ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

60

Click here to load reader

description

askep komunitas

Transcript of ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

Page 1: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

Asuhan Keperawatan Komunitas Page 1

BAB I

PENDAHULUAN

Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyakit yang bukan disebabkan

oleh proses infeksi (tidak infeksius). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa

pada umumnya, keberadaan faktor risiko PTM pada seseorang tidak memberikan

gejala sehingga mereka tidak merasa perlu mengatasi faktor risiko dan mengubah

gaya hidupnya. Penelitian juga menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat

tentang jenis PTM cukup baik, dan sebagian besar masyarakat mengetahui

bagaimana penderitaan pasien PTM seperti Hipertensi, Jantung Koroner, Kanker,

Stroke dan Diabetes melitus, gangguan akibat kecelakaan dan cidera. Namun

mereka umumnya belum memahami pengaruh faktor risiko PTM terhadap

kejadian PTM serta komplikasi yang dapat ditimbulkan PTM. Pada umumnya

mereka menganggap bahwa PTM disebabkan faktor genetik, penyakit orang tua

atau penyakit orang kaya.

Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang muncul dan

bahkan saat ini prevalensinya semakin tinggi. Hipertensi merupakan gangguan

sistem peredaran darah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah diatas nilai

normal (tekanan darah > 140/90 mmHg). Hipertensi berdasarkan penyebabnya

dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder.

Berdasarkan laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2005, dari 58

juta kematian di dunia,17,5 juta (30%) diantaranya disebabkan oleh penyakit

jantung dan pembuluh darah. Pada tahun 2015, diperkirakan kematian penyakit

jantung dan pembuluh darah di dunia meningkat menjadi 20 juta. (Depkes RI,

2009)

Hasil riskesdas tahun 2007 memperlihatkan bahwa prevelansi beberapa

penyakit jantung dan pembuluh darah seperti hipertensi di Indonesia (berdasarkan

pengukuran tekanan darah) sangat tinggi, yaitu sebesar 31,7%, sedangkan

penyakit jantung 7,2% dan stroke 8,3 per 1000 penduduk. (Depkes RI, 2009)

Page 2: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

Asuhan Keperawatan Komunitas Page 2

Hipertensi saat ini tidak hanya menyerang usia lanjut tetapi sudah

berkembang menyerang ke tingkat usia yang lebih muda. Hal tersebut

dikarenakan pola hidup yang tidak sehat yang dilakukan oleh masyarakat,

sehingga pencegahan primer perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya

hipertensi.

Guna mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal serta

meminimalisisr hipertensi di masyarakat, berbagai upaya kesehatan telah

diselenggarakan. Salah satunya adalah upaya perawatan kesehatan masyarakat

yang lebih dikenal dengan upaya keperawatan komunitas.

Keperawatan komunitas merupakan bentuk pelayanan atau asuhan

langsung yang berfokus kepada kebutuhan dasar komunitas, yang berkaitan

dengan kebiasaan atau pola perilaku masyarakat yang tidak sehat, ketidak

mampuan masyarakat untuk beradaptasi dengan lingkungan (bio, psiko, sosial,

kultural, maupun spiritual). Intervensi keperawatan komunitas yang dilakukan

difokuskan pada 3 (tiga) level prevensi pencegahanya yaitu : prevensi primer yang

pelaksanaan difokuskan pada pendidikan kesehatan konseling.Prevensi sekunder

dan prevensi tersier.

Sebagai tenaga profesional, maka perencanaan dalam memberikan

asuhan keperawatan komunitas merupakan hal yang teramat penting disusun oleh

perawat.. Rencana asuhan keperawatan disusun dengan memperhatikan banyak

faktor, terutama sekali faktor masyarakat itu sendiri, karena pada hakekatnya

masyarakatlah yang memiliki rencana tersebut, dan perawat sebaiknya hanyalah

sebagai fasilitator dan motivator dalam menggerakkan dinamika masyarakat untuk

dapat menolong dirinya sendiri. Sehingga hal tersebut diatas menjadi landasan

penyusunan asuhan Keperawatan Komunitas dengan agregat hipertensi.

Page 3: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

Asuhan Keperawatan Komunitas Page 3

BAB II TINJAUAN

TEORITIS

A. TINJAUAN TEORITIS MODEL KEPERAWATAN COMMUNITY AS PARTNER

Model pengkajian yang dikembangkan pada agregat penyakit hipertensi

menggunakan model Community as Partner (CAP). CAP digunakan sebagai

panduan melakukan proses keperawatan dalam pengkajian komunitas, analisis dan

diagnosa, perencanaan, implementasi (yang terdiri dari tiga tingkatan pencegahan;

yaitu primer, sekunder, dan tersier), serta program evaluasi (Hitchcock, Schubert,

Thomas, 1999). Fokus pada model ini komunitas sebagai partner dan penggunaan

proses keperawatan sebagai pendekatan. Neuman memandang klien sebagai

sistem terbuka, dimana klien dan lingkungannya berada dalam interaksi yang

dinamis. Menurut Neuman, untuk melindungi klien dari berbagai stressor yang

dapat mengganggu keseimbangan, klien memiliki tiga garis pertahanan, yaitu

flexible line of defense, normal line of defense, dan resistance defense (lihat

gambar 2.1).

Flexible Line of Defense

Line of Resistance Normal Line of Defense

Gambar 2.1

Community as Partner

Model

Page 4: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

Agregat klien dalam komunitas menurut model CAP ini meliputi

intrasistem dan ekstrasistem. Intrasistem yaitu sekelompok orang yang memiliki

satu atau lebih karakteristik (Stanhope & Lancaster, 2004). Sedangkan agregat

ekstrasistem meliputi delapan subsistem; yaitu komunikasi, transportasi dan

keselamatan, ekonomi, pendidikan, politik dan pemerintahan, layanan kesehatan

dan sosial, lingkungan fisik, dan rekreasi (Anderson & McFarlane, 2004; Ervin,

2002; Hitchcock, Schubert, Thomas, 1999). Delapan subsistem dipisahkan dengan

garis putus-putus yang artinya sistem satu dengan yang lainnya saling

mempengaruhi. Di dalam komunitas terdapat lines of resistance, yaitu merupakan

mekanisme internal untuk bertahan dari stressor. Rasa kebersamaan dalam

komunitas untuk bertanggung jawab terhadap penyakit hipertensi adalah contoh

dari lines of resistance.

Anderson dan McFarlane (2004) mengatakan bahwa dengan menggunakan

model CAP terdapat dua komponen utama, yaitu roda pengkajian komunitas dan

proses keperawatan. Roda pengkajian komunitas terdiri dari dua bagian utama

yaitu inti dan delapan subsistem yang mengelilingi inti dan merupakan bagian dari

pengkajian keperawatan. Sedangkan proses keperawatan terdiri dari beberapa

tahap yaitu mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan

evaluasi.

