Audit2 audit forensik

26

Click here to load reader

Transcript of Audit2 audit forensik

Page 1: Audit2   audit forensik

MAKALAH

AUDIT FORENSIK

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah AUDITING II

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 4

LAVENIA TONDATUON C 301 10 033

DIYAH WIDYARTI C 301 10 035

MARDIYAH RIDWAN C 301 10 045

ANNASTRY WIDYAKUSUMA C 301 10 065

MARSELLA AYU M. C 301 10 067

HERALD CHRISTY NYAUA C 301 10 069

MARYA MARGARETH C 301 10 072

SANDY SYAHRIR C 301 10 075

WAHYU ISMAIL C 301 10 083

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS TADULAKO

2012

Page 2: Audit2   audit forensik

BAB I

PENDAHULUAN

Akuntansi Forensik (Accounting Forensic) dan Audit Forensik (Forensic Auditing).

Bolgna dan Lindquist (2006) mendefinisikan akuntansi forensik sebagai aplikasi dari

keterampilan finansial dan investigatif mentalitas untuk memecahkan permasalahan dari isu-

isu, sesuai dengan konteks aturan dalam suatu upaya pembuktian. Menurut Grippo dan Ibex

(2003 dalam Singleton, 2006) mendefinisikan akuntansi forensik sebagai ilmu pengetahuan

yang berbeda dari audit tradisional tetapi bergabung dengan metode audit dan prosedurnya

untuk mengatasi permasalahan hukum. Sedangkan, menurut Kumalahadi dari Ikatan

Akuntan Indonesia (2009) akuntansi forensik merupakan perpaduan

antara accounting, auditing, dan kemampuan investigasi yang menghasilkan kekhususan

yang disebut forensic accounting. Keunikan dari akuntansi forensik ini sendiri adalah

metode ini memiliki kerangka berpikir yang berbeda dari audit laporan keuangan. Audit

laporan keuangan lebih berprosedur dan kurang efektif dalam mendeteksi kecurangan

sedangkan akuntansi forensik lebih efektif digunakan dalam mendeteksi kecurangan karena

dari prosesnya metode ini terkadang lebih mengandalkan intuisi dan deduktif.

Menurut Prof. Dr. Gunadi, Msc, Ak (2009), akuntansi bersifat konstruktif (bukti

akuntansi ditata menjadi laporan) sedangkan auditing bersifat analitis (menelusuri unsur

laporan kembali ke bukti dan mencari tahu ada tidaknya persuasian). Oleh karena itu,

muncul yang dinamakan audit forensik yaitu mengumpulkan bukti dan barang bukti untuk

mendukung penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan atau pembelaan. Harapannya agar

bukti dan barang bukti dapat diterima sebagai alat bukti oleh majelis hakim. Contoh bukti

yang dikumpulkan melalui audit forensik suatu kasus kejahatan keuangan adalah sebagai

berikut:

1. Aliran dana dari satu orang/ perusahaan/ lembaga ke orang/ perusahaan/

lembaga yang lain bisa terlihat sebagai transfer bank biasa tanpa unsur niat jahat dan

perbuatan melawan hukum.

2. Pemberian uang tunai (rupiah atau valas) bisa nampak sebagai transaksi

pinjam meminjam biasa atau bantuan.

| Audit Forensik 1

Page 3: Audit2   audit forensik

3. Bukti percakapan telepon yang dikumpulkan melalui penyadapan dapat

mengukuhkan keyakinan hakim bahwa aliran dana tersebut bukan semata-mata bantuan

atau pinjaman kepada teman.

4. Keterangan mengenai penghasilan yang belum dilaporkan, dapat menjadi

bukti tindak pidana perpajakan maupun korupsi. Auditor forensik melacak dari kekayaan,

penghasilan yang dilaporkan pada dua periode berturutan (SPT) dan pengakuan

pengeluaran (adanya pembayaran fiskal luar negeri, dsb).

Kemampuan audit forensik untuk mengungkap kejahatan keuangan melalui

pengumpulan bukti-bukti yang lebih bersifat rahasia memotivasi klien mempertimbangkan

menggunakan jasa seorang auditor forensik di samping seorang auditor laporan keuangan

dalam rangka mendeteksi kecurangan yang dapat mengakibatkan salah saji material dalam

laporan keuangannya apalagi bila perusahaan mengalami permasalahan hukum atau

menerima sinyal ketidakberesan dalam perusahaannya.

