Asuhan Keperawatan Post Operasi

32
ASUHAN KEPERAWATAN POST OPERATIF LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN POST OPERATIF A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tindakan operasi adalah sebuah tindakan yang bagi sebagian besar klien adalah sesuatu yang menakutkan dan mengancam jiwa klien. Hal ini dimungkinkan karena belum adanya pengalaman dan dikarenakan juga adanya tindakan anestesi yang membuat klien tidak sadar dan membuat klien merasa terancam takut apabila tidak bisa bangun lagi dari efek anestesi. Tindakan operasi membutuhkan persiapan yang matang dan benar-benar teliti karena hal ini menyangkut berbagai organ, terutama jantung, paru, pernafasan. Untuk itu diperlukan perawatan yang komprehensif dan menyeluruh guna mempersiapkan tindakan operasi sampai dengan benar-benar aman dan tidak merugikan klien maupun petugas. 2.Tujuan Tujuan penyusunan laporan pendahuluan ini adalah: a. Mengerti dan memahami asuhan keperawatan post operasi. 1

description

S

Transcript of Asuhan Keperawatan Post Operasi

ASUHAN KEPERAWATAN POST OPERATIFLAPORAN PENDAHULUANASUHAN KEPERAWATAN POST OPERATIF

A. PENDAHULUAN1. Latar BelakangTindakan operasi adalah sebuah tindakan yang bagi sebagian besar klien adalah sesuatu yang menakutkan dan mengancam jiwa klien. Hal ini dimungkinkan karena belum adanya pengalaman dan dikarenakan juga adanya tindakan anestesi yang membuat klien tidak sadar dan membuat klien merasa terancam takut apabila tidak bisa bangun lagi dari efek anestesi. Tindakan operasi membutuhkan persiapan yang matang dan benar-benar teliti karena hal ini menyangkut berbagai organ, terutama jantung, paru, pernafasan. Untuk itu diperlukan perawatan yang komprehensif dan menyeluruh guna mempersiapkan tindakan operasi sampai dengan benar-benar aman dan tidak merugikan klien maupun petugas.2.TujuanTujuan penyusunan laporan pendahuluan ini adalah:a. Mengerti dan memahami asuhan keperawatan post operasi.

B. TINJAUAN TEORI PROSES KEPERAWATAN PASCAOPERATIFProses keperawatan pascaoperatif pada praktiknya akan dilaksanakan secara berkelanjutan baik di ruang pemulihan, ruang intensif, dan ruang rawat inap bedah. Fase pascaoperatif adalah suatu kondisi dimana pasien sudah masuk di ruang pulih sadar sampai pasien dalam kondisi sadar betul untuk dibawa keruang rawat inap.Ruang pulih sadar (recovery room) atau unit perawatan pasca anastesi (PACU) merupakan suatu ruangan untuk pemulihan psiologis pasien pascaoperatif. PACU biasanya terletak berdekatan dengan ruang operasi. Pasien yang masih di bawah pengaruh anestesi atau yang pulih dari anastesi di tempatkan di unit ini untuk ke mudahan akses ke : 1). Perawat yang di siapkan dalam merawat pasien pascaoperatif segera. 2). Ahli anastesi dan ahli bedah. 3). Alat pemantau dan peralatan khusus, medikasi, dan penggantian cairan. Dalam lingkungan ini,pasien di berikan perawatan spesialis yang di sediakan oleh mereka yang sangat berkualifikasi untuk memberikannya

PENGKAJIAN INTERVENSI KLIEN POST OPERASI

Stadium ketiga dan terakhir dari preoperasi adalah bila klien masuk ruang pulih sadar, ruang PAR, atau PACU. Selama periode post operative, klien dirawat oleh perawat di ruang PAR ( Post Anesthesia Recovary ) dan unit setelah di pindah dari ruang pemulihan. Awal periode post operasi waktu yang diperlukan tergantung umur dan kesehatan fisik, type pembedahan, anesthesia dan komplikasi post operasi. Perawat sirkulasi, anesthesiologist / perawat anesthesia dan ahli bedah mengantar klien ke area recovery Ahli bedah atau anesthesiologist mereview catatan klien dengan perawat PACU dan menjelaskan type dan luasnya pembedahan, type anesthesia, kondisi patologis, darah, cairan intra vena, pemberian obat, perkiraan kehilangan darah dan beberapa trauma intubasi.

