B - Hidrolisis Pati

26
HIDROLISIS PATI I. TUJUAN PERCOBAAN Tujuan percobaan ini adalah: 1.Memahami prinsip dasar proses hidrolisis. 2.Menentukan kadar pati (karbohidrat) dalam suatu bahan makanan. 3.Analisis konsentrasi glukosa dengan metode Lane dan Eynon. II. DASAR TEORI Pati adalah karbohidrat yang berbentuk polisakarida dengan rumus umum (C 6 H 10 O 5 ) n yang merupakan polimer satuan glukosa yang saling berikatan melalui ikatan 1,4α- glukosida. Di dalam pati terdapat amilase dengan rantai lurus dan amilopektin yang rantainya bercabang (Wertheim, 1956). Sifat-sifat pati antara lain: 1.Tidak dapat larut dalam air dingin karena memiliki gugus hidroksil yang terbuka, tetapi dalam air panas, molekul pati akan menyerap air sehingga menggelembung dan pecah membentuk larutan yang agak keruh seperti lem. 2.Tidak mereduksi fehling A dan fehling B. 3.Dapat menyerap iodium sehingga bila pati ditetesi larutan iodium akan timbul warna biru. 4.Dapat dipisahkan menjadi 2 fraksi utama berdasarkan kelarutan dalam air panas, yaitu amilase dan amilopektin.

description

merupakan hasil praktikum analasis kadar pati dalam suatu bahan

Transcript of B - Hidrolisis Pati

Page 1: B - Hidrolisis Pati

HIDROLISIS PATI

I. TUJUAN PERCOBAAN

Tujuan percobaan ini adalah:

1. Memahami prinsip dasar proses hidrolisis.

2. Menentukan kadar pati (karbohidrat) dalam suatu bahan makanan.

3. Analisis konsentrasi glukosa dengan metode Lane dan Eynon.

II. DASAR TEORI

Pati adalah karbohidrat yang berbentuk polisakarida dengan rumus umum (C6H10O5)n

yang merupakan polimer satuan glukosa yang saling berikatan melalui ikatan 1,4α-

glukosida. Di dalam pati terdapat amilase dengan rantai lurus dan amilopektin yang

rantainya bercabang (Wertheim, 1956).

Sifat-sifat pati antara lain:

1. Tidak dapat larut dalam air dingin karena memiliki gugus hidroksil yang terbuka,

tetapi dalam air panas, molekul pati akan menyerap air sehingga menggelembung dan

pecah membentuk larutan yang agak keruh seperti lem.

2. Tidak mereduksi fehling A dan fehling B.

3. Dapat menyerap iodium sehingga bila pati ditetesi larutan iodium akan timbul warna

biru.

4. Dapat dipisahkan menjadi 2 fraksi utama berdasarkan kelarutan dalam air panas, yaitu

amilase dan amilopektin.

5. Diperoleh di alam bersama-sama dengan unsur lain seperti protein, lemak, dan fosfat

organik.

(Wertheim, 1956)

Hidrolisis adalah reaksi yang menyebabkan keluarnya ion atau gugus dalam senyawa

oleh air dimana dalam satuan hasil ditambahkan hidrogen atau hidroksil, atau dapat

dikatakan sebagai reaksi dimana air akan menyebabkan peruraian (dekomposisi)

terhadap senyawa lain, baik organik maupun anorganik. Pada proses ini, air akan pecah

menjadi ion H+ dan OH-. Reaksi hidrolisis dapat dinyatakan sebagai berikut:

AB + H2O HA + BOH (1)

(Groggins,)

Proses hidrolisis pati meliputi urutan sebagai berikut:

1. Pembuatan pasta pati

Page 2: B - Hidrolisis Pati

2. Gelatinasi adalah proses masuknya air ke dalam pati, lalu molekul pati mengambang

dan ikatannya menjadi rapuh sehingga molekulnya mudah diserang. Proses ini terjadi

dalam air atau larutan yang panas dan pada kisaran suhu 58,5o-70oC (Kirk and

Othmer, 1978).