Akuntansi forensik ini sendiri mulai berkembang di Amerika semenjak terjadinya

kasus Enron dan munculnyaSarbanes Oxley (SARBOX). Belajar dari pengalaman tersebut,

Amerika tidak ingin kejahatan yang diakukan penjahat kerah putih (white collar

crime) dalam perusahaan terjadi lagi. Oleh karena itu, akuntansi forensik terus

dikembangkan Amerika untuk mendukung kinerja auditor dalam mengungkapkan

kecurangan yang bisa saja sewaktu-waktu dilakukan oleh penjahat kerah putih.

| Audit Forensik 2

Page 4: Audit2   audit forensik

BAB II

PEMBAHASAN

Audit Forensik terdiri dari dua kata, yaitu audit dan forensik. Audit adalah tindakan

untuk membandingkan kesesuaian antara kondisi dan kriteria. Sementara forensik adalah

segala hal yang bisa diperdebatkan di muka hukum / pengadilan.

Menurut Association of Certified Fraud Examiners (ACFE), forensic accounting /

auditing merujuk kepada fraud examination. Dengan kata lain keduanya merupakan hal

yang sama, yaitu:

“Forensic accounting is the application of accounting, auditing, and investigative

skills to provide quantitative  financial information about matters before the courts.”

Menurut D. Larry Crumbley, editor-in-chief dari Journal of Forensic Accounting

(JFA) “Akuntansi forensik adalah akuntansi yang akurat (cocok) untuk tujuan hukum.

Artinya, akuntansi yang dapat bertahan dalam kancah perseteruan selama proses pengadilan,

atau dalam proses peninjauan judicial atau administratif”.

Dengan demikian, audit forensik bisa didefinisikan sebagai tindakan menganalisa

dan membandingkan antara kondisi di lapangan dengan kriteria, untuk menghasilkan

informasi atau bukti kuantitatif yang bisa digunakan di muka pengadilan.

Karena sifat dasar dari audit forensik yang berfungsi untuk memberikan bukti di

muka pengadilan, maka fungsi utama dari audit forensik adalah untuk melakukan audit

investigasi terhadap tindak kriminal dan untuk memberikan keterangan saksi ahli (litigation

support) di pengadilan.

Audit Forensik dapat bersifat proaktif maupun reaktif. Proaktif artinya audit forensik

digunakan untuk mendeteksi kemungkinan-kemungkinan risiko terjadinya fraud atau

kecurangan. Sementara itu, reaktif artinya audit akan dilakukan ketika ada indikasi (bukti)

awal terjadinya fraud. Audit tersebut akan menghasilkan “red flag” atau sinyal atas

ketidakberesan. Dalam hal ini, audit forensik yang lebih mendalam dan investigatif akan

dilakukan.

| Audit Forensik 3

Page 5: Audit2   audit forensik

Perbandingan antara Audit Forensik dengan Audit Tradisional (Keuangan)

Audit Tradisional Audit Forensik

Waktu Berulang Tidak berulang

LingkupLaporan Keuangan secara

umumSpesifik

Hasil OpiniMembuktikan fraud

(kecurangan)

Hubungan Non-AdversarialAdversarial (Perseteruan

hukum)

Metodologi Teknik Audit Eksaminasi

Standar Standar AuditStandar Audit dan Hukum

Positif

Praduga Professional Scepticism Bukti awal

Perbedaan yang paling teknis antara Audit Forensik dan Audit Tradisional adalah

pada masalah metodologi. Dalam Audit Tradisional, mungkin dikenal ada beberapa teknik

audit yang digunakan. Teknik-teknik tersebut antara lain adalah prosedur analitis, analisa

dokumen, observasi fisik, konfirmasi, review, dan sebagainya. Namun, dalam Audit

Forensik, teknik yang digunakan sangatlah kompleks.

Teknik-teknik yang digunakan dalam audit forensik sudah menjurus secara spesifik

untuk menemukan adanya fraud. Teknik-teknik tersebut banyak yang bersifat mendeteksi

fraud secara lebih mendalam dan bahkan hingga ke level mencari tahu siapa pelaku fraud.

