
Melalui kegiatan mengamati, siswa belajar tentang dunia sekitar
yang fantastis. Manusia mengamati objek-objek dan fenomena alam dengan
melibatkan indera penglihat, pembau, pengecap, peraba, pendengar.
Informasi yang diperoleh itu, dapat menuntut interpretasi siswa tentang
lingkungan dan menelitinya lebih lanjut. Kemampuan mengamati
merupakan keterampilan paling dasar dalam proses dan memperoleh ilmu
serta hal terpenting untuk mengembangkan keterampilan proses yang lain.
Mengamati merupakan tanggapan terhadap berbagai objek dan peristiwa
alam dengan pancaindra. Dengan obsevasi, siswa mengumpulkan data
tentang tanggapan-tanggapan terhadap objek yang diamati.
2. Klasifikasi
Sejumlah besar objek, peristiwa, dan segala yang ada dalam
kehidupan di sekitar, lebih mudah dipelajari apabila dilakukan dengan cara
menentukan berbagai jenis golongan. Menggolongkan dan mengamati
persamaan, perbedaan dan hubungan serta pengelompokan objek
berdasarkan kesesuaian dengan berbagai tujuan. Keterampilan
mengidentifikasi persamaan dan perbedaan berbagai objek peristiwa
berdasarkan sifat-sifat khususnya sehingga didapatkan golongan atau
kelompok sejenis dari objek peristiwa yang dimaksud.
3. Komunikasi
Manusia mulai belajar pada awal-awal kehidupan bahwa komunikasi
merupakan dasar untuk memecahkan masalah. Keterampilan menyapaikan
sesuatu secara lisan maupun tulisan termasuk komunikasi.
Mengkomunikasikan dapat diartikan sebagai penyampaikan dan
memperoleh fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk
suara, visual, atau suara dan visual (Dimyati dan Mudjiono, 2002:143).
Contoh membaca peta, tabel, garfik, bagan, lambang-lambang, diagram,
demontrasi visual.
3. Pengukuran
Mengukur dapat diartikan sebagai membandingkan yang diukur
dengan satuan ukuran tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya.
Keterampilan dalam menggunakan alat dalam memperoleh data dapat
disebut pengukuran.
4. Prediksi
Predeksi merupakan keterampilan meramal yang akan terjadi,
berdasarkan gejala yang ada. Keteraturan dalam lingkungan kita
mengizinkan kita untuk mengenal pola dan untuk memprediksi terhadap
pola-pola apa yang mungkin dapat diamati. Dimyati dan Mudjiono
(2002:144) menyatakan bahwa memprediksi dapat diartikan sebagai
mengantisipasi atau membuat ramalan tentang segala hal yang akan terjadi
pada waktu mendatang, berdasarkan perkiraan pada pola atau
kecenderungan tertentu, atau hubungan antara fakta, konsep, dan prinsip
dalam pengetahuan.
6. Inferensi
Melakukan inferensi adalah menyimpulkan. Ini dapat diartikan
sebagai suatu keterampilan untuk memutuskan keadaan suatu objek atau
peristiwa berdasarkan fakta, konsep dan prinsip yang diketahui.
Keterampilan terintegrasi merupakan perpaduan dua kemampuan
keterampilan proses dasar atau lebih. Keterampilan terintegrasi terdiri atas:
mengidentifikasi variabel, tabulasi, grafik, diskripsi hubungan variabel,
perolehan dan proses data, analisis penyelidikan, hipotesis ekperimen.
a. Identifikasi variabel : Keterampilan mengenal ciri khas dari faktor yang
ikut menentukan perubahan
b. Tabulasi : Keterampilan penyajian data dalam bentuk tabel, untuk
mempermudah pembacaan hubungan antar komponen (penyusunan data
menurut lajur-lajur yang tersedia)
c. Grafik : Keterampilan penyajian dengan garis tentang turun naiknya
sesuatu keadaan.
d. Diskripsi hubungan variabel : Keterampilan membuat
sinopsis/pernyataan hubungan faktor-faktor yang menentukan
perubahan.
e. Perolehan dan proses data : Keterampilan melakukan langkah secara
urut untuk meperoleh data.
f. Analisis penyelidikan : Keterampilan menguraikan pokok persoalan atas
bagian-bagian dan terpecahkannya permasalahan berdasarkan metode
yang konsisten untuk mencapai pengertian tentang prinsip-prinsip dasar.
g. Hipotesis : Keterampilan merumuskan dugaan sementara.
h. Ekperimen : Keterampilan melakukan percobaan untuk membuktikan
suatu teori/penjelasan berdasarkan pengamatan dan penalaran.
Keterampian proses tersebut merupakan keterampilan proses yang
harus diaplikasikan pada pendidikan di sekolah oleh guru. Pembelajaran
sains menekankan pada pembentukan keterampilan memperoleh
pengetahuan dan mengembangkan sikap ilmiah. Hal ini bisa tercapai apabila
dalam pembelajaran menggunakan pendekatan keterampilan proses baik
keterampilan proses dasar maupun keterampilan proses terintegrasi
(terpadu) seperti terungkap di atas.
Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan Pendekatan
Keterampilan Proses ( PKP ) yang dilaksanakan di SD/MI adalah sebagai
berikut :
a. Observasi dengan mengalami suatu peristiwa sendiri.
b. Prediksi dengan menyampaikan Opini tentang peristiwa yang dialami.
c. Hipotesis : merumuskan dugaan sementara.
d. Melakukan Percobaan/Eksprimen tentang pernafasan menggunakan
Model Pernafasan Manusia.
e. Perolehan dan proses data ; melakukan langkah demi langkah
percobaan untuk memperoleh data.
f. Komunikasi : melaporkan hasil diskusi kelompok atau menyampaikan
perolehan berupa fakta, prinsip-prinsip.
Jika Pendekatan Keterampilan Proses diterapkan ada beberapa
keuntungan yang diperolehnya , antara lain sebagai berikut :
1. Siswa akan memperoleh pengertian yang tepat tentang hakekat
pengetahuan.
2. Siswa memperoleh kesempatan bekerja dengan ilmu pengetahuan dan
merasa senang.
3. Siswa memperoleh kesempatan belajar proses memperoleh dan
memproduk ilmu pengetahuan.
2.2 Deskripsi Kondisi Sekolah
SD Negeri Bukit Rata merupakan salah satu dari beberapa sekolah
yang ada di kawasan Kota Langsa. SD Negeri Bukit Rata terletak di Desa
Bukit Rata di Jalan AFD. V PTP I Kota Langsa. Jarak sekolah dengan
kantor Camat lebih kurang sekitar 2 Km. Sekolah ini berdiri pada tahun
1956. Jumlah guru pada saat ini yaitu 17 orang dengan jumlah siswa
sebanyak 95 orang. Sekolah ini memiliki sarana dan prasarana sekolah yang
cukup baik/memadai.
2.3 Hipotesis dan Tindakan
Hipotesis merupakan dugaan sementara terhadap suatu masalah yang
hendak diteliti yang kebenarannya perlu dibuktikan melalui hasil penelitian.
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan maka dalam penelitian
tindakan kelas ini dapat dikemukakan bahwa hipotesis adalah melalui
pendekatan keterampilan proses dapat meningkatkan prestasi belajar siswa
kelas V SD Negeri Bukit Rata Kota Langsa Tahun Pelajaran 2010/2011.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Bukit Rata yang terletak di
Desa Bukit Rata di Jalan AFD. V PTP I Kota Langsa
3.2 Waktu dan Lama Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 10 Februari 2011. Adapun
lama penelitian yaitu lebih kurang satu bulan, sampai tanggal 12 Maret
2011.
3.3 Subyek Penelitian
Yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah siswa-siswa kelas
V di SD Negeri Bukit Rata Kota Langsa yang berjumlah 19 orang.
3.4 Variabel Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas dan
variabel terikat. Variabel terikat adalah variabel yang tidak dapat
dipengaruhi oleh suatu hal atau variabel lain, tetapi variabel bebas dapat
menjadi sebab yang berpengaruh terhadap variabel lain yaitu variabel
terikat.
1. Variabel bebas
Varabel bebas dalam penelitian adalah Penggunaan Pendekatan
Keterampilan Proses.
2. Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Peningkatan prestasi
belajar IPA yang diperoleh siswa setelah siswa mengikuti pembelajaran
dengan menggunakan Pendekatan Keterampilan Proses.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yaitu berupa :
a. Tes akhir pembelajaran.
b. Observasi proses pembelajaran.
c. Interview setelah proses pembelajaran.
d. Lembar pengamatan terhadap siswa pada masing-masing siklus.
3.6 Teknik Pembahasan
Untuk mengetahui keberhasilan seperti dalam rencana tindakan
maka dapat dilihat dari kinerja. Indikator keberhasilan tindakan dapat dilihat
pada indikator kemampuan siswa dalam menerapkan konsep belajar yang
diberikan guru. Indikator keberhasilan yang digunakan didapatkan dari
standar dan kualitas mutu sekolah di SD Negeri 1 Bukit Rata yaitu sebesar
65 %. Indikator keberhasilan tersebut dilihat dari kemampuan siswa untuk
dapat menerapkan konsep belajar dengan Pendekatan Keterampilan Proses
dalam mata pelajaran IPA, yaitu 80% dari keseluruhan siswa dalam sempel
penelitian telah mencapai ketuntasan belajar ( KKM ), dengan nilai minimal
65.
3.7 Rancangan Tindakan
Untuk memudahkan penulis di dalam melakukan penelitian, maka
dirancang dalam 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari 4 tahap, yaitu
perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Penyusunan tiap tahapan
pada tiap siklus dirancang sesuai dengan yang akan dicapai. Dalam hal ini
peneliti memilih Pembahasan tentang Pernafasan Manusia.
Siklus I
Perencanaan :