Asuhan Keperawatan Gerontik Dengan Demensia Teori
-
Upload
giovanni-moningka-ii -
Category
Documents
-
view
77 -
download
5
description
Transcript of Asuhan Keperawatan Gerontik Dengan Demensia Teori
TUGAS KEPERAWATAN GERONTIK
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN PENYAKIT
DEMENSIA
DI SUSUN OLEH KELOMPOK VI :
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN MANADO
JURUSAN KEPERAWATAN 2B D-IV
TAHUN 2015
1. ADELINA AFKE ANGKOUW
2. ANDREINA PRICILLIA POSUMA
3. GIOVANNI LEONTIYNE MONINGKA
A. PENGERTIAN
Demensia merupakan sindrom yang ditandai oleh berbagai gangguan fungsi
kognitif tanpa gangguan kesadaran. Gangguan fungsi kognitif antara lain pada
intelegensi, belajar dan daya ingat, bahasa, pemecahan masalah, orientasi, persepsi,
perhatian dan konsentrasi, penyesuaian dan kemampuan bersosialisasi. (Arif Mansjoer,
1999).
Menurut Grayson (2004) menyebutkan bahwa demensia bukanlah sekedar
penyakit biasa, melainkan kumpulan gejala yang disebabkan beberapa penyakit atau
kondisi tertentu sehingga terjadi perubahan kepribadian dan tingkah laku.
Demensia adalah sindroma klinis yang meliputi hilangnya fungsi intelektual yang
sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi hidup sehari-hari. Demensia
merupakan keadaan ketika seseorang mengalami penurunan daya ingat dan daya piker
lain secara nyata mengganggu aktivitas kehidupan sehari-hari (Nugroho, 2008).
Jadi demensia adalah penurunan kemampuan mental yang biasanya berkembang
secara perlahan, di mana terjadi gangguan ingatan , fikiran, penilaian dan kemampuan
untuk memusatkan perhatian dan bias terjadi kemunduran kepribadian. Penyakit yang
dapat dialami oleh semua orang dari berbagai latar belakang pendidikan maupun
kebudayaan. Walaupun tidak terdapat perawatan khusus untuk demensia, namun
perawatan untuk menangani gejala boleh dilakukan.
B. ETIOLOGI
1. Penyebab utama dari penyakit ini adalah penyakit Alzheimer, yang penyebabnya
sendiri belum diketahui secara pasti, namun diduga penyakit Alzheimer disebabkan
karena adanya kelainan factor genetic atau adanya kelainan gen tertentu. Pada
penyakit Alzheimer, beberapa bagian otak mengalami kemunduran, sehingga terjadi
kerusakkan sel dan berkurangnya respon terhadap bahan kimia yang menyalurkan
sinyal ke dalam otak. Di dalam otak ditemukan jaringan abnormal (disebut plak
senilis dan serabut saraf yang semrawut) dan protein abnormal, yang bias terlihat
pada otopsi.
2. Penyebab kedua dari demensia yaitu serangan stroke yang berturut-turut. Stroke
tunggal yang ukurannya kecil dan menyebabkan kelemahan yang ringan atau
kelemahan yang timbul secara perlahan. Stroke kecil ini secara bertahap
menyebabkan kerusakkan jaringan otak, daerah otak yang mengalami kerusakan
akibat tersumbatnya aliran darah yang disebut dengan infark. Demensia yang
disebabkan oleh stroke kecil disebut demensia multi-infark. Sebagian penderitanya
memiliki tekanan darah tinggi atau kencing manis, yang keduanya menyebabkan
kerusakkan pembuluh darah diotak.
3. Penyebab demensia menurut Nugroho (2008) dapat digolongkan menjadi 3 golongan
besar, yaitu :
a. Sindroma demensia dengan penyakit yang etiologi dasarnya tidak dikenal
kelainan yaitu terdapat pada tingkat subseluler atau secara biokimiawi pada
system enzim atau pada metabolism.
b. Sindroma demensia dengan etiologi yang dikenal tetapi belum dapat diobati,
penyebab utama dalam golongan ini diantaranya :
- Penyakit degenerasi spino-serebelar.