Oleh karena itu jangan heran bila teknik audit forensik mirip teknik yang digunakan detektif

untuk menemukan pelaku tindak kriminal. Teknik-teknik yang digunakan antara lain adalah

metode kekayaan bersih, penelusuran jejak uang / aset, deteksi pencucian uang, analisa

tanda tangan, analisa kamera tersembunyi (surveillance), wawancara mendalam, digital

forensic, dan sebagainya.

| Audit Forensik 4

Page 6: Audit2   audit forensik

Praktik Ilmu Audit Forensik

Penilaian risiko fraud

Penilaian risiko terjadinya fraud atau kecurangan adalah penggunaan ilmu audit forensik

yang paling luas. Dalam praktiknya, hal ini juga digunakan dalam perusahaan-perusahaan

swasta untuk menyusun sistem pengendalian intern yang memadai. Dengan dinilainya risiko

terjadinya fraud, maka perusahaan untuk selanjutnya bisa menyusun sistem yang bisa

menutup celah-celah yang memungkinkan terjadinya fraud tersebut.

Deteksi dan investigasi fraud

Dalam hal ini, audit forensik digunakan untuk mendeteksi dan membuktikan adanya fraud

dan mendeteksi pelakunya. Dengan demikian, pelaku bisa ditindak secara hukum yang

berlaku. Jenis-jenis fraud yang biasanya ditangani adalah korupsi, pencucian uang,

penghindaran pajak, illegal logging, dan sebagainya.

Deteksi kerugian keuangan

Audit forensik juga bisa digunakan untuk mendeteksi dan menghitung kerugian keuangan

negara yang disebabkan tindakan fraud.

Kesaksian ahli (Litigation Support)

Seorang auditor forensik bisa menjadi saksi ahli di pengadilan. Auditor Forensik yang

berperan sebagai saksi ahli bertugas memaparkan temuan-temuannya terkait kasus yang

dihadapi. Tentunya hal ini dilakukan setelah auditor menganalisa kasus  dan data-data

pendukung untuk bisa memberikan penjelasan di muka pengadilan.

Uji Tuntas (Due diligence)

Uji tuntas atau Due diligence adalah istilah yang digunakan untuk penyelidikan guna

penilaian kinerja perusahaan atau seseorang , ataupun kinerja dari suatu kegiatan guna

memenuhi standar baku yang ditetapkan. Uji tuntas ini biasanya digunakan untuk menilai

kepatuhan terhadap hukum atau peraturan.

| Audit Forensik 5

Page 7: Audit2   audit forensik

Dalam praktik di Indonesia, audit forensik hanya dilakukan oleh auditor BPK,

BPKP, dan KPK (yang merupakan lembaga pemerintah) yang memiliki sertifikat CFE

(Certified Fraud Examiners). Sebab, hingga saat ini belum ada sertifikat legal untuk audit

forensik dalam lingkungan publik. Oleh karena itu, ilmu audit forensik dalam penerapannya

di Indonesia hanya digunakan untuk deteksi dan investigasi fraud, deteksi kerugian

keuangan, serta untuk menjadi saksi ahli di pengadilan. Sementara itu, penggunaan ilmu

audit forensik dalam mendeteksi risiko fraud dan uji tuntas dalam perusahaan swasta, belum

dipraktikan di Indonesia.

Penggunaan audit forensik oleh BPK maupun KPK ini ternyata terbukti memberi

hasil yang luar biasa positif. Terbukti banyaknya kasus korupsi yang terungkap oleh BPK

maupun KPK. Tentunya kita masih ingat kasus BLBI yang diungkap BPK. BPK mampu

mengungkap penyimpangan BLBI sebesar Rp84,8 Trilyun atau 59% dari total BLBI sebesar

Rp144,5 Trilyun. Temuan tersebut berimbas pada diadilinya beberapa mantan petinggi bank

swasta nasional. Selain itu juga ada audit investigatif dan forensik terhadap Bail out Bank

Century yang dilakukan BPK meskipun memberikan hasil yang kurang maksimal karena

faktor politis yang sedemikian kental dalam kasus tersebut.

| Audit Forensik 6

Page 8: Audit2   audit forensik

Gambaran Proses Audit Forensik

Identifikasi masalah

Dalam tahap ini, auditor melakukan pemahaman awal terhadap kasus yang hendak

diungkap. Pemahaman awal ini berguna untuk mempertajam analisa dan spesifikasi ruang

lingkup sehingga audit bisa dilakukan secara tepat sasaran.

