Autism
description
Transcript of Autism
1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Istilah Autisme berasal dari kata “autos” maksudnya sendiri dan istilah ini
diguna karena mereka yang menghidap gejala autism seringkali memang terlihat
seperti orang yang hidup sendiri dan mereka kurang dapat merasakan kontak
sosial dengan menghindari kontak dengan orang lain.Autisme merupakan salah
satu bentuk gangguan tumbuh kembang syaraf tertentu yang menyebabkan fungsi
otak berfungsi abnormal shingga dapat pengaruh tumbuh kembang ,komunikasi
dan kemampuan interaksi sosial seseorang individu9.
Anak dengan autisme mempunyai tiga karekteristik yang mendasar iaitu
yakini mengalami hambat dalam berkomunikasi, gangguan perilaku dan interaksi
sosial.Tiga karekteristik ini disebut trias autis. Autisme adalah gangguan
perkembangn yang komplek menyangkut komunikasi , interaksi sosial dan
aktifitas imaginasi , gangguan sensoris , pola bermain , perilaku dan emosi . 5
Autisme adalah terdiri dari perkembangan berat yang menpengaruhi komunikasi
dan berelasi (hubungan) dengan orang lain dan mereka tidak mampu
berkomuniksi verbal maupun non-verbal.5
Gangguan spektrum autisme (ASD) adalah sekelompok gangguan
perkembangan saraf terdiri gangguan autis dan terkait gangguan tetapi kurang
parah gangguannya : Asperger gangguan dan perkembangan pervasive
developmental disorder not otherwise specified (PDD-NOS). Anak-anak yang
memiliki ASD menunjukkan gangguan karakteristik dalam interaksi sosial dan
komunikasi , berulang-ulang, dan pola stereotip dari perilakunya.
Masalah kesehatan jiwa perlu menjadi fokus utama dalam upaya peningkatan
sumber daya manusia, khususnya pada anak dan remaja yang merupakan generasi
yang harus dipersiapkan sebagai sumber kekuatan bangsa6. Dari populasi anak dan
remaja mengalami gangguan kesehatan jiwa. preavelensi gangguan kesehatan jiwa
pada anak dan remaja akan cenderung meningkat seiring dengan permasalahan
hidup di masyarakat yang semakin kompleks6.
Di United States diperkirakan sekitar 20% anak-anak terdeteksi mengalami
gangguan jiwa . Masalah kejiwaan yang terjadi pada anak dan remaja antara lain
karena penyalahgunaan narkoba, kekerasan yang dilakukan oleh orang tua,
pengabaian, dan lain-lain. Anak-anak tersebut membutuhkan perhatian khusus
untuk segera mendapatkan penanganan dalam bentuk terapi kejiwaan dan program
rehabilitasi yang tepat.
Data Kebijakan Nasional Kesehatan Jiwa (National Health Policy) 2001-
2005 menunjukkan bahwa ratio gangguan kesehatan jiwa/emosional pada
kelompok anak berusia 4-15 tahun adalah 104/1000 anak. Dalam studi prevalensi
problem emosional dan perilaku pada anak usia sekolah dasar di wilayah Jakarta
Pusat tahun 2003 dengan menggunakan instrumen Child behavior Checklist
(Rahadian dan Wiguna, 2003) di dapatkan angka 27%. Prevalensi pada anak laki-
laki lebih besar dibandingkan dengan anak perempuan (30,5% vs 22,6%). Problem
internalisasi (cemas, depresi, dan isolasi diri) lebih besar jika dibandingkan dengan
problem ekternalisasi (30% vs 10.2%). Ang dan Wiguna (2007), melakukan studi
prevalensi gangguan mental pada anak sekolah menengah pertama di wilayah
Jakarta Pusat dengan menggunakan instrumen MINI for Kids mendapatkan angka
prevalensi sebesar 26,5 %. Gangguan mental lebih banyak ditemukan pada pelajar
perempuan jika dibandingkan dengan pelajar laki-laki. Jenis gangguan mental yang
paling banyak ditemukan adalah gangguan mood, gangguan cemas, gangguan
pemusatan perhatian dan/ hiperaktivitas (GPPH), serta gangguan perilaku 4
1.2. Tujuan Penulisan
Dalam penulisan artikel ini bertujuan untuk mengetahui pengertian autism dan
cara deteksi dini autis pada anak.