3. Hidrolisis, reaksinya secara berturut-turut sebagai berikut:

(C6H10O5)n + H2O n(C6H12O6) dekstrin (2)

n (C6H12O6) + H2O C12H22O11 maltosa (3)

C12H22O11 + H2O 2 C6H12O6 glukosa (4)

Faktor-faktor yang mempengaruhi hidrolisis pati adalah:

1. Suhu reaksi. Semakin tinggi suhu, reaksi akan berjalan semakin cepat. Tetapi, jika

suhu terlalu tinggi, maka hasil hidrolisis akan rusak. Suhu optimumnya yaitu 200oC

(Endang, 1978).

2. Waktu reaksi. Waktu yang semakin panjang akn memperbanyak pati yang

terhidrolisis. Namun pada batas tertentu, konversi akan mencapai batas optimum. Bila

waktu hidrolisis diperpanjang, maka diperoleh konversi yang kecil.

3. Katalisator. Katalisator dapat menurunkana energi aktivasi sehingga mempercepat

reaksi.

Pada proses hidrolisis, larutan diberi batu didih. Tujuannya untuk membantu

pendistribusian panas sehingga merata ke seluruh bagian larutan. Batu didih tidak boleh

terbuat dari bahan ang reaktif agar tidak bereaksi dengan larutan yang dididihkan,

misalnya keramik.

Sebelum dihidrolisis, pati dilarutkan dengan larutan HCl. Peranan larutan HCl disini

adalah sebagai media penghidrolisis karena HCl mengandung air yang jumlahnya

berlebih. Selain itu juga sebagai katalisator. Alasan pemilihan HCl sebagai katalisator

adalah akan terbentuk larutan NaCl jika bereaksi dengan NaOH dan larutan garam ini

bukan merupakan larutan yang berbahaya dan tidak mempengaruhi warna larutan.

Reaksi yang terjadi pada saat penambahan NaOH:

HCl (aq) + NaOH (aq) NaCl (aq) + H2O (l)

Hidrolisis dilakukan selama 1 jam dengan tujuan untuk memperbesar konversi. Jika

kurang dari satu jam, maka hasilnya kurang maksimal karena proses hidrolisis belum

sempurna. Bila lebih dari satu jam, maka pati bisa rusak karena terjadi reaksi degradasi

sehingga terbentuk senyawa non karbohidrat dan mempengaruhi hasil yang diperoleh

(lebih sedikit). Selama proses hidrolisis berlangsung, pendingin bola harus tetap

Page 3: B - Hidrolisis Pati

dipasang. Fungsinya adalah untuk mengembunkan uap yang terbentuk selama proses

hidrolisis sehingga volum larutan yang dihidrolisis jumlahnya tetap.

Setelah proses hidrolisis, larutan didinginkan. Pendinginan ini perlu dilakukan karena

larutan tersebut akan dinetralkan dengan larutan NaOH sehingga akan terjadi reaksi

antara HCl dan NaOH yang bersifat eksotermis. Adanya kalor saat penetralan akan

membuat larutan terhidrolisis kembali jika tidak didinginkan dan memungkinan

terjadinya degradasi larutan akibat adanya asam pada suhu tinggi yang dapat membentuk

senyawa non karbohidrat.

Hasil hidrolisis yang sudah didinginkan selanjutnya disaring dengan kertas saring.

Penyaringan ini bertujuan untuk menyaring kotoran-kotoran yang ada pada larutan. Hal

ini dimaksudkan untuk menghindari kesalahan analisis dan terjadinya penyimpangan.