- Subakut leuko-ensefalistis sklerotik van bogaert.
- Khorea Huntington.
c. Sindroma demensia dengan etiologi penyakit yang dapat diobati, dalam golongan
ini diantaranya :
- Penyakit cerebro cardiovascular.
- Penyakit-penyakit metabolic.
- Gangguan nutrisi.
- Akibat intoksikasi menahun.
C. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala dari penyakit demensia antara lain :
a. Rusaknya seluruh jajaran fungsi kognitif.
b. Awalnya gangguan daya ingat jangka pendek.
c. Gangguan kepribadian dan tingkah laku (mood swings).
d. Deficit neurologi dan fokal.
e. Mudah tersinggung, bermusuhan, agitasi dan kejang.
f. Gangguan psikotik : halusinasi, ilusi, waham, dan paranoid.
g. Keterbatasan dalam activities of daily living.
h. Kesulitan mengatur penggunaan keuangan.
i. Tidak bias pulang ke rumah bila berpergian.
j. Lupa meletakkan barang penting.
k. Sulit mandi, makan, berpakaian dan toileting.
l. Mudah terjatuh dan keseimbangan buruk.
m. Tidak dapat makan dan menelan.
n. Inkontinensia urine.
o. Dapat berjalan jauh dari rumah dan tidak bias pulang.
p. Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia, “lupa” menjadi
bagian keseharian yang tidak bias lepas.
q. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya : lupa hari, minggu, bulan, tahun,
tenpat penderita demensia berada.
r. Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang benar,
menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi, mengulang kata atau cerita
yang sama berkali-kali.
s. Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat melihat sebuah drama
televisi, marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan orang lain, rasa takut dan
gugup yang tidak beralasan. Penderita demensia kadang tidak mengerti kenapa
perasaan-perasaan tersebut muncul.
t. Adanya perubahan tingkah laku, seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan gelisah.
D. KLASIFIKASI DEMENSIA
1. Menurut Kerusakkan Struktur Otak.
a. Tipe Alzheimer
Alzheimer adalah kondisi di mana sel saraf pada otak mengalami kematian
sehingga membuat signal dari otak tidak dapat ditransmisikan sebagaimana
mestinya (Grayson, C. 2004). Penderita Alzheimer mengalami gangguan memori,
kemampuan membuat keputusan dan juga penurunan proses pikir. Sehingga 50-
60% penderita demensia disebabkan karena penyakit Alzheimer.
Demensia tipe ini ditandai dengan gejala
- Penurunan fungsi kognitif dengan onset bertahap dan progresif.
- Daya ingat terganggu, ditemukan adanya : afasia, apraksia, agnosia, gangguan
fungsi eksekutif.
- Tidak mampu mempelajari atau mengingat informasi baru.
- Perubahan kepribadian (depresi, obsesi, kecurigaan).
- Kehilangan inisiatif.
Penyakit Alzheimer dibagi atas 3 stadium berdasarkan beratnya deteorisasi
intelektual :
Stadium I (Amnesia)
- Berlangsung 2-4 tahun.
- Amnesia menonjol.
- Perubahan emosi ringan.
- Memori jangka panjang baik.
- Keluarga biasanya tidak terganggu.
Stadium II (Bingung)
- Berlangsung 2-10 tahun.
- Episode psikotik.
- Agresif.
- Salah mengenali keluarga.
Stadium III (Akhir)
- Setelah 6-12 tahun.
- Memori dan intelektual lebih terganggu.
- Membisu dan gangguan berjalan.
- Inkontinensia urin.
b. Demensia Vaskular.
Demensia tipe vascular disebabkan oleh gangguan sirkulasi darah diotak dan
setiap penyebab atau factor resiko dapat berakibat terjadinya demensia. Depresi
bisa disebabkan karena lesi tertentu di otak akibat gangguan sirkulasi darah
diotak, sehingga depresi dapat diduga sebagai demensia vascular.