Area pengkajian pada agregat penyakit hipertensi akan dikhususkan pada

inti komunitas dan empat subsistem. Poin dari inti komunitas yang penting untuk

dikaji terkait hipertensi antara lain yaitu: (1) demografi, dan (2) nilai dan

kepercayaan. Data demografi seperti jumlah anak penderita hipertensi, jenis

kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, serta anggota keluarga yang pernah

menderita Hipertensi. Sedangkan pengkajian nilai dan kepercayaan menyangkut

keyakinan masyarakat terhadap penyakit Hipertensi, misalnya penyebab dan

menangani serta pencegahan terhadap Hipertensi.

Pengkajian terhadap subsistem pada agregat penderita hipertensi

difokuskan pada empat hal, yaitu lingkungan fisik, layanan kesehatan dan sosial,

rekreasi dan ekonomi. Lingkungan merupakan salah satu determinan faktor yang

utama dalam penyakit Hipertensi. Kondisi kesehatan lingkungan yang

berpengaruh terhadap kejadian Hipertensi antara lain tingkat kebisingan, tingkat

Page 5: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

stres, kepadatan penduduk. Sementara untuk subsistem layanan kesehatan dan

sosial yang berpengaruh terhadap kejadian Hipertensi yaitu keberadaan sarana

prasarana kesehatan di masyarakat, dan adanya dukungan dari tenaga kesehatan

dalam mempromosikan pencegahan hipertensi, misalnya dengan berperilaku

sehat, berolah raga dan mengkonsumsi makanan yang sehat. Subsistem tentang

rekreasi perlu dikaji pada penderita hipertensi, karena dengan rekreasi dapat

menurunkan tingkat hipertensi. Subsistem terakhir yang dikaji terkait dengan

hipertensi adalah ekonomi, yaitu tingkat pendapatan masyarakat serta alokasi

dana yang dianggarkan untuk pemenuhan kebutuhan kesehatan.

Page 6: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

T

P

Berikut framework yang anda gunakan dalam pengkajian hipertensi

I CAP

N CORE Riwayat kesehatanP Penyakit ISPHipertensi

U Lama tinggal di wilayah

tersebut

Karakteristik

CORE Mortalitas Morbiditas Kebiasaan hidup Keyakinan

tentang kesehatan Kegiatan keagamaan

SUB SISTEM

Lingkungan Fisik Kondisi

lingkungan Sumber stressor KebisinganYankes dan Yansos Jenis yankes Akses yankes Jamkes Jenis yansos Akses yansos Jamsos Jamsostek

Ekonomi Potensi SDAPemerintahan Kebijakan yang berlakuKomunikasi Sumber informasi kesehatanEdukasi Tingkat pendidikanRekreasi Sarana rekreasi Persepsi perawat

dan masyarakat

Masalah keperawatan komunitas

(Anderson & McFarlane, 2011)

ManajemenPelayanan: Pembentukan

R support group,

O S E S

Pencegahan Primer: Askep Komunitas:

- Pendidikan kesehatanHealth protection

- Risk management process

- Modifikasi lingkungan psikososial

- Modifikasi diet

Pencegahan Sekunder:- Askep Komunitas- Deteksi dini- Terapi akupresure,

modifikasi perilaku dan gaya hidup, SEFT,

- Direct care

Pencegahan Tersier: Askep Komunitas:

- Rujukan dari tempat ke yankes

- Pembentukan support system kelompok

Page 7: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

EVALUASIO Terbentuknya support group,U Lingkungan yang kondusif bagi

T kesehatan

P Peningkatan ketahanan fisik Kelompok mampu melaksanakan tugasU

perawatan kesehatan kelompokT Tingkat kemandirian kelompok

Indikator Proses 80% kader mampu mendemonstrasikan

kembali materi yang diajarkan 80% anggota kelompok menjawab

pertanyaan yang diberikan 80% Kelompok mendemonstrasikan

keterampilan yang diajarkan Adanya peningkatkan 5 – 10% kelompok

dalam memodifikasi lingkungan Adanya dukungan sistem rujukan

Indikator Hasil Terjadi peningkatan pengetahuan dan

keluarga tentang masalah kesehatan yang dialami

Terciptanya lingkungan yang kondusif Tidak terjadi penurunan ketahanan fisik Terpantau secara berkala kondisi kesehatan Peningkatan 10% kelompok mengenal

masalah kesehatan Peningkatan 10% kelompok mengambil

keputusan yang tepat Peningkatan 10% kelompok mampu

memodifikasi lingkungan Peningkatan 10% kelompok mampu

menggunakan fasilitas kesehatan Terlaksananya sistem rujukan ke puskesmas Peningkatan 10% kelompok menerima

petugas perawatan kesehatan masyarakat. Peningkatan 10% kelompok menerima

pelayanan keperawatan yang diberikansesuai dengan rencana keperawatan.

Peningkatan 10% kelompok tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar.

Peningkatan 10% kelompok memamfaatkan fasilitas pelayanan sesuai anjuran.

Peningkatan 10% kelompok melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan.

Page 8: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

B. TINJAUAN TEORITIS PENYAKIT HIPERTENSI

1. Pengertian Hipertensi

Definisi atau pengertian hipertensi banyak dikemukakan oleh para

ahli. WHO mengemukakan bahwa hipertensi terjadi bila tekanan darah

diatas 160/95 mmhg, sementara itu Smelttzer & Bare (2002:896)

mengemukakan bahwa hipertensi merupakan tekanan darah persisten atau

terus menerus sehingga melebihi batas normal dimana tekanan sistolik

diatas 140 mmhg dan tekanan diastole diatas 90 mmhg. Pendapat yang

sama juga diutarakan oleh doenges (2000:42). Pendapat senada juga

disampaikan oleh TIM POKJA RS Harapan Kita, Jakarta (1993:199) dan

Prof. Dr. dr. Budhi Setianto (Depkes, 2007), yang menyatakan bahwa

hipertensi adalah kenaikan tekanan darah sistolik lebih dari 150 mmHg

dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg.

Terdapat perbedaan tentang batasan tentang hipertensi seperti

diajukan oleh kaplan (1990:205) yaitu pria, usia kurang dari 45 tahun,

dikatakan hipertensi bila tekanan darah waktu berbaring diatas atau sama

dengan 130/90mmhg, sedangkan pada usia lebih dari 45 tahun dikatakan

hipertensi bila tekanan darah diatas 145/95 mmhg. Sedangkan pada wanita

tekanan darah diatas sama dengan 160/95 mmhg. Hal yang berbeda

diungkapkan TIM POKJA RS Harapan Kita (1993:198) pada usia dibawah

40 tahun dikatakan sistolik lebih dari 140 mmhg dan untuk usia antara 60-

70 tahun tekanan darah sistolik 150-155 mmHg masih dianggap normal.

