HIDROLISIS ZAT PATI BERAS MERAH MENGGUNAKAN …

45
HIDROLISIS ZAT PATI BERAS MERAH MENGGUNAKAN KATALIS ASAM KLORIDA OLEH : Drs. I Wayan Suarsa, M.Si JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS UDAYANA 2017

Transcript of HIDROLISIS ZAT PATI BERAS MERAH MENGGUNAKAN …

Page 1: HIDROLISIS ZAT PATI BERAS MERAH MENGGUNAKAN …

HIDROLISIS ZAT PATI BERAS MERAH

MENGGUNAKAN KATALIS ASAM KLORIDA

OLEH :

Drs. I Wayan Suarsa, M.Si

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS UDAYANA

2017

Page 2: HIDROLISIS ZAT PATI BERAS MERAH MENGGUNAKAN …

ii

Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan

anugerah-Nya Karya Ilmiah yang berjudul Hidrolisis Zat Pati Beras Merah Menggunakan

Katalis Asam Klorida ini dapat terselesaikan.

Karya Ilmiah ini merupakan pelaksanaan Tri Darma Perguruan Tinggi khususnya di

Universitas Udayana.

Penulis menyadari bahwa Karya Ilmiah ini masih banyak kekurangannya, maka saran

dan kritik membangun dari semua pihak sangat diharapkan.

Harapan penulis, semoga karya kecil ini dapat bermanfaat.

Denpasar, 16 Juli 2017

Penulis

Page 3: HIDROLISIS ZAT PATI BERAS MERAH MENGGUNAKAN …

iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………………………. i

Kata Pengantar ..................................................................................................................... ii

Daftar Isi ............................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................... 4

1.3 Tujuan ....................................................................................................................... 4

1.4 Manfaat ..................................................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................... 6

2.1 Karakteristik dan Kandungan Karbohidrat dalam Beras Putih ................................ 6

2.1.1 Karakteristik Fisik ........................................................................................... 10

2.1.2 Karakteristik Kimia ......................................................................................... 11

2.1.3 Karakteristik Organoleptik .............................................................................. 12

2.1.4 Analisa Data .................................................................................................... 13

2.2 Karakteristik Tepung Beras Merah .......................................................................... 13

2.2.1 Karakteristik Fisik Tepung Beras Merah ......................................................... 13

2.2.2 Karakteristik Kimia Tepung Beras Merah ...................................................... 15

2.2.3 Uji Organoleptik Tepung Beras Merah ........................................................... 16

2.3 Kinetika Reaksi ........................................................................................................ 19

2.4 Hidrolisa ................................................................................................................... 21

2.5 Modifikasi Pati ......................................................................................................... 23

2.6 Proses Modifikasi Pati Secara Hidrolisis ................................................................. 27

BAB III PEMBAHASAN .................................................................................................... 31

3.1 Prosedur Kerja ........................................................................................................... 31

3.2 Hasil Pembahasan .................................................................................................... 33

BAB IV PENUTUP ............................................................................................................. 39

4.1 Kesimpulan ............................................................................................................... 39

4.2 Saran ......................................................................................................................... 39

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 40

Page 4: HIDROLISIS ZAT PATI BERAS MERAH MENGGUNAKAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Beras merupakan makanan pokok dari beberapa wilayah di dunia. Di Indonesia beras

merupakan makanan pokok yang wajib ada saat makan, baik disaat sarapan, makan siang atau

pun makan malam. Kandungan pati dan karbohidrat yang tinggi lah yang menyebabkan beras

menjadi salah satu pangan pokok masyarakat Indonesia. Beras tetap mendominasi sebagai

bahan pangan utama dan wajib karena beras merupakan sumber energi maupun sumber nutrisi

yang lebih baik dibandingkan dengan jenis pangan pokok lainnya.

Tabel 1.1 Data Hasil Produksi Padi dalam Gabah Kering Giling dan Impor Beras di

Indonesia Tahun 2007-2011

Tahun produksi Produksi

(ton)

Perkembangan

(%)

Import

(ton)

Perkembangan

(%)

2007 57.157.435

0 482.103,242

0

2008 60.325.925

5,543

289.273,892

39,997

2009 64.398.890

6,752

250.275,877

13,481

2010 66.411.469

3,125

687.582,971

100,747

2011 67.307.324

1,349

1.622.230,265

100,359

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS),2012

Beras juga salah satu hasil panen terbesar Negara Indonesia karena Indonesia adalah

Negara yang dominan masyarakatnya bermata pencaharian sebagai nelayan dan petani. Hasil

panen beras di Indonesia terbilang sukses karena dari table 1 di atas dapat dilihat bahwa

jumlah panen gabah per tahun selalu meningkat. Dan juga jumlah beras import ke Indonesia

semakin meningkat pula hal ini membuktikan Indonesia mengkonsumsi beras semakin tahun

semakin meningkat bahkan membludak pada tahun 2011.

Page 5: HIDROLISIS ZAT PATI BERAS MERAH MENGGUNAKAN …

2

Beras yang umum di konsumsi oleh masyarakat Indonesia adalah beras putih.

Kandungan yang terdapat pada beras putih adalah 1,527 kJ (365 kcal) energi, 79 gram

karbohidrat, 0.070 mg (5%) tiamina dan 6 gram protein serta masih banyak kandungan beras

putih lainnya seperti air, vitamin, mineral dan lain sebagainya. Alasan mengkonsumsi beras

putih karena tekstur beras putih yang lebih pulen atau lebih lembut di bandingkan beras -

beras lainnya. Masyarakat lebih dominan mengkonsumsi beras putih karna harganya yang

lebih murah dan juga beras putih mendominasi pasar karena mudah untuk di tanam dan

menghasilkn hasil panen lebih banyak dibandingkan beras merah.

Beras merah merupakan bahan pangan yang memiliki komponen penyusun yang

dibutuhkan oleh tubuh. Komponen-komponen tersebut antara lain karbohidrat, zat besi,

antioksidan, dan vitamin. Beras merah sangat jarang dimanfaatkan oleh orang meskipun

memiliki komponen komponen penyusun yang sangat dibutuhkan oleh tubuh karena tekstur

beras merah yang sangat keras dibandingkan beras putih serta jarang berada di pasaran.

Tekstur beras merah yang keras kurang disukai orang pada umumnya sehingga beras merah

jarang dikonsumsi sebagai makanan sehari-hari.

Jika di lihat di Bali beras merah tidak asing lagi di telinga masyarakat. Karena

Kabupaten Tabanan yang menjadi lumbung beras di Bali dan penyedia beras merah terbanyak

di Bali. Bahkan masyrakat daerah Tabanan menggunakan beras merah sebagai pengganti

beras putih karena dinilai lebih mengenyangkan di bandingkan beras putih dan juga beras

merah dinilai lebih enak di bandingkan beras putih. Walaupun harga beras merah terbilang

lebih mahal dibandingkan beras merah.

Kandungan yang dimiliki beras merah adalah kalori (energy) 222 kkal, protein 6 gram,

karbohidrat 46 gram dan tiaminanya 0,31mg. terlihat bahwa jumlah karbohidrat yang di miliki

beras merah jauh lebih sedikit dibandingkan beras putih tetapi jumlah energy yang di hasilkan

beras merah jauh lebih besar di bandingkan beras putih. Selain itu jumlah tiamin yang di

hasilkan beras merah jauh lebih besar dibandingkan jumlah tiamin dari beras putih.

Pati atau karbohidrat dapat diperoleh dari berbagai jenis tumbuhan seperti beras ketela

pohon, ketela rambat, padi, pisang dan sebagainya, Di dalam tumbuh tumbuhan, pati

disimpan dalam batang, akar, buah atau biji sebagai cadangan makanan. Ditinjau dari rumus

kimianya pati adalah karbohidrat yang berbentuk polisakharida berupa polimer anhidro

monosakharid dengan rumus umum (C6H10O5)n. Penyusun utama pati adalah amilosa dan

amilopektin. Amilosa tersusun atas satuan glukosa yang saling berkaitan melalui ikatan 1-4

Page 6: HIDROLISIS ZAT PATI BERAS MERAH MENGGUNAKAN …

3

Gambar 1.1.1Iklan Promosi Beras Merah Jatiluih

glukosida, sedangkan amilopektin merupakan polisakharida yang tersusun atas 1-4αglikosida

dan mempunyai rantai cabang 1-6α glukosida (Kirk and Othmer, 1954).

Hidrolisis adalah suatu reaksi peruraian antara suatu senyawa dengan air agar senyawa

tersebut pecah atau terurai. Pada reaksi hidrolisis pati dengan air, air akan menyerang pati

Page 7: HIDROLISIS ZAT PATI BERAS MERAH MENGGUNAKAN …

4

(C6H10O5)n + nH2O (C6H12O6)

KarbohIdrat Air Glukosa

pada ikatan1-4αglukosida menjadi rantai yang lebih pendek. Hasilnya berupa dekstrin, sirup

atau glukosa, tergantung pada derajat pemecahan rantai polisakharida dalam pati. Jika

perbandingan suspensi dan waktu tepat, dekstrin yang terbentuk akan terhidrolisis menjadi

glukose (Groggins, 1958). Reaksi hidrolisis pati berlangsung menurut persamaan reaksi

berikut.

.…………………1.1.1

Reaksi antara pati dengan air berlangsung sangat lambat, sehingga perlu bantuan

katalisator, bisa berupa enzim atau asam. Katalisator yang sering digunakan adalah katalisator

asam, Katalisator asam yang sering digunakan adalah asam khlorida, asam sulfat, asam nitrat

dan asam yang sering digunakan dalam industri adalah asam khlorida (HCl) karena garam

yang terbentuk tidak berbahaya yaitu garam dapur (NaCl). Disamping katalisator asam, dapat

juga digunakan katalisator enzim yang berasal dari fungi atau bakteri, sering juga dipakai

kombinasi dari keduanya. Hidrolisis tepung untuk mendapatkan sirup atau gula cair dibuat

pada kondisi operasi 140-150 oC dan waktu reaksi sekitar 20 – 25 menit Reaksi hidrolisis

dengan suhu tinggi biasanya dilakukan pada tekanan lebih besar dari satu atmosfer supaya

bahan tetap pada fase cair (Agra dkk.,1973).

