Asuhan Keperawatan Pada Klien Jiwa Dengan Kecemasan Hospitalisasi (1)

64
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN JIWA DENGAN KECEMASAN (ANXIETAS)

Transcript of Asuhan Keperawatan Pada Klien Jiwa Dengan Kecemasan Hospitalisasi (1)

Page 1: Asuhan Keperawatan Pada Klien Jiwa Dengan Kecemasan Hospitalisasi (1)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN JIWA DENGAN KECEMASAN

(ANXIETAS)

Page 2: Asuhan Keperawatan Pada Klien Jiwa Dengan Kecemasan Hospitalisasi (1)

BAB I

PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang

Krisis ekonomi yang berkepanjangan telah menyebabkan meningkatnya jumlah

penderita penyakit jiwa, terutama gangguan kecemasan. Berbagai macam krisis yang terjadi

sebenarnya bukan krisis ekonomi sebagai pangkal masalahnya, melainkan mendasar pada

kesehatan mental bangsa ini sendiri. Minimnya perhatian terhadap kesehatan mental bangsa

termanifestasi dalam begitu banyak masalah yang disebut krisis multidimensional.

Pernyataan ini dinyatakan dengan jelas oleh dr. Danardi Sosrosumihardjo, Sp.K.J., dari

Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) dalam konferensi pers

Konvensi Nasional Kesehatan Jiwa ke-2, yang bertema “Kesehatan Jiwa Masyarakat,

Kesehatan Jiwa Bangsa,” pada hari Kamis (9/ 10) di Jakarta.

Pernyataan ini bukanlah tanpa dasar. Krisis ekonomi yang terus berkepanjangan

ternyata meninggalkan kisah-kisah menyedihkan dengan meningkatnya jumlah penderita

ganngguan jiwa, terutama jenis anxietas (gangguan kecemasan). Gejala gangguan kesehatan

mental yang mencakup mulai dari gangguan kecemasan, depresi, panik hingga gangguan jiwa

yang berat seperti Schizoprenia hingga pada tindakan bunuh diri, semakin mewabah di

tengah masyarakat. Dari sekian jumlah penderita yang ada baru 8% yang mendapatkan

pengobatan yang memadai. Sedangkan selebihnya tidak tertangani.

Masalah gangguan jiwa yang menyebabkan menurunnya kesehatan mental ini

ternyata terjadi hampir di seluruh negara di dunia. WHO (World Health Organization) badan

dunia PBB yang menangani masalah kesehatan dunia, memandang serius masalah kesehatan

mental dengan menjadikan isu global WHO. WHO mengangkat beberapa jenis gangguan

jiwa seperti Schizoprenia, Alzheimer, epilepsy, keterbelakangan mental dan ketergantungan

alkohol sebagai isu yang perlu mendapatkan perhatian.

Di Indonesia jumlah penderita penyakit jiwa berat sudah cukup memprihatinkan,

yakni mencapai 6 juta orang atau sekitar 2,5% dari total penduduk. Berdasarkan hasil Survei

Kesehatan Mental Rumah Tangga (SKMRT) pada tahun 1985 yang dilakukan terhadap

penduduk di 11 kotamadya oleh Jaringan Epidemiologi Psikiatri Indonesia, ditemukan 185

per 1.000 penduduk rumah tangga dewasa menunjukkan adanya gejala gangguan kesehatan

jiwa baik yang ringan maupun berat. Dengan analogi lain bahwa satu dari lima penduduk

Indonesia menderita gangguan jiwa dan mental. Sebuah fenomena angka yang sangat

mengkhawatirkan bagi sebuah bangsa.

Page 3: Asuhan Keperawatan Pada Klien Jiwa Dengan Kecemasan Hospitalisasi (1)

B.    Tujuan

Tujuan disusunnya makalah ini adalah agar dapat:

1.      Membedakan antara ansietas normal dengan ansietas yang dialami pada gangguan ansietas

2.      Membedakan antara ansietas, takut, dan stres

3.      Menjelaskan akibat positif dan negatif ansietas

4.      Menjelaskan tingkat ansietas dengan perubahan prilaku yang terkait dengan setiap tingkat

tersebut

5.      Mendiskusikan penggunaan mekanisme pertahanan oleh individu yang mengalami

gangguan ansietas

6.      Menjelaskan teori etiologi terbaru tentang gangguan ansietas mayor

7.      Menerapkan proses keperawatan pada perawatan klien yang mengalami ansietas dan

gangguan terkait stres

8.      Memberi penyuluhan kepada klien, keluarga, pemberi perawatan, dan anggota masyarakat

untuk meningkatkan pemahaman tentang ansietas dan gangguan terkait stres

C.    Ruang lingkup

Ruang lingkup dari pembahasan makalah ini adalah mengenai gangguan ansietas yang

dialami oleh klien, perbedaan antara ansietas, takut, dengan stres, akibat dari ansietas itu

sendiri baik dari sisi positif dan negatifnya, tingkat ansietas, hingga pembahasan mengenai

proses keperawatan yang tepat untuk diimplementasikan kepada klien dengan gangguan

ansietas dan gangguan terkait dengan stres, serta penyuluhan untuk meningkatkan

pemahaman tentang ansietas dan gangguan terkait stres   

Page 4: Asuhan Keperawatan Pada Klien Jiwa Dengan Kecemasan Hospitalisasi (1)

BAB II

PEMBAHASAN

A.     Definisi

1.      “Anxietas adalah perasaan yang difius, yang sangat tidak menyenangkan, agak tidak

menentu dan kabur tentang sesuatu yang akan terjadi. Perasaan ini disertai dengan suatu atau

beberapa reaksi badaniah yang khas dan yang akan datang berulang bagi seseorang tertentu. 

Perasaan ini dapat berupa rasa kosong di perut, dada sesak, jantung berdebar, keringat

berlebihan, sakit kepala atau rasa mau kencing atau buang air besan. Perasaan ini disertai

dengan rasa ingin bergerak dan gelisah. “ ( Harold I. LIEF)  “Anenvous condition of unrest” (

Leland E. HINSIE dan Robert S CAMBELL)

2.      “Anxietas adalah perasaan tidak senang yang khas yang disebabkan oleh dugaan akan

bahaya atau frustrasi yang mengancam yang akan membahayakan rasa aman, keseimbangan,

atau kehidupan seseorang individu atau kelompok biososialnya.” ( J.J GROEN)

B.    Gejala umum anxietas

1.      Gejala psikologik:

Ketegangan, kekuatiran, panik, perasaan tak nyata, takut mati , takut ”gila”, takut  kehilangan

kontrol dan sebagainya.

2.      Gejala fisik:  

Gemetar, berkeringat, jantung berdebar, kepala terasa ringan, pusing, ketegangan otot, mual,

sulit bernafas, baal, diare, gelisah, rasa gatal, gangguan di lambung dan lain-lain. Keluhan

yang dikemukakan pasien dengan anxietas kronik seperti: rasa sesak nafas; rasa sakit dada;

kadang-kadang merasa harus menarik nafas dalam; ada sesuatu yang menekan dada; jantung

berdebar; mual; vertigo; tremor; kaki dan tangan merasa kesemutan; kaki dan tangan tidak

dapat diam ada perasaan harus bergerak terus menerus; kaki merasa lemah, sehingga berjalan

dirasakan beret; kadang- kadang ada gagap dan banyak lagi keluhan yang tidak spesifik untuk

penyakit tertentu. Keluhan yang dikemukakan disini tidak semua terdapat pada pasien dengan

gangguan anxietas kronik, melainkan seseorang dapat saja mengalami hanya beberapa gejala

1 keluhan saja. Tetapi pengalaman penderitaan dan gejata ini oleh pasien yang bersangkutan

biasanya dirasakan cukup gawat.

C.    Faktor Predisposisi

1.      Teori Psikoanalitik

Page 5: Asuhan Keperawatan Pada Klien Jiwa Dengan Kecemasan Hospitalisasi (1)

Menurut freud,struktur kepribadian terdiri dari 3 elemen yaitu “ID, EGO Dan SUPER EGO”.

Ego melambangkan dorongaqn insting dan impuls primitif. Super ego mencerminkan hati

nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang , sedangkan Ego

digambarkan sebagai mediator antara tuntutan dari ID dan Super Ego.

2.      Teori Interpersonal

Anxietas terjadi dari ketakutan akan penolakan interpersonal. Hal ini juga dihubungkan akan

trauma pada masa pertumbuhan, seperti kehilangan, perpisahan individu yang mempunyai

harga diri rendah biasanya sangat mudah mengalami anxietas yang berat.

3.      Teori Perilaku

Anxietas merupakan hasil frustasi dari segala sesuatu yang mengganggu kemampuan

seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.teori ini meyakini bahwa manusia yang

pada awal kehidupannya dihadapkan pada rasa takut yang berlebihan akan menunjukkan

kemungkinan anxietas yang berat pada kehidupan masa dewasanya.

D.    Penggolongan Anxietas

1.      Anxietas ringan

Ansietas ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan membutuhkan

perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan membantu individu memfokuskan

perhatian untuk belajar, bertindak, menyelesaikan masalah, merasakan, dan melindungi

dirinya sendiri. Anxietas ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan

sehari-hari. Pada tingkat ini lahan persepsi melebar dan individu akan berhati-hati dan

waspada.

a.      Respon Fisiologis

     Sesekali nafas pendek

     Nadi dan tekanan darah naik

     Gejala ringan pada lambung

     Muka berkerut dan bibir bergetar

     Ketegangan otot ringan

     Rileks atau sedikit gelisah

b.     Respon Kognitif

     Mampu menerima rangsang yang kompleks

     Konsentrasi pada masalah

     Menyelesaikan masalah secara efektif

     Perasaan gagal sedikit

Page 6: Asuhan Keperawatan Pada Klien Jiwa Dengan Kecemasan Hospitalisasi (1)

     Waspada dan memperhatikan banyak hal

     Terlihat tenang dan percaya diri

     Tingkat pembelajaran optimal

c.      Respon Perilaku dan Emosi

     Tidak dapat duduk tenang

     Tremor halus pada tangan

     Suara kadang-kadang meninggi

     Sedikit tidak sabar

     Aktivitas menyendiri

2.      Anxietas Sedang

Ansietas sedang merupakan perasaan yang mengganggu bahwa ada sesuatu yang benar-benar

berbeda, individu menjadi gugup atau agitasi. Misalnya, seorang wanita mengunjungi ibunya

untuk pertama kali dalam beberapa bulan dan merasa bahwa ada sesuatu yang sangat

berbeda. Ibunya mengatakan bahwa berat badannya turun banyak tanpa ia berupaya

menurunkannya. Pada tingkat ini lahan persepsi terhadap lingkungan menurun, individu lebih

memfokuskan pada hal yang penting saat itu dan mengesampingkan hal yang lain.