2. Tinjauan Literatur
2.1 Pengertian Autisme
Autisme adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai
dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa,
perilaku, komunikasi dan interaksi sosial. Perkataan autisme berasal dari bahasa
Yunani “auto” berarti sendiri yang menunjukkan gejala “hidup dalam dunianya
sendiri”. Pada umumnya penderita autisme mengacuhkan suara, penglihatan
ataupun kejadian yang melibatkan mereka.Biasanya reaksi mereka tidak sesuai
dengan situasi atau malahan tidak ada reaksi sama sekali. Mereka menghindari atau
tidak berespon terhadap kontak sosial (pandangan mata, sentuhan kasih sayang,
bermain dengan anak lain dan sebagainya. 8
2.2 Penyebab Autisme
Penyebab autisme belum diketahui secara pasti. Beberapa ahli menyebutkan
autisme disebabkan karena terdapat gangguan biokimia, ahli lain berpendapat
bahwa autisme disebabkan oleh gangguan psikiatri/jiwa.
Ahli lainnya berpendapat bahwa autisme disebabkan oleh karena kombinasi
makanan yang salah atau lingkungan yang terkontaminasi zat-zat beracun yang
mengakibatkan kerusakan pada usus besar yang mengakibatkan masalah dalam
tingkah laku dan fisik termasuk autisme.
Walaupun paparan logam berat (air raksa) terjadi pada setiap anak, namun hanya
sebagian kecil saja yang mengalami gejala autism. Hal ini mungkin berkaitan
dengan teori genetik, salah satunya berkaitan dengan teori Metalotionin. Beberapa
penelitian anak autism tampaknya didapatkan ditemukan adanya gangguan
netabolisme metalotionin.
Metalotionon adalah merupakan sistem yang utama yang dimiliki oleh tubuh dalam
mendetoksifikasi air raksa, timbal dan logam berat lainnya. Setiap logam berat
memiliki afinitas yang berbeda terhadap metalotionin. Berdasarkan afinitas
tersebut air raksa memiliki afinitas yang paling kuat dengan terhadap metalotianin
dibandingkan logam berat lainnya sepertoi tembaga, perak atau zinc.
2.4 Diagnosis Autisme
Untuk menetapkan diagnosis gangguan autism para klinisi sering menggunakan
pedoman Deteksi Skrening Mental IV.Gangguan Autism didiagnosis berdasarkan
DSM-IV:
Harus ada sedikitnya 6 gejala dari(1), (2), and (3), dengan minimla harus ada 2
gejala dari (1), dan satu gejala masing-masing dari (2) dan (3):
(1) Gangguan Kualitatif dalam Interaksi Sosial, minimal harus ada dua manifestasi:
• Perilaku non verbal seperti : kontak mata sangat kurang, ekspresi muka kurang
hidup, sikap tubuh atau gerak tubuh dalam interaksi sosial
• Kegagalan dalam berhubungan dengan anak sebaya sesuai dengan
perkembangannya
• Tidak dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain
• Kurangnya hubungan sosial dan emosional
(2) Gangguan Kualitatif dalam Bidang Komunikasi, minimal 1 gejala di bawah ini:
• Bicara terlambat atau bahkan sama sekali tak berlkembang (tak ada usaha
untuk mengimbangi komunikasi dengan cara lain tanpa bicara).
• Bila bisa bicara tidak dipakai untuk komunikasi
• Sering menggunakan bahasa yang aneh dan diulang-ulang.
• Cara bermain kurang variasi, kurang imajinatif dan kurang bisa meniru.
(3) Suatu Pola yang Dipertahankan dan diulang-ulang dalam perilaku, minat dan
kegiatan. Sedikitnya harus ada 1 gejala di bawah ini :
• Mempertahankan satu minat atau lebih dengan cara yang sangat khas dan
berlebihan.
• Terpaku pada satu kegiatan ritual atau rutin yang tidak ada gunanya
• Terdapat gerakan-gerakan aneh yang khas berulang-ulang.
• Seringkali terpukau pada bagian-bagian benda
2.5 Deteksi Dini Autisme
Deteksi dini pada anak dengan autisme melalui beberapa tahapan, antara lain :8
1. Deteksi Dini Sejak dalam Kandungan
Sampai sejauh ini dengan kemajuan tehnologi kesehatan di dunia masih juga belum
mampu mendeteksi resiko autism sejak dalam kandungan. Terdapat beberapa
pemeriksaan biomolekular pada janin bayi untuk mendeteksi autism sejak dini,
namun pemeriksaan ini masih dalam batas kebutuhan untuk penelitian.
2. Deteksi Dini Sejak Lahir hingga Usia 5 tahun
Autisme agak sulit di diagnosis pada usia bayi, tetapi penting untuk mengetahui
gejala dan tanda penyakit ini sejak dini karena penanganan yang lebih cepat akan
memberikan hasil yang lebih baik.