Setelah itu dilakukan proses penetralan dengan NaOH. Tujuannya adalah untuk

menghilangkan sifat asam dari HCl agar tidak mengganggu kerja indikator metil biru

pada saat titrasi karena indikator ini sensitif terhadap perubahan pH. Selain itu, larutan

fehling yang mengandung CuO bisa bereaksi dengan HCl membentuk CuCl2 sehingga

mengurangi jumlah CuO yang seharusnya bereaksi dengan glukosa. Dengan adanya

penetralan, maka kemungkinan tersebut bisa dikurangi. Larutan yang sudah dinetralkan

kemudian diencerkan terlebih dahulu untuk mengurangi kesalahan pada saat titrasi. Jika

larutan terlalu pekat, maka kesalahan titrasi akan lebih besar karena sulit menentukan

titik ekivalen.

Pada saat penetralan, larutan hasil hidrolisis digunakan indikator kertas lakmus karena

kertas lakmus tidak merubah warna larutan, dapat diambil kembali setelah proses

penetralan selesai, tidak mengganggu reaksi dan tidak akan menambah fraksi volum.

Pada saat pengambilan fehling A dan fehling B harus digunakan pipet volum yang

berbeda agar tidak terbentuk endapan pada pipet volum. Reaksi antara larutan fehling A

dan fehling B adalah:

CuSO4 (aq) + 2 NaOH (aq) Cu(OH)2 (aq) + Na2SO4 (aq) (5)

Page 4: B - Hidrolisis Pati

O O

C - O – K C - O - K

H - C - O - H H - C - O+ Cu (OH)2 (aq) + 2 H2O (l) (6)

H - C - O – H H - C - O

C - O – Na Fehling A C - O - Na

O (aq) O (aq)

K-Na Tartiat CuO

Reaksi reduksi larutan fehling oleh glukosa:

O O

C - OH C - OH

H - C - OH H - C - OH+ 2 CuO + 2 Cu2O (6)

H - C - H HO - C - H

H - C - OH Fehling H - C – OH EndapanMerah Bata

H - C - OH H - C - OH

H - C – OH H - C - OH

H HGlukosa Asam glukomat

Titrasi dilakukan saat mendidih karena yang dititrasi adalah zat yang membutuhkan

suhu tinggi untuk bereaksi, yaitu untuk mengaktifkan molekul-molekulnya. Indikator

metil biru tidak ditambahkan pada saat awal titrasi karena metil biru tidak tahan terhadap

suhu tinggi. Metil biru mempunyai titik didih yang lebih rendah daripada titik didih

fehling A, fehling B serta larutan hasil hidrolisis sehingga jika ditambahkan pada awal

titrasi, metil biru akan menguap dahulu.

Perubahan warna yang terjadi pada saat hidrolisisi adalah dari keruh menjadi bening

kekuningan. Warna bening kekuningan merupakan warna glukosa dari hasil hidrolisis

pati. Penyebab perubahan warna ini karena selama pemanasan, pati terhidrolisis menjadi

glukosa. Pada tahap titrasi, warna larutan sebelum titrasi adalah biru tua. Proses titrasi

diakhiri jika larutan berubah warna menjadi bening dan menghasilkan endapan merah

Page 5: B - Hidrolisis Pati

bata. Kenapa bisa ada endapan merah bata? Setelah proses titrasi warna larutan akan

kembali menjadi warna biru. Hal ini terjadi karena ion Cu2+ yang terkandung di dalam

larutan (juga dalam endapan) akan teroksidasi kembali oleh udara.

Aplikasi hidrolisis pati dalam industri:

1. Industri pangan.

2. Industri farmasi dan obat-obatan.

3. Industri kertas dan lem.

4. Industri tekstil.

5. Industri kosmetik.

III. PELAKSANAAN PERCOBAAN

Page 6: B - Hidrolisis Pati

1

2

56

4

3

A. Bahan

1. Pati kanji

2. Larutan Fehling A

3. Larutan Fehling B

4. NaOH pellets

5. Larutan HCl 1 N

6. Glukosa standar

7. Aquadest

8. Indikator metil biru

9. Kertas lakmus merah

10. Kertas saring

B. Alat

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah:

Keterangan :

1. Statif

2. Klem

3. Kompor listrik

4. Erlenmeyer 500 mL

5. Pendingin bola

6. Steker

7. Batu didih

Gambar 1. Susunan Alat Hidrolisis

C. Cara Percobaan

1. Pembuatan Larutan HCl 1 N

Gelas beker 250 ml diisi dengan 50 ml aquadest. Larutan HCl pekat dari lemari

asam ditambhakan sebanyak 20,8 ml menggunakan pipet ukur 10 ml ke dalam

gelas beker berisi aquadest. Larutan HCl dipindahkan ke dalam labu ukur 250 ml

dengan corong gelas. Aquadest ditambahkan hingga tanda batas dan digojog

hingga homogen.

