ATP WTP

15
KELOMPOK 4: 1. Amelia 2. Dewi Oftapiani 3. Hesti Artiningsih 4. Nani Rahmani

Transcript of ATP WTP

Page 1: ATP WTP

KELOMPOK 4:

1. Amelia

2. Dewi Oftapiani

3. Hesti Artiningsih

4. Nani Rahmani

Page 2: ATP WTP

Apa Ability To Pay & Wilingnes To Pay ?

Page 3: ATP WTP

PENGERTIAN ABILITY TO PAY

ATP

Kemampuan seseorang untuk membayar jasa pelayanan yang diterimanya berdasarkan penghasilan yang dianggap

ideal.

Page 4: ATP WTP

Dua batasan ATP yang dapat digunakan, sbb :

-ATP 1Besarnya kemampuan membayar yg setara dgn 5 % dari pengeluaran non makanan. Batasan ini didasarkan bahwa pengeluaran u/ non makanan dapat diarahkan u/ keperluang lain, termasuk u/ kesehatan.

-ATP 2 Besarnya kemampuan membayar yang setara dengan jumlah pengeluaran untuk konsumsi alkohol dan tembakau, sirih dan pesta atau upacara keagamaan. Batasan ini didasarkan kepada pengeluaran yang sebenarnya dapat digunakan secara lebih efesien dan efektif untuk kesehatan

Page 5: ATP WTP

Faktor – faktor yang mempengaruhi ATP:

1. Harga Barang (Biaya Kesehatan)

2. Pendapan Konsumen

3. Jumlah anggota keluarga

Page 6: ATP WTP

2. WILINGNES TO PAY

WTP

Besarnya dana yg mau dibayarkan keluarga u/ kesehatan. Data pengeluaran rumah tangga u/

kesehatan didalam data susenas dapat digunakan sebagai proksi terhadap WTP.

Page 7: ATP WTP

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI WTP, YAITU :

2. Pendapatan

1.Harga barang

3. Selera

4.Persepsi terhadap barang/jasa (variabel non ekonomi)

Page 8: ATP WTP

Kondisi hubungan antara tarif resmi pelayanan kesehatan yang berlaku dengan menyertakan fakor – faktor ATP &biaya operasional

1. Tarif lebih kecil dari ATP

2. Tarif hampir sama dengan ATP

3. Tarif lebih besar dari ATP

Page 9: ATP WTP

TEORI-TEORI ABILITY TO PAY (ATP)

1. (Menurut Adisasmita, 2008), Ability To Pay adalah Pendekatan yang digunakan dalam analisis ATP didasarkan pada alokasi biaya untuk pemenuhan terhadap kebutuhan sehari-hari dari pendapatan rutin. Asumsinya adalah kalau seseorang mampu mengeluarkan belanja untuk barang – barang non esensial maka tentu ia juga mampu mengeluarkan biaya untuk pelayanan kesehatan yang sifatnya essensial

Page 10: ATP WTP

2. (Menurut Mukti, 2001), untuk mengetahui kemampuan membayar masyarakat dapat dilihat dari dari sisi pengeluaran untuk keperluan yang bersifat tersier seperti: pengeluaran rekreasi, sumbangan kegiatan sosial, dan biaya rokok.

3. (Menurut Gani dkk, 1997) ability to pay adalah Kemampuan masyarakat membayar biaya pelayanan kesehatan dapat dilihat dari pengeluaran tersier non pangan

Page 11: ATP WTP

4. (Menurut Susilowati dkk, 2001) Kemampuan membayar biaya pelayanan kesehatan dapat diukur dari keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk konsumsi kebutuhan di luar kebutuhan dasar.

5. (Menurut Depkes, 2000) kemampuan membayar masyarakat dapat dilakukan dengan pendekatan formula:

a. 10% dari Disposible income (pendapatan yang dapat dipakai setelah dikeluarkan untuk pengeluaran pangan (esensial).

b. 50 % dari pengeluaran Rokok (Rokok/Sirih) ditambah dengan pengeluaran Non Pangan

c. 5 % dari total Pengeluaran

Page 12: ATP WTP

Teori-teori Wilingnes To Pay

1. (Menurut DepKes Indonesia) Kemauan membayar kesehatan (Willingness to pay), atau dikenal dengan WTP, yaitu besarnya dana yang mau dibayarkan keluarga untuk kesehatan. Data pengeluaran rumah tangga untuk kesehatan didalam data susenas dapatdigunakan sebagai proksi terhadap WTP.

2. (Menurut Susenas 2000), Kemauan membayar kesehatan atau dikenal dengan WTP, yaitu besarnya dana yang mau dibayarkan keluarga untuk kesehatan.

3. (Sumarwan 2003), dari jumlah penghasilan yang diterimanya. Para peneliti mengalami kesulitan untuk medapatkan data pendapatan dari konsumen. Konsumen merasa tidak nyaman jika harus mengungkapkan pendapatan yang diterimanya dan sebagian merasa bahwa pendapatan adalah suatu hal yang bersifat pribadi sehingga konsumen tidak mau mengatakan yang sebenarnya.

Page 13: ATP WTP

4. (Menurut BPS, 2002) Pengeluaran rumah tangga merupakan salah satu indikator yang dapat memberikan gambaran kesejahteraan penduduk. Se:nakin tinggi pendapatan maka porsi pengeluaran rurnah tangg8 akan bergeser darl pengeluaran untuk makanan ke pengeluaran bukan makanan. Pergeseran pola pengeluaran terjadi karena elastisitas permintaan terhadap makanan pada umumnya rendah.

5. (Menurut Mukti, 2001) Berpendapat kemauan membayar dapat dilihat dari pengeluaran sebenarnya yang selama ini telah dibelanjakan untuk keperluan kesehatan.

Page 14: ATP WTP

6. (Menurut Susilowati dkk, 2001) Kemauan masyarakat membayar biaya pelayanan kesehatan dapat dilihat dari pengeluaran kesehatan riil dalam bentuk biaya obat, jasa pelayanan dan transportasi.

7. (Menurut Kartman dkk, 1996) berpendapat kemauan untuk membayar dalam pelayanan kesehatan sebaiknya dilakukan dalam penelitian tidak hanya pada pasien secara individu, tetapi juga kepada pasien yang menjadi tanggungan asuransi.

Page 15: ATP WTP