C.PENGKAJIANSetelah menerima laporan dari perawat sirkulasi, dan pengkajian klien, perawat mereview catatan klien yang berhubungan dengan riwayat klien, status fisik dan emosi, sebelum pembedahan dan alergi.Pemeriksaan Fisik Dan Manifestasi KlinikSystem Pernafasan Ketika klien dimasukan ke PACU, Perawat segera mengkaji klien: meletakan tangan di atas mulut atau hidung.- Potency jalan nafasPerubahan pernafasan (rata-rata, pola, dan kedalaman). RR < gangguan cardiovasculair atau ratarata metabolisme yang meningkat. depresi narcotic, respirasi cepat, dangkal 10 X / menit keadekwatan expansi paru, kesimetrisan.- Auscultasi paru efek anathesi yang berlebihan, obstruksi.- Inspeksi: Pergerakan didnding dada, penggunaan otot bantu pernafasan diafragma, retraksi sternal Thorax Drain.

Sistem CardiovasculerSirkulasi darah, nadi dan suara jantung dikaji tiap 15 menit ( 4 x ), 30 menit (4x). 2 jam (4x) dan setiap 4 jam selama 2 hari jika kondisi stabil. Depresi miocard, shock, perdarahan atau overdistensi.-Penurunan tekanan darah, nadi dan suara jantung shock, nyeri, hypothermia.-Nadi meningkat Kaji sirkulasi perifer (kualitas denyut, warna, temperatur dan ukuran ektremitas). trombhoplebitis pada ekstrimitas bawah (edema, kemerahan, nyeri).-Homans saign Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit- Inspeksi membran mukosa : warna dan kelembaban, turgor kulit, balutan. NG tube, out put urine, drainage luka.- Ukur cairan - Kaji intake / out put.- Monitor cairan intravena dan tekanan darah.

Sistem Persyarafan semua klien dengan anesthesia umum.- Kaji fungsi serebral dan tingkat kersadaran depresi fungsi motor.-respon pupil, kekuatan otot, koordinasi. Anesthesia umum- Klien dengan bedah kepala leher :

Sistem Perkemihan- Kontrol volunter fungsi perkemihan kembali setelah 6 8 jam post anesthesia inhalasi, IV, spinal. retensio urine. Anesthesia, infus IV, manipulasi operasi abdomen bawah (distensi buli-buli). Pencegahan : Inspeksi, Palpasi, Perkusi kaji warna, jumlah urine, out put urine- Dower catheter < komplikasi ginjal 30 ml / jam

Sistem Gastrointestinal 40 % klien dengan GA selama 24 jam pertama dapat menyebabkan stress dan iritasi luka GI dan dapat meningkatkan TIK pada bedah kepala dan leher serta TIO meningkat.- Mual muntah - Kaji fungsi gastro intestinal dengan auskultasi suara usus. suara usus (-), distensi abdomen, tidak flatus.- Kaji paralitic ileus - Insersi NG tube intra operatif mencegah komplikasi post operatif dengan decompresi dan drainase lambung. Meningkatkan istirahat. Memberi kesempatan penyembuhan pada GI trac bawah. Memonitor perdarahan. Mencegah obstruksi usus. Irigasi atau pemberian obat.Jumlah, warna, konsistensi isi lambung tiap 6 8 jam.

Sistem Integumen- Luka bedah sembuh sekitar 2 minggu. Jika tidak ada infeksi, trauma, malnutrisi, obat-obat steroid.- Penyembuhan sempurna sekitar 6 bulan satu tahun.- Ketidak efektifan penyembuhan luka dapat disebabkan: Infeksi luka. Diostensi dari udema / palitik ileus. Tekanan pada daerah luka. Dehiscence. Eviscerasi.

Drain dan BalutanSemua balutan dan drain dikaji setiap 15 menit pada saat di ruang PAR, (Jumlah, warna, konsistensi dan bau cairan drain dan tanggal observasi), dan minimal tiap 8 jam saat di ruangan.

Pengkajian NyeriNyeri post operatif berhubungan dengan luka bedah , drain dan posisi intra operative.Kaji tanda fisik dan emosi; peningkatan nadi dan tekanan darah, hypertensi, diaphorosis, gelisah, menangis. Kualitas nyeri sebelum dan setelah pemberian analgetika.

Pemeriksaan Laboratorium.Dilakukan untuk memonitor komplikasi .Pemeriksaan didasarkan pada prosedur pembedahan, riwayat kesehatan dan manifestasi post operative. Test yang lazim adalah elektrolit, Glukosa, dan darah lengkap.

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN.1. Gangguan pertukaran gas, berhubungan dengan efek sisa anesthesia, imobilisasi, nyeri.2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka pemebedahan, drain dan drainage.3. Nyeri berhubungan dengan incisi pembedahan dan posisi selama pembedahan.4. Risiko injury berhubungan dengan effect anesthesia, sedasi, analgesi.5. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan intra dan post operasi.6. Ketidak efektifan kebersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan sekresi.

E. PERENCANAANNo Diagnosa keperawatanTujuan dan Kriteria Hasil Intervensi1. Gangguan pertukaran gas b/d spasme bronkusGangguan pertukaran gas b/d kongesti paru, hipertensi pulmonal, penurunan perifer yang mengakibatkan asidosis laktat dan penurunan curah jantung.

Definisi : Kelebihan atau kekurangan dalam oksigenasi dan atau pengeluaran karbondioksida di dalam membran kapiler alveoli

Batasan karakteristik : Gangguan penglihatan Penurunan CO2 Takikardi Hiperkapnia Keletihan somnolen Iritabilitas Hypoxia kebingungan Dyspnoe nasal faring AGD Normal sianosis warna kulit abnormal (pucat, kehitaman) Hipoksemia hiperkarbia sakit kepala ketika bangunfrekuensi dan kedalaman nafas abnormal

Faktor faktor yang berhubungan : ketidakseimbangan perfusi ventilasi perubahan membran kapiler-alveolar

NOC : Respiratory Status : Gas exchange Respiratory Status : ventilation Vital Sign Status

Kriteria Hasil :- Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat- Memelihara kebersihan paru paru dan bebas dari tanda tanda distress pernafasan- Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)- Tanda tanda vital dalam rentang normal

NIC :I. AIRWAY MANAGEMENT Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan Pasang mayo bila perlu Lakukan fisioterapi dada jika perlu Keluarkan sekret dengan batuk atau suction Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan Lakukan suction pada mayo Berika bronkodilator bial perlu Barikan pelembab udara Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan. Monitor respirasi dan status O2

II. RESPIRATORY MONITORING Monitor rata rata, kedalaman, irama dan usaha respirasi Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, retraksi otot supraclavicular dan intercostal Monitor suara nafas, seperti dengkur Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot Catat lokasi trakea Monitor kelelahan otot diagfragma ( gerakan paradoksis ) Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak adanya ventilasi dan suara tambahan Tentukan kebutuhan suction dengan mengauskultasi crakles dan ronkhi pada jalan napas utama Auskultasi suara paru setelah tindakan untuk mengetahui hasilnya

2. Kerusakan integritas kulitDefinisi : Perubahan pada epidermis dan dermisBatasan karakteristik :- Gangguan pada bagian tubuh- Kerusakan lapisa kulit (dermis)- Gangguan permukaan kulit (epidermis)

Faktor yang berhubungan :1. Eksternal :- Hipertermia atau hipotermia- Substansi kimia- Kelembaban udara- Faktor mekanik (misalnya : alat yang dapat menimbulkan luka, tekanan, restraint)- Immobilitas fisik- Radiasi- Usia yang ekstrim- Kelembaban kulit- Obat-obatan

2. Internal :- Perubahan status metabolik- Tulang menonjol- Defisit imunologi- Faktor yang berhubungan dengan perkembangan- Perubahan sensasi- Perubahan status nutrisi (obesitas, kekurusan)- Perubahan status cairan- Perubahan pigmentasi- Perubahan sirkulasi- Perubahan turgor (elastisitas kulit)

NOC : Tissue Integrity : Skin and Mucous MembranesKriteria Hasil :- Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi)- Tidak ada luka/lesi pada kulit- Perfusi jaringan baik- Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya secara berulang- Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami

NIC : Pressure Management Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar Hindari kerutan padaa tempat tidur Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali Monitor kulit akan adanya kemerahan Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah yang tertekan Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien Monitor status nutrisi pasien Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat

3. Nyeri akutDefinisi :Sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang muncul secara aktual atau potensial kerusakan jaringan atau menggambarkan adanya kerusakan (Asosiasi Studi Nyeri Internasional): serangan mendadak atau pelan intensitasnya dari ringan sampai berat yang dapat diantisipasi dengan akhir yang dapat diprediksi dan dengan durasi kurang dari 6 bulan.

Batasan karakteristik :- Laporan secara verbal atau non verbal- Fakta dari observasi- Posisi antalgic untuk menghindari nyeri- Gerakan melindungi- Tingkah laku berhati-hati- Muka topeng- Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit atau gerakan kacau, menyeringai)- Terfokus pada diri sendiri- Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu, kerusakan proses berpikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan)- Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-jalan, menemui orang lain dan/atau aktivitas, aktivitas berulang-ulang)- Respon autonom (seperti diaphoresis, perubahan tekanan darah, perubahan nafas, nadi dan dilatasi pupil)- Perubahan autonomic dalam tonus otot (mungkin dalam rentang dari lemah ke kaku)- Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah, merintih, menangis, waspada, iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah)- Perubahan dalam nafsu makan dan minum

Faktor yang berhubungan :Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis)NOC : Pain Level, Pain control, Comfort level

Kriteria Hasil : Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang Tanda vital dalam rentang normal

III. Pain Management Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan Kurangi faktor presipitasi nyeri Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter personal) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi Ajarkan tentang teknik non farmakologi Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri Evaluasi keefektifan kontrol nyeri Tingkatkan istirahat Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri

Analgesic Administration Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi Cek riwayat alergi Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian lebih dari satu Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping)

4. Risiko injury b/d kejang tonik klonik, disorientasiDefinsi :Dalam risiko cedera sebagai hasil dari interaksi kondisi lingkungan dengan respon adaptif indifidu dan sumber pertahanan

Faktor resiko :Eksternal- Mode transpor atau cara perpindahan- Manusia atau penyedia pelayanan kesehatan (contoh : agen nosokomial)- Pola kepegawaian : kognitif, afektif, dan faktor psikomotor- Fisik (contoh : rancangan struktur dan arahan masyarakat, bangunan dan atau perlengkapan)- Nutrisi (contoh : vitamin dan tipe makanan)- Biologikal ( contoh : tingkat imunisasi dalam masyarakat, mikroorganisme)- Kimia (polutan, racun, obat, agen farmasi, alkohol, kafein nikotin, bahan pengawet, kosmetik, celupan (zat warna kain))Internal- Psikolgik (orientasi afektif)- Mal nutrisi- Bentuk darah abnormal, contoh : leukositosis/leukopenia, perubahan faktor pembekuan, trombositopeni, sickle cell, thalassemia, penurunan Hb, Imun-autoimum tidak berfungsi.- Biokimia, fungsi regulasi (contoh : tidak berfungsinya sensoris)- Disfugsi gabungan- Disfungsi efektor- Hipoksia jaringan- Perkembangan usia (fisiologik, psikososial)- Fisik (contoh : kerusakan kulit/tidak utuh, berhubungan dengan mobilitas)

NOC : Risk KontrolKriteria Hasil : Klien terbebas dari cedera Klien mampu menjelaskan cara/metode untukmencegah injury/cedera Klien mampu menjelaskan factor resiko dari lingkungan/perilaku personal Mampumemodifikasi gaya hidup untukmencegah injury Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada Mampu mengenali perubahan status kesehatan NIC : Environment Management (Manajemen lingkungan) Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien dan riwayat penyakit terdahulu pasien Menghindarkan lingkungan yang berbahaya (misalnya memindahkan perabotan) Memasang side rail tempat tidur Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih Menempatkan saklar lampu ditempat yang mudah dijangkau pasien. Membatasi pengunjung Memberikan penerangan yang cukup Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien. Mengontrol lingkungan dari kebisingan Memindahkan barang-barang yang dapat membahayakan Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau pengunjung adanya perubahan status kesehatan dan penyebab penyakit.