1.2 Rumusan masalah

Rumusan masalah yang dapat di ambil adalah

1. Bagaimanakah cara menghidrolisis zat pati pada beras merah ?

2. Apakah manfaat dari hidrolisis beras merah?

3. Apakah kegunaan dan kelebihan katalis HCl di banding katalis lainnya?

1.3 Tujuan

Tujuan dari percobaan ini adalah

1. Untuk mengetahui cara menghidrolisis zat pati dalam beras merah dengan katalis

HCl

2. Untuk memanfaatkan beras merah yang selama ini kurang di manfaatkan oleh

masyarakat

3. Untuk mengetahui kinetika hidrolisis pati beras merah

Page 8: HIDROLISIS ZAT PATI BERAS MERAH MENGGUNAKAN …

5

4. Untuk mengetahui dampak dari hidrolisis pati kepada beras merah

5. Untuk mengetahui manfaat hidrolisis pati agar dapat di gunakan dalam kehidupan

sehari-hari

1.4 Manfaat

Manfaat yang di harapkan penulis dari penelitian ini adalah

1. Dapat memanfaatkan beras merah yang secara umum jarang digunakan karena

berbagai macam alasan

2. Agar dapat menggunakan kandungan kandungan yang sangat baik dalam beras

merah yang sedikit terdapat pada beras putih melalui proses hidrolisis

3. Untuk lebih memahami proses hidrolisis dan mengaplikasikannya dalam

kehidupan sehari hari

Page 9: HIDROLISIS ZAT PATI BERAS MERAH MENGGUNAKAN …

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karakteristik dan Kandungan Karbohidrat dalam Beras Putih

Beras merupakan bahan makanan sebagai sumber energi bagi manusia. Selain itu,

beras juga merupakan sumber protein, vitamin dan juga mineral yang bermanfaat bagi

kesehatan. Berdasarkan warna beras, di Indonesia dikenal beberapa jenis beras seperti beras

putih, beras hitam, beras ketan dan beras merah. Beras merah umumnya dikonsumsi tanpa

melalui proses penyosohan, tetapi hanya digiling menjadi beras pecah kulit, kulit arinya

masih melekat pada endosperm. Kulit ari beras merah ini kaya akan minyak alami, lemak

esensial dan serat. Serat tak hanya mengenyangkan, namun juga mencegah berbagai penyakit

saluran pencernaan. Manfaat lain dari serat, yakni dapat meningkatkan perkembangan otak

dan menurunkan kolesterol darah. (Fibriyanti. 2012).

Gambar 2.1.1 Berah Merah Kabupaten Tabanan, Jatiluih, Bali

Page 10: HIDROLISIS ZAT PATI BERAS MERAH MENGGUNAKAN …

7

Walaupun demikian, beras merah masih kalah pamor dibandingkan beras putih karena

beras merah mempunyai masa simpan yang lebih pendek dari beras putih. Padahal beras

merah memiliki efek kesehatan yang jauh lebih baik daripada beras putih seperti

menyembuhkan penyakit kekurangan vitamin A (rabun ayam) dan vitamin B (beri-beri).

Namun, perhatian petani Indonesia terhadap beras merah kurang. Petani lebih fokus menanam

padi yang menghasilkan beras putih. Namun, ada juga sebagian petani yang secara

turuntemurun menanam beras merah (Astawan, M. 2012), ada juga yang telah dijadikan

varietas unggul seperti varietas yang dihasilkan Badan Penelitian dan Pengembangan

Pertanian yaitu Buhbatong dan Aek Sibundong.

Masalah besar petani adalah kehilangan hasil, mutu yang rendah dan harga yang

relatif mahal. Kehilangan hasil pasca panen masih tinggi yaitu mencapai 20,5%. (Hidju, H.

2011). Mutu merupakan bagian penting untuk bersaing dalam pasar produk pangan. Untuk

menghasilkan produk akhir yang baik, mutu harus dikendalikan di seluruh rantai pangan.

Artinya suatu produk harus dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan. (Widagdo,

W., 2007). Oleh karena itu, mutu beras yang merupakan salah satu faktor yang menentukan

tingkat penerimaan konsumen terhadap suatu varietas mendapat perhatian penting. Mutu

beras dipengaruhi oleh empat faktor utama, yaitu sifat genetik, lingkungan dan kegiatan

prapanen, perlakuan pemanenan, serta perlakuan pascapanen. Dalam pengelompokan yang

lebih luas, mutu beras dikategorikan dalam empat kelompok meliputi: (1) mutu fisik/pasar,

(2) mutu tanak dan rasa, (3) mutu gizi dan (4) standar spesifik untuk penampakan dan

kemurnian biji.

Semua kategori tersebut penting digunakan bersama-sama dalam penetapan kriteria

beras yang sesuai dengan tujuan penggunaannya. Walaupun demikian, pada akhirnya

penggolongan kriteria mutu beras harus mempunyai hubungan langsung dengan penerimaan

konsumen akhir yaitu dalam bentuk nasi. Maka penetapan kriteria mutu beras didasarkan atas

pola konsumsi tersebut (Damardjati, D. S. dan E.Y. Purwani., 1991). Menurut Indrasari dan

Adnyana (2007), komponen mutu yang berperanan pada tingkat penerimaan oleh konsumen

adalah mutu tanak beras.

Mutu tanak merupakan salah satu persyaratan mutu beras. Sifat fisikokimia beras yang

digunakan sebagai kriteria adalah kadar amilosa, kadar protein, suhu gelatinisasi dan

konsistensi gel. Beras yang diperdagangkan dan memiliki mutu pasaran yang tinggi tidak

memberi jaminan bahwa mutu tanak juga tinggi karena mutu giling maupun penampakan fisik

biji tidak mempunyai pengaruh nyata terhadap mutu tanak (Damardjati, D. S. dan E.Y.

Page 11: HIDROLISIS ZAT PATI BERAS MERAH MENGGUNAKAN …

8

Purwani., 1991). Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai

karakterisasi sifat fisikokimia pada beras merah khususnya yang berasal dari beberapa sentra

produksi beras di Sulawesi Selatan untuk mengetahui sifat fisikokima yang terdapat dalam

beras merah tersebut.

Pati atau karbohidrat dapat diperoleh dari berbagai jenis tumbuhan seperti ketela

pohon, ketela rambat, padi, pisang dan sebagainya, Di dalam tumbuh tumbuhan, pati

disimpan dalam batang, akar, buah atau biji sebagai cadangan makanan (Agra dkk., 1973).

Ditinjau dari rumus kimianya pati adalah karbohidrat yang berbentuk polisakharida berupa

polimer anhidro monosakharid dengan rumus umum (C6H10O5)n. Penyusun utama pati adalah

amilosa dan amilopektin. Amilosa tersusun atas satuan glukosa yang saling berkaitan melalui

ikatan 1-4 glukosida, sedangkan amilopektin merupakan polisakharida yang tersusun atas 1-

4α glikosida dan mempunyai rantai cabang 1-6α glukosida.

Gambar 2.1.2 Struktur Pati

Padi beras merah tergolong dalam family Gramineae, sub family Oryzaidae, suku /

genus dan spesies Oryza sativa (Rajguru et al., 2002 ). Kandungan gizi beras merah per 100

gram, terdiri atas protein 7,5 g, lemak 0,9 g, karbohidrat 77,6 g, kalsium 16 mg, fosfor 163

mg, zat besi 0,3 g, vitamin B1 0,21 mg dan antosianin. Antioksidan adalah komponen yang

mampu menghambat proses oksidasi, yaitu proses yang dapat menyebabkan kerusakan

atau ketengikan, berfungsi sebagai antioksidan pada tepung beras merah adalah kandungan

antosianin. Antosianin adalah senyawa fenolik yang masuk kelompok flavonoid yang

Page 12: HIDROLISIS ZAT PATI BERAS MERAH MENGGUNAKAN …

9

berperan penting, baik bagi tanaman itu sendiri maupun bagi kesehatan manusia. Peran

antioksidan bagi kesehatan manusia adalah untuk mencegah beberapa penyakit hati

(hepatitis), kanker usus, stroke, diabetes, sangat esensial bagi fungsi otak dan mengurangi

pengaruh penuaan otak. Kandungan antosianin pada setiap gram padi beras merah masih

sangat beragam dan berkisar antara 0,34– 93,5 μg (Damanhuri; 2005; Herani dan Rahardjo,

2005).

Gambar 2.1.3 Macam-macam Flavonoid

Page 13: HIDROLISIS ZAT PATI BERAS MERAH MENGGUNAKAN …

10

Salah satu bentuk olahan beras merah paling sederhana adalah pembuatan tepung

beras merah . Tepung merupakan salah satu bentuk alternatif produk setengah jadi yang

dianjurkan, karena akan lebih tahan disimpan, mudah dicampur (dibuat komposit), diperkaya

zat gizi (difortifikasi), dibentuk, dan lebih cepat dimasak sesuai tuntutan kehidupan modern

yang serba praktis. Pembuatan tepung beras merah mempunyai kelebihan yaitu kemudahan

penyimpanan dan penyiapan sebagai bahan baku suatu produk serta mempunyai daya tahan

yang relative lebih tinggi dibandingkan bentuk bijinya (Susanto dan suseto , 1994).

Pembuatan tepung beras merah ini selain belum ada dipasaran dan nilai gizinya tidak kalah

dengan tepung beras putih. Pembuatan Tepung beras juga mendorong munculnya produk

olahan beras merah yang lebih beragam, praktis dan sesuai kebiasaan konsumsi masyarakat

saat ini sehingga menunjang program diversifikasi konsumsi pangan.

2.1.1 Karakteristik fisik

a. Rendemen

Besarnya rendemen dihitung berdasarkan persentase berat tepung Beras merah

dibagi berat beras merah yang dijadikan tepung beras merah, kemudian dikali seratus

persen. Rendemen ditentukan dengan rumus:

Rendemen % = Berat tepung (g) x100%

Berat beras merah (g)

b. Warna

Analisa warna dilakukan dengan menggunakan alat Minolta Chroma Meters.