Tanda-tanda neurologis fokal seperti :
- Peningkatan reflek tendon alam.
- Kelainan gaya berjalan.
- Kelemahan anggota gerak.
Menurut umur :
- Demensia senilis yaitu usia > 65 tahun.
- Demensia prasenilis yaitu usia < 65 tahun.
Menurut perjalanan penyakit :
- Reversible (mengalami perbaikan).
- Irreversible (normal pressure hydrocephalus, subdural hematoma,
vitamin B, defisiensi, hipotiroidisma dan intoksikasi Pb).
Menurut sifat klinis
- Demensia propirus.
- Pseudo-demensia
E. PATOFISIOLOGI
Hal yang menarik dari penderita demensia (usia > 65 tahun) adalah adanya
perubahan kepribadian dengan tingkah laku sehingga mempengaruhi aktivitas sehari-hari.
Lansia penderita demensia tidak memperlihatkan gejala yang menonjol pada tahap awal,
mereka sebagaimana lansia pada umumnya mengalami proses penuaan dan degenerative.
Kejanggalan awal dirasakan oleh penderita itu sendiri, mereka sulit untuk mengingat dan
sering lupa jika meletakkan suatu barang. Mereka sering kali menutupi-nutupi hal
tersebut dan meyakinkan bahwa itu adalah hal yang biasa pada usia mereka. Kejanggalan
berikutnya mulai diarasakan oleh orang-orang yang tinggal bersama mereka, mereka
merasa khawatir terhadap penurunan daya ingat yang semakin menajadi, namun sekali
lagi keluarga merasa bahwa mungkin lansia kelelahan dan perlu banyak istirahat. Mereka
belum mencurigai adanya sebuah masalah besar dibalik penurunan daya ingat yang
dialami oleh orang tua mereka.
Gejala demensia berikutnya yang muncul biasanya berupa depresi pada lansia,
mereka menjaga jarak dengan lingkungan dan menjadi lebih sensitive. Kondisi seperti ini
dapat saja diikuti oleh munculnya penyakit lain dan biasanya akan memperparah kondisi
lansia. Pada saat ini mungkin saja lansia menjadi sangat ketakutan bahkan sampai
berhalusinasi. Disinilah keluarga membawa lansia penderita demensia ke rumah sakit di
mana demensia bukanlah menjadi hal utama focus pemeriksaan. Serigkali demensia luput
dari pemeriksaan dan tidak terkaji oleh tim kesehatan. Tidak semua tenaga kesehatan
memiliki kemampuan untuk dapat mengkaji dan mengenali gejala demensia.
Faktor Psikososial
Derajat keparahan dan perjalanan penyakit demensia dapat dipengaruhi oleh factor
psikososial. Semakin tinggi intelegensia dan pendidikan pasien sebelum sakit maka
semakin tinggi juga kemampuan untuk mengkompensasi deficit intelektual. Pasien
dengan awitan demensia yang cepat (rapid onset) menggunakan pertahanan diri yang
lebih sedikit daripada pasien yang mengalami awitan yang bertahap. Kecemasan dan
depresi dapat memperkuat dan memperburuk gejala. Pseudodemensia dapat terjadi pad
individu yang mengalami depresi dan mengeluhkangangguan memori, akan tetapi pada
kenyataannya ia mengalami gangguan depresi. Ketika depresinya berhasil ditanggulangi,
maka defek koginitifnya akan menghilang.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium Rutin
Pemeriksaan laboratorium hanya dilakukan begitu diagnosis klinis demensia
ditegakkan untuk membantu pencarian etiologi demensia khususnya demensia
reversible, walaupun 50% penyandang demensia adalah Alzheimer dengan hasil
laboratorium normal, pemeriksaan laboratorium rutin sebaiknya dilakukan.
Pemeriksaan laboratorium rutin sebaiknya dikerjakan antara lain : pemeriksaan darah
lengkap, urinalisis, elektrolit serum, kalsium darah, ureum, fungsi hati, hormone
tiroid dan kadar asam folat.