5 .Defisit volume cairan b/d kehilangan cairan secara aktif, kurangnya intake cairanDefinisi : Penurunan cairan intravaskuler, interstisial, dan/atau intrasellular. Ini mengarah ke dehidrasi, kehilangan cairan dengan pengeluaran sodium

Batasan Karakteristik :- Kelemahan- Haus- Penurunan turgor kulit/lidah- Membran mukosa/kulit kering- Peningkatan denyut nadi, penurunan tekanan darah, penurunan volume/tekanan nadi- Pengisian vena menurun- Perubahan status mental- Konsentrasi urine meningkat- Temperatur tubuh meningkat- Hematokrit meninggi- Kehilangan berat badan seketika (kecuali pada third spacing)Faktor-faktor yang berhubungan:- Kehilangan volume cairan secara aktif- Kegagalan mekanisme pengaturan

NOC: Fluid balance Hydration Nutritional Status : Food and Fluid IntakeKriteria Hasil : Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT normal Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihanA

Fluid management Timbang popok/pembalut jika diperlukan Pertahankan catatan intake dan output yang akurat Monitor status hidrasi ( kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik ), jika diperlukan Monitor vital sign Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori harian Lakukan terapi IV Monitor status nutrisi Berikan cairan Berikan cairan IV pada suhu ruangan Dorong masukan oral Berikan penggantian nesogatrik sesuai output Dorong keluarga untuk membantu pasien makan Tawarkan snack ( jus buah, buah segar ) Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul meburuk Atur kemungkinan tranfusi Persiapan untuk tranfusi

6. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d disfungsi neuromuskuler.

Definisi : Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernafasan untuk mempertahankan kebersihan jalan nafas.

Batasan Karakteristik :- Dispneu, Penurunan suara nafas- Orthopneu- Cyanosis- Kelainan suara nafas (rales, wheezing)- Kesulitan berbicara- Batuk, tidak efekotif atau tidak ada- Mata melebar- Produksi sputum- Gelisah- Perubahan frekuensi dan irama nafas

Faktor-faktor yang berhubungan:- Lingkungan : merokok, menghirup asap rokok, perokok pasif-POK, infeksi- Fisiologis : disfungsi neuromuskular, hiperplasia dinding bronkus, alergi jalan nafas, asma.- Obstruksi jalan nafas : spasme jalan nafas, sekresi tertahan, banyaknya mukus, adanya jalan nafas buatan, sekresi bronkus, adanya eksudat di alveolus, adanya benda asing di jalan nafas.NOC : Respiratory status : Ventilation Respiratory status : Airway patency Aspiration Control

Kriteria Hasil : Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips) Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal) Mampu mengidentifikasikan dan mencegah factor yang dapat menghambat jalan nafas NIC :

(3) Airway suction Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning. Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning Minta klien nafas dalam sebelum suction dilakukan. Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi suksion nasotrakeal Gunakan alat yang steril sitiap melakukan tindakan Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam setelah kateter dikeluarkan dari nasotrakeal Monitor status oksigen pasien Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan suksion Hentikan suksion dan berikan oksigen apabila pasien menunjukkan bradikardi, peningkatan saturasi O2, dll.

(4) Airway Management Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan Pasang mayo bila perlu Lakukan fisioterapi dada jika perlu Keluarkan sekret dengan batuk atau suction Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan Lakukan suction pada mayo Berikan bronkodilator bila perlu Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan. Monitor respirasi dan status O2

Tambahan diagnosa post operasi Diagnosa Keperawatan Post Operasi1. Infeksi yang berhubungan dengan proses inflamasi di daerah peritoneum2. Nutrisi kurang dari kenutuhan tubuh yang berhubungan dengan tidak adekuatnya intakenutrisi ditandai dengan mual, muntah3. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri post operasi4. Gangguan pola eliminasi yang berhubungan dengan efek dari obat bius Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post OperasiA. Pengkajin awalStatus Respirasi Meliputi :- Kebersihan jalan nafas- Kedalaman pernafasaan.- Kecepatan dan sifat pernafasan.- Bunyi nafasStatus sirkulatoriMeliputi :- Nadi- Tekanan darah- Suhu- Warna kulitStatus neurologisMeliputi : tingkat kesadaranBalutanMeliputi :- Keadaan drain- Terdapat pipa yang harus disambung dengan sistem drainage.KenyamananMeliputi :- Terdapat nyeri- Mual- MuntahKeselamatanMeliputi :- Diperlukan penghalang samping tempat tidur.- Kabel panggil yang mudah dijangkau.- Alat pemantau dipasang dan dapat berfungsi.PerawatanMeliputi :- Cairan infus, kecepatan, jumlah cairan, kelancaran cairan.- Sistem drainage : bentuk kelancaran pipa, hubungan dengan alat penampung, sifat dan jumlah drainage.