a.      Respon fisiologis

     Ketegangan otot sedang

     Tanda-tanda vital meningkat

     Pupil dilatasi, mulai berkeringat

     Sering mondar-mandir, memukulkan tangan

     Suara berubah: suara bergetar, nada suara tinggi

     Kewaspadaan dan ketegangan meningkat

     Sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyari punggung

b.     Respon kognitif

     Lapang persepsi menurun

     Tidak perhatian secara selektif

     Fokus terhadap stimulus meningkat

     Rentang perhatian menurun

     Penyelesaian masalah menurun

     Pembelajaran berlangsung dengan memfokuskan

c.      Respon prilaku dan emosi

     Tidak nyaman

     Mudah tersinggung

Page 7: Asuhan Keperawatan Pada Klien Jiwa Dengan Kecemasan Hospitalisasi (1)

     Kepercayaan diri goyah

     Tidak sadar

     gembira

3.      Ansietas berat

Ansietas berat dialami ketika individu yakin bahwa ada sesuatu yang berbeda dan ada

ancaman; ia memperlihatkan respon takut dan distres. Ketika individu mencapai tingkat

tertinggi ansietas, panik berat, semua pemikiran rasional berhenti dan individu tersebut

mengalami respon fight, flight atau freeze-yakni, kebutuhan untuk pergi secepatnya, tetap

ditempat dan berjuang, atau menjadi beku atau tidak  dapat melakukan sesuatu.

a.      Respon fisiologis

     Ketegangan otot berat

     Hiperventilasi

     Kontak mata buruk

     Pengeluaran keringat meningkat

     Bicara cepat, nada suara tinggi

     Tindakan tanpa tujuan dan serampangan

     Rahang menegang, menggetakkan gigi

     Kebutuhan ruang gerak meningkat

     Mondar-mandir, berteriak

     Meremas tangan, genetar

b.     Respon kognitif

     Lapang persepsi terbatas

     Proses berfikir terpecah-pecah

     Sulit berfikir

     Penyelesaian masalah buruk

     Tidak mampu mempertimbangkan informasi

     Hanya memerhatikan ancaman

     Preokupasi dengan pikiran sendiri

     Egosentris

c.      Respon prilaku dan emosi

     Sangat cemas

     Agitasi

     Takut

     Bingung

Page 8: Asuhan Keperawatan Pada Klien Jiwa Dengan Kecemasan Hospitalisasi (1)

     Merasa tidak adekuat

     Menarik diri

     Penyangkalan

     Ingin bebas

E.     Bentuk Gangguan Anxietas

1.      Gangguan Panik

Serangan panik adalah suatu episode ansietas yang cepat, intens, dan meningkat,

berlangsung 15-30 menit, ketika individu mengalami ketakutan emosional yang besar juga

ketidaknyamanan fisiologis.  Diagnosis gangguan panik ditegakkan ketika individu

mengalami serangan panik berulang dan tidak diharapkan yang diikuti oleh rasa khawatir

yang menetap sekurang-kurangnya satu bulan bahwa ia akan mengalami serangan panik

berikutnya atau khawatir tentang makna serangan panik, atau perubahab prilaku yang

signifikan terkait dengan serangan panik, saat gejala-gejala tersebut bukan akibat

penyalahgunaan zat atau gangguan jiwa lain. Sedikitnya lebih dari 75% individu

dengangangguan panik mengalami serangan awal spontan tanpa ada pemicu dari lingkungan.

Sisanya mengalami serangan panik yang distimulasi oleh stimulus fobia atau karena berada di

bawah pengaruh zat yang mengubah sistem saraf pusat dan menstimulasi respon hormonal,

organ, tanda vital yang sama, yamg terjadi pada serangan panik. Setengah dari individu yang

mengalami serangan panik juga mengalami agorafobia.

Ada dua kriterla Gangguan panik : gangguan panik tanpa agorafobia dan gangguan

panik dengan agorofobia kedua gangguan panik ini harus ada serangan panic

F.     Gambaran Klinis

Serangan panik pertama seringkali spontan, tanpa tanda mau serangan panik,

walaupun serangan panik kadang-kadang terjadi setelah luapan kegembiraan, kelelahan fisik,

aktivitas seksual atau trauma emosional. Klinisi harus berusaha untuk  mengetahui tiap

kebiasaan atau situasi yang sering mendahului serangan panik.  Serangan sering dimulai

dengan periode gejala yang meningkat dengan cepat selama 10 menit. Gejala mental utama

adalah ketakutan yang kuat, suatu perasaan ancaman kematian dan kiamat. Pasien biasanya

tidak mampu menyebutkan sumber ketakutannya. Pasien mungkin merasa kebingungan dan

mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian. Tanda fisik adalah takikardia, palpitasi,

sesak nafas dan berkeringat. Pasien seringkali mencoba untuk mencari bantuan. Serangan

biasanya berlangsung 20 sampai 30 menit.

Page 9: Asuhan Keperawatan Pada Klien Jiwa Dengan Kecemasan Hospitalisasi (1)

Agorafobma : pasien dengan agorafobia akan menghindari situasi dimana ia akan sulit

mendapatkan bantuan. Pasien mungkin memaksa bahwa mereka harus ditemani setiap kali

mereka keluar rumah.

G.    Gejala Penyerta

Gejala depresi seringkali ditemukan pada serangan panik dan agorafobia, pada

beberapa pasien suatu gangguan depresi ditemukan bersama-sama dengan gangguan panik. 

Penelitian telah menemukan bahwa resiko bunuh diri selama hidup pada orang dengan

gangguan panik adalah lebih tinggi dibandingkan pada orang tanpa gangguan mental.

H.    Diagnosa Banding

1.      Penyakit kardiovaskuler : anemia, hipertensi, infark iniokardium, dsb.

2.      Penyakit pulmonum : asma, hiperventilasi, emboli paru-paru.

3.      Penyakit neurologis : penyakit serebrovaskular, epilepsi, inigrain, tumor, dsb.

4.      Penyakit endokrin : diabetes, hipertroidisme, hipoglikemi, sindroma pramestruasi,

gangguan menopause, dsb.

lntoksikasi obat, putus obat.

5.      Kondisi lain : anafilaksis, gangguan elektrolit, keracunan logam berat, uremia dsb

      Pedoman Diagnosis Agrafobia

        Kecemasan berada di dalam suatu tempat atau situasi dimana kemungkinan sulit

meloloskan diri

        Situasi dihindari, misal jarang bepergian

        Kecemasan atau penghindaran fobik bukan karena gangguan mental lain, misal fobia

sosial

      Pedoman Diagnostik Gangguan Panik

        Serangan panik rekuren dan tidak diharapkan

        Sekurangnya satu serangan , diikuti satu atau lebih : kekawatiran menetap akan

mengalami serangan tambahan, ketakutan tentang arti serangan, perubahan perilaku

bermakna berhubungan dengan serangan

        Serangan panik bukan karena efek fisiologis langsung atau suatu kondisi medis umum

        Serangan panik tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan mental lain. misal gangguan

obsesif - kompulsif.

        Gangguan panik bisa dengan agorafobia atau tanpa agorafobia.

      Terapi

Page 10: Asuhan Keperawatan Pada Klien Jiwa Dengan Kecemasan Hospitalisasi (1)

        Konseling dan medikasi.

Konseling: ajari pasien untuk diam ditempat sampai serangan panik berlalu, konsentrasikan

diri untuk mengatasi anxietas bukan pada gejala fisik, rileks, latihan pernafasan.

Identifikasikan rasa takut selama serangan. Diskusikan cara menghadapi rasa takut saya tidak

mengalami serangan jantung, hanya panik, akan berlalu.

        Medikasi : banyak pasien tertolong melalui konseling dan tidak membutuhkan medikasi.

Bila serangan sering dan berat, atau secara bermakna dalam keadaan depresi beri

antidepresan (imipramin 25 mg malam hari, dosis bisa sampai 100 150 mg malam selama 2

minggu ). Bila serangan jarang dan terbatas beri anti anxietas, jangka pendek (lorazepam 0,5

1 mg 3 dd 1 atau alprazolam 0,25 1 mg 3 dd 1) hindari pemberian jangka panjang dan

pemberian medikasi yang tidak perlu.

I.         Gangguan fobik

Penelitian epidemiologis di Amerika Serikat menemukan 5 10 persen populasi menderita

gangguan ini.  FOBIA adalah suatu ketakutan yang tidak rasional yang menyebabkan

penghindaran yang disadari terhadap obyek, aktivitas, atau situasi yang ditakuti.

Fobia spesifik: takut terhadap binatang, badai, ketinggian, penyakit, cedera, dsb

Fobia sosial: takut terhadap rasa memalukan di dalam berbagai lingkungan sosial seperti

berbicara di depan umum, dsb

      Pedoman Diagnostik

        Rasa takut yang jelas, menetap dan berlebihan atau tidak beralasan (obyek /situasi)

        Pemaparan dengan stimulus fobik hampir selalu mencetuskan kecemasan

        Menyadari bahwa rasa takut adalah berlebihan

        Situasi fobik dihindari

      Terapi

Konseling dan medikasi: dorong pasien untuk dapat mengatur pernafasan, membuat daftar

situasi yang ditakuti atau dihindari, diskusikan cara-cara menghadapi rasa takut tersebut.

Dengan konseling banyak pasien tidak membutuhkan medikasi. Bila ada depresi bisa diberi

antidepresan lmipramin 50 150 mg/ hari. Bila ada anxietas beri antianxietas dalam waktu

singkat, karena bisa menimbulkan ketergantungan. Beta blokerdapat mengurangi gejala fisik. 

Konsultasi spesialistik bila rasa takut menetap.

J.      Gangguan Obsesif – Kompulsif

Prevalensi seumur hidup gangguan obsesif-kompulsif pada populasi umum diperkirakan

adalah 2-3 persen.

OBSESIF adalah pikiran, perasaan, ide yang berulang, tidak bisa dihilangkan dan tidak

Page 11: Asuhan Keperawatan Pada Klien Jiwa Dengan Kecemasan Hospitalisasi (1)

dikehendaki.

KOMPULSIF adalah tingkah-laku yang berulang, tidak bisa dihilangkan dan tidak

dikehendaki.

      Pedoman Diagnosis

= Pikiran, impuls, yang berulang

= Perilaku yang berulang

= Menyadari bahwa obsesif-kompulsif adalah berlebihan atau tidak beralasan

= Obsesif-kompulsif menyebabkan penderitaan

= Tidak disebabkan oleh suatu zat atau kondisi medis umum.