Pengukuran dilakukan dengan meletakkan sampel di dalam wadah sampel berukuran

seragam (misalnya plastik bening). Selanjutnya dilakukan pengukuran nilai L, a, dan nilai

b terhadap sampel.

c. Densitas Kamba

Bahan dimasukkan kedalam gelas ukur dan dipadatkan sampai volumenya mencapai

100 mL. Semua bahan dari gelas ukur dikeluarkan dan ditimbang beratnya. Densitas

kamba bahan dinyatakan dalam g/mL.

d. Indek Penyerapan Air

Page 14: HIDROLISIS ZAT PATI BERAS MERAH MENGGUNAKAN …

11

Sebanyak satu gram tepung beras merah dimasukkan ke dalam tabung sentrifus,

ditambahkan 10 ml aquades, diaduk menggunakan vibrator sampai semua bahan

terdispersi secara merata, larutan dalam tabung disentrifugasi dengan kecepatan 2000 rpm

suhu ruang selama 15 menit. Supernatan hasil sentrifugasi yang diperoleh, diambil contoh

sebanyak 2 ml dan dimasukkan ke dalam cawan. Cawan yang digunakan ditimbang,

sehingga telah diketahui beratnya. Cawan dimasukkan ke dalam oven dan dikeringkan

pada suhu 110 oC sampai semua air dalam cawan menguap. Cawan kemudian didinginkan

dalam desikator dan ditimbang untuk mengetahui berat bahan kering yang terdapat dalam

supernatan.

2.1.2 Karakteristik kimia

a. Analisis Kadar Air, Metode Oven (AOAC,2005)

b. Analisis Kadar Abu (AOAC, 2005)

c. Analisis Kadar Protein, Metode Mikro Kjeldahl (AOAC, 2005)

Gambar 2.1.2.1 Gambar Metode Kjeldal

Hasil destilata dititrasi dengan HCL 0,02 N dan titik akhir titrasi ditandai dengan

berubah warna kuning. Blanko juga dikerjakan dengan cara yang sama.

d. Analisis Kadar Lemak, Metode Soxhlet (AOAC, 2005 )

Page 15: HIDROLISIS ZAT PATI BERAS MERAH MENGGUNAKAN …

12

e. Analisis Kadar serat ( Sudarmadji, 2003)

f. Analisis Aktifitas Antioksidan Uji DPPH (Cahyana, 2002 )

Timbang sampel ± 1 ml kemudian tambahkan methanol 10 ml dicampur, setelah

cairan berpisah dengan endapan disentrifius. Ambil 1 ml sampel cairan jernih dan

tambahkan 1 ml larutan DPPH, simpan pada ruangan gelap selama 30 menit. Encerkan

dengan methanol hingga 1 ml, tera serapan warna dengan spectrometer (a=580 nm).

Gambar 2.1.2.2 Uji DPPH

2.1.3 Karakteristik organoleptik

Pengujian organoleptik tepung beras merah meliputi tekstur, warna dan aroma. Uji

organoleptik yang digunakan adalah menggunakan skala numerik untuk menilai sifat produk

yang disajikan dan menggunakan metode uji hedonik. Panelis memberikan tanggapan

kesukaan terhadap tepung beras merah dengan memberikan skor pada lembar penilaian yang

telah disediakan. Kriteria penilaian organoleptik sebagai berikut:

Nilai Warna

4 = merah cerah agak keputihan,

3 = merah pucat keputihan,

2 = merah muda pucat,

1 = putih.

Aroma

4 = Sangat harum,segar,

3 = harum,

2 = apek,

1 = sangat apek.

Tekstur

Page 16: HIDROLISIS ZAT PATI BERAS MERAH MENGGUNAKAN …

13

4 = kering – curah,

3 = agak kering – curah,

2 = agak menggumpal,

1= menggumpal

2.1.4 Analisa Data

a. Data hasil pengukuran Karakteristik fisik dan kimia yang diperoleh, ditabulasi serta

dianalisa dengan Anova (Analysis Of Varian) dengan bantuan sofware SPSS 18. Apabila

terdapat perbedaan antar perlakuan maka dilakukan uji lanjut dengan uji LSD atau Duncan

pada taraf 5%.

b. Sedangkan data hasil pengujian organoleptik dengan sofware SPSS 18 ditabulasi dan

dianalisa dengan uji Friedman, jika ada pengaruh dimana p-value < 0,05 maka diuji lanjut

dengan uji Wilcoxon.

2.2 Karakteristik Tepung Beras Merah

2.2.1 Karakteristik fisik tepung beras merah

a. Rendemen

Rendemen tepung beras merah varietas Mandel Handayani 67,417 menurun menjadi

63,504 % sedangkan untuk varietas Segreng handayani 66,911 menurun 65,470 %. Hasil uji

statistik ANOVA rendemen menunjukkan p-value 0,00 < 0,01 sehingga dapat disimpulkan

bahwa perlakuan pengeringan berpengaruh sangat signifikan terhadap rendemen tepung beras

merah. Uji lanjut LSD pada lampiran 3 menunjukkan semua perlakuan ada perbedaan yang

nyata kecuali perbandingan 2 jam : 4 jam, 2jam : 6 jam dan 4 jam : 6 jam.

b. Densitas Kamba

Rata - rata analisa densitas kamba tepung beras merah varietas Mandel Handayani 0,697

menurun menjadi 0,663 dan varietas Segreng Handayani 0.698 menurun menjadi 0,663. Hasil

uji ANOVA diperoleh p- value 0.00 < 0.01 menunjukkan bahwa perlakuan lama pengeringan

berpengaruh sangat nyata terhadap densitas kamba pada tepung berah merah. Uji lanjut LSD

menunjukkan perbedaan yang signifikan.

c. Indek Penyerapan Air

Page 17: HIDROLISIS ZAT PATI BERAS MERAH MENGGUNAKAN …

14

Indek penyerapan air yang tertinggi adalah dengan lama pengeringan 6 jam, baik dari

varietas Mandel Handayani maupun Segreng Handayani. Hasil uji Anova diperoleh p-value

0.00 < 0,01 menunjukkan ada pengaruh yang sangat nyata perlakuan lama pengeringan. Uji

lanjut LSD menunjukkan semua ada perbedaan yang nyata.

Gambar 2.1.2.3 Uji Anova

d. Warna

Hasil pengukuran warna tepung beras merah dari kontrol 0 jam dengan perlakuan

pengeringan 2 jam mengalami peningkatan tetapi perlakuan 4 jam dan 6 jam mengalami

penurunan baik dari varietas Mandel Handayani maupun Segreng Handayani kecerahan

tertinggi diperoleh tepung beras merah Mandel Handayani 75.85 L. Hasil uji statistik Anova

kestabilan warna menunjukkan p-value 0,00 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa

perlakuan lama pengeringan berpengaruh terhadap warna tepung beras merah. Uji lanjut LSD

semua perlakuan ada beda kecuali pada lama pengeringan 0 jam : 2 jam dan 4 jam : 6 jam

dapat dilihat.

Page 18: HIDROLISIS ZAT PATI BERAS MERAH MENGGUNAKAN …

15

2.2.2 Karakteristik kimia tepung beras merah

a. Kadar air

Kadar air tepung beras merah dalam penelitian ini mempunyai kisaran angka yang besar

yaitu antara 7,395 sampai 9,680 % untuk varietas mandel dan untuk varietas segreng 9,850

sampai 10,557 %. Uji ANOVA p- 0 ,00 < 0,05 menunjukkan ada pengaruh yang nyata pada

perlakuan lama pengeringan baik dari varietas Mandel Handayani maupun Segreng

Handayani. Uji lanjutan LSD menunjukkan semua berbedasangat nyata untuk produk tepung

beras merah yang dihasilkan.

b. Kadar Protein

Kadar protein tepung beras merah ada kecenderungan peningkatan kadar protein

disebabkan perlakuan lama pengeringan hal ini dapat disimpulkan semakin lama pengeringan

maka semakin meningkat kadar proteinnya. Untuk varietas Mandel Handayani meningkat ± 0

,583 % sedangkan varietas Segreng Handayani ± 0,311 % . Uji ANOVA p- value 0,00 < 0,05

menunjukkan ada pengaruh yang nyata terhadap kadar protein tepung beras merah yang

dihasilkan. Uji lanjut LSD menunjukkan ada perbedaan yang nyata kecuali pada

perbandingan 2 : 4 jam tidak ada beda.

c. Kadar Lemak

Kadar lemak tepung beras merah varietas Mandel Handayani dan Segreng Handayani

mengalami penurunan, dan mengalami peningkatan pada lama pengeringan 6 jam. Uji

ANOVA p-value 0,00< 0,01 menunjukkan ada pengaruh yang sangat nyata terhadap kadar

lemak pada tepung beras merah yang dihasilkan. Uji Lanjut LSD menunjukkan semua ada

beda sangat nyata terhadap lama pengeringan tepung beras merah yang dihasilkan.

d. Kadar Abu

Penelitian ini perlakuan lama pengeringan meningkatkan kadar abu tepung beras merah

menunjukkan peningkatan untuk varietas Mandel Handayani maupun Segreng Handayani.