2. Imaging
Computed Tomography (CT) scan dan MRI (Magnetic Resonance Imaging) telah
menjadi pemeriksaan rutin dalam pemeriksaan demensia walauoun hasilnya masih
dipertanyakan.
3. Pemeriksaan EEG
Electroencephalogram (EEG) tidak memberikan gambaran spesifik dan pada
sebagian besar EEG adalah normal. Pada Alzheimer stadium lanjut dapat
memberikan gambaran perlambatan difus dan kompleks periodic.
4. Pemeriksaan Cairan Otak
Fungsi lumbal diindikasikan bila klinis dijumpai awitan demensia akut, penyandang
dengan immunosupresan, dijumpai rangsangan meningen dan panas, demensia
presentasi atipikal, hidrosefalus normosentif, tes sifilis (+), penyengatan meningeal
pada CT scan.
5. Pemeriksaan Genetika
Apolipoprotein E (APOE) adalah salah satu protein pengangkut lipid polimorfik yang
memilki 3 allel yaitu epsilon 2, epsilon 3 dan epsilon 4. Setiap allel mengkode bentuk
APOE yang berbeda. Meningkatnya frekuensi epsilon 4 diantaranya penyanndang
demensia Alzheimer tipe awitan lambat atau tipe sporadic menyebabkan pemakaian
genotif APOE epsilon 4 sebagai penanda semakin meningkat.
6. Pemeriksaan Neuropsikologis
Pemeriksaan ini meliputi status mental, aktivitas sehari-hari atau fungsional dan
aspek kognitif lainnya. (Asosiasi Alzheimer Indonesia, 2003), pemeriksaan
neuropsikologis penting untuk penambahan pemeriksaan pada pasien demensia,
terutama untuk memeriksa fungsi kognitif, minimal mencakup atensi, memori bahasa,
konstruksi visuospatial, kalkulasi dan problem solving
G. PENATALAKSANAAN
1. Farmakoterapi.
Sebagian besar kasus demensia tidak dapat disembuhkan.
a. Untuk mengobati demensia Alzheimer digunakan obat-obatan antikoliesterase
seperti donepezil, rivastigmine, galantamine, memantine.
b. Demensia vascular membutuhkan obat-obatan anti platelet seperti aspirin,
ticlopidine, clopidrogel untuk melancarkan aliran darah ke otak sehingga
memperbaiki gangguan koginitif.
c. Demensia karena stroke yang berturut-turut tidak dapat diobati, tetapi
perkembangannya bisa diperlambat atau bahkan dihentikan dengan mengobati
tekanan darah tinggi atau kencing manis yang berhubungan dengan stroke.
d. Jika hilangnya ingatan disebabkan oleh depresi, diberikan obat anti-depresi
seperti sertraline dan citalopram.
e. Untuk mengendalikan agitasi dan perilakuk yang mekedak-ledak, yang bisa
meyertai demensia stadium lanjut, sering digunakan obat anti-psikotik. Misalnya
haloperidol, quetiapine, dan risperidone).
2. Dukungan atau Peran Keluarga
a. Mempertahankan lingkungan yang familiar akan membantu penderita tetap
memiliki orientasi. Kalender yang besar, cahaya yang terang, jam dinding dengan
angka-angka yang besar atau radio juga bisa membantu penderita memiliki
orientasi.
b. Menyembunyikan kunci mobil dan memasang detector pada pintu bisa membantu
mencegah terjadinya kecelakaan pada penderita yang senang berjalan-jalan.
c. Menjalani kegiatan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia.
d. Memarahi atau menghukum penderita tidak akan membantu, bahkan
memperburuk keadaan.
e. Menerima bantuan organisasi yang memberikan pelayanan social dan perawatan,
akan sangat membantu.
3. Terapi Simtomatik
Pada penderita penyakit demensia dapat diberikan terapi ini, meliputi :
a. Diet.
b. Latihan fisik yang sesuai.
c. Terapi rekrasional dan aktivitas.
d. Penanganan terhadap masalah-masalah.
