Asuhan Keperawatan Gerontik Hipertensi
description
Transcript of Asuhan Keperawatan Gerontik Hipertensi
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK
PADA KLIEN DENGAN SISTEM KARDIOVASKULER
(HIPERTENSI)
DISUSUN OLEH:
1. Obi Sobirin 4201.0112.A.072
2. Sutan Muda Harahap 4201.0112.A.055
3. Taufik 4201.0112.A.053
PRODI D3 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Usia lanjut adalah periode penutup dalam rentang hidup
seseorang. Menuanya organ tubuh tak lebih dari sebuah proses alamiah. Namun,
sangat sulit membedakan antara penuaan normal yang tidak bisa dicegah dengan
kerusakan organ akibat penuaan yang sebenarnya dapat dicegah, Dari seluruh
penyakit yang mendera manusia, penyakit kardiovaskular menempati urutan
paling atas. Kerusakan akibat penuaan biasanya akan mengalami dua macam
interaksi, yang berasal dari penuaan itu sendiri atau proses patologis yang
mengikuti penyakit jantung tersebut. Kelompok ini pun sering mengalami
kelainan klinis akibat komorbiditas serta polifarmasi.
Penyakit jantung merupakan penyakit yang mematikan. Di seluruh dunia,
jumlah penderita penyakit ini terus bertambah. Penyakit ini tidak lepas dari gaya
hidup yang kurang sehat yang banyak dilakukan seiring dengan berubahnya pola
hidup. Angka harapan hidup yang semakin meningkat ditambah peningkatan
golongan usia tua semakin memperbesar jumlah penderita penyakit jantung yang
sebagian besar diderita oleh orang tua. (Wikipedia, 2008).
Di Indonesia, hipertensi juga merupakan masalah kesehatan yang perlu
diperhatikan oleh dokter yang bekerja pada pelayanan kesehatan primer, karena
angka prevalensinya yang tinggi dan akibat jangka panjang yang ditimbulkannya
(Slamet Suyono, 2001).
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu
hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya atau idiopatik dan hipertensi
sekunder yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain (Slamet Suyono,
2001).
Hipertensi primer meliputi lebih kurang 90% dari seluruh pasien hipertensi
dan 10% lainnya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Hanya 50% dari golongan
hipertensi sekunder dapat diketahui penyebabnya, dan dari golongan ini hanya
beberapa persen yang dapat diperbaiki kelainannya. Oleh karena itu, upaya
penanganan hipertensi primer lebih mendapatkan prioritas. Banyak penelitian
dilakukan terhadap hipertensi primer, baik mengenai patogenesis maupun tentang
pengobatannya.
Menurut WHO (1978), batasan tekanan darah yang masih dianggap normal
adalah 140/90 mmHg dan tekanan darah sama dengan atau di atas 160/95
dinyatakan sebagai hipertensi. Tekanan darah diantara normotensi dan hipertensi
disebut borderline hypertension. Batasan tersebut tidak membedakan jenis
kelamin dan usia, sedangkan batasan hipertensi yang memperhatikan perbedaan
usia dan jenis kelamin diajukan oleh Kaplan (1985) sebagai berikut : pria yang
berusia < 45 tahun dinyatakan hipertensi jika tekanan darah pada waktu berbaring
130/90 mmHg atau lebih, sedangkan yang berusia >45 tahun dinyatakan
hipertensi jika tekanan darahnya 145/95 mmHg atau lebih. Wanita yang
mempunyai tekanan darah 160/95 mmHg atau lebih dinyatakan hipertensi
(Slamet Suyono, 2001).
Berdasarkan latar belakang di atas, dengan tinggi persentase penyakit
hipertensi pada lansia, maka kelompok kami tertarik mengangkat masalah dengan
judul “Asuhan Keperawatan Gerontik pada Klien Hipertensi”.
1.2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gerotik.
b. Tujuan Khusus
1. Sebagai bahan acuan untuk presentasi tugas Keperawatan Gerontik system
Kardiovaskular
2. Agar mahasiswa mengerti tentang Keperawatan Gerontik khususnya teori
hipertensi dan asuhan keperawatan klien dengan hipertensi
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1. Defenisi
Menurut beberapa sumber, definisi dari hipertensi adalah:
1. Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg
(Smeltzer & Bare,2001)
2. Hipertensi adalah peningkatan teknan darah yang menetap diatas batas normal
yang disepakati yaitu : diastolic 90 mmHg / sistolik 140 mmHg (Kee & Hayes,
2001)
3. Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah yang menetap diatas bataas
normal yang disepakati yaitu: distolic 90 mmHg / 140 mmHg (Price &
Wilson,2005)
Sehingga dapat disimpulkan bahwa definisi hipertensi pada lansia adalah
sebagai tekanan darah 140/90 mm Hg atau lebih tinggi atau tekanan darah yang
membutuhkan pengobatan dengan obat anti hipertensi. Hipertensi adlah penyakit
sistem kardiovaskuler dan pada lansia juga merupakan faktor resiko untuk penyakit
kardiovaskular termasuk penyakit stroke iskemik,penyakit koroner,dan gagal
jantung. (Arronow, 2009)
2.2. Klasifikasi
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas (Darmojo, 1999):
1. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg
dan / atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg.
2. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160
mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.
Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2
golongan besar yaitu:
1. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya
2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit
lain(Darmojo, 1999)
Klasifikasi hipertensi
Kategori Sistolik, Mmhg Diastolik, Mmhg
Normal
Normal tinggi
Hipertensi I
Stadium I (ringan)
Stadium II (sedang)
Stadium III (berat)
Stadium IV (sangat berat)
<130
130-139
140-159
160-179
180-209
>210
<85
85-89
99-99
100-109
110-119
>120
2.3. Etiologi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik
(idiopatik). Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau
peningkatan tekanan perifer. Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi
terjadinya hipertensi:
1. Genetik: Respon neurologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau transport
Na.
2. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan
darah meningkat.
3. Stress Lingkungan.
4. Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta pelebaran
pembuluh darah.
Menurut (Ignatificius, 2010) berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi
menjadi 2 golongan yaitu:
1. Hipertensi Esensial (Primer) : Penyebab tidak diketahui namun banyak factor
yang mempengaruhi seperti genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf
simpatik, system rennin angiotensin, efek dari eksresi Na, obesitas, merokok dan
stress.
2. Hipertensi Sekunder : Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vaskuler
renal. Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan-perubahan pada :
1. Elastisitas dinding aorta menurun
2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur
20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan
menurunnya kontraksi dan volumenya.
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
5. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-
datapenelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya
hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :
a. Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr)
b. Kegemukan atau makan berlebihan
c. Stress
d. Merokok
e. Minum alcohol
f. Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )
g. Aktivitas fisik
Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah penyakit-penyakit seperti
ginjal, glomerulonefritis, pielonefritis, nekrosis tubular akut, tumor, vascular,
aterosklerosis, hiperplasia, trombosis, aneurisma, emboli kolestrol, vaskulitis,
kelainan endokrin, dm, hipertiroidisme, hipotiroidisme, saraf, stroke, ensepalitis.
selain itu dapat juga diakibatkan karena obat–obatan kontrasepsi oral, kortikosteroid.
Hipertensi dapat diakibatkan oleh perilaku/pola hidup yang tidak baik.
Faktorfaktor dan perilaku yang dapat menjadipenyebab hipertensi yaitu:
a. Asupan Sodium yang melebihi normal: asupan sodium terhadap
kenaikan tekanan darah sekarang ini banyak sekali diteliti. Hal ini
berkaitan dengan sifat sodium yang menyebabkan retensi cairan di
dalam tubuh. Hipertensi jarang terjadipada intake sodium yang rendah
yaitu sekitar <60 mmol/hari.
b. Kurangnya diit vegetarian (sayur dan buah): Cereal, buah, dan sayuran
mengandung banyak kandungan kalium dan rendah sodium. Adanya
banyakkandungan kalium dapat menurunkan tekanan darah.
c. Intake lemak berlebih: Intake lemak berisiko meningkatkan
pembentukanatherosklerosis yang akan menyebabkan dinding
pembuluh darah mengeras danmenyebabkan tekanan darah dapat
meningkat.
d. Intake alkohol: Beberapa studi menunjukkan hubungan linier yang
positifantara tekanan sistolik dan diastolik dengan pengkonsumsian
alkohol.
e. Merokok: Penelitian menunjukkan bahwa orang yang merokok
berisikolebih besar menderita penyakit hipertensi dibandingkan yang
tidak merokok.
f. Stress: Nyeri, marah, keingintahuan berlebih, ketakutan, kegembiraan
danrasa malu menyebabkan tekanan darah akan meningkat (National
Heart Lung &Blood Insitute, 2003)
Hipertensi dapat mengakibatkan kerusakan pembuluh darah, meningkatkan
risiko sakit jantung dan stroke. Hipertensi juga dapat mengakibatkan gagal
jantung,penurunan efisiensi fungsi ginjal, dll. (Mansjoer et al, 2001). Hipertensi
dapatdicegah dengan pola hidup sehat dan mengendalikan faktor risiko
hipertensiseperti: mempertahankan berat badan ideal, tidak merokok, tidak minum
kopi, tidakmengkonsumsi alkohol, latihan aerobik, modifikasi tingkah laku, dan
penghentianobat yang meningkatkan tekanan darah (obat pengatur kelahiran,
kortikosteroid mineralokortikoid, dan lain-lain) (National Heart Lung & Blood
Insitute, 2003).
2.4. Manifestasi Klinis
Tidak ada tanda dan gejala sampai penyakit ditemukan selama evaluasi masalah
yang lainnya. Terbangun dengan sakit kepala pada bagian oksipital yang berkurang
secara spontan setelah beberapa jam gejala biasanya terkait dengan hipertensi berat.
Biasanya terdapat gejala pusing, kehilangan ingatan, palpitasi, keletihan, dan impotensi.