Hal ini diduga karena semakin lama pengeringan terhadap bahan maka jumlah air yang keluar

atau yang menguap dari bahan yang dikeringkan akan semakin besar. Hasil uji ANOVA

Page 19: HIDROLISIS ZAT PATI BERAS MERAH MENGGUNAKAN …

16

menunjukkan ada pengaruh yang nyata pada perlakuan lama pengeringan terhadap kadar abu

tepung beras merah varietas Mandel Handayani dan Segreng. Uji lanjut LSD menunjukkan

semua ada perbedaan kecuali pada lama pengeringan 2 : 6 jam.

e. Kadar Serat

Pada penelitian ini menunjukkan penurunan kadar serat produk tepung beras merah yang

dihasilkan baik dari varietas Mandel Handayani maupun Segreng. Hasil uji ANOVA ( p 0,02

< 0,05 ) menunjukkan ada pangaruh yang nyata pada perlakuan lama pengeringan terhadap

kandungan serat tepung beras merah yang dihasilkan. Uji lanjut LSD menunjukkan lama

pengeringan pada tepung beras merah yang dihasilkan tidak menunjukkan adanya perbedaan

kecuali 4 : 6 jam.

f. Kadar Aktifitas Antioksidan

Kadar aktifitas antioksidan pada tepung beras merah. Kandungan tertinggi aktifitas

antioksidan dari kedua varietas adalah tepung beras merah varietas Mandel Handayani, yaitu

berkisar antara 92, 286 – 92,972 % dicscoloration sedangkan untuk varietas Segreng

Handayani berkisar antara 79,207 – 89,870 % dicscoloration. Aktifitas antioksidan tepung

beras merah varietas Mandel Handayani stabil sedangkan varietas Segreng Handayani

mengalami peningkatan. Hasil uji Anova ( p-0,09 > 0,05 ) menunjukkan tidak ada pengaruh

yang nyata pada tepung beras merah yang dihasilkan.

2.2.3 Uji organoleptik tepung beras merah

a. Warna

Penilaian organoleptik dengan uji hedonik terhadap warna tepung beras merah kontrol

dengan perlakuan lama pengeringan menghasilkan nilai antara 2,35 sampai 2,65 yaitu dengan

kriteria antara sedang sampai sangat cerah ( mendekati warna merah muda cerah ). Hasil uji

hedonik terhadap warna panelis cenderung lebih menyukai produk dengan perlakuan lama

pengeringan dibandingkan kontrol atau tanpa pengeringan baik dari varietas Mandel

Handayani maupun Segreng Handayani. Hasil penelitian tentang analisis warna uji Friedman

( p 0.872> 0.05 ) tidak menunjukkan adanya pengaruh yang nyata pada produk tepung beras

merah yang dihasilkan.

b. Aroma

Page 20: HIDROLISIS ZAT PATI BERAS MERAH MENGGUNAKAN …

17

Uji hedonik terhadap aroma menunjukkan nilai kontrol ( tanpa pengeringan ) 2,65 dan

dengan perlakuan lama pengeringan meningkat pada perlakuan penambahan pengeringan

dengan waktu 2 jam 2,85 untuk varietas Mandel Handayani, sedangkan untuk varietas

Segreng Handayani kontrol 2,75 dan nilai atau skor yang paling tinggi yaitu dengan perlakuan

penambahan waktu pengeringan 2 jam 2,85. Hasil uji Friedman p-0,439 > 0,05 menunjukkan

tidak ada pengaruh yang nyata pada produk tepung beras merah yang dihasilkan.

c. Tekstur

Pada penelitian ini menunjukkan kenampakan fisik yang tertinggi pada perlakuan lama

pengeringan 4 jam berkisar antara 3,70 untuk varietas Mandel Handayani 3,65 untuk varietas

Segreng Handayani yaitu mendekati kering-curah. Hasil uji friedman p-0,975>0,05

menunjukkan tidak ada pengaruh yang nyata pada produk tepung beras merah yang

dihasilkan.

Hidrolisis adalah proses pemecahan senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana

dengan bantuan air. Proses hidrolisis pati dengan asam ditemukan pertama kali oleh Kirchoff

pada tahun 1812, namun produksi secara komersial baru terlaksana pada tahun 1850. Pada

proses hidrolisis sejumlah pati diasamkan sekitar pH 2 dipanasi memakai uap di dalam suatu

tangki bertekanan yang disebut konverter sampai suhu 120-140 C. Derajat konversi yang

diperoleh bergantung pada konsentrasi asam, waktu konversi, suhu dan tekanan selama

reaksi. Karena hasil hidrolisis onggok berupa gula pereduksi, maka pengukuran kandungan

gula pereduksi tersebut dapat dijadikan alat pengontrol kualitas. Pada hidrolisis yang

sempurna, dimana pati seluruhnya dikonversikan menjadi dekstrosa. Desktrosa Ekuivalen

(DE) dari larutan tersebut diberi indeks 100, dan pati yang sama sekali belum terhidrolisis

memiliki DE 0 (Winarno , 1995)

Hidrolisis adalah suatu reaksi peruraian antara suatu senyawa dengan air agar senyawa

tersebut pecah atau terurai. Pada reaksi hidrolisis pati dengan air, air akan menyerang pati

pada ikatan1-4α glukosida menjadi rantai yang lebih pendek (Dlouhy and Kott, 1948).

Hasilnya berupa dekstrin, sirup atau glukosa, tergantung pada derajat pemecahan rantai

polisakharida dalam pati. Jika perbandingan suspensi dan waktu tepat, dekstrin yang terbentuk

akan terhidrolisis menjadi glukosa. Reaksi antara pati dengan air berlangsung sangat lambat,

sehingga perlu bantuan katalisator, bisa berupa enzim atau asam. Katalisator yang sering

digunakan adalah katalisator asam. Katalisator asam yang sering digunakan adalah asam

khlorida, asam sulfat, asam nitrat, dan asam yang sering digunakan dalam industri adalah

Page 21: HIDROLISIS ZAT PATI BERAS MERAH MENGGUNAKAN …

18

asam khlorida (HCl) karena garam yang terbentuk tidak berbahaya yaitu garam dapur (NaCl).

Disamping katalisator asam, dapat juga digunakan katalisator enzim yang berasal dari fungi

atau bakteri, sering juga dipakai kombinasi dari keduanya (Redyowati dkk.,1965). Hidrolisis

tepung untuk mendapatkan sirup atau gula cair dibuat pada kondisi operasi 140-150oC dan

waktu reaksi sekitar 20 – 25 menit. Reaksi hidrolisis dengan suhu tinggi biasanya dilakukan

pada tekanan lebih besar dari satu atmosfer supaya bahan tetap pada fase cair (Agra

dkk.,1973).

Gambar 2.2.1 Mekanisme Hidrolisis Pati

Glukosa adalah suatu gula monosakharida yang merupakan salah satu karbohidrat

terpenting yang digunakan sebagai sumber tenaga bagi manusia, hewan dan tumbuhan.

Glukosa merupakan salah satu hasil utama fotosintesis dan awal dari respirasi. Bentuk alami

D-glukosa disebut juga dekstrosa adalah heksosamono sakharida yang mengandung enam

atom karbon dengan berat molekul 180,18. Glukosa juga merupakan aldehid (-CHO). Lima

karbon dan satu oksigennya membentuk cincin yang disebut cincin pinarosa bentuk stabil

untuk aldosa berkarbon enam. Glukosa dan fruktosa diikat secara kimiawi menjadi sukrosa.

Pati, selulosa dan glikogen merupakan polimer glukosa (Kirk and Othmer, 1954). Pati

merupakan homopolimer glukosa dengan ikatan α-glikosidin. Berbagai macam pati tidak

sama sifatnya, tergantung dari panjang rantai C-nya, serta lurus atau bercabang rantai

molekulnya. Pati terdiri dari dua fraksi yang dapat dipisahkan dengan air panas. Fraksi terlarut

Page 22: HIDROLISIS ZAT PATI BERAS MERAH MENGGUNAKAN …

19

disebut amilosa dan fraksi tidak larut disebut amilopektin. Amilosa mempunyai struktur lurus

dengan ikatan α -(1,4)glukosa, sedangkan amilopektin mempunyai cabang dengan ikatan α -

(1,4)-D glukosa sebanyak 4-5% dari berat total (Winarno, 1981). Hidrolisis pati terjadi antara

reaktan pati dengan reaktan air, reaksi ini adalah orde satu karena reaktan air yang dibuat

berlebih, sehingga perubahan reaktan dapat diabaikan. Reaksi hidrolisis pati dapat

menggunakan katalisator ion H+ yang dapat diambil dari asam. Reaksi yang terjadi pada

hidrolisis pati adalah sebagai berikut :

(C6H10O5)x + x H2O x C6H12O6

2.3 Kinetika Reaksi

Reaksi hidrolisis pada umumnya menggunakan pereaksi berupa air yang jumlahnya dibuat

berlebihan dapat dituliskan sebagai:

.................................................... (2.1)

Dengan:

CA = Konsentrasi selulosa

CB = Konsentrasi air

rA = kecepatan berkurangnya A , (gmol/(Lmenit))

t = waktu reaksi, menit m,

n = order reaksi

Dengan jumlah air yang berlebihan, maka bisa dianggap konsentrasi air tetap selama reaksi

berlangsung, maka persamaan menjadi:

................................................................................(2.2)

n dianggap konstan =k’

Apabila m=1 maka

......................................................................................(2.3)

Dimana

Page 23: HIDROLISIS ZAT PATI BERAS MERAH MENGGUNAKAN …

20

Hasil integrasi dari waktu t=0 hingga t=t dengan CA=CA0 hingga CA=CA adalah

sebagai berikut:

.....................................................................................…(2.4)

Apabila perbandingan A yang bereaksi dengan A mula-mula dinyatakan sebagai

konversi (x)maka dapat dinyatakan :

CA = CA0 - C A0 x = C A0 (1- x ) ................................................................(2.5)

............................................................................................(2.6)

Maka persamaan 6 dapat dinyatakan:

− ln(1− x) = kt……...................................................................................(2.7)

Apabila dibuat grafik hubungan-ln versus t atau –ln(1-x) versus akan mendekati garis

gradien dari garis tersebut. Tetapi, apabila bukan garis lurus maka dicoba orde reaksi yang

lain misalnya reaksi orde 2.Apabila m=2 maka

………………...........................................................(2.8)

………………...........................................................(2.9)

dt .............................................................................(2.10)

Hasil integrasi dari waktu t=0 hingga t=t dengan

x=0 hingga x=x adalah sebagai berikut:

Apabila dibuat grafik hubungan versus CA0 t maka akan mendekatigaris lurus dan

konstanta kecepatanreaksinya adalah gradien dari garistersebut. Apabila tidak merupakan

garislurus dicoba orde lain. Kesesuaian data penelitian dengan persamaan kecepatan reaksi

maupun nilai kbisa dihitung dengan metode least square.Pada umumnya nilai konstanta

kecepatanreaksi dipengaruhi oleh faktor tumbukan,energi aktivasi dan suhu reaksi yang

bisadinyatakan dalam bentuk persamaanmatematis sesuai persamaan Arhenius:

...................................................................................................................(2.11)

kC A0

Page 24: HIDROLISIS ZAT PATI BERAS MERAH MENGGUNAKAN …

21

Dimana:

k = konstanta kecepatan reaksi

A = frekuensi tumbukan

T = suhu reaksi, K

E = tenaga aktivasi,cal/gmol

R= tetapan gas,cal/(gmol K)

Persaman tersebut menunjukkan bahwakonstanta kecepatan reaksi akan semakinbesar

dengan semakin berkurangnya energiaktivasi dan semakin besarnya suhu. Energiaktivasi

dapat diperkecil denganmenggunakan katalisator. Sedangkan suhureaksi dibuat tinggi

denganmempertimbangkan ketahanan bahan serta keseimbangan reaksi (Levenspiel,1972).

Jika suspensi pati dalam air dipanaskan, air akan menembus lapisan luar granula dan granula

ini mulai menggelembung. Peristiwa ini terjadi saat temperatur meningkat dari 60o

C sampai

85o

C. Granula-granula dapat menggelembung hingga volumenya lima kali lipat volume

semula. Ketika ukuran granula pati membesar, campurannya menjadi lebih kental. Pada suhu

kira-kira 85o

C granula pati pecah dan isinya terdispersi merata keseluruh air di sekelilingnya.

Molekul berantai panjang mulai membuka atau terurai dan campuran pati atau air menjadi

makin kental, membentuk sol. Pada pendinginan, jika perbandingan air dan pati cukup besar,

molekul pati membentuk jaringan dengan molekul air terkurung di dalamnya hingga

berbentuk gel. Keseluruhan proses ini disebut gelatinasi.

2.4 Hidrolisa

Hidrolisa adalah suatu proses antara reaktan dengan air agar suatu senyawa pecah atau

terurai. Reaksi ini dianggap reaksi orde satu, karena air yang digunakan berlebih, sehingga

perubahan reaktan dapat diabaikan.

Reaksi hidrolisa:

(C6H10O5)n + n H2O hidrolisa n C6H12O6 (1)

Selulosa Air Glukosa

Reaksi hidrolisa berlangsung sangat lambat sehingga perlu ditambah katalisator

untuk mempercepat reaksi. Katalisator yang dipakai adalah asam (contoh: HCl, HNO3,

H2SO4) dan bisa juga enzim. Proses hidrolisa pati dengan menggunakan asam

Page 25: HIDROLISIS ZAT PATI BERAS MERAH MENGGUNAKAN …

22

dipengaruhi oleh ukuran bahan, konsentrasi asam, suhu, waktu, ratio bahan dan

pengadukan.

Semakin halus ukuran bahan permukaan bidang kontak akan semakin luas

sehingga kecepatan reaksi akan bertambah cepat dan akan memperbesar konversi

reaksi. Laju proses hidrolisa akan bertambah oleh konsentrasi asam yang tinggi. Selain

dapat menambah laju proses hidrolisa, konsentrasi asam yang tinggi juga akan

mengakibatkan terikatnya ion-ion pengontrol seperti SiO2, phospat,dan garam-garam

seperti Ca, Mg, Na, dan K dalam pati. Oleh karena itu, diperlukan perbandingan yang

sesuai antara pati yang akan dihidrolisa dengan konsentrasi asam yang ditambahkan.

Suhu berpengaruh terhadap konstanta kecepatan reaksi. Jika suhu semakin tinggi,

konstanta kecepatan reaksi akan semakin besar sehingga reaksi dapat semakin cepat

(Kirk and Othmer, 1983).

Waktu yang semakin lama memperbanyak jumlah tumbukan zat pereaksi

sehingga molekul yang bereaksi semakin banyak dan memperbanyak hasil yang

terbentuk (Supranto, 1998). Rasio bahan yang semakin besar maka konsentrasi glukosa

hasil hidrolisa semakin banyak pula. Karena dengan semakin besar rasio bahan semakin

besar pula bahan yang bereaksi dengan larutan sehingga dihasilkan pula hasil yang

semakin banyak ( Supranto, 1998). Pengadukan berkaitan dengan faktor frekuensi

tumbukan (A) pada persamaan Arhenius sehingga dengan adanya pengadukan maka

kecepatan reaksi akan meningkat.

Sirup glukosa merupakan nama dagang dari pati yang dihidrolisis. Hidrolisis

dapat dilakukan dengan katalisator asam atau enzim pada suhu dan pH tertentu serta

pada waktu reaksi tertentu. Pemotongan pati oleh asam kurang teratur dibandingkan

dengan hasil pemotongan rantai pati oleh enzim, sehingga hasilnya dalah campuran

antara dekstrin, maltose dan glukosa. Glukosa kristal adalah hasil kristalisasi larutan

hidrolosis yang mengandung kadar glukosa tinggi. Sirup glukosa dipergunakan dalam

industri makanan dan minuman, terutama dalam industri permen, selai dan pengalengan

buah. Proses hidrolisa pati dengan asam ditemukan pertama kali oleh Kirchoff pada

tahun 1812, namun produksinya secara komersil baru terlaksana pada tahun 1850. Pada

proses ini sejumlah pati terlebih dahulu diasamkan sampai sekitar pH 2 dipanasi dengan

uap di dalam tangki bertekanan sampai suhu 120 – 140 0C.

Pada hidrolisa pati, asam yang sering digunakan adalah asam asetat, asam fosfat,

asam klorida. Asam – asam tersebut sering digunakan terutama untuk industri makanan

Page 26: HIDROLISIS ZAT PATI BERAS MERAH MENGGUNAKAN …

23

karena bersifat mudah menguap, sehingga memudahakan pemisahan dari produknya.

Selain itu asam tersebut mempunyai aktifitas tinggi, sehingga pemakaiannya relatif

sedikit dan dapat menghasilkan produk yang berwarna terang (Tjokroadikoesoema,

1993).

2.5 Modifikasi Pati

Peningkatan ilmu pengetahuan tentang struktur molekul memungkinkan ahli

melakukan modifikasi struktur pati alami untuk memenuhi persyaratan dalam menghasilkan

produk tertentu. Modifikasi pati bertujuan untuk mengubah struktur molekul pati dengan

berbagai rista. Modifikasi yang biasa digunakan adalah hidrolisis, oksidasi, subtitusi dan

ikatan silang (Luallen, 1985).

1. Metode Hidrolisis

Hidrolisis merupakan metode modifikasi yang pertama dan sering digunakan.

Untuk menghidrolisis ikatan glikosidik pati biasa digunakan asam atau enzim sebagai

katalisator. Pada metode ini ristal pati dimasukkan ke dalam air dengan asam atau

enzim yang mampu menghidrolisis pati. Kemudian pati digelatinisasi sampai

mendapatkan kekentalan yang diinginkan.

Pada proses hidrolisis ini terjadi pemecahan ikatan α-D-glukosa dari molekul

pati serta terjadi pelemahan struktur granula pati sehingga akan mengubah

kekentalannya (Smith dan Bell, 1986). Pati yang dimodifikasi dengan metode ini

mempunyai kekentalan dalam keadaan panas yang rendah dan daya lekatnya tinggi.

Pati jenis ini banyak digunakan dalam ristal kertas, tekstil dan perekat (Smith dan

Bell, 1986). Sebagai bahan makanan pati semacam ini digunakan pada pembuatan

gum candy (Smith, 1982).

Apabila hidrolisis dengan menggunakan asam terhadap pati dengan kandungan

air terbatas maka akan diperoleh fraksi yang lebih kecil yang disebut dekstrin. Karena

itu proses ini sering juga disebut dengan dekstrinisasi (Luallen, 1985). Metode

hidrolisis ini paling sering digunakan karena metodenya mudah dengan bahan baku

yang mudah pula.

Page 27: HIDROLISIS ZAT PATI BERAS MERAH MENGGUNAKAN …

24

2. Metode Oksidasi

Pada proses oksidasi ini juga terjadi pemecahan rantai molekul pati secara

acak. Salah satu bentuk oksidasi pati adalah pemucatan (bleaching) dengan

menggunakan pereaksi natrium hipoklorit (Luallen, 1985). Proses oksidasi adalah

memasukkan gugus karboksil dan atau gugus karbonil ke dalam rantai lurus maupun

rantai cabang dari molekul pati sehingga membuka struktur cincin glukosa dan

membengkokkan cincin glukosa yang telah terbuka melalui pengguntingan rantai

molekul. Proses ini tergantung kepada kondisi reaksi seperti suhu dan pH (Smith dan

Bell, 1986).

Metode oksidasi ini menyebabkan sifat pati berubah seperti kekentalannya

akan menurun dan hilangnya sebagian sifat gel (Luallen, 1985). Menurut Smith dan

Bell (1986) oksidasi pati juga menyebabkan rendahnya retrogradasi dan tingginya

daya ristal . Tambahan natrium hipoklorit dapat menekan jumlah bakteri selama

proses produksi dan menyebabkan pati menjadi putih. Pati semacam ini terbatas

penggunaannya untuk permen dan jelly.

Page 28: HIDROLISIS ZAT PATI BERAS MERAH MENGGUNAKAN …

25

Gambar 2.5.1 Oksidasi Pati

3. Subtitusi

Penggunaan utama pati dalam produk makanan adalah sebagai pengental dan

sebagai sumber karbohidrat (Luallen, 1985). Kandungan amilosa telah diketahui

menentukan sifat makanan yang dihasilkan. Molekul amilosa cenderung untuk berada

dalam posisi sejajar sehingga gugus hidroksilnya dapat berikatan. Hal ini

mengakibatkan molekul pati berbentuk ristal agregat dan sukar larut dalam air. Oleh

karena itu pati yang mengandung amilosa tinggi sukar mengalami proses gelatinisasi

sehingga penggunaan dalam produk makanan terbatas (Wurzburg dan Szymanski,

1970). Masalah tersebut diatasi dengan mensubtitusikan gugus anion ke seluruh

Page 29: HIDROLISIS ZAT PATI BERAS MERAH MENGGUNAKAN …

26

granula agar penggabungan granula-granula menjadi terhalang. Salah satu cara

pensubtitusian ini adalah dengan mengalkilasi pati seperti pada persamaan berikut.