Hipertensi pada usia lanjut didefinisikan sebagai tekanan sistolik lebih

besar dari 140 mmHg dan atau tekanan diastolik lebih besar dari 90 mmHg

ditemukan dua kali atau lebih pada dua atau lebih pemeriksaan yang

berbeda. (JNC VI, 1997).

Untuk usia kurang dari 18 tahun dikatakan hipertensi bila dua kali

kunjungan yang berbeda waktu didapatkan tekanan darah diastolik 90

mmHg atau lebih, atau apabila tekanan darah sistolik pada beberapa

pengukuran didapatkan nilai yang menetap diatas 140mmHg (R. P.

Sidabutar dan Waguno P, 1990).

Page 9: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

Berdasarkan pengertian – pengertian tersebut dapat disimpulkan

bahwa hipertensi merupakan kenaikan tekanan darah dimana tekanan

sistolik lebih dari 140 mmhg dan atau diastolik lebih dari 90 mmhg.

2. Klasifikasi hipertensi

Klasifikasi hipertensi juga banyak diungkapkan oleh para ahli,

diantaranya WHO menetapkan klasifikasi hipertensi menjadi tiga tingkat

yaitu tingkat I tekanan darah meningkat tanpa gejala-gejala dari gangguan

atau kerusakan sistem kardiovaskuler. Tingkat II tekanan darah dengan

gejala hipertrofi kardiovaskuler, tetapi tanpa adanya gejala-gejala

kerusakan atau gangguan dari alat atau organ lain. Tingkat III tekanan

darah meningkat dengan gejala – gejala yang jelas dari kerusakan dan

gangguan faal dari target organ. Sedangkan JVC VII, Klasifikasi

hipertensi adalah :

Kategori Tekanan sistolik

(mmHg)

Tekanan Diastolik

(mmHg)

Normal < 130 <85

Normal Tinggi 130-139 85-89

Hipertensi:

Stage I (ringan)

Stage II (sedang)

Stage III (berat)

140-159

160-179

180-209

90-99

100-109

110-120

Klasifikasi lain diutarakan oleh Prof. Dr. dr. Budhi Setianto

(Depkes, 2007), mengklasifikasikan tekanan darah tinggi menjadi 4

tingkatan yaitu normal (SBP = Sistole Blood Pressure < 120 mm Hg dan

Distole Blood Pressure = DBP < 80 mm Hg), pra hipertensi (SBP 120-139

mm Hg dan DBP 80-89 mm Hg), hipertensi tahap 1 (SBP 140-159 mm Hg

dan DBP 90-99 mm Hg) dan hipertensi tahap 2 (SBP >= 160 dan DBP >=

100. mm Hg.)

Page 10: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

Sedangkan menurut TIM POKJA RS Harapan Kita, Jakarta,

membagi hipertensi 6 tingkat yaitu hipertensi perbatasan (borderline) yaitu

tekanan darah diastolik, normal kadang 90-100mmHg. Hipertensi ringan,

tekanan darah diastolik 90-140mmHg. Hipertensi sedang, tekanan darah

diastolik 105-114 mmHg. Hipertensi berat tekanan darah diastolik

>115mmHg. Hipertensi maligna/ krisis yaitu tekanan darah diastolik lebih

dari 120 mmHg yang disertai gangguan fungsi target organ. Hipertensi

sistolik yaitu tekanan darah sistolik lebih dari 160 mmHg.

Pada hipertensi krisis dibagi lagi menjadi 2, menurut melalui TIM

POKJA RS Harapan Kita (2003:63) yaitu: hipertensi emergensi akut,

membahayakan jiwa, hal ini terjadi karena disfungsi atau kerusakan organ

target. Yang kedua adalah hipertensi urgensi yaitu hipertensi berat tanpa

ada gangguan organ target akan tetapi tekanan darah perlu diturunkan

dengan segera atau secara bertahap dalam waktu 24-48 jam, sebab

penurunan tekanan darah dengan cepat akan menimbulkan efek ischemik

pada organ target.

3. Etiologi

Penyebab terjadinya hipertensi adalah terdiri dari berbagai faktor,

diantaranya Reeves& lockhart(2001:114) mengemukakan bahwa Faktor-

faktor resiko yang dapat menyebabkan hipertensi adalah stress,

kegemukan, merokok, hipernatriumia). Sedang Long (1995:660), TIM

POKJA RS Harapan Kita (2003:63) dan Yayasan jantung Indonesia

(2007) menambahkan bahwa Penyebab hipertensi dapat dibedakan

menurut jenis hipertensi yaitu hipertensi primer (essensial) merupakan

tekenan darah tinggi yang disebabkan karena retensi air dan garam yang

tidak normal, sensitifitas terhadap angiotensin, obesitas,

hiperkolesteroemia, emosi yang tergannggu /stress dan merokok.

Sedangkan hipertensi sekunder merupakan tekanan darah tinggi yang

disebabkan karena penyakit kelenjar adrenal, penyakit ginjal, toxemia

gravidarum, peningkatan tekanan intra cranial, yang disebabkan tumor

otak, dan pengaruh obat tertentu missal obat kontrasepsi.

Page 11: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

Dari uraian pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa penyebab

hipertensi beragam diantaranya adalah: stress, kegemukan, merokok,

hipernatriumia, retensi air dan garam yang tidak normal, sensitifitas

terhadap angiotensin, obesitas, hiperkolesteroemia, penyakit kelenjar

adrenal, penyakit ginjal, toxemia gravidarum, peningkatan tekanan intra

cranial, yang disebabkan tumor otak, pengaruh obat tertentu missal obat

kontrasepsi, asupan garam yang tinggi, kurang olah raga, genetik,

Obesitas, Aterosklerosis, kelainan ginjal, tetapi sebagian besar tidak

diketahui penyebabnya.

4. Patofisiologi

Menurut Smeltzer & Bare (2002:898) mengatakan bahwa

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah

terletak di pusat vasomotor pada medulla oblongata di otak dimana dari

vasomotor ini mulai saraf simpatik yang berlanjut ke bawah korda spinalis

dan keluar dari kolomna medulla ke ganglia simpatis di torax dan

abdomen, rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls

yang bergerak ke bawah melalui system syaraf simpatis . Pada titik

ganglion ini neuron prebanglion melepaskan asetilkolin yang merangsang

serabut saraf paska ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan

melepaskannya nere frineprine mengakibatkan konskriksi pembuluh darah.

Factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi

respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktif yang

menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah akibat aliran darah yang ke

ginjal menjadi berkurang /menurun dan berakibat diproduksinya rennin,

rennin akan merangsang pembentukan angiotensai I yang kemudian

diubah menjadi angiotensis II yang merupakan vasokonstriktoryang kuat

yang merangsang sekresi aldosteron oleh cortex adrenaldimana hormone

aldosteron ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal dan

menyebabkan peningkatan volume cairan intra vaskuler yang

menyebabkan hipertensi.