Pembicaraan dengan klien

Dalam tahap ini, auditor akan melakukan pembahasan bersama klien terkait lingkup,

kriteria, metodologi audit, limitasi, jangka waktu, dan sebagainya. Hal ini dilakukan untuk

membangun kesepahaman antara auditor dan klien terhadap penugasan audit.

Pemeriksaan pendahuluan

Dalam tahap ini, auditor melakukan pengumpulan data awal dan menganalisanya. Hasil

pemeriksaan pendahulusan bisa dituangkan menggunakan matriks 5W + 2H (who, what,

where, when, why, how, and how much). Investigasi dilakukan apabila sudah terpenuhi

minimal 4W + 1H (who, what, where, when, and how much). Intinya, dalam proses ini

auditor akan menentukan apakah investigasi lebih lanjut diperlukan atau tidak.

Pengembangan rencana pemeriksaan

Dalam tahap ini, auditor akan menyusun dokumentasi kasus yang dihadapi, tujuan audit,

prosedur pelaksanaan audit, serta tugas setiap individu dalam tim. Setelah diadministrasikan,

maka akan dihasilkan konsep temuan. Konsep temuan ini kemudian akan dikomunikasikan

bersama tim audit serta klien.

Pemeriksaan lanjutan

Dalam tahap ini, auditor akan melakukan pengumpulan bukti serta melakukan analisa

atasnya. Dalam tahap ini lah audit sebenarnya dijalankan. Auditor akan menjalankan teknik-

teknik auditnya guna mengidentifikasi secara meyakinkan adanya fraud dan pelaku fraud

tersebut.

| Audit Forensik 7

Page 9: Audit2   audit forensik

Penyusunan Laporan

Pada tahap akhir ini, auditor melakukan penyusunan laporan hasil audit forensik. Dalam

laporan ini setidaknya ada 3 poin yang harus diungkapkan. Poin-poin tersebut antara lain

adalah:

1. Kondisi, yaitu kondisi yang benar-benar terjadi di lapangan.

2. Kriteria, yaitu standar yang menjadi patokan dalam pelaksanaan kegiatan. Oleh

karena itu, jika kondisi tidak sesuai dengan kriteria maka hal tersebut disebut sebagai

temuan.

3. Simpulan, yaitu berisi kesimpulan atas audit yang telah dilakukan. Biasanya

mencakup sebab fraud, kondisi fraud, serta penjelasan detail mengenai fraud

tersebut.

Pelaksanaan audit forensik

Proses pelaksanaan audit forensik, dalam banyak hal, sama dengan proses pelaksanaan audit,

tetapi dengan tambahan beberapa pertimbangan. Berikut ini adalah langkah-langkah audit

forensik secara umum dan singkat.

Langkah I : Menerima Tugas

Auditor forensik pertama kali harus mempertimbangkan apakah dirinya memiliki keahlian

dan pengalaman yang dibutuhkan untuk menerima pekerjaan tersebut. Investigasi forensik

bersifat khusus, dan pekerjaan tersebut memerlukan pengetahuan tentang investigasi fraud

dan pengetahuan tentang hukum secara luas dan mendalam. Para auditor juga harus

memperoleh bukti-bukti yang diperoleh secara aman. Auditor sebaiknya tidak memberikan

jasa audit umum dan investigasi forensik atas klien yang sama.

Langkah II : Perencanaan

Tim auditor harus berhati-hati dalam merencanakan pekerjaan audit forensik. Perencanaan

pekerjaan audit ini paling tidak harus mencakup hal-hal berikut :

1. Mengidentifikasi jenis fraud yang terjadi, seberapa lama fraud telah berlangsung, dan

bagaimana fraud telah dilakukan, siapa pelakunya dan juga termasuk

| Audit Forensik 8

Page 10: Audit2   audit forensik

mengkuntifikasi kerugian finansial yang diderita oleh klien dan mengumpulkan bukti

yang akan digunakan di pengadilan

2. Memberi saran untuk pencegahan terulangnya fraud

3. Mempertimbangkan cara terbaik mendapatkan bukti

4. Menggunakan teknik audit berbantuan computer, bila diperlukan

Langkah III : Mengumpulkan Bukti

Dalam rangka mengumpulkan bukti yang lengkap, auditor (investigator) harus memahami

jenis fraud dan bagaimana kecurangan tersebut telah dilakukan. Bukti-bukti yang

dikumpulkan harus memadai untuk membuktikan identitas pelakunya, mekanisme

pelaksanaan fraud, dan jumlah kerugian finansial yang diderita. Hal penting yang harus

dipikirkan adalah bahwa tim auditor memiliki keahlian di dalam mengumpulkan bukti yang

akan digunakan dalam kasus persidangan, dan menjaga rantai pengamanan bukti-bukti

hingga dikemukakan dalam persidangan.