OH

StOH + CH2 – CH – CH3 StOH – CH – CH3

O

Keterangan : StOH : senyawa pensubtitusi

Gambar 1. Reaksi pada modifikasi pati dengan cara subtitusi

Modifikasi pati dengan metode ini menyebabkan sifat kepolarannya berubah dan

kejernihan pastanya meningkat. Kestabilan terhadap pembekuan juga meningkat

(Smith dan Bell, 1986).

4. Ikatan Silang

Amilopektin mempunyai rantai bercabang maka gugus-gugus hidroksilnya

lebih sukar untuk berikatan. Oleh karena itu amilopektin mudah mengalami proses

gelatinisasi tetapi kekentalannya tidak stabil. Granula yang telah membengkak mudah

pecah akibat pemanasan yang lama (Katzbeck, 1972). Hal tersebut dapat diatasi

dengan menggunakan pereaksi yang bersifat polifungsional. Pemilihan pereaksi untuk

pembentukan ikatan silang agak terbatas. Selain itu harus bersifat nukleofilik yamg

kuat, juga harus bebas dari pengaruh toksik atau mempunyai ketidakstabilan yang

tinggi sehingga kelebihannya dapat mengubah menjadi produk yang tidak merusak.

Pereaksi yang dapat digunakan adalah natrium trimetafosfat, epiklorohidrin dan asam

adipat yang sering digunakan adalah pereaksi fosfor oksiklorida dan natrium

trimetafosfat. Diantara keempat pereaksi tersebut, fosfor oksiklorida paling tidak stabil

dan mudah terurai dalam air (Matheis dan Whitaker, 1984). Reaksi yang mungkin

terjadi pada ikatan silang adalah seperti pada persamaan berikut.

Page 30: HIDROLISIS ZAT PATI BERAS MERAH MENGGUNAKAN …

27

O

2 StOH + Na3P3O9 StO – P – Ost + Na2H2P2O7

Ona

Keterangan : StOH : senyawa pereaksi ikatan silang

Gambar 2. Reaksi pada modifikasi pati dengan cara ikatan silang

Pati yang dimodifikasi dengan cara ini granulanya menjadi kuat sehingga lebih tahan

terhadap panas dan asam (Luallen, 1985).

2.6 Proses Modifikasi Pati secara Hidrolisis

Setiap jenis pati dapat dimodifikasi dengan berbagai cara untuk menghasilkan suatu

bahan dengan sifat fungsional yang diinginkan. Produk pati termodifikasi umumnya

mengalami perubahan karakteristik tertentu yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan

produk pangan olahan. Modifikasi pati umumnya dirancang untuk tujuan mengubah

karakteristik gelatinisasi, kekentalan dalam medium air, pembentukan gel, kestabilan suspensi

karena pengaruh asam, panas dan proses pengolahan lainnya. Modifikasi pati dilakukan

dengan mengubah struktur kimia pati baik secara fisik, kimia atau enzimatis (Colonna et. al.

dalam Galliard, 1987). Namun yang akan dibicarakan disini hanyalah modifikasi pati secara

kimia. Modifikasi pati secara kimia pada umumnya meliputi hidrolisis, oksidasi, esterifikasi

dan eterifisasi (Fleche dalam van Beynum dan Roles, 1985, Rapaille dan Van Hemelrijck

Thin boiling starch adalah produk hidrolisis parsial pati menggunakan asam dan pH

tertentu dan pemanasan pada suhu tertentu sampai diperoleh derajat konversi yang diinginkan.

Karena sebagian pati terhidrolisis menjadi komponen berantai lurus yang berukuran lebih

pendek dari asalnya, maka porsi fraksi polimer rantai lurus tersebut menjadi lebih rendah,

serta peluang untuk terjadinya retrogasi semakin besar. Komponen karbohidrat berantai lurus

yang pendek sukar membentuk senyawa yang kaku. Perlakuan pati dengan asam disamping

menurunkan kekentalan, juga menurunkan kekuatan gel (Radley, 1976). Penggunaan thin

boiling starch pada produk pangan antara lain dalam kembang gula, pastiles, dan jeli

(Rapaille dan Van Hemelrijk, 1992).

Dekstrin adalah produk hasil hidrolisis pati secara parsial menggunakan asam atau

enzim. Dekstrin yang dibuat dengan hidrolisis asam (HCl) secara komersial dibedakan

menjadi tiga jenis: dekstrin putih, kuning dan gom Inggris (Wurzburg, 1996). Rumus umum

dekstrin adalah (C6H10O5)n (Radley, 1976). Produk komersial dari hidrolisis pati

diklasifikasikan berdasarkan Dextrose Equivalent (DE). Maltodekstrin didefinisikan sebagai

Page 31: HIDROLISIS ZAT PATI BERAS MERAH MENGGUNAKAN …

28

produk hidrolisis pati yang mengandung α-D-glukosa unit yang sebagian besar terikat melalui

ikatan 1,4 glikosidik dengan DE kurang dari 20. Rumus umum maltodekstrin adalah

[(C6H10O5)nH2O] (Kennedy et. al. dalam Kearsley dan Diedzic, 1995).

H+ +

OOH OHH3O + +

Gambar 2.2.3 Mekanisme Reaksi Hidrolisis Asam (Humprey, 1979)

Maltodekstrin adalah polimer dari glukosa dengan panjang ikatan rata-rata 5-10 unit

glukosa per molekul. Maltodekstrin banyak digunakan dalam industri makanan sebagai bahan

pengisi. Idealnya, maltodekstrin sedikit berasa dan berbau, namun maltodekstrin dengan DE

20 menghasilkan rasa manis (Fullbrook, 1984). Menurut Mcdonald (1984). Maltodekstrin

bersifat kurang higroskopis, kurang manis, memiliki kelarutan tinggi dan cenderung tidak

membentuk zat warna pada reaksi browning.

Maltodekstrin dan sirup glukosa kering dalam industri pangan banyak digunakan

sebagai bahan pengisi, mengurangi tingkat kemanisan produk dan sebagai bahan campuran

yang baik untuk produk-produk tepung. Penggunaanya sebagai bahan pengisi dapat

OH OH

OH 2 H 2 O O

+ H 3 O + OH OH

OH OH

CH 2 OH CH 2 OH

H +

OH

CH 2 OH

OH

CH 2 OH

OH

CH 2 OH

O H OH

H 2 O

O O O O

O O

OH

CH 2 OH

OH OH

OH

O

Page 32: HIDROLISIS ZAT PATI BERAS MERAH MENGGUNAKAN …

29

mengurangi biaya produksi karena mengurangi penggunaan bahan-bahan konsentrat yang

memiliki harga relatif tinggi, misalnya flavor. Dalam pembuatan tablet, maltodekstrin dapat

mensubtitusi laktosa dan tepung susu dalam jumlah tertentu.

Gambar 2.6.1 Struktur Maltodekstrin

Menurut Roper (1996), maltodekstrin dapat digunakan sebagai pengganti lemak.

Maltodekstrin dengan air akan membentuk gel yang dapat mencair atau larut dan menyerupai

struktur lemak sehingga cocok untuk mensubtitusi minyak dan lemak. Konsistensi,

penampakan dan sifat organoleptiknya dapat diterima. Penggunaan maltodekstrin dalam

produk pangan juga dapat mengurangi kalori lebih dari 70 %.

Menurut Kennedy et. al. (1995), aplikasi maltodekstrin pada produk pangan antara

lain pada :

• Produk roti, misalnya pada cake, muffin dan biscuit, digunakan

sebagai pengganti gula atau lemak.

• Makanan beku, karena maltodekstrin memiliki kemampuan mengikat

air (water holding capacity) dan berat molekul yang relatif rendah,

sehingga dapat mempertahankan produk tetap beku.

• Makanan low calory, karena penambahan maltodektrin dalam jumlah

yang besar tidak akan meningkatkan kemanisan produk seperti halnya

gula.

Analisis komposisi maltodekstrin umumnya dilakukan dengan metode kromatografi.

Menurut Kennedy et. al. dalam Kearsley dan Diedzic (1995), kromatografi merupakan teknik

Page 33: HIDROLISIS ZAT PATI BERAS MERAH MENGGUNAKAN …

30

terbaik untuk karakterisasi oligosakarida dan polisakarida. Kromatografi yang dikembangkan

mulai pertengahan tahun 1970 sampai sekarang adalah HPLC (High Performance Liquid

Chromatography). HPLC adalah teknik dimana molekul-molekul dalam larutan dipisahkan

(fraksinasi) berdasarkan perbedaan ukuran molekulnya atau afinitas terhadap kolom yang

digunakan. Waktu pemisahan merupakan faktor penting dalam metode HPLC. Berikut ini

komposisi gula pada maltodekstrin DE 15 dan DE 20.

Gambar 2.6.2 Metode HPLC

Page 34: HIDROLISIS ZAT PATI BERAS MERAH MENGGUNAKAN …

31

BAB III

PEMBAHASAN

Pengerjaan hirolisis pati ini dilakukan dengan pemisalan penggunakan suatu uji yang

dilakukan pada sumber (Agra dkk., 1973) seperti di bawah ini :

3.1 Prosedur Kerja

a. Penyiapan larutan pati 0,2 %

b. Penyiapan larutan standar glukosa

Tuangkan kedalam labu ukur lalu tambahkan

aquades sampai volume tepat 10 ml.

Timbang pati terlarut 0,2 gr

Pisahkan pati 0,1 ml untuk tabung 1 dan tabung 2,

dan pati 0,25ml untuk tabung 3 dan tabung 4 (total

4 tabung).

Masukkan pati ke gelas kimia lalu ditambahkan

10 ml aquades

Panaskan perlahan hingga mendidih selama 15

menit, lalu dinginkan pada suhu ruang sambil terus

diaduk.

Timbang 0,5 mg glukosa.