Page 12: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

TIM POKJA RS Harapan Kita (2003:63) menyebutkan

patofisiologis hipertensi adalah: pada hipertensi primer perubahan

patologisnya tidak jela didalam tubuh dan organ-organ. Terjadi secara

perlahan yang meluas dan mengambil tempat pada pembuluh darah besar

dan pembuluh darah kecil pada organ – organ seperti jantung, ginjal dan

pembuluh darah otak. Pembuluh seperti aorta, arteri koroner, arteri basiler

yang ke otak dan pembuluh darah perifer di ekstremitas menjadi sklerotik

dan membengkak. Lumen-lumen menjepit, aliran darah ke jantung

menurun, bergitu juga ke otak dan ekstremitas bawah bisa juga terjadi

kerusakan pembuluh darah besar.

5. Manifestasi Klinik

Menurut TIM POKJA RS Harapan Kita (2003:64) mengemukakan

bahwa manifestasi klinik yang sering tidak tampak. Pada beberapa pasien

mengeluh sakit kepala, pusing, lemas, sesak nafas, kelelahan, kesadaran

menurun, mual, gelisah, muntah, kelemahan otot,epitaksis bahkan ada

yang mengalami perubahan mental.

Sedangkan menurut FKUI (1990:210) dan Dr. Budhi Setianto

(Depkes, 2007) hipertensi esensial kadang tampa gejala dan baru timbul

gejala setelah terjadi komplikasi pada organ target seperti pada ginjal,

mata, otak dan jantung. Namun terdapat pasien yang mengalami gejala

dengan sakit kepala, epitaksis.

6. Penatalaksanaan

Terdapat 2 cara penanggulangan hipertensi menurut FKUI (1990:

214-219) yaitu dengan non farmakologis dan dengan farmakologis. Cara

non farmakologis dengan menurunkan berat badan pada penderita yang

gemuk, diet rendah garam dan rendah lemak, mengubah kebiasaan hidup,

olah raga secara teratur dan kontrol tekanan darah secara teraut.

Sedangkan dengan cara farmakologis yaitu dengan cara memberikan obat-

obatan anti hipertensi seperti diuretik seperti HCT, Higroton, Lasix. Beta

bloker seperti propanolol. Alfa bloker seperti phentolamin, prozazine,

Page 13: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

nitroprusside captapril. Simphatolitic seperti hidralazine, diazoxine.

Antagonis kalsium seperti nefedipine (adalat).

Pengobatan hipertensi harus dilandasi oleh beberapa prinsip

menurut FKUI (1990) yaitu pengobatan hipertensi sekunder harus lebih

mendahulukan pengobatan kausal, pengobatan hipertensi esensial

ditujukan untuk menurunkan tekanan darah dengan harapan

memperpanjang umur dan mengurangi timbulnya komplikasi, upaya

menurunkan tekanan darah dicapai dengan menggunakan obat anti

hipertensi, pengobatan hipertensi adalah pengobatan jangka panjang

bahkan mungkin seumur hidup, pengobatan dengan menggunakan

standard triple therapy (STT) menjadi dasar pengobatan hipertensi.

Tujuan pengobatan dari hipertensi adalah menurunkan angka

morbiditas sehingga upaya dalam menemukan obat anti hipertensi yang

memenuhi harapan terus dikembangkan.

7. Komplikasi

Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit hipertensi

menurut TIM POKJA RS Harapan Kita (2003:64) dan Dr. Budhi Setianto

(Depkes, 2007) adalah diantaranya : penyakit pembuluh darah otak seperti

stroke, perdarahan otak, transient ischemic attack (TIA). Penyakit jantung

seperti gagal jantung, angina pectoris, infark miocard acut (IMA).

Penyakit ginjal seperti gagal ginjal. Penyakit mata seperti perdarahan

retina, penebalan retina, oedema pupil.

8. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang menurut FKUI (2003:64) dan Dosen

Fakultas kedokteran USU, Abdul Madjid (2004), meliputi pemeriksaan

laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai terapi bertujuan

menentukan adanya kerusakan organ dan factor resiko lain atau mencari

penyebab hipertensi. Biasanya diperiksa urin analisa, darah perifer

lengkap, kimia darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa,

kolesterol total, HDL, LDL dan pemeriksaan EKG. sebagai tambahan

Page 14: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

dapat dilakukan pemerisaan lain, seperti klirens kreatinin, protein, asam

urat, TSH dan ekordiografi.

Pemeriksaan diagnostik meliputi BUN /creatinin (fungsi ginjal),

glucose (DM) kalium serum (meningkat menunjukkan aldosteron yang

meningkat), kalsium serum (peningkatan dapat menyebabkan hipertensi:

kolesterol dan tri gliserit (indikasi pencetus hipertensi), pemeriksaan tiroid

(menyebabkan vasokonstrisi), urinanalisa protein, gula (menunjukkan

disfungsi ginjal), asam urat (factor penyebab hipertensi) EKG (pembesaran

jantung, gangguan konduksi), IVP (dapat mengidentifikasi hipertensi.

Page 15: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

Asuhan Keperawatan Komunitas Page 15

9. Pathways

umur Jenis kelamin Gaya hidup obesitas

Elastisitas , arteriosklerosis

hipertensi Kerusakan vaskuler

pembuluh Perubahan struktur

Penyumbatan pembuluh darah

vasokonstriksi

Gangguan sirkulasi

otak ginjal Pembuluh darah Retina

Resistensi Suplai O2 Vasokonstriksi sistemik koroner Spasmepembuluh darah otak

otak menurun

pembuluh darah ginjal

arteriole

Nyeri kepala

Gangguan pola tidur (insomnia)

sinkop

Gangguan perfusi jaringan

Blood flow munurun

Respon RAA

Rangsangaldosteron

Retensi Na

edema

vasokonstriksi

Afterload meningkat

Penurunan curah jantung

Iskemimiocard

Nyeri dada

Fatique

Intoleransi aktifitas

diplopia

Resti injuri

Page 16: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

10. Pengkajian Fokus

Menurut Doenges, (2004:41-42) dan mengemukakan bahwa

pengkajian pasien hipertensi meliputi:

a. Aktifitas & istirahat meliputi kelemahan, keletihan, nafas pendek,

frekwensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,

b. Sirkulasi meliputi adanya riwayat hipertensi, penyakit jantung coroner,

episodepalpitasi, kenaikan tekanan darah, tekhicardi, kadang bunyi

jantung terdengar S2 pada dasar ,S3dan S4.

c. Integritas ego meliputi cemas, depresi, euphoria, mudah marah ,otot

muka tegang, gelisah, pernafasan menghela, peningkatan pola bicara.

d. Eliminasi meliputi Riwayat penyakit ginjal

e. Makanan /cairan meliputi makanan yang disukai terutama yang

mengandung tinggi garam, linggi lemak, dan kolesterol, mual, muntah,

perubahan berat badan, riwayat penggunaan obat diuritik, adanya

edema.

f. Neurosensori meliputi keluhan kepala pusing, berdenyut , sakit kepala

sub oksipital, kelemahan pada salah satu sisi tubuh, gangguan

penglihatan (diplopia, pandangan kabur) ,epitaksis.

g. Nyeri /ketidak nyamanan meliputi nyeri hilang timbul pada

tungkai,sakit kepala sub oksipital berat, nyeri abdomen, nyeri dada.

h. Pernafasan meliputi sesak nafas sehabis aktifitas, batuk dengan atau

tanpa sputum, riwayat merokok, penggunaan obat Bantu pernafasan,

bunyi nafas tambahan ,sianosis

i. Keamanan meliputi gangguan cara berjalan, parestesia, hipotensi

postural.

j. Pembalajaran/penyuluhan dengan adanya factor- factor resiko keluarga

yaitu arteriosclerosis, penyakit jantung, DM, penyakit ginjal.