Jika ada bukti yang belum dapat disimpulkan atau ada kejanggalan dalam rantai prosesnya,

maka bukti tersebut mungkin akan dimentahkan dalam persidangan, atau bahkan bisa

menjadi bukti yang melemahkan. Auditor juga harus diperingatkan bahwa kemungkinan

bukti-bukti akan diselewngkan, dirusak atau dihancurkan oleh tersangka.

Bukti dapat dikumpulkan dengan menggunakan berbagai taknik seperti :

1. Menguji pengendalian guna mendapatkan bukti adanya kelemahan

2. Menggunakan prosedur analisis untuk membndingkan tren dari waktu ke waktu atau

untuk memberikan gambaran tentang perbandingan antara satu segen bisnis dengan

segmen bisnis lainnya dengan menggunakan teknik-teknik audit berbantuan

komputer.

3. Teknik-teknik substantif seperti rekonsilisasi, kas opname, pemeriksaan fisik dan

penelaahan dokumen.

Tujuan akhir dari audit forensik adalah mendapatkan pengakuan dari pelaku fraud, bahwa

suatu fraud benar-benar telah terjadi. Untuk alasan ini, para investigator sebaiknya

menghindari konfrontasi dengan tersangka hingg mereka telah mengumpulkan bukti yang

memadai untuk mendukung suatu pengakuan.

| Audit Forensik 9

Page 11: Audit2   audit forensik

Langkah IV : Pelaporan

Klien akan mengharapkan bahwa laporan berisi temuan-temuan dari investigasi, termasuk

ringkasan bukti-bukti dan kesimpulan tentang jumlah kerugian sebagai akibat adanya fraud.

Laporan tersebut juga sebaiknya membahas bagaimana pelaku fraud merencanakan skema

pelaksanaan kecurangan, dan bagaimana pengendalian yang ada telah didobrak oleh pelaku

fraud. Selain itu, tim audit harus merekomendasi perbaikan atas sistem pengendalian

organisasi untuk mencegah terjadinya kejadian fraud serupa di masa yang akan datang.

Langkah V : Tuntutan Hukum (Court Proceedings)

Investigasi diatas mungkin akhirnya akan sampai pada tuntunan hukum terhadap terdakwa,

dan anggota tim investigasi mungkin akan terlibat dalam proses pengadilan. Bukti yang

dikumpulkan selama investigasi akan dikemukakan di dalam pengadilan, dan anggota tim

mungkin akan dipanggil ke sidang pengadilan untuk menjelaskan bukti yang telah mereka

kumpulkan dan menjelaskan bagaimana terdakwa didentifikasi. Sangat penting bahwa

anggota tim investigasi yang dipanggil ke depan pengadilan harus dapat menjelaskan bukti-

buktinya secara jelas dan profesional, dan menjelaskan secara sederhana masalah-masaalh

akuntansi yang begitu kompleks agar para non-akuntan yang ada dipersidangan dapat

memahami permasalahan dan implikasinya.

Kompetensi yang Harus Dimiliki oleh Auditor Forensik

Dalam rangka meningkatkan kinerja seorang auditor forensik dalam mengungkap

kecurangan yang ada diperlukan kompetensi-kompetensi khusus. Kompetensi yang dimiliki

seorang auditor forensik ini penting untuk meningkatkan keyakinan masyarakat akan sebuah

laporan keuangan yang andal dan relevan, terutama dari pihak-pihak yang

berkepentingan (stakeholder). Pihak-pihak yang berkepentingan yang dimaksud di sini

meliputi akademisi, akuntan forensik, dan ahli hukum.

Dalam  sebuah literatur asing berjudul “Forensic Accounting”, diungkap mengenai

kompetensi-kompetensi khusus yang harus dimiliki oleh seorang auditor forensik meliputi:

1. Keterampilan auditing

2. Pengetahuan dan keterampilan menginvestigasi

3. Kriminologi yang secara khusus mempelajari psikologi kriminalitas.

4. Pengetahuan akuntansi secara umum

| Audit Forensik 10

Page 12: Audit2   audit forensik

5. Pengetahuan mengenai hukum

6. Pengetahuan dan keterampilan mengenai teknologi informasi (TI)

7. Keterampilan berkomunikasi

Ketujuh kompetensi tersebut diambil berdasarkan opini-opini dari pihak-pihak yang

berkepentingan. Selain itu, dari penelitian sebelumnya, ketujuh kompetensi dari berbagai

opini dari pihak yang berkepentingan tersebut telah diuji secara empiris oleh seorang peneliti

dari Amerika, James A. Digabrielle di Amerika. Hasil penelitiannya membuktikan bahwa

terdapat perbedaan pandangan antara ketiga pihak yang berkepentingan tersebut, walaupun

tidak terlalu signifikan.

Dalam blog internet yang penulis temukan, terdapat sebuah pembahasan yang

menarik sehubungan dengan kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang auditor forensik

menurut pandangan BPK dan Ahli hukum. Kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki oleh

seorang akuntan forensik menurut BPK dalam blog tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kemampuan mengumpulkan fakta-fakta dari berbagai saksi secara adil, tidak

memihak, sahih, akurat

2. Kemampuan melaporkan fakta secara lengkap

3. Memiliki pengetahuan dasar akuntansi dan audit yang kuat

4. Mengenal perilaku manusia

5. Pengetahuan tentang aspek yang mendorong terjadinya kecurangan

6. Pengetahuan tentang hukum dan peraturan

7. Pengetahuan tentang kriminologi dan viktimologi

8. Pemahaman tentang pengendalian internal

9. Kemampuan berpikir seperti pencuri (think like a theft)

Sedangkan menurut Kumalahadi dari IAI, sebagai auditor forensik harus memiliki

pengetahuan mengenaiaccounting, auditing, dan investigative skills ketika melakukan

investigasi. Hal yang penting menurut beliau hal yang penting adalah kemampuan untuk

menanggapi segera dan mengkomunikasikan informasi keuangan secara jelas dan ringkas di

sidang pengadilan. Selain itu, auditor forensik yang terpercaya harus memiliki karakteristik

psikologis seperti curiosity, persistence, creativity, discretion, organization,

confidencesound profesional judgement. Hal yang hampir sama juga diungkapkan oleh

Sudarmadji, Staff Ahli Akuntansi Forensik dari KAP Herry Susanto sekarang KAP Henry

Sugeng. Beliau berpendapat bahwa seorang auditor forensik harus memiliki kemampuan

| Audit Forensik 11

Page 13: Audit2   audit forensik

teknis, psikologis, dan integritas. Oleh karena itu, menurut beliau pengetahuan mengenai

psikologi audit diperlukan dalam pengungkapan  kecurangan.

Ahli hukum berpandangan bahwa seorang auditor forensik yang terpenting adalah

harus mampu membantu merumuskan alternatif penyelesaian perkara dalam sengketa,

perumusan penghitungan ganti rugi dan upaya menghitung dampak pemutusan atau

pelanggaran kontrak.

Kemudian penulis juga menemukan sebuah blog yang meresensi isi buku yang

ditulis oleh seorang ahli forensik sekaligus seorang dosen di suatu universitas, M.

Tuanakotta. Dalam resensi tersebut dikatakan bahwa kompetensi yang harus dimiliki oleh

seorang auditor forensik adalah:

1. Pengetahuan yang mendetail mengenai prosedur akuntansi, standar akuntansi, peraturan

perpajakan, perbankan, asuransi, dan praktek bisnis yang aktual

2. Memiliki karakteristik khusus yaitu pengetahuan yang luas, intuisi yang   tajam sekaligus

rasa ingin tahu yang besar.

Berdasarkan penelusuran yang dilakukan penulis didapatkan bahwa masing-masing

pihak yang berkepentingan dalam akuntansi forensik ini, memiliki pandangan yang berbeda

satu dengan yang lain mengenai kompetensi yang penting dimiliki oleh seorang auditor

forensik. Namun pada dasarnya, kompetensi yang harus dimiliki seorang auditor adalah

kompetensi-kompetensi khusus yang berbeda dengan kompetensi yang dimiliki auditor

laporan keuangan.

Audit Invetigatif Dan Forensik Audit

Pada dasarnya audit investigasi timbul karena adanya kebutuhan untuk memperoleh 

bukti  formal  dalam kaitannya  dengan  pengungkapan  kasus  dibidang  keuangan  yang ada

hubungannya  dengan  asfek  hukum.