H. PENCEGAHAN DAN PERAWATAN DEMENSIA
Hal yang dapat kita lakukan untuk menuruknkan resiko terjadinya demensia diantaranya
adalah menjaga ketajaman daya ingat dan senantiasa mengoptimalkan fungsi otak, seperti
1. Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti alcohol dan zat-
zat adiktif yang berlebihan.
2. Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya melakukan setiap
hari.
3. Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental sehat dan aktif.
I. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas pasien.
b. Riwayat kesehatan.
c. Status kesehatan.
d. Status kesehatan mental.
e. Aspek kognitif, pembelajaran dan memori.
f. Perubahan system tubuh.
- Perubahan kardiovaskular.
- Perubahan system pernafasan.
- Perubahan integument.
- Perubahan system reproduksi.
- Perubahan genitourinaria.
- Perubahan gastrointestinal.
- Perubahan kebutuhan nutrisi.
- Perubahan musculoskeletal.
- Perubahan sensorik.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Sindrom stress relokasi berhubungan dengan perubahan dalam aktivitas
kehidupan sehari-hari ditandai dengan kebingungan, keprihatinan, gelisah,
tampak cemas, mudah tersinggung, tingkah laku defensive, kekacauan mental
tingkah laku curiga dan tingkah laku agresif.
b. Perubahan proses piker berhubungan dengan perubahan fisiologis (degenasi
neuron irreversible) ditandai dengan hilang ingatan atau memor, hilang
konsentrasi, tidak mamou menginterpretasikan stimulasi dan menilai realitas
dengan akurat.
c. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan persepsi, transmisi
atau integrasi sensorik (penyakit neurologis, tidak mampu berkomunikasi,
gangguan tidur, nyeri) ditandai dengan cemas, apatis, gelisah, halusinasi.
d. Perubahan pola tidur berhubungan dengan perubahan lingkungan ditandai dengan
keluhan verbal tentang kesulitan tidur, terus-menerus terjaga, tidak mampu
menentukan kebutuhan atau waktu tidur.
e. Kurang perawatan diri berhubungan dengan intoleransi aktivitas menurunnya
daya tahan dan kekuatan ditandai dengan penurunan kemampuan untuk
melakukan aktivitas sehari-hari.
f. Resiko cedera berhubungan dengan mudah lupa, kemunduran hobi, perubahan
sensorik.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
No
Dx.Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1.
Setelah diberikan tindakan
keperawatan diharapkan klien
dapat beradaptasi dengan
perubahan aktivitas sehari-hari
dan lingkungan dengan KH :
(a). mengidentifikasi perubahan
(b). mampu beradaptasi pada
perubahan lingkungan dan
aktivitas kehidupan sehari-hari.
(c). cemas dan takut berkurang.
(d). membuat pernyataan yang
positif tentang lingkungan yang
baru.
(a). jalin hubungan saling
mendukung dengan klien.
(b). orientasikan pada
lingkungan dan rutinitas
yang baru. (c). kaji tingkat
stressor (penyesuaian diri,
perkembangan, peran
keluarga, akibat perubahan
status kesehatan). (d).
tentukan jadwal aktivitas
yang wajjar dan masukkan
dalam kegiatan rutin. (e).
berikan penjelasan dan
informasi yang menyenang
kan mengenai kegiatan
atau peristiwa.
(a). untuk membangun
kepercayaan dan rasa
nyaman. (b).
menurunkan kecemasan
dan perasaan terganggu.
(c). untuk menentukan
persepsi klien tentang
kejadian dan tingkat
serangan. (d). konsitensi
mengurangi kebingungan
,mempertahankan rasa
saling percaya dan
orientasi.
2. Setelah diberikan tindakan
keperawatan diharapkan klien
(a). kembangkan
lingkungan yang
(a). mengurangi
kecemasan dan
mampu mengenali perubahan
dalam berpikir dengan KH :
(a). mampu memperlihatkan
kemampuan kognitif untuk
melanjalani konsekuensi
kejadian yang menegangkan
terhadap emosi dan pikiran
tentag diri. (b). mampu
mengembangkan strategi untuk
mengatasi anggapan diri yang
negative. (c). mampu mengenali
tingkah laku dan factor
penyebab.
mendukung dan hubungan
klien-perawat yang
terapeutik. (b).
pertahankan lingkungan
yang menyenangkan dan
tenang. (c). tatap wajah
ketika berbicara dengan
klien. (d). panggil klien
dengan namanya.