Page 17: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

Asuhan Keperawatan Komunitas Page 17

BAB III

DATA DAN HASIL PENGKAJIAN

Asuhan keperawatan komunitas kepada kelompok Hipertensi dengan

mengunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian status

kesehatan komunitas, pengkajian peka budaya, perumusan diagnose keperawatan,

perencanaan, implementasi dan evaluasi. Pemberian asuhan keperawatan

dilakukan pada kelompok Hipertensi di Kelurahan Cimahi Wilayah kerja

Puskesmas Cimahi tengah sebagai area praktek residensi.

3.1 Hasil Pengkajian

Metoda pengumpulan data yang digunakan yaitu melalui penyebaran

angket, wawancara, Whinshield Survey, Observasi dan studi dokumen.

Wawancara dilakukan dengan Kepala Puskesmas, penangung jawab program

PTM Puskesmas Cimahi Tengah, tokoh masyarakat, kader posbindu, tokoh

agama, dan petugas kelurahan. Winshield survey dilakukan dengan mengelilingi

dan mengamati wilayah Kelurahan Cimahi. Pengumpulan data melalui angket

dilakukan bersama-sama dengan kader kesehatan dengan instrument yang telah

disiapkan. Jumlah sampel yang di sebarkan adalah 60, hal tersebut didasarkan

pada Estimasi besar sampel untuk penelitian yang bertujuan untuk mengetahui

proporsi suatu kejadian, yaitu prevalensi penderita hipertensi di kelurahan cimahi,

dengan prevalensi hipertensi Indonesia 32,2% (Rahajeng dan Tuminah, 2009)

dan confidence level 80% (α = 0,2) ) dan menggunakan rumus:

n= ( Z 1 - ◊ / s) 2 P (1 - P)

d2

Z1- ◊ /s : standard deviasi untuk α (dilihat dari table distribusi Z)

P : prediksi proporsi berdasarkan literature atau hasil dari pilot study

d : deviasi dari prediksi proporsi atau presisi absolute (absolute precision) (Darma, 2011)

sehingga di dapatkan jumlah sampel 60 responden

Page 18: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

Asuhan Keperawatan Komunitas Page 18

Pada tahap pengumpulan data diperoleh data-data sebagai berikut yang

merupakan hasil pengkajian mengunakan teori model Community as Partner:

Tabel 1

Distribusi Responden menurut Jenis Kelamin

di Kelurahan Cimahi Tahun 2012 (n=60)

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

Laki-laki 15 25

Perempuan 45 75

Total 60 100

Sumber: Hasil Survey Mahasiswa FIK tahun 2012

Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin di kelurahan cimahi lebih

banyak yang perempuan, hal tersebut dikarenakan, mayoritas yang datang ke pos

bindu adalah perempuan, sedangkan pengambilan data survey berdasarkan data

penderita hipertensi di pos bindu.kelurahan cimahi

Tabel 2

Distribusi Responden menurut Umur

di Kelurahan Cimahi Tahun 2012 (n=60)

Usia Frekuensi Persentase

< 45 7 12

45-59 (usia pertengahan) 20 33

60-74 (lanjut usia) 26 43

75-90 (usia tua) 7 12

Total 60 100

Sumber: Hasil Survey Mahasiswa FIK tahun 2012

Page 19: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

Tabel 3

Asuhan Keperawatan Komunitas Page 19

Distribusi Responden menurut Pendidikan

di Kelurahan Cimahi Tahun 2012 (n=60)

Pendidikan Frekuensi Persentase

SD 39 65

SLTP 8 13

SLTA 13 22

Total 60 100

Sumber: Hasil Survey Mahasiswa FIK tahun 2012

Tabel 4

Distribusi Responden menurut Kebiasaan olah raga

di Kelurahan Cimahi Tahun 2012 (n=60)

Olah raga Frekuensi Persentase

tidak pernah 21 50

1-2x/ minggu 17 40

3-4x/ minggu 2 5

>4x/ minggu 2 5

Total 60 100

Sumber: Hasil Survey Mahasiswa FIK tahun 2012

Berdasarkan interview dengan responden, mereka tidak melakukan olah

raga, padahal di pemkot setiap minggu pagi ada senam bersama dan juga car free

day serta di alun-alun kota cimahi terdapat sarana melakukan olah raga serta

senam bersama. Hal tersebut disebabkan oleh faktor kemauan, jarak yang relatif

jauh, serta ekonomi, yaitu bila mereka ke alun – alun ataupun ke pemkot,

biasanya di dampingi oleh anak dan cucu. Kondisi disana ramai dan banyak

penjual, sehingga membutuhkan dana yang lebih untuk transportasi dan jajan.

Page 20: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

Tabel 5

Asuhan Keperawatan Komunitas Page 20

Distribusi Responden menurut Kebiasaan merokok

di Kelurahan Cimahi Tahun 2012 (n=60)

Kebiasaan merokok Frekuensi Persentase

tidak merokok 48 80

merokok 11 18

pernah 1 2

Total 60 100

Sumber: Hasil Survey Mahasiswa FIK tahun 2012

Berdasarkan survey, 80% responden tidak merokok, hal tersebut dikarenakan

kebanyakan responden adalah perempuan, dan ada sebuah nilai yang dipegang,

bahwasannya orang perempuan tabu untuk merokok. Tetapi dari 15 responden

laki-laki, 80 % dari mereka merokok, dan bahkan responden mengetahui bahwa

dengan merokok dapat memperparah hipertensinya. Ketika interviewer

menawarkan terapi untuk berhenti merokok, responden menolak untuk diterapi,

dengan alasan masih ingin merokok.