 

      Diagnosi Banding

Kondisi fisik

- Gangguan neurologis (epilepsi lobul temporalis, komplikasi trauma, dsb)

Kondisi psikiatrik

- Skizofrenia, gangguan kepribadian obsesif-kompulsif, fobia, gangguan depresif.

 

      Terapi

Konseling dan medikasi : mengenali, menghadapi, menantang pikiran yang berulang dapat

mengurangi gejala obsesd, yang pada akhirnya mengurangi perilaku kompulsif. Latihan

pernafasan. Bicarakan apa yang akan dilakukan pasien untuk mengatasi situasi, kenali dari

perkuat hal yang berhasil mengatasi situasi. Bila diperlukan bisa diberi Klomipramin 100 -

150 mg, atau golongan Selected Serotonin Reuptake Inhibitors.

Konsultasi spesialistik bila kondisi tidak berkurang atau menetap.

K.     Ganguan Stres Pasca – Trauma

Pasien dapat diklasifikasikan mendenta gangguan stres pasca-trauma, bila mereka mengalami

suatu stres yang akan bersifat traumatik bagi hampir semua orang. Trauma bisa berupa

trauma peperangan, bencana alam, penyerangan, pemerkosaan, kecelakaan.

Gangguan stres-pasca trauma terdiri dari: - pengalaman kembali trauma melalui mimpi dan

pikiran, penghindaran yang persisten oleh penderita terhadap trauma dan penumpulan

responsivitas pada penderita tersebut, kesadaran berlebihan dan persisten. Gejala penyerta

yang sering dan gangguan stres pasca-trauma adalah depresi, kecemasan dan kesulitan

kognitif(contoh pemusatan perhatian yang buruk)

Prevalensi seumur hidup gangguan stres pasaca-trauma diperkirakan I sampai 3 persen

populasi umum, 5 sampai 15 persen mengalami bentuk gangguan yang subklinis. Walaupun

Page 12: Asuhan Keperawatan Pada Klien Jiwa Dengan Kecemasan Hospitalisasi (1)

gangguan stres pasca-trauma dapat terjadi pada setiap usia, namun gangguan paling menonjol

pada usia dewasa muda.

      Pedoman Diagnostik

        Telah terpapar dengan peristiwa traumatik, didapati:

o       mengalami, menyaksikan, dihadapkan dengan peristiwa yang berupa ancaman kematian,

atau kematian yang sesungguhanya atau cedera yang serius,atau ancaman integritas fisik diri

sendiri atau orang lain

o       respon berupa rasa takut yang kuat, rasa tidak berdaya

        Keadan traumatik secara menetap dialami kembali dalam satu atau lebih cara berikut:

o       rekoleksi yang menderitakan, rekuren dan mengganggu tentang kejadian

o       Mimpi menakutkan yang berulang tentang kejadian

o       berkelakuan atau merasa seakan-akan kejadian traumatik terjadi kembali

o       penderitaan psikologis yang kuat saat terpapar dengan tanda internal atau eksternal yang

menyimbolkan atau menyerupai suatu aspek kejadian traumatik

o       reaktivitas psikologis saat terpapar dengan tanda internal atau eksternal yang

menyimbolkan atau menyerupai aspek kejadian traumatik

        Penghindaran stimulus yang persisten yang berhubungan dengan trauma

        Gejala menetap, adanya peningkatan kesadaran , seperti dua atau lebih berikut:

kesulitan tidur, irritabilitas, sulit konsentrasi, kewaspadaan berlebihan, respon kejut

yang berlebihan.

        Lama gangguan gejala B,C,D adalah lebih dari satu bulan.

        Gangguan menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam

fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.

L.      Gangguan Stres Akut

Suatu gangguan sementara yang cukup parah yang terjadi pada seseorang tanpa adanya

gangguan jiwa lain yang nyata, sebagai respons terhadap stres fisik maupun mental yang luar

biasa dan biasanya menghilang dalam beberapa jam atau hari. Stresornya dapat berupa

pengalaman traumatik yang luar biasa . Kerentanan individu dan kemampuan menyesuaikan

diri memegang peranan dalam terjadinya dan keparahannya suatu reaksi stres akut.

      Pedoman Diagnostik

Harus ada kaitan waktu yang langsung dan jelas antara terjadinya pengalaman stresor luar

biasa dengan onset dan gejala. Onset biasanya setelah beberapa menit atau bahkan segera

setelah kejadian. Selain itu ditemukan (a) terdapat gambaran gejala campuran yang biasanya

berubah-ubah; selain gejala permulaan berupa keadaan “ terpaku” , semua gejala berikut

Page 13: Asuhan Keperawatan Pada Klien Jiwa Dengan Kecemasan Hospitalisasi (1)

mungkin tampak: depresif, anxietas, kemarahan, kekecewaan, overaktif dan penarikan diri,

akan tetapi tidak satupun dan jenis gejala tersebut yang mendominasi gambaran klinisnya

untuk waktu lama. (b) pada kasus-kasus yang dapat dialihkan dan stresomya, gejala-

gejalanya dapat menghilang dengan cepat (dalam beberapa jam); dalam hal dimana stres

tidak dapat dialihkan, gejala-gejala biasanya baru mulai mereda setelah 24 - 48 jam dan

biasanya menghilang setelah 3 hari.

M.    Gangguan Anxietas Menyeluruh

Gambaran esensial dan gangguan ini adalah adanya anxietas yang menyeluruh dan menetap

(bertahan lama), Gejala yang dominant sangat bervariasi, tetapi keluhan tegang yang

berkepanjangan, gemetaran, ketegangan otot, berkeringat, kepala terasa ringan, palpitasi,

pusing kepala dan keluhan epigastnik adalah keluhankeluhan yang lazim dijumpai. Ketakutan

bahwa dirinya atau anggota keluarganya akan menderita sakit atau akan mengalami

kecelakaan dalam waktu dekat, merupakan keluhan yang seringkali diungkapkan

      Pedoman Diagnostik

Pasien harus menunjukan gejala primer anxietas yang berlangsung hampir setiap hari selama

beberapa minggu, bahkan biasanya sampai beberapa bulan. Gejala-gejala ini biasanya

mencakup hal-hal berikut : kecemasan tentang masa depan, ketegangan motorik,

overaktivitas otonomik

      Terapi

Konseling dan medikasi: informasikan bahwa stres dan rasa khawatir keduanya mempunyai

efek fisik dan mental. Mempelajari keterampilan untuk mengurangi dampak stres merupakan

pertolongan yang paling efektif. Mengenali, menghadapi dan menantang kekhawatiran yang

berlebihan dapat mengurangi gejala anxietas. Kenali kekhawatiran yang berlebihan atau

pikiran yang pesimistik. Latihan fisik yang teratur sering menolong. Medikasi merupakan

terapi sekunder, tapi dapat digunakan jika dengan konseling gejala menetap.  Medikasi

anxietas : misal Diazepam 5 mg malam hari, tidak lebih dari 2 minggu, Beta bloker dapat

membantu mengobati gejala fisik, antidepresan bila ada depresi. Konsultasi spesialistik bila

anxietas berat dan berlangsung lebih dan 3 bulan.

 

ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN

Pengkajian ditujukan pada fungsi fisiologis dan perubahan perilaku melalui gejala atau

mekanisme koping sebagai pertahanan terhadap kecemasan.

A. Kaji faktor predisposisi

Page 14: Asuhan Keperawatan Pada Klien Jiwa Dengan Kecemasan Hospitalisasi (1)

      Faktor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat menyebabkan

timbulnya kecemasan seperti:

a.      peristiwa traumatic yang dapat memicu terjadinya kecemasandengan krisis yang dialami

individu baik krisis perkembangan atau situasional.

b.      konflik emosional yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan baik. Konflik

antara id dan super ego atau antara keinginan dan kenyataan dapat menimbulkan kecemasan

pada individu.

c.      konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu berpikir secara

realistissehingga akan menimbulkan kecemasan.

d.      frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil keputusan yang

berdampak terhadap ego.

e.      gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman terhadap

integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu.

f.        pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani setres akan mempengaruhi

individu dalam berespon terhadap konflik yang dialami karena pola mekanisme koping

individu banyak dipelajari dalam keluarga.

g.      riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respon individu dalam

berespon terhadap konflik dan mengatasi kecemasannya.

h.      medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan yang mengandung

benzodiepin, karena benzodizepin dapat menekan neurotrasmiter gamma amino butyric acid

(GABA) yang mengontrol aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab menghasilkan

kecemasan.

B. kaji stressor presipitasi

      Stressor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat mencetuskan

timbulnya kecemasan. Stressor presipitasi kecemasan dikelompokkan menjadi dua bagian:

a.Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam integritas fisik meliputi:

        Sumber internal, mrliputi kegagalan mekanisme fisiologis system imun, regulasi suhu

tubuh, perubahan biologis normal (mis.hamil)

        Sumber eksternal, meliputi paparan terhadapinfeksi virus dan bakteri, polutan lingkungan,

kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal.

b. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal.

        Sumber internal: kesulitan dalam berhubungan interpersonal dirumah dan di tempat kerja,

penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap integritas fisik juga dapat

mengancanm harga diri.

Page 15: Asuhan Keperawatan Pada Klien Jiwa Dengan Kecemasan Hospitalisasi (1)

        Sumber eksternal: kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan status pekerjaan,

tekanan kelompok, social budaya.

 

C. kaji perilaku

Secara langsung kecemasan dapat di ekspresikan melalui respon fisiologis dan

psikologis dan secara tidak langsung melalui pengambangan mekanisme koping sebagai

pertahanan melawan kecemasan.

        Respon fisiologis.

Mengaktifkan system saraf otonom(simpatis dan parasimpatis)

        Respon psikologologis.

Kecemasan dapat mempengaruhi aspek intrapersonal maupun personal.

        Respon kognitif.

Kecemasan dapat mempengaruhi kemampuan berpikir baik proses pikir maupun isis pikir,

diantaranya adalah tidak mampu memperhatikan, konsentrasi menurun, mudah lupa,

menurunya lapangan persepsi, bingung.

        Respon afektif.

Klien akan mengekspresikan dalam bentuk kebingungan dan curiga berlebihan sebagai reaksi

emosi terhadap kecemasan.

D. kaji penilaian terhadap stressor

E. kaji sumber dan mekanisme koping

F. rentang perhatian menurun

G. gelisah, iritabilitas

H. control impuls buruk

I. perasaan tidak nyaman, ketakutan, atau tidak berdaya

J. deficit lapangan persepsi

K. penurunan kemampuan berkomunikasi secara verbal

DIAGNOSA KEPERAWATAN

        Panik yang berhubungan dengan penolakan keluarga karena bingung dan gagal

mengambil keputusan.

        Kecemasan berat yang berhubungan dengan konflik perkawinan.

        Kecemasan sedang berhubungan dengan tekanan financial.

        Ketidakefektifan koping individu yang berhubungan dengan kematian saudara kandung.

        Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan dampak anak sakit.

        Ketakutan berhubungan dengan rencana pembedahan.

Page 16: Asuhan Keperawatan Pada Klien Jiwa Dengan Kecemasan Hospitalisasi (1)

INTERVENSI KEPERAWATAN

DX 1: panik berhubungan dengan penolakan keluarga karena bingung dan gagal mengambil

keputusan.

Kriteria hasil:

        Klien tidak akan menciderai diri sendiri dan orang lain.

        Klien akan berkomunikasi dengan efektif.

        Klien akan menyampaikan pengetahuan tentang gangguan panik.

        Klien akan mengungkapkan rasa ppengendalian diri.

Intervensi:

        Bantu klien berfokus pada pernapasan lambat dan melatihnya bernapas secara ritmik.

        Bantu klien mempertahankan kebiasaan makan teratur dan seimbang.

        Identifikasi gejala awal dan ajarkan klien melakukan perilaku distraksi seperti: berbicara

kepada orang lain, melibatkannya dalam aktivitas fisik.

        Bantu klien melakukan bicara pada diri sendiri positif yang direncanakan sebelumnya dan 

telah terlatih.

        Libatkan klien dalam mempelajari cara mengurangi stressor dan situasi yang

menimbulkan ansietas.

DX 2: kecemasan berat berhubungan dengan konflik perkawinan.

kriteria hasil:

        Klien mendiskusikan tentang perasaan cemasnya.

        Klien mengidentifikasi respon terhadap stress.

        Klien mendiskusiksn suatu topik ketika bertemu dengan perawat.

Intervensi:

        Eksplorasi perasaan cemas klien, perlihatkan diri sebagai orang yang hangat, ,menjadi

pendengar yang baik.

        Bantu klien mengenali perasaan cemas dan menyadari nilainya.

        Melakukan kominikasi dengan teknik yang tepat dan dimulai dari topic yang ringan.

        Bantu kilen mengidentifikasi respon terhadap sters.

 

DX 3: ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan kematian saudara kandung.

Kriteria hasil:

        Klien memiliki koping terhadap ancaman.

        Strategi koping positif.

Page 17: Asuhan Keperawatan Pada Klien Jiwa Dengan Kecemasan Hospitalisasi (1)

        Untuk mengetahui sebab biologis.

        Klien melakukan aktifitas seperti biasanya.

Intrvensi:

        Dorong klien untuk menggunakan koping adaftif dan efektif yang telah berhasil

digunakan pada masa lampau.

        Bantu kien melihat keadaan saat ini dan kepuasan mencapai tujuan.

        Bantu klien untuk menentukan strategi koping positif.

        Konseling dan penyuluhan keluarga ataun orang terdekat tentang penyebab biologis.

        Dorong klien untuk melakukan aktifitas yang disukainya, hal ini akan membatasi klien

untuk menggunakan mekanisme koping yang tidak adekuat.

DX 4: ketakutan yang berhubungan dengan rencana pembedahan.

Kriteria hasil:

        Meningkatkan kesadaran diri klien.

        Klien merasakan tenang dan nyaman dengan lingkungannya.

        Klien memahami rasa takutnya ekstrim dan berlebihan.

Intervensi:                                       

        Perawat harus dapat menyadari perasaan cemasnya, membuka perasaan cemasnya dan

menangani secara konstruktif dan gunakan cara yang dilakukan perawat secara terapeutik

untuk membantu mengatasi kecemasan klien.

        Fasilitasi lingkungan dengan stimulus yang minimal, tenang dan membatasi interaksi

dengan orang lain atau kurangi kontak dengan penyebab stresnya.

        Berikan alternatif pilihan pengganti, tidak mengonfrontasi dengan objek yang ditakutinya,

tidak ada argument, tidak mendukung fobianya, terapkan batasan perilaku klien untuk

membantu mencapai kepuasan dengan aspek lain.

 

Page 18: Asuhan Keperawatan Pada Klien Jiwa Dengan Kecemasan Hospitalisasi (1)

 

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Ganggauan ansietas adalah sekelompok kondisi yang memberi gambaran penting

tentang ansietas yang berlebihan, disertai respon perilaku, emosional dan fisiologis.

Gangguan ansietas memiliki banyak manifestasi, tetapi ansietas adalah gambaran utama pada

gangguan berikut ini (DSM-IV-TR,2000):

        Gangguan panik dengan atau tanpa agrofobia.

        Gangguan fobia: sosial atau spesifik.

        Gangguan obsesif-kompulsif (ocd).

        Gangguan stres pascatrauma.

        Gangguan stres akut.

        Gangguan ansietas umum.

        Gangguan ansietas akibat kondisi medis.

        Gangguan ansietas akibat zat.

Kecemasan adalah respon emosi tanpa objek yang spesifik yang secara subjektif di alami dan

dikomunikasikan secara interversonal. Hal ini bisa di kaji dengan melihat stresos predisposisi

dan stresor presipitasi dan faktor yang lainnya. Sehingga kita sebagai seorang perawat bisa

menerapkan proses keperawatan pada klien dengan gangguan ansietas.

DAFTAR PUSTAKA

Videbeck,Sheila L.Buku Ajar Keprawatan Jiwa.EGC,Jakarta

Suliswati,dkk.Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa.EGC,Jakarta

Page 19: Asuhan Keperawatan Pada Klien Jiwa Dengan Kecemasan Hospitalisasi (1)

PROSES TERJADINYA MASALAH

1.      Pengertian

Ansietas sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan

emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Kondisi dialami secara subjektif dan

dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal. Ansietas sedang adalah respon emosional

terhadap penilaian tersebut. Kapasitas untuk menjadi cemas diperlukan untuk bertahan hidup,

tetapi tingkat ansietas yang parah tidak sejalan dengan kehidupan.

Perasaan tidak nyaman atau ketakutan yang tidak jelas dan gelisah disertai dengan

respon otonom (sumber terkadang tidak sepesifik atau tidak diketahui oleh individu), perasan

yang was-was untuk mengatasi bahaya. Ini merupakan sinyal peringatan akan adanya bahaya

dan memungkinkan individu untuk mengambil langkah untuk menghadapi.

Spielberger (1966) dalam Slameto (2003 : 185) membedakan kecemasan atas dua bagian;

kecemasan sebagai suatu sifat (trait anxiety), yaitu kecenderungan pada diri seseorang untuk

merasa terancam oleh sejumlah kondisi yang sebenarnya tidak berbahaya, dan kecemasan

sebagai suatu keadaan (State Anxiety), yaitu suatu keadaan atau kondisi emosional sementara

pada diri seseorang yang ditandai dengan perasaan tegang dan kekhawatiran yang dihayati

secara sadar serta bersifat subyektif, dan meningginya sistem saraf otonom. Sebagai suatu

keadaan, kecemasan biasanya berhubungan dengan situasi-situasi lingkungan yang khusus,

misalnya situasi tes.

Kecemasan/anxiety dan kegelisahan/restlessness merupakan salah satu masalah yang banyak

mendapat perhatian dan penelitian para sufi maupun para ahli psikologi. Cemas dan gelisah

adalah bentuk ketakutan diri terhadap hal-hal yang belum tentu terjadi. Perasaan cemas

biasanya muncul manakala seseorang berada dalam suatu keadaan yang ia duga akan

merugikan dan mengancam diri, jabatan karier atau usaha bisnis nya, di mana ia merasa tidak

berdaya menghadapinya. Sebenarnya apa yang dicemaskan itu belum tentu terjadi. Rasa

cemas itu pada dasarnya adalah ketakutan yang kita bangun sendiri yang kemudian

melahirkan prilaku gelisah. Duduk tak tenang, berdiri rasa mengambang, tidur seperti di

awang-awang, makanan dan minuman terasa hambar.

2.      Penyebab

Cemas itu timbul akibat adanya respons terhadap kondisi stres atau konflik.

Rangsangan berupa konflik, baik yang datang dari luar maupun dalam diri sendiri, itu akan

Page 20: Asuhan Keperawatan Pada Klien Jiwa Dengan Kecemasan Hospitalisasi (1)

menimbulkan respons dari sistem saraf yang mengatur pelepasan hormon tertentu. Akibat

pelepasan hormon tersebut, maka muncul perangsangan pada organ-organ seperti lambung,

jantung, pembuluh daerah maupun alat-alat gerak. Karena bentuk respon yanmg demikian,

penderita biasanya tidak menyadari hal itu sebagai hubungan sebab akibat.

a.       Teori Biologis

  Biokimia

Biokimia dan neurofisiologis berpengaruh pada etiologi dari kelainan-kelainan ini telah

diselidiki; bagaimanapun, bukti empiris selanjutnya penting sebelum hubungan definitif dapat

ditentukan (Tawnsend, 1993)

  Genetik

Penyelidikan akhir-akhir ini mengindikasikan bahwa kelainan ansietas paling sering

ditemukan pada populasi umum. Hal ini telah memperlihatkan bahwa kelainan ini lebih

umum antara hubungan kekerabatan seseorang dengan kelainan secara biologis generasi

pertama dari populasi umum (DSM-III-R, 1987)

b.      Teori psikososial

  Psikodinamik

Teori ini (Erikson, 1963) menganggap predisposisi untuk kelainan ansietas saat tugas-tugas

yang diberikan untuk tahap perkembangan awal belum terpecahkan. Dalam berespon

terhadap stres, prilaku dihubungkan dengan penampilan tahap dini ini, seperti regresi pada

seseorang atau terfiksasi pada tahap perkembangan awal.

  Interpersonal

Sullivan (1953) melengkapi respon ansietas untuk kesukaran dalam hubungan interpersonal

yang berasal dari hubungan awal Ibu-anak. Anak tidak menerima mutlak kebutuhanya akan

kasih sayang dan pemeliharaan.

  Sosiokultural

Horney (1939) menyatakan kelainan ansietas dipengaruhi oleh suatu kontra diksi yang

banyak terjadi dalam masyarakat yang mengkontribusi perasaan tidak aman atau

ketidakberdayaan.

Faktor predisposisi

Berbagai teori yang dikembangkan untuk menjelaskan asal ansietas :

  Dalam pandangan psikoanalitik ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua

element kepribadian---id dan super ego. Id mewakili dororngan insting dan impuls primitif

seseorang, sedang super ego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh

noma-norma budaya seseorang

Page 21: Asuhan Keperawatan Pada Klien Jiwa Dengan Kecemasan Hospitalisasi (1)

  Menurut pandangan interpersonal ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya

penerimaan dan penolakan interpersonal. Ansietas juga berhubungan dengan perkembangan

trauma , seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kelemahan yang spesifik

  Menurut pandangan perilaku  ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatau yang

menggangu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pakar perilaku

lain menggangap ansietas sebagai suatu dorongan untuk belajar berdasarkan keinginan dari

dalam untuk menghindari kepedihan.

  Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang biasa ditemui

dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan ansietas dan antara gangguan

ansietas dengan depresi.

  Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk

benzodiazepines. Reseptor ini mungkin membantu mengatur ansietas. Penghambatan asam

aminobutirik-gamma neroreulator (GABA) juga mungkin memainkan peran utama dalam

mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas, sebagai mana halnya dengan endorfin.

Faktor yang berhubungan

  Terpapar racun

  Konflik yang tidak disadari mengenai nilai hidup/tujuan hidup

  Berhubungan dengan herediter

  Kebutuhan yang tidak terpenuhi

  Transmisi inter personal

  Krisis situasional/maturasi

  Ancaman kematian

  Ancaman terhadap konsep diri

  Stress

  Substans abuse

  Perubahan dalam status peran, status kesehatan, pola interaksi, fungsi peran, lingkungan,

status ekonomi

3.      Akibat

  Pola nafas inefektif

  Kerusakan komunikasi verbal

  Resiko terhadap cedera

  Perubahan nutrisi

  Ketidak berdayaan

  Ketakutan

Page 22: Asuhan Keperawatan Pada Klien Jiwa Dengan Kecemasan Hospitalisasi (1)

  Perubahan proses fakir

  Isolasi sosial

  Gangguan pola tidur

  Gangguan harga diri

  Respon pasca trauma

  Kerusakan interaksi sosial

4.      Janis Ansietas

  Ansietas ringan

Berhubungan dengan ketengangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang

menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Ansietas dapat memotivasi belajar

dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas

  Ansietas sedang

Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan

yang lain. Sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan

sesuatau yang lebih terarah.

  Ansietas berat

Ansietas berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk

memusatkan pada sesuatau yang terinci spesifik dan tidak dapat berfikir tentang hal lain.

Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak

pengarahan untuk dapat memusatkan pada satu area lain.

  Tingkat panik dari Ansietas

Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror. Rincian terpecah dari proporsinya.

Karena mengalami kehilangan kendali, orang yang mengalami panik tidak mampu

melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Karena panik melibatkan disorganisasi

keperibadian. Dengan panik terjadi peningkatan aktivitas motorik, menurunya lemampuan

untuk berhubungan dengan orang lain,persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran

yang rasional. Tingkat ansieta ini tidak sejalan dengan kehidupan, dan jika berlangsung lama,

dapat terjadi kelelahan yang sangat bahkan kematian.

5.      Tanda dan gejala

Perilaku:

  Subyektif        :

         Klien mengatakan susah tidur

Page 23: Asuhan Keperawatan Pada Klien Jiwa Dengan Kecemasan Hospitalisasi (1)

         Klien menyatakankan resah

         Klien mengatakan banyak pikiran

  Obyektif          :

         Penurunan produktifitas

         Kewaspadaan dan menatap

         Kontak mata buruk

         Gelisah

         Pandangan sekilas

         Pergerakan yang tidak bermakna (jalan menyeret, geraktangan dan kaki)

         Ekspresi yang mendalam terhadap perubahan hidup

Afektif :

  Subyektif        :

         Klien menyatakan rasa penyesalan

         Klien mengatakan takut pada sesuatu

         Klien bengatakan tidak mempu melakukan sesuatu

  Obyektif          :

         Iritabel

         Kesedihan yang mendalam

         Ketakutan

         Gugup

         Mudah tersinggung

         Nyeri hebat, persisten bertambah

         Rasa tidak menentu

         Kewaspadaan meningkat

         Fokus pada diri sendiri

         Perasaan tidak mampu

         Distress

         Khawatir

         Cemas

Fisiologi:

  Subyektif        :

         -

  Obyektif          :

         Suara gemetar

Page 24: Asuhan Keperawatan Pada Klien Jiwa Dengan Kecemasan Hospitalisasi (1)

         Gemetar, tangan tremor

         Goyah

         Peningkatan respirasi (simpatis)

         Keinginan berkemih (parasimpatis)

         Ganguan tidur (parasimpatis)

         Nyeri abdomen (parasimpatis)

         Peningkatan nadi (simpatis)

         Peningkatan reflek (simpatis)

         Dilatasi pupil (simpatis)

         Perasaan tingling pada ekstermitas (parasimpatis)

         Peningkatan aktivitas kardiovaskuler (simpatis)

         Peningkatan keringat

         Wajah tegang

         Anoreksia (simpatis)

         Jantung berdetak kuat (simpatis)

         Diare (parasimpatis)

         Keraguan dalam berkemih (parasimpatis)

         Kelelahan (parasimpatis)

         Mulut kering (simpatis)

         Kelemahan (simpatis)

         Pulsasi menurun (parasimpatis)

         Wajah memerah (simpatis)

         Vasokonstriksi superfisial (simpatis)

         Gugup (simpatis)

         Penurunan tekanan darah (parasimpatis)

         Mual (parasimpatis)

         Sering berkemih (parasimpatis)

         Pusing (parasimpatis)

         Kesulitan bernafas (simpatis)

         Peningkatan tekanan darah (simpatis)

Kognitif:

  Subyektif        :

         Klien menyatakan bingung

         Klien sering mengatak lupa

Page 25: Asuhan Keperawatan Pada Klien Jiwa Dengan Kecemasan Hospitalisasi (1)

         Klien sering menanyakan pertanyaan yang sama

  Obyektif          :

         Bloking

         Keasikan

         Merenung

         Kerusakan perhatian

         Penurunan lapang persepsi

         Ketakutan terhadap hal yang tidak jelas

         Kecenderungan untuk menyalahkan orang lain

         Sulit berkonsentrasi

         Penurunan kemampuan belajar, menyelasaikan masalah

         Gejala kewaspadaan fisiologis

6.      Masalah keperawatan menurut Stuart and Sunden (1998)

a.       Anxietas

b.      Isolasi sosial : menarik diri

c.       Koping individu tidak efektif

d.      Tidak efektifnya koping keluarga

e.       Harga diri rendah : Gangguan konsep diri.

f.       Perilaku kekerasan

g.      Tidak efektifnya pelaksanaana regimen terapeutik

7.      Pohon masalah

8.      Diagnosa keperawatan

a.       Anxietas berhubungan dengan Koping individu tidak efektif

b.      Anxietas berhubungan dengan Tidak efektifnya koping keluarga

c.       Resiko gangguan pesepsi sensorik dan audiotori : Halusinasi berhubungan dengan Ansietas

d.      Resiko gangguan isi fikir : Waham berhubungan dengan Anxietas 

9.      Rencana keperawatan

Diagnosa Perencanaan Intervensi

Keperawatan Tujuan (Umum dan

Khusus)

Berhubungan dengan TUM : 1.      jadilah pendengar yang hangat dan

Page 26: Asuhan Keperawatan Pada Klien Jiwa Dengan Kecemasan Hospitalisasi (1)

ansietas sedang TUK 1

Klien dapat menjalin dan

membina hubungan saling

percaya

responsif

2.      beri waktu yang cukup pada klien

untuk berespon

3.      beri dukungan pada klien untuk

mengekspresikan perasaannya

4.      identifikasi pola prilaku klien atau

pendekatan yang dapat menimbulkan

perasaan negatif

5.      bersama klien mengenali perilaku

dan respon sehingga cepat belajar dan

berkembang

TUK 2

Klien dapat mengenal

ansietasnya

1.      bantu klien untuk mengidentifikasi

dan menguraikan perasaannya

2.      hubungkan perilaku dan perasaannya

3.      validasi kesimpulan dan asumsi

terhadap klien

4.      gunakan pertanyaan terbuka untuk

mengalihkan dari topik yang

mengancam ke hal yang berkaitan

dengan konflik

5.      gunakan konsultasi

TUK 3

Klien dapat memperluas

kesadarannya terhadap

perkembangan ansietas

1.      bantu klien mernjelaskan situasi dan

interaksi yang dapat segera

menimbulkan ansietas

2.      bersama klien meninjau kembali

penilaian klien terhadap stressor yang

dirasakan mengancam dan

menimbulkan konflik

3.      kaitkan pengalaman yang baru

terjadi dengan pengalaman masa lalu

Page 27: Asuhan Keperawatan Pada Klien Jiwa Dengan Kecemasan Hospitalisasi (1)

yang relevan

TUK 4

Klien dapat menggunakan

mekanisme koping yang

adaptif

1.      gali cara klien mengurangi ansietas

di masa lalu

2.      tunjukkan akibat mal adaptif dan

destruktif dari respons koping yang

digunakan

3.      dorong klien untuk menggunakan

respons koping adaptif yang

dimilikinya

4.      bantu klien untuk menyusun kembali

tujuan hidup, memodifikasi tujuan,

menggunakan sumber dan

menggunakan koping yang baru

5.      latih klien dengan menggunakan

ansietas sedang

6.      beri aktivitas fisik untuk

menyalurkan energinya

7.      libatkan pihak yang berkepentingan

sebagai sumber dan dukungan sosial

dalam membantu klien menggunakan

koping adaptif yang baru

TUK 5

Klien dapat menggunakan

teknik relaksasi

1. ajarkan klien teknik relaksasi

untuk meningkatkan kontrol

dan rasa percaya diri

2. dorong klien untuk

menggunakan relaksasi dalam

menurunkan tingkat ansietas

C.    DAFTAR PUSTAKA

Page 28: Asuhan Keperawatan Pada Klien Jiwa Dengan Kecemasan Hospitalisasi (1)

Carpenito, L.J., !998. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 6. Alih Bahasa : Yasmin Asih.

Editor Monica Aster, Jakarta : EGC.

Keliat, Budi Anna. 1998. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Editor Yasmin Asih, Jakarta : EGC

------------------,2000. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Editor Yasmin Asih, Jakarta : EGC.

Townsend, M. C., 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri. Edisi 3.

Alih Bahas Novi Helena. Rditor Monica Ester, Jakarta : EGC.

Rasmun, 2001, Kepwrawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan Keluarga.  Edisi

Pertama, Jakarta : CV, Sagung Seto.

Struart, G.W., S undeen, S.J., 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3, Jakarta

Page 29: Asuhan Keperawatan Pada Klien Jiwa Dengan Kecemasan Hospitalisasi (1)

Askep pada Klien Hospitalisasi

BAB I

PENDAHULUAN

    A.    Latar Belakang

Hospitalisasi merupakan perawatan yang dilakukan dirumah sakit dan dapat

menimbulkan trauma dan stress pada klien yang baru mengalami rawat inap dirumah sakit.

Hospitalisasi dapat diartikan juga sebagai suatu keadaan yang memaksa seseorang harus

menjalani rawat inap di rumah sakit untuk menjalani pengobatan maupun terapi yang

dikarenakan klien tersebut mengalami sakit. Pengalaman hospitalisasi dapat mengganggu

psikologi seseorang terlebih bila seseorang tersebut tidak dapat beradaptasi dengan

lingkungan barunya di rumah sakit. Pengalaman hospitalisasi yang dialami klien selama

rawat inap tersebut tidak hanya mengganggu psikologi klien, tetapi juga akan sangat

berpengaruh pada psikososial klien dalam berinteraksi terutama pada pihak rumah sakit

termasuk pada perawat.

Masalah yang dapat ditimbulkan dari hospitalisasi biasanya berupa cemas, rasa

kehilangan, dan takut akan tindakan yang dilakukan oleh pihak rumah sakit, jika masalah

tersebut tidak diatasi maka akan mempengaruhi perkembangan psikososial, terutama pada

anak-anak. Masalah tersebut akan berpengaruh pada pelayanan keperawatan yang akan

diberikan, karena yang mengalami masalah psikososial akibar hospitalisasi cenderung tidak

Page 30: Asuhan Keperawatan Pada Klien Jiwa Dengan Kecemasan Hospitalisasi (1)

dapat beradaptasi dengan lingkungan di rumah sakit. Hal ini tentu saja akan menyebabkan

terganggunya interaksi baik dari perawat maupun tim medis lain di rumas sakit.

Untuk mencegah supaya masalah hospitalisasi teratasi maka peran perawat adalah tetap

memberikan dukungan (support) dan dorongan kepada klien yang efektif agar tidak terjadi

hal-hal yang tidak diinginkan dan tetap menjaga kepercayaan klien agar klien tidak merasa

takut akan tindakan yang akan dilakukan oleh perawat. Selain itu perawat juga berperan

sebagai promotif yang memberikan pandangan pada keluarga agar selalu setia mendampingi

dan memberi perhatian lebih pada klien yang sedang menjalani perawatan di rumah sakit. Hal

ini menjadi salah satu pendukung karena kehadiran orang terdekat dapat mengurangi rasa

cemas maupun jenuh selama klien mengalami perawatan.

    B.     Tujuan Penulisan

1.    Tujuan Umum

Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah agar mahasiswa mampu mengetahui asuhan

keperawatan pada klien yang mengalami hospitalisasi

2.    Tujuan Khusus

a.       Menjelaskan konsep dasar hospitalisasi

b.      Mengidentifikasi asuhan keperawatan pada klien hospitalisasi secara teoritis

     C.     Ruang lingkup penulisan

Ruang lingkup dari penulisan makalah ini, yaitu asuhan keperawatan pada klien dengan

hospitalisasi yang mencakup konsep dasar dan asuhan keperawatan hospitalisasi secara

teoritis

     D.    Metode Penulisan

Page 31: Asuhan Keperawatan Pada Klien Jiwa Dengan Kecemasan Hospitalisasi (1)

Metode penulisan pada makalah ini dengan metode deskriptif dan melalui pengumpulan

literatur dari berbagai sumber. Dalam penyampaian ini kami menggunakan metode presentasi

supaya audient dapat dengan mudah mencerna materi ini

     E.     Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan pada makalah ini yaitu :

Bab I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan, metode penulisan, dan sistematika

Penulisan.

Bab II : Tinjauan Teoritis tentang konsep dasar hospitalisasi, dan asuhan keperawatan pada klien

dengan hospitalisasi secara teoritis .

BAB III : Penutup terdiri dari Kesimpulan dan Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

     A.    Konsep Dasar Hospitalisasi

1.      Pengertian

Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang berencana atau

darurat, mengharuskan klien untuk tinggal dirumah sakit, menjalani terapi dan perawatan

sampai pemulangannya kembali kerumah. Selama proses tersebut anak dan orang tua dapat

mengalami berbagai kejadian yang menurut beberapa penelitian ditunjukkan dengan

pengalaman yang sangat traumatic dan penuh dengan stress, ( Supartini, 2004 hal : 188 ).

Page 32: Asuhan Keperawatan Pada Klien Jiwa Dengan Kecemasan Hospitalisasi (1)

Hospitalisasi merupakan pengalaman yang penuh tekanan, utamanya karena perpisahan

dengan lingkungan normal dimana orang lain berarti, seleksi perilaku koping terbatas, dan

perubahan status kesehatan ( Potter & Perry, 2005, hal : 665 )

Berbagai perasaan yang sering muncul pada anak, yaitu : cemas, marah, sedih, takut, dan

rasa bersalah ( Wong, 2000, dalam Supartini, 2004, hal : 188 ). Perasaan tersebut dapat

timbul karena menghadapi sesuatu yang baru dan belum pernah dialami sebelumnya, rasa

tidak aman dan tidak nyaman, perasaan kehilangan sesuatu yang biasa dialaminya dan

sesuatu yang dirasakan menyakitkan. Tidak hanya anak, orang tua juga mengalami hal yang

sama. (Supartini, 2004 hal : 188 ).

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang tua mengalami kecemasan yang tinggi

saat perawatan anaknya dirumah sakit walaupun beberapa orang tua juga dilaporkan tidak

mengalami karena perawatan anak dirasakan dapat mengatasi permasalahannya (Hallstrom

dan Ellander, 1997. Brewis, E. 1995, dalam Supartini 2004: 188 ).

Apabila anak stress selama dalam perawatan, orang tua menjadi stress pula, dan stress

orang tua akan membuat tingkat stress anak semakin meningkat ( Supartini, 2004 hal : 188 ).

Anak adalah bagian dari kehidupan orang tuanya sehingga apabila ada pengalaman yang

mengganggu kehidupannya maka orang tua pun merasa sangat stress ( Brewis ,1995, dalam

Supartini hal : 188 ).

Proses hospitalisasi dapat menimbulkan trauma atau dukungan, bergantung pada institusi,

sikap keluarga dan teman, respon staf, dan jenis penerimaan masuk rumah sakit. ( Stuart,

2007, hal :102 )

Jadi, dapat disimpulkan bahwa hospitalisasi ini merupakan perawatan yang dilakukan

selama dirumah sakit dimana terdapat rasa penekanan akan sesuatu yang baru dan belum bisa

menerima keadaan dan hospitalisasi juga dapat menimbulkan rasa tidak nyaman serta stress

yang bisa dialami oleh klien maupun keluarga.

2.      Macam – macam hospitalisasi

Macam-macam hospitalisasi adalah menurut Lyndon (1995, dikutip oleh Supartini 2004,

hal 189),, Sebagai berikut :

a.       Hospitalisasi Informal

Perawatan dan pemulangan dapat diminta secara lisan, dan pasien dapat meninggalkan

tempat pada tiap waktu, bahkan jika menentang dengan nasehat medis. Sebagian besar pasien

medis dan bedah dirawat secara informal.

Page 33: Asuhan Keperawatan Pada Klien Jiwa Dengan Kecemasan Hospitalisasi (1)

b.      Hospitalisasi Volunter

Hospitalisasi volunter memerlukan permintaan tertulis untuk perawatan dan untuk

pemulangan. Setelah pasien meminta pulang, dokter dapat mengubah hospitalisasi volunter

menjadi hospitalisasi involuter.

c.       Hospitalisasi Involunter

Hospitalisasi Involunter adalah sangat membatasi otonomi dan hak pasien. Keadaan ini tidak

memerlukan persetujuan pasien dan seringkali digunakan untuk pasien yang berbahaya bagi

dirinya sendiri dan orag lain. Hospitalisasi Involunter memerlukan pengesahan (sertifikasi)

oleh sekurang-kurangya dua dokter; pengesahan dapat berlaku sampai 60 hari dan dapat

diperbaharui. Keadaan ini mungkin diminta oleh pegadilan sebagai jawaban atas permohonan

dari rumah sakit atau anggota keluarga.

d.      Hospitalisasi Gawat Darurat

Hospitalisasi Gawat Darurat (sementara atau persetujuan satu orang dokter) adalah bentuk

yang mirip dengan komitmen involunter yang memrluka pengesahan atau sertifikasi hanya

oleh satu orang dokter; pengesahan berlaku selama 15 hari. Pasien harus diperiksa oleh

dokter kedua dalam 48 jam untuk menegakkan perluya perawatan gawat darurat. Setelah 15

hari, pasien harus dipulangkan, diubah menjadi status involunter, atau diubah menjadi status

volunter.

3.      Rentang Respon hospitalisasi

Menurut Supartini ( 2004, hal : 189 ), berbagai macam perilaku yang dapat ditunjukkan

klien dan keluarga sebagai respon terhadap perawatannya dirumah sakit, sebagai berikut :

a.       Reaksi anak terhadap hospitalisasi

Setelah dikemukan diatas, anak akan menunjukkan berbagai perilaku sebagai reaksi terhadap

pengalaman hospitalisasi. Reaksi tersebut bersifat individual, dan sangat bergantung pada

tahapan usia perkembangan anak, pengalaman sebelumnya terhadap sakit, system pendukung

yang tersedia, dan kemampuan koping yang dimilkinya, pada umumnya, reaksi anak terhadap

sakit adalah kecemasan karena perpisahan, kehilangan, perlukaan tubuh, dan rasa nyeri.

Berikut ini reaksi anak terhadap hospitalisai sesuai dengan tahapan perkambangannya .

1)      Masa bayi ( 0 – 1 tahun )

Page 34: Asuhan Keperawatan Pada Klien Jiwa Dengan Kecemasan Hospitalisasi (1)

Masalah utama terjadi adalah karena dampak dari perpisahan dengan orang tua sehingga

ada gangguan pembentukkan rasa percaya dan kasih sayang. Pada anak usia lebih dari 6

bulan terjadi stranger anxiety atau cemas atau cemas apabila berhadapan dengan orang yang

tidak dikenalnya dan cemas karena perpisahan. Reaksi yang sering muncul pada anak ini

adalah menangis, marah, dan banyak melakukan gerakan sebagai sikap stranger anxiety.

2)      Masa todler ( 2-3 tahun )

Anak usia todler bereaksi terhadap hospitalisasi sesuai dengan sumber stresnya.

Sumber stress yang utama adalah cemas akibat perpisahan. Respon perilakunya sesuai

dengan tahapannya :

a)      Tahap protes, perilaku yang ditunjukkan adalah menangis kuat, menjerit memanggil orang

tuanya dan menolak perhatian yang diberikan oleh orang lain.

b)      Tahap putus asa, perilaku yang ditunjukan adalah menagis berkurang, anak tidak aktif,

kurang menunjukan minat untuk bermain dan makan, sedih, dan apatis

c)      Tahap pengingkaran, perilaku yang ditunjukan adalah secara samar mulai menerima

perpisahan, membina hubungan secara dangkal, dan anak mulai terlihat menyukai

lingkungannya.

3)      Masa prasekolah ( 3-6 tahun )

Perawatan anak dirumah sakit memaksa anak untuk berpisah dari lingkungan yang

dirasakannya aman, penuh kasih sayang, dan menyenangkan, yaitu lingkungan rumah,

permainan, dan teman sepermainannya. Reaksi terhadap perpisahan yang ditunjukan anak

usia prasekolah adalah dengan menolak makan, sering bertanya, menangis walaupun secara

perlahan, dan tidak kooperatif terhadap tenaga kesehatan, perawatan dirumah sakit

mengakibatkan anak kehilangan control terhadap dirinya

4)      Masa sekolah (6-12 tahun )

Perawatan dirumah sakit memaksa anak untuk berpisah dengan lingkungan yang

dicintainya, yaitu keluarga dan terutama pada kelompok sosialnya yang dapat menimbulkan

kecemasan. Kehilangan control juga terjadi akibat dirawat dirumah sakit karena adanya

pembatasan aktivitas. Kehilangan control tersebut berdampak pada perubahan peran dalam

keluarga, anak kehilangan kelompok sosialnya karena ia biasa melakukan kegiatan bermain

atau pergaulan social, perasaan takut mati, dan adanya kelemahan fisik.

5)      Masa remaja (12 – 18 tahun )

Perawatan dirumah sakit menyebabkan timbulnya rasa cemas karena harus

berpisah dengan teman sebayanya. Telah diuraikan pada kegiatan belajar sebelumnya bahwa

anak remaja begitu percaya dan sering kali terpengaruh oleh kelompok sebayanya (geng).

Page 35: Asuhan Keperawatan Pada Klien Jiwa Dengan Kecemasan Hospitalisasi (1)

Apabila harus dirawat dirumah sakit anak akan merasa kehilangan dan timbul perasaan cemas

karena perpisahan tersebut. Pembatasan aktivitas dirumah sakit membuat anak kehilangan

control terhadap dirinya dan bergantung pada keluarga atau petugas kesehatan dirumah sakit.

Reaksi yang sering muncul pada terhadap pembatasan aktivitas ini adalah menolak perawatan

atau tindakan yang dilakukan padanya atau anak tidak mau kooperatif dengan petugas

kesehatan atau menarik diri dari keluarga, sesama pasien dan petugas kesehatan ( isolasi ).

b.      Reaksi keluarga terhadap hospitalisasi

Reaksi yang terjadi akibat pasien yang dirumah sakit adalah sebagai berikut :

1)      Perasaan cemas dan takut

a)      Rasa cemas paling tinggi dirasakan keluarga pada saat menunggu informasi tentang

diagnosis penyakit pasien (Supartini, 2000 dikutip oleh Supartini 2004 hal. 193)

b)      Rasa takut muncul pada keluarga terutama akibat takut kehilangan pasien pada kondisi

sakit yang terminal (Brewis, 1995 dikutip oleh Supartini 2004 hal. 193).

c)      Perilaku yang sering ditunjukan keluarga berkaitan dengan adanya perasaan cemas dan

takut ini adalah : sering bertanya atau bertanya tentang hal sama berulang-ulang pada orang

yang berbeda, gelisah, ekspresi wajah tegang dan bahkan marah (Supartini, 2000 dikutip oleh

Supartini 2004 hal. 193)

2)      Perasaan sedih

Perasaan sedih yang dialami keluarga menurut Supartini (2000, dikutip oleh Supartini,

2004 hal.193), adalah sebagai berikut :

a)      Perasaan ini muncul terutama pada saat pasien dalam kondisi terminal dan keluarga

mengetahui bahwa tidak ada lagi harapan bagi pasien untuk sembuh.

b)      Pada kondisi ini keluarga menunjukkan perilaku isolasi atau tidak mau didekati orang lain,

bahkan bisa tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan.

3)      Perasaan frustrasi

Perasaan frustasi yang dirasakan menurut Supartini (2004, hal. 193-194), adalah sebagai

berikut :

a)      Pada kondisi pasien yang telah dirawat cukup lama dan dirasakan tidak mengalami

perubahan serta tidak adekuatnya dukungan psikologis yang diterima keluarga, baik dari

keluarga maupun kerabat lainnya maka keluarga akan merasa putus asa, bahkan frustrasi.

b)      Sering kali keluarga menunjukkan perilaku tidak kooperatif, putus asa, menolak tindakan,

bahkan menginginkan pulang paksa. (Supartini, 2004).

4.      Manfaat hospitalisasi

Page 36: Asuhan Keperawatan Pada Klien Jiwa Dengan Kecemasan Hospitalisasi (1)

Menurut Supartini (2004, hal : 198) manfaat hospitalisasi, sebagai berikut :

a.       Membantu perkembangan keluarga dan pasien dengan cara memberi kesempatan keluarga

mempelajari reaksi pasien terhadap stresor yang dihadapi selama perawatan di Rumah sakit

b.      Hospitalisasi dapat dijadikan media untuk belajar. Untuk itu perawatan dapat memberi

kesempatan pada keluarga untuk belajar tentang penyakit, prosedur, penyembuhan, terapi,

dan perawatan pasien.

c.       Untuk meningkatkan kemampuan kontrol diri dapat dilakukan dengan memberi

kesempatan pada pasien mengambil keputusan, tidak terlalu bergantung pada orang lain dan

percaya diri. Berikan juga penguatan yang positif dengan selalu memberikan pujian atas

kemampuan klien dan keluarga dan dorong terus untuk meningkatkannya

d.      Fasilitasi klien untuk tetap menjaga sosialisasinya dengan sesame klien yang ada, teman

sebaya atau teman sekolah. Berikan kesempatan padanya untuk saling kenal dan membagi

pengalamannya. Demikian juga interaksi dengan petugas kesehatan dan keluarga harus

difasilitasi oleh perawat karena selama dirumah sakit klien dan keluarga mempunyai

kelompok yang baru

5.      Dampak Hospitalisasi

Menurut Asmadi (2008, hal : 36) secara umum hospitaisasi menimbulkan dampak pada

lima aspek,yaitu privasi,gaya hidup,otonomi diri,peran,dan ekonomi.

a.       Privasi

Privasi dapat diartika sebagai refleksi perasaan nyaman pada diri seseorang dan bersifat

pribadi. Bisa dikatakan,privasi adalah suatu hal yang sifatnya pribadi. Sewaktu dirawat di

rumah sakit klien kehilangan sebagian privasinya.

b.      Gaya Hidup

Klien yang dirawat di rumah sakit seringkali mengalami perubahan pola gaya hidup. Hal ini

disebabkan oleh perubahan situasi antara rumah sakit dan rumah tempat tinggal klien. Juga

oleh perubahan kondisi kesehatan klien. Aktifitas hidup yang klien jalani sewaktu sehat tentu

berbeda aktifitas yang dijalaninya di rumah sakit. Apalagi jika yang dirawat adalah seorang

pejabat.

c.       Otonomi

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya,individu yang sakit dan dirawat di rumah sakit

berada dalam posisi ketergantungan. Artinya ia akan “pasrah” terhadap tindakan apa

pun,yang dilakukan oleh petugas kesehatan demi mencapai keadaan sehat. Ini menunjukkan

bahwa klien yang dirawat di rumah sakit,akan mengalami peruahan otonomi.

Page 37: Asuhan Keperawatan Pada Klien Jiwa Dengan Kecemasan Hospitalisasi (1)

d.      Peran

Peran dapat diartikan sebagai seperangkat perilaku yang diharapkan oleh individu sesuai

dengan status sosialnya. Jika ia seorang perawat,peran yang diharapkannya adalah peran

sebagai perawat,bukan sebagai dokter. Perubahan terjadi akibat hospitalisasi ini tidak hanya

berpengaruh pada individu,tetapi juga pada keluarga. Perubahan yang terjadi antara lain :

1)      Perubahan peran

Jika salah seorang anggota keluarga sakit,akan terjadi perubahan peran dalam keluarga.

2)      Maslah keuangan

Keuangan keluarga akan terpengaruh oleh hospitalisasi,keuangan yang sedianya ditujukan

untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga akhirnya digunakan untuk keperluan klien yang

dirawat.

3)      Kesepian

Suasana rumah akan berubah jika ada salah seorang anggota keluarga dirawat. Keseharian

keluarga yang biasanya dihiasi dengan keceriaan,kegembiraan,dan senda gurau,anggotanya

tiba-tiba diliputi oleh kesedihan.

4)      Perubahan kebiasaan sosial

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat. Karenanya, keluarga pun mempunyai

kebiasaan dalam lingkup sosialnya. Sewaktu sehat, keluarga mampu berperan serta dalam

kegiatan sosial. Akan tetapi, saat salah seorang anggota keluarga sakit, keterlibatan keluarga

dalam aktivitas sosial dimasyarakat pun mengalami perubahan.

6.      Mengatasi dampak hospitalisasi

Menurut Supartini (2004, hal. 196), cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi dampak

hospitalisasi adalah sebagai berikut :

a.       Upaya meminimalkan stresor :

Upaya meminimalkan stresor dapat dilakukan dengan cara mencegah atau mengurangi

dampak perpisahan, mencegah perasaan kehilangan kontrol dan mengurangi/ meminimalkan

rasa takut terhadap pelukaan tubuh dan rasa nyeri

b.      Untuk mencegah/meminimalkan dampak perpisahan dapat dilakukan dengan cara :

1)      Melibatkan keluarga berperan aktif dalam merawat pasien dengan cara membolehkan

mereka tinggal bersama pasien selama 24 jam (rooming in).

2)      Jika tidak mungkin untuk rooming in, beri kesempatan keluarga untuk melihat pasien setiap

saat dengan maksud mempertahankan kontak antar mereka.

Page 38: Asuhan Keperawatan Pada Klien Jiwa Dengan Kecemasan Hospitalisasi (1)

3)      Modifikasi ruangan perawatan dengan cara membuat situasi ruangan rawat perawatan

seperti di rumah dengan cara membuat dekorasi ruangan.

    B.     Asuhan Keperawatan Teoritis Klien Dengan Hospitalisasi

1.      Pengkajian

a.       Pada pengkajian biodata atau identitas klien dapat kita kaji meliputi: Nama, Umur, Jenis

kelamin (L/P), Nomor CM, Ruang rawat, Tanggal masuk MRS.

b.      Penanggung Jawab klien meliputi: Orag tua, Wali, atau,Orang lain

c.       Faktor predisposisi

1)      Tanyakan riwayat penyakit masa lalu klien yang pernah diderita dan trauma yang pernah

dialami seperti aniaya fisik, aniaya sexual, penolakan, kekerasan dalam keluarga, tindakan

kriminal, dan lain-lain, sehingga menyebabkan dia harus masuk rumah sakit atau hospitalisasi

dan juga tanyakan pengobatan seperti apa yang pernah dilakukan klien.

2)      Kemudian tanyakan pada klien apakah didalam anggota keluarganya ada yang mengalami

gangguan jiwa.

3)      Kaji juga pengalaman yang tidak menyenangkan yang pernah dialami oleh klien.

d.      Pemeriksaan fisik

1)      Tanda Vital meliputi: tekanan darah, nadi, suhu, dan respirasi.

2)      Ukur berat badan dan tinggi badan.

3)      Perkembangan

Bertujuan untuk mengidentifikasikan tingkat perkembangan saat ini dan keterampilan yang

dicapai

e.       Observasi respon terhadap hospitalisasi

Bertujuan untuk mengidentifikasikan perilaku koping saat ini dan intesitas mereka.

f.       Riwayat penyakit, hospitalisasi dan perpisahan sebelumnya.

Bertujuan untuk mengidentifikasikan pola koping sebelumnya dan pengaruh koping tersebut.

g.      Riwayat pengobatan

Bertujuan untuk mengidentifikasikan keseriusan masalah dan pengaruhnya pada

perkembangan kemampuan.

h.      Persepsi tentang penyakit.

Bertujuan untuk mengidentifikasikan pemahaman pasien saat ini tentang penyakit dan alasan

hospitalisasi.

i.        Sistem pendukung yang tersedia

Page 39: Asuhan Keperawatan Pada Klien Jiwa Dengan Kecemasan Hospitalisasi (1)

Bertujuan untuk mengidentifikasikan tersedianya dan kesediaan keluarga untuk berpartisipasi

dalam perawatan dan pemberian dukungan.

j.        Koping keluarga

Bertujuan untuk menggambarkan kemampuan keluarga apakah memperlihatkan perilaku

distruktif yang jelas atau terselubung atau juga menunjukkan adaptasi merusak terhadap

stressor.

k.      Ketakutan, kecemasan dan kesedihan keluarga

Bertujuan untuk mengidentifikasikan apakah keluarga mengalami suatu perasaan gangguan

fisiologis ataupun emosional yang berhubungan dengan suatu sumber yang dapat

diidentifikasi yang dirasakan membahayakan pasien saat dirawat dihospitalisasi.

2.      Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang dapat diangkat berdasarkan Perry & Potter (2002,

hal. 670), adalah sebagai berikut :

a.       Ketakutan berhubungan dengan lingkungan rumah sakit yang menakutkan dan perpisahan

dengan keluarga.

b.      Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan sistem pendukung yang tidak

adekuat

Sedangkan diganosa keperawatan yang dapat diangkat menurut Lynda Juall Carpenito

(1998, hal. 9-14 & hal. 112-114), adalah sebagai berikut :

a.       Ansietas berhubungan dengan kehilangan orang terdekat aktual atau yang dirasakan

sekunder terhadap; perpisahan sementara.

b.      Kurang aktivitas berhubungan dengan perawatan dirumah sakit dalam waktu lama.

3.      Rencana Keperawatan

Rencana asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa Perry & Potter (2002, hal.

670), adalah sebagai berikut :

a.       Ketakutan berhubungan dengan lingkungan rumah sakit yang menakutkan dan perpisahan

dengan keluarga.

1)      Tujuan :

Pasien akan mengatasi secara efektif rasa takut yang dihubungkan dengan hospitalisasi.

2)      Kriteria Hasil :

Page 40: Asuhan Keperawatan Pada Klien Jiwa Dengan Kecemasan Hospitalisasi (1)

a)      Salah satu dari keluarga tetap tinggal bersama pasien

b)      Keluarga ikut berpartisipasi dalam pemberian makan, kebersihan dan kegiatan pasien

sehari-hari.

3)      Intervensi & Rasional :

a)      Beri dorongan kepada keluarga untuk menetap kedalam ruangan dengan pasien atau

meminta anggota keluarga lain untuk bersama pasien.

Rasional : Keluarga dapat memberikan rasa aman dan mencegah dari perkembangan dari

ketidakpercayaan.

b)      Tanyakan kepada keluarga bagaimana mereka berharap untuk berpartisipasi dalam

perawatan pasien

Rasional : Untuk mengurangi kecemasan dan ketakutan keluarga maupun pasien

c)      Orientasikan keluarga pada divisi, suplai dan lingkungan keperawatan

Rasional : Lingkungan yang asing akan mengancam kepercayaan keluarga dan menimbulkan

kelemahan terhadap layanan keperawatan yang diberikan.

b.      Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan sistem pendukung yang tidak

adekuat.

1)      Tujuan dan Kriteria Hasil :

a)      Mengidentifikasikan respons-respons yang membahayakan atau mengabaikan

b)      Mengungkapkan kebutuhan akan bantuan dalam mengatasi situasi

c)      Menghubungi sumber-sumber komunitas yang tersedia.

2)      Intervensi & Rasional :

a)      Terima perilaku agresif

Rasional : Perilaku awal yang nyaman memberikan rasa aman

b)      Jelaskan kepada keluarga bahwa perilaku ini normal

Rasional : Penjelasan akan membuat keluarga tahu bahwa ini adalah perilaku koping

c)      Berikan kesempatan kepada pasien untuk keluar menghilangkan rasa takut dan

perasaannya.

Rasional : Media ini merupakan cara pasien untuk mengekspresikan perasaan dari dalam.

Sedangkan rencana asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa Lynda Juall Carpenito

(1998, hal. 9-14 & hal.112 -114), adalah sebagai berikut :

a.       Ansietas berhubungan dengan kehilangan orang terdekat aktual atau yang dirasakan

sekunder terhadap; perpisahan sementara.

Page 41: Asuhan Keperawatan Pada Klien Jiwa Dengan Kecemasan Hospitalisasi (1)

1)      Tujuan dan Kriteria Hasil

a)      Menggambarkan ansietas dan pola kopingnya

b)      Menghubungkan peningkatan psikologi dan kenyamanan fisiologis

c)      Menggunakan mekanisme koping yang efektif dalam menangani ansietas, seperti yang

ditunjukkan.

2)      Intervensi dan Rasional

a)      Kaji ansietas : ringan, sedang, berat, panik

b)      Memberikan kenyamanan dan ketentraman hati

c)      Singkirkan stimulasi yang berlebihan, batasi kontak dengan orang lain atau keluarga yang

juga mengalami cemas

d)     Bantu klien yang sedang marah: identifikasi adanya marah.

e)      Bila berkenan, berikan aktivitas yang dapat mengurangi ketegangan.

b.      Kurang aktivitas berhubungan dengan perawatan dirumah sakit dalam waktu lama.

1)      Tujuan dan Kriteria Hasil

a)      Menceritakan perasaan bosan dan mendiskusikan metode tentang cara menemukan

aktivitas yang dapat menghibur

b)      Menceritakan metode koping dengan perasaan marah atau defresi yang disebabkan oleh

kebosanan

c)      Melaporkan adanya suatu peningkatan dalam aktivitas yang menyenangkan

2)      Intervensi dan Rasional

a)      Rangsang motivasi dengan memperlihatkan minat dan mendorong untuk dapat saling

berbagi perasaan-perasaan dan pengalaman-pengalaman

b)      Bantu individu untuk mengatasi perasaan-perasaan marah dan berduka

c)      Libatkan individu dalam merencanakan rutinitas sehari-hari

d)     Rencanakan waktu untuk para pengunjung.

BAB III

PENUTUP

A.    KESIMPULAN

Hospitaliasi merupakan hal yang tidak menyenangkan bagi pasien dan keluarga karena

disana mereka akan berpisah dan perpisahan tersebut dapat menyebabkan adanya

kekhawatiran, kecemasan dan ketakutan dari kedua belah pihak baik itu keluarga maupun

Page 42: Asuhan Keperawatan Pada Klien Jiwa Dengan Kecemasan Hospitalisasi (1)

pasien itu sendiri. Harus diingat juga bahwa apabila pasien stress selama dalam perawatan,

keluarga menjadi stress pula, dan stress keluarga akan membuat tingkat stress pasien semakin

meningkat karena pasien adalah bagian dari kehidupan keluarga nya sehingga apabila ada

pengalaman yang mengganggu kehidupannya, keluarga pun merasa sangat stress. Dengan

demikian, perawatan tidak hanya berfokus pada pasien, tetapi juga pada keluarga.

Apabila perawat sudah memahami dampak dan akibat dari hospitalisasi maka hendaknya

kita sudah mengantisipasi dengan cara memberikan koping yang positif kepada pasien dan

keluarga agar tidak terjadi hal-hal seperti diatas. Dan tidak hanya itu, apabila sudah

mengalami tanda-tanda diatas maka yang seharusnya dilakukan adalah dengan mengatasi

stress, ansietas, ketakutan dan bahkan kesedihan yang dialami pasien dan keluarga.

B.     SARAN

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penyusun mengambil saran dalam rangka

meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan. Saran-saran adalah sebagai berikut :

1.      Untuk Keluarga

Apabila sudah mengetahui dan memahami akibat yang akan dilakukan oleh pasien akibat

hospitalisasi, maka sebagai orang terdekat dengan pasien harus memberikan support dan

dorongan yang efektif kepada pasien agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

2.      Untuk Perawat

Bagi seorang perawat sebaiknya harus memahami dan mengerti baik secara teoritis

maupun praktek tentang hospitalisasi agar dapat menerapkan dan memberikan pelayanan

yang efektif kepada pasien dan keluarga yang mungkin mengalami stress, cemas, takut, sedih

dan bahkan marah

3.      Untuk Rumah Sakit

Bagi rumah sakit hendaknya mendekorasi ruangan rumah sakit dengan seindah mungkin

agar pasien tidak merasa takut dan gelisah berada dirumah sakit serta agar pasien merasa

nyaman berada dirumah sakit sehingga hal yang tidak diinginkan tidak terjadi..

Page 43: Asuhan Keperawatan Pada Klien Jiwa Dengan Kecemasan Hospitalisasi (1)

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi, 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC

Carpenito, Lynda Juall. (1997). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 6. Jakarta: EGC

Perry & Potter.(2002). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4. Jakarta: EGC

Stuart, Gail W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta : EGC.

Supartini, Yupi. (2004). Konsep Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC