Asuhan Keprawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Pernafasan SAMPUL
-
Upload
trieeharr-alkhanna -
Category
Documents
-
view
89 -
download
0
Transcript of Asuhan Keprawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Pernafasan SAMPUL
Asuhan Keprawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Pernafasan:ca. paru
dan ca.nashopharingDisusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah
Disusun oleh:
Gerson Ratu Romon Indri Lestari Noval Alkamal Nur Rahayuningsih Waluyo Siti Nurhayati Tri Haryanto
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN
JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG
TAHUN AJARAN 2012/2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker paru (Karsinoma Bronkogenik) merupakan penyebab utama kematian
diantara pria dan wanita di Amerika utara. Kanker paru bervariasi sesuai tipe sel, daerah asal
dan kecepatan pertumbuhan. Empat tipe sel primer pada kanker paru ialah karsinoma
epidermoid (sel skuamosa), karsinoma sel kecil (sel oat), karsinoma sel besar (tak
terdeferensiasi), dan adnokarsinoma.
Diperkirakan bahwa inhalasi jangka panjang bahan-bahan karsikogenik merupakan factor
utama, tanpa mengesampingkan kemungkinan perana pedisposisi huungan keluarga, suku bangsa,
ras, serta status imunilogi. Bahan inhalasi karsinigenik yang merupakan factor resiko besar untuk
terjadinya kanker paru adalah rokok.
Di Eropa dan AS, kanker paru merupakan keganasan yang paling sering di jumpai pada laki-
laki,sedangkan pada wanita kanker paru menduduki urutan ketiga setelah kanker payudara dan
kanker usus besar. Di RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada tahun 1974-1978 kanker paru menduduki
urutan kelima dari seluruh kasus kanker yang dirawat, bahkan pada penderita pria, kanker paru
menduduki urutan kedua setelah kanker hati.
Asuhan Keperawatan pada hakekatnya adalah suatu ilmu atau metode untuk menentukan
suatu diagnosa, merencanakan keperawatan, menginterpretasi respon manusia terhadap masalah
kesehatan baik actual maupun potensial untuk memenuhi kebutuhan dasar yang mencakup bio,
psiko, social dan spiritual.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan Umum :
Agar mahasiswa/I dapat mengetahui asuhan keperawatan medical bedah tentang kanker paru-
paru dan mampu melaksanakan asuhan Keperwatan secara langsung meliputi aspek bio,
psiko,social dan spiritual.
Tujuan Khusus :
1. Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan penyakit kanker paru –paru
2. mampu merumuskan diaknosa Keperawatan pada pasien dengan kanker paru-paru.
3. Mampu menyusun rencana keperawatan pada pasien dengan kamker paru-paru.
4. mempu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan kanker paru-paru
5. Mampu mengevaluasi asuhan Keperawatan
6. mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan yang telah di berikan sesuii dengan tahapan
proses Keperawatan
C. Metode Penulisan
Metode yang digunakan adalah Metode Deskriptif dan Studi Pustaka
D. Sistematika Penulisan
Bab I : Pendahuluan
Meliputi Latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, sistematika penulisan
Bab II : Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistim Perafasan Akibat
Kanker Paru-Paru.
A. Pengertian
B. Anatomi
C. Etiologi
D. Patofisiologi
E. Manifestasi klinis
F. Pemeriksaan penunjang
G. Penatalaksanaan medis
H. Komplikasi
I. Dampak terhadap tibuh dari kanker paru-paru
J. Konsep teori asuhan keperawatan pada kanker paru-paru
K. Diaknosa keperawatan yang mungkintimbul
L. Tindakan yang perlu dilaksanakan
Bab III : Kesimpulan
Daftar Kepustakaan
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KANKER PARU-PARU
A. Pengertian
Kanker paru adalah masa abnormal dari sel-sel epithelium saluran pernafasan yang mengalami
proliferasi (Price Sylvia,Patofisiologi)
Kanker paru (karsinoma bronkogenik) merupakan tumor ganas paru-paru primer dari saluran
nafas (Hood Alsagaff,kanker paru dan terapi paliatif,hal 64)
B. Anatomi paru-paru (Pulmonum)
Peru-paru merupakn sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung-
gelembung (gelembung hawa=alveoli). Paru-paru terletak pada rongga dda, datarannya
menghadap ketengah rongga dada/cavum mediastinum depan terletak jantung. Paru-paru
dibungkus oleh selaput yang bernama pleura.