2. Pembuatan Larutan NaOH 1 N

Page 7: B - Hidrolisis Pati

Padatan NaOH ditimbang sebanyak 0,9975 gram dengan botol timbang

menggunakan neraca analitis digital. Padatan NaOH yang sudah ditimbang

dilarutkan ke dalam gelas beker 250 ml yang berisi 25 ml aquadest.

3. Hidrolisis Pati

Pati kanji ditimbang sebanyak 5,0755 gram pada gelas arloji dengan neraca

analitis digital. Pati, 250 ml larutan HCl 1 N, dan batu didih dimasukkan ke dalam

labu erlenmeyer 500 ml, lalu alat dirangkai dan air dialirkan pada pendingin bola.

Kompor listrik dihidupkan dan ditunggu larutan mulai mendidih, kemudian

hidrolisisi dilakukan selama 1 jam dihitung sejak larutan mulai mendidih. Kompor

listrik dimatikan setelah 1 jam mendidih, kompor listrik diganti dengan batako dan

larutan yang telah dihidrolisis didinginkan dengan tetap menggunakan pendingin

bola. Larutan hasil hidrolisis disaring ke dalam erlenmeyer 500 ml dengan kertas

saring kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 250 ml dan ditambahkan

aquadest hingga tanda batas. Filtrat cairan hasil hidrolisis diambil sebanyak 25 ml

dengan pipet volum 25 ml dan dimasukkan ke dalam gelas beker 250 ml. Kertas

lakmus merah dimasukkan ke filtrat dalam gelas beker 250 ml dan filtrat

dinetralkan dengan larutan NaOH 1 N dengan menggunakan pipet tetes hingga

kertas lakmus merah berubah menjadi kebiruan. Filtrat yang sudah dinetralkan

dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml dan ditambahkan aquadest hingga tanda

batas, lalu digojog hingga homogen.

4. Pembuatan Larutan Glukosa Standar

Glukosa monohidrat ditimbang sebanyak 1, 0128 gram dengan gelas arloji

menggunakan neraca analitis digital. Glukosa monohidrat dilarutkan dengan 50 ml

aquadest di dalam gelas beker 250 ml. Larutan dimasukkan ke dalam labu ukur

250 ml, aquadest ditambahkan sampai tanda batas dan digojog hingga homogen.

5. Titrasi Blangko (Fehling A + Fehling B)

Larutan glukosa standar dimasukkan ke dalam buret 50 ml. Larutan fehling A

diambil sebanyak 10 ml dan larutan fehling B sebanyak 10 ml, dimasukkan ke

dalam erlenmeyer 125 ml dan digoyang hingga homogen. Campuran larutan

dididihkan di atas kompor listrik kemudian dititrasi dengan larutan glukosa standar

pada keadaan mendidih hingga warna birunya hampir hilang dan terbentuk

Page 8: B - Hidrolisis Pati

endapan merah bata. Tiga tetes metil biru ditambahkan ke dalam larutan tersebut

dan titrasi diteruskan hingga cairan berubah warna menjadi bening dan terbentuk

endapan merah bata, kemudian volum larutan glukosa standar yang diperlukan

untuk titrasi dicatat. Langkah percobaan diulangi untuk 2 sampel campuran fehling

A dan fehling B lainnya.

6. Titrasi Larutan Fehling + Fehling B Ditambahkan Larutan Hasil Hidrolisis dengan

Larutan Glukosa Standar

Larutan glukosa standar dimasukkan ke dalam buret 50 ml. Larutan fehling A,

fehling B dan larutan hasil hidrolisis maisng-masing diambil sebanyak 10 ml,

kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer 125 ml dan digoyang hingga

homogen. Latutan dididihkan di atas kompor listrik kemudian dititrasi dengan

larutan glukosa standar pada keadaan mendidih hingga warna birunya hampir

hilang dn terbentuk endapan merah bata. Tiga tetes metil biru ditambahkan ke

dalam larutan tersebut dan titrasi diteruskan hingga cairan berubah warna menjadi

bening dan terbentuk endapan merah bata, kemudian volum larutan glukosa standar

yang diperlukan untuk titrasi dicatat. Langkah percobaan diulangi untuk 2 sampel

campuran larutan fehling A, fehling B, dan larutan hidrolisis lainnya.

D. Analisis Data

1. Penentuan konsentrasi glukosa dalam larutan glukosa standar

C s=W monohidrat

V larutan

xBM glukosa

BM monohidrat

(8)

dengan, Cs = konsentrasi larutan glukosa standar, mg glukosa/mL

Wmonohidrat = massa glukosa monohidrat standar, mg

Vlarutan = volume larutan glukosa standar, mL

BMglukosa = berat molekul glukosa, mg/mmol (180 mg/mmol)

BMmonohidrat = berat molekul glukosa monohidrat, mg/mmol (198 mg/mmol)

2. Penentuan konsentrasi glukosa dalam larutan hidrolisis pati

a. Menghitung selisih volume larutan glukosa standar yang digunakan untuk titrasi

larutan blangko dengan larutan blangko + larutan hasil hidrolisis pati

∆ V n=V b n−V hn (9)

Page 9: B - Hidrolisis Pati

dengan, ΔVn = selisih volume larutan glukosa standar yang digunakan untuk titrasi

larutan Fehling A + Fehling B (Vb n) dengan yang digunakan untuk

larutan Fehling A + Fehling B + hasil hidrolisis pati (Vh n), mL

Vb n = volume larutan glukosa standar yang digunakan untuk titrasi

larutan blangko (fehling A + fehling B) sampel n, ml.

Vh n = volume larutan glukosa standar yang digunakan untuk titrasi

larutan blangko(fehling A + fehling B) + larutan hasil hidrolisis

sampel n, ml

n = 1, 2, 3

b. Menghitung konsentrasi glukosa dalam larutan hidrolisis pati setelah diencerkan

Chen=ΔV n x C s

V (10)

dengan, V = volume larutan hidrolisis setelah diencerkan yang ditambahkan

ke larutan blangko, mL

Che n = konsentrasi glukosa sampel n dalam larutan hidrolisis setelah

diencerkan, mg glukosa/mL

c. Menghitung konsentrasi glukosa dalam larutan hidrolisis pati sebelum diencerkan

Chp n=Che n xV he

V hp

(11)

dengan, Chp n = konsentrasi glukosa dalam larutan hidrolisis pati sebelum

diencerkan

Vhp = volume larutan hidrolisis pati yang diencerkan, mL

Vhe = volume larutan hidrolisis pati setelah diencerkan, mL

3. Penentuan ekivalen glukosa dalam larutan hidrolisis pati

mp n = Chp n x Vp (12)

dengan, mp n = massa ekivalen glukosa dalam larutan hidrolisis pati sebelum

diencerkan, mg glukosa

Vp = volume larutan hidrolisis pati total, mL

4. Penentuan jumlah glukosa yang terbentuk hasil hidrolisis

mbn=m p n

W pati

(13)

Page 10: B - Hidrolisis Pati

dengan, mb n = massa ekivalen glukosa yang terbentuk hasil hidrolisis pati, mg

glukosa/ mg pati

Wpati = massa pati yang dianalisis, mg pati

5. Penentuan kadar pati

mk n=mb n xBM pati

BM glukosa

x100 % (14)

dengan, mk n = kadar pati, %

BM pati = berat molekul pati, mg/mmol (162 mg/mmol)

Page 11: B - Hidrolisis Pati

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil yang diperoleh dari percobaan ini antara lain konsentrasi glukosa dalam glukosa

standar adalah 3,6829 mg glukosa/ml, konsentrasi glukosa dalam larutan hidrolisis pati

setelah diencerkan sampel 1, 2, dan 3 berturut-turut adalah 4,6036 mg glukosa/ml;

4,6405 mg glukosa/ml; dan 4,6405 mg glukosa/ml, konsentrasi glukosa dalam larutan

hidrolisis pati sebelum diencerkan sampel 1, 2, dan 3 berturut-turut adalah 18,4145 mg

glukosa/ml; 18,5619 mg glukosa/ml; 18,5619 mg glukosa/ml, massa ekivalen glukosa

dalam larutan hidrolisis pati sampel 1, 2, dan 3 berturut-turut adalah 4603,6364 mg

glukosa; 4640,4655 mg glukosa; dan 4640,4655 mg glukosa, massa ekivalen glukosa

yang terbentuk sampel 1, 2, dan 3 berturut-turut adalah 0,9070 mg glukosa/mg pati;

0,9143 mg glukosa; dan 0,9143 mg glukosa, serta kadar pati sampel 1, 2, dan 3 berturut-

turut adalah 81,6328%; 82, 2859%; dan 82,2859%. Kadar pati referensi menurut Endang,

dkk, 1978, kadar pati referensi adalah 86%.

Page 12: B - Hidrolisis Pati

V. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah:

1. Metode Lane dan Eynon dapat digunakan untuk analisis konsentrasi glukosa.

2. Kadar pati yang diperoleh adalah 81,6328% untuk sampel 1, 82, 2859% untuk sampel

2, dan 82,2859% untuk sampel 3.

VI. DAFTAR PUSTAKA

Endang, S, airisman, dan Sutadi, 1978, “Pengolahan Tapioka Menjadi Glukosa”, hal 16,

Pusdiklat Pegawai Departemen Perindustrian, Bogor.

Groggins, P.h., 1958, “Unit Processes in Organic Synthesis”, 5ed., pp. 750-771, McGraw

Hill Book Company, Inc., New York.

Kirk, R.E., and Othmer, D.F., 1978, “Encyclopedia of Chemical Techology”, 3ed., pp.

232-233, McGraw Hill Book Company Inc., New York.

Wertheim, E., 1956, “Introductory of Organic Chemistry”, 3ed., pp. 193-194, 219, 232-

233, McGraw Hill Book Company Inc., New York.

Page 13: B - Hidrolisis Pati

VII.LAMPIRAN

A. Identifikasi Hazard Proses dan Bahan Kimia

Hazard yang mungkin terjadi pada proses percobaan ini adalah luka bakar di kulit,

terutama pada saat proses hidrolisis pati dan proses titrasi untuk analisis kadar glukosa

karena menggunakan suhu tinggi. Kedua proses ini menggunakan kompor listik

sehingga alat-alat yang digunakan menjadi panas. Luka bakar dapat terjadi saat

memegang erlenmeyer yang berisi larutan yang dipanaskan, statif dan klem yang juga

panas atau ujung buret yang dekat dengan kompor. Sehingga harus digunakan sarung

tangan tahan panas dan penjepit besi.

Bahan-bahan kimia yang harus diidentifikasi hazard-nya adalah:

1. Aquadest

Bahan kimia ini tidak berbahaya bagi manusia dan tidak perlu penanganan khusus

untuk penyimpanan dan pertolongan jika terpapar.

2. Glukosa Standar

Glukosa yang dipakai sebagai glukosa standar adalah glukosa monohidrat. Bahan

ini bersifat irritant, terutama jika berkontak dengan mata. Jika sudah terkena,

basuh dengan air selama kurang lebih 15 menit.

3. Larutan Fehling A (CuSO4)

Bahan ini bersifat irritant, terutama jika berkontak dengan mata. Berbahaya juga

ketika dihirup dan ditelan. Penanganannya jika sidah terkena mata sama dengan

penanganan pada glukosa standar.

4. Larutan Fehling B (K-Na-Tartrat)

Larutan ini bersifat corrosive dan irritant. Jika berkontak dengan mata, maka cara

penanganannya seperti yang sudah disebutkan. Jangan lupa untuk melepas contact

lenses dan jangan menggunakan obat mata. Jika terkena pakaian, maka pakaian

dilepas dan dicuci sebelum akan digunakan kembali. Jika sudah terkena kulit, maka

cuci dengan air yang mengalir. Bila sudah semakin parah, maka gunakan krim anti

bakteri dan cuci dengan sabun desinfektan. Jika terhirup, maka cari udara segar.

Bila semakin parah, maka lepaskan ikat pinggang, gelang, dan renggangkan celana.

Gunakan oksigen bila penderita sudah bernafas. Jika dibutuhkan, bantu dengan

pernafasan mulut. Bahan ini perlu disimpan pada tempat yang tidak korosif dan

aman.

Page 14: B - Hidrolisis Pati

5. Larutan HCl 1 N

Larutan ini bersifat beracun, korosif, iritan, dan bersifat karsinogenik. Penanganan

terhadap bahan ini hampir sama dengan penanganan larutan fehling B. Dalam

penyimpanannya, larutan ini harus benar-benar tertutup dan diletakkan pada

ruangan yang memiliki ventilasi yang baik.

6. Indikator metil biru

Indikator ini bersifat irritant, terutama jika berkontak dengan mata, combustible

pada suhu yang sangat tinggi. Penanganannya sama seperti yang sudah disebutkan.

7. NaOH pellets

Bahan ini bersifat korosif dan iritan. Penanganan bahan sama seperti penanganan

larutan fehling B. Dalam penyimpanannya, jangan disimpan diatas suhu 23oC.

Tempat penyimpanan juga harus dijaga kering karena bahan ini bersifat

higroskopis.

8. Pati kanji

Bahan ini tidak berbahaya dan tidak memerlukan penanganan khusus, tetapi

bersifat iritan bila terkena mata.

B. Alat Perlindungan Diri

Alat perlindungan diri yang digunakan dalam percobaan ini adalah:

1. Jas laboratorium lengan panjang untuk melindungi tubuh dari percikan bahan-

bahan kimia yang berbahaya.

2. Masker untuk melindungi saluran pencernaan dan pernafasan dari bahan volatil

dan beracun.

3. Sarung tangan untuk melindungi tangan dari zat yang iritan dan korosif.

4. Sepatu tertutup untuk melindungi kaki dari percikan bahan kimia yang korosif.

5. Goggle untuk melindungi mata dari percikan bahan kimia yang korosif, iritan, dan

beracun.

C. Manajemen Limbah

Limbah yang dihasilkan dari percobaan ini adalah limbah sisa hidrolisis pati,

limbah hasil titrasi, dan limbah sisa larutan glukosa standar. Limbah sisa hidrolisis

pati berupa glukosa yang terlarut HCl, sehingga dibuang pada limbah halogenik

karena mengandung zat klor yang termasuk dalam golongan halogen. Limbah hasil

titrasi dibuang pada limbah logam berat karena mengandung ion Cu2+. Sedangkan

Page 15: B - Hidrolisis Pati

limbah sisa larutan glukosa standar dibuang pada limbah non halogenik karena tidak

mengandung zat yang bersifat asam, basa, maupun logam berat.