Dengan keterlibatan vaskuler:
1. Perdarahan hidung
2. Urine berdarah
3. Kelemahan
4. Penglihatan kabur
5. Nyeri dada dan dispnea yang dapat menandakan keterlibatan jantung
6. Tremor lambat
7. Mual dan muntah
8. Peningkatan tekanan diastolik ketika orang tersebut mengubah posisi dari duduk
menjadi berdiri(yang menandakan hipertensi esensial)
9. Penurunan tekanan darah dengan perubahan dari posisi duduk keberdiri
(menandakan hipertensi sekunder)
10. Endema perifer ketika terjadi gagal jantung
11. Hemarogi eksudat dan endema papil menunjukan evaluasi oftalmoskopik pada
tahap lanjut(jika retinopati ipertensif terjadi) (Jaime Stockslager,2007)
2.5. Patofisiologis
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf
simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,
dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat
sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya,
yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi
yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin.
Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi
aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air
oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor
ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan
fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan
darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis,
hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh
darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang
pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya
dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup)
mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer,
2001).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu”
disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff
sphygmomanometer (Darmojo, 1999).
Perubahan fisik pada lansia terkait dengan penyakit hipertensi:
Perubahan sistem kardiovaskuler
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa daah menurun 1% setiap tahun sesudah 20
tahun,hal ini menyebabkan menurunnya kontrkasi dan volumenya
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas pembuluh darah
perifer untuk oksigenasi,perubahan psisi dari tidur ke duduk (duduk ke berdiri)
bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg (mengakibatkan
pusing mendadak).
Tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya resitensi dari
pembuluh darah perifer, sistolis normal kurang lebih 170 mmHg dan distolis normal
kurang lebih 90 mmHg. Dengann adanya penurunan suplai O2 ke otak maka
kebutuhan otak akan O2 berkurang. Hal tersebut akan menyebabkan pingsan pada
akhirnya akan terjadi resiko injuri. (Smeltzser & Bare,2001)
2.6. Pemeriksaan Penunjang
1. Hemoglobin / hematokrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume cairan ( viskositas ) dan
dapat mengindikasikan factor – factor resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
2. BUN/Keratinin: memberikan informasi tentang perfusi ginjal
3. Glukosa
Hiperglikemi ( diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi ) dapat diakibatkan
oleh peningkatan katekolamin ( meningkatkan hipertensi )
4. Kalium serum
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama ( penyebab ) atau
menjadi efek samping terapi diuretik.
5. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
6. Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya pembentukan
plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
7. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
8. Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab )
9. Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya diabetes.
10. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
11. Steroid urin
Kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
12. IVP
Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit parenkim ginjal, batu
ginjal / ureter
13. Foto dada
Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung
14. CT scan
Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati
15. EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi
(Prize,Sylvia,2005)
2.7. Penatalaksanaan Medik
Penatalaksanaan pada penderita hipertensi terdiri dari penatalaksanaan non
farmakologis dan farmakologis.
Penatalaksanaan non farmakologis terdiri dari:
1. Penurunan berat badan
2. Pembatasan alkohol
3. Pembatasan konsumsi natrium
4. Pembatasan penggunaan tembakau
5. Latihan dan relaksasi
Penatalaksanaan farmakologis terdiri dari:
1. Diuretik (chlorthalidone chygraton)
2. Diuretika pengganti kalium
3. Inhibitor asenergik (propanolog iinderal)
4. Vaskodilaton (hydrolazine hydrocloride apresoline)
5. Penghambat enzim pengubah angiotensin (captropil capoten)
6. Antagonis kalium (diltiazem hydrocloride cardizem)(Prize,Sylvia, 2005)
7. Menurut JNC VI pilihan pertama untuk pengobatan hipertensi lanjut usia
adalah diuretic atau penyekat beta dan ini sangat bermanfaat namn demikian
terbatas penggunaannya pada keadaan seperti penyakit arteri tepi, gagal
jantung.
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas
akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan
pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi:
Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai
tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :
1. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
a. Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
b. Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
c. Penurunan berat badan
d. Penurunan asupan etanol
2. Menghentikan merokok
3. Latihan Fisik (Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang
dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai
empat prinsip yaitu macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari,
jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain)
Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik
atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Lamanya
latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan Frekuensi
latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu
Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
1. Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada
subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek
dianggap tidak normal. Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk
mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk
gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
2. Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi
ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar
membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks
Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien
tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat
mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.Hal-hal
yang harus diperhatikan dalam interaksi pasien dengan petugas kesehatan
adalah sebagai berikut :
1. Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil pengukuran
tekanan darahnya
2. Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai tekanan
darahnya
3. Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat sembuh, namun
bisa dikendalikan untuk dapat menurunkan morbiditas dan mortilitas
4. Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan tingginya
tekanan darah atas dasar apa yang dirasakannya, tekanan darah hanya
dapat diketahui dengan mengukur memakai alat tensimeter
Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan lebih dahulu
Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara hidup penderita
Ikutsertakan keluarga penderita dalam proses terapi
5. Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita atau
keluarga dapat mengukur tekanan darahnya di rumah
6. Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi misal 1 x
sehari atau 2 x sehari
7. Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi, efek
samping dan masalah-masalah yang mungkin terjadi
8. Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis atau
mengganti obat untuk mencapai efek samping minimal dan efektifitas
maksimal
9. Usahakan biaya terapi seminimal mungkin
10. Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih sering
11. Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang
ditentukan.