Pleura dibagi menjadi 2 :
1. Pleura visceral (selaput dada pembngkus) yaitu selaput paru yang langsung membungkus
selaput paru-paru.
2. Pleura visceral yaitu selaput yang melapisi rongga dada sebelah luar. Antara kedua pleura ini
terdapat rongga (cavum) yang disebut cavum plura.
Paru-paru dibagi menjadi dua buah yaitu kiri dan kanan.
Paru-paru kanan terdiri dari 3 lobus :
1. Sebelah atas disebut lobus posterior, terdiri dari 3 segmen
2. Sebelah tengah disebut lobus medialis, terdiri dari 2 segmen
3. Sebelah bawah disebut lobus inferior, terdiri dari 5 segmen
Paru-paru kiri terdiri dari 2 lobus :
1. Sebelah atas disebut lobus superior,terdiri dari 4 segmen
2. Sebelah bawah disebut lobus posterior,terdiri dari 4 segmen
Paru-paru dibagi menjadi 3 bagian yaitu :
a. Chylus, yaitu bagian untuk masuk dan keluarnya arteridan vena pulmonalis,tempat masuknya
bronkus, tempat masukny kelenjar dan saluran limpa.
b. Apex, yaitu bagian yang tertinggi dari paru-paru
c. Basis yaitu bagian yang terbawah dari paru-paru
Paru-paru kanan kedudukannya lebih gemuk dan lebih pendek sehingga paru-paru kiri lebih
kecil dan kurus karena sisi medianya terdesak oleh jantung.
C. Etiologi
Etiologi dari kanker paru masih belum diketahui, tetapi ada tiga faktor yang tampaknya
bertanggung jawab dalam terjadinya peningkatan insiden penyakit ini: merokok, bahan
industri, dan polusi udara.
Klasifikasi :
Klasifikasi kanker paru (WHO) :
1. Karsinoma Epidermoid (Skuamosa)
2. Adenokarsinoma
3. Smeel cell/ oat cell
4. Large cell Karsinoma
D. Patofisiologi
(Terlampir)
E. Manifestasi Klinis
Secara umum dapat dibagi menjadi :
Gangguan pada saluran nafas menimbulkan gejala batuk, dipsnea ringan, dan stredor lokal.
Nyeri
Anoreksia, lelah dan berkurangnya berat badan
Gejala penyebaran intratoraks atau ekstratoraks
Penyebaran lokal tumor ke struktur mediastinim
Disfagia
F. Pemeriksaan Penunjang
Sinar X : menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasinya.
Pemeriksaan sitologi (Sputum, bilasan bronkus, dan cairan pleura) : mengkaji ada atau tidaknya.
Bronkoskopi memungkinkan visualisasi (Besarnya karsinoma sel skuamosa)
Biopsi
ST Scan tulang,ST Scan otak, ST Scan hati, Limpa : untuk mendeteksi metastasis.
G. Penatalaksanaan Medis
Pembedahan : Pengangkatan seluruh atau sebagian (Pneumoktomi atau Lubektomi)
Terapi paliatif (radiasi, kemoterapi, atau keduanya) pada penderita yang tidak dapat ditangani
secara bedah, khususnya bila terdapat obstruksi jalan nafas, nyeri berat atau efusi pleura.
H. Komplikasi
Komplikasi pada penyakit kanker paru meliputi :
1. Hiperkalsemia : Peningkatan kadar kalsium dalam darah
2. Efusi Pleura : Adanya cairan dalam rongga dada
3. Pneumonia : Adanya udara / gas dalam rongga dada
4. Metastese Otak : Penyebaran kanker pada cel-cel otak
5. Kompresi Medula Spinalis : Penekanan pada medula spinalis
I. Dampak Terhadap Tubuh Dari Kanker Paru
Dampak dari tubuh pada kanker paru akan mengakibatkan batuk-batuk. Batuk ini merupakan
gejala umum yang seringkali diabaikan oleh pasien atau dianggap sebagai akibat dari
merokok, dan selain itu akan mengakibatkan haemoptises, nyeri dada dan anoreksia yang
menyebabkan berkurangnya berat badan.