D. Data Percobaan

Massa glukosa monohidrat : 1,0128 gram

Massa NaOH : 0,9975 gram

Volum larutan glukosa monohidrat : 250,00 ml

Volum larutan HCl : 250,00 ml

Massa pati : 5,0755 gram

Lama hidrolisis : 1 jam

Warna larutan sebelum hidrolisis : keruh

Warna larutan setelah hidrolisis : bening kekuningan

Volum larutan yang dinetralkan : 25,00 ml

Volum larutan setelah pengenceran : 100,00 ml

1. Titrasi Larutan Fehling A + Fehling B dengan Larutan Glukosa Standar

Daftar I. Data Titrasi Larutan Fehling A + Fehling B dengan Glukosa

Standar

No

.Fehling A, ml Fehling B, ml Volum Larutan Glukosa Standar, ml

1. 10,00 10,00 25,70

2. 10,00 10,00 25,90

3. 10,00 10,00 26,10

2. Titrasi Larutan Fehling A + Fehling B + larutan hasil hidrolisis dengan larutan

glukosa standar

Daftar II. Data Titrasi Larutan Fehling A + Fehling B + Larutan Hasil

Hidrolisis dengan Larutan Glukosa Standar

No. Fehling A, ml Fehling B, mlLarutan Hasil

Hidrolisis, ml

Volum Larutan

Glukosa Standar, ml

1. 10,00 10,00 10,00 13,20

Page 16: B - Hidrolisis Pati

2. 10,00 10,00 10,00 13,30

3. 10,00 10,00 10,00 13,50

E. Perhitungan

1. Penentuan konsentrasi glukosa dalam larutan glukosa standar

C s=1012,8 mg250,00 ml

x180 mg /mmol198 mg /mmol

=3,6829mg glukosa

ml

2. Penentuan konsentrasi glukosa dalam larutan hidrolisis pati

a. Menghitung selisih volume larutan glukosa standar yang digunakan untuk

titrasi larutan blangko dengan larutan blangko + larutan hasil hidrolisis pati

∆ V 1=(25,70−13,20 )ml=12,5000 ml

∆ V 2=(25,90−13,30 )ml=12,6000 ml

∆ V 3=(26,10−13,50 )ml=12,6000 ml

b. Menghitung konsentrasi glukosa dalam larutan hidrolisis pati setelah

diencerkan

Che1=12,5000 ml x3,6829 mg glukosa /ml

10,00 ml=4,6036

mg glukosaml

Che2=12,6000 ml x3,6829 mg glukosa /ml

10,00 ml=4,6405

mg glukosaml

Che3=12,6000 ml x3,6829 mg glukosa /ml

10,00 ml=4,6405

mg glukosaml

c. Menghitung konsentrasi glukosa dalam larutan hidrolisis pati sebelum

diencerkan

Chp1=4,6036 mg glukosa/ml x 100,00 ml

25,00 ml=18,4145

mg glukosaml

Chp 2=4,6405 mg glukosa/ml x 100,00 ml

25,00 ml=18,5619

mg glukosaml

Chp3=4,6405 mg glukosa/ml x 100,00 ml

25,00 ml=18,5619

mg glukosaml

d. Penentuan ekivalen glukosa dalam larutan hidrolisis pati

Page 17: B - Hidrolisis Pati

mp 1 = 18,4145 mg glukosa/ml x 250,00 ml = 4603,6364 mg glukosa

mp 2 = 18,5619 mg glukosa/ml x 250,00 ml = 4640,4655 mg glukosa

mp 3 = 18,5619 mg glukosa/ml x 250,00 ml = 4640,4655 mg glukosa

e. Penentuan jumlah glukosa yang terbentuk hasil hidrolisis

mb1=4603,6364 mg glukosa(5,0755 x1000 ) mg pati

=0,9070mg glukosa

mg pati

mb2=4640,4655 mg glukosa(5,0755 x1000 ) mg pati

=0,9143mg glukosa

mg pati

mb3=4640,4655 mg glukosa(5,0755 x1000 ) mg pati

=0,9143mg glukosa

mg pati

f. Penentuan kadar pati

mk 1=0,9070mg glukosa

mg patix

162 mg /mmol180 mg /mmol

x100 %=81,6328 %

mk 2=0,9143mg glukosa

mg patix

162 mg /m mol180 mg /mmol

x 100%=82,2859 %

mk 3=0,9143mg glukosa

mg patix

162mg /mmol180 mg /mmol

x100 %=82,2859 %