12. Melihat pentingnya kepatuhan pasien dalam pengobatan maka sangat
diperlukan sekali pengetahuan dan sikap pasien tentang pemahaman dan
pelaksanaan pengobatan hipertensi.
I. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Pengkajian secara Umum:
1. Identitas Pasien
Hal -hal yang perlu dikaji pada bagian ini yaitu antara lain: Nama, Umur, Jenis
Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Agama, Status Mental, Suku, Keluarga/orang
terdekat, alamat, nomor registrasi.
2. Riwayat atau adanya faktor resiko
a. Riwayat garis keluarga tentang hipertensi
b. Penggunaan obat yang memicu hipertensi
3. Aktivitas / istirahat
a. Kelemahan,letih,napas pendek,gaya hidup monoton.
b. Frekuensi jantung meningkat
c. Perubahan irama jantung
d. Takipnea
4. Integritas ego
a. Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria atau marah kronik.
b. Faktor faktor stress multiple (hubungan, keuangan yang berkaitan dengan
pekerjaan).
5. Makanan dan cairan
Makanan yang disukai, dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi
lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng,keju,telur)gula-gula
yang berwarna hitam, kandungan tinggi kalori.
a. Mual, muntah.
b. Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat atau menurun).
6. Nyeri atau ketidak nyamanan :
a. Angina (penyakit arteri koroner /keterlibatan jantung
b. Nyeri hilang timbul pada tungkai.
c. Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya.
d. Nyeri abdomen.
Pengkajian Persistem :
a) Perubahan – perubahan fisik pada lansia :
1. Sel
Lebih sedikit jumlahnya
Lebih besar ukurannya
Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan intraseluler
Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal , darah dan hati
Jumlah sel otak menurun
Otak menjadi atrofis beratnya berkurang 5-10%
2. Sistem persarafan
Berat otak menurun 10-20% (setiap orang berkurang sel saraf otaknya
dalam setiap harinya)
Cepatnya menurun hubungan persarafan
Kurang sensitif terhadap sentuhan
Mengecilnya saraf indera
3. Sistem pendengaran
Presbiakusis atau hilangnya kemampuan pendengaran pada telinga dalam
terutama terhadap bunyi suara atau nada nada yang tinggi
Membran timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis
Terjadiya pengumpulan serumen dapat mengeras karena meningkatnya
keratin
4. Sistem penglihatan
Sfinger pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar
Kornea lebih berbentuk sferis (bola)
Lensa lebih suram ( kekeruhan pada lensa) menyebabkan gangguan
penglihatan
Hilangnya daya akomodasi
Menurunnya lapang pandang
Menurunnya daya membedakan warna biru aau hijau
5. Sistem kardiovaskuler
Elastisitas , dinding aorta menurun
Katub jantung menebal dan menjadi kaku
Kemampuan jantung menurun memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah brumur 20 tahun , hal ini yang menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya
Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektifitas pembuluh
darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk , bisa
menyebabkan darah menurun menjadi 65 mmHg (mengakibatkan pusing
mendadak)
Tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meninkatnya resisten dari
pembuluh darah perifer, sistolis normal 170 mmHg, diastolic normal 90
mmHg
6. Sistem repirasi
Otot- otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku
Menurunnya aktivitas dari silia
Paru paru kehilangan elastisitas , kapasitas esidu meningkat , menarik napas
lebih berat, kapasitas pernapasan maksimum menurun, dan kedalamn
bernapas menurun
Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang
O2 pada arteri menurun menjadi 75mmHg
Co2 pada arteri tidak berganti
7. Sistem gastorintestinal
Kehilangan gigi penyebab utama adanya periodontal disease yang bisa
terjadi setelah umur 30 tahun
Indera pengecap menurun
esofagus melebar
lambung : rasa lapar menurun , asam lambung menurun
peristaltik melemah biasanya imbul konstipasi
liver makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan , berkurangnya
aliran darah
8. Sistem genitourinaria
Ginjal : nefron mengecil dan menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal menurun
sampai 50%, fungsi tubulus berkurang akibatnya kurangnya kemampuan
mengkonsentrasi urin, berat jenis urin menurun proteinuria
Vesika urinaria: otot otot menjadi lemah, kapastas menurun s. ampai 200ml
menyebabkan frekuensi BAK meningkat, vesika urinaria susah di
kosongkan pada pria lanjut usia sehinnga meningkat retensi urin.
9. Sistem endokrin
Produksi dari semua hromon menurun
Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah
Menurunnya aktifitas tiroid dan daya pertukaran zat
Menurun sekresi hormon kelamin : progesteron, estrogen dan testosteron.
10. Sistem kulit
Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak
Permukaan kulit kasar dan bersisik karena kehilangan proses keratinasi
serta perubahan ukuran dan bentuk sel epidermis
Pertumbuhan kuku lebih lebar, keras dan rapuh
Kelenjar kringat berkurang jumlah dan fungsinya
11. Sistem muskuloskleletal
Tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh
Kifosis
Pinggang, lutut dan jari pergelangan terbatas
Discus intervertabralis menipis dan enjadi pendek
Persendian membesar dan menjadi kaku
Tendon mengerut dan mengalami sklerosis
Atrofi serabut, sehingga seseorang bergerak menjadi lamban, otot - otot
kram dan menjadi tremor
b) Perubahn- perubahan mental :
1. Memory
Kenangan jangka panjang : berjam – jam sampai berhari hari yang lalu
Jangka pendek : 0-10 menit
2. I.Q (Intelegentia Quantion)
Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal
Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan
c) Perubahan – perubahan psikososial
Pensiun : kehilangan finansial, kehilangan status , kehilangan teman/
relasi, kehilangan kegiatan.
Marasakan atau sadar akan kematian
Perubahan dalam cara hidup yaitu memasuki rumah perawatan bergerak
lebih sempit
Ekonomi akibat pemberitahuan dari jabatan
Penyakit kronis dan ketidakmampuan
Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan
Hilangnya kekuatan dan ketegangan fisik ,perubahan terhadap gambaran
diri dan konsep diri
d) Perkembangan spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam ke hiduapannya
(Maslow,1970)
Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya, hal ini terlihat
dalam berfikir dan bertindak dalam sehari hari (Murray dan Zanter,
1970)
Perkembangan spiritual pada usia tahu menurut Fowler 1978,
Universalizing ,perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah
berfikir dan bartindak cengan cara memberikan contoh cara mecintai dan
keadilan
Wawancara
a) Pandangan lanjut usia tentang kesehatannya
b) Kegiatan yang mampu dilakukan lanjut usia
c) Kebiasaan lanjut usia merawat diri sendiri
d) Kekuatan fisik lanjut usia: otot, sendi, penglihatan dan pendengaran
e) Kebiasaan makan minum, istirahat/tidur, buang air besar/kecil
f) Kebiasaan gerak badan/olahraga/senam lanjut usia
g) Perubahan-perubahan fungsi, tubuh yang sangat bermakna dirasakan
h) Kebiasaan lanjut usia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan dalam
minum obat
i) Masalah-masalah seksual yang dirasakan
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi, dan
auskultasi untuk mengetahui perubahan sistem tubuh
Pendekatan yang digunakan dalam pemeriksaan fisik, yaitu :
1. Headtotoe
2. Sistem tubuh
1. Psikologis
a) Apakah mengenal masalah-masalah utamanya
b) Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan
c) Apakah dirinya merasa dibutuhkan atau tidak
d) Apakah optimis dalam memandang suat kehidupan
e) Bagaimana mengatasi stres yang dialami
f) Apakah mudah dalam menyesuaikan diri
g) Apakah lanjut usia sering mengalami kegagalan
h) Apakah harapan pada saat ini dan akan datang
i) Perlu dikaji juga mengenai fungsi kognitif: daya ingat, proses pikir, alasan
perasaan, orientasi dan kemampuan dalam menyelesaikan masalah
2. Sosial Ekonomi
a) Darimana sumber keuangan usia lanjut
b) Apa saja kesibukan lanjut usia dalam mengisi waktu luang
c) Dengan siapa dia tinggal
d) Kegiatan organisasi apa yang diikuti lanjut usia
e) Bagaimana pandangan lanjut usia terhadap lingkungannya
f) Berapa sering lanjut usia berhubungan dengan orang lain diluar rumah
g) Siapa saja yang biasa mengunjungi
h) Seberapa besar ketergantungannya
i) Apakah dapat menyalurkan hobby atau keinginannya dengan fasilitas yang
ada
3. Spiritual
a) Apakah secara teratur mrlakukan ibadah sesuai dengan keyakinan
agamanya
b) Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan
keagamaan
c) Bagaimana cara lanjut usia menyelesaikan masalah apakah dengan berdoa
d) Apakah lanjut usia terlihat sabar dan tawakal
Pengkajian Dasar
1. Temperatur
Mungkin serendah 95 F
Lebih diteliti diperiksa disublingual
2. Pulse ( denyut nadi )
Kecepatan, irama, volume
Apikal, radial, pedal
3. Respirasi ( pernapasan )
Kecepatan, irama, dan kedalaman
Tidak teraturnya pernapasan
4. Tekanan darah
Saat baring, duduk, berdiri
Hipertensi akibat posisi tubuh
5. Berat badan perlahan-lahan hilang dalam tahun-tahun terakhir
6. Tingkat orientasi
7. Memory ( ingatan )
8. Pola tidur
9. Penyesuaian psikososial
Sistem Persarafan
1. Kesimetrisan raut wajah
2. Tingkat kesadaran adanya perubahan-perubahan dari otak
Tidak semua orang menjadi snile
Kebanyakan mempunyai daya ingatan menurun atau melemah
3. Mata : pergerakan, kejelasan melihat, adanya katarak
4. Ketajaman penglihatan menurun karena menua :
Jangan di testdiluar jendela
Pergunakan tangan atau gambar
Cek kondisi kaca mata
5. Pupil : kesamaan, dilatasi
6. Sensor deprivation ( gangguan sensorik )
7. Ketajaman pendengaran
Apakah menggunakan alat bantu dengar
Tinutis
Serumen telinga bagian luar, jangan dibersihkan
8. Adanya rasa sakit atau nyeri
Sistem Kardiovaskuler
1. Sirkulasi perifer, warna dan kehangatan
2. Auskultasi denyut nadi apikal
3. Periksa adanya pembekakan vena jugularis
4. Pusing
5. Sakit
6. Edema
Sistem Gastrointestinal
1. Status gizi
2. Pemasuka diet
3. Anoreksia, tidak dicerna, mual dan muntah
4. Mengunyah dan menelan
5. Keadaan gigi, rahang dan rongga mulut
6. Auskultasi bising usus
7. Palpasi apakah perut kembung ada pelebaran kolon
8. Apakah ada konstipasi ( sembelit ), diare dan inkontinesiaalvi
Sistem Genitourinarius
1. Warna dan bau urine
2. Distensi kandung kemih, inkontinensia ( tidak dapat menahan untuk buang air kecil )
3. Frekuensi, tekanan atau desakan
4. Pemasukan dan pengeluaran cairan
5. Disuria
6. Seksualitas
Kurang minat untuk melaksanakan hubungan seks
Adanya kecacatan sosial yang mengarah ke aktivitas seksual
Sistem Kulit
1. Kulit
Temperatur, tingkat kelembaban
Keutuhan luka, luka terbuka, robekan
Turgor ( kekenyalan kulit )
Perubahan pigmen
2. Adanya jaringan parut
3. Keadaan kuku
4. Keadaan rambut
5. Adanya gangguan-gangguan umum
Sistem Muskuloskeletal
1. Kontraktor
Atroofi otot
Mengecilkan tendo
Ketidakadekuatannya gerakan sendi
2. Tingkat mobilisasi
Ambulasi dengan/tanpa bantuan peralatan
Keterbatasan gerak
Kekuatan otot
Kemampuan melangkah atau berjalan
3. Gerakan sendi
4. Paralisis
5. Kifosis
Psikososial
1. Menunjukkan tanda-tanda meningkatnya ketergantungan
2. Fokus-fokus pada diri bertambah
3. Memperlihatkan semakin sempitnya perhatian
4. Membutuhkan bukti nyata akan rasa kasih sayang yang berlebihan
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umun
Kesadaran
Tekanan darah (berbaring, duduk & berdiri)
Nadi
Pernafasan
Tinggi badan
Berat badan
Suhu badan
BMI / RBW
o KULIT
o KEPALA
o MATA
o HIDUNG
o MULUT
o LEHER
o LIMFONODI
o DADA & PARU-
PARU
o KARDIOVASKULAR
o PAYUDARA
o ABDOMEN
o GENETALIA
o REKTAL
o PEMBULUH DARAH TEPI
o MUSKULOSKELETAL
o NEUROLOGIK
o STATUS MENTAL
Pengkajian Fungsional Klien
a. Katz index
No.
Kegiatan Mandiri Bantuan Sebagian
Bantuan Penuh
1. Bathing2. Dressing3. Toiletting4. Transfering5. Continence6. Feeding
b. Barthel index
KRITERIA PENILAIAN
1. Makan(frekuensi, jumlah, jenis)
2. Minum(frekuensi, jumlah, jenis)
3. Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur/sebaliknya
4. Personal toilet, cucimuka, menyisir rambut, gosok gigi)
5. Keluar masuk toilet (mencuci pakaian, menyekat tubuh
menyiram)…(frekuensi)
6. Mandi
7. Jalan di permukaan datar
8. Naik turun tangga
9. Mengenakan pakaian
10. Kontrol bowel (BAB)...(frekuensi, konsistensi)
11. Kontrol Bladder (BAK)…(frekuensi, warna)
12. Olahraga/latihan…(frekuensi, jenis)
13. Rekreasi/pemanfaatan waktu…(frekuensi, jenis)
1. Denganbantuan(5)
2. Mandiri(10)
Keterangan:
120 : mandiri
65 –115 : Ketergantungan
Sebagian
<60 : Ketergantungantotal
PEMERIKSAAN PORTABEL UNTUK STATUS MENTAL
(PPSM = MMSE = MINIMENTALSTATEEXAMINATION)
DAFTAR PERTANYAAN PENILAIAN
1. Tanggal berapakah hari ini ? (bulan, tahun)
2. Hari apakah hari ini ?
3. Apakah nama tempat ini ?
4. Berapakah nomor telepon Bapak / Ibu ? Di jalan apakah
rumah Bapak / Ibu ?
5. Berapakah umur Bapak / Ibu ? (tanggal, bulan, tahun)
6. Kapan Bapak / Ibu lahir ? (tanggal, bulan, tahun)
7. Siapakah nama Gubernur kita ? (walikota / camat /
lurah)
8. Siapakah nama Gubernur sebelum ini ? (walikota /
camat / lurah)
9. Siapakah nama gadis Ibu anda ?
10. Hitung mundur 3 –3 , mulai 20 !
0 –2 kesalahan = baik
3 –4 kesalahan = gangguan intelek
ringan
5 –7 kesalahan =gangguan intelek
sedang
8 –10 kesalahan = gangguan intelek
berat
Bila penderita tak pernah sekolah,
nilai kesalahan diperbolehkan + 1 dari
nilai diatas
Bila penderita sekolah lebih dari
SMA, kesalahan yang diperbolehkan –
1 dari nilai diatas
PENGKAJIANSTATUSMENTAL
SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONER(SPSMQ).
DAFTAR PERTANYAAN PENILAIAN(Benar/ Salah)
1. Tanggal berapa hari ini?
2. Hari apa sekarang?
3. Apa nama tempat ini?
4. Dimana alamat anda?
5. Berapa umur anda?
6. Kapan anda lahir? (minimal tahun lahir)
7. Siapa presiden Indonesia sekarang?
8. Siapa presiden Indonesia sebelumnya?
9. Siapa nama ibu anda?
10. Kurangi3 dari 20 dan tetap pengurangan3 dari setiap
angka baru, semua secara menurun
Interpretasihasil:
Salah0 –3 : fungsi intelektual
utuh
Salah4 –5 : Kerusakan
intelektual ringan
Salah6 –8 : Kerusakan
intelektual sedang
Salah9 –10: Kerusakan
intelektual berat
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi,
iskemia miokard, hipertropi ventricular
2. Nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
3. Intoleransi aktifitas berhubungan penurunan cardiac output
4. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan adanya kelemahan fisik
5. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses
penyakit
6. Resiko tinggi terhadap cedera
3. INTERVENSI
NO Dx.Keperawatan Tujuan dan KH Intervensi
1. Penurunan curah jantung
berhubungan dengan
peningkatan afterload,
vasokonstriksi, iskemia
miokard, hipertropi
ventricular
Tidak terjadi penurunan
curah jantung setelah
dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x
24 jam. Dengan kriteria
hasil :
-Berpartisipasi dalam
aktivitas yang
menurunkan TD
-Mempertahankan TD
dalam rentang yang
dapat diterima
-Memperlihatkan irama
dan frekuensi jantung
stabil
-Pantau TD, ukur pada kedua tangan,
gunakan manset dan tehnik yang tepat
-Catat keberadaan, kualitas denyutan
sentral dan perifer
-Auskultasi tonus jantung dan bunyi
napas
-Amati warna kulit, kelembaban, suhu
dan masa pengisian kapiler
-Catat edema umum
-Berikan lingkungan tenang, nyaman,
kurangi aktivitas, batasi jumlah
pengunjung.
-Pertahankan pembatasan aktivitas
seperti istirahat ditempat tidur/kursi
-Bantu melakukan aktivitas perawatan
diri sesuai kebutuhan
-Lakukan tindakan yang nyaman spt
pijatan punggung dan leher,
meninggikan kepala tempat tidur.
-Anjurkan tehnik relaksasi, panduan
imajinasi, aktivitas pengalihan
-Pantau respon terhadap obat untuk
mengontrol tekanan darah
-Berikan pembatasan cairan dan diit
natrium sesuai indikasi
-Kolaborasi untuk pemberian obat-
obatan sesuai indikasi
2. Nyeri ( sakit kepala )
berhubungan dengan
peningkatan tekanan
vaskuler serebral
Nyeri atau sakit kepala
hilang atau berkurang
setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 2 x 24 jam
Kriteria hasil :
- Pasien
mengungkapkan tidak
adanya sakit kepala
- Pasien tampak
nyaman
-Pertahankan tirah baring, lingkungan
yang tenang, sedikit penerangan
-Kaji tingkat nyeri klien
-Minimalkan gangguan lingkungan dan
rangsangan
-Bantu pasien dalam ambulasi sesuai
kebutuhan
-Beri tindakan nonfarmakologi untuk
menghilangkan sakit kepala seperti,
posisi nyaman, tehnik relaksasi,
bimbingan imajinasi dan distraksi
-Hilangkan / minimalkan
Potensial cedera fisik sampai dengan penurunan fungsi tubuh
Tindakan mencegah kecelakaan ;
1. Klien/lanjut usia
o Biarkan lanjut usia menggunakan alat bantu untuk meningkatkan
keselamatan
o Latih lanjutn usia untuk pindah dari tempat tidur ke kursi
o Biasakan menggunakan pengaman tempat tidur, jika tidur
o Bila mengalami masalah fisik, misalnya reumatik, latih klien untuk
menggunakan alat bantu berjalan
o Bantu klien ke kemar mandi terutama untuk lanjut usia yang menggunakan
obat penenang