NyeriMeliputi :- Waktu- Tempat.- Frekuensi- Kualitas- Faktor yang memperberat / memperinganA.Data SubyektifPasien hendakanya ditanya mengenai gejala-gejala ketidaknyamanan setelah ditempatkan ditempat tidur dengan posisi tubuh yang menunjang. Pertanyaan-pertanyaan yang langsung misalnya :Bagaimana perasaan anda?, dapat memperlihatkan data mula dan nyeri tanpa memfokuskan pada daerah yang spesifik, dimana tidak ada keluhan. Penginderaan rasa nyeri sering kali meningkat pada waktu ini akibat pemindahan dari brankard ke tempat tidur. Sangat penting untuk mengetahui lokasi, bentuk serangan dan perubahan intensitas rasa nyeri, dan bukan menyangka bahwa nyeri berasal dari torehan.Mual jarang timbul setelah pasca anaesthesi baru. Sangat besar kemungkinan terjadi mual bila perut mengalami manipulasi yang ekstensif pada waktu prosedur bedah atau telah mendapat narkotika yang cukup banyak.B.Data ObjektifSistem RespiratoriStatus sirkulatoriTingkat KesadaranBalutanPosisi tubuhStatus Urinari / eksresi.C.Pengkajian PsikososialYang perlu diperhatikan : umur, prosedur pembedahan, efek samping dari prosedur pembedahan dan pengobatan, body image dan pola/gaya hidup. Juga tanda fisik yang menandakan kecemasan termasuk denyut nadi, tekanan darah, dan kecepatan respirasi serta ekspresi wajah.Pemeriksaan LaboratoriumPemeriksaan laboratorium berdasarkan pada prosedur pembedahan, riwayat medis, dan manifestasi klinik post operasi.Pemeriksaan laboratorium lab post operasi secara umum anatara lain :Analisa serum dan elektrolit, glukosa dan pemeriksaaan darah lengkap.Pemeriksaann urine sekitar setiap 4 jam untuk klien dengan resiko dehidrasi dan insufisisensi ginjal.Masalah Keperawatan Yang Lazim MunculA. Diagnosa Umuma. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan efek samping dari anaesthesi.b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka post operasi.c. Nyeri akut berhubungan dengan proses pembedahan.d. Resiko injury berhubungan dengan kelemahan fisik, efek anaesthesi, obat-obatan (penenang, analgesik) dan imobil terlalu lama.B. Diagnosa Tambahana. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.b. Resiko retensi urine berhubungan dengan anaesthesi, bedah pelvis, dan kurang gerak.c. Kurang pengetahuan berhubungan dengan salah memahami informasi.d. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang prosedur pembedahan.e. Nausea berhubungan dengan efek anaesthesi, narkotika, ketidaseimbangan elektrolit.f. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.g. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksoia, lemah, nyeri, mual.h. Konstipasi berhubungan dengan efek anaesthesi

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, et al. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan (terjemahan). PT EGC. Jakarta. Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume I (terjemahan). PT EGC. Jakarta. Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan).Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran. Bandung. Guyton, Arthur C, Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit, EGC Penerbit buku kedokteran, Jakarta, 1987. Johnson., Mass. 1997. Nursing Outcomes Classification, Availabel on: www.Minurse.com, 14 Mei 2004 McCloskey, Joanne C,. Bulecheck, Gloria M. 1996. Nursing Intervention Classsification (NIC). Mosby, St. Louise. NANDA, 2002. Nursing Diagnosis : Definition and Classification (2001-2002), Philadelphia.

21