Patofisiologi
Faktor predisposisi
Lesi central
Obstruksi (sumbatan) ulcerasi (luka)
Compliance paru
Hipoksemia
Pengisian kapiler
Hipoksia
Clubing finger
Supresi bag distal
Akumulasi sekret
Dispneu
Inefektif Pola Nafas
DispneuGgn Pertukaran Gas
Kompresi dan infiltrasi
Oesefagus
Disfagia
Anorexia
Ggn Nutrisi
Ca paru-paru
Terdiagnosa oleh medis
Terapi operasi
Stres Akibat Penyakitnya
Lesi perifer
Menembus cavum pleura
Efusi pleura
Ggn Rasa Nyaman Nyeri
Intoleransi Aktifitas
Inefektif Bersihan Jalan Nafas
J. Konsep Teori Asuhan Keperawatan Pada Kenker Paru
1. Gangguan Pertukaran Gas
Pada pasien yang mengalami gangguan pertukaran gas sebaiknya kita lakukan observasi
pernapasan dengan cara :
Observasi siklus resoirasi lengkap (Inspirasi dan Ekspirasi)
Hitung frekuensi pernafasan selama 1 menit (pernapasan normal pada orang dewasa 16 – 20
x/ menit)
Saat menghitung catat kedalaman dan frekuensi pernafasan pada pasien, selanjutnya di
dokumentasukan.
Selain itu perawat melakukan observasi pernapasan, dapat juga menilai tingkat kesadaran pada
pasien tersebut dengan kriteria sebagai berikut :
a. Compos Mentis : Baik/ sempurna
b. Apatis : Perhatian Berkurang
c. Somenolens : Mudah tertidur bila diajak bicara
d. Koma : Tidak menerima respon apapun
Untuk memperbaiki pola nafas pasien yang mengalami gangguan pertukaran gas, sebaiknya di
berikan posisi yang nyaman serta diberikan ventilasi secukupnya agar udara masuk dan dihirup
oleh pasien. Dan untuk memberikan rasa nyaman kepada pasien yang mengalami gangguan
pertukaran gas dapat dilakukan dengan cara :
Tinggikan kepala dengan bantal di leher atau posisi semifowler (45o ) supaya pasien dapat
melancarkan pola pernapasannya atau menghirup udara.
Lakukan pemberian O2 agar pasien dapatterpenuhi kebutuhan O2 nya dan memudahkan
jalan pernapasannya.
Untuk membantu membersihkan sputum (sekret), maka dilakukan penghisapan lendir (suction)
dengan cara :
Menjelaskan prosedur paa klien atau keluarga
Memberikan oksigen sebelum melakukan penghisapan
Penghisapan sekret melalui mulut dilakukan dengan cara penghisapan, lama penghisapan 10
-15 detik. Dan berikan istirahat.
Memberikan oksigen setelah melakukan penghisapan
Menilai kembali kondisi klinis klien
Mendokumentasikan prosedur dan respon klien dengan catatan klien (Prosedur KMB).
Dan selain itu pada pasien yang mengalami gangguan pertukaran gas,bias dilakukan dengan
latihan nafas bibir dengan cara:
Menjelaskan prosedur pada klien
Klien menarik nafas melalui hidung
Mengeluarkan pernafasan merlahan –lahan dengan bibir agar di rapatkan sambil
meneggangkan otot-otot perut.
Hitung sampi angka 7 sat mengeluarkan nafas panjang dengan bibir agak dirapatkan
Prosedur ini dilakukan pada saat duduk dan berjalan
Mendokumentasikan prosedur dan respon klien dalam catatan klien.
Untuk mengatasi pesien agar tidak terjadi sianosis,maka perwat harus mengambil tindakan
sebagai berikut:
- Periksa tekanan darah (TD normal 120/80 mmhg)
- Lakukan palpalsi pada daerah yang mengalami sianosis
- Mengkaji frekuensi pernafasan (normalnya 16-20x/menit)
- Hitung jumlah hemoglobin dalam jaringan kapiler (2,59 per 100 ml).
2. Inefektif pola nafas
Perawat dalam mengatasi pasien yang mengalami pola nafasnya terganggu sebaiknya rawat
harus malakukan tindakan seperti menkaji frekuensi pernafasn dengan cara sebagai berikut:
Observasi siklus pernafasan baik respirasi maupun ekspirasi
Hitung frekuensi pernafasan selama satu menit penuh (normal pernafasan pada orang
dewasa 16-20x/ menit)
Kemudian saat menghitung pernafasan catan kedalaman atau frekuensi pernafasan dan
didokumentasikan .