Page 35: HIDROLISIS ZAT PATI BERAS MERAH MENGGUNAKAN …

32

c. Pembuatan kurva standar

Buat pengenceran glukosa dengan konsentrasi 0.01

gr/ml pada tabung 1; 0,02 gr/ml pada tabung 2; 0,03

gr/ml pada tabung 3; 0,04 gr/ml pada tabung 4; 0,05

gr/ml pada tabung 5. (hitung dengan menggunakan

rumus pengenceran)

Ukur nilai absorbansi dengan spektrofotometer

(panjang gelombang 600 nm)

Buat pengenceran glukosa dengan konsentrasi 0.01

gr/ml pada tabung 1; 0,02 gr/ml pada tabung 2; 0,03

gr/ml pada tabung 3; 0,04 gr/ml pada tabung 4; 0,05

gr/ml pada tabung 5. (hitung dengan menggunakan

rumus pengenceran)

Page 36: HIDROLISIS ZAT PATI BERAS MERAH MENGGUNAKAN …

33

3.2 Hasil dan Pembahasan

3.2.1 Hasil pengamatan

Tabel 1. Pengamatan Kelompok 1

Kelompok Sampel Perlakuan Pengamatan Perubahan Nilai Absorbansi

6 Beras

Ditambahkan 10

mL aquades

Terdapat endapan berwarna

putih, dan agak keruh.

Dipanaskan dalam

hot plate agar

homogen selama 10

menit

Ada gelembung, setelah

diaduk berubah warna

menjadi lebih transparan,

ada endapan.

Larutan dibagi 2

masing-masing

5mL dan ditambah

enzim amilase.

Tabung 1 6 tetes,

tabunng 2 10 tetes.

Keduanya berubah menjadi

bening keemasan.

Diinkubasi selama

10 menit

Tabung 1: berubah menjadi

warna kuning bening.

Tabung 2: berubah warna

menjadi kuning kecoklatan.

Ditetesi 2 tetes

iodine

Keduanya menjadi warna

kuning kecoklatan.

Dipanaskan

kembali

Tabung 1: berubah menjadi

kecoklatan dan ada serbuk.

Tabung 2: berubah menjadi

kehijauan dan banyak

serbuk (keruh).

Diukur dengan

spektrofotometer.

Nilai absorbansi

tabung 1: 0,536

Nilai absorbansi

tabung 2: 0,295

Page 37: HIDROLISIS ZAT PATI BERAS MERAH MENGGUNAKAN …

34

Tabel 2. Tabel Glukosa Standar

NO. X

(Konsentrasi Glukosa)

Y

(Absorbansi) X.Y X

2

1 0,4 gr/ml 0,030 0,012 0,16

2 0,3 gr/ml 0,026 0,0078 0,09

3 0,2 gr/ml 0,013 0,0026 0,04

Jumlah (Σ) 0,9 0,069 0,0224 0,29

Perhitungan Glukosa Standar

a =

=

=

=

= -0,0025

b =

=

=

=

= 0,085

Sehingga,

y = -0,0025 x + 0,085

Page 38: HIDROLISIS ZAT PATI BERAS MERAH MENGGUNAKAN …

35

Dimana nilai R2 adalah 0,9146 yang menunjukkan koefisien korelasi rendah.

Perhitungan Konsentrasi Glukosa Kelompok 1.

Tabung 1:

Y = a + b x

0,536 = - 0,0025 + 0,085 (x)

0,085 x = 0,536 + 0,0025

0,085 x = 0,5385

X = 6,34 gr/ml

Tabung 2:

Y = a + b x

0,295 = - 0,0025 + 0,085 x

0,085 x = 0,295 + 0,0025

0,085 x = 0,2975

X = 3,5 gr/ml

Perhitungan Glukosa Lab. Biotek.

Tabel 3. Hasil Perhitungan Glukosa

Kelompok Sampel Konsentrasi Absorbansi

1 Terigu Tabung 1 = 2,97 gr/ml

Tabung 2 = 1,73 gr/ml

Tabung 1 = 0,25

Tabung 2 = 0,145

2 Maizena Tabung 1 = 22,3 gr/ml

Tabung 2 = 11,2 gr/ml

Tabung 1 = 1,893

Tabung 2 = 0,957

3 Beras Tabung 1 = 7,75 gr/ml

Tabung 2 = 5,68 gr/ml

Tabung 1 = 0,657

Tabung 2 = 0,481

4 Terigu Tabung 1 = 22,2 gr/ml

Tabung 2 = 1,17 gr/ml

Tabung 1 = 1,885

Tabung 2 = 1

5 Maizena Tabung 1 = 20,7 gr/ml

Tabung 2 = 18,9 gr/ml

Tabung 1 = 1,765

Tabung 2 = 1,610

6 Beras Tabung 1 = 6,34 gr/ml

Tabung 2 = 3,5 gr/ml

Tabung 1 = 0,536

Tabung 2 = 0,295

Page 39: HIDROLISIS ZAT PATI BERAS MERAH MENGGUNAKAN …

36

Starch (pati) atau amilum adalah karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air,

berwujud bubuk putih, tawar dan tidak berbau. Pati merupakan bahan utama yang dihasilkan

oleh tumbuhan untuk menyimpan kelebihan glukosa (sebagai produk fotosintesis) dalam

jangka panjang. Sumber pati utama di Indonesia adalah beras disamping itu dijumpai

beberapa sumber pati lainnya yaitu : jagung, kentang, tapioka, sagu, gandum, dan lain-lain.

Hewan dan manusia juga menjadikan pati sebagai sumber energi yang penting (Wikipedia

Indonesia).

Pati tersusun dari dua macam karbohidrat, amilosa dan amilopektin, dalam komposisi

yang berbeda-beda. Amilosa memberikan sifat keras sedangkan amilopektin menyebabkan

sifat lengket. Amilosa memberikan warna ungu pekat pada tes iodin sedangkan amilopektin

tidak bereaksi. Pati digunakan sebagai bahan yang digunakan untuk memekatkan makanan

cair seperti sup dan sebagainya. Dalam industri, pati dipakai sebagai komponen perekat,

campuran kertas dan tekstil, dan pada industri kosmetika. Dalam bentuk aslinya secara alami

pati merupakan butiran-butiran kecil yang sering disebut granula. Bentuk dan ukuran granula

merupakan karakteristik setiap jenis pati, karena itu digunakan untuk identifikasi (Hill dan

Kelley, 1942). Selain ukuran granula karakteristik lain adalah bentuk, keseragaman granula,

lokasi hilum, serta permukaan granulanya (Hodge dan Osman, 1976).

Pada percobaan ini dilakukan hidrolisis enzim amilase pada sampel tepung beras.

Tepung beras ditambahkan dengan 10mL aquades dan terdapat endapan berwarna putih, air

menjadi keruh. Lalu sampel dipanaskan dalam hot plate selama 10 menit, dan hasilnya ada

gelembung lalu diaduk dan ada endapan. Selanjutnya sampel dibagi dua dengan ukuran 5mL,

kemudian tabung 1 ditetesi enzim amilase sebanyak 6 tetes dan tabung 2 sebanyak 10 tetes.

Setelah ditambahkan warna sampel berubah menjadi bening keemasan. Kemudian sampel

diinkubasi selama 10 menit dengan suhu 55 C, dan hasilnya pada tabung 1 berubah warna

menjadi kuning bening sedangkan tabung 2 menjadi kuning kecoklatan. Kemudian sampel

ditetesi iodine sebanyak 2 tetes, dan warna sampel menjadi kuning kecoklatan. Setelah itu

sampel dipanaskan kembali, dan hasilnya pada tabung 1 warna menjadi kecoklatan dan keruh,

sedangkan pada tabung 2 warna menjadi kehijauan dan keruh.

Dalam hidrolisis pati akan mengalami proses pemutusan rantai oleh enzim selama

pemanasan menjadi molekul-molekul yang lebih kecil. Ada beberapa tingkatan dalam reaksi

hidrolisis tersebut, yaitu mula-mula pati pecah menjadi unit rantai glukosa yang lebih pendek

Page 40: HIDROLISIS ZAT PATI BERAS MERAH MENGGUNAKAN …

37

(6-10 molekul) yang disebut dekstrin. Desktrin kemudian pecah menjadi maltosa yang

selanjutnya dipecah lagi menjadi unit terkecil glukosa.

Hidrolisis pati dengan amilase, melalui enzim ini ikatan cabang pada pati dapat

dihidrolisis sehingga dapat menguraikan glikogen dan amilopektin secara sempurna menjadi

glukosa. Dalam penentuan banyaknya kandungan glukosa dari hidrolisis dengan amilase ini

tidak jauh berbeda dengan penentuan pada hidrolisis dengan asam.

Enzim alfa amilase dapat menghidrolisis ikatan alfa 1,4-glukosida secara spesifik.

Hidrolisis amilosa oleh alfa amilase terjadi melalui dua tahap. Tahap pertama adalah

degradasi menjadi maltosa dan maltotriosa yang terjadi secara acak. Degradasi ini terjadi

secara cepat diikuti pula dengan menurunnya viskositas dengan cepat. Tahap kedua relatif

lambat dengan pembentukan glukosa dan maltosa sebagai hasil akhir. Sedangkan untuk

amilopektin, hidrolisis dengan alfa amilase menghasilkan glukosa. Maltosa dan berbagai jenis

alfa limit dekstrin yang merupakan oligosakarida yang terdiri dari 4 atau lebih residu gula

yang semuanya mengandung ikatan alfa 1.6 glikosidik.

Page 41: HIDROLISIS ZAT PATI BERAS MERAH MENGGUNAKAN …

38

Gabar 3.2.1 Enzim Alfa Amilase

Enzim alfa amilase bekerja pada suhu optimum yakni 55 C. Pada suhu ini enzim alfa

amilase bekerja sangat cepat memutus rantai pati sehingga glukosa yang didapatkan akan

lebih banyak didapat dengan waktu singkat. Enzim ini memutuskan ikatan kimia dengan

penambahan air. Enzim alfa amilase in memeliki beberapa sisi aktif sehingga enzim ini dapat

mengikat 4 hingga 10 molekul substrat sekaligus sehingga cepat dari menghidrolisis pati dari

jenis terigu, tapioka dan sagu.