Ada beberapa gejala yang harus diwaspadai terlihat sejak bayi atau anak menurut usia :
a. Usia 0-6 bulan
• Bayi tampak terlalu tenang ( jarang menangis)
• Terlalu sensitif, cepat terganggu/terusik
• Gerakan tangan dan kaki berlebihan terutama bila mandi
• Tidak “babbling”
• Tidak ditemukan senyum sosial diatas 10 minggu
• Tidak ada kontak mata diatas umur 3 bulan
• Perkembangan motor kasar/halus sering tampak normal
b. Usia 6 – 12 Bulan
• Kaku bila digendong
• Tidak mau bermain permainan sederhana (ciluk ba, da-da)
• Tidak mengeluarkan kata
• Tidak tertarik pada boneka
• Memperhatikan tangannya sendiri
• Terdapat keterlambatan dalam perkembangan motor kasar/halus
• Mungkin tidak dapat menerima makanan cair
c. Usia 2 – 3 tahun
• Tidak tertarik untuk bersosialisasi dengan anak lain
• Melihat orang sebagai “benda”
• Kontak mata terbatas
• Tertarik pada benda tertentu
• Kaku bila digendong
d. Usia 4 – 5 Tahun
• Sering didapatkan ekolalia (membeo)
• Mengeluarkan suara yang aneh (nada tinggi atau datar)
• Marah bila rutinitas yang seharusnya berubah
• Menyakiti diri sendiri (membenturkan kepala)
• Temperamen tantrum atau agresif
3. Deteksi Dini dengan Skrening
Beberapa ahli perkembangan anak menggunakan klarifikasi yang disebut sebagai
Zero to three's Diagnostic Classification of Mental Health and Development
Disorders of Infacy and early Childhood. DC-0-3 menggunakan konsep bahwa proses
diagnosis adalah proses berkelanjutan dan terus menerus, sehingga dokter yang
merawat dalam pertambahan usia dapat mendalami tanda, gejala dan diagnosis pada
anak. Menurut Judarwanto W (2010), beberapa deteksi dini dengan menggunakan
skrening antara lain :
a. Deteksi Dini Dengan Chat (Checklist Autism in Toddlers)
Terdapat beberapa perangkat diagnosis untuk skreening (uji tapis) pada
penyandang autism sejak usia 18 bulan sering dipakai di adalah CHAT . CHAT
dikembangkan di Inggris dan telah digunakan untuk penjaringan lebih dari 16.000
balita. Pertanyaan berjumlah 14 buah meliputi aspek-aspek : imitation, pretend
play, and joint attention. Menurut American of Pediatrics, Committee on Children
With Disabilities. Technical Report : The Pediatrician's Role in Diagnosis and
Management of Autistic Spectrum Disorder in Children.
A Aloanamnesis Ya Tidak
1. Apakah anak senang diayun-ayun atu diguncang-guncang
naik turun
2 Apakah anak tertarik (memperhatikan) anak lain?
3 Apakah anak suka memanjat-manjat,seperti memanjat tangga?
4 Apakah anak suka bermain “cluk ba,” petak umpet?
5 Apakah anak pernah bermain seolah-olah membuat secangkur
the menggunakan mainan berbentuk cangkir dan teko,atau
permainan lain?
6 Apakah anak pernah menunjuk atau meminta sesuatu dengan
menunjukkan jari?
7 Apakah anak pernah menggunakan jari untuk menunjuk ke
sesuatu agar anda melihat ke sana?
8 Apakah anak dapat bermain dengan mainan yang kecil (mobil
atau kubus)
9 Apakah anak pernah memberikan suatu benda untuk
menunjukkan sesuatu?
B Pengamatan
1 Selama pemeriksaan apakah anak menatap (kontak mata)
dengan pemeriksa?
2 Usahakan menrik perhatian anak, kemudian pemeriksa
menunjuk sesuatu di ruangan pemeriksaan sambil mengatakn:
“ Lihat itu ada bola (atau mainan lain)”!.
Perhatikan mata anak, apakah ia melihat ke benda yang
ditunjuk, bukan melihat tangn pemeriksa?
3 Usahakan menarik perhatian anak, berikan mainan
gelas/cangkir dan teko. Katakan pada anak: “Buatkan
secangkir susu buat mama”!
4 Tanyakan pada anak: “Tunjukan mana gelas”! (gelas dapat
diganti dengan nama benda lain yang dikenal anak dan ada di
sekitar kita ).Apakah anak menunjukkan benda tersebut
dengan jarinya? Atau sambil menatap wajah anda ketika
menunjuk ke satu benda?