Selain perawat mengkaji frekuensi pernafasannya bisa juga kita berikan lingkungan yang
nyaman dan berikan pula ventilasi udara secukupnya agar pasien bias menghirup udara
sebanyak-banyaknya. Serta berikan posisi semi fowler (450) supaya pasien bisa menghidup udara
dan melancarkan pola nafasnya demgan sempurna. Kemudian perawat dapat melakukan
observasi pola batu pada pasien yang mengalami terggangunya pola nafas dengan melakukan
tindakan sebagai berikut :
Berikan rangsangan pada leher dengan tangan dan pasien dianjurkan untuk nafas panjang
Kemudian pasien diberikan minuman air hangat supaya sekrdt yang ada dijalan nafas dapat
encer dna memudahkan untuk keluar
Dianjurkan pasien menahan nafasnya 3 detik sammpai merangsang untuk batuk tatepi
dibantu dengan melakukan perkusi dan Variasi agar sekretnya dapat keluar serta lakukan
selama 5 kali.
(Buku keterampilan dari prosedur dasar)
3. Gangguan Nutrisi
Pada pasien mengalami gangguan nutrisi sebaiknya perawat harus memperhatikan keadaan
umum pasien terlebih dahulu dengan cara :
Melakukan Observasi eanda-tanda vital seperti :ED, suhu,pernafasan.
Kemudain pantau masuknya makanan dengasn cara mengamati pada waktu pasien pasien
mengalami gangguan nutrisi sebaliknya
Perawat melakukan Indentifikasi pola makan pada pasien dengan cara:
Apakah pasieniti mengalami mual, disfragra dengan melakuan tindakan memberikan
makanan. Jika terjadi mual atau muntah harus diberi makanan lunak dengan porsi kecil
tetapi secara bertahap
Jika diberikan makanan lunak itu masih terjadi mual , muntah maka perawat harus
memberikan makanan melalui NGT(selang nasogastrik)dan berkaborasi dengan ahli gizi atau
dokter.
4. Gangguan Rasa nyaman : nyeri
Untuk mengetahi pada kanker paru yang mengalami gangguan rasaa nyaman : Nyeri dilakukan
pemeriksaan tanda-tanda vital dengan melakukan :
Pemeriksaan tekanan darah (TD normal 120/80 mmhg)
Menkaji frekuensi pernafasan (normalnya 16-20x/ menit)
Menkaji suhu tubuh (normalnya 36-370C )
Kemudian tentukan derajat nyeri dengan menilai derajat nyerinya sebagai berikut:
0-10 numerik poin intensity scale
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak ringan sedang berat nyeri yang buruk
nyeri
# Lokasi nyeri pada penyakit paru yaitu pada lapisan Parietalis pleura dan pada tempat paeradangan.
Dan selanjutnya berikan lingkungan yang tenang agar dapat mrnurunkan kelemahan serta
meningkatkan kamampuan kopingnya. Serta berikan bantuan perawatan diri , serta
melatih tangan atu pergerakan anggota tubuh lainnya agar pasien tidak mengalami
kekakuan otot atau membantu fisiknya.sealin itu pasien dianjurkan untuk istirahat agar
kaondiasi tubuhmya tidak terlalu lemah atau sakit.
5. Gangguan Psicososial: stres akibat penyakitnya
Stres adalah realitas kehidupan yang tridak dapat dihindari. Stress disebabkan elah perubahan
yang memerlukan penyaesuain sering dianggap kejadian atau perubahan negative yang dapat
stres, misalnya: cedera,sakit (ca.Paru ) stress dapat diatasi gangan melakukan evaluasi tingkat
pemahaman pada pasien :
Membariakan pola hidup yang baik pada pasien yang mengalami stres.
Mengontrol stres yang dialami pasien dangan memberikan lingkungan yang aman dan
nyaman
Stres dapat dihilangkan dengan melakukan sesuatu yang bermanfaat seperti : rekreasi dan tuakr
pikiran. Pada pasien ang mengalami gangguan psikososial ini harus dapat diatasi agar tidak
dapat mengalami stress yang berkepanjangan dan harus bias menghilangkan rasa takut akibat
penyaitnya (ca. paru) dan harus memberikan perawatan diri seperti melakukan tindakan :
Memberikan personal hygien seperti : mandi, cuci rambut dll
Melakukan aktivitas agar dapat menurunkan stress
Memberikan doeongan pada pasien ca. paru dengan memberikan dukungan secara spiritual.
6. Intoleransi Aktivitas
Untuk mengatasi intoleransi aktivitas hal yang harus diperhatikan yaitu :
Berikan ruangan yang tenang dan nyaman agar pasien dalam melakukan aktivitas tidak
merasa terganggu
Batasi pengunjung supaya pasien dalam melakukan aktivitasnya terpenuhi
Membantu pasien dalam larihan rentang gerak aktifunuk membangun stamina dan
mencegah terjadinya komplikasi.
Anjurkan pasien untuk melakukan istirahat dengan tanpa diganggu.
Membantu pasien dalam melakuakan personal hygien.
7. Inefektif bersihan jalan nafas
Untuk mempertahankan jalan nafas, maka dilakukan pengkajian pada system pernapasan
dengan cara :
Dilakukan auskultasi denagn stetoskop untuk mengetahui adanya ronchi yang menunjukan
akumulasi secret
Jika ada secret maka perawat dapat melakukan tindakan agar secret tersebut dapat keluar
dari saluran pernapasan dengan cara :
Memberikan posisi semi fowler (45☺o) pada pasien
Dilakukan penyedotan lender menggunakan suction dengan cara :☺
Berikan O2 sebelum melakukan penghisapan
Penghisapan secret melalui mulut dilakukan dengan cara menghisap,dilakukan
selama 10-15 detik.
Mengontrol kembali kondisi klines klien
Mengamati sputum yang dikeluarkan biasanya terdiri dari 3 warna yaitu:
Jernih, putih keruh
Kuning
Hijau dan berbau
Kemudian di anjurkan pasien untuk melakukan batuk efektif dengan cara :
Rangsangan dengan tangan pada batang tenggorok dan pasien dianjurkan untuk nafas
panjang.
selain itu pasien diberikan minum air hangat supaya sekret yang ada diparu-paru dapat
mengencerkan sekretnya.
Dan anjurkan pasien untuk menahan nafasnya 3 detik sampai merangsang untuk batuk,
lakukan selama 5x.
K. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan hipoxsia
2. Inefektif pola nafas berhubungan dengan dipsneu
3. Gangguan nutrisi berhubungan dengan anoreksia
4. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan efusi pleura
5. Gangguan psykososial : stress akibat penyakitnya berhubungan dengan koping inefektif
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan hypoksemia
7. Inefektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi secret
L. Tindakan yang perlu dilaksanakan
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan hypoksemia
Kriteria hasil :
Menunjukan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan yang adekuat
Bebas gejala distress pernapasan
INTERVENSI RASIONAL
Observasi penggunaan otot
bantu, nafas bibir, perubahan
kulit/membran mukosa. Mis :
pucat, sianosis.
Selidiki kegelisaan dan
perubahan mental/tingkat
kesadaran.
Pernapasan meningkat sebagai
akibat nyeri atau sebagai
mekanisme kompensasi awal
terhadap hilangnya jaringan
paru.
Dapat menunjukan peningkatan
hipoxsia atau komplikasi seperti
penyimpangan mediastinal pada
pneumoktomi.
Obstruksi jalan napas
Pertahankan kepatenan jalan
nafas pasien dengan
memberikan posisi,
penghisapan, dan penggunaan
alat.
Berikan latihan nafas dalam dan
nafas bibir dengan tepat.
Kolaborasi berikan O2 tambahan
mempengaruhi ventilasi
mengganggu pertukaran gas
Meningkatkan ventilasi
maksimal dan O2 dan
menurunkan/mencegah
atelektasis.
Memaksimalkan sediaan O2,
khususnya bila ventilasi
menurun depresi anastesi atau
nyeri.
2. Inefektif pola napas berhubungan dengan dispneu
Kriteria hasil : pola napas kembali normal
INTERVENSI RASIONAL
Kaji frekuensi, kedalaman
pernafasan dan ekspansi dada.
Tinggikan kepala dan bantu
mengubah posisi. Bangunkan
pasien turun tempat tidur dan
ambulasi sesegera mungkin.
Kecepatan biasanya meningkat
dispnea dan terjadi peningkatan
kerja napas. Kedalaman
pernafasan bervariasi
tergantung derajat gagal nafas.
Duduk tinggi memungkinkan
ekspansi paru dan memudahkan
pernafasan. Pengubahan posisi
meningkatkan pengisian udara
Kongesti alveolar
mengakibatkan batuk kering/
iritasi. Sputum berdarah dapat
Observasi pola batuk dan
karakter sekret
Kolaborasi : berikan O2
tambahan
diakibatkan oleh kerusakan
jaringan.
Memaksimalkan bernafas dan
menurunkan kerja napas. Dan
jangan membuat pasien lelah.
3. Gangguan nutrisi berhubungan dengan anoreksia
Kriteria hasil :
Penambahan berat badan progresif ke arah tujuan
Peningkatan napsu makan/masukan diit
INTERVENSI RASIONAL
Pantau masukan makanan setiap
hari
Identifikasi pasien yang
mengalami mual/muntah yang
diantisipasi
Kolaborasi : berikan obat-obatan
sesuai indikasi. Fenotiazin, mis :
Proklorperazin (compazine),
tietilperazin (Torecan), anti
dopaminergik mis ;
metoklorpiamid (regian), dll.
Mengidentifikasi kekuatan/
defisiensi nutrisi
Mual/muntah psikogenik
sebelum kemoterapi mulai
secara umum tidak berespons
terhadap obat anti emetik
Kebanyakan anti emetik bekerja
untuk mempengaruhi stimulasi
pusat muntah sejati dan
kemoreseptor mentriger agen
zona juga bertindak secara
perifer untuk menghambat
peristaltik balik.
4. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan efusi pleura
Kriteria hasil :
-Melaporkan nyeri hilang
-Tampak rileks dan tidur/istirahat dengan baik
INTERVENSI RASIONAL
Tanyakan pasien tentang nyeri,
tentukan karakteristik nyeri,
mis : terus-menerus, sakit,
menusuk, terbakar, buat rentang
intensitas pada skala 0-10.
Bantu aktivitas perawatan diri,
pernafasan atau latihan tangan
dan ambulasi.
membantu dalam evaluasi gejala
nyeri karena kanker yang dapat
melibatkan vicera, saraf atau
jaringan tulang. Penggunaan
skala rentang membantu pasien
dalam mengkaji tingkat nyeri
dan memberikan alat untuk
evaluasi keefektifan analgesik,
meningkatkan kontrol nyeri.
Mencegah kelemahan yang tak
perlu dan regangan insisi.
Mendorong dan membantu fisik
mungkin diperlukan untuk
beberapa waktu sebelum pasien
mampu atau cukup percaya
untuk melakukan aktivitas ini
karena nyeri atau takut nyeri.
Mempertahankan kadar obat
lebih konstan menghindari
“puncak” periode nyeri, alat
dalam penyembuhan otot, dan
memperbaiki fungsi pernafasan
dan kenyamanan/ koping emosi.
Kolaborasi : berikan
analgetikrutin sesuai indikasi,
khususnya 45-60 menit sebelum
tindakan napas dalam/ latihan
batuk. Bantu dengan PCA atau
analgetik melalui kateter
epidural.
5. Gangguan psycososial : stres akibat penyakitnya b/d koping inefektif
Kriteria hasil :
Mengakui dan mendiskusikan takut/masalah
Menunjukkan rentang perasaan yang tepat dan penampilan wajah tampak rileks/istirahat
INTERVENSI RASIONAL
Evaluasi tingkat pemahaman
pasien/orang terdekat tentang
diagnosa.
Akui rasa takut/masalah pasien
dan dorong mengekspresikan
perasaan.
Yakinkan bahwa pasien dan
pemberi perawatan mempunyai
pasien dan orang terdekat
mendengar dan mengasimilasi
informasi baru yang meliputi
perubahan ada gambaran diri
dan pola hidup
dukungan memempukan pasien
mulai membuka/ menerima dan
pengobatannya pasien mungkin
perlu waktu mengidentifikasi
perasaan dan meskipun lebih
banyak waktu mulai
mengekspresikannya.
Membuat kepercayaan dan
menurunkan kesalahan
persepsi/salah interpretasi
terhadap informasi.
pemahaman yang sama
6. Intoleransi aktivitas b/d hypoksemia
Kriteria hasil :
-Tidak ada keluhan lelah dan lemas saat melakukan aktivitas
-Tidak ada dispnea dan takipnea saat melakukan aktivitas
INTERVENSI RASIONAL
Evaluasi respons pasien
terhadap aktivitas. Berikan
bantuan dalam pelaksanaan
aktivitas sesuai kebutuhan.
Ajarkan pasien bagaimana
menghadapi aktivitas untuk
menghindari kelelahan. Berikan
periode istirahat tanpa
gangguan diantara aktivitas.
Berikan lingkungan yang hangat,
tenang, bebas dari rasa nyeri
selama periode istirahat
Bantu posisi dalam
mengidentifikasi aktivitas
menyenangkan yang
memerlukan penggunaan energi
minimal yang dapat dimasukkan
ke dalam pola hidup.
Melakukan aktivitas dapat
membantu daya tahan . Belajar
bagaimana meningkatkan rasa
terkontrol dan mandiri dengan
kondisi kronis dan
ketidakmampuan membantu
meningkatkan harga diri.
Istirahat memungkinkan tubuh
memperbaiki energi yang
digunakan selama aktivitas.
Untuk meningkatkan istirahat
Berlanjutnya menikmati hidup
seluas-luasnya seperti yang
diterima individu membantu
memudahkan koping.
7. Inefektif bersihan jalan napas b/d akumulasi sekret
Kriteria hasil :
Menunjukkan potensi jalan napas, dengan cairan sekret mudah dikeluarkan bunyi napas jelas,
dan pernafasan tak bising.
INTERVENSI RASIONAL
Auskultasi dada untuk karakter
bunyi nafas dan adanya sekret
Bantu pasien untuk napas dalam
efektif dan batuk dengan posisi
duduk tinggi dan menekan
daerah insisi.
Observasi karakter sputum/
aspirasi sekret. Selidiki
perubahan sesuai indikasi.
Dorong masukan cairan per oral
(sedikitnya 2500 ml/hari) dalam
toleransi jantung.
Kolaborasi : berikan
bronkhodilator, ekspektoran,
atau analgesik sesuai indikasi.
Pernafasan bising, ronkhi dan
mengi menunjukkan
tertahannya sekret dan
obstruksi jalan napas.
Posisi duduk memungkinkan
ekspansi paru maksimal dan
penekanan menguatkan upaya
untuk memobilisasi dan
membuang sekret.
Peningkatan jumlah sekret tak
berwarna/berair awalnya
normal dan harus menurun
sesuai kemajuan penyembuhan.
Adanya sputum yang
tebal/kental, berdarah atau
purulen diduga terjadi sebagai
masalah sekunder.
Hidrasi adekuat untuk
mempertahankan sekret hilang/
peningkatan pengeluaran
Menghilangkan spasme
bronkhus untuk memperbaiki
aliran udara. Ekspektoran
meningkatkan produksi mukosa
untuk mengencerkan dan
menurunkan viskositas sekret,
memudahkan pembuangan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan :
Kanker paru adalah masa abnormal dari sel-sel epitelium saluran pernafasan yang mengalami proliferasi.
Kanker paru merupakan tumor ganas paru-paru primer dari saluran napas.
Kanker paru diakibatkan oleh asap rokok, bahan industri dan polusi udara. Oleh karena itu pada pasien
yang mengalami penyakit kanker paru-paru dapat menyebabkan gangguan saluran napas seperti batuk,
hemoptisis dan dispnea ringan. Sehingga sebagai perawat mampu memberikan asuhan keperawatan
pada pasien dengan penyakit kanker paru-paru.
DAFTAR PUSTAKA
Price, Sylvia, A. Wilson dan Lorraine M, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit, Edisi IV, Buku II, EGC, Jakarta, 1995.
Doenges, Marilynn E, dkk, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi III, EGC, Jakarta, 2000.
BAC, Syaifudin, H, Drs, Anatomi Fisiologi, Edisi II, EGC, Jakarta, 1997.
Netina, Sandra M, Pedoman Praktek Keperawatan, EGC, Jakarta, 2002.
Alsagaf Hood, Kanker Paru-paru dan Terapi Paliatif, Erlangga, Jakarta, 1995.
DNSC, Nurachmah Elly, Dra, dkk, Buku Saku Prosedur KMB, EGC, Jakarta, 2000.