Berdasarkan pengamatan yang diperoleh, untuk penggunaan enzim amilase diperoleh

absorbansi pada tabung 1 adalah 0,536 dan pada tabung 2 adalah 0,295. Hal ini menunjukan

semakin banyak enzim amilase yang digunakan, semakin banyak pula kadar maltosa hasil

hidrolisis yang diperoleh.

Page 42: HIDROLISIS ZAT PATI BERAS MERAH MENGGUNAKAN …

39

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Cara menghidrolisis zat pati pada beras merah mula-mula pati pecah menjadi unit

rantai glukosa yang lebih pendek (6-10 molekul) yang disebut dekstrin. Desktrin

kemudian pecah menjadi maltosa yang selanjutnya dipecah lagi menjadi unit terkecil

glukosa.

2. Manfaat dari hidrolisis beras merah untuk menguraikan glikogen dan amilopektin

dalam beras merah secara sempurna menjadi glukosa dan menguji banyaknya

kandungan glukosa dalam beras merah.

3. Kegunaan dan kelebihan katalis HCl di banding katalis lainnya karena HCl merupakan

salah satu jenis oksidator kuat, harganya relatif murah dan mudah diperoleh, lebih

aman jika dibandingkan dengan jenis asam yang lain seperti :

HNO3 : dapat terbentuk gas NO2 selama proses hidrolisis berlangsung yang

dapatmembahayakan kesehatan dan keselamatan

H2SO4 : laju reaksi hidrolisisnya lebih lambat dibandingkan HCl

4. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa semakin lama waktu yang

digunakan untuk hidrolisa maka perolehan glukosa juga akan semakin bertambah.

Grafik hubungan antara absorbansi terhadap konsentrasi menunjukkan garis yang

linier sehingga asumsi bahwa reaksi merupakan reaksi order satu adalah benar.

Semakin besar konsentrasi HCl yang berfungsi sebagai katalis, maka nilai konstanta

kecepatan reaksi (k) juga semakin besar

4.2 Saran

Beras merah sangat dianjurkan untuk orang yang sedang diet, menghindari/terkena

penyakit diabetes, mengalami/mencegah penyakit jantung, menurunkan kolestrol dan

meningkatkan HDL.

Page 43: HIDROLISIS ZAT PATI BERAS MERAH MENGGUNAKAN …

40

DAFTAR PUSTAKA

Agra, I.B., Wairniyati,S. dan Pujiyanto. 1973. Hidrolisis Ketela Rambat pada Suhu lebih dari

1000

C. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada, Forum Tehnik Jilid 3

AOCS (American Oil Chemists’ Society), AOCS CA 14-56. Recommended Practice Ca 14b-

96 entitled Quantification of Free Glycerine in Selected Glycerides and Fatty Acid

Methyl Esters

Astrinia Aurora Dinarsari, Alfiana Adhitasari. 2013. Proses Hidrolisa Pati Talas Sente

(Alocasia Macrorrhiza) Menjadi Glukosa. Tembalang : Studi Kinetika Reaksi Jurusan

Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Berchmans, H.J. dan Hirata, S., 2008. Biodiesel Production from Crude Jatropha Curcas L.

Seed Oil With A High Content of Free Fatty Acids, Bioresour. Technol., 99, 1716–

1721

Enny, K., dan Andik, P. A. 2006. Pengaruh Konsentrasi Asam terhadap Hidrolisa Pati

Pisang. Ekullibrium, 5:8-12

Fatimah, I. 2003 Analisis Fenol Dalam Sampel Air Menggunakan Spektrofotometri Derivatif.

Logika, Jakarta : Vol. 9(10)

Freedman, B., Butterfield, R.O. dan Pryde, E.H., 1986. Tranesterification Kinetics of Soybean

Oil, JAOCS, 63, pp. 1375-1380

Groggnis, P.H. 1958. Unit Prosess In Organic Syntesis, 2 ed., pp 775-777. Tokyo : McGrwa

Hill Kogakusa

Heri Rustamaji, Hary Sulistyo, Arief Budiman. 2015. Pemodelan dan Simulasi Kinetika

Reaksi Alkoholisis Minyak Jarak Pagar (Jatropha Curcas) dengan Katalisator

Zirkonia Tersulfatasi. Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Lampung

Iman A. N., 2006. Produksi Hidrolisat Pati dan Serat Pangan dari Singkong dengan

Hidrolisis Asam Klorida. Bogor : Institut Pertanian Bogor

Indra B. K., Retno D., 2010. Kinetika Reaksi Hidrolisa Pati dari Kulit Nangka dengan

Katalisator Asam Chlorida menggunakan Tangki Berpengaduk. Makalah Seminar

Nasional Teknik Kimia Soebardjo Brotohardjono

Junaedi, P., 1985. Alkoholisis Minyak Jarak Pagar dengan Katalisator Natrium Hidroksid

pada Tekanan di atas Satu Atmosfer, Laporan Penelitian Laboratorium Proses Kimia,

Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yokyakarta

Page 44: HIDROLISIS ZAT PATI BERAS MERAH MENGGUNAKAN …

41

Kirk, R.E.,and Othmer D.F. 1983. Enchyclo pedia of Chemical Technology 3rd

ed. New

York : John Wiley and Sons Inc

Kiss, A.A., Dimian, A.C., and Rothenberg, G., 2006, Solid Acid Catalysts for Biodiesel

Production– Towards Sustainable Energy. Adv. Synth. Catal., 348, 75–81

Kusnandar, Feri. 2010. Kimia Pangan Komponen Makro. Dian Rakyat : Jakarta

Laila. 2012. Hidrolisa Pati Jagung Menggunakan Katalis Asam Sulfat. Laporan Skripsi

Levenspiel, O. 1972. Chemical Reaction Engineering. Affilated East West Press DVT. New

Delhi : Ltd

Lubis M. R. 2012. Hidrolisa Pati Sukun dengan Katalisator H2SO4 Untuk Pembuatan

Perekat. Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan Vol. 9 No.2. Halaman 62-67

Manner, Harley I. 2010. Farm and Foresty Production and Marketing Profile for Giant

Taro

Mastuti E., Setyawardhani D. A. 2010. Pengaruh Variasi Temperatur dan Konsentrasi

Katalis Pada Kinetika Reaksi Hidrolisis Tepung Kulit Ketela Pohon. Ekuilibrium

Vol. 9 No. 1. Halaman 23-27

M., Naranong N., and Narkrugsa W. 2012. Reducing Sugar Production From Durian Peel

by Hydrochloric Acid Hydrolysis. World Academy of Science Engineering and

technology 69:444-449

Mulyono. 2005. Membuat Reagen Kimia di Laboratorium. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Novi Sylvia, Meriatna, Haslina. 2015. Kinetika Hidrolisa Kulit Pisang Kepok Menjadi

Glukosa Menggunakan Katalis Asam Klorida. Batam : Jurusan Teknik Kimia,

Fakultas Teknik, Universitas Malikussaleh Laboratorium Teknik Kimia

Perwitasari D. S., Cahyo A. 2009. Pembuatan Dekstrin sebagai Bahan Perekat dari

Hidrolisis Pati Umbi Talas dengan Katalisator HCl. Chemical Engineering

Seminar Soebardjo Brotohardjono

Rina Sari Utami, Eva Pamungkas Sari, Inayati. 2014. Pengaruh Waktu Hidrolisa Dan

Konsentrasi Asam Pada Hidrolisa Pati Kentang Dengan Katalis Asam. Surakarta :

Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret

Rustamaji, H. 2010. Kinetika Reaksi Transesterifikasi Minyak Jarak Pagar dengan

Katalisator Zirkonia Tersulfatasi; Yogykarta : Tesis Pascasarjana UGM

Sastrohamidjojo H., 2005. Kimia Organik : Stereokimia, Karbohidrat, Lemak dan

Protein. Jogja : Gadjah Mada University Press

Page 45: HIDROLISIS ZAT PATI BERAS MERAH MENGGUNAKAN …

42

Smith, J.M., Van Ness, H.C., and M.M. Abbott, 1996. Introduction to Chemical Engineering

Thermodynamics, 5th ed., McGraw-Hill, New York

Srivastava V., Mubeen S., Semwal B. C., and Misra V. 2012. Biological Activities of

Alocasia macrorrhiza Jurnal Rekayasa Proses, Vol. 4, No. 1, 2010

Suwannakarn, K., Lotero, E., Ngaosuwan, K., and Goodwin, J.G., 2009. Simultaneous Free

Fatty Acid Esterification and Triglyceride Transesterification Using a Solid Acid

Catalyst with in situ Removal of Water and Unreacted Methanol, Ind. Eng. Chem.

Res., 48, 2810-2818.

Winarno, F.G dan M. Aman, 1981, Fisiologi Lepas Panen. Jakarta : Penerbit PT Sastra

Hudaya

Yuniwati, M., Ismayati, D., dan Kurniasih. 2011. Kinetika Reaksi Pati Pisang Tanduk dengan

Katalisator Asam Klorida. :107-112 Jurnal Teknologi

Yolaning Widi Fibriyanti. 2012. Kajian Kualitas Kimia Dan Biologi Beras Merah (Oryza

Nivara) Dalam Beberapa Pewadahan Selama Penyimpanan. Surakarta : Fakultas

Pertanian Universitas Sebelas Maret

Wahyudi J., Wibowo W. A., Rais Y.A., Kusumawardhani A., 2011. Pengaruh Suhu

Terhadap Kadar Glukosa Terbentuk dan Konstanta Kecepatan Reaksi pada

Hidrolisa Kulit Pisang. Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia

Widiono, B., 1995. Alkoholisis Minyaj Biji Jarak dalam Reaktor Kolom Berpulsa Secara

Sinambung ditinjau dari Segi Kinetika, Tesis diajukan pada Fakultas Pascasarjana

UGM, Yogyakarta Zamora L. L., Calderon J. A. G., Vazquez E. T., Reynoso E. B.,

2010. Optimization of Ethanol Production Process from Cassava Starch by Surface

Response. J. Mex. Chem. Soc. 2010, 54 (4), 198-203