Tabel 6

Distribusi Responden menurut kebutuhan kelompok hipertensi

di Kelurahan Cimahi Tahun 2012 (n=60)

Kebutuhan kelompok hipertensi Frekuensi Persentase

Ya 49 82

Tidak 11 18

Total 60 100

Sumber: Hasil Survey Mahasiswa FIK tahun 2012

Page 21: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

Tabel 7

Asuhan Keperawatan Komunitas Page 21

Distribusi Responden menurut harapan pertemuan kelompok hipertensi

di Kelurahan Cimahi Tahun 2012 (n=60)

Harapan pertemuan kelompok h ip erten si

Fr eku en si Pe rsen tase

I n fo k e s e h a tan 46 94

diskusi kesehatan 3 6

Total 60 100

Sumber: Hasil Survey Mahasiswa FIK tahun 2012

Tabel 8

Distribusi Responden menurut Kebiasaan makan sayur

di Kelurahan Cimahi Tahun 2012 (n=60)

Kebiasaan makan sayur Frekuensi Persentase

Jarang 29 48

1x/hr 8 13

2x/hr 19 32

3x/hr 4 7

Total 60 100

Sumber: Hasil Survey Mahasiswa FIK tahun 2012

Tabel 9

Distribusi Responden menurut Kebiasaan makan buah

di Kelurahan Cimahi Tahun 2012 (n=60)

Kebiasaan makan buah Frekuensi Persentase

Jarang 36 60

1x/hr 16 27

2x/hr 8 13

Total 60 100

Sumber: Hasil Survey Mahasiswa FIK tahun 2012

Page 22: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

Tabel 10

Asuhan Keperawatan Komunitas Page 22

Distribusi Responden berdasarkan kecemasan/kesedihan menderita hipertensi

di Kelurahan Cimahi Tahun 2012 (n=60)

Kecemasan / kesedihan menderita HT Frekuensi Persentase

Ya 49 82

Tidak 11 18

Total 60 100

Sumber: Hasil Survey Mahasiswa FIK tahun 2012

Kecemasan dan kesedihan yang dialami responden yang menderita

hipertensi dikarenakan takut tidak sembuh, merasa sakit, takut efek samping obat,

takut dijauhi keluarga, takut kalau responden meninggal, karena anaknya masih

belum mandiri. Respon responden ketika merasa cemas, sedih dan stres

diantaranya adalah marah-marah, diam saja tetapi di dalam hati bergemuruh,

berdoa dan beribadah, curhat ke orang lain dan berekreasi.

Tabel 11

Distribusi Responden menurut jenis rekreasi yang dilakukan

di Kelurahan Cimahi Tahun 2012 (n=60)

Jenis Rekreasi Frekuensi Persentase

berkunjung ke tempat wisata 4 7

menonton TV 51 85

berkunjung ke tempat kesenian 1 1.5

berkunjung ke tempat saudara 3 5

main catur 1 1.5

Total 60 100

Sumber: Hasil Survey Mahasiswa FIK tahun 2012

Page 23: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

Asuhan Keperawatan Komunitas Page 23

Analisa Masalah dan Rumusan Diagnosa Keperawatan

Masalah hipertensi yang dialami oleh masyarakat di Kelurahan cimahi

berkaitan dengan proses menua atau degeneratif yang menyebabkan pembuluh

darah menjadi tebal, keras, dan tidak elastis sehingga menimbulkan peningkatan

resistensi pada pembuluh darah dan terjadilah hipertensi. Selain karena proses

degeneratif masalah kesehatan tersebut juga berkaitan dengan perilaku yang

kurang sehat, seperti pola makan yang tidak sesuai dengan kebutuhan, kurang olah

raga, merokok, dan stress.

Menurut Green dalam Notoatmojo (2005) faktor yang mempengaruhi

perilaku seseorang adalah pengetahuan, keyakinan, sumberdaya kesehatan dan

masyarakat, keluarga dan pendidikan kesehatan. Perubahan perilaku dapat

diupayakan melalui pemberian informasi yang berulang-ulang dan adanya

keterlibatan tokoh masyarakat.

Dukungan masyarakat dan petugas kesehatan merupakan dukungan social

yang sangat penting bagi penderita hipertensi. Dukungan sosial dapat merangsang

penderita hipertensi untuk berinteraksi dengan orang lain, sehingga akan

menambah pengetahuan dan minat penderita hipertensi dalam mengatasi masalah

kesehatan yang dihadapinya.

Respon penderita hipertensi ketika sedih, cemas dan stres diantaranya

adalah marah-marah dan diam tetapi di dalam hati bergemuruh. Hal tersebut

merupakan respon mal adaptif yang bisa memperberat hipertensi yang

dideritanya.

Data masalah

DS:

Responden mengatakan kadang bingung

kalau au makan, takut itu adalah makanan

yang dilarang

DO:

60% responden jarang makan buah

48% responden jarang makan sayur

Tidak efektifnya pola makan pada

penderita hipertensi

Respon penderita hipertensi ketika sedih, Resiko meningkatnya tekanan

Page 24: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

Asuhan Keperawatan Komunitas Page 24

cemas dan stres diantaranya adalah marah-

marah dan diam tetapi di dalam hati

bergemuruh

82% penderita hipertensi merasa

sedih/cemas karena menderita hipertensi

80% responden laki-laki merokok

darah

DS:

Responden mengatakan bila mereka ke

alun – alun ataupun ke pemkot untuk

berolah raga, biasanya di dampingi oleh

anak dan cucu. Kondisi disana ramai dan

banyak penjual, sehingga membutuhkan

dana yang lebih untuk transportasi dan

jajan. DO:

50% responden tidak melakukan olah raga

Tidak teraturnya pelaksanaan

kegiatan olah raga

Rumusan diagnosa keperawatan pada penderita hipertensi di Kelurahan

cimahi adalah sebagai berikut :

1). Tidak efektifnya pola makan pada penderita hipertensi di Kelurahan

cimahi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang pengaturan

makan bagi penderita hipertensi dan pengaruh budaya / kebiasaan,

2). Resiko meningkatnya tekanan darah pada penderita hipertensi di

Kelurahan cimahi, berhubung dengan ketidakmampuan dalam manajemen

stress,

3). Tidak teraturnya pelaksanaan kegiatan olah raga dalam pengendalian

tekanan darah pada penderita hipertensi, berhubung dengan kesulitan

mengakses fasilitas olah raga dan kurangnya dukungan keluarga.

Page 25: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

Rencana Asuhan Keperawatan Komunitas pada penderita Hipertensi

di Kelurahan Cimahi Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi Tahun 2012

No Dx.Kep.Komunitas TujuanRencana Kegiatan Evaluasi

Strategi Intervensi Kriteria Hasil Evaluator1 Tidak efektifnya

pola makan pada

penderita hipertensi

di Kelurahan cimahi

berhubungan dengan

kurangnya

pengetahuan tentang

pengaturan makan

bagi penderita

hipertensi dan

pengaruh budaya /

kebiasaan,

Tujuan Umum :

Setelah dilakukan

asuhan keperawatan

dalam waktu 5

minggu pola makan

pada penderita

hipertensi efektif.