Pengertian  investigasi  sendiri  menurut  kamus  besar  Bahasa  Indonesia  adalah  pe

nyelidikan  dengan mencatat  atau  merekam  fakta – fakta; melakukan  peninjauan ,

percobaan, dan  sebagainya  dengan  tujuan  untuk memperoleh  jawaban  atas  pertanyaan –

pertanyaan ( tentang  peristiwa , sifat, atau khasiat suatu zat, dan sebagainya ); penyelidikan.

| Audit Forensik 12

Page 14: Audit2   audit forensik

Secara  garis  besar  audit  investigasi  mengandung  4  aspek

1.    Permasalahan  yang  diperiksa

2.    Criteria  peraturan  perundang- undangan  dan  ketentuan  lain  yang  berlaku

3.    Pengumpulan  bukti   sesuai  ketentuan  hukum

4.    Pelaporan

Secara  umum  tidak  ada  perbedaan  mendasar  antara  audit  forensic dengan  audit  

investigasi , kecuali  beberapa bagian  yang  dapat  membedakan  keduanya. Perbedaannya

adalah ,dasar  kewenangan  audit  invetigasi  ada  pada  organisasi / lembaga / unit  audit,

misalnya audit  internal, dewan  komisaris / komite  audit, atau  ketentuan  lain  yang  dapat

menjadi  dasar  pemeriksaan. Sedangkan  dasar  kewenangan  pada  audit  forensic  adalah

KUHAP, yakni jika penyidik menganggap perlu minta bantuan pendapat  ahli  ( dalam  hal

ini  auditor ). Misalnya untuk menghitung keruguan yang terjadi, menjadi saksi ahli dan

sebagainya.

Dengan demikian pada audit forensic , tanggung jawab ada pada individu

auditor yang bersangkutan ,yang dalam hal ini bertindak sebagai saksi ahli. Yang

dipahami disini bahwa peran auditor ialah sebagai saksi ahli ( yang melakukan

penyelidikan ) bukan penyidik yang mempunyai kewenangan untuk menyampaikan

tuntutan hukum.

Secara lebih rinci , perbedaan- perbedaan antara audit investigasi dengan audit

forensic dapat di lihat dari berbagai aspek sebagai berikut :

1. Tanggungjawab pelaksanaan

Tanggungjawab audit investigasi ada pada unit audit, sedangkan pada audit

forensic ada pada pribadi auditor.

2. Tujuan audit

Tujuan audit investigasi ialah menindaklanjuti indikasi / temuan kecurangan pada

audit sebelumnya,atau untuk membuktikan kebenaran brdasarkan pengaduan.

Sedangkan audit forensic bertujuan membantu penyidik dalam pencarian bukti

– bukti dalam suatu kegiatan hokum.

3. Prosedur dan teknik

| Audit Forensik 13

Page 15: Audit2   audit forensik

Prosedur dan teknik audit investigasi mengacu pada standar audit, sedangkan

audit forensic mengacu standar audit dan kewenangan penyidik .Dengan

demikian auditor dapat menggunakan prosedur / teknik audit yang lebih luas .

4. Perencanaan dan pelaksanaan

Dalam merencanakan / melaksanakan audit investigasi auditor menggunakan

skeptic profeionalisme dan azas praduga tak bersalah ( bahkan pendekatan

kemitraan ). Dalam audit forensic penyidik telah memperoleh bukti awal bahwa

tersangka telah melakukan perbuatan melawan hukum.

5. Tim pelaksana dan persyaratan Auditor

Tim audit investigasi sebaiknya adalah tim yang mengaudit sebelumnya,paling

tidak salah satu auditornya. Sedangkan dalam audit forensic auditor tersebut

akan menjadi saksi ahli di siding pengadilan .

6. Pelaporan

Laporan audit investigasi menetapkan siapa yang terlibat atau bertanggung

jawab, dan ditandatangani kepala unit audit ( satuan pengawas intern ). Dalam

laporan audit forensic auditor berkewajiban membuat menandatangani

keterangan ahli atas nama auditor.

Instrumen audit yang digunakan menurut Carl. Bonass ( seminar on Fraud and

Forensic Investigation , Arthur Andersen ,Januari,2001) meliputi inspeksi, observasi ,

inquiri, konfirmasi, wawancara, rekonsiliasi, penghitungan ulang, pemeriksaan ke –

authentikan , penelusuran, dan prosedur analisis. Analisis forensic yang dapat di

lakukan , antara lain :

Analisis bukti – bukti dokumen ( Analysis of documentation )

Analisis data / laporan computer ( Analysis of computer data / information )

Analisis bukti lisan (Analysis of oral evidence )

Analisis data catatan akuntansi (Analysis of financial records )

Identifikasi hal – hal tertentu atau anomaly – anomaly yang perlu dianalisis lebih

lanjut (Identification of discrepancies or anomalies in the evidence )

| Audit Forensik 14

Page 16: Audit2   audit forensik

Identifikasi pola hubungan antara kejadian / fakta / bukti ( Identification of

patterns and / or links of events, facts, evidence )

Penyiapan laporan hasil audit ( Preparation of reports of the findings )

Tanggungjawab Auditor Deteksi Fraud

Fraud auditing adalah merupakan proses audit yang memfokuskan pada

keanehan / keganjilan ( sesuatu yang nampaknya diluar kebiasaan kemudian menelusuri

dan mendalami transaksi untuk merekonstruksi bagaimana terjadinya dan apa yang

mengikuti transaksi tersebut. Dalam fraud audit proses untuk pengumpulan bukti audit

lebih focus pada apakah fraud memang terjadi dan jika maka audit mengarah pada

pengumpulan bukti – bukti untuk mengetahui dan membuktikan siapa – siapa pelakunya

( yang terlibat ) ,bagaimana fraud itu terjadi ( modus operandinya ), dimana fraud

terjadi , kapan terjadinya, hukum apa yang dilanggar, berapa kerugian yang

diakibatkannya, siapa yang di rugikan / di untungkan, dan hal -hal lain yang berkaitan

dengan bukti – bukti investigasi. Sebetulnya peran penting fraud auditor adalah

preventing fraud (mencegah ), detecting fraud ( mendeteksi ) , dan investigating fraud

( investigasi ) .Dalam perkembangannya investigasi menjadi cabang tersendiri.

| Audit Forensik 15

Page 17: Audit2   audit forensik

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Akuntansi forensik sebagai aplikasi dari keterampilan finansial dan investigatif mentalitas

untuk memecahkan permasalahan dari isu-isu, sesuai dengan konteks aturan dalam suatu

upaya pembuktian.

Akuntansi bersifat konstruktif (bukti akuntansi ditata menjadi laporan) sedangkan auditing

bersifat analitis (menelusuri unsur laporan kembali ke bukti dan mencari tahu ada tidaknya

persuasian). Oleh karena itu, muncul yang dinamakan audit forensik yaitu mengumpulkan

bukti dan barang bukti untuk mendukung penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan atau

pembelaan. Harapannya agar bukti dan barang bukti dapat diterima sebagai alat bukti oleh

majelis hakim.

Perbedaan yang paling teknis antara Audit Forensik dan Audit Tradisional adalah

pada masalah metodologi. Dalam Audit Tradisional, mungkin dikenal ada beberapa teknik

audit yang digunakan. Teknik-teknik tersebut antara lain adalah prosedur analitis, analisa

dokumen, observasi fisik, konfirmasi, review, dan sebagainya. Namun, dalam Audit

Forensik, teknik yang digunakan sangatlah kompleks.

Pada dasarnya audit investigasi timbul karena adanya kebutuhan untuk memperoleh 

bukti  formal  dalam kaitannya  dengan  pengungkapan  kasus  dibidang  keuangan  yang ada

hubungannya  dengan  asfek  hukum.

B. SARAN

Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan

saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.

| Audit Forensik 16

Page 18: Audit2   audit forensik

DAFTAR PUSTAKA

www.google.com

www.wikipedia.com

http://nenygory.wordpress.com/2011/08/14/peran-auditor-forensik-dalam-memberantas-white-

collar-crime-di-indonesia/

http://blogs.itb.ac.id/ansyaku/2012/07/05/akuntansi-forensik-dan-audit-investigatif/

http://uziek.blogspot.com/2011/07/audit-forensik.html

http://en.wikipedia.org/wiki/Forensic_accounting

http://id.wikipedia.org/wiki/Akuntansi_forensik

http://www.asosai.org/journal2001/forensic_auditing.htm

http://smallbusiness.chron.com/forensic-audit-vs-financial-audit-25409.html

(diakses tanggal 2 Desember 2012).

| Audit Forensik 17