5 Apakah anak dapat menumpuk beberapa kubus/balok menjadi
suatu menara?
b. MSDD (Multisystem Developmental Disorders)
MSDD adalah diagnosis gangguan perkembangan dalam hal kesanggupannya
berhubungan, berkomunikasi, bermain dan belajar. Gangguan MSDD tidak
menetap seperti gangguan pada Autisme Spectrum Disorders, tetapi sangat
mungkin untuk terjadi perubahan dan perbaikkan. Pengertian MSDD meliputi
gangguan sensoris multipel dan interaksi sensori motor. Gejala MSDD meliputi :
gangguan dalam berhubungan sosial dan emosional dengan orang tua atau
pengasuh, gangguan dalam mempertahankan dan mengembangkan komunikasi,
gangguan dalam proses auditory dan gangguan dalam proses berbagai sensori lain
atau koordinasi motorik.
c. Pervasive Developmental Disorders Screening Test PDDST – II
PDDST-II adalah salah satu alat skrening yang telah dikembangkan oleh Siegel B.
dari Pervasive Developmental Disorders Clinic and Laboratory, Amerika Serikat
sejak tahun 1997. Perangkat ini banyak digunakan di berbagai pusat terapi
gangguan perliaku di dunia. Beberapa penelitian menunjukkan hasil yang cukup
baik sebagai alat bantu diagnosis atau skrening Autis.
4. Rapid Attention Back and Fourt Comunicattion Test
Tes untuk mengetahui gejala autisme pada anak yang ada saat ini rata-rata memakan
waktu hingga dua jam. Untuk itu, tim peneliti dari Universitas Emory dan Georgia
Tech mencoba menawarkan cara baru yang lebih cepat. Dengan metode ‘Rapid
Attention Back and Forth Communication Test’ atau “Rapid ABC”, uji gejala autisme
anak hanya berlangsung selama lima menit. Caranya, anak dilibatkan dalam kegiatan
yang sederhana yang memerlukan konsentrasi, komunikasi, dan pengenalan. Tes
sangat efektif untuk mengetahui gejala awal autisme pada anak usia 18 bulan hingga
dua tahun. Meski begitu, tes ini tidak dapat menggantikan screening autisme secara
komprehensif. Setelah mengidentifikasi cepat anak yang berisiko autisme di awal
perkembangan, mereka harus segera mendapat terapi.
Gejala gangguan spektrum autisme mencakup gangguan dalam interaksi sosial dan
komunikasi, tetapi juga dicirikan oleh perilaku yang tidak biasa seperti gerakan
berulang, mengepakkan tangan dan kurangnya kontak mata. Sebelumnya diagnosis
dan intervensi terkait dengan hasil jangka panjang lebih baik, ” katanya seperti dikutip
dari Momlogic. Levine juga mencatat bahwa jika orangtua curiga anak mereka
mungkin terkena autisme, tes Rapid ABC hanyalah tes cepat. Kemudian harus
dilanjutkan dengan uji diagnostik untuk evaluasi emosional dan fisik secara
menyeluruh.
3. Kesimpulan
Autisme merupakan suatu perkembangan yang abnormal ditandai dengan
masalah berinteraksi sosial, masalah komunikasi verbal dan nonverbal dan pengulangan
tingkah laku dan ketertarikan yang dangkal dan obsesif. Perkembangan teknologi dan
metode deteksi dini terhadap anak dengan masalah autisme sangat bermanfaat dalam
penanganan masalah autisme pada anak, sehingga dampak autisme yang kompleks
dapat di cegah dan mendapatkan penanganan sedini mungkin. Masalah autisme pada
anak adalah hal yang serius dan menjadi salah satu masalah pada kejiawaan anak yang
masih ditakuti oleh semua orang tua jika terjadi pada anaknya.
Daftar Pustaka
1. Anonim (2010). http://koranindonesiasehat.wordpress.com/2010/04/23/deteksi-dini-autism-pada-anak-hanya-lima-menit/.
2. Anonim (2010). http://downloads.ziddu.com/downloadfile/9050216/gangguan jiwa pada anak dan remaja. doc.h.html .
3. Dewi R (2010). Peran Orang Tua pada Terapi Biomedis pada Anak Autis. Tesis. Fakutas Psikologi Gunadarma.
4. Departemen Psikiatrik FK-UI. Deteksi Dini Gangguan Jiwa pada Anak. Jakarta.
5. Habiburrohman, Muhammad. 2011. Manajemen Pembelajaran Bagi Anak Autis Pada Jenjang SD di Sekolah Khusus Autisme Bina Anggita Kota Magelang, Skripsi.Semarang: Institut Agama Islam Negeri Walisongo.
6. Hamid A.Y (2008). Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC
7. Judarwanto W (2010). http://puterakembara.org/archives10/00000055.shtml.
8. Mardiyono A (2010). http://www.pdkjateng.go.id/index.php/upt/bpdiksus/196-deteksi-dini autism.
9. Sunu, Christoper . 2012. Panduan Memecahkan Masalah Autisme;Unlocking Autisme.Yogyakarta: Lintang Terbit.