ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

169
POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II DI RUANG PENYAKIT DALAM RSUP DR. M. DJAMIL PADANG KARYA TULIS ILMIAH NURFAJRI MAI YONA SARY 153110218 PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG JURUSAN KEPERAWATAN TAHUN 2018

Transcript of ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

Page 1: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

POLTEKKES KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA

PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II DI RUANG

PENYAKIT DALAM RSUP DR. M. DJAMIL

PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

NURFAJRI MAI YONA SARY

153110218

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG

JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN 2018

Page 2: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA

PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II DI RUANG

PENYAKIT DALAM RSUP DR. M. DJAMIL

PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan ke Program Studi D III Keperawatan Politeknik Kesehatan

Kemenkes Padang Sebagai Salah Satu Syarat Untuk

Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan

NURFAJRI MAI YONA SARY

153110218

PRODI D-III KEPERAWATAN PADANG

JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN 2018

Page 3: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …
Page 4: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-

Nya, peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul Asuhan

Keperawatan Gangguan Nutrisi Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II di Ruangan

Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang. Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini

dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar

Diploma III pada Program Studi D III Keperawatan Padang Poltekkes Kemenkes

Padang. Peneliti menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai

pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini,

sangatlah sulit bagi peneliti untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Oleh

karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada :

1) Ibu Ns. Yessi Fadriyanti, S. Kep, M. Kep, selaku pembimbing I dan Ibu

Herwati, SKM, M. Biomed, selaku pembimbing II yang telah menyediakan

waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan peneliti dalam penyusunan

Karya Tulis Ilmiah ini;

2) Bapak H. Sunardi, SKM, M. Kes selaku direktur Poltekkes Kemenkes Padang;

3) Bapak Dr. Yusirwan Yusuf, SpB, SpBA(K), MARS selaku Direktur RSUP

Dr. M. Djamil Padang yang telah banyak membantu dalam usaha memperoleh

data yang peneliti perlukan;

4) Ibu Hj. Murniati Muchtar, SKM, M. Biomed selaku Ketua Jurusan

Keperawatan Poltekkes Kemenkes Padang;

5) Ibu Ns. Idrawati Bahar, S. Kep, M. Kep selaku Ketua Program Studi

Keperawatan Padang Poltekkes Kemenkes Padang;

6) Perawat ruangan Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang yang telah

mengizinkan untuk melakukan studi awal dan melakukan penelitian;

7) Bapak dan Ibu Dosen beserta Staf yang telah membimbing dan membantu

selama perkuliahan di Jurusan Keperawatan Padang Poltekkes Kemenkes

Padang;

8) Kepada Kedua Orang Tua dan Keluarga peneliti yang telah memberikan

bantuan dukungan material dan moral.

9) Rekan-rekan seperjuangan angkatan 2015 Keperawatan yang telah banyak

membantu peneliti dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Page 5: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

Peneliti menyadari Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh

karena itu, peneliti dengan tangan terbuka menerima kritik dan saran dari

pembaca. Akhir kata peneliti berharap Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat

khususnya bagi peneliti sendiri dan pihak yang telah membacanya, serta peneliti

mendoakan semoga segala bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan

dari Allah SWT. Amin

Padang, Juni 2018

Peneliti

Page 6: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …
Page 7: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …
Page 8: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG

JURUSAN KEPERAWATAN

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2018

Nurfajri Mai Yona Sary

Asuhan Keperawatan Gangguan Nutrisi Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe

II di Ruangan Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2018

Isi: xii + 109 halaman + 8 tabel + 11 lampiran

ABSTRAK

Gangguan nutrisi sangat berdampak pada penyakit diabetes melitus yaitu

meningkatnya kadar glukosa darah yang dapat menyebabkan penyakit vaskular

dan terjadinya komplikasi kronik. Prevalensi penderita diabetes melitus di

Indonesia sebesar 2.1 persen. Tujuan penelitian adalah mendeskripsikan asuhan

keperawatan gangguan nutrisi pada pasien diabetes melitus tipe II di RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tahun 2018.

Desain penelitian deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian dilakukan

di ruangan penyakit dalam RSUP Dr. M. Djamil dari bulan November 2017

sampai dengan Juni 2018. Instrumen pengumpulan data asuhan keperawatan

mulai dari pengkajian sampai evaluasi keperawatan. Populasi pasien diabetes

melitus tipe II dengan gangguan nutrisi yang berjumlah 11 orang, sampel diambil

sebanyak 2 orang menggunakan teknik simple random sampling. Analisis

dilakukan dengan menganalisa semua temuan tahapan keperawatan yang

dilakukan dengan teori dan penelitian terdahulu.

Hasil penelitian pada kedua partisipan mengeluh tidak nafsu makan, berat badan

menurun, diet yang diberikan tidak habis, lemah, mual serta penglihatan kabur.

Diagnosis pada kedua partisipan yaitu ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan.

Rencana keperawatan yang dilakukan yaitu manajemen dan monitor nutrisi.

Implementasi keperawatan adalah monitor terjadinya penurunan berat badan,

monitor diet habis/tidak, melakukan pengukuran antropometri. Evaluasi

keperawatan didapatkan diet habis ½ porsi, mukosa pucat, konjungtiva tidak

anemis dan lemah, diagnosa belum teratasi tetapi diberikan rencana tindak lanjut

tentang diet diabetes dengan memperhatikan 3J: jumlah, jadwal dan jenis

makanan.

Melalui Direktur RSUP Dr. M. Djamil diharapkan perawat dapat memberikan

pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga tentang tujuan diet diabetes

melitus dengan memperhatikan 3J, monitor diet yang diberikan habis/tidak,

mengukur antropometri, dan memberikan diet sesuai kebutuhan pasien.

Kata Kunci : Gangguan nutrisi, Diabetes melitus, Asuhan Keperawatan

Daftar Pustaka : 33 (2005-2017)

Page 9: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………….. .. i

HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………….. ii

KATA PENGANTAR ………………………………………………………. iii

LEMBAR PERSETUJUAN ……………………………………………….. .. v

LEMBAR ORISINALITAS ……………………………………………….. .. vi

ABSTRAK………………... ……………………………………………….. . vii

DAFTAR ISI ………………………………………………………………… viii

DAFTAR TABEL…………………………………………………………..... x

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………… xi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP …………………………………………….. .. xii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1 A. Latar Belakang .................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 6

D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 8

A. Konsep Dasar Nutrisi ........................................................................... 8

1. Definisi Nutrisi ................................................................................ 8

2. Anatomi Sistem Pencernaan ............................................................ 9

3. Elemen-Elemen Nutrisi ................................................................... 12

4. Fisiologi Nutrisi dan Metabolisme .................................................. 26

5. Status Nutrisi ................................................................................... 29

6. Masalah Kebutuhan Nutrisi ............................................................. 29

7. Faktor Yang Memengaruhi Kebutuhan Nutrisi ............................... 32

B. Konsep Dasar Diabetes Melitus………………………………………... 34

1. Definisi Diabetes Melitus………………………………………….. 34

2. Macam-Macam Diabetes…………………………………………... 35

3. Klasifikasi Diabetes Melitus ............................................................ 36

4. Patogenesis ...................................................................................... 37

5. Patofisiologi Diabetes Melitus......................................................... 38

6. Faktor Penyebab Diabetes Melitus .................................................. 41

7. Gejala Diabetes Melitus................................................................... 42

8. Faktor Risiko Diabetes Melitus ....................................................... 43

9. Pengobatan Diabetes ....................................................................... 44

10. Komplikasi....................................................................................... 45

11. Penatalaksanaan ............................................................................... 49

C. Konsep Asuhan Keperawatan .............................................................. 57

1. Pengkajian Keperawatan ................................................................. 57

2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul ............................. 62

3. Intervensi Keperawatan ................................................................... 63

Page 10: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 68

A. Desain Penelitian ................................................................................. 68

B. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................. 68

C. Populasi dan Sampel ............................................................................ 68

D. Alat/Instrumen Pengumpulan Data ...................................................... 69

E. Jenis-Jenis Data .................................................................................... 69

F. Langkah Pengumpulan Data ................................................................ 71

G. Rencana Analisis .................................................................................. 72

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN KASUS ............... 73

A. Deskripsi Tempat ................................................................................. 73

B. Deskripsi Kasus .................................................................................... 73

C. Pembahasan Kasus ............................................................................... 93

a. Pengkajian Keperawatan .......................................................... 93

b. Diagnosa Keperawatan............................................................. 96

c. Intervensi Keperawatan ............................................................ 100

d. Implementasi Keperawatan ...................................................... 101

e. Evaluasi Keperawatan .............................................................. 104

BAB V PENUTUP .......................................................................................... 107

A. Kesimpulan .......................................................................................... 107

B. Saran ..................................................................................................... 109

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 11: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Jenis diet Diabetes Melitus menurut kandungan energi,

protein, lemak dan karbohidrat……………………………….… 52

Tabel 2.2 Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan

penyaring diagnosis Diabetes Melitus……………………….….. 62

Tabel 2.3 Diagnosa dan Intervensi Keperawatan ………………………… 63

Tabel 4.1 Pengkajian Asuhan Keperawatan……………………….……..... 73

Tabel 4.2 Diagnosa Keperawatan………….………………………………. 82

Tabel 4.3 Intervensi Keperawatan …………………………………...……. 83

Tabel 4.4 Implementasi Keperawatan ……………………………..……… 88

Tabel 4.5 Evaluasi Keperawatan ………………………………………….. 91

Page 12: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 WOC

Lampiran 2 Ganchart

Lampiran 3 Surat Izin Melakukan Survei Awal

Lampiran 4 Surat Izin Pengambilan Data dari Institusi Poltekkes Kemenkes

Padang

Lampiran 5 Surat Izin Melakukan Penelitian

Lampiran 6 Lembar Persetujuan Informed Consent

Lampiran 7 Hasil Pengkajian Asuhan Keperawatan Partisipan 1 dan 2

Lampiran 8 Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 9 Daftar Hadir Penelitian

Lampiran 10 Surat Tanda Selesai melakukan Penelitian

Lampiran 11 Pernyataan Persetujuan KTI

Page 13: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Nurfajri Mai Yona Sary

Tempat/Tanggal Lahir : Padang/19 Mei 1997

Agama : Islam

Status : Belum menikah

Alamat : Komp. Taruko 3 Balai Baru, Padang

Nama Orang tua

Ayah : Al Muliyadi

Ibu : Yona

Riwayat Pendidikan

No. Pendidikan Tahun Lulus

1. TK Ibnu Khaldun 2002

2. SD Negeri 14 Aru Gunung Sarik 2009

3. SMP Negeri 22 Padang 2012

4. SMA Negeri 12 Padang 2015

5. Poltekkes Kemenkes RI Padang 2018

Page 14: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah sebuah teori yang

datanya digunakan perawat untuk memahami hubungan antara kebutuhan

dasar manusia pada saat memberikan perawatan. Hirarki kebutuhan dasar

manusia mengatur kebutuhan dasar dalam lima tingkatan prioritas. Tingkatan

yang pertama meliputi kebutuhan fisiologis, kedua meliputi kebutuhan

keselamatan dan keamanan, ketiga mencakup kebutuhan cinta dan rasa

memiliki, keempat meliputi kebutuhan rasa berharga dan harga diri, kelima

adalah aktualisasi diri. Kebutuhan fisiologis memiliki prioritas tertinggi

dalam hirarki Maslow. Seorang individu yang memiliki beberapa kebutuhan

yang tidak terpenuhi secara umum lebih dulu mencari pemenuhan kebutuhan

fisiologis, salah satunya seperti kebutuhan nutrisi (Potter dan Perry, 2005).

Nutrisi merupakan proses pemasukan dan pengolahan zat makanan oleh

tubuh yang bertujuan menghasilkan energi dan dapat digunakan dalam

aktivitas tubuh. Dampak gangguan nutrisi seperti obesitas, anemia, kurang

energi protein (KEP), kolesterol tinggi, kwarshiorkor, marasmus, marasmik-

kwarshiorkor (Mardalena, 2017). Gangguan kebutuhan nutrisi biasanya

terjadi pada pasien diabetes melitus, hipertensi, jantung koroner, kanker, dan

anoreksia nervosa (Hidayat, 2009).

Diabetes Melitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit gangguan

metabolisme kronis yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai

dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein sebagai akibat

insufisiensi fungsi insulin (Mardalena, 2017).

Menurut DEPKES RI (2010) dalam Hasdianah tahun 2012, Jumlah penderita

Diabetes Melitus di dunia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, hal ini

berkaitan dengan jumlah populasi yang meningkat, life expectancy bertambah

urbanisasi yang merubah pola hidup tradisional ke pola hidup modern,

Page 15: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

prevalensi obesitas meningkat dan kegiatan fisik kurang. Diabetes Melitus

perlu diamati karena sifat penyakit yang kronik progresif, jumlah penderita

semakin meningkat dan banyak dampak negatif yang ditimbulkan.

World Health Organization (2016) memperkirakan bahwa secara global 422

juta orang dewasa berusia diatas 18 tahun yang hidup dengan diabetes pada

tahun 2014. Jumlah terbesar diabetes diperkirakan untuk Asia Selatan, Asia

Timur dan Asia Barat.

Menurut data dari Federasi Diabetes Internasional (2013), jumlah penderita

diabetes di Indonesia telah mencapai 8.554.155 orang di tahun 2013. Jumlah

penderita diabetes ini membuat Indonesia menjadi negara dengan populasi

penderita diabetes terbanyak ke-7 di dunia pada tahun 2013, setelah Cina,

India, Amerika Serikat, Brazil, Rusia dan Meksiko.

Prevalensi Diabetes Melitus di Indonesia berdasarkan wawancara yang

terdiagnosis dokter sebesar 1,5 persen. Diabetes Melitus terdiagnosis dokter

atau gejala sebesar 2,1 persen (Riskesdas, 2013).

Prevalensi Diabetes Melitus di Provinsi Sumatera Barat tahun 2013, pada

umur ≥ 15 tahun berdasarkan wawancara yang terdiagnosis dokter sebesar

1,3 persen, sedangkan berdasarkan terdiagnosis dokter atau gejala 1,8 persen

(Riskesdas, 2013).

Menurut Data dari Laporan Tahunan Tahun 2013 Edisi 2014, Diabetes

Melitus berada di posisi ke-4 dengan total 11.769 total kunjungan dan

merupakan penyebab kematian terbanyak di kota Padang setelah hipertensi,

penyakit jantung koroner dan stroke. Kunjungan terbanyak pada golongan

umur 45- 54 tahun, hal ini ditunjang oleh kebiasaan seperti merokok, diet

tidak sehat serta hiperkolesterol (Dinas Kesehatan Kota Padang, 2014).

Page 16: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

Berdasarkan data yang peneliti peroleh dari rekam medik RSUP Dr. M.

Djamil Padang pada tanggal 30 November 2017, didapatkan data pasien

dengan Diabetes Melitus tipe I dari tahun 2014 yang rawat inap 19 orang,

tahun 2015 ada 10 orang, 2016 ada 18 orang, serta pada tahun 2017 (Januari-

September) ada 26 orang. Pada Diabetes Melitus tipe II didapatkan data pada

tahun 2014 yang rawat inap 277 orang, tahun 2015 ada 450 orang, 2016 ada

1242 orang, serta pada tahun 2017 (Januari-September) ada 1500 orang. Dari

data yang diperoleh, dapat dilihat bahwa jumlah pasien dengan diabetes dari

tahun ke tahun semakin meningkat. (Bagian MR RSUP Dr. M. Djamil

Padang, November 2017).

Dampak gangguan nutrisi pada pasien Diabetes Melitus seperti kadar glukosa

darah tinggi atau rendah, berisiko memiliki penyakit vaskular, kekurangan

nutrisi, obesitas, berat badan menurun, terjadinya komplikasi kronik, mual

muntah, nyeri lambung, lemah (Brunner & Suddarth, 2017).

Peran perawat terhadap gangguan nutrisi pada pasien Diabetes Melitus

bertujuan untuk mencapai dan mempertahankan kadar glukosa darah dan

tekanan darah dalam kisaran normal dan profil lipid dan lipoprotein yang

menurunkan risiko penyakit vaskular, mencegah atau setidaknya

memperlambat munculnya komplikasi kronik, memenuhi kebutuhan nutrisi

individu, dan menjaga kepuasan untuk makan hanya pilihan makanan yang

terbatas ketika bukti ilmiah yang ada mengindikasikan demikian. Rencana

makan harus mempertimbangkan pilihan makanan pasien, gaya hidup, waktu

biasanya pasien makan, dan latar belakang etnis serta budaya pasien. Edukasi

awal membahas pentingnya kebiasaan makan yang konsisten, keterkaitan

antara makanan dan insulin, dan penetapan rencana makan individual.

Selanjutnya edukasi lanjutan berfokus pada keterampilan manajemen, dan

memberikan penyuluhan tentang cara memberikan insulin dengan mandiri

(Brunner & Suddarth, 2017).

Page 17: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

Perencanaan diet seimbang adalah penting bagi semua pasien, apakah tidak

atau mempunyai penyakit Diabetes Melitus. Pada klien Diabetes Melitus,

penekanan bahwa perubahan nutrisi dapat membantu untuk menurunkan

kadar glukosa darah, menurunkan kadar lemak, dan menurunkan tekanan

darah, juga tampak meningkatkan sensitivitas insulin dan menormalkan

produksi glukosa hati (Black dan Jane, 2014).

Menurut penelitian Baequny, dkk (2015), Diabetes Melitus dapat menyerang

segala lapisan usia dan sosial ekonomi, namun sebagian besar diabetes

melitus adalah tipe II yang terjadi lebih dari 90% biasanya pada usia diatas 40

tahun. Resiko seseorang menderita Diabetes Melitus tipe II juga meningkat

pada kondisi mengalami obesitas dan kurang aktivitas. Menurut

penelitiannya, kondisi responden mereka sebagian besar (45%) mengalami

obesitas. Peningkatan kadar gula darah yang terjadi pada penderita Diabetes

Melitus tipe II lebih banyak disebabkan karena pola makan yang kurang baik,

obesitas, usia, dan kurangnya pengetahuan dalam mengelola kadar gula

darah.

Menurut Tjekyan (2007), Awad dkk (2013) dalam penelitian Insiyah dan Rini

Tri Hastuti tahun 2016, Tingginya prevalensi Diabetes Melitus, yang

sebagian besar adalah tergolong dalam Diabetes Melitus tipe II disebabkan

oleh interaksi antara faktor-faktor kerentanan genetis dan paparan terhadap

lingkungan. Beberapa faktor lingkungan yang diperkirakan dapat

meningkatkan faktor risiko Diabetes Melitus tipe II adalah perubahan gaya

hidup seseorang, diantaranya adalah kebiasaan makan yang tidak seimbang

akan menyebabkan obesitas. Selain itu pola makan yang tidak seimbang,

kurangnya aktivitas fisik juga merupakan faktor risiko dalam memicu

terjadinya Diabetes Melitus. Ketidakseimbangan pola makan dapat

disebabkan oleh ketidakcukupan pengetahuan pasien atau ketidakpatuhan

pasien terhadap diet.

Page 18: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

Dari survei awal yang dilakukan diruangan penyakit dalam RSUP Dr. M.

Djamil Padang pada tanggal 15 November 2017, dilakukan wawancara

langsung terhadap 5 orang pasien, 60% diantaranya mengatakan sering

mengalami peningkatan kadar glukosa darah hingga sampai dirawat di rumah

sakit. Pasien mengatakan hal ini terjadi karena ia tidak mengontrol asupan

nutrisi sesuai diet yang dianjurkan seperti makanan yang mengandung energi,

protein, lemak dan karbohidrat. Pasien juga mengatakan tidak menyukai

makanan yang disediakan oleh rumah sakit tetapi pasien menyukai makanan

dari luar seperti nasi bungkus, sate dan makanan lainnya yang tidak sesuai

dengan diet penyakit Diabetes Melitus karena kandungan energi, lemak,

kalori, dan karbohidrat tentu tidak terkontrol. Dari pengamatan yang peneliti

lakukan terhadap perawat ruangan, asuhan keperawatan yang diberikan oleh

perawat belum komprehensif karena didapatkan tidak ada perawat yang

melakukan pengukuran antropometri seperti berat badan (biasanya pada

pasien Diabetes Melitus cenderung terjadinya penurunan berat badan), tinggi

badan, lingkar lengan atas, lingkar perut dan masih ada perawat yang jarang

memberikan pendidikan kesehatan tentang diet dan aktivitas kepada pasien

yang menderita diabetes melitus sehingga kebutuhan dasar pasien seperti

kebutuhan nutrisi belum terpenuhi. Selain itu dalam proses evaluasi

keperawatan dan pendokumentasian terkadang perawat masih berpatokan

dengan evaluasi keperawatan yang dibuat sebelumnya sehingga bagi pasien

yang sudah membaik ataupun menurun kondisi kesehatannya tidak terpantau

secara komprehensif.

Berdasarkan data dan fenomena yang peneliti uraikan diatas, maka peneliti

telah melakukan penelitian yang berjudul “Asuhan Keperawatan Gangguan

Nutrisi Pada Pasien Dengan Diabetes Melitus Tipe II”.

Page 19: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti uraikan diatas, maka

perumusan masalah penelitian ini adalah “Bagaimana Asuhan Keperawatan

Gangguan Nutrisi Pada Pasien Diabetes Melitus tipe II di Ruang Penyakit

Dalam RSUP Dr M Djamil Padang?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian adalah mampu mendeskripsikan Asuhan

Keperawatan Gangguan Nutrisi Pada Pasien Diabetes Melitus tipe II di

Ruang Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2018.

2. Tujuan Khusus

a. Dideskripsikannya hasil pengkajian Gangguan Nutrisi Pada Pasien

Diabetes Melitus tipe II di Ruang Penyakit Dalam RSUP Dr. M.

Djamil Padang

b. Dideskripsikannya rumusan diagnosa keperawatan Gangguan Nutrisi

Pada Pasien Diabetes Melitus tipe II di Ruang Penyakit Dalam RSUP

Dr. M. Djamil Padang.

c. Dideskripsikannya rencana keperawatan Gangguan Nutrisi Pada

Pasien Diabetes Melitus tipe II di Ruang Penyakit Dalam RSUP Dr.

M. Djamil Padang.

d. Dideskripsikannya tindakan keperawatan Gangguan Nutrisi Pada

Pasien Diabetes Melitus tipe II di Ruang Penyakit Dalam RSUP Dr.

M. Djamil Padang.

e. Dideskripsikannya evaluasi keperawatan Gangguan Nutrisi Pada

Pasien Diabetes Melitus tipe II di Ruang Penyakit Dalam RSUP Dr.

M. Djamil Padang.

Page 20: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

D. Manfaat

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk :

1. Bagi Peneliti

Kegiatan penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti sebagai

pembelajaran dan pengetahuan serta menambah wawasan dalam

melakukan asuhan yang berkaitan dengan penanganan nutrisi pada pasien

Diabetes Melitus serta melatih dalam kemampuan dalam melakukan

penelitian keperawatan.

2. Bagi Lahan Penelitian / Rumah Sakit

Laporan hasil karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan pikiran bagi perawat dalam melakukan asuhan keperawatan

untuk meningkatkan mutu pelayanan terhadap “Asuhan Keperawatan

Gangguan Nutrisi Pada Pasien Diabetes Melitus tipe II di Ruang Penyakit

Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2018 melalui pengembangan

bentuk intervensi yang sesuai dengan kebutuhan individu, keluarga dan

masyarakat, termasuk perencanaan atau pengembangan program

bimbingan antisipasi dan pemberdayaan pasien.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil pendidikan yang diperoleh dapat memberikan kontribusi laporan

kasus bagi pengembangan praktik keperawatan dan pemecahan masalah

dalam bidang atau profesi keperawatan.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian Karya Tulis Ilmiah yang diperoleh dapat memberikan

masukan bagi penelitian berikutnya untuk menambah wawasan

pengetahuan dan data dasar dalam penelitian selanjutnya.

Page 21: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Nutrisi

1. Definisi Nutrisi

Gizi adalah substansi organik dan nonorganik yang ditemukan dalam

makanan dan dibutuhkan oleh tubuh agar dapat berfungsi dengan baik.

Kebutuhan gizi seseorang ditentukan oleh faktor usia, jenis kelamin, jenis

kegiatan dan sebagainya (Ambarwati, 2014).

Nutrisi adalah zat-zat gizi atau zat-zat lain yang berhubungan dengan

kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh

manusia untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan

hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting

dalam tubuh serta mengeluarkan sisanya (Tarwoto dan Wartonah, 2011)

Menurut Rock CL (2004) dalam Wahyudi dan Abd. Wahid tahun 2016,

Nutrisi adalah proses di mana tubuh manusia menggunakan makanan

untuk membentuk energi, mempertahankan kesehatan, pertumbuhan dan

untuk berlangsungnya fungsi normal setiap organ baik antara asupan

nutrisi dengan kebutuhan nutrisi.

Nutrisi adalah proses pemasukan dan pengolahan zat makanan oleh tubuh

yang bertujuan menghasilkan energi dan digunakan dalam aktivitas tubuh.

Nutrien adalah zat gizi yang terdapat dalam makanan. Nutrien merupakan

elemen penting untuk proses dan fungsi tubuh. Enam kategori zat

makanan adalah air, karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral.

Kebutuhan energi dipenuhi dengan metabolisme karbohidrat, protein dan

lemak (Hidayat, 2009).

Page 22: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

Menurut Ernawati (2012), Nutrisi berfungsi untuk :

a. Membentuk dan memelihara jaringan tubuh

b. Mengatur proses-proses dalam tubuh

c. Sebagai sumber tenaga

d. Melindungi tubuh dari serangan penyakit

Sedangkan 3 fungsi utama dari nutrient adalah :

a. Menyediakan energi untuk proses pergerakan tubuh

b. Menyediakan struktur material untuk jaringan tubuh seperti tulang dan

otot

c. Mengatur proses tubuh

2. Anatomi Sistem Pencernaan

Menurut Wahyudi dan Abd Wahid (2016), Sistem pencernaan manusia

terdiri atas saluran dan kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan

merupakan saluran yang dilalui bahan makanan. Kelenjar pencernaan

adalah bagian yang mengeluarkan enzim untuk membantu mencerna

makanan. Saluran pencernaan antara lain sebagai berikut :

a. Mulut

Di dalam rongga mulut terdapat gigi, lidah dan kelenjar air liur

(saliva). Gigi terbentuk dari tulang gigi yang disebut dentin.Struktur

gigi terdiri atas mahkota gigi yang terletak di atas gusi, leher yang

dikelilingi oleh gusi dan akar gigi yang tertanam dalam kekuatan-

kekuatan rahang. Mahkota gigi dilapisi email yang berwarna putih.

Kalsium, fluoride dan fosfat merupakan bagian penyusun email. Untuk

perkembangan dan pemeliharaan gigi yang baik, zat-zat tersebut harus

ada di dalam makanan dalam jumlah yang cukup. Akar dilapisi semen

yang melekatkan akar pada gusi.

Ada tiga macam gigi manusia, yaitu gigi seri (insisor) yang berguna

untuk memotong makanan, gigi taring (caninus) untuk mengoyak

makanan, dan gigi geraham (molar) untuk mengunyah makanan. Dan

Page 23: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

terdapat pula tiga buah kelenjar saliva pada mulut, yaitu kelenjar

parotis, sublingualis dan submandibularis. Kelenjar saliva

mengeluarkan air liur yang mengandung enzim ptialin atau amilase,

berguna untuk mengubah amilum menjadi maltose. Pencernaan yang

dibantu oleh enzim disebut pencernaan kimiawi. Di dalam rongga

mulut, lidah menempatkan makanan di antara gigi sehingga mudah

dikunyah dan bercampur dengan air liur. Makanan ini kemudian

dibentuk menjadi lembek dan bulat yang disebut bolus. Kemudian

bolus dengan bantuan lidah, didorong menuju faring.

b. Faring dan esofagus

Setelah melalui rongga mulut, makanan yang berbentuk bolus akan

masuk kedalam tekak (faring). Faring adalah saluran yang memanjang

dari bagian belakang rongga mulut sampai ke permukaan

kerongkongan (esofagus). Pada pangkal faring terdapat katup

pernapasan yang disebut epiglotis. Epiglotis berfungsi untuk menutup

ujung saluran pernapasan (laring) agar makanan tidak masuk ke

saluran pernapasan. Setelah melalui faring, bolus menuju ke esofagus,

suatu organ berbentuk tabung lurus, berotot lurik dan berdinding tebal.

Otot kerongkongan berkontraksi sehingga menimbulkan gerakan

meremas yang mendorong bolus ke dalam lambung. Gerakan otot

kerongkongan ini disebut gerakan peristaltik.

c. Lambung

Otot lambung berkontraksi mengaduk-aduk bolus, memecahnya secara

mekanis, dan mencampurnya dengan getah lambung. Getah lambung

mengandung HCl, enzim pepsin, dan renin. HCl berfungsi untuk

membunuh kuman-kuman yang masuk bersama bolus akan

mengaktifkan enzim pepsin. Pepsin berfungsi untuk mengubah protein

menjadi pepton. Renin berfungsi untuk menggumpalkan protein susu.

Setelah melalui pencernaan kimiawi di dalam lambung, bolus menjadi

Page 24: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

bahan kekuningan yang disebut kimus (bubur usus). Kimus akan

masuk sedikit demi sedikit ke dalam usus halus.

d. Usus halus

Usus halus memiliki tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum),

usus tengah (jejunum), dan usus penyerapan (ileum). Suatu lubang

pada dinding duodenum menghubungkan usus duabelas jari dengan

saluran getah pankreas dan saluran empedu. Pankreas menghasilkan

enzim tripsin, amilase, dan lipase yang disalurkan menuju duodenum.

Tripsin menghasilkan merombak protein menjadi asam amino.

Amilase mengubah amilum menjadi maltose. Lipase mengubah lemak

menjadi asam lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Getah empedu

dihasilkan oleh hati dan ditampung dalam kantung empedu. Getah

empedu disalurkan ke duodenum. Getah empedu berfungsi untuk

menguraikan lemak menjadi asam lemak dan gliserol.

Selanjutnya pencernaan makanan dilanjutkan ke jejunum. Pada bagian

ini terjadi pencernaan terakhir sebelum zat-zat makanan diserap. Zat-

zat makanan setelah melalui jejunum menjadi bentuk yang siap

diserap. Penyerapan zat-zat makanan terjadi di ileum. Glukosa,

vitamin yang larut dalam air, asam amino, dan mineral setelah diserap

oleh vili usus halus akan dibawa oleh pembuluh darah dan diedarkan

ke seluruh tubuh. Asam lemak, gliserol, dan vitamin yang larut dalam

lemak setelah diserap oleh vili usus halus, akan dibawa oleh pembuluh

getah bening dan akhirnya masuk ke dalam pembuluh darah.

e. Usus besar

Bahan makanan yang sudah melalui usus halus akhirnya masuk ke

dalam usus besar. Usus besar terdiri atas usus buntu (apendiks), bagian

yng menaik (ascending colon), bagian yang mendatar (transverse

colon), bagian yang menurun (descending colon) dan berakhir pada

anus. Bahan makanan yang sampai pada usus besar dapat dikatakan

Page 25: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

sebagai bahan sisa. Sisa tersebut terdiri atas sejumlah besar air dan

bahan makanan yang tidak dapat tercerna, misalnya selulosa.

Usus besar berfungsi mengatur kadar air pada sisa makanan. Bila

kadar air pada sisa makanan terlalu banyak, maka dinding usus besar

akan menyerap kelebihan air tersebut. Sebaliknya bila sisa makanan

kekurangan air, maka dinding usus besar akan mengeluarkan air dan

mengirimnya ke sisa makanan. Di dalam usus besar terdapat banyak

sekali mikroorganisme yang membantu membusukkan sisa-sisa

makanan tersebut. Sisa makanan yang tidak terpakai oleh tubuh beserta

gas-gas yang berbau disebut tinja (feses) dan dikeluarkan melalui anus.

3. Elemen-Elemen Nutrisi

Menurut Wahyudi dan Abd Wahid (2016), tubuh membutuhkan nutrisi

untuk kelangsungan fungsi-fungsi tubuh. Zat gizi berfungsi sebagai

penghasil energi bagi fungsi organ, untuk pergerakan, serta kerja fisik.

Sebagian zat gizi berperan dalam pembentukan dan perbaikan jaringan

tubuh serta berperan sebagai pelindung dan pengatur.

Elemen nutrisi terdiri atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral

dan air.

a. Karbohidrat

1) Jenis karbohidrat

Berdasarkan susunan kimianya, karbohidrat digolongkan menjadi

tiga jenis yaitu monosakarida, disakarida, dan polisakarida.

a) Monosakarida

Monosakarida merupakan jenis karbohidrat yang paling

sederhana dan merupakan molekul yang paling kecil. Dalam

bentuk ini karbohidrat dapat diserap oleh pembuluh darah di

usus. Jenis monosakarida adalah glukosa, dektrosa yang

terdapat pada buah-buahan dan sayuran, fruktosa yang banyak

Page 26: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

terdapat pada buah-buahan, sayuran dan madu serta galaktosa

yang merupakan pemecahan dari disakarida.

b) Disakarida

Jenis disakarida adalah sukrosa, maltose, dan laktosa. Sukrosa

dan maltose banyak terdapat pada makanan nabati, sedangkan

laktosa merupakan jenis gula dalam air susu baik pada susu ibu

maupun susu hewan.

c) Polisakarida

Merupakan gabungan dari beberapa molekul monosakarida.

Jenis polisakarida adalah zat pati, glikogen dan selulosa.

2) Fungsi karbohidrat

a) Sumber energi yang murah

b) Sumber energi utama bagi otak dan saraf

c) Cadangan untuk tenaga tubuh

d) Pengaturan metabolisme lemak

e) Efisiensi penggunaan protein

f) Memberikan rasa kenyang

3) Sumber karbohidrat

Sumber karbohidrat berasal dari makanan pokok, umumnya berasal

dari tumbuh-tumbuhan seperti beras, jagung, kacang, sagu,

singkong, dan lain-lain. Sedangkan karbohidrat pada hewani

berbentuk glikogen.

4) Pencernaan karbohidrat

Pencernaan karbohidrat dilakukan secara mekanik dan kimia.

Pencernaan secara mekanik melibatkan gerakan otot-otot untuk

mengunyah, merobek, mendorong dan menelan makanan sehingga

menjadi bagian yang lebih kecil atau halus. Pencernaan karbohidrat

secara mekanik terjadi di mulut, lambung, dan usus halus.

Pencernaan karbohidrat secara kimia melalui bantuan enzim

Page 27: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

amilase saliva yang diaktifkan oleh HCl, enzim enterokinase yang

dihasilkan oleh usus dengan mengaktifkan maltose, laktosa, dan

sukrosa untuk mengubah menjadi gula sederhana. Enzim lain yang

berperan dalam pencernaan karbohidrat adalah pankreatik alfa

amilase yang dihasilkan oleh pankreas dan berfungsi memecah pati

menjadi maltose yang selanjutnya akan diubah menjadi glukosa.

5) Absorpsi karbohidrat

Karbohidrat belum dapat diabsorpsi oleh usus sebelum dipecah

menjadi bagian-bagian yang lebih kecil atau dicerna. Pencernaan

karbohidrat menghasilkan disakarida dan trisakarida dan

selanjutnya akan diubah menjadi monosakarida. Dalam bentuk

monosakarida, karbohidrat dapat diabsorpsi melalui proses difusi

pada usus dan masuk ke kapiler vilus selanjutnya dibawa menuju

hati melalui vena porta hepatika. Di hati, galaktosa dan fruktosa

diubah menjadi glukosa dan sebagian glukosa akan diubah menjadi

glikogen dengan pengaruh insulin.

6) Metabolisme karbohidrat

Metabolisme karbohidrat merupakan sumber energi utama tubuh.

Hampir 80% energi dihasilkan dari karbohidrat. Setiap 1 gram

karbohidrat akan dihasilkan 4 kilokalori (kkal). Glukosa dapat

berasal dari zat tepung dan gula, asam amino, serta gliserol. Di

dalam tubuh, glukosa tersimpan pada plasma darah dalam bentuk

glukosa darah, dan kelebihan glukosa akan disimpan di hati dan

otot dalam bentuk glikogen. Setelah kebutuhan energi tubuh

terpenuhi, kelebihan glukosa akan diubah menjadi lemak dan

disimpan dalam jaringan adipose. Glukosa darah di pertahankan

secara optimal untuk kebutuhan energi seperti otak dan fungsi

organ yang lain.

Page 28: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

Untuk dapat dimanfaatkan oleh sel dan jaringan, karbohidrat harus

diubah terlebih dahulu menjadi glukosa. Proses metabolisme

glukosa akan berlangsung melalui 2 mekanisme utama, yaitu

melalui proses aerob dan anaerob. Proses metabolisme aerob

berlangsung dengan menggunakan enzim di dalam mitokondria

dan dengan bantuan oksigen, sedangkan metabolisme anaerob

berlangsung dalam sitoplasma. Glukosa berada dalam sel tubuh

dengan cara difusi yang dibantu oleh hormon insulin. Insulin

merupakan hormon yang berfungsi dalam mempertahankan

glukosa darah. Jika insulin tidak ada atau kadarnya berkurang,

maka glukosa darah akan meningkat. Kelainan yang ekstrem

glukosa darah dapat menimbulkan penurunan kesadaran, koma,

dan meninggal.

Metabolisme karbohidrat terjadi melalui empat proses sebagai

berikut :

a) Glikogenolisis, yaitu perubahan dari katabolisme glikogen

menjadi glukosa, karbondioksida, dan air. Ketika glukosa darah

turun, maka glikogen akan dipecah dengan bantuan enzim

glikogen fosforilase menjadi glukosa 1-fosfat, selanjutnya

menjadi glukosa 6-fosfat yang kemudian dengan bantuan

oksigen diubah menjadi energi.

b) Glikogenesis merupakan proses anabolisme atau pembentukan

glikogen dari glukosa. Ketika glukosa masuk dalam sel

kemudian difosforisasi menjadi glukosa 6-fosfat, kemudian

diubah menjadi glukosa 1-fosfat, selanjutnya melalui bantuan

enzim glikogen sintase akan diubah menjadi glikogen sintase

akan diubah menjadi glikogen. Sintesis dan penyimpanan

glikogen terjadi di hati dan sel otot skeletal.

c) Glukoneogenesis adalah proses pembentukan glukosa dari

protein dan lemak misalnya dari asam amino dan gliserol.

Ketika cadangan energi dari karbohidrat menurun, maka untuk

Page 29: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

mempertahankan glukosa darah terjadi pemecahan lemak dan

protein.

d) Glikolisis merupakan proses pemecahan glukosa menjadi

asama piruvat dan molekul ATP. Pada proses glikolisis 1

molekul glukosa yang memiliki 6 atom karbon pada rantainya

(C6H12O6) akan terpecah menjadi 2 molekul piruvat yang

memiliki 3 atom karbon (C3H3O3). Proses glikolisis terjadi di

sitosol sel yang dipercepat oleh enzim spesifik.

b. Protein

Protein merupakan unsur zat gizi yang sangat berperan dalam

penyusunan senyawa-senyawa penting seperti enzim, hormon, dan

antibodi.

1) Jenis protein

Protein adalah senyawa kompleks, tersusun atas asam amino atau

peptide. Pada manusia terkandung 22 jenis asam amino yang

berbeda. Bentuk sederhana dari protein adalah asam amino.

Berdasarkan sumbernya, asam amino dikelompokkan menjadi dua

yaitu asam amino esensial dan asam amino non-esensial. Asam

amino esensial hanya dapat diperoleh dari luar tubuh seperti

makanan karena tidak dapat disintesis dalam tubuh, misalnya lisin,

triptofan, fenilalanin, dan leusin. Sedangkan asam amino non-

esensial merupakan asam amino yang dapat disintesis oleh tubuh

dri senyawa lain, misalnya glutamin, alanin, hidroksisilin dan

piruvat.

Berdasarkan susunan kimianya, protein digolongkan menjadi tiga

golongan, yaitu :

a) Protein sederhana, yaitu jenis protein yang tidak berikatan

dengan senyawa lain seperti albumin dan globulin

Page 30: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

b) Protein bersenyawa, protein ini dapat membentuk ikatan

dengan zat lain seperti dengan glikogen membentuk

glikoprotein, dengan hemoglobin membentuk kromoprotein

c) Turunan atau derivat dari protein, termasuk dalam turunan

protein misalnya albuminosa, pepton, dan gelatin.

2) Fungsi protein

a) Dalam bentuk albumin berperan dalam keseimbangan cairan

yaitu dengan meningkatkan tekanan osmotik koloid serta

keseimbangan asam basa

b) Pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh

c) Pengaturan metabolisme dalam bentuk bentuk enzim dan

hormon

d) Sumber energi di samping karbohidrat dan lemak

e) Dalam bentuk kromosom, protein berperan sebagai tempat

menyimpan dan meneruskan sifat-sifat keturunan

3) Sumber protein

a) Protein hewani, yaitu protein yang berasal dari hewan seperti

susu, daging, telur, hati, udang, kerang, ayam, dan sebagainya

b) Protein nabati, yaitu protein yang berasal dari tumbuhan seperti

jagung, kedelai, kacang hijau, tepung terigu, dan sebagainya

4) Pencernaan protein

Jika ada makanan yang mengandung protein masuk ke lambung,

maka akan menstimulasi produksi pepsinogen oleh sel utama (chief

cell) lambung. Pepsinogen dengan bantuan HCl diaktifkan dengan

cepat menjadi pepsin pada pH dibawah 5,0 dan akan efektif pada

pH 2,0. Produksi pepsinogen dipengaruhi oleh adanya hormon

asetilkolin, gastrin, dan sekretin selama ada makanan dan kerjanya

dihambat oleh keadaan alkali seperti pada keadaan keasaman

diusus. Pepsin mengubah protein menjadi polipeptida, yaitu

Page 31: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

albuminosa dan pepton. Di usus, albuminosa dan pepton akan

diubah menjadi asam amino dengan bantuan enzim tripsin dari

pankreas.

5) Absorpsi protein

Setiap hari sekitar 200 gram asam amino diabsorpsi melalui ileum

dan masuk ke kapiler-kapiler darah vilus melalui proses difusi,

selanjutnya dibawa ke vena porta hepatika. Karena protein dapat

larut dalam air sehingga umumnya penyerapan dapat terjadi secara

sempurna, maka hampir tidak tersisa protein makanan dalam feses.

6) Metabolisme protein

Protein merupakan sumber energi selain karbohidrat dan lemak.

Setiap 1 gram protein akan menghasilkan 4 kkal. Setelah asam

amino diserap diusus dan masuk ke aliran darah menuju ke hati,

selanjutnya akan disebar ke seluruh jaringan tubuh dan

dimanfaatkan untuk mengganti sel-sel yang rusak, pembentukan

protein plasma darah, serta pembentukan enzim dan hormon.

Asam amino yang tidak dapat dipergunakan akan ditransportasikan

kembali ke hati untuk kemudian dilakukan katabolisme dengan

dilepaskan ikatan nitrogennya sehingga terpecah menjadi senyawa

asam organik dan amoniak (NH3). Asam organik seperti keton

akan dimanfaatkan kembali untuk pembentukan asam amino lain,

sedangkan amoniak akan diubah menjadi urea dan dibuang melalui

ginjal. Apabila asam amino dari makanan berlebihan atau melebihi

kebutuhan tubuh, maka kelebihan atau sisanya tidak dapat

ditimbun, tetapi akan diubah menjadi lemak sebagai cadangan

kalori tubuh.

Page 32: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

7) Faktor-faktor yang memengaruhi kebutuhan protein adalah berikut

ini :

a) Berat badan seseorang. Semakin besar berat badannya

kebutuhan akan protein juga lebih besar. Hal ini sangat terkait

dengan semakin banyaknya jumlah sel dan jaringan yang harus

dipertahankan dan memperbaiki jaringan yang rusak.

b) Aktivitas. Aktivitas membutuhkan tambahan energi yang

diantaranya berasal dari protein.

c) Keadaan pertumbuhan. Bayi 3 gr/kgBB, anak-anak 1,75-2,5

gr/kgBB dan pada remaja sampai dengan usia lanjut kebutuhan

protein 1,25-1,75 gr/kgBB.

d) Pada wanita hamil ditambah 10 gr/hari.

e) Pada ibu menyusui ditambah 20 gr/hari.

f) Keadaan atau kondisi kesehatan, misalnya sakit atau terjadi

infeksi.

c. Lemak

Lemak atau lipid merupakan sumber energi yang menghasilkan jumlah

kalori lebih besar daripada karbohidrat dan protein.

1) Jenis lemak

Berdasarkan ikatan kimianya lemak dibedakan menjadi :

a) Lemak murni, yaitu lemak yang terdiri atas asam lemak dan

gliserol. Asam lemak bebas dapat dengan mudah menembus

membran sel melalui proses difusi.

b) Lemak yang berikatan dengan unsur lain seperti fosfolipid

merupakan senyawa ikatan lemak dengan garam fosfor,

glikolipid (senyawa ikatan lemak dengan glikogen), serta

lipoprotein (senyawa antara lipid dan protein).

Page 33: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

2) Fungsi lemak

a) Sebagai sumber energi, memberikan kalori di mana dalam 1

gram lemak pada peristiwa oksidasi akan menghasilkan kalori

sebanyak 9 kkal.

b) Melarutkan vitamin sehingga dapat diserap oleh usus.

c) Untuk aktivitas enzim seperti fosfolipid.

d) Penyusun hormon seperti biosintesis hormon steroid.

3) Sumber lemak

Sumber lemak berasal dari nabati dan hewani, lemak nabati

mengandung lebih banyak asam lemak tak jenuh seperti pada

kacang-kacangan, kelapa, dan lain-lain. Sedangkan lemak hewani

banyak mengandung asam lemak jenuh dengan rantai panjang

seperti pada daging sapi, kambing, dan lain-lain.

4) Pencernaan lemak

Pencernaan lemak dimulai di mulut dengan bantuan enzim lipase

saliva yang dihasilkan di sublingual, kemudian di lambung dan

duodenum dengan bantuan enzim lipase yang dihasilkan oleh

pankreas. Enzim lipase diaktifkan oleh adanya garam empedu yang

masuk ke duodenum. Lemak dicerna menjadi asam lemak,

monogliserida, dan kolesterol dengan bantuan garam-garam

empedu dan lipase lalu diserap ke darah menuju hati.

5) Absorpsi lemak

Sekitar 80 gram per hari lemak diabsorpsi dalam usus khususnya di

duodenum melalui mekanisme difusi pasif. Asam lemak dengan

rantai pendek (terdiri atas 10-12 atom karbon) masuk ke jaringan

kapiler dan selanjutnya dibawa ke vena porta hepatika sebagai

asam lemak bebas. Sedangkan asam lemak dengan rantai panjang

(lebih dari 12 atom karbon) disintesis kembali menjadi trigliserida,

kemudian bergabung bersama lipoprotein, kolesterol dan fosfolipid

Page 34: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

membentuk silomikron selanjutnya akan diabsorpsi oleh lakteal

dari vili. Dari lakteal kemudian masuk ke sirkulasi limfatik dan

selanjutnya masuk ke sirkulasi darah.

6) Metabolisme lemak

Metabolisme lemak terjadi di hati, ketika lemak diabsorpsi di usus

halus atau dilepaskan dari jaringan adipose, gliserol yang

merupakan bagian dari lemak dipecah menjadi piruvat, asam

lemak, dan komponen lemak lainnya. Ketika terjadi penurunan

gula darah, dimana cadangan karbohidrat dan protein menurun,

maka lemak diubah menjadi glukosa. Pada kondisi tertentu

oksidasi lemak menjadi tidak sempurna dan menghasilkan keton

dan dilepaskan dalam darah. Jika terjadi penumpukan keton dalam

darah lebih cepat dari yang dibutuhkan sel untuk sumber energi

maka terjadi ketosis. Karena keton berupa asam, maka dapat

mengakibatkan asidosis metabolik dimana pH darah menjadi turun.

Pada kondisi ini, pernapasan pasien menjadi cepat untuk

membuang lebih banyak ion hidrogen. Kondisi ketosis merupakan

keadaan kegawatan, dimana orang akan mengalami keracunan dan

menurunnya kesadaran sehingga dapat mengalami kematian.

Jika dalam makanan terdapat kelebihan lemak, maka dalam tubuh

lemak akan disimpan dan akan dipergunakan sebagai :

a) Cadangan energi atau tenaga

b) Bantalan bagi alat-alat tubuh seperti ginjal dan bola mata

c) Mempertahankan panas tubuh karena lemak sebagai

penghambat panas (konduktor yang buruk)

d) Perlindungan tubuh terhadap trauma dan zat kimia yang

berbahaya

e) Pembentuk postur tubuh seperti orang terlihat gemuk atau

kurus karena adanya lemak

Page 35: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

d. Vitamin

Vitamin merupakan komponen organik yang dibutuhkan tubuh dalam

jumlah kecil dan tidak dapat diproduksi dalam tubuh. Vitamin sangat

berperan dalam proses metabolisme karena fungsinya sebagai

katalisator.

1) Jenis vitamin

a) Vitamin yang larut dalam air seperti vitamin B kompleks, B1

(tiamin), B2 (riboflavin), B3 (Niasin), B5 (asam pantotenat),

B6 (piridoksin), B12 (kobalamin), asam folat, dan vitamin C.

jenis vitamin ini dapat larut dalam air sehingga kelebihannya

akan di buang melalui urin.

b) Vitamin yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam lemak

seperti vitamin A,D,E, dan K

2) Sumber dan fungsi vitamin

a) Vitamin B1, banyak terdapat pada biji-bijin tumbuhan seperti

padi, kacang tanah, kacang hijau, gandum, roti, sereal, jaringan

tubuh hewani, ginjal, hati dan ikan. Fungsinya adalah

mencegah terjadinya penyakit beri-beri, neuropati perifer,

gangguan konduksi sistem saraf, dan ensefalopati wernicke

b) Vitamin B2, banyak terdapat pada ragi, hati, ginjal, susu, keju,

kacang almond, dan yogurt. Fungsinya adalah memperbaiki

kulit, mata serta mencegah terjadinya hiperbilirubinemia pada

bayi baru lahir yang mendapatkan fototerapi

c) Vitamin B3, banyak terdapat pada berbagai jenis makanan dari

hewani dan nabati seperti sereal, beras dan kacang-kacangan.

Fungsi vitamin ini adalah menetralisasi zat racun, berperan

dalam sintesis lemak, memperbaiki kulit dan saraf, serta

sebagai koenzim pada banyak enzim dehidrogenase yang

terdapat dalam sitosol dan mitokondria

d) Vitamin B5, sumber vitamin ini melimpah di berbgai jenis

makanan, baik di tumbuhan dan hewani, sehingga jarang terjadi

Page 36: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

kekurangan vitamin B5. Fungsinya sebagai katalisator reaksi

kimia dalam pembentukan koenzim A yang berperan dalam

pembentukan energi (ATP)

e) Vitamin B6, vitamin ini banyak terdapat pada hati, ikan,

daging, telur, pisang, sayuran, fungsinya berperan dalam proses

metabolisme asam amino, proses glikogenolisis, pembentukan

antibodi, serta regenerasi sel darah merah. Kekurangan vitamin

ini dapat mengakibatkan dermatitis, bibir pecah-pecah,

sariawan, anemia dan kejang

f) Vitamin B12, vitamin ini banyak terdapat pada daging, ikan,

kepiting, telur, susu dan tempe. Fungsinya membantu

pembentukan sel darah merah, mencegah kerusakan sel saraf,

dan membantu matabolisme protein

g) Vitamin C, sumbernya banyak pada sayuran dan buah, seperti

jeruk, mangga, tomat, stroberi, asparagus, kol, susu, mentega,

ikan dan hati. Fungsinya membantu pembentukan tulang, otot,

dan kulit, membantu penyembuhan luka, meningkatkan daya

tahan tubuh, membantu penyerapan zat besi, serta melindungi

tubuh dari radikal bebas

h) Asam folat, sumbernya terdapat pada hati, daging, sayuran

hijau, kacang-kacangan, fungsinya dalam membantu

metabolisme, khususnya asam amino, pematangan sel darah

merah, serta mencegah terjadinya penyakit jantung bawaan.

Kekurangan vitamin ini dapat mengakibatkan anemia

megaloblastik

i) Vitamin D, sumber vitamin ini adalah ikan, daging, telur, susu,

keju, tahu, dan tempe. Fungsinya adalah meningkatkan

penyerapan kalsium, fosfor untuk kekuatan tulang dan gigi,

pengaturan produksi hormon, serta pengaturan kadar kalsium

darah

j) Vitamin A, banyak terdapat pada ikan, daging, hati, susu,

wortel, labu dan bayam. Fungsinya membangun sel-sel kulit,

Page 37: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

melindungi sel-sel retina dari kerusakan. Kekurangan vitamin

ini dapat mengakibatkan gangguan penglihatan pada senja hari

(rabun senja)

k) Vitamin E, sumbernya banyak terdapat pada minyak sayur,

alpukat, kacang-kacangan, sayuran, daging, telur, susu, ikan.

Manfaat vitamin ini adalah sebagai antioksidan dengan cara

memutuskan berbagai reaksi rantai radikal bebas

l) Vitamin K, vitamin ini banyak terdapat pada jaringan tanaman,

sayuran, dan hewan sebagai bahan makanan, produksi oleh

bakteri usus. Fungsinya adalah membantu dalam proses

pembekuan darah dan jika terjadi kekurangan dapat

mengakibatkan penyakit perdarahan.

3) Absorpsi vitamin

Vitamin yang larut dalam air seperti vitamin B dan vitmin C

mudah diabsorpsi dalam epitelium mukosa usus melalui proses

difusi, kecuali vitamin B12 yang hanya dapat diabsorpsi dengan

bantuan intrinsik faktor yang dihasilkan oleh sel parietal lambung.

Vitamin B12 diabsorpsi pada ileum terminal. Sedangkan vitamin

yang larut dalam lemak seperti vitamin A, D, E dan K akan di

absorpsi dengan bantuan garam-garam empedu dan lipase. Vitamin

A, D, E, K dan B12 yang di absorpsi dari darah disimpan dalam

hati dan kemudian dipergunakan kembali jika dibutuhkan.

e. Mineral

Mineral adalah ion anorganik esensial untuk tubuh karena peranannya

sebagai katalis dalam reaksi biokimia. Mineral dan vitamin tidak

menghasilkan energi, tetapi merupakan elemen kimia yang berperan

dalam mempertahankan proses tubuh.

1) Jenis mineral

Berdasarkan kebutuhannya dalam tubuh, mineral dikelompokkan

menjadi dua, yaitu :

Page 38: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

a) Makromineral, yaitu jumlah kebutuhan mineral tubuh lebih dari

100 mg/hari seperti natrium (Na), kalsium (Ca), fosfor (P),

kalium (K), klorida (Cl), dan magnesium (Mg).

b) Mikromineral, yaitu jumlah kebutuhan mineral kurang dari 100

mg/hari, seperti zat besi (Fe), seng (Zn), kromium (Cr),

mangan (Mn), tembaga (Cu), fluor (F), dan yodium (I).

2) Fungsi mineral

Mineral berperan dalam tiga proses yaitu :

a) Penentuan konsentrasi osmotik cairan tubuh, misalnya natrium

dan klorida yang berperan dalam mempertahankan cairan

ekstra sel. Kalium sangat penting dalam mempertahankan

konsentrasi osmotik intrasel

b) Proses fisiologis, variasi kombinasi dari ion-ion berperan dalam

berbagai proses fisiologis seperti mempertahankan

transmembran potensial, pembentukan dan mempertahankan

tulang, kontraksi otot, pembentukan neurotransmitter,

pembentukan hormon, pembekuan darah, transpor gas, dan

sistem penyangga (buffer)

c) Sebagai kofaktor esensial berbagai reaksi enzimatik, seperti

pada kalsium-dependen ATPase pada tulang yang

membutuhkan ion magnesium. ATPase untuk mengubah

glukosa menjadi asam piruvat membutuhkan ion kalium dan

magnesium

3) Absorpsi mineral

Absorpsi mineral seperti magnesium natrium terjadi melalui proses

difusi dan melalui transpor aktif. Meningkatnya absorpsi sodium

dipengaruhi oleh intake makanan yang tinggi natrium dan

pengaruh hormon aldosteron. Ion kalsium diabsorpsi melalui

transpor aktif pada permukaan epitel. Peningkatan absorpsi

kalsium dipengaruhi oleh hormon paratiroid. Ion klorida, yodium,

Page 39: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

bikarbonat, dan nitrat di absorpsi melalui proses difusi, sedangkan

sulfat dan fosfat masuk ke epitel usus hanya dengan transpor aktif.

f. Air

Merupakan media transpor nutrisi dan sangat penting dalam kehidupan

sel-sel tubuh. Setiap hari sekitar 2 liter air masuk ke tubuh kita melalui

minum, sedangkan cairan digestif yang diproduksi oleh berbagai organ

saluran pencernaan sekitar 8-9 liter, sehingga sekitar 10-11 liter cairan

beredar dalam tubuh. Namun demikian, dari 10-11 liter cairan yang

masuk, hanya 50-200 ml yang dikeluarkan melalui feses, selebihnya

direabsorpsi.

Absorpsi air terjadi pada usus halus dan usus besar (kolon) dan terjadi

melalui proses difusi.

- Jejunum : 5-6 liter/hari

- Ileum : 2 liter/hari

- Kolon : 1,5 liter/hari

4. Fisiologi Nutrisi dan Metabolisme

Menurut Wahyudi dan Abd.Wahid (2016), Tubuh memerlukan bahan

bakar untuk menyediakan energi untuk fungsi organ dan pergerakan

badan, untuk menyediakan material mentah, untuk fungsi enzim,

pertumbuhan, penempatan kembali dan perbaikan sel. Metabolisme

mengacu pada semua reaksi biokimia dalam tubuh. Proses metabolik dapat

menjadi anabolik (membangun) atau katabolik (merusak). Energi adalah

kekuatan untuk bekerja, manusia membutuhkan energi untuk terus-

menerus berhubungan dengan lingkungannya.

a. Pemasukan energi

Pemasukan energi merupakan energi yang dihasilkan selama oksidasi

makanan. Makanan merupakan sumber utama energi manusia.

Besarnya energi yang dihasilkan dengan satuan kalori. 1 kalori juga

disebut 1 kalori besar (K) atau kkal adalah jumlah panas yang

Page 40: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 kg air sebesar 10c. 1 kkal = 1 K

atau sama dengan 1000 kalori.

Terdapat 3 bentuk pemberian kalori yaitu :

1) Karbohidrat : karbohidrat merupakan sumber energi yang penting.

Setiap gram karbohidrat menghasilkan kurang lebih 4 kalori.

Asupan karbohidrat di dalam diit sebaiknya berkisar 50%-60% dari

kebutuhan kalori

2) Lemak : komponen lemak dapat diberikan dalam bentuk nutrisi

enteral maupun parenteral sebagai emulsi lemak. Pemberian lemak

dapat mencapai 20%-40% dari total kebutuhan. Satu gram lemak

menghasilkan 9 kalori.

3) Protein (asam amino) : kebutuhan protein adalah 0,8 gr/KgBB/hari

atau kurang lebih 10% dari total kebutuhan kalori.

b. Pengeluaran energi

Pengeluaran energi adalah energi yang digunakan oleh tubuh untuk

mensupport jaringan dan fungsi-fungsi organ tubuh. Cadangan energi

tubuh berbentuk senyawa fospat seperti ATP. Kebutuhan energi

seseorang di tentukan oleh BMR dan aktivitas fisik.

c. Basal Metabolisme Rate (BMR)

Basal Metabolisme Rate adalah energi yang digunakan tubuh pada saat

istirahat yaitu untuk kegiatan fungsi tubuh seperti pergerakan jantung,

pernapasan, peristaltik usus, kegiatan kelenjar-kelenjar tubuh.

1) Pencernaan

Pencernaan dimulai dari mulut, tempat makanan dipecah secara

mekanik dengan mengunyah. Protein dan lemak dipecahkan secara

fisik tetapi tidak berubah secara kimia karena enzim dalam mulut

tidak bereaksi dengan nutrisi ini. Makanan yang telah ditelan

memasuki esofagus dan bergerak sepanjangnya dan dengan

kontraksi otot seperti gelombang (peristaltik). Massa makanan

yang berada pada kardiak spinkter, berlokasi pada permukaan atas

Page 41: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

lambung, menyebabkan spinkter relaksasi dan memungkinkan

makanan masuk lambung. Di dalam lambung, pepsinogen

disekresikan dan diaktifkan oleh asam hidrokolik menjadi pepsin,

enzim pemecah protein. Lambung juga mengeluarkan sejumlah

kecil lipase dan amilase untuk mencerna lemak dan zat tepung

secara berturut-turut. Lambung juga bertindak sebagai

penyimpanan dan makanan menetap di dalam perut kira-kira 3 jam,

dengan rentang dari 1-7 jam. Makanan meninggalkan lambung

pada spinkter pilorik sebagai asam, massa cair yang disebut kimus.

Kimus mengalir ke duodenum dan bercampur cepat dengan

empedu, getah intestinal, sekresi pankreas. Peristaltik terjadi terus-

menerus dalam usus kecil, mencampur sekresi dengan kimus.

a) Absorbs

Usus kecil merupakan tempat penyerapan utama nutrien.

Sepanjang daerah ini terdapat penonjolan seperti jari yang

disebut vili, untuk meningkatkan area permukaan absorbsi.

Nutrien di absorbsi oleh difusi pasif dan osmosis, transpor aktif

dan pinositosis.

b) Metabolisme

Nutrien diabsorbsi dalam intestinal, termasuk air yang

ditransportasikan melalui sistem sirkulasi ke jaringan tubuh.

Melalui perubahan kimia dari metabolisme, nutrien diubah ke

jumlah substansi yang diperlukan oleh tubuh. Dua tipe dasar

metabolisme adalah anabolisme dan katabolisme. Anabolisme

merupakan produksi dan substansi kimia yang lebih kompleks

dengan sintesis nutrien. Katabolime merupakan pemecahan

substansi kimia menjadi substansi yang lebih sederhana.

c) Penyimpanan

Beberapa, tapi tidak semua nutrien yang diperlukan tubuh

disimpan dalam jaringan tubuh. Bentuk pokok tubuh dari

energi yang disimpan adalah lemak, yang disimpan sebagai

jaringan adiposa. Glikogen disimpan dalam cadangan kecil di

Page 42: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

hati dan jaringan otot dan protein disimpan dalam massa otot.

Ketika keperluan energi tubuh melebihi persediaan energi dari

nutrien yang dimakan, maka energi yang disimpan digunakan.

Sebaliknya energi yang tidak digunakan harus disimpan

terutama lemak.

5. Status Nutrisi

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2011), Karakteristik status nutrisi

ditentukan melalui adanya indeks massa tubuh (body mass index-BMI)

dan berat tubuh ideal (ideal body weight-IBW).

a. Body Mass Index (BMI)

Merupakan ukuran dari gambaran berat badan seseorang dengan tinggi

badan. BMI dihubungkan dengan total lemak dalam tubuh dan sebagai

panduan untuk mengkaji kelebihan berat badan (overweight) dan

obesitas.

Rumus BMI diperhitungkan :

BB (kg) atau BB (pon) x 704,5

TB (M) TB (inchi)2

b. Ideal Body Weight (IBW)

Merupakan perhitungan berat badan optimal dalam fungsi tubuh yang

sehat.Berat badan ideal adalah jumlah tinggi badan dalam sentimeter

dikurangi 100 dan dikurangi atau ditambah 10% dari jumlah tersebut.

Rumus IBW diperhitungkan :

(TB-100) + 10%

6. Masalah Kebutuhan Nutrisi

Menurut Hidayat (2009) dan Ernawati (2012), masalah kebutuhan nutrisi

terdiri atas :

a. Kekurangan nutrisi

Kekurangan nutrisi merupakan keadaan yang dialami seseorang dalam

keadaan tidak berpuasa (normal) atau risiko penurunan berat badan

akibat ketidakcukupan asupan nutrisi untuk kebutuhan metabolisme.

Page 43: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

Tanda klinis :

1) Berat badan 10-20% dibawah normal

2) Tinggi badan di bawah ideal

3) Lingkar kulit trisep lengan tengah kurang dari 60% ukuran standar

4) Adanya kelemahan dan nyeri tekan pada otot

5) Adanya penurunan albumin serum

6) Adanya penurunan transferin

Kemungkinan penyebab :

1) Meningkatnya kebutuhan kalori dan kesulitan dalam mencerna

kalori akibat penyakit infeksi atau kanker

2) Disfagia karena adanya kelainan persarafan

3) Penurunan absorbsi nutrisi akibat penyakit crohn atau intoleransi

laktosa.

4) Nafsu makan menurun

b. Kelebihan nutrisi

Kelebihan nutrisi merupakan suatu keadaan yang dialami seseorang

yang mempunyai risiko peningkatan berat badan akibat asupan

kebutuhan metabolisme secara berlebih.

Tanda klinis :

1) Berat badan lebih dari 10% berat ideal

2) Obesitas (lebih dari 20% berat ideal)

3) Lipatan kulit trisep lebih dari 15 mm pada pria dan 25 mm pada

wanita

4) Adanya jumlah asupan yang berlebihan

5) Aktivitas menurun atau monoton

Kemungkinan penyebab :

1) Perubahan pola makan

2) Penurunan fungsi pengecapan dan penciuman

Page 44: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

c. Obesitas

Obesitas merupakan masalah peningkatan berat badan yang mencapai

lebih dari 20% berat badan normal. Status nutrisinya adalah melebihi

kebutuhan metabolisme karena kelebihan asupan kalori dan penurunan

dalam penggunaan kalori.

d. Malnutrisi

Malnutrisi merupakan masalah yang berhubungan dengan kekurangan

zat gizi pada tingkat seluler atau dapat dikatakan sebagai masalah

asupan zat gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh. Gejala

umumnya adalah berat badan rendah dengan asupan makanan yang

cukup atau asupan kurang dari kebutuhan tubuh, adanya kelemahan

otot dan penurunan energi, pucat pada kulit, membran mukosa,

konjungtiva dan lain-lain.

e. Diabetes melitus

Diabetes melitus merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang ditandai

dengan adanya gangguan metabolisme karbohidrat akibat kekurangan

insulin atau penggunaan karbohidrat secara berlebihan.

f. Hipertensi

Hipertensi merupakan gangguan nutrisi yang juga disebabkan oleh

berbagi masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi seperti penyebab dari

adanya obesitas, serta asupan kalsium, natrium dan gaya hidup yang

berlebihan.

g. Penyakit jantung koroner

Penyakit jantung koroner merupakan gangguan nutrisi yang sering

disebabkan oleh adanya peningkatan kolesterol darah dan merokok.

Saat ini, gangguan ini sering dialami karena adanya perilaku atau gaya

hidup yang tidak sehat, obesitas dan lain-lain.

Page 45: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

h. Kanker

Kanker merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang disebabkan oleh

pengonsumsian lemak secara berlebihan.

i. Anoreksia nervosa

Anoreksia nervosa merupakan penurunan berat badan secara

mendadak dan berkepanjangan ditandai dengan adanya konstipasi,

pembengkakan badan, nyeri abdomen, kedinginan, letargi, dan

kelebihan energi.

7. Faktor Yang Memengaruhi Kebutuhan Nutrisi

Faktor yang memengaruhi kebutuhan nutrisi antara lain :

a. Pengetahuan

Pengetahuan yang kurang tentang manfaat makanan bergizi dapat

memengaruhi pola konsumsi makan. Hal tersebut dapat disebabkan

oleh kurangnya informasi sehingga dapat terjadi kesalahan dalam

memahami kebutuhan gizi (Hidayat, 2009).

b. Prasangka

Prasangka buruk terhadap beberapa jenis bahan makan bergizi tinggi

dapat memengaruhi status gizi seseorang. Misalnya, di beberapa

daerah, tempe yang merupakan sumber protein yang paling murah,

tidak dijadikan bahan makanan yang layak untuk dimakan karena

masyarakat menganggap bahwa mengonsumsi makanan tersebut dapat

merendahkan derajat mereka (Hidayat, 2009).

c. Kebiasaan

Adanya kebiasaan yang merugikan atau pantangan terhadap makanan

tertentu juga dapat memengaruhi status gizi. Misalnya, di beberapa

daerah, terdapat larangan makan pisang dan papaya bagi para gadis

remaja. Padahal, makanan tersebut merupakan sumber vitamin yang

sangat baik. Ada pula larangan makan ikan bagi anak-anak karena ikan

dianggap dapat mengakibatkan cacingan. Padahal ikan merupakan

sumber protein yang sangat baik bagi anak-anak (Hidayat, 2009).

Page 46: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

d. Kesukaan

Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan dapat

mengakibatkan kurangnya variasi makanan, sehingga tubuh tidak

memperoleh zat-zat yang dibutuhkan secara cukup. Saat ini, para

remaja di kota-kota besar di negara kita memiliki kecenderungan

menyenangi makanan tertentu secara berlebihan, seperti makanan

cepat saji (junkfood), bakso, dan lain-lainnya (Hidayat, 2009).

e. Ekonomi

Status ekonomi dapat memengaruhi perubahan status gizi karena

penyediaan makanan bergizi membutuhkan pendanaan yang tidak

sedikit. Oleh karena itu, masyarakat dengan kondisi perekonomian

yang tinggi biasanya mampu mencukupi kebutuhan gizi keluarganya

dibandingkan masyarakat dengan kondisi perekonomian rendah

(Hidayat, 2009).

f. Usia

Pada usia 0-10 tahun kebutuhan metabolisme basa bertambah dengan

cepat, hal ini sehubungan dengan faktor pertumbuhan dan

perkembangan yang cepat pada usia tersebut. Setelah usia 20 tahun

energi basal relatif konstan (Wahyudi dan Abd Wahid, 2016).

g. Jenis kelamin

Kebutuhan metabolisme basal pada laki-laki lebih besar dibandingkan

dengan wanita pada laki-laki kebutuhan BMR 1.0 kkal/kgBB/jam dan

pada wanita 0,9 kkal/kgBB/jam (Wahyudi dan Abd Wahid, 2016).

h. Tinggi dan berat badan

Tinggi dan berat badan berpengaruh terhadap luas permukaan tubuh,

semakin luas permukaan tubuh maka semakin besar pengeluaran panas

sehingga kebutuhan metabolisme basal tubuh juga menjadi lebih besar

(Wahyudi dan Abd Wahid, 2016).

i. Status kesehatan

Nafsu makan yang baik adalah tanda yang sehat. Anoreksia (kurang

nafsu makan) biasanya gejala penyakit atau karena efek samping obat

(Wahyudi dan Abd Wahid, 2016).

Page 47: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

j. Faktor psikologis seperti stress dan ketegangan

Motivasi individu untuk makan makanan yang seimbang dan persepsi

individu tentang diet dan merupakan pengaruh yang kuat. Makanan

mempunyai nilai simbolik yang kuat bagi banyak orang (mis, susu

menyimbolkan kelemahan dan daging menyimbolkan kekuatan)

(Wahyudi dan Abd Wahid, 2016).

k. Alkohol dan obat

Penggunaan alkohol dan obat yang berlebihan memberi kontribusi

pada defisiensi nutrisi karena uang mungkin dibelanjakan untuk

alkohol daripada makanan. Alkohol yang berlebihan juga

mempengaruhi organ gastrointestinal. Obat-obatan yang menekan

nafsu makan dapat menurunkan asupan zat gizi esensial. Obat-obatan

juga menghabiskan zat gizi yang tersimpan dan mengurangi absorbsi

zat gizi di dalam intestin (Wahyudi dan Abd Wahid, 2016).

B. Konsep Dasar Diabetes Melitus

1. Definisi Diabetes Melitus

Diabetes melitus adalah penyakit yang ditandai dengan kadar glukosa

darah yang melebihi normal (hiperglikemia) akibat tubuh kekurangan

insulin baik absolut maupun relatif. Tingkat kadar glukosa darah

menentukan apakah seseorang menderita Diabetes Melitus atau tidak

(Hasdianah, 2012).

Menurut Hasdianah (2012), jenis diabetes melitus dikelompokkan menurut

sifatnya :

1. Diabetes melitus tergantung insulin

2. Diabetes melitus tidak tergantung insulin, terdiri penderita gemuk dan

kurus

3. Diabetes melitus terkait malnutrisi

4. Diabetes melitus yang terkait keadaan atau gejala tertentu, seperti

penyakit pankreas, penyakit hormonal, obat-obatan/bahan kimia,

kelainan insulin/reseptornya, sindrom genetik dll.

Page 48: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

2. Macam-Macam Diabetes

Menurut Tandra (2017), diabetes dibagi menjadi :

a. Diabetes tipe I

Diabetes tipe I muncul ketika pankreas sebagai pabrik insulin tidak

dapat atau kurang mampu memproduksi insulin. Akibatnya insulin

tubuh kurang atau tidak ada sama sekali. Gula menjadi menumpuk

dalam peredaran darah karena tidak dapat diangkut ke dalam sel.

Diabetes tipe I juga disebut insulin-dependen diabetes karena si pasien

sangat tergantung pada insulin. Ia memerlukan injeksi insulin setiap

hari untuk mencukupi kebutuhan insulin dalam tubuh. Diabetes tipe I

biasanya adalah penyakit autoimun, yaitu penyakit yang disebabkan

oleh gangguan sistem imun atau kekebalan tubuh pasien dan

mengakibatkan rusaknya sel pankreas.

b. Diabetes tipe II

Diabetes tipe II biasanya terjadi pada usia di atas 40 tahun, tetapi bisa

pula timbul pada usia diatas 20 tahun. Sekitar 90-95% penderita

diabetes adalah tipe II. Pada diabetes tipe II, pankreas masih bisa

membuat insulin, tetapi kualitas insulinnya buruk, tidak dapat

berfungsi dengan baik sebagai kunci untuk memasukkan gula ke dalam

sel. Akibatnya, gula dalam darah meningkat.

c. Diabetes pada kehamilan

Diabetes yang muncul hanya pada saat hamil disebut diabetes gestasi.

Keadaan ini terjadi karena pembentukan beberapa hormon pada ibu

hamil yang menyebabkan resistensi insulin. Catatan IDF tahun 2015

ada 20,9 juta orang yang terkena diabetes gestasi, atau 16,2% dari ibu

hamil dengan persalinan hidup. Diabetes ini biasanya baru diketahui

setelah kehamilan bulan keempat ke atas, kebanyakan pada trimester

ketiga. Setelah persalinan pada umumnya gula darah akan kembali

normal.

Page 49: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

d. Diabetes lain

Diabetes sekunder atau akibat dari penyakit lain, yang mengganggu

produsi insulin atau memengaruhi kerja insulin. Penyebabnya adalah :

1) Radang pankreas (pankreatitis)

2) Gangguan kelenjar adrenal atau hipofisis

3) Penggunaan hormon kortikosteroid

4) Pemakaian beberapa obat antihipertensi atau antikolesterol

5) Malnutrisi

6) Infeksi

3. Klasifikasi Diabetes Melitus

a. Berdasarkan etiologi :

1) Diabetes melitus tipe I (insulin dependen)

Diabetes melitus tipe I disebut juga dengan insulin dependen

(tergantung insulin) adalah mereka yang menggunakan insulin oleh

karena tubuh tidak dapat menghasilkan insulin. Pada diabetes

melitus tipe I, badan kurang atau tidak menghasilkan insulin,

terjadi karena masalah genetik, virus atau penyakit autoimun.

Injeksi insulin diperlukan setiap hari untuk pasien diabetes melitus

tipe I. Diabetes tipe I disebabkan oleh faktor genetika (keturunan),

faktor imunologik dan faktor lingkungan (Hasdianah, 2012).

2) Diabetes melitus tipe II (insulin requirement)

Diabetes melitus tipe II atau disebut juga dengan insulin

requirement (membutuhkan insulin) adalah mereka yang

membutuhkan insulin sementara atau seterusnya. Pankreas tidak

menghasilkan cukup insulin agar kadar gula darah normal, oleh

karena badan tidak dapat respon terhadap insulin. Penyebabnya

tidak hanya satu yaitu akibat resistensi insulin yaitu banyaknya

jumlah insulin tapi tidak berfungsi. Bisa juga karena kekurangan

insulin atau karena gangguan sekresi atau produksi insulin.

Diabetes melitus tipe II menjadi semakin umum oleh karena faktor

Page 50: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

resikonya yaitu obesitas dan kekurangan olahraga. Faktor yang

mempengaruhi timbulnya diabetes melitus yaitu usia lebih dari 65

tahun, obesitas, riwayat keluarga (Hasdianah, 2012)

b. Berdasarkan perawatan dan simtoma

1) Diabetes tipe I, yang meliputi simtoma ketoasidosis hingga

rusaknya sel beta di dalam pankreas yang disebabkan atau

menyebabkan autoimunitas, dan bersifat idiopatik. Diabetes

melitus dengan patogenesis jelas, seperti fibrosis sistik atau

defisiensi mitokondria, tidak termasuk dalam penggolongan ini.

2) Diabetes tipe II, yang diakibatkan oleh defisiensi sekresi insulin,

seringkali disertai dengan sindrom resistensi insulin.

3) Diabetes gestasional, yang meliputi gestational impaired glucose

tolerance, GGIT dan gestational diabetes melitus, GDM

(Hasdianah, 2012).

4. Patogenesis

Menurut Hasdianah (2012), diabetes melitus merupakan penyakit yang

disebabkan oleh adanya kekurangan insulin secara relatif maupun absolut.

Defisiensi insulin dapat terjadi melalui 3 jalan, yaitu rusaknya sel sel β

pankreas karena pengaruh dari luar (virus, zat kimia tertentu, dll).

Desensitasi atau penurunan reseptor glukosa pada kelenjar pankreas.

Desensitasi/kerusakan reseptor insulin (down regulation) di jaringan

perifer. Apabila di dalam tubuh terjadi kekurangan insulin, maka dapat

mengakibatkan menurunnya transpor glukosa melalui membran sel,

keadaan ini mengakibatkan sel-sel kekurangan makanan sehingga

meningkatkan metabolisme lemak dalam tubuh. Manifestasi yang muncul

adalah penderita diabetes melitus selalu merasa lapar atau nafsu makan

meningkat “polipagia”.

Page 51: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

Menurunnya glikogenesis, dimana pembentukan glikogen dalam hati dan

otot terganggu. Meningkatnya pembentukan glikolisis dan

glukoneogenesis, karena proses ini disertai nafsu makan meningkat atau

polipagia sehingga dapat mengakibatkan terjadinya hiperglikemia. Kadar

gula darah tinggi mengakibatkan ginjal tidak mampu lagi mengabsorbsi

dan glukosa keluar bersama urin, keadaan ini yang disebut glukosuria.

Manifestasi yang muncul yaitu penderita sering berkemih atau poliuria dan

selalu merasa haus atau polidipsia.

5. Patofisiologi Diabetes Melitus

Menurut Tarwoto,. dkk (2012), Diabetes Melitus merupakan kumpulan

gejala yang kronik dan bersifat sistemik dengan karakteristik peningkatan

gula darah/glukosa atau hiperglikemia yang disebabkan menurunnya

sekresi atau aktivitas dari insulin sehingga mengakibatkan terhambatnya

metabolisme karbohidrat, protein dan lemak.

Glukosa secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah dan

sangat dibutuhkan untuk kebutuhan sel dan jaringan. Glukosa dibentuk

dihati dari makanan yang dikonsumsi. Makanan yang masuk sebagian

digunakan untuk kebutuhan energi dan sebagian lagi disimpan dalam

bentuk glikogen dihati dan jaringan lainnya dengan bantuan insulin.

Insulin merupakan hormon yang diproduksi oleh sel beta pulau langerhans

pankreas yang kemudian meningkat jika terdapat makanan yang masuk.

Pada orang dewasa rata-rata diproduksi 40-50 unit, untuk

mempertahankan gula darah tetap stabil antara 70-120 mg/dl.

Insulin disekresi oleh sel beta, satu diantara empat sel pulau langerhans

pankreas. Insulin merupakan hormon anabolik, hormon yang dapat

membantu memindahkan glukosa dari darah ke otot, hati dan sel lemak.

Pada diabetes terjadi berkurangnya insulin atau tidak adanya insulin

berakibat pada gangguan tiga metabolisme yaitu menurunnya penggunaan

Page 52: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

glukosa, meningkatnya mobilisasi lemak dan meningkat penggunaan

protein.

Pada DM tipe II masalah utama adalah berhubungan resistensi insulin dan

gangguan sekresi insulin. Resistensi insulin menunjukkan penurunan

sensitifitas jaringan pada insulin. Normalnya insulin mengikat reseptor

khusus pada permukaan sel dan mengawali rangkaian reaksi meliputi

metabolisme glukosa. Pada DM tipe II, reaksi intraseluler dikurangi,

sehingga menyebabkan efektifitas insulin menurun dalam menstimulasi

penyerapan glukosa oleh jaringan dan pada pengaturan pembebasan oleh

hati. Mekanisme pasti yang menjadi penyebab utama resistensi insulin dan

gangguan sekresi insulin pada DM tipe II tidak diketahui, mekipun faktor

genetik berperan utama.

Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah penumpukan glukosa

dalam darah, peningkatan sejumlah insulin harus disekresi dalam

mengatur kadar glukosa darah dalam batas normal atau sedikit lebih tinggi

kadarnya. Namun, jika sel beta tidak dapat menjaga dengan meningkatkan

kebutuhan insulin, mengakibatkan kadar glukosa meningkat, dan DM tipe

II berkembang.

a. Menurunnya penggunaan glukosa

Pada diabetes sel-sel membutuhkan insulin untuk membawa glukosa

hanya sekitar 25% untuk energi. Kecuali jaringan saraf, eritrosit dan

sel-sel usus, hati dan tubulus ginjal tidak membutuhkan insulin untuk

transpor glukosa. Sel-sel lain seperti jaringan adipose, otot jantung

membutuhkan insulin untuk transpor glukosa. Tanpa adekuatnya

jumlah insulin, banyak glukosa tidak dapat digunakan. Dengan tidak

adekuatnya insulin maka gula darah menjadi tinggi (hiperglikemia),

karena hati tidak dapat menyimpan glukosa menjadi glikogen. Supaya

terjadi keseimbangan agar gula darah kembali menjadi normal maka

tubuh mengeluarkan glukosa melalui ginjal, sehingga banyak glukosa

berada dalam urin (glukosuria), disisi lain pengeluaran glukosa melalui

Page 53: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

urin menyebabkan diuretik osmotik dan meningkatnya jumlah air yang

dikeluarkan, hal ini beresiko terjadi defisit volume cairan.

b. Meningkatnya mobilisasi lemak

Pada diabetes tipe I lebih berat dibandingkan pada tipe II, mobilisasi

lemak yang dipecah untuk energi terjadi jika cadangan glukosa tidak

ada. Hasil metabolisme lemak adalah keton. Keton akan terkumpul

dalam darah, dikeluarkan lewat ginjal dan paru. Derajat keton dapat

diukur dari darah dan urin. Jika kadarnya tinggi, indikasi diabetes tidak

terkontrol.

Keton mengganggu keseimbangan asam basa tubuh dengan

memproduksi ion hidrogen sehingga pH menjadi turun dan asidosis

metabolik dapat terjadi. Pada saat keton dikeluarkan, sodium juga ikut

keluar sehingga sodium menjadi rendah dan berkembang mejadi

asidosis. Sekresi keton juga mengakibatkan tekanan osmotik sehingga

meningkatkan kehilangan cairan. Jika lemak sebagai sumber energi

utama, maka lipid tubuh dapat meningkat, risiko aterosklerosis juga

meningkat.

Meskipun gangguan sekresi insulin dikarakteristikan pada Diabetes

Melitus tipe II, terdapat sediaan insulin yang cukup untuk mencegah

terpecahnya lemak dan terkumpulnya produksi keton tubuh. Karena itu

tipe DKA (Diabetik Ketoasidosis) tidak terjadi pada Diabetes Melitus

tipe II. Tidak terkontrolnya Diabetes Melitus tipe II dapat saja, terjadi

menyebabkan masalah akut seperti HHNS (Hyperglycemic

Hyperosmolar Nonketotic Syndrome).

c. Meningkatnya penggunaan protein

Kurangnya insulin berpengaruh pada pembuangan protein. Pada

keadaan normal insulin berfungsi menstimulasi sintesis protein, jika

terjadi ketidakseimbangan, asam amino dikonversi menjadi glukosa di

hati sehingga kadar glukosa menjadi tinggi.

Page 54: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

6. Faktor Penyebab Diabetes Melitus

Umumnya diabetes melitus disebabkan oleh rusaknya sebagian kecil atau

sebagian besar dari sel-sel beta dari pulau-pulau Langerhans pada pankreas

yang berfungsi menghasilkan insulin, akibatnya terjadi kekurangan

insulin. Disamping itu, diabetes melitus juga dapat terjadi karena

gangguan terhadap fungsi insulin dalam memasukan glukosa ke dalam sel.

Gangguan itu dapat terjadi karena kegemukan atau sebab lain yang belum

diketahui (Hasdianah, 2012).

Menurut Hasdianah (2012), Faktor pemicu diabetes melitus :

a. Pola makan

Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang

dibutuhkan oleh tubuh dapat memacu timbulnya diabetes melitus.

Konsumsi makanan yang berlebihan dan tidak diimbangi dengan

sekresi insulin dalam jumlah yang memadai dapat menyebabkan kadar

gula dalam darah meningkat dan pastinya akan menyebabkan diabetes

melitus.

b. Obesitas (kegemukan)

Orang gemuk dengan berat badan lebih dari 90 kg cenderung memiliki

peluang lebih besar untuk terkena penyakit diabetes melitus. Sembilan

dari sepuluh orang gemuk berpotensi untuk terserang diabetes melitus.

c. Faktor genetis

Diabetes melitus dapat diwariskan dari orang tua kepada anak. Gen

penyebab diabetes melitus akan dibawa oleh anak jika orangtuanya

menderita diabetes melitus. Pewarisan gen ini dapat sampai ke

cucunya bahkan cicit walaupun resikonya sangat kecil.

d. Bahan-bahan kimia dan obat-obatan

Bahan-bahan kimia dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan

radang pankreas, radang pada pankreas akan mengakibatkan fungsi

pankreas menurun sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon untuk

proses metabolisme tubuh termasuk insulin. Segala jenis residu obat

yang terakumulasi dalam waktu yang lama dapat mengiritasi pankreas.

Page 55: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

e. Penyakit dan infeksi pada pankreas

Infeksi mikroorganisme dan virus pada pankreas juga dapat

menyebabkan radang pankreas yang otomatis akan menyebabkan

fungsi pankreas turun sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon

untuk proses metabolisme tubuh termasuk insulin. Penyakit seperti

kolesterol tinggi dan dislipidemia dapat meningkatkan risiko terkena

diabetes melitus.

f. Pola hidup

Pola hidup juga mempengaruhi faktor penyebab diabetes melitus. Jika

orang malas berolahraga memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena

penyakit diabetes melitus karena olahraga berfungsi untuk membakar

kalori yang berlebihan di dalam tubuh. Kalori yang tertimbun di dalam

tubuh merupakan faktor utama penyebab diabetes melitus selain

disfungsi pankreas.

g. Kadar kortikosteroid yang tinggi

h. Kehamilan diabetes gestasional, akan hilang setelah melahirkan

i. Obat-obatan yang dapat merusak pankreas

j. Racun yang mempengaruhi pembentukan atau efek dari insulin

7. Gejala Diabetes Melitus

Menurut Hasdianah (2012), Gejala diabetes melitus yaitu antara lain :

a. Gejala akut

Pada permulaan gejala yang ditunjukkan meliputi serba banyak (poli),

yaitu :

1) Banyak makan (Polipagia)

2) Banyak minum (Polidipsia)

3) Banyak kencing (Poliuria)

Bila keadaan tersebut tidak segera diobati, akan timbul gejala :

1) Banyak minum

2) Banyak kencing

Page 56: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

3) Nafsu makan mulai berkurang/ berat badan turun dengan cepat

(turun 5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu)

4) Mudah lelah

5) Bila tidak lekas diobati, akan timbul rasa mual, bahkan penderita

akan jatuh koma yang disebut dengan koma diabetik.

b. Gejala kronik

1. Kesemutan

2. Kulit terasa panas

3. Rasa tebal di kulit

4. Kram

5. Capai

6. Mudah mengantuk

7. Mata kabur

8. Gatal disekitar kemaluan

9. Gigi mudah goyah dan mudah lepas, kemampuan seksual menurun

bahkan impotensi

10. Para ibu hamil sering merasa keguguran atau kematian janin dalam

kandungan, atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4 kg.

8. Faktor Risiko Diabetes Melitus

Menurut Hasdianah (2012), faktor risiko diabetes melitus yaitu :

a. Faktor risiko mayor

1) Riwayat keluarga dengan diabetes melitus

2) Obesitas

3) Kurang aktivitas fisik

4) Ras/etnik

5) Sebelum teridentifikasi sebagai glukosa puasa terganggu

6) Hipertensi

7) Kolesterol tidak terkontrol

8) Riwayat DM pada kehamilan

9) Berat badan lebih (IMT >23 kg/m2)

Page 57: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

b. Faktor risiko lainnya

1) Faktor nutrisi

2) Konsumsi alkohol

3) Kebiasaan mendengkur

4) Faktor stress

5) Kebiasaan merokok

6) Jenis kelamin

7) Lama tidur

8) Intake zat besi

9) Konsumsi kopi dan kafein

10) Paritas

11) Intake zat besi

9. Pengobatan Diabetes

Menurut Hasdianah (2012), Pengobatan diabetes melitus yang secara

langsung terhadap kerusakan pulau-pulau Langerhans di pankreas belum

ada. Oleh karena itu pengobatan untuk penderita DM berupa kegiatan

pengelolaan dengan tujuan menghilangkan keluhan dan gejala akibat

defisiensi insulin (gejala DM), mencegah komplikasi kronis yang dapat

menyerang pembuluh darah, jantung, ginjal, mata, syaraf, kulit, kaki dll.

Pengobatan Diabetes

Menurut Hasdianah (2012), Sarana pengendalian secara farmakologis pada

diabetes melitus dapat berupa :

a. Pemberian insulin

b. Pemberian obat hipoglikemik oral (OHO)

c. Golongan sulfonylurea

d. Golongan biguanid

e. Golongan inhibitor alfa glukosidase

f. Golongan insulin sensitizing

g. Klorpropamid

h. Tolbutamid

i. Glibenklamid

Page 58: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

j. Glipizid

k. Glikazid

l. Glikuidon

10. Komplikasi

Menurut Hasdianah (2012), Komplikasi jangka lama termasuk penyakit

kardiovaskuler (risiko ganda), kegagalan kronis ginjal (penyebab utama

dialisis), kerusakan retina yang dapat menyebabkan kebutaan, serta

kerusakan saraf yang dapat menyebabkan impotensi dan ganggren dengan

risiko amputasi. Komplikasi yang lebih serius lebih umum bila kontrol

kadar gula darah buruk.

Komplikasi-komplikasi diabetes melitus dapat dibagi menjadi dua yaitu :

a. Komplikasi metabolik akut

Terdiri dari dua bentuk yaitu hipoglikemia dan hiperglikemia.

Hiperglikemia dapat berupa, ketoasidosis diabetik (KAD),

hiperosmolar non ketotik (HNK) dan asidosis laktat (AL).

Hiperglikemi yaitu apabila kadar gula darah lebih dari 250 mg% dan

gejala yang muncul yaitu poliuri, polidipsi pernapasan kussmaul, mual

muntah, penurunan kesadaran sampai koma. KAD menempati

peringkat pertama komplikasi akut disusul oleh hipoglikemia.

Komplikasi akut ini masih merupakan masalah utama, karena angka

kematiannya cukup tinggi. Kematian akibat KAD pada penderita DM

tahun 2003 di Negara maju berkisar 9-10%. Komplikasi kronik pada

dasarnya terjadi pada semua pembuluh darah di seluruh bagian tubuh

(angiopati diabetik). Angiopati diabetik untuk memudahkan dibagi

menjadi dua yaitu makroangiopati (makrovaskuler) dan

mikroangiopati (mikrovaskuler), yang tidak berarti bahwa satu sama

lain saling terpisah dan tidak terjadi sekaligus bersamaan.

Komplikasi kronik DM yang sering terjadi adalah sebagai berikut :

1) Mikrovaskuler :

- Ginjal

- Mata

Page 59: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

2) Makrovaskuler :

- Penyakit jantung koroner

- Pembuluh darah kaki

- Pembuluh darah otak

3) Neuropati : mikro dan makrovaskuler

b. Ketoasidosis diabetikum

Pada penderita diabetes tipe I, gejalanya timbul secara tiba-tiba dan

bisa berkembang dengan cepat ke dalam suatu keadaan yang disebut

dengan ketoasidosis diabetikum. Kadar gula di dalam darah adalah

tinggi tetapi karena sebagian besar sel tidak dapat menggunakan gula

tanpa insulin, maka sel-sel ini mengambil energi dari sumber yang

lain. Sel lemak dipecah dan menghasilkan keton, yang merupakan

senyawa kimia beracun yang bisa menyebabkan darah menjadi asam

(ketoasidosis). Gejala awal dari ketoasidosis diabetikum adalah rasa

haus dan sering kencing, mual, muntah, lelah dan nyeri perut.