Tujuan Khusus :

a). Terjadi

peningkatan

pengetahuan pada

kader dan penderita

hipertensi tentang

pola makan pada

penderita hipertensi

Pendidikan kesehatan dan pemberdaya an masyarakat

a). Bekerja sama dengan puskesmas dalam memberikan pendidikan kesehatan pada kader ttg pola makan untuk lansia hipertensib). Bersama kader melakukan penyebarluasan

Terjadi peningkatan pengetahuan kader dan penderita hipertensi tentang pola makan yang benar

Penderita hipertensi mampu menyebutkan makanan apa saja yang dilarang dan

MahasiswaKader

Asuhan Keperawatan Komunitas Page 25

Page 26: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

dalam waktu 4 mg.

b). Menurunnya

jumlah penderita

hipertensi

mengkonsumsi

Komposisi makan

tidak lengkap

informasi ttg polamakan pd lansia hipertensi melalui penyuluhan di tempat pengajian, posbindu c). Penyebaran leaflet e). Motivasi penderita hipertensi untuk mengkonsumsi makanan dalam jumlah dan komposisi makanan yang dianjurkan, yaitu garam tidak boleh lebih dari 5 gr, tidak menggunakan vetsin, sayur/ buahdikonsumsi setiap hari f). Bersama kaderdan puskesmas melakukan pembinaan pada keluarga denganhipertensi terkait pola makan

makanan apa sajayang di perbolehkan

2. Resikomeningkatnya

Tujuan Umum: Proseskelompok,

a) latih kadertentang stress dan

adanya peningkatanpengetahuan tentang

Mahasiswa

Asuhan Keperawatan Komunitas Page 26

Page 27: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

tekanan darah padapenderita hipertensi di Kelurahan cimahi, berhubung dengan ketidakmampuan dalam manajemen stress,

Setelah dilakukan

asuhan keperawatan

dalam waktu 6

minggu terdapat

penurunan stress pd

penderita hipertensi

Tujuan Khusus:

a). Peningkatan

pengetahuan tentang

stress dan manajemen

stress pada kader dan

penderita hippertensi

dalam waktu 5 mg;

b). 50% kader dan

penderita hipertensi

mampu melakukan

tehnik pengendalian

stress dalam wkt 4

mg;

pendidikankesehatan, modifikasi proses kelompok dengan SEFT

manajemen stressb) Bersama kader

lakukan pendidikan kesehatan pada kelompok hipertensi ttg manajemen stress;

c) Sebarkan informasi ttg manajemen stress melalui leaflet

d) Bersama kader dan kelompok peminat hipertensi mendemonstrasik an tehnik SEFT dlm mengendalikan stress dan menurunkan tensi.

e) Melakukan pembinaan keluarga dgn hipertensi terkait stres

stress dan manajemenstress pada kader dan penderita hipertensi

50% kader danpenderita hipertensi mampu melakukan tehnik pengendalian stress dan penurunan tensi dengan metode SEFT

Keluarga dengan hipertensi terkait stress telah dibina

Asuhan Keperawatan Komunitas Page 27

Page 28: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

c). 2 keluarga dengan

penderita hipertensi

terkait stress dibina

dalam wkt 6 mg

3. Tidak teraturnyapelaksanaan kegiatan olah raga dalam pengendaliantekanan darah pada penderita hipertensi, berhubung dengan kesulitan mengakses fasilitas olah ragadan kurangnya dukungan keluarga.

Tujuan Umum:

Setelah dilakukan

asuhan keperawatan

diharapkan adanya

peningkatan

pelaksanaan kegiatan

olah raga secara

teratur dalam

pengendalian tekanan

darah pada kelompok

hipertensi. Tujuan

Khusus:

a). Adanya

peningkatan

Pemberdayaan masyarakat, penyuluhan kesehatan, advokasi

a). Bersama kaderlakukan pendidikan kesehatan pada kelompok hipertensi ttg olah raga dalam pengendalian hiper- tensi.b). melakukan pendekatan ke penggerak PKK kelurahan cimahi tentang pentingnya olah raga dan penyediaan fasilitas yang dekat dengan masyarakat kelurahan cimahic). memberdayakan kader PKK kelurahan cimahi yang mempunyai

adanya peningkatanpengetahuan tentang olah raga dalam pengendalian hipertensi pada kader dan penderita hipertensi

tersedianya fasilitas senam yang mudah diakses masyarakat kelurahan Cimahi

Mahasiswadan kader

Asuhan Keperawatan Komunitas Page 28

Page 29: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

pengetahuan tentang

olah raga dalam

pengendalian

hipertensi pada kader

dan penderita

hipertensi dalam

waktu 4 minggu.

b). tersedianya sarana

/ fasilitas untuk

berolah raga yang

mudah diakses oleh

penderita hipertensi

kemampuan menjadiinstruktur senam untuk memimpin senam dikelurahan cimahi

Asuhan Keperawatan Komunitas Page 29

Page 30: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

Asuhan Keperawatan Komunitas Page 30

Implementasi, dan Evaluasi

Masalah 1 : Tidak efektifnya pola makan pada penderita hipertensi di Kelurahan

cimahi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang pengaturan makan

bagi penderita hipertensi dan pengaruh budaya / kebiasaan,

Pelaksanaan / Implementasi :

a). Melakukan pendidikan kesehatan pada kader tentang pola makan bagi

penderita hipertensi. Bersama-sama kader yang sudah diberikan pendidikan

kesehatan membeberikan konseling / penyuluhan pada penderita hipertensi pada

kegiatan posbindu. Bersama-sama kader meyebarkan leaflet tentang pola makan

pada penderita hipertensi.

b). Melakukan pembinaan keluarga dengan hipertensi terkait dengan pola makan

yang tidak tepat. Keluarga yang dibina sebanyak 2 keluarga. Setiap keluarga

dikunjungi untuk dibina 1 – 2 kali dalam seminggu dan dilakukan selama 5

minggu, hingga keluarga tersebut mandiri dalam mengatasi masalah kesehatan

yang ada.

c). Bersama-sama dengan kader memotivasi keluarga dan penderita hipertensi

untuk mengkonsumsi makanan dalam jumlah dan komposisi makanan yang

dianjurkan, yaitu garam tidak boleh lebih dari 5 gr, tidak menggunakan vetsin,

sayur/ buah dikonsumsi setiap hari

d). Bersama petugas Puskesmas melakukan rujukan kasus sebanyak 1 kasus

dengan hipertensi berat

Evaluasi : Hasil yang dicapai setelah diberikan asuhan keperawatan komunitas,

yaitu :

a). adanya peningkatan pengetahuan pada kader dan penderita hipertensi tentang

pola makan pada penderita hipertensi.

b). dari hasil evaluasi dan diskusi, penderita yang tadinya tidak mengetahui

tentang makanan apa saja yang diperbolehkan dan mana yang tidak serta

bagaimana penyajian bagi penderita hipertensi, ketika diakhir sesi bisa

menjelaskan dengan benar. Peserta juga menyatakan bersedia untuk mengubah

pola makan menuju pola makan yang sehat.