(e).gunakan suara yang
agak rendah dan berbicara
dengan perlahan terhadap
klien.
emosional. (b).
kebisingan merupakan
sensorik berlebihan yang
meningkatkan gangguan
neuron. (c).
menimbulkan perhatian
terutama pada klien
dengan gangguan
perceptual. (d). nama
adalah bentuk identitas
diri dan menimbulkan
pengenalan terhadap
realita dan klien. (e).
meningkatkan
pemahaman. Ucapan
tinggi dank eras
meimbulkan stress yang
mencetuskan konfrotasi
dan respon marah.
3. Setelah diberikan tindakan
keperawatan diharapkan
perubahan persepsi sensori
klien dapat berkurang atau
terkontrol dengan KH :
(a). mengalami penurunan
halusinasi. (b).
mengembangkan strategi
psikososial untuk mengurangi
stress. (c). mendemonstrasikan
respons yang sesuai stimulasi.
(a). kembangkan
lingkungan yang supportif
dan hubungan perawat-
klien yang terapeutik. (b).
bantu klien memahami
halusinasi. (c). kaji derajat
sensori atau gangguan
persepsi dan bagaimana
hal tersebut mempengaruhi
klien termasuk penurunan
penglihatan atau
pendengaran. (d). ajarkan
strategi untuk mengurangi
stress. (e). ajak pihak
sederhana, jalan-jalan
keliling rumah sakit.
(a). meningkatkan
kenyamanan dan
menurunkan kecemasan
pada klien. (b).
meningkatkan koping
dan menurunkan
halusinasi. (c).
keterlibatan itak
memperlihatkan masalah
yang bersifat asimetris
menyebakan klien
kehilangan kemampuan
pada salah satu sisi
tubuh. (d). untuk
menurunkan kebutuhan
akan halusinasi. (e).
Pantau aktivitas. piknik menunjukkan
realita dan memberikan
stimulasi sensori yang
menurunkan perasaan
curiga dan halusinasi
yang disebabkan persaan
terkekang.
4.
Setelah diberikan tindakan
keperawatan diharapkan tidak
terjadi gangguan pola tidur
pada klien dengan KH :
(a). memahami factor penyebab
gangguan pola tidur. (b).
mampu menentukan penyebab
tidur inadekuat. (c). melaporkan
dapat beristirahat dengan
cukup. (d). mampu
menciptakan pola tidur yang
adekuat.
(a). jangan menganjurkan
pasien tidur siang apabila
berakibat efek negative
terhadap tidur pada malam
hari. (b). evaluasi efek
obat klien yang
mengganggu tidur. (c).
tentukan kebiasaan dan
rutinitas waktu tidur
malam dengan kebiasaan
klien. (d). memberikan
lingkungan yang nyaman
untuk tidur. (e). buat
jadwal tidur secara teratur
katakana pada klien bahwa
saat ini adalah waktunya
untuk istirahat.
(a). irama sikardian yang
tersinkronisasi
disebabkan oleh tidur
siang yang singkat. (b).
derangement psikis
terjadi bila terdapat
penggunaan
kortikosteroid, termasuk
perubahan mood,
insomnia. (c). mengubah
pola yang sudah terbiasa
dengan asupan makan
klien pada malam hari
terbukti mengganggu
tidur. (d). hambatan
kortikal pada formasi
retricular akan berkurang
selama tidur. (e).
penguatan bahwa saatnya
tidur dan
mempertahankan
kestabilan lingkungan.