Pernapasan menjadi dalam dan cepat karena tubuh berusaha untuk

memperbaiki keasaman darah. Bau napas penderita tercium seperti bau

aseton. Tanpa pengobatan, ketoasidosis diabetikum bisa berkembang

menjadi koma, kadang dalam waktu hanya beberapa jam. Bahkan

setelah mulai menjalani terapi insulin, penderita diabetes tipe I bisa

mengalami ketoasidosis jika mereka melewatkan satu kali penyuntikan

insulin atau mengalami stress akibat infeksi, kecelakaan atau penyakit

yang serius. Penderita diabetes tipe II bisa tidak menunjukkan gejala

selama beberapa tahun. Jika kekurangan insulin semakin parah, maka

timbullah gejala yang berupa sering kencing dan haus. Jarang terjadi

ketoasidosis. Jika kadar gula darah sangat tinggi (sampai lebih dari

1.000 mg/dl, biasanya terjadi akibat stress-misalnya infeksi atau obat-

obatan), maka penderita akan mengalami dehidrasi berat, yang bisa

menyebabkan kebingungan mental, pusing kejang dan suatu keadaan

yang disebut koma hiperglikemik-hiperosmolar non-ketotik.

Page 60: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

c. Hipoglikemi

Hipoglikemia merupakan salah satu komplikasi akut diabetes melitus.

Hipoglikemia adalah menurunya kadar gula dalam darah.

Hipoglikemia murni adalah menurunnya kadar gula dalam darah

<60mg/dl. Reaksi hipoglikemia adalah glukosa darah turun mendadak,

meskipun glukosa darah masih >100 mg/dl. Hipoglikemi yaitu apabila

kadar gula darah lebih rendah dari 60 mg% dan gejala yang muncul

yaitu palpitasi, takikardi, mual muntah, lemah, lapar dan dapat terjadi

penurunan kesadaran sampai koma. Koma hipoglikemia adalah koma

atau penurunan kesadaran karena glukosa darah <30 mg/dl.

Hipoglikemi reaktif adalah gejala hipoglikemia yang terjadi 3-5 jam

sesudah makan. Biasanya pada anggota keluarga DM atau orang

dengan bakat DM, setiap terjadi penurunan kesadaran pada penderita

DM harus dipikirkan kemungkinan mengalami hipoglikemia.

Hipoglikemia pada pasien DM biasanya disebabkan oleh pemakaian

Obat Anti Diabetes (OAD) oral terutama golongan sulfonylurea dan

insulin. Kelebihan pemakaian dosis obat, ketidakteraturan penderita

dalam hal mengkonsumsi makanan sehabis memakai obat, faktor usia

lanjut dan adanya penyakit gagal ginjal kronik bisa merupakan faktor

risiko terjadinya hipoglikemia. Gejala hipoglikemi : berdebar-debar,

banyak berkeringat (biasanya berkeringat dingin), gemetar, terasa

lapar. Juga penderita merasa pusing, gelisah, kesadaran menurun

hingga koma.

Terapi hipoglikemi : segera mengkonsumsi pisang atau roti atau

karbohidrat kompleks lainnya. Bisa juga menggunakan teh gula, air

gula kental atau madu yang dimasukkan dibawah lidah. Jika penderita

tidak sadar, injeksi glukosa 40% IV 25 ml (encerkan 2x dengan aqua

injeksi), juga infuse glukosa 10% atau dextrose 10%. Bila belum sadar

dapat diulang 25 cc glukosa 40% setiap 30 menit. Dapat diulang

sampai 6x sampai penderita sadar. 1 flakon D40% 24 meq dapat

menaikkan kadar gula darah 25-50 mg/dl. Periksa gula darah sewaktu

Page 61: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

30 menit setelah intravena berakhir. Injeksi efedrin 25-50 mg (bila

tidak ada kontraindikasi jantung pada jantung) atau obat glucagon 1

mg intra muskuler. Sementara obat anti diabetes dihentikan dulu.

d. Kardiopati diabetik

Kardiopati diabetik adalah gangguan jantung akibat diabetes. Glukosa

darah yang tinggi dalam jangka waktu panjang akan menaikkan kadar

kolesterol dan trigliserida darah. Lama kelamaan akan terjadi

aterosklerosis atau penyempitan pembuluh darah. Maka bagi penderita

diabetes perlu pemeriksaan kadar kolesterol dan trigliserida darah

secara rutin.

e. Ganggren dan impotensi

Penderita diabetes yang kadar glukosanya tidak terkontrol respon

imunnya menurun. Akibatnya, penderita rentan terhadap infeksi,

seperti infeksi saluran kencing, infeksi paru dan infeksi kaki. Banyak

hal yang menyebabkan kaki penderita diabetes mudah kena infeksi

seperti kena knalpot, lecet akibat sepatu, luka kecil. Infeksi kaki

mudah timbul pada penderita diabetes kronis dan dikenal sebagai

penyulit ganggren atau ulkus.

f. Nefropati diabetik

Nefropati diabetik adalah gangguan fungsi ginjal akibat kebocoran

selaput penyaring darah.

g. Retinopati diabetik

Retinopati diabetik dapat menimbulkan gangguan pada mata yang

disebabkan rusaknya pembuluh darah yang memberi makan retina.

Bentuk kerusakan bisa bocor dan keluar cairan atau darah yang

membuat retina bengkak atau timbul endapan lemak yang disebut

eksudat. Selain itu terjadi cabang-cabang abnormal pembuluh darah

yang rapuh menerjang daerah yang sehat.

Page 62: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

11. Penatalaksanaan

Menurut Padila (2012), Tujuan utama terapi diabetes melitus adalah

mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam

upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan

terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah

normal.

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2011), perencanaan penatalaksanaan

Diabetes Melitus bersifat individual artinya dipertimbangkan kebutuhan

terhadap umur pasien, gaya hidup, kebutuhan nutrisi, kematangan, tingkat

aktivitas, pekerjaan dan kemampuan pasien dalam mengontrol gula darah

secara mandiri.

Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :

a. Diet

Menurut Hasdianah (2012), penderita diabetes melitus didalam

melaksanakan diet harus memperhatikan (3J), yaitu : jumlah kalori

yang dibutuhkan, jadwal makan yang harus diikuti dan jenis makanan

yang harus diperhatikan.

Menurut Almatsier (2010), diet untuk penyakit diabetes melitus yaitu :

1) Tujuan diet

Tujuan diet diabetes melitus adalah membantu pasien memperbaiki

kebiasaan makan dan olahraga untuk mendapatkan kontrol

metabolik yang lebih baik, dengan cara :

a) Mempertahankan kadar glukosa darah supaya mendekati

normal dengan menyeimbangkan asupan makanan dengan

insulin (endogenous atau exogenous) dengan obat penurun

glukosa oral dan aktivitas fisik

b) Mencapai dan mempertahankan kadar lipida serum normal

c) Memberi cukup energi untuk mempertahankan atau mencapai

berat badan normal

d) Menghindari atau menangani komplikasi akut pasien yang

menggunakan insulin seperti hipoglikemia, komplikasi jangka

Page 63: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

pendek, dan jangka lama serta masalah yang berhubungan

dengan latihan jasmani

e) Meningkatkan derajat kesehatan secara keseluruhan melalui

gizi yang optimal

2) Syarat diet

Syarat diet untuk diabetes melitus yaitu :

a) Energi cukup untuk mencapai dan mempertahankan berat

badan normal. Kebutuhan energi ditentukan dengan

memperhitungkan kebutuhan untuk metabolisme basal sebesar

25-30 kkal/kg BB normal, ditambah kebutuhan untuk aktivitas

fisik dan keadaan khusus, misalnya kehamilan atau laktasi serta

ada tidaknya komplikasi. Makanan dibagi dalam 3 porsi besar,

yaitu makan pagi (20%), siang (30%), dan sore (25%), serta 2-

3 porsi kecil untuk makanan selingan (masing-masing 10-

15%).

b) Kebutuhan protein normal, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi

total

c) Kebutuhan lemak sedang, yaitu 20-25% dari kebutuhan energi

total, dalam bentuk <10% dari kebutuhan energi total berasal

dari lemak jenuh, 10% dari lemak tidak jenuh ganda,

sedangkan sisanya dari lemak tidak jenuh tunggal. Asupan

kolesterol makanan dibatasi, yaitu ≤ 300 mg hari

d) Kebutuhan karbohidrat adalah sisa dari kebutuhan energi total,

yaitu 60-70%

e) Penggunaan gula murni dalam minuman dan makanan tidak

diperbolehkan kecuali jumlahnya sedikit sebagai bumbu. Bila

kadar glukosa darah sudah terkendali, diperbolehkan

mengkonsumsi gula murni sampai 5% dari kebutuhan energi

total

f) Penggunaan gula alternatif dalam jumlah terbatas. Gula

alternatif adalah bahan pemanis selain sakarosa. Ada dua jenis

Page 64: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

gula alternatif yaitu yang bergizi dan yang tidak bergizi. Gula

alternatif bergizi adalah fruktosa, gula alkohol berupa sorbitol,

manitol, dan silitol, sedangkan gula alternatif tak bergizi adalah

aspartam dan sakarin. Penggunaan gula alternatif hendaknya

dalam jumlah terbatas. Fruktosa dalam jumlah 20% dari

kebutuhan energi total dapat meningkatkan kolesterol dan

LDL, sedangkan gula alkohol dalam jumlah berlebihan

mempunyai pengaruh laksatif.

g) Asupan serat dianjurkan 25 g/hari dengan menggunakan serat

larut air yang terdapat di dalam sayur dan buah. Menu

seimbang rata-rata memenuhi kebutuhan serat sehari.

h) Pasien DM dengan tekanan darah normal diperbolehkan

mengkonsumsi natrium dalam bentuk garam dapur seperti

orang sehat, yaitu 3000 mg/hari. Apabila mengalami hipertensi,

asupan garam harus dikurangi

i) Cukup vitamin dan mineral. Apabila asupan makanan cukup,

penambahan vitamin dan mineral dalam bentuk suplemen tidak

diperlukan.

3) Jenis diet dan indikasi pemberian

Diet yang digunakan sebagai bagian dari penatalaksanaan Diabetes

Melitus dikontrol berdasarkan kandungan energi, protein, lemak,

dan karbohidrat. Penetapan diet ditentukan oleh keadaan pasien,

jenis Diabetes Melitus, dan program pengobatan secara

keseluruhan.

Page 65: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

Tabel 2.1

Jenis diet Diabetes Melitus menurut kandungan energi, protein,

lemak dan karbohidrat

Jenis diet Energi

Kkal

Protein

g

Lemak

g

Karbohidrat

g

I

II

III

IV

V

VI

VII

VIII

1100

1300

1500

1700

1900

2100

2300

2500

43

45

51,5

55,5

60

62

73

80

30

35

36,5

36,5

48

53

59

62

172

192

235

275

299

319

369

396

Sumber: Almatsier (2010)

4) Bahan makanan yang dianjurkan

a) Sumber karbohidrat kompleks : seperti nasi, roti, mi, kentang,

singkong, ubi dan sagu

b) Sumber protein rendah lemak : seperti ikan, ayam tanpa kulit,

susu skim, tempe, tahu, dan kacang-kacangan

c) Sumber lemak dalam jumlah terbatas yaitu bentuk makanan

yang mudah dicerna. Makanan terutama diolah dengan cara

dipanggang, dikukus, disetup, direbus dan dibakar

5) Bahan makanan yang tidak dianjurkan (dibatasi/dihindari)

a) Mengandung banyak gula sederhana, seperti :

i. Gula pasir, gula jawa

ii. Sirop, jam, jeli, buah-buahan yang diawetkan dengan gula,

susu kental manis, minuman botol ringan dan es krim

iii. Kue-kue manis, dodol, cake, dan tarcis

b) Mengandung banyak lemak, seperti : cake, makan siap saji

(fast food), goreng-gorengan

c) Mengandung banyak natrium, seperti : ikan asin, telur asin,

makanan yang diawetkan.

Page 66: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

b. Latihan

Menurut Tarwoto., dkk (2012), Latihan fisik bagi penderita Diabetes

Melitus sangat dibutuhkan, karena pada saat latihan fisik energi yang

dipakai adalah glukosa dan asam lemak bebas. Latihan fisik bertujuan

untuk :

1) Menurunkan gula darah dengan meningkatkan metabolisme

karbohidrat

2) Menurunkan berat badan dan mempertahankan berat badan normal

3) Meningkatkan sensitifitas insulin

4) Meningkatkan kadar HDL (high density lipoprotein) dan

menurunkan kadar trigliserida

5) Menurunkan tekanan darah

Jenis latihan fisik diantaranya adalah olahraga seperti latihan aerobik,

jalan, lari, bersepeda, berenang. Yang perlu diperhatikan dalam latihan

fisik pasien Diabetes Melitus adalah frekuensi, intensitas, durasi waktu

dan jenis latihan. Misalnya pada olahraga sebaiknya secara teratur

3x/minggu, dengan intensitas 60-70% dari heart rate maximum (220-

umur), lamanya 20-45 menit.

c. Pemantauan

Menurut Tarwoto., dkk (2012), Pasien dengan Diabetes Melitus perlu

dikenalkan tanda dan gejala hiperglikemia dan hipoglikemia serta yang

paling penting adalah bagaimana memonitor glukosa darah secara

mandiri. Pemeriksaan glukosa darah dapat dilakukan secara mandiri

dengan menggunakan glukometer. Pemeriksaan ini penting untuk

memastikan glukosa darah dalam keadaan stabil.

Cara pengukuran glukosa darah secara mandiri yaitu :

1) Siapkan alat glukometer, sesuaikan antara glukometer dengan kode

strip pereaksi khusus

2) Pastikan kode pada glukometer sama dengan kode strip pereaksi

khusus

Page 67: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

3) Lakukan pengambilan darah dengan cara menusukkan stik pada

ujung jari sehingga darah akan keluar

4) Tempelkan darah yang sudah ada pada ujung jari pada strip yang

sudah siap pada glukometer

5) Biarkan darah dalam strip selama 45-60 detik sesuai dengan

ketentuan pabrik glukometer

6) Hasil gula darah dapat dilihat pada layar monitor glukometer

Pengukuran glukosa darah dapat dilakukan pada sewaktu-waktu

atau pengukuran gula sewaktu yaitu pasien tanpa melakukan puasa,

pengukuran 2 jam setelah makan dan pengukuran pada saat puasa.

d. Terapi (jika diperlukan)

Menurut Tarwoto., dkk (2012), terapi Diabetes Melitus diantaranya :

1) Obat antidiabetik oral atau Oral Hipoglikemik Agent (OHA)

efektif pada Diabetes Melitus tipe II, jika managemen nutrisi dan

latihan gagal.

Jenis obat-obatan antidiabetik oral diantaranya :

a) Sulfonylurea : bekerja dengan merangsang beta sel pankreas

untuk melepaskan cadangan insulinnya. Yang termasuk obat

jenis ini adalah Glibenklamid, Tolbutamid, Klorpropamid.

b) Biguanida : bekerja dengan menghambat penyerapan glukosa

di usus, misalnya mitformin, glukophage.

2) Pemberian hormon insulin

Pasien dengan Diabetes Melitus tipe I tidak mampu memproduksi

pemberian insulin. Berbeda dengan Diabetes Melitus tipe II yang

tidak tergantung pada insulin, tetapi memerlukannya sebagai

pendukung untuk menurunkan glukosa darah dalam

mempertahankan kehidupan.

Tujuan pemberian insulin adalah meningkatkan transpor glukosa

ke dalam sel dan menghambat konversi glikogen dan asam amino

menjadi glukosa.

Page 68: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

Berdasarkan daya kerjanya insulin dibedakan menjadi :

a) Insulin dengan masa kerja pendek (2-4 jam) seperti regular

insulin, actrapid

b) Insulin dengan masa kerja menengah (6-12 jam) seperti NPH

(Neutral Protamine Hagedorn) insulin, Lente insulin

c) Insulin dengan masa kerja panjang (18-24 jam) seperti

Protamine zinc insulin dan ultralente insulin

d) Insulin campuran yaitu kerja cepat dan menengah, misalnya

70% NPH, 30% regular

Absorpsi dan durasi dari insulin bervariasi tergantung pada tempat

penyuntikan, misalnya injeksi pada abdomen diabsorpsi lebih cepat

sehingga durasinya lebih pendek dibandingkan pada lengan atau

bokong.

Dosis insulin ditentukan berdasarkan pada :

a) Kebutuhan pasien. Kebutuhan insulin meningkat pada keadaan

sakit yang serius/parah, infeksi, menjalani operasi dan masa

pubertas

b) Respon pasien terhadap injeksi insulin. Pemberian insulin

biasanya dimulai antara 0.5 dan 1 unit/Kg BB/hari.

Komplikasi pemberian insulin

Pemberian terapi insulin dapat menyebabkan satu atau lebih

komplikasi diantaranya :

a) Hipoglikemia

Terjadi apabila kadar glukosa darah di bawah 60 mg/100 ml,

karena kelebihan dosis insulin atau terlambat makan sementara

pasien sudah diberikan insulin, aktivitas yang berlebihan.

Kelebihan pemberian dosis biasanya terjadi akibat kesalahan

menggunakan alat suntik insulin dengan ukuran 40 U/ml atau

100 U/ml. Pada keadaan hipoglikemia pasien biasanya

Page 69: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

mengalami gangguan kesadaran, takikardi, keringat dingin,

berkunang-kunang, lemas.

b) Hipertropi atau atropi jaringan

Hipertropi jaringan meliputi penebalan dari jaringan subkutan

pada tempat injeksi. Jaringan atropi terjadi dengan hilangnya

lemak pada area injeksi

c) Alergi insulin baik reaksi alergi setempat maupun reaksi alergi

sistemik. Reaksi alergi setempat biasanya terjadi pada tahap

permulaan pemberian terapi insulin 1-2 jam setelah pemberian.

Reaksi setempat ditandai adanya kemerahan, pembengkakan,

nyeri tekan pada durasi 2-4 cm di lokasi penyuntikan. Reaksi

alergi sistemik jarang terjadi, merupakan reaksi anapilaktik

yang merupakan keadaan emergensi.

d) Resistensi insulin, merupakan keadaan dimana pasien

membutuhkan insulin lebih dari 100 unit per hari. Keadaan ini

disebabkan antibodi yang menangkap molekul insulin tidak

aktif.

e. Pendidikan kesehatan

Menurut Tarwoto,. dkk (2012), Hal penting yang harus dilakukan pada

pasien dengan Diabetes Melitus adalah pendidikan kesehatan.

Beberapa hal penting yang perlu disampaikan pada pasien Diabetes

Melitus adalah :

1) Penyakit Diabetes Melitus yang meliputi pengertian, tanda dan

gejala, penyebab, patofisiologi, dan test diagnosis

2) Diet dan managemen diet pada pasien Diabetes Melitus

3) Aktivitas sehari-hari termasuk latihan dan olahraga

4) Pencegahan terhadap komplikasi Diabetes Melitus diantaranya

penatalaksanaan hipoglikemia, pencegahan terjadi ganggren pada

kaki dengan latihan senam kaki

5) Pemberian obat-obatan Diabetes Melitus dan cara injeksi insulin

6) Cara monitoring dan pengukuran glukosa darah secara mandiri

Page 70: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

C. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian Keperawatan

a. Identitas Pasien

Biasanya terdiri dari nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin,

pendidikan, agama, pekerjaaan, status perkawinan, alamat, tanggal

masuk RS, penanggungjawab dan diagnosa medis

b. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan Utama

Biasanya yang dirasakan oleh pasien DM adalah poliuria,

polidipsia, polifagia, penurunan berat badan. Pasien yang

mengalami ketoasidosis terdapat mual, muntah, dan nyeri

abdomen. Pasien yang mengalami HHNK terdapat hipotensi,

dehidrasi berat (membran mukosa kering, turgor kulit jelek),

takikardi, dan tanda-tanda neurologis yang bervariasi (perubahan

sensori, kejang, hemiparise). Pasien yang mengalami hipoglikemia

terdapat badan gemetar, berkeringat, takikardia dan kecemasan

(Price & Wilson, 2012).

2) Riwayat Kesehatan Sekarang

Pada pasien diabetes tipe I, mengalami poliuria, polidipsia,

polifagia, penurunan berat badan, dan ketoasidosis, semuanya

terjadi akibat gangguan metabolik. Pasien dengan diabetes tipe II

juga dapat mengalami poliuria, polidipsia, polifagia tetapi

umumnya asimptomatik.

3) Riwayat Kesehatan Dahulu

Adanya riwayat obesitas, Diabetes Melitus, penyakit pankreas,

penyakit hormonal, konsumsi obat-obatan (aspirin, antibiotik,

antasida, anti depresan, agens anti neoplastik, digitalis, laksatif,

diuretik, natrium klorida, dan vitamin atau preparat nutrien lain)

Page 71: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

yang dapat menurunkan sekresi insulin, malnutrisi (kekurangan

penyakit kronik) (Ambarwati, 2014).

4) Riwayat Kesehatan Keluarga

Biasanya keadaan kesehatan keluarga dengan penyakit yang

berhubungan dengan diabetes melitus, riwayat keluarga dengan

Diabetes Melitus dan adanya riwayat obesitas.

5) Pola Aktivitas sehari-hari (ADL)

a) Pola Nutrisi

Riwayat keperawatan Diet

- Anggaran makan, makanan kesukaan, waktu makan

- Apakah ada diet yang dilakukan secara khusus ?

- Apakah penurunan dan peningkatan berat badan dan berapa

lama periode waktunya ?

- Adakah status fisik pasien yang dapat meningkatkan diet

seperti luka bakar dan demam ?

- Adakah toleransi makan dan minum tertentu ?