Page 31: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

Asuhan Keperawatan Komunitas Page 31

Masalah 2 : Resiko meningkatnya tekanan darah pada penderita hipertensi di

Kelurahan cimahi, berhubung dengan ketidakmampuan dalam manajemen stress,

Pelaksanaan :

a). Melakukan pendidikan kesehatan pada kader kesehatan tentang stress dan

manajemen stress dalam upaya pengendalian hipertensi dengan metode SEFT.

Bersama-sama kader yang sudah diberikan pendidikan kesehatan memberikan

konseling / penyuluhan pada penderita hipertensi di posbindu.

b). Melakukan pembinaan keluarga dengan hipertensi terkait dengan stres.

Pembinaan keluarga meliputi peningkatan pengetahuan tentang stres, cara

mengidentifikasi kondisi stres, dan cara pengelolan stres untuk dapat

mengendalikan hipertensi. Mendemostrasikan pada keluarga tehnik SEFT untuk

mengendalikan stres dan menurunkan tensi. Setiap keluarga dikunjungi untuk

dibina 1 – 2 kali dalam seminggu dan dilakukan selama 4 minggu, hingga

keluarga tersebut mandiri dalam mengendalikan stres sehingga mampu

mengendalikan hipertensi.

Evaluasi : Hasil yang dicapai setelah diberikan asuhan keperawatan komunitas,

yaitu :

a). adanya peningkatan pengetahuan tentang stress dan manajemen stress pada

kader dan penderita hipertensi

b). 55 % kader dan penderita hipertensi mampu melakukan tehnik pengendalian

stress dengan metode SEFT

c). Keluarga dengan hipertensi terkait stress telah dibina.

Masalah 3 : Tidak teraturnya pelaksanaan kegiatan olah raga dalam pengendalian

tekanan darah pada penderita hipertensi, berhubung dengan kesulitan mengakses

fasilitas olah raga dan kurangnya dukungan keluarga.

Pelaksanaan :

a). Melakukan pendidikan kesehatan pada kader kesehatan tentang olah raga /

aktifitas fisik yang dapat dilakukan dalam upaya pengendalian hipertensi dengan

metode diskusi dan demonstrasi. Bersama-sama kader yang sudah diberikan

pendidikan kesehatan memberikan konseling / penyuluhan pada penderita

hipertensi pada kegiatan posbindu

Page 32: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

Asuhan Keperawatan Komunitas Page 32

b). melakukan pendekatan ke penggerak PKK kelurahan cimahi tentang pentingnya olah raga dan penyediaan fasilitas yang dekat dengan masyarakat kelurahan cimahi

c). memberdayakan kader PKK kelurahan cimahi yang mempunyai kemampuan menjadi instruktur senam untuk memimpin senam dikelurahan cimahi

Evaluasi : Setelah dilakukan asuhan keperawatan, hasil yang dicapai adalah:

a). adanya peningkatan pengetahuan tentang olah raga dalam pengendalian

hipertensi pada kader dan penderita hipertensi

b). adanya kesepakatan dalam pertemuan PKK bahwa akan dirutinkan senam yang

diadakan di keluraan cimahi, yang akan di pimpin oleh salah satu kader PKK

kelurahan Cimahi. Untuk pelaksanaannya akan dirutinkan setiap hari Jum’at,

tetapi untuk pelaksanaannya setelah akhir tahun 2012, disebabkan karena akhir

tahun2012 pengurus PKK lebih konsentrasi pada lomba tingkat provinsi yang

akan diikuti oleh PKK kelurahan Cimahi. Kesepakatan akan dirutinkannya senam

setiap hari jum’at di kelurahan Cimahi tersebut sudah disosialisasikan oleh

penggerak PKK kelurahan Cimahi di beberapa pertemuan, diantaranya pengajian

Khoirunnisa.

Page 33: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

Asuhan Keperawatan Komunitas Page 33

DAFTAR PUSTAKA

Allender, J.A., Rector,C., Warner, K.D. (2010). Community health nursing : Promoting and protecting the public’s health (7th ed). Philadelphia: Lippincott.

Anderson, ET and Mc Farlane, J.(2004). Community as Partner.Theory andParctice Nursing, 4rd edition. Philadephia: Lippincott

Carpenito, L. J. Handbook of Nursing Diagnosis. Edisi 8, Alih Bahasa MonicaEster. (2001). Jakarta: EGC

Carpenito, L. J. (1999) Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 7, Alih BahasaMonica Ester. Jakarta: EGC

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2006). Mengenal Hipertensi, (Online), (http:// depkes.co.id/stroke.html)

Dharma, K. (2011). Metode Penelitian Keperawatan Panduan Melaksanakan dan dan menerapkan hasil penelitian.Jakarta: Trans Info Media

Doengoes. M. E, Et. All. Nursing Care Plans Guidelines for Planning andDocumenting Patient Care, Edisi 3. Alih Bahasa: I Made Kariasa, Et. All.2000. Jakarta: EGC

Effendy. N (1998). Dasar- dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, Edisi 2.Jakarta; EGC

Ervin, Naomi,E. (2002) . Advanced CommunityHealthNursingPractice:Population Focused Care. New Jersey: Prentice Hall

Hitchcock, Janice E., Phillys E. Schubert, Sue A. Thomas. (1999). CommunityHealth Nursing: Caring in Action. Albany: Delmar Publisher

Stanhope,M. & Lancaster,J.(2004). Community and Public Health Nursing, 6th ed.Missouri: Mosby Inc.

Smeltzer, Suzanne, and Bare. (2001), Buku Saku Ajar Keperawatan MedikalBedah, Edisi 8. Jakarta: EGC

Long. Barbara. C. Essential of Medical Surgical Nursing, Penerjemah. Karnaen R, Et. All, Edisi ke 3. 1996. Bandung: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran.

Page 34: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

Asuhan Keperawatan Komunitas Page 34

Tim POKJA RS Jantung Harapan Kita. (2003). Standar Asuhan Keperawatan Kardiovaskuler. Direktorat Medik dan Pelayanan RS Jantung dan pembuluh darah Harapan kita. Jakarta

FKUI. (1990). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI. Jakarta

DIKLIT RS Jantung Harapan Kita. (1993). Dasar-dasar KeperawatanKardiovaskuler. RS Jantung Harapan Kita. Jakarta

(Tanpa nama). (2007).hipertensi.(online).http:/ / w w w.s e h a t - b u g a r. c om)

Puskesmas palaran. (2006). Hipertensi. (Online), (http:/ / pusk e smasp a la ra n .wo r dpr e ss.com/2006 / 11 / 05/h i p e rt e nsi.h t m l)