5. Setelah diberikan tindakan
keperawatan diharapkan klien
dapat merawat dirinya sesuai
dengan kemampuannya dengan
KH :
(a). mampu melakukan aktivitas
(a). identifikasi kesulitan
dalam berpakaian atau
perawatan diri, seperti :
keterbatasan gerak fisik,
apatis atau depresi,
penurunan kognitif,
(a). memahami penyebab
yang mempengaruhi
intervensi. Masalah dapat
diminimalkan dengan
menyesuaikan atau
memerlukan konsultasi
perawatan diri sesuai dengan
tingkat kemampuan. (b).
mamou mengidentifikasi dan
menggunakan sumber pribadi
atau komunitas yang dapat
memberikan bantuan.
seperti apraksia. (b).
identifikasi kebutuhan
kebersihan diri dan berikan
bantuan sesuai kebutuhan
dengan perawatan rambut,
kuku, kulit dan gigi. (c).
perlihatkan adanya tanda-
tanda nonverbal yang
fisiologis. (d). beri banyak
waktu untuk melakukan
tugas. (e). bantu
mengenakan pakaian yang
rapid an indah.
dari ahli lain. (b). seiring
perkembangan penyakit,
kebutuhan kebersihan
dasar mungkin
dilupakan. (c).
kehilangan sensori dan
penurunan fungsi bahasa
menyebabkan klien
mengungkapkan
kebutuhan perawatan diri
dengan cara nonverbal,
seperti terengah-engah,
ingin berkemih dan
memegang dirinya. (d).
pekerjaan yang tadinya
mudah sekarang menjadi
terhambat karena
penurunan motorik dan
perubahan kognitif. (e).
meningkatkan
kepercayaan untuk hidup.
6. Setelah diberikan tindakan
keperawatan diharapkan resiko
cedera tidak dapat terjadi
dengan KH :
(a). meningkatkan tingkat
aktivitas. (b). dapat beradaptasi
dengan lingkungan untuk
mengurangi resiko trauma atau
cedera. (c). tidak mengalami
cedera.
(a). kaji derajat gangguan
kemampuan, tingkah laku
impulsive dan penurunan
perepsi visual. Bantu
keluarga mengidentifikasi
resiko terjadinya bahaya
yang akan timbul. (b).
hilangkan sumber bahaya
lingkungan. (c). alihkan
perhatian saat perilaku
berbahaya atau melompat
derajatu tempat tidur. (d).
kaji efek samping obat,
tanda keracunan. (e).
(a). mengidentifikasi
resiko di lingkungan dan
mempertinggi kesadaran
perawat akan bahayanya.
Klien dengan tingkah
laku impuls beresiko
trauma karena kurang
mampu mengendalikan
perilaku penurunan
persepsi visual berseiko
jatuh. (b). klien dengan
gangguan kognitif,
gangguan persepsi awal
terjadi trauma akibat
hindari penggunaan
restrain terus menerus.
Berikan kesempatan
keluarga tinggal bersama
klien selama periode
agitasi akut.
tidak bertanggung jawab
terhadap kebutuhan dasar
manusia. (c).
mempertahankan
keamanan dengan
menghindari konfrotasi
yang meningkatkan
resiko terjadinya trauma.
7.
Setelah diberikan tindakan
keperawatan diharapkan klien
mendapat nutrisi yang
seimbang dengan KH :
(a). mengubah pola asuhan
yang benar. (b). mendapat diet
nutrisi yang seimbang. (c).
mendapat kembali berat badan
yang sesuai
(a). beri dukungan untuk
penurunan berat badan.
(b). awasi berat badan
setiap minggu. (c). kaji
pengetahuan keluarga atau
klien mengenai kebutuhan
makanan. (d). usahakan
atau beri bantuan dalam
memilih menu. (e). beri
privasi saat kebiasaan
makan menjadi masalah.
(a). motivasi terjadi saat
klien mengidentifikasi
kebutuhan sendiri. (b).
memberikan umpan balik
atau penghargaan. (c).
identifikasi kebutuhan
membantu perencanaan
pendidikan. (d). klien
tidak mampu
menentukan kebutuhan
pilihan kebutuhan nutrisi.
(e). ketidakmampuan
menerima dan hambatan
social dari kebiasaan
makan berkembang
seiring perkembangan
penyakit.