Faktor yang memengaruhi diet

- Status kesehatan

- Kultur dan kepercayaan

- Status sosial ekonomi

- Faktor psikologis

- Informasi yang salah tentang makanan dan cara berdiet

(Tarwoto dan Wartonah, 2011)

b) Pola eliminasi

Perubahan pola berkemih (poliuria, nokturia, anuria), diare

c) Aktivitas / istirahat

Letih, lemah, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot

menurun

Page 72: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

d) Sirkulasi

Adanya riwayat hipertensi, kebas, kesemutan pada ekstremitas,

ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, perubahan

tekanan darah

e) Integritas ego

Stress dan ansietas

f) Nyeri

Abdomen tegang, nyeri

(Padila, 2012)

6) Pemeriksaan Fisik

a) Keadaan umum

Biasanya pasien datang dengan mengeluh lemah, pusing, nafsu

makan menurun, berat badan berkurang, mudah lelah, apatis,

lesu, obesitas atau kurus, tonus otot lemah, tidak mampu

bekerja

b) Tanda-Tanda Vital

Biasanya tekanan darah rendah atau tinggi dengan nadi lebih

dari 100 x/menit, suhu hipertermi atau hipotermi, pernafasan

cepat atau lambat

c) Pemeriksaan Antropometri

- Berat badan ideal : (TB – 100) ± 10%

- Lingkar pergelangan tangan

- Lingkar lengan atas (MAC) :

Nilai normal

Wanita : 28,5 cm

Pria : 28,3 cm

(Tarwoto dan Wartonah, 2011)

Page 73: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

d) Pemeriksaan Head To Toe

- Kepala dan rambut

Biasanya bentuk kepala pasien normal, rambut tidak

rontok, kusam, kering, kemerahan, tipis, pecah-pecah atau

patah-patah

- Mata

Biasanya konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik,

eksoftalmus, tanda-tanda infeksi

- Hidung

Biasanya tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak ada

gangguan penciuman

- Telinga

Biasanya telinga simetris, tidak ada gangguan pendengaran

- Mulut

Biasanya mukosa bibir kering, pecah-pecah, bengkak, lesi,

stomatitis, membran mukosa pucat, adanya karies gigi,

perdarahan gusi

- Wajah

Biasanya keadaan wajah pasien tampak lelah, pucat

- Leher

Biasanya tidak ada pembesaran vena jugularis

- Thorax

Paru-paru :I : biasanya tidak ada retraksi dinding dada

P : Biasanya fremitus kiri dan kanan

P : Biasanya sonor

A: Suara nafas vesikuler

Jantung : I : Iktus kordis tidak terlihat di apeks

P : Iktus kordis tidak teraba

P : Pekak

A : Irama jantung reguler

- Abdomen :

I: biasanya tampak tidak membuncit

Page 74: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

A : Biasanya bising usus terdengar

P : biasanya ada nyeri tekan, hepar tidak teraba

P : Timpani

- Genitalia

Warnanya sama dengan kulit, tidak adanya cairan abnormal

pada genitalia klien

- Ekstremitas

Atas : biasanya lemah dan tidak bertenaga, ada edema,

CRT < 2 detik

Bawah: biasanya lemah dan tidak bertenaga, ada edema,

CRT < 2 detik

e) Pemeriksaan diagnostik

1) Albumin (N : 4-5,5 mg/100 ml)

2) Transferin (N : 170-25 mg/100 ml)

3) Hb (N : 12 mg%)

4) BUN (N : 10-20 mg/ 100 ml)

5) Eksresi kreatinin untuk 24 jam (N laki-laki : 0,6-1,3 mg/

100 ml, N wanita : 0,5- 1,0 mg/100 ml)

6) Periksa gula darah sewaktu

7) Periksa gula darah puasa

8) Tes toleransi aktivitas

Page 75: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

Tabel 2.2

Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan

penyaring diagnosis DM (mg/dl)

Bukan

DM

Belum

pasti DM DM

Kadar glukosa darah

sewaktu

- Plasma vena

- Darah kapiler

Kadar glukosa darah

puasa

- Plasma vena

- Darah kapiler

<100

<80

<110

<90

100-200

80-200

110-120

90-110

>200

<200

>126

>110

Sumber: Padila (2012)

Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes melitus sedikitnya 2 kali

pemeriksaan :

1) Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11.1 mmol/L)

2) Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7.8 mmol/L)

3) Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah

mengkonsumsi 75 gram karbohidrat (2 jam kemudian post prandial

(pp) >200 mg/dl) (Padila, 2012)

2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul

Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada pasien diabetes melitus

menurut Herdman, T. Heather (2015), dalam buku North American

Nursing Diagnosis Assosiation (NANDA) Internasional (2015-2017),

sebagai berikut :

1) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan ketidakmampuan mengabsorpsi nutrien

2) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kegagalan mekanisme

regulasi

3) Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah

Page 76: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

4) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan sensasi

(diabetes melitus)

5) Ansietas berhubungan dengan perubahan besar (mis, status ekonomi,

lingkungan, status kesehatan, fungsi peran, status peran).

3. Intervensi Keperawatan

Perencanaan merupakan proses penyusunan berbagai intervensi

keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, menurunkan atau

mengurangi masalah-masalah pasien. Dalam menentukan tahap

perencanaan bagi perawat diperlukan berbagai pengetahuan dan

keterampilan diantaranya pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan

pasien, nilai dan kepercayaan pasien, batasan praktek keperawatan, peran

dari tenaga kesehatan lainnya, kemampuan dalam memecahkan masalah,

mengambil keputusan, menulis tujuan, serta memilih dan membuat strategi

keperawatan yang aman dalam memenuhi tujuan, menulis instruksi

keperawatan serta kemampuan dalam melaksanakan kerjasama dengan

tingkat kesehatan lain. Kegiatan perencanaan ini meliputi memprioritaskan

masalah, merumuskan tujuan, kriteria hasil serta tindakan (Hidayat, 2009).

Tabel 2.3

Diagnosa dan Intervensi Keperawatan

Diagnosa

Keperawatan NOC

NIC

Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

Batasan

karakteristik :

1. Berat badan 20%

atau lebih

dibawah rentang

BB ideal

2. Bising usus hiperaktif

3. Ketidakmampuan

memakan

makanan

4. Nyeri abdomen

1. Setelah dilakukan

asuhan

keperawatan

Status nutrisi :

asupan makanan

dan cairan normal

dengan kriteria

hasil :

a. Asupan

makanan

b. Asupan cairan

2. Tingkat

ketidaknyamanan

a. Nyeri

b. Cemas

1. Manajemen nutrisi

a. Tentukan status gizi

pasien dan

kemampuan pasien

untuk memenuhi

kebutuhan gizi

b. Ciptakan lingkungan

yang optimal pada

saat mengkonsumsi

makanan

c. Monitor kalori dan asupan makanan

d. Monitor

kecenderungan

terjadinya

penurunan dan

Page 77: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

5. Kurang minat

pada makanan

6. Penurunan BB

dengan asupan

makan adekuat

c. Stress

d. Tidak dapat

beristirahat

e. Meringis

f. Ketegangan

wajah

g. Kehilangan

nafsu makan

h. Mual

kenaikan berat

badan

2. Manajemen cairan

a. Jaga intake/asupan

yang akurat dan

catat output pasien

b. Monitor status

hidrasi

c. Monitor tanda-tanda

vital pasien

d. Berikan terapi IV

e. Berikan cairan

dengan tepat

f. Tingkatkan asupan

oral

g. Distribusikan

asupan cairan

selama 24 jam

h. Dukung pasien dan

keluarga untuk

membantu dalam

pemberian makanan

dengan baik

3. Monitor cairan

a. Monitor berat badan

b. Monitor asupan dan

pengeluaran

c. monitor membrn

mukosa, turgor kulit,

dan respon haus

d. berikan cairan

dengan tepat

4. Monitor tanda-tanda

vital

a. Monitor tekanan

darah, nadi, suhu

dan status

pernapasan dengan

tepat

Kekurangan volume

cairan

Batasan

karakteristik :

1. Haus

1. Setelah dilakukan

asuhan

keperawatan,

kebutuhan cairan

pasien seimbang

dengan kriteria

1. Manajemen cairan

a. Jaga intake/asupan

yang akurat dan

catat output (pasien)

b. Monitor status

hidrasi

Page 78: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

2. Kelemahan

3. Membran mukosa

kering

4. Penurunan BB

tiba-tiba

5. Penurunan turgor

kulit

6. Penurunan

haluaran urine

hasil :

a. Keseimbangan

intake dan

output dalam 24

jam

b. Berat badan

stabil

c. Kelembaban

membran

mukosa

d. Kehausan

2. Hidrasi

a. Haus

b. Warna urin

keruh

3. Nafsu makan

a. Hasrat/keinginan

untuk makan

b. Intake nutrisi

c. Intake cairan

d. Rangsangan

utnuk makan

c. Monitor hasil

laboratorium yang

relevan dengan

retensi cairan

d. Monitor tanda-tanda

vital pasien

e. Monitor

makanan/cairan

yang dikonsumsi

dan hitung asupan

kalori harian

f. Berikan cairan

dengan tepat

g. Tingkatkan asupan

oral

h. Distribusikan

asupan cairan

selama 24 jam

2. Monitor cairan

a. Tentukan jumlah

dsn jenis

intake/asupan cairan

serta kebiasaan

eliminasi

b. Tentukan faktor-

faktor risiko yang

mungkin

menyebabkan

ketidakseimbangan

cairan

c. Tentukan apakah

pasien mengalami

kehausan atau gejala

perubahan cairan

d. Monitor berat badan

e. Monitor asupan dan

pengeluaran

f. Monitor membran

mukosa, turgor kulit,

dan respon haus

g. Monitor warna,

kuantitas dan berat jenis urin

h. Berikan cairan

dengan tepat

i. Batasi dan

alokasikan asupan

Page 79: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

cairan

Risiko

ketidakstabilan

kadar glukosa

darah

Faktor risiko :

1. Asupan diet tidak

cukup

2. Gangguan status

kesehatan fisik

3. Kurang

kepatuhan pada

rencana

manajemen

diabetes

4. Manajemen

diabetes tidak

tepat

5. Pemantauan

glukosa darah

tidak adekuat

6. Penambahan

berat badan

berlebihan

7. Penururnan berat

badan berlebihan

8. Stress berlebihan

1. Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan

diharapkan kadar

glukosa darah

stabil dengan

kriteria hasil :

a. Glukosa darah

dalam rentang

normal

b. Urin glukosa

normal

2. Status nutrisi :

asupan makanan

dan cairan

a. Asupan

makanan

b. Asupan cairan

1. Manajemen

hiperglikemia

a. Monitor kadar

glukosa darah,

sesuai indikasi

b. Monitor tanda dan

gejala hiperglikemia

: poliuria, polidipsi,

polifagi, kelemahan,

letargi, malaise,

pandangan kabur,

atau sakit kepala

c. Berikan insulin

sesuai resep

d. Dorong asupan

cairan oral

e. Monitor status

cairan (termasuk

intake dan output),

sesuai kebutuhan

f. Berikan cairan IV,

sesuai kebutuhan

g. Identifikasi

kemungkinan

penyebab

hiperglikemia

h. Antisipasi situasi

dimana akan nada

kebutuhan

peningkatan insulin

(misalnya, penyakit

penyerta)

i. Instruksikan pasien

dan keluarga

mengenai

pencegahan,

pengenalan tanda-

tanda hiperglikemia

dan manajemen

hiperglikemia

j. Dorong pemantauan

sendiri kadar

glukosa darah

2. Manajemen

hipoglikemia

a. Identifikasi pasien

Page 80: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

yang berisiko

mengalami

hipoglikemia

b. Kenali tanda dan

gejala hipoglikemia

c. Monitor kadar

glukosa darah sesuai

dengan indikasi

d. Monitor tanda dan

gejala hipoglikemia

e. Berikan glukosa

secara intravena,

sesuai indikasi

f. Kaji ulang kejadian

sebelum terjadinya

hipoglikemia untuk

mengetahui

penyebab

g. Instruksikan pasien

untuk selalu patuh

terhadap dietnya,

terapi insulinnya,

dan melakukan

olahraga

h. Dorong pasien untuk

selalu memonitor

kadar glukosa

darahnya

Sumber: Herdman, T. Heather (2015), Bulecheck, Gloria., dkk (2016), Moorhead,

Sue., dkk (2016)

Page 81: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan desain studi kasus.

Hasil yang didapatkan peneliti adalah melihat asuhan keperawatan gangguan

nutrisi pada pasien diabetes melitus tipe II di ruang penyakit dalam RSUP Dr.

M. Djamil Padang.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP.Dr. M. Djamil Padang khususnya di ruang

Penyakit Dalam Wanita. Waktu penelitian mulai dari bulan November 2017

sampai dengan Juni 2018. Waktu studi kasus dilakukan selama 5 hari mulai

dari tanggal 16-20 maret 2018.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi penelitian adalah semua pasien diabetes melitus tipe II yang

dirawat di ruang penyakit dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang. Pada 9

bulan terakhir (Januari-September 2017) jumlah pasien diabetes melitus

tipe II sebanyak 1500 orang. Populasi saat dilakukan penelitian terdapat 11

orang pasien dengan diabetes melitus tipe II.

2. Sampel

Sampel penelitian ini adalah pasien diabetes melitus di ruangan penyakit

dalam dengan jumlah sampel 2 orang. Teknik pengambilan sampel pada

penelitian ini yaitu simple random sampling. Dari 11 orang populasi

didapatkan 6 orang yang memenuhi kriteria inklusi, dari 6 orang tersebut

memiliki peluang untuk menjadi sampel kemudian diambil 2 orang untuk

dijadikan sampel penelitian dengan cara undian. Setelah didapatkan 2

orang sampel, kemudian penelitian dimulai tanggal 16 Maret 2018.

Page 82: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah:

a. Kriteria Inklusi

Adapun kriteria inklusi pada penelitian ini antara lain :

1) Pasien bersedia menjadi responden

2) Pasien diabetes melitus tipe II yang mengalami gangguan nutrisi

3) Pasien yang kooperatif dan bisa berkomunikasi verbal dengan baik

b. Kriteria Eksklusi

Adapun kriteria eksklusi pada penelitian ini antara lain :

1) Pasien yang tidak bersedia menjadi responden

2) Pasien diabetes melitus yang tidak mengalami gangguan nutrisi

3) Pasien yang tidak kooperatif

4) Pasien pulang atau meninggal

D. Alat atau Instrumen Pengumpulan Data

Alat atau instrumen pengumpulan data berupa format tahapan proses

keperawatan mulai dari pengkajian sampai evaluasi dalam hal ini terlampir.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah format pengkajian

keperawatan, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi

keperawatan, evaluasi keperawatan. Alat yang digunakan saat melakukan

pemeriksaan fisik berupa nursing kit yang terdiri dari tensimeter, termometer,

stetoskop, sentimeter, jam tangan dan lain-lain.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik,

observasi langsung dan studi dokumentasi.

E. Jenis-jenis Data

1. Data primer

Data yang dikumpulkan langsung dari pasien. Data primer yang di

dapatkan dengan wawancara dan anamnesa langsung terhadap pasien

meliputi identitas pasien : pada partisipan 1 Ny. N (53 th), agama islam,

pekerjaan ibu rumah tangga, alamat Air Bangis, Pasaman Barat. Pada

partisipan 2 Ny. S (59 th), status kawin, agama islam, pendidikan terakhir

SMU, pekerjaan ibu rumah tangga, alamat Pauh Padang. Pada riwayat

Page 83: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

kesehatan pasien : pada partisipan 1 saat dilakukan pengkajian pada hari

selasa tanggal 16 maret 2018 ditemukan keluhan pada pasien yaitu sesak

nafas, mual, nyeri di bagian perut, perut teraba keras, nafsu makan

menurun, jika makan perut terasa sakit, lemah dan penglihatan kabur, pada

partisipan 2 saat dilakukan pengkajian pada tanggal 17 maret 2018

ditemukan keluhan pada pasien yaitu terasa lemah dan letih, tidak nafsu

makan, berat badan menurun. Pada pemeriksaan fisik pada pasien

ditemukan pada partisipan 1 yaitu tingkat kesadaran CMC, tinggi badan

158 cm, berat badan 60 kg, GCS 15 (E4M6V5), tekanan darah 150/90

mmHg, HR 84 x/i, RR 28 x/i, suhu 36.7 0C, Lila 31 cm (N : 28.5 cm),

Lingkar perut 106 cm, berat badan ideal (BBI) = 52.2 kg, Indeks Massa

Tubuh (IMT) = 24 kg/m2, dan pada partisipan 2 yaitu tingkat kesadaran

CMC, tinggi badan 150 cm, berat badan 35 kg, GCS 15 (E4M6V5),

tekanan darah 160/80 mmHg, HR 87 x/i, RR 21 x/i, suhu 36.5 0C, Lila 19

cm (N: 28.5), Lingkar perut 73 cm, berat badan ideal 45 kg, Indeks Massa

Tubuh (IMT) = 15.5 kg/m2

2. Data sekunder

Data yang diperoleh dari RSUP. Dr. M. Djamil Padang yang berhubungan

dengan penelitian ini yaitu data yang diperoleh dari catatan medis pasien

dan data diagnostik penunjang seperti hasil laboratorium yaitu partisipan 1

dengan hasil gula darah sewaktu 102 mg/dl, kreatinin darah 6.4 mg/dl,

total protein 6.1 g/dl, albumin 1.9 g/dl, globulin 4.2 g/dl, hasil

pemeriksaan urin warna kuning kehijauan, kekeruhan positif, lekosit 70-

75/LPB, eritrosit 5-10/LPB. Pada partisipan 2 yang ditemukan adalah Hb

6.3 g/dl, leukosit 4240/mm3, trombosit 148.000/mm

3, hematokrit 21%,

gula darah sewaktu 136 mg/dl, ureum darah 80 mg/dl, kreatinin 6.6 mg/dl,

total protein 7.6 g/dl, globulin 3.4 g/dl. Hasil pemeriksaan USG ginjal

pada partisipan 1 yaitu ditemukan bentuk tidak normal, tepi irreguler, echo

dentitas meningkat, cortek dan medula tidak dapat dinilai, sistem pelviolik

tidak ada, batu kista tidak ada.

Page 84: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

F. Langkah Pengumpulan Data

Langkah pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai

berikut :

1. Wawancara dan anamnesa

Peneliti melakukan wawancara kepada kedua partisipan melalui

pertanyaan yang diajukan secara langsung. Wawancara dilakukan secara

tatap muka. Wawancara yang dilakukan meliputi perkenalan diri,

menjelaskan tujuan, inform consent, pengkajian yaitu menanyakan

keluhan yang dirasakan pasien sehingga dibawa kerumah sakit, keluhan

yang dirasakan pada saat sekarang ini, riwayat kesehatan dahulu, riwayat

kesehatan keluarga pasien, dan aktivitas sehari-hari pasien.

2. Observasi

Peneliti melakukan pengamatan secara langsung kepada kedua partisipan

untuk mencari perubahan atau perkembangan yang dialami kedua

partisipan, seperti mengobservasi diet yang diberikan habis/tidak,

memonitor keluhan yang dirasakan sudah mulai berkurang atau masih

dirasakan.

3. Pengukuran

Peneliti melakukan cek tekanan darah pada partisipan 1 ditemukan TD

150/90 mmHg, pada partisipan 2 yaitu 160/80 mmHg, pemeriksaan fisik

head to toe, mengukur LILA pada partisipan 1 yaitu 31 cm, pada

partisipan 2 yaitu 19 cm, mengukur lingkar perut pada partisipan 1 yaitu

106 cm, pada partisipan 2 yaitu 73 cm, dan mengukur IMT pada partisipan

1 yaitu 24 kg/m2, pada partisipan 2 yaitu 15.5 kg/m

2, berat badan ideal

pada partisipan 1 yaitu 52.2 kg, pada partisipan 2 yaitu 45 kg.

4. Dokumentasi

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dokumentasi dari rumah sakit

untuk menunjang penelitian yang dilakukan seperti data laboratorium,

pemeriksaan diagnostik, dan terapi pengobatan.

Page 85: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

G. Rencana Analisis

Setelah semua data dikumpulkan dari hasil pengkajian, maka peneliti

melakukan analisis data dengan cara mengelompokkan data berdasarkan data

subjektif dan data objektif, serta membandingkan teori dengan penemuaan

pada pasien.

Page 86: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN KASUS

A. Deskripsi Tempat

Penelitian ini dilakukan di ruang penyakit dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang

pada tanggal 16-20 Maret 2018.

B. Deskripsi Kasus

Hasil penelitian ini membahas tentang proses asuhan keperawatan pada Ny. N

umur 53 Tahun dengan DM tipe II + Cronic Kidney Disease (CKD)/gagal

ginjal kronik stage 5 sebagai partisipan 1 dan Ny. S umur 58 tahun dengan

DM tipe II + CKD stage 5 sebagai partisipan 2 yang dilakukan pada tanggal

16 Maret 2018 sampai tanggal 20 Maret 2018 di Ruang Penyakit Dalam

Wanita RSUP Dr. M Djamil Padang. Prinsip dari hasil penelitian ini dibuat

dengan memperhatikan teori dan proses keperawatan yang terdiri dari tahap

pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan tindakan keperawatan,

implementasi keperawatan, serta evaluasi keperawatan. Deskripsi dari dua

kasus ini akan diuraikan sebagai berikut:

1. Pengkajian

Pengkajian dilakukan dengan wawancara langsung kepada pasien dan

keluarga dan melakukan pemeriksaan fisik kepada pasien dengan teknik

head to toe dan pemeriksaan khusus.

Tabel 4.1

Pengkajian Keperawatan

Asuhan Keperawatan Partisipan I Partisipan II

Pengkajian

Keperawatan

Identitas

pasien

Ny. N umur 52 tahun

dengan nomor MR

847625, masuk RSUP

Dr. M. Djamil Padang

pada tanggal 14 Maret

2018 pukul 20.17 WIB

dengan diagnosa medis Diabetes Melitus Tipe

II + CKD stage V.

Ny. S umur 58 tahun

dengan nomor MR

865121, masuk RSUP

Dr. M. Djamil Padang

pada tanggal 16 Maret

2018 pukul 09.14 WIB

dengan diagnosa medis Diabetes

Melitus Tipe II +

CKD stage V.

Riwayat

Kesehatan

Keluhan

utama

Ny. N dirujuk dari

RSUD Pasaman Barat

Ny. S datang ke IGD

RSUP Dr. M. Djamil

Page 87: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

ke IGD RSUP Dr. M.

Djamil Padang pada

tanggal 14 Maret 2018

pukul 20.17 WIB

dengan keluhan sesak

nafas meningkat sejak

2 hari sebelum masuk

rumah sakit, sesak

tidak dipengaruhi

aktifitas, cuaca dan

makanan, batuk sejak 1

minggu sebelum masuk

rumah sakit, batuk

tidak berdahak, buang

air kecil sedikit ±100

cc, nafsu makan

menurun

Padang pada tanggal

16 Maret 2018 pukul

09.14 WIB dengan

keluhan terasa lemah

dan letih meningkat

sejak 3 hari sebelum

masuk rumah sakit,

buang air kecil sedikit.

Keluhan

saat dikaji

Saat dilakukan

pengkajian pada

tanggal 16 Maret 2018

sekitar pukul 14.00

WIB, Ny. N mengeluh

nyeri di bagian perut,

perut teraba keras,

nafsu makan menurun,

mual, jika makan perut

terasa sakit, lemah dan

penglihatan kabur.

Saat dilakukan

pengkajian pada

tanggal 17 Maret 2018

sekitar pukul 11.00

WIB, Ny. S mengeluh

terasa lemah dan letih,

tidak nafsu makan,

berat badan menurun.

Riwayat

Kesehatan

Dahulu

Ny. N memiliki riwayat

DM Tipe II sejak 5

tahun yang lalu tetapi

tidak pernah dikontrol,

riwayat amputasi digiti

1 pedis 3 tahun yang

lalu karena ulkus,

riwayat hipertensi

diketahui sejak 1 tahun

yang lalu

Ny. S memiliki

riwayat DM sejak 4

tahun yang lalu tetapi

tidak pernah kontrol,

riwayat hipertensi

sejak 3 tahun yang

lalu, dan diketahui

CKD stage 5 sejak 3

tahun yang lalu dan

mulai cuci darah sejak

3 tahun yang lalu

Riwayat

Kesehatan

Keluarga

Ayah kandung dari Ny.

N mempunyai riwayat

penyakit DM tipe II

yang sama dengan Ny.

N

Ayah kandung dari

Ny. S mempunyai

riwayat penyakit DM

tipe II yang sama

dengan Ny. S

Activity

Daily Live

(ADL)

Makan /

Minum

Selama sehat Ny. N

makan 3 kali sehari

dengan nasi, lauk pauk,

dan jarang

Selama sehat Ny. N

makan 3 kali sehari

dengan nasi, lauk

pauk, dan jarang

Page 88: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

mengkonsumsi

sayuran. Minum selama

sehat ±1500 cc setiap

harinya.