o Menggunakan kaca mata bila berjalan atau melakukan sesuatu
o Usahakan ada yang menemani jika bepergian
2. Lingkungan
o Tempatkan klien diruangan khusus dekat kantor sehingga mudah
diobservasi bila lanjut usia tersebut dirawat
o Letakkan bel dibawah bantal dan ajarkan cara menggunakannya
o Gunakan tempat yang tidak yerlalu tinggi
o Letakkan meja kecil dekat tempat tidur akan lanjut usia menempatkan alat-
alat yang selalu digunakannya
o Usahakan lantai bersih, rata, tidak licin dan basah
o Kunci semua peralatan yang menggunakan roda untuk lanjut usia yang
menggunakannya
o Pasang pegangan dikamar mandi
o Hindari lampu yang redup dan menyikaukan, sebaiknya gunakan lampu
70-100 watt
o Jika pindah dari ruang terang ke gelap ajarkan klien untuk memejamkan
mata sejenak
o Gunakan sendal/sepatu yang beralas karet
o Gunakan perabotan yang penting saja diruang lanjut usia
Memelihara kebersihan diri
1. Penyebab kurangnya perawatan diri pada lansia adalah ;
o Penurunan daya ingat
o Kurangnya motivasi
o Kelemahan dan ketidakmampuan fisik
2. Upaya yang dilakukan untuk kebersihan diri, antara lain;
o menganjurkan lanjut usia untuk menggunakan sabun lunak yang
mengandung minyak
o Mengingatkan/membantu lanjut usia untuk melakukan usaha
kebersihan diri
o Mengingatkan lanjut usia untuk membersihkan lubang telinga,
mata dan gunting kuku
Memelihara keseimbangan istirahat/tidur
Upaya yang dilakukan antara lain;
1. Menyediakan tempat/waktu tidur yang nyaman
2. Mengatur lingkungan yang cukup ventilasi, bebas dari bau-bauan
3. Melatih lanjut usia untuk latihan fisik ringan untuk memperlancar
sirkulasi dan melenturkan otot
4. Memberikan minum hangat sebelum tidur
Meningkatkan hubungan interpersonal melalui komunikasi
1. Masalah umum yang dikemukakan pada lanjut usia adalah daya
ingat menurun, depresi, lekas marah, mudah tersinggung dan
curiga. Hal ini disebabkan hubungan interpersonal yang tidak
adekuat
2. Upaya yang dilakukan antara lain:
o Berkomunikasi dengan lanjut usia dengan kontak mata
o Memberikan stimulus/mengingatkan lanjut usia terhadap
kegiatan yang akan dilakukan
o Menyediakan waktu untuk berbincang-bincang dengan
lanjut usia
o Memberikan kesempatan pada lanjut usia untuk
mengekspresikan atau tanggap terhadap respons non verbal
lanjut usia
o Menghargai pendapat lanjut usia
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Prevalensi hipertensi pada lanjut usia lebih tinggi dibanding dengan penderita
yang lebih muda. Sebagian besar merupakan hipertensi primer dan hipertensi sistolik
terisolasi. Diagnosis hipertensi sama dengan orang pada umumnya seperti yang
dianjurkan oleh JNC VI dan WHO. Karena adanya pengakuan pebuluh darah
arteri,disamping faktor lainnya seperti penurunan sensitivitas baroreseptor maupun
adanya retensi natrium. Penatalaksanaan hipertensi pada lanjit usia pada prinsipnya
tidak berbeda dengan hupertensi umumnya yaiu dari modifikasi pola hidup dan bila
diperlukan dilanjutkan dengan pemberian obat antihipertensi Obat yang umum
digunakan adalah diuretic dan antagonis kalsium, dengan prinsip dosis awal yang
kecil dan ditinkatkan secara perlahan sasaran tekanan darah yang ingin dicapai adalah
tekanan darah sistolik <140 dan diastol <90 mmHg.
DAFTAR PUSTAKA
Carol A,Milerr.2012.Library Of CongressCataloging In Publication Data . ISBN :US
govermant
Ganong, Wiliam, F , 2002, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, (Ed.20), Alih Bahasa Oleh Brahm U Panit (Et.Al), EGC : Jakarta
Nugroho ,Wahjudi, 2000, Keperawatan Gerontik, (Ed.2), EGC : Jakarta
Price , Sylvia Anderson Dan Wilson, Lorraine Mc. Carty, 2005 , Patofisiologi Konsep Klinis Proses Proses Penyakit, (Ed.4, Buku 2), Terjemahan Oleh : Peter Anugrah, EGC :Jakrta
Stockslager, Jaime L ,2008, Buku Saku Asuhan Keperawatan Geriatrik, (Ed.2), Alih Bahasa Oleh: Nike Budi Subekti, EGC :Jakarta
National Heart Lung & Blood Insitute. 2003. The seventh report of Joint National Committeeon Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure dalamThe JNC VII report. Disitasi dari: http://www.nhlbi.nih.gov/guidelines/hipertensi/ JNC 7 full / htm. Diakses tanggal 2 Oktober 2009.