Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Irama Jantung

13
Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Irama Jantung Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah I (KMB I) Dosen Pembimbing: Nur Widayati, S.Kep., Ns., MN. NIP PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

description

askep gangguan irama jabtubg (KMB)

Transcript of Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Irama Jantung

Page 1: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Irama Jantung

Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Irama Jantung

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah I (KMB I)

Dosen Pembimbing: Nur Widayati, S.Kep., Ns., MN.

NIP

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2013

Page 2: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Irama Jantung

BAB 1. PENDAHULUAN

Sistem kardiovaskuler mencakup jantung, sirkulasi atau peredaran darah dan

keadaan darah, yang merupakan bagian tubuh yang sangat penting karena merupakan

pengaturan yang menyalurkan O2 serta nutrisi ke seluruh tubuh. Bila salah satu organ

tersebut mengalami gangguan terutama jantung, maka akan mengganggu semua sistem

tubuh.

Istilah disritmia dan aritmia pada dasarnya mempunyai maksud yang sama,

meskipun disritmia diartikan sebagai abnormalitas irama jantung sedangkan aritmia

berate tidak adanya irama. Sekarang lebih banyak digunakan istilah disritmia. Disritmia

merupakan salah satu gangguan dari sistem kardiovaskuler. Disritmia adalah tidak

teraturnya irama jantung. Disritmia disebabkan karena terganggunya mekanisme

pembentukan impuls dan konduksi. Hal ini termasuk terganggunya sistem saraf.

Perubahan ditandai dengan denyut atau irama yang merupakan retensi dalam

pengobatan. Sebab cardiac output dan miokardiac contractility.

Dalam keadaan fisiologis, pembentukan irama jantung bermula pada nodus

sinoatrial (nodus SA) yang terletak pada dinding atrium kanan dekat muara vena kava

superior. Rangsang yang terbentuk keluar dari nodus SA ini kemudian menyebar ke

seluruh dinding atrium dan sampai ke nodus atrioventrikular (nodus AV) yang terletak

di dasar atrium kanan di atas katup tricuspid, tepat disebelah kanan septum interatrial

(dalam dinding atrium terdapat 3 buah jaras penghantar preferensial antara nodus SA

dan nodus AV).

Page 3: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Irama Jantung

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Definisi

Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang sering

terjadi pada infark miokardium. Aritmia adalah perubahan pada frekuensi dan

irama jantung yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis

(Doenges, 1999). Aritmia timbul akibat perubahan elektrofisiologi sel-sel

miokardium. Perubahan elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai perubahan

bentuk potensial aksi yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel (Price, 1994).

Gangguan irama jantung yang paling sering terjadi adalah "serambi jantung

tidak menguncup" atau fibrilasi-bergetar kecil saja dan hanya sekali-sekali saja

kuncup secara normal dimana yang seharusnya pacu jantung SA di serambi kiri

memberikan pacu untuk serambi jantung agar menguncup secara teratur tetapi tidak

berhasil dan seluruh dinding serambi hanya bergetar saja tanpa memompa jantung

alias ngadat, hal akan sangat berbahaya dan beresiko untuk terjadinya stroke.

Walaupun serambi tidak menguncup sempurna karena adanya gangguan irama

tetapi darah masih dapat mengalir lambat ke bilik jantung dan selanjutnya

dipompakan keseluruh tubuh.

1.2 Etiologi

Etiologi aritmia jantung dalam garis besarnya dapat disebabkan oleh :

1. Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan miokard

(miokarditis karena infeksi)

2. Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme arteri koroner),

misalnya iskemia miokard, infark miokard.

3. Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin dan obat-obat anti

aritmia lainnya

4. Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia)

5. Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi kerja

dan irama jantung

6. Ganggguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat.

7. Gangguan metabolik (asidosis, alkalosis)

Page 4: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Irama Jantung

8. Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme)

9. Gangguan irama jantung karena kardiomiopati atau tumor jantung

10. Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis sistem konduksi

jantung).

Faktor-faktor tertentu dapat meningkatkan resiko terkena aritmia jantung atau

kelainan irama jantung. Beberapa faktor tersebut diantaranya adalah:

1. Penyakit Arteri Koroner

Penyempitan arteri jantung, serangan jantung, katup jantung abnormal,

kardiomiopati, dan kerusakan jantung lainnya adalah faktor resiko untuk hampir

semua jenis aritmia jantung.

2. Tekanan Darah Tinggi

Tekanan darah tinggi dapat meningkatkan resiko terkena penyakit arteri koroner.

Hal ini juga menyebabkan dinding ventrikel kiri menjadi kaku dan tebal, yang

dapat mengubah jalur impuls elektrik di jantung.

3. Penyakit Jantung Bawaan

Terlahir dengan kelainan jantung dapat memengaruhi irama jantung.

4. Masalah pada Tiroid

Metabolisme tubuh dipercepat ketika kelenjar tiroid melepaskan hormon tiroid

terlalu banyak. Hal ini dapat menyebabkan denyut jantung menjadi cepat dan

tidak teratur sehingga menyebabkan fibrilasi atrium (atrial fibrillation).

Sebaliknya, metabolisme melambat ketika kelenjar tiroid tidak cukup melepaskan

hormon tiroid, yang dapat menyebabkan bradikardi (bradycardia).

5. Obat dan Suplemen

Obat batuk dan flu serta obat lain yang mengandung pseudoephedrine dapat

berkontribusi pada terjadinya aritmia.

6. Obesitas

Selain menjadi faktor resiko untuk penyakit jantung koroner, obesitas dapat

meningkatkan resiko terkena aritmia jantung.

7. Diabetes

Resiko terkena penyakit jantung koroner dan tekanan darah tinggi akan

meningkat akibat diabetes yang tidak terkontrol. Selain itu, gula darah rendah

(hypoglycemia) juga dapat memicu terjadinya aritmia.

Page 5: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Irama Jantung

8. Obstructive Sleep Apnea

Obstructive sleep apnea disebut juga gangguan pernapasan saat tidur. Napas yang

terganggu, misalnya mengalami henti napas saat tidur dapat memicu aritmia

jantung dan fibrilasi atrium.

9. Ketidakseimbangan Elektrolit

Zat dalam darah seperti kalium, natrium, dan magnesium (disebut elektrolit),

membantu memicu dan mengatur impuls elektrik pada jantung.

Tingkat elektrolit yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat memengaruhi

impuls elektrik pada jantung dan memberikan kontribusi terhadap terjadinya

aritmia jantung.

10. Terlalu Banyak Minum Alkohol

Terlalu banyak minum alkohol dapat memengaruhi impuls elektrik di dalam

jantung serta dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya fibrilasi atrium (atrial

fibrillation).

Penyalahgunaan alkohol kronis dapat menyebabkan jantung berdetak kurang

efektif dan dapat menyebabkan cardiomyopathy (kematian otot jantung).

11. Konsumsi Kafein atau Nikotin

Kafein, nikotin, dan stimulan lain dapat menyebabkan jantung berdetak lebih

cepat dan dapat berkontribusi terhadap resiko aritmia jantung yang lebih serius.

Obat-obatan ilegal, seperti amfetamin dan kokain dapat memengaruhi jantung

dan mengakibatkan beberapa jenis aritmia atau kematian mendadak akibat

fibrilasi ventrikel (ventricular fibrillation).

1.3 Patofisiologi

1. Gangguan pembentukan rangsang

Gangguan ini dapat terjadi secara aktif atau pasif. Bila gangguan rangsang

terbentuk secara aktif di luar urutan yang jaras hantaran normal, seringkali

menimbulkan gangguan irama ektopik, dan bila terbentuk secara pasif sering

menimbulkan escape rhythm (irama pengganti).

Page 6: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Irama Jantung

a) Irama ektopik timbul karena pembentukan rangsang ektopik secara aktif

dan fenomena reentry.

b) Escape beat (denyut pengganti) ditimbulkan bila rangsang normal tidak

atau belum sampai pada waktu tertentu dari irama normal, sehingga bagian

jantung yang belum atau tidak mendapat rangsang itu bekerja secara

otomatis untuk mengeluarkan rangsangan intrisik yang memacu jantung

berkontraksi. Kontraksi inilah yang dikenal sebagai denyut pengganti

(escape beat).

c) Active ectopic firing terjadi pada keadaan dimana terdapat kenaikan

kecepatan automasi pembentukan rangsang pada sebagian otot jantung

yang melebihi keadaan normal, atau mengatasi irama normal.

d) Reentry terjadi bila pada sebagian otot jantung terjadi blockade

indirectional (blockade terhadap rangsang dalam arah antegrad), dimana

rangsang dari arah lain dapat masuk kembali secara retrograde melalui

bagian yang mengalami blockade tadi. Setelah masa refrakternya

dilampaui. Keadaan ini menimbulkan rangsang baru secara ektopik. Bila

reentry terjadi secara cepat dan berulang-ulang atau tidak teratur (pada

beberapa tempat), maka dapat menimbulkan keadaan takikardi ektopik

atau fibrilasi.

Page 7: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Irama Jantung

1.4 Tanda & gejala (Manifestasi Klinis)

Ada beberapa tanda dan gejala Aritmia, yaitu

1. Perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak teratur; defisit

nadi; bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun; kulit pucat,

sianosis, berkeringat; edema; haluaran urin menurun bila curah jantung menurun

berat.

2. Sinkop, pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi, perubahan

pupil.

3. Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat antiangina,

gelisah

4. Nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas

tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi

pernafasan seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena

tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.

5. Demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema (trombosis

siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan

6. Palpitasi

7. Pingsan

8. Rasa tidak nyaman di dada

9. Lemah atau keletihan

10. Detak jantung cepat (tachycardia)

11. Detak jantung lambat (bradycardia)

1.5 Prosedur diagnostic

a. EKG : menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi. Menyatakan

tipe/sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan elektrolit dan obat jantung.

b. Monitor Holter : Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk

menentukan dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila pasien aktif

(di rumah/kerja). Juga dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi pacu

jantung/efek obat antidisritmia.

Page 8: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Irama Jantung

c. Foto dada : Dapat menunjukkanpembesaran bayangan jantung sehubungan

dengan disfungsi ventrikel atau katup

d. Skan pencitraan miokardia : dapat menunjukkan aea iskemik/kerusakan

miokard yang dapat mempengaruhi konduksi normal atau mengganggu

gerakan dinding dan kemampuan pompa.

e. Tes stres latihan : dapat dilakukan utnnuk mendemonstrasikan latihan yang

menyebabkan disritmia.

f. Elektrolit : Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium

dapat mnenyebabkan disritmia.

g. Pemeriksaan obat : Dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya obat

jalanan atau dugaan interaksi obat contoh digitalis, quinidin.

h. Pemeriksaan tiroid : peningkatan atau penururnan kadar tiroid serum dapat

menyebabkan.meningkatkan disritmia.

i. Laju sedimentasi : Penignggian dapat menunukkan proses inflamasi akut

contoh endokarditis sebagai faktor pencetus disritmia.

j. GDA/nadi oksimetri : Hipoksemia dapat menyebabkan/mengeksaserbasi

disritmia.

1.6 Penatalaksanaan medis

1. Terapi medis

Obat-obat antiaritmia dibagi 4 kelas yaitu :

a. Anti aritmia Kelas 1: sodium channel blocker

1) Kelas 1 A

a) Quinidine adalah obat yang digunakan dalam terapi pemeliharaan untuk

mencegah berulangnya atrial fibrilasi atau flutter.

b) Procainamide untuk ventrikel ekstra sistol atrial fibrilasi dan aritmi

yang menyertai anestesi.

c) Dysopiramide untuk SVT akut dan berulang

2) Kelas 1 B

a) Lignocain untuk aritmia ventrikel akibat iskemia miokard, ventrikel

takikardia.

Page 9: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Irama Jantung

b) Mexiletine untuk aritmia entrikel dan VT

3) Kelas 1 C

Flecainide untuk ventrikel ektopik dan takikardi

b. Anti aritmia Kelas 2 (Beta adrenergik blokade)

Atenolol, Metoprolol, Propanolol : indikasi aritmi jantung, angina pektoris

dan hipertensi

c. Anti aritmia kelas 3 (Prolong repolarisation)

Amiodarone, indikasi VT, SVT berulang

d. Anti aritmia kelas 4 (calcium channel blocker)

Verapamil, indikasi supraventrikular aritmia

2. Terapi mekanis

a. Kardioversi : mencakup pemakaian arus listrik untuk menghentikan disritmia

yang memiliki kompleks GRS, biasanya merupakan prosedur elektif.

b. Defibrilasi : kardioversi asinkronis yang digunakan pada keadaan gawat

darurat.

c. Defibrilator kardioverter implantabel : suatu alat untuk mendeteksi dan

mengakhiri episode takikardi ventrikel yang mengancam jiwa atau pada

pasien yang resiko mengalami fibrilasi ventrikel.

d. Terapi pacemaker : alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus listrik

berulang ke otot jantung untuk mengontrol frekuensi jantung.