Selama sakit nafsu

makan Ny. N menurun,

diet ML DD 1500 kkal

yang diberikan tidak

pernah habis, minum ±

300 cc setiap harinya

makan buah dan sayur.

Minum selama sehat

±1300 cc setiap

harinya.

Selama sakit nafsu

makan Ny. S

menurun, diet ML DD

1700 kkal yang

diberikan tidak pernah

habis, minum ±250 cc

setiap harinya.

Istirahat /

tidur

Selama sehat Ny. N

tidur siang ± 2 jam

sehari, tidur malam ±

7-8 jam sehari. Ny. N

mengatakan tidurnya

nyenyak.

Selama sakit Ny. N

tidur siang ± 1 jam

sehari, tidur malam ±

4-5 jam sehari. Ny. N

mengatakan tidurnya

tidak nyeyak dan sering

terbangun karena nyeri

di perut

Selama sehat Ny. S

tidur siang ± 1 jam

sehari, tidur malam 6-

7 jam sehari. Ny. S

mengatakan tidurnya

nyenyak.

Selama sakit Ny. S

tidur siang ± 1 jam

sehari, tidur malam ±

6-7 jam sehari. Ny. S

mengatakan tidurnya

nyenyak.

Eliminasi Selama sehat Ny. N

BAB ± 2 kali sehari

dengan konsistensi

lembek, Ny. N

mengatakan BAK ± 4-5

kali sehari. Ny. N

mengatakan bisa BAB

dan BAK ke wc

sendiri.

Selama sakit Ny. N

BAB ± 1 kali sehari

dengan konsistensi

lembek terkadang

keras, Ny. N terpasang

kateter, BAK ± 200 cc

setiap harinya.

Selama sehat Ny. S

BAB ± 1 kali sehari

dengan konsistensi

lembek, Ny. N

mengatakan BAK ± 4-

5 kali sehari. Ny. S

mengatakan bisa BAB

dan BAK ke wc

sendiri.

Selama sakit Ny. S

BAB ± 1 kali sehari

dengan konsistensi

lembek, BAK ± 200

cc setiap harinya.

Aktivitas Selama sehat Ny. N

bisa beraktivitas

sendiri, Ny. N

mengatakan jarang

berolahraga.

Selama sakit Ny. N

beraktivitas dibantu,

Selama sehat Ny. S

bisa beraktivitas

sendiri. Ny. S

mengatakan jarang

berolahraga.

Selama sakit Ny. S

bisa beraktivitas

Page 89: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

Ny. N mengatakan

sejak kakinya ada ulkus

dan digiti 1 pedis

diamputasi. Ny. N

beraktivitas dibantu.

sendiri.

Pemeriksaan fisik Saat dilakukan

pemeriksaan fisik

didapatkan tingkat

ksadaran CMC, tinggi

badan 158 cm, berat

badan 60 kg, GCS 15

(E4M6V5), tekanan

darah 150/90 mmHg,

HR 84 x/i, RR 24 x/i,

suhu 36.7 0C, Lila 31

cm (N : 28.5 cm),

Lingkar perut 106 cm,

berat badan ideal (BBI)

: 52.2 kg, Indeks Massa

Tubuh (IMT) = 24

kg/m2

Saat dilakukan

pemeriksaan fisik

didapatkan tingkat

ksadaran CMC, tinggi

badan 150 cm, berat

badan 35 kg, GCS 15

(E4M6V5), tekanan

darah 160/80 mmHg,

HR 87 x/i, RR 21 x/i,

suhu 36.5 0C, Lila 19

cm (N: 28.5), Lingkar

perut 73 cm, berat

badan ideal (BBI) =

45 kg, Indeks Massa

Tubuh (IMT) = 15.5

kg/m2

Kepala dan wajah

tidak ada benjolan,

rambut kusam, wajah

tampak pucat.

Mata simetris kiri dan

kanan, konjungtiva

tidak anemis, sklera

tidak ikterik,

penglihatan baik, reflek

pupil baik.

Hidung simetris, tidak

ada pernapasan cuping

hidung, penciuman

baik bisa membedakan

bau.

Bibir simetris, mukosa

bibir kering dan pucat.

Telinga simetris kiri

dan kanan, tidak ada

serumen, pendengaran

baik.

Leher tidak ada pembengkakan kelenjer

getah bening.

Paru-paru :

I : simetris kiri dan

kanan

Kepala dan wajah

tidak ada benjolan,

rambut tidak rontok,

rambut kering, wajah

tampak pucat.

Mata simetris kiri dan

kanan, konjungtiva

anemis, sklera tidak

ikterik, penglihatan

baik, reflek pupil baik.

Hidung simetris, tidak

ada pernapasan cuping

hidung, penciuman

baik bisa membedakan

bau.

Bibir simetris,

mukosa bibir kering

dan pucat.

Telinga simetris kiri

dan kanan, tidak ada

serumen, pendengaran

baik. Leher tidak ada

pembengkakan

kelenjer getah bening.

Paru-paru :

I : simetris kiri dan

Page 90: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

P : fremitus kiri dan

kanan

P : sonor

A : vesikuler, tidak

terdapat ronkhi dan

wheezing

Jantung :

I : iktus kordis tidak

terlihat

P : iktus teraba di RIC

5

P : batas jantung kanan

RIC II, batas jantung

kiri RIC V mid

klavikula

A : irama jantung

reguler

Abdomen :

I : tampak membuncit

A : bising usus 18

kali/menit

P : ada nyeri tekan,

hepar tidak teraba,

abdomen teraba keras

P : redup

Ekstremitas :

Atas : kulit teraba

kering, CRT < 2 detik,

turgor kembali cepat,

akral hangat, edema,

terpasang IVFD Eas

primer 7 tetes/menit di

tangan kanan.

Bawah : kulit teraba

kering, CRT < 2 detik,

akral hangat, edema.

Kekuatan otot :

444 444

333 333

kanan

P : fremitus kiri dan

kanan

P : sonor

A : vesikuler, tidak

ada ronkhi, tidak ada

wheezing

Jantung :

I : iktus kordis tidak

terlihat

P : iktus teraba di RIC

5

P : batas jantung

kanan RIC II, batas

jantung kiri RIC V

mid klavikula

A : irama jantung

reguler

Abdomen :

I : simetris

A : bising usus 14

kali/menit

P : tidak ada nyeri

tekan, hepar tidak

teraba,

P : timpani

Ekstremitas :

Atas : kulit teraba

kering, CRT > 2 detik,

turgor kembali sedikit

lambat, akral dingin,

edema, terpasang

IVFD Eas primer 7

tetes/menit di tangan

kanan.

Bawah : kulit teraba

kering, CRT > 2 detik,

akral dingin, edema.

Kekuatan otot :

555 555

555 555

Data penunjang Hasil pemeriksaan

hematologi tanggal 14

Maret 2018 didapatkan

hemoglobin 11.0 g/dl

(N: 12-16), leukosit

11.720/mm3 (N: 5.000-

10.000), trombosit

Hasil pemeriksaan

hematologi tanggal

14 Maret 2018

didapatkan

hemoglobin 6.3 g/dl

(N: 12-16), leukosit

4240/mm3 (N: 5000-

Page 91: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

230.000/mm3

(N:150.000-400.000),

hematokrit 35% (N: 37-

43), MCV 77 fL (N:

82-92), MCH 24 pg (N:

27-31), MCHC 32%

(N: 32-36), PT 13.1

detik (N:9.9-13.1),

APTT 49.0 detik (N:

29.9-40.1).

Kesimpulan :

leukositosis, APTT

diatas nilai rujukan.

Hasil pemeriksaan

kimia klinik tanggal

14 Maret 2018 didapatkan gula darah

sewaktu 202 mg/dl (N:

<200), ureum darah

149 mg/dl (N: 10.0-

50.0), kreatinin darah

6.4 mg/dl (N: 0.6-1.2),

kalsium 7.8 mg/dl (N:

8.1-10.4), natrium 136

Mmol/L (N: 136-145),

kalium 5.9 Mmol/L (N:

3.5-5.1), klorida serum

111 Mmol/L (97-111),

total protein 6.1 g/dl

(N: 6.6-8.7), albumin

1.9 g/dl (N: 3.8-5.0),

globulin 4.2 g/dl (N:

1.3-2.7), AGD : pH

7.343, pCO2 29.4

mmHg, pO2 94.0

mmHg, HCO3- 16.1

mmol/L, BEb -7.7

mmol/L.

Kesimpulan : ureum

meningkat, kreatinin

meningkat, kalsium

total rendah, kalium

meningkat, total protein rendah, albumin

rendah, globulin

meningkat.

Hasil pemeriksaan

urin tanggal 14 Maret

10.000), trombosit

148.000/mm3

(150.000-400.000),

hematokrit 21% (N:

37-43), basofil 0% (N:

0-1.0), eosinofil 2%

(N: 1.0-3.0), N.

Batang 3% (N: 2.0-

6.0), N. Segmen 72%

(50-70), limfosit 15%

(N: 20-40), monosit

7% (N: 2.0-8.0), sel

patologis

metamielosit=1.

Kesimpulan : anemia

berat, leukopenia,

trombositopenia.

Hasil pemeriksaan

kimia klinik tanggal

17 Maret 2018

didapatkan gula darah

sewaktu 136 mg/dl (N:

<200), ureum darah 80

mg/dl (N: 10.0-50.0),

kreatinin 6.6 mg/dl (N:

0.6-1.2), kalsium 9.8

mg/dl (N: 8.1-10.4),

natrium 141 Mmol/L

(N: 136-145), kalium

4.8 Mmol/L (N: 3.5-

5.1), klorida serum

105 Mmol/L (N: 97-

111),total protein 7.6

g/dl (N: 6.6-8.7),

albumin 4.2 g/dl (N:

3.8-5.0), globulin 3.4

g/dl (1.3-2.7),

AGD : pH 7.45, pCO2

41 mmHg, pO2 61

mmHg, HCO3- 28.5

mmol/L, BEb 4.1

mmol/L.

Kesimpulan : ureum meningkat, kreatinin

meningkat, globulin

meningkat.

Hasil pemeriksaan

hematologi tanggal

Page 92: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

2018 didapatkan warna

kuning kehijauan (N:

kuning-coklat),

kekeruhan positif (N:

negatif), BJ 1.020 (N:

1.003-1.030), pH 7.0

(N: 4.6-8.0), lekosit 70-

75/LPB (N: <5),

eritrosit 5-10/LPB (N:

negatif), silinder

negatif/LPK (N:

negatif), Kristal

negatif/LPK (N:

negatif), yeast negatif

(N: negatif), bakteri

positif (N: negatif),

protein positif tiga (N:

negatif), glukosa

negatif (N: negatif),

bilirubin negatif (N:

negatif), urobilinogen

positif (N: positif).

Kesimpulan :

leukosituria, hematuria,

proteinuria, bakteriuria.

Hasil pemeriksaan

urin pada tanggal 15

Maret 2018

didapatkanwarna

kuning (N: kuning-

coklat), kekeruhan

positif (N: negatif), BJ

1.025 (N: 1.003-1.030),

pH 6.5 (N: 4.6-8.0),

lekosit 150-200/LPB

(N: <5), eritrosit 18-

20/LPB (N: negatif),

silinder negatif/LPK

(N: negatif), Kristal

negatif/LPK (N:

negatif), epitel

gepung+/LPK (N:

positif), bakteri positif (N: negatif), protein

positif tiga (N: negatif),

glukosa negatif (N:

negatif), bilirubin

negatif (N: negatif),

17 Maret 2018 didapatkan

hemoglobin 6.4 g/dl

(N: 12-16), leukosit

3450/mm3 (N: 5.000-

10.000), trombosit

141.000/mm3

150.000-400.000),

hematokrit 22% (N:

37-43).

Kesimpulan : anemia

berat, leucopenia,

trombositopenia.

Page 93: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

urobilinogen positif (N:

positif)

Kesimpulan :

leukosituria, hematuria,

bakteriuria, proteinuria

Hasil pemeriksaan

USG ginjal pada

tanggal 16 Maret 2018 ditemukan

bentuk/ukuran tidak

normal, tepi irregular,

echo dentitas

meningkat, cortek dan

medula tidak dapat

didifferensiasi,

piramida tidak dapat

dinilai, sistim

pelviokalik tidak ada,

batu, kista tidak ada.

Vesika urinaria, bentuk

normal, mukosa

regular, massa tidak

ada.

Kesimpulan : sonogram

pada kedua ginjal,

menunjukkan proses

akut pada penyakit

ginjal kronik.

Hasil pemeriksaan

kimia klinik pada

tanggal 15 maret 2018 didapatkan gula darah

puasa 93 mg/dl (N: 70-

125), gula darah 2 jam

PP 108 mg/dl (N:

<200), total kolesterol

245 mg/dl (N: <200),

HDL kolesterol 19

mg/dl (N: >66), LDL

kolesterol 186 mg/dl

(N: <150), trigliserida

202 mg/dl (N: <150),

asam urat 15.7 mg/dl (N: 2.4-5.7), HbA 1C

reagen habis (N: 4.8 s.d

6.839 %).

Kesimpulan :

dislipidemia, asam urat

Page 94: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

meningkat.

Hasil pemeriksaan

hematologi tanggal 15

Maret 2018 didapatkan

LED 30 mm (N: 0-15).

Kesimpulan: LED

meningkat.

Hasil pemeriksaan

imunologi-serologi

tanggal 15 Maret 2018 didapatkan HBSAg non

reaktif (N: negatif), anti

HCV non reaktif (<1).

Kesimpulan : HBSAg

dan anti HCV non

reaktif.

Program pengobatan Ny. N mendapatkan

diet ML 1500 kkal,

IVFD easprimer

500cc/24 jam,

novarapid 3x6 unit,

asam folat 1x5 mg,

bicnat 3x500 mg,

amlodipin 1x5 mg,

candesartan 1x8 mg,

ciprofloxacin 2x200

mg (IV), kalitake 3x1

sach, alupuronil 1x100

mg, IVFD NaCl 0.9% 6

jam/kolf, komp. NaCl

0.9% 3x15 menit,

metilprednisolon 2x8

mg, ranitidine 2x 150

mg.

Ny. S mendapatkan

diet ML 1700 kkal,

IVFD easprimer

500cc/24 jam,

amlodipine 1x10 mg,

candesartan 1x16 mg,

asam folat 1x5 mg,

bicnat 3x500 mg, CPG

1x75 mg, lansoprazole

1x30 mg, sukralfat

3x2 cth, transfusi PRC

2 unit.

2. Diagnosa Keperawatan

Setelah dilakukan pengkajian keperawatan didapatkan beberapa diagnosa

yang disesuaikan dengan keadaan masing-masing partisipan dan sesuai

dengan keluhan dan riwayat masing-masing partisipan.

Page 95: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

Tabel 4.2

Diagnosa Keperawatan

Partisipan I Partisipan II

1. Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

berhubungan dengan

ketidakmampuan

mencerna makan

Data Subjektif yang

didapatkan yaitu pasien

mengatakan tidak nafsu

makan, diet hanya habis 3-4

sendok, pasien mengatakan

jika makan perut terasa

nyeri.

Data Objektif yang

didapatkan yaitu pasien

tampak tidak nafsu makan,

diet yang diberikan hanya

habis 3-4 sendok, mukosa

mulut tampak pucat, LILA

31 cm, lingkar perut 106

cm, IMT 24 kg/m2

2. Kekurangan volume

cairan berhubungan

dengan kegagalan

mekanisme regulasi

Data Subjektif yang

didapatkan yaitu Ny. S

mengatakan minumnya

dibatasi, minum hanya

±300 cc setiap harinya,

BAK sedikit ±200 cc setiap

harinya

Data Objektif yang

didapatkan yaitu pasien

tampak minumnya sedikit

±300 cc setiap harinya,

BAK sedikit ±200 cc setiap

harinya, mukosa bibir

kering

3. Risiko ketidakstabilan

kadar glukosa darah Data Subjektif : Ny. N

mengatakan tidak pernah

1. Ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan

tubuh berhubungan dengan

ketidakmampuan mencerna

makanan

Data Subjektif yang

didapatkan yaitu Ny. S

mengatakan tidak nafsu

makan, diet hanya habis ½

porsi, Ny. S mengatakan terasa

lemah dan letih

Data Objektif yang

didapatkan yaitu pasien

tampak tidak nafsu makan,

diet yang diberikan hanya

habis ½ porsi, mukosa mulut

tampak pucat, LILA 19 cm,

lingkar perut 73 cm, IMT 15.5

kg/m2

2. Kekurangan volume cairan

berhubungan dengan

kegagalan mekanisme

regulasi

Data Subjektif yang

didapatkan yaitu Ny. S

mengatakan minumnya

dibatasi, minum hanya ±300

cc setiap harinya, BAK

sedikit ±250 cc setiap harinya

Data Objektif yang

didapatkan yaitu pasien

tampak minumnya sedikit

±300 cc setiap harinya, BAK

sedikit ±250 cc setiap

harinya, mukosa bibir kering

3. Ketidakefektifan perfusi

jaringan perifer

berhubungan dengan

kurang pengetahuan

tentang proses penyakit

Data Subjektif yang

Page 96: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

kontrol kadar glukosa

darah, diet yang diberikan

tidak habis, nafsu makan

berkurang, berat badan

menurun

Data Objektif : pasien

tampak tidak terkontrol

cek gula darah, pasien

juga tampak sering

mengkonsumsi makanan

dari luar seerti kue bolu,

GDS 202 mg/dl, gula

darah puasa 93 mg/dl, gula

darah 2 jam PP 108 mg/dl.

didapatkan yaitu Ny. S

mengatakan badannya terasa

lemah dan letih

Data Objektif yang

didapatkan yaitu pasien

tampak pucat, CRT > 2 detik,

akral dingin, edema di kaki

dan tangan, turgor kulit

kembali sedikit lambat, kulit

kering, suhu 36.50C, Hb 6.4

g/dl, leukosit 3.450/mm3,

trombosit 141.000/mm3,

hematokrit 22%.

3. Intervensi Keperawatan

Setelah dirumuskan diagnosa keperawatan selanjutnya disusun rencana

tindakan keperawatan sesuai dengan kondisi pasien.

Tabel 4.3

Intervensi Keperawatan

Partisipan I Partisipan II

1. Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

NOC :

Status nutrisi : asupan

makanan dan cairan a. Asupan makanan

secara oral

b. Asupan cairan secara

oral

c. Asupan cairan

intravena

NIC :

Manajemen nutrisi

a. Identifikasi adanya

alergi atau intoleransi

makanan yang dimiliki pasien

b. Tentukan jumlah

kalori dan jenis nutrisi

yang dibutuhkan untuk

memenuhi persyaratan

1. Ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan

tubuh

NOC :

Status nutrisi : asupan

makanan dan cairan

a. Asupan makanan secara

oral

b. Asupan cairan secara oral

c. Asupan cairan intravena

NIC :

Manajemen nutrisi

a. Identifikasi adanya alergi

atau intoleransi makanan

yang dimiliki pasien

b. Tentukan jumlah kalori

dan jenis nutrisi yang dibutuhkan untuk

memenuhi persyaratan

gizi

c. Ciptakan lingkungan yang

optimal pada saat

Page 97: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

gizi

c. Ciptakan lingkungan

yang optimal pada saat

mengkonsumsi makan

d. Bantu pasien

membuka kemasan

makanan, memotong

makanan dan makan,

jika diperlukan

e. Anjurkan pasien

terkait dengan

kebutuhan diet untuk

kondisi sakit (yaitu:

untuk pasien dengan

penyakit ginjal,

pembatasan natrium,

kalium, protein, dan

cairan)

f. Monitor kalori dan

asupan makanan

g. Monitor

kecenderungan

terjadinya penurunan

dan kenaikan berat

badan

Monitor nutrisi

a. Timbang berat badan

pasien

b. Lakukan pengukuran

antropometrikpada

komposisi tubuh

c. Identifikasi perubahan

berat badan terakhir

d. Monitor turgor kulit

dan mobilitas

e. Identifikasi

abnormalitas kulit

f. Monitor adanya mual

muntah

g. Monitor diet dan

asupan kalori

h. Identifikasi perubahan nafsu makan dan

aktifitas akhir-akhir ini

i. Monitor adanya

(warna) pucat,

kemerahan dan

mengkonsumsi makan

d. Bantu pasien membuka

kemasan makanan,

memotong makanan dan

makan, jika diperlukan

e. Anjurkan pasien terkait

dengan kebutuhan diet

untuk kondisi sakit (yaitu:

untuk pasien dengan

penyakit ginjal,

pembatasan natrium,

kalium, protein, dan

cairan)

f. Monitor kalori dan asupan

makanan

g. Monitor kecenderungan

terjadinya penurunan dan

kenaikan berat badan

Monitor nutrisi

a. Timbang berat badan

pasien

b. Lakukan pengukuran

antropometrik pada

komposisi tubuh

c. Identifikasi perubahan

berat badan terakhir

d. Monitor turgor kulit dan

mobilitas

e. Identifikasi abnormalitas

kulit

f. Monitor adanya mual

muntah

g. Monitor diet dan asupan

kalori

h. Identifikasi perubahan

nafsu makan dan aktifitas

akhir-akhir ini

i. Monitor adanya (warna)

pucat, kemerahan dan

jaringan konjungtiva yang

kering

Page 98: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

jaringan konjungtiva

yang kering

2. Kekurangan volume

cairan berhubungan

dengan kegagalan

mekanisme regulasi

NOC :

Keseimbangan cairan

a. Keseimbangan intake

dan output dalam 24

jam

b. Berat badan stabil

c. Turgor kulit baik

d. Kelembaban membran

mukosa

e. Asites

f. Kehausan

g. Kram otot

h. Pusing

NIC :

Manajemen cairan

a. Timbang berat badan

setiap hari dan monitor

status pasien

b. Jaga intake/ asupan

yang akurat dan catat

output pasien

c. Monitor status hidrasi

d. Monitot tanda-tanda

vital

e. Berikan cairan dengan

tepat

f. Tingkatkan asupan oral

g. Distribusi asupan

cairan selama 24 jam

h. Dukung pasien dan

keluarga untuk

membantu dalam

pemberian makan

dengan baik

Monitor cairan a. Tentukan jumlah dan

jenis intake/asupan

2. Kekurangan volume cairan

berhubungan dengan

kegagalan mekanisme

regulasi

NOC :

Keseimbangan cairan

a. Keseimbangan intake dan

output dalam 24 jam

b. Berat badan stabil

c. Turgor kulit baik

d. Kelembaban membran

mukosa

e. Asites

f. Kehausan

g. Kram otot

h. Pusing

NIC :

Manajemen cairan

a. Timbang berat badan

setiap hari dan monitor

status pasien

b. Jaga intake/ asupan yang

akurat dan catat output

pasien

c. Monitor status hidrasi

d. Monitor tanda-tanda vital

e. Berikan cairan dengan

tepat

f. Tingkatkan asupan oral

g. Distribusi asupan cairan

selama 24 jam

h. Dukung pasien dan

keluarga untuk membantu

dalam pemberian makan

dengan baik

Monitor cairan

a. Tentukan jumlah dan

jenis intake/asupan cairan

serta kebiasaan eliminasi

Page 99: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

cairan serta kebiasaan

eliminasi

b. Tentukan faktor-faktor

risiko yang mungkin

menyebabkan

ketidakseimbangan

cairan

c. Tentukan apakah

pasien mengalami

kehausan atau gejala

perubahan cairan

d. Monitor berat badan

e. Monitor asupan dan

pengeluaran

f. Monitor membran

mukosa, turgor kulit,

dan respon haus

g. Monitor warna,

kuantitas dan berat

jenis urin

h. Monitor tanda dan

gejala asites

i. Batasi dan alokasikan

asupan cairan

b. Tentukan faktor-faktor

risiko yang mungkin

menyebabkan

ketidakseimbangan

cairan

c. Tentukan apakah pasien

mengalami kehausan atau

gejala perubahan cairan

d. Monitor berat badan

e. Monitor asupan dan

pengeluaran

f. Monitor membran

mukosa, turgor kulit, dan

respon haus

g. Monitor warna, kuantitas

dan berat jenis urin

h. Monitor tanda dan gejala

asites

i. Batasi dan alokasikan

asupan cairan

3. Risiko ketidakstabilan

kadar glukosa darah

NOC :

Kadar glukosa darah

a. Glukosa darah dalam

rentang normal

b. Urin glukosa normal

Status nutrisi : asupan

makanan dan cairan a. Asupan makanan

b. Asupan cairan

NIC :

Manajemen

hiperglikemia

a. Monitor kadar glukosa

darah, sesuai indikasi

b. Monitor tanda dan gejala

hiperglikemia : poliuria,

polidipsi, polifagi,

kelemahan, letargi,

malaise, pandangan

3. Ketidakefektifan perfusi

jaringan perifer

NOC :

Perfusi jaringan : perifer

a. Pengisian kapiler jari

b. Suhu kulit ujung kaki dan

tangan

c. Tekanan darah sistolik

d. Tekanan darah diastolik

e. Edema perifer

f. Muka pucat

g. Kelemahan otot

h. Kram otot

i. Parestesia

NIC :

Manajemen sensasi perifer a. monitor sensasi tumpul

atau tajam dan panas dan

dingin yang dirasakan

pasien

b. monitor adanya parastesia

dengan tepat (misalnya,

Page 100: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

kabur, atau sakit kepala

c. Berikan insulin sesuai

resep

d. Dorong asupan cairan oral

e. Monitor status cairan

(termasuk intake dan

output), sesuai kebutuhan

f. Berikan cairan IV, sesuai

kebutuhan

g. Identifikasi kemungkinan

penyebab hiperglikemia

h. Antisipasi situasi dimana

akan nada kebutuhan

peningkatan insulin

(misalnya, penyakit

penyerta)

i. Instruksikan pasien dan

keluarga mengenai

pencegahan, pengenalan

tanda-tanda hiperglikemia

dan manajemen

hiperglikemia

j. Dorong pemantauan

sendiri kadar glukosa

darah

Manajemen hipoglikemia a. Identifikasi pasien

yang berisiko

mengalami

hipoglikemia

b. Kenali tanda dan gejala

hipoglikemia

c. Monitor kadar glukosa

darah sesuai dengan

indikasi

d. Monitor tanda dan

gejala hipoglikemia

e. Kaji ulang kejadian

sebelum terjadinya

hipoglikemia untuk

mengetahui penyebab

f. Instruksikan pasien untuk selalu patuh

terhadap dietnya, terapi

insulinnya, dan

melakukan olahraga

g. Dorong pasien untuk

mati rasa, tingling,

hipertesia, hipotesia, dan

tingkat nyeri)

c. lindungi tubuh terhadap

perubahan suhu yang

ekstrim

d. monitor kemampuan untuk

BAB dan BAK

Pengecekan kulit

a. periksa kulit dan selaput

lender terkait dengan

adanya kemerahan,

kehangatan ekstrim,

edema, atau drainase

b. amati warna, kehangatan,

bengkak, pulsasi, tekstur,

edema, dan ulserasi pada

ekstremitas

c. monitor warna dan suhu

kulit

d. monitor kulit untuk adanya

ruam dan lecet

e. monitor kulit untuk adanya

kekeringan yang

berlebihan dan

kelembaban

f. dokumentasikan

perubahan membran

mukosa

Page 101: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

selalu memonitor kadar

glukosa darahnya

4. Implementasi Keperawatan

Setelah disusun rencana tindakan keperawatan selanjutnya melakukan

implementasi keperawatan. Implementasi Keperawatan dilakukan selama

5 hari dan disesuaikan dengan kondisi pasien saat ini.

Tabel 4.4

Implementasi Keperawatan

Partisipan I Partisipan II

a. Ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan

tubuh berhubungan

dengan ketidakmampuan

mencerna makanan Tindakan yang dilakukan

yaitu :

a. Mengidentifikasi adanya

alergi yang dimiliki

pasien

b. Berkolaborasi dengan

ahli gizi jumlah kalori

dan jenis nutrisi yang

dibutuhkan : diet ML DD

1500 kkal

c. Memonitor apakah diet

yang didapatkan

habis/tidak oleh pasien

d. Membantu pasien makan

e. Melakukan pengukuran

antropometrik pada

komposisi tubuh

f. Mengidentifikasi

perubahan berat badan

terakhir

g. Memonitor turgor kulit

j. Memonitor adanya mual

muntah

k. Mengidentifikasi

perubahan nafsu makan

l. Memonitor adanya

(warna) pucat,

kemerahan dan jaringan

konjungtiva yang kering

i. Ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan

tubuh berhubungan dengan

ketidakmampuan mencerna

makanan

Tindakan yang dilakukan

yaitu :

a. Mengidentifikasi adanya

alergi atau intoleransi

makanan yang dimiliki

pasien

b. Berkolaborasi dengan ahli

gizi untuk menentukan

jumlah kalori dan jenis

nutrisi yang dibutuhkan

untuk memenuhi

persyaratan gizi : diet ML

DD 1700 kkal

c. Menciptakan lingkungan

yang optimal pada saat

mengkonsumsi makan

d. Membantu pasien makan

e. Memonitor kalori dan

asupan makanan

f. Memonitor

kecenderungan terjadinya

penurunan berat badan

g. Memonitor diet yang

didapatkan pasien habis

atau tidak

h. Melakukan pengukuran

antropometrik pada

komposisi tubuh

Page 102: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

b. Kekurangan volume cairan

berhubungan dengan

kegagalan mekanisme

regulasi

Tindakan yang dilakukan

yaitu :

a. Memonitor intake/asupan

yang akurat dan catat

output pasien

b. Memonitor tanda-tanda

vital

c. Memberikan cairan

dengan tepat

d. Mendukung pasien dan

keluarga untuk

membantu dalam

pemberian makan

dengan baik

e. Menentukan faktor-

faktor risiko yang

mungkin menyebabkan

ketidakseimbangan

cairan

f. Menentukan apakah

pasien mengalami

kehausan atau gejala

perubahan cairan

g. Memonitor asupan dan

pengeluaran

h. Memonitor membran

mukosa, turgor kulit, dan

respon haus

i. Memonitor warna,

kuantitas dan berat jenis

urin

8. Kekurangan volume cairan

berhubungan dengan

kegagalan mekanisme

regulasi

Tindakan yang dilakukan

yaitu :

a. Jaga intake/ asupan yang

akurat dan catat output

pasien

b. Monitor status hidrasi

c. Monitor tanda-tanda vital

d. Berikan cairan dengan

tepat

e. Dukung pasien dan

keluarga untuk membantu

dalam pemberian makan

dengan baik

f. Tentukan apakah pasien

mengalami kehausan atau

gejala perubahan cairan

g. Monitor asupan dan

pengeluaran

h. Monitor membran

mukosa, turgor kulit, dan

respon haus

j. Monitor warna, kuantitas

dan berat jenis urin

k. Monitor tanda dan gejala

asites

9. Risiko ketidakstabilan

kadar glukosa darah

Tindakan yang dilakukan

yaitu :

a. Memonitor kadar

glukosa darah

b. Memonitor tanda dan

gejala hiperglikemia :

poliuria, polidipsi,

polifagi, kelemahan,

letargi, malaise,

c. Ketidakefektifan perfusi

jaringan perifer

Tindakan yang dilakukan

yaitu :

a. Memonitor sensasi panas

dan dingin yang

dirasakan pasien

b. Memonitor adanya

parastesia dengan tepat

(misalnya, mati rasa,

tingling, hipertesia,

hipotesia, dan tingkat

Page 103: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

pandangan kabur, atau

sakit kepala

c. Memberikan insulin

sesuai resep

d. Mengantisipasi situasi

dimana akan ada

kebutuhan peningkatan

insulin (misalnya,

penyakit penyerta)

Menginstruksikan pasien

dan keluarga mengenai

pencegahan, pengenalan

tanda-tanda hiperglikemi

dan manajemen

hiperglikemia

nyeri)

c. Melindungi tubuh

terhadap perubahan suhu

yang ekstrim

d. Memonitor kemampuan

untuk BAB dan BAK

e. Memeriksa kulit terkait

dengan adanya

kemerahan, kehangatan

ekstrim, edema, atau

drainase

f. Mengamati warna,

kehangatan, bengkak,

edema pada ekstremitas

g. Memonitor warna dan

suhu kulit

h. Memonitor kulit untuk

adanya ruam dan lecet

i. Memonitor kulit untuk

adanya kekeringan yang

berlebihan dan

kelembaban

5. Evaluasi Keperawatan

Hasil yang diharapkan selama asuhan keperawatan sesuai dengan rencana

tindakan dan kriteria hasil dalam Nursing Outcome Classification (NOC).

Tabel 4.5

Evaluasi Keperawatan

Partisipan I Partisipan II

1. Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

Setelah dilakukan

implementasi selama 5

hari masalah nutrisi belum

terpenuhi ditandai dengan

pasien mengatakan

dietnya hanya habis ½

porsi makanan, TB 158

cm, BB 60 kg, LILA 31 cm, lingkar perut 106 cm,

BBI 52.2 kg, IMT 24

kg/m2, diet pasien tampak

tidak habis, membran

i. Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

Setelah dilakukan

implementasi selama 4 hari

masalah

ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan

tubuh belum terpenuhi

ditandai dengan pasien

mengatakan dietnya hanya habis ½ porsi makanan, TB

158 cm, BB 60 kg, LILA

19 cm, lingkar perut 73 cm,

BBI 45 kg, IMT 15.5

Page 104: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

mukosa bibir pucat dan

kering, pasien tampak

lemah, konjungtiva tidak

anemis, Hb 11.0 g/dl (N:

12-16), leukosit

11.720/mm3 (N: 5.000-

10.000), trombosit

230.000/mm3 (N:

150.000-400.000),

hematokrit 35% (N: 37-

43), total protein 6.1 g/dl

(N: 6.6-8.7), albumin 1.9

g/dl (N: 3.8-5.0).

Masalah keperawatan

gangguan nutrisi belum

terpenuhi, pasien pulang

paksa pada hari ke 5,

maka dilakukan rencana

tindak lanjut dengan

menjelaskan diet diabetes

sehari-hari mengikuti

pedoman 3J yaitu :

a. J I : jumlah kalori

yang diberikan harus

habis, jangan

dikurangi atau

ditambahkan

b. J II : jadwal diet

harus yang harus

diikuti

c. J III : jenis makanan

yang manis harus

dihindari

kg/m2, diet pasien tampak

tidak habis, membran

mukosa bibir pucat dan

kering, pasien tampak

lemah, konjungtiva anemis,

Hb 6.4 g/dl (N: 12-16),

leukosit 3.450/mm3 (N:

5.000-10.000), trombosit

141.000/mm3 (N: 150.000-

400.000), hematokrit 22%

(N: 37-43), total protein 7.6

g/dl (N: 6.6-8.7), albumin

4.2 g/dl (N: 3.8-5.0).

Masalah keperawatan

gangguan nutrisi belum

terpenuhi, pasien pulang

paksa pada hari ke 4, maka

dilakukan rencana tindak

lanjut dengan menjelaskan

diet diabetes sehari-hari

mengikuti pedoman 3J

yaitu :

a. J I : jumlah kalori

yang diberikan harus

habis, jangan

dikurangi atau

ditambahkan

b. J II : jadwal diet harus

diikuti

c. J III : jenis makanan

yang manis harus

dihindari

ii. Kekurangan volume

cairan

Setelah dilakukan

implementasi selama 5

hari masalah kekurangan

volume cairan belum

terpenuhi ditandai dengan

pasien mengatakan

minumnya dibatasi,

minum hanya ±250 cc

setiap harinya, BAK

sedikit ±250 cc setiap

harinya, pasien tampak

lemah, lesu dan letih,

pasien tampak minumnya

2. Kekurangan volume

cairan

Setelah dilakukan

implementasi selama 4 hari

masalah kekurangan

volume cairan m terpenuhi

ditandai dengan pasien

mengatakan minumnya

dibatasi, minum hanya

±300 cc setiap harinya,

BAK sedikit ±250 cc setiap

harinya, pasien tampak

lemah, lesu dan letih,

pasien tampak minumnya

sedikit ±350 cc setiap

Page 105: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

sedikit ±250 cc setiap

harinya, BAK sedikit

±250 cc setiap harinya,

BAK warna kuning

kecoklatan.

Masalah kekurangan

volume cairan belum

teratasi, intervensi

dihentikan karena pasien

pulang paksa

harinya, BAK sedikit ±250

cc setiap harinya, BAK

warna kuning kecoklatan.

Masalah kekurangan

volume cairan belum

teratasi, intervensi

dihentikan karena pasien

pulang paksa

3. Risiko ketidakstabilan

kadar glukosa darah

Setelah dilakukan

imlementasi selama 5 hari

masalah risiko

ketidakstabilan kadar

glukosa darah belum

teratasi yang ditandai

dengan pasien

mengatakan tidak nafsu

makan dan minum sedikit,

minum dibatasi, BAK

sedikit, badan terasa

lemah, pandangan kabur,

sakit kepala, pasien

tampak lemah dan tidak

bersemangat, pasien

tampak sering memegangi

kepalanya.

Masalah keperawatan

belum teratasi, pasien

pulang paksa pada hari ke

5

3. Ketidakefektiktifan perfusi

jaringan perifer

Setelah dilakukan

implementasi selama 4 hari

masalah ketidakefektifan

perfusi jaringan perifer

belum teratasi yang ditandai

dengan pasien mengatakan

badan masih terasa lemah

dan letih, pasien tampak

lelah, letih, lesu, pasien

tampak kurang

berkonsentrasi, diet pasien

tidak dihabiskan, kurang

bertenaga, akral dingin,

konjungtiva anemis, Hb 6.4

g/dl (N: 12-16), leukosit

3.450/mm3 (N: 5.000-

10.000), trombosit

141.000/mm3 (N: 150.000-

400.000), Ht 22% (N: 37-

43), total protein 7.6 g/dl

(N: 6.6-8.7), albumin 4.2

g/dl (N: 3.8-5.0).

Masalah keperawatan belum

teratasi, pasien pulang paksa

pada hari ke 4

Page 106: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

C. Pembahasan Kasus

Berdasarkan hasil asuhan keperawatan yang dilakukan meliputi dari

pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi

keperawatan dan evaluasi keperawatan akan diuraikan sebagai berikut :

1. Pengkajian

Berdasarkan hasil pengkajian terkait masalah gangguan nutrisi ditemukan

data bahwa kedua partisipan mempunyai perbedaan umur, partisipan 1

berusia 53 tahun sedangkan partisipan 2 berumur 58 tahun. Menurut

Tandra (2017), diabetes melitus tipe II biasanya terjadi pada usia di atas 40

tahun. Penyebab yang melatarbelakangi penyakit pada partisipan 1 dan

partisipan 2 menunjukkan adanya kesesuaian antara fakta dengan teori

yang ada. Berdasarkan analisa peneliti, risiko diabetes melitus semakin

meningkat dengan bertambahnya usia, terutama usia diatas 40 tahun.

Hasil pengkajian keluhan utama dan keluhan saat dikaji pada partisipan 1

terjadi mual, nyeri di bagian perut, perut teraba keras, nafsu makan

menurun, jika makan perut terasa sakit, lemah dan penglihatan kabur,

sedangkan keluhan utama pada partisipan 2 terjadi terasa lemah dan letih,

tidak nafsu makan, berat badan menurun dan sering haus. Teori Menurut

Hasdianah (2012), gejala yang ditunjukkan oleh penderita diabetes melitus

biasanya terjadi polipagia, polidipsia, poliuria, nafsu makan berkurang,

berat badan menurun, mudah lelah, mual, kesemutan, rasa tebal dikulit,

capai dan mata kabur. Menurut penelitian Insiyah (2016), tanda dan gejala

diabetes melitus yang ditunjukkan oleh respondennya yaitu poliuria,

polidipsia, polifagia, cepat lelah, tubuh terasa lemas, kesemutan,

pandangan kabur, dan penurunan berat badan. Gejala yang dirasakan oleh

kedua partisipan tersebut menunjukkan tidak ada kesenjangan antara fakta

dan teori dengan kedua partisipan. Berdasarkan analisa peneliti, penderita

diabetes melitus akan merasakan tanda dan gejala seperti poliuria,

polidipsi, polifagia, cepat lelah, lemah, pandangan kabur, penurunan berat

badan dan jika dibiarkan akan membuat kondisi ini lebih parah atau akan

menyebabkan timbulnya komplikasi.

Page 107: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

Hasil pengkajian riwayat kesehatan didapatkan pada kedua partisipan,

didapatkan partisipan 1 memiliki riwayat DM sejak 5 tahun yang lalu,

kontrol tidak teratur, kurang aktivitas fisik, dan memiliki pola hidup yang

kurang sehat karena partisipan jarang mengkonsumsi buah dan sayur dan

partisipan mempunyai berat badan 60 kg dengan tinggi 158 cm, partisipan

1 mendapatkan penyakit DM karena ada riwayat keturunan dari keluarga

yaitu ayah kandung dari partisipan itu sendiri, sedangkan pada partisipan 2

memiliki riwayat penyakit DM sejak 4 tahun yang lalu, kontrol tidak

teratur, kurang aktivitas fisik seperti jarang berolahraga, pasien juga

mempunyai pola hidup yang kurang sehat, karena partisipan jarang

mengonsumsi buah dan sayur, partisipan 2 mendapatkan penyakit DM

karena ada riwayat keturunan dari keluarga yaitu ayah kandung dari

partisipan 2. Menurut Hasdianah (2012), faktor penyebab diabetes

diantaranya yaitu pola makan, obesitas (kegemukan), faktor genetis

(keturunan), dan pola hidup. Menurut penelitian Rondonuwu, dkk (2016),

terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku olahraga terhadap

pengendalian kadar gula darah secara statistik dimana aktivitas sedang

yang teratur dapat menormalkan kadar gula darah. Berdasarkan teori

Wirato (2013) dalam penelitian Rondonuwu (2016), bahwa melakukan

olahraga yang baik dan teratur dapat menurunkan kadar gula dan begitu

sebaliknya perilaku olahraga yang buruk dan tidak teratur menyebabkan

kadar gula darah tidak terkontrol. Menurut penelitian Baequny (2015),

faktor-faktor yang mempengaruhi kadar gula darah yaitu kelainan genetik,

usia, gaya hidup, pola makan, dan pengetahuan. Pada penelitiannya

peningkatan kadar gula darah yang terjadi pada penderita DM tipe II lebih

banyak disebabkan karena pola makan yang kurang baik, kondisi tubuh

yang kelebihan berat badan/obesitas, usia dan kurangnya pengetahuan

responden dalam mengelola kadar gula darahnya. Riwayat kesehatan dari

kedua partisipan tidak ada kesenjangan antara fakta dan teori dengan

kedua partisipan. Berdasarkan analisa peneliti, obesitas, pola makan, hidup

serta kurangnya olahraga dapat menyebabkan diabetes melitus.

Page 108: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

Hasil pengkajian saat melakukan pemeriksaan fisik ditemukan pada

partisipan 1 yaitu tekanan darah 150/90 mmHg, Lila 31 cm (N : 28.5 cm),

Lingkar perut 106 cm, berat badan ideal (BBI) 52.2 kg, Indeks Massa

Tubuh (IMT) = 24 kg/m2. Pemeriksaan fisik yang ditemukan pada

partisipan II yaitu tekanan darah 160/80 mmHg, Lila 19 cm (N: 28.5),

Lingkar perut 73 cm, berat badan ideal = 45 kg, Indeks Massa Tubuh

(IMT) =15.5 kg/m2. Menurut Tarwoto dan Wartonah (2011), rumus berat

badan ideal =(TB-100) ± 10%, LILA normal 28.5 cm untuk wanita, rumus

IMT =TB(kg)/BB(m2), menurut Tarwoto (2012), IMT normal adalah 18.5-

22.9. Berdasarkan analisa peneliti, pada pemeriksaan fisik didapatkan data

yang menunjukkan tanda dan gejala pasien diabetes melitus dengan

gangguan nutrisi, seperti ukuran LILA dibawah normal, nilai IMT yang

tidak normal. Tanda dan gejala tersebut tidak ada kesenjangan antara teori

dan fakta dengan kedua partisipan.

2. Diagnosa Keperawatan

Sesuai dengan hasil pengkajian, peneliti menemukan 3 diagnosa yang

muncul pada kedua partisipan. Diagnosa keperawatan yang muncul pada

partisipan 1 adalah Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan,

Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kegagalan mekanisme

regulasi, Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah.

Diagnosa yang muncul pada partisipan 2 adalah Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

ketidakmampuan mencerna makanan, Kekurangan volume cairan

berhubungan dengan kegagalan mekanisme regulasi, Ketidakefektifan

perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang

proses penyakit.

Pada diagnosa pertama pada kedua partisipan yaitu ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Diagnosa ketidakseimbangan nutrisi

Page 109: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

kurang dari kebutuhan tubuh peneliti tegakkan karena ditemukan data

subjektif pada partisipan 1 yaitu partisipan mengatakan tidak nafsu makan,

diet hanya habis 3-4 sendok, pasien mengatakan jika makan perut terasa

nyeri dan pada partisipan 2 yaitu partisipan mengatakan tidak nafsu

makan, diet hanya habis ½ porsi, partisipan mengatakan terasa lemah dan

letih dan data objektif yang ditemukan yaitu pada partisipan 1 yaitu

partisipan tampak tidak nafsu makan, diet yang diberikan hanya habis 3-4

sendok, mukosa mulut tampak pucat, GDS 202 mg/dl, GD puasa 93 mg/dl,

GD 2 jam PP 108 mg/dl dan pada partisipan 2 yaitu partisipan tampak

tidak nafsu makan, diet yang diberikan hanya habis ½ porsi, mukosa mulut

tampak pucat. Diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh belum dapat teratasi dengan belum tercapainya outcome pada NOC

(2016) yaitu asupan makanan secara oral, asupan cairan secara oral,

asupan cairan intravena. Diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh muncul karena terjadinya peningkatan gula darah

sehingga terjadi peningkatan glukoneogenesis (proses sintesis atau

pembentukan glukosa dari sumber bukan karbohidrat) yang menyebabkan

produksi lemak subkutan menurun sehingga terjadi penurunan berat badan

dan menurunnya motilitas lambung akibat saraf otonom yang

menyebabkan keterlambatan pengosongan lambung sehingga bisa

menyebabkan terjadinya mual, anoreksia sehingga menyebabkan kurang

asupan makanan yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh (Nugroho, 2011). Berdasarkan analisa

peneliti, ketidakseimbangan nutrisi terjadi pada kedua partisipan karena

adanya keluhan tidak nafsu makan, mual, serta adanya penurunan berat

badan.

Pada diagnosa kedua pada kedua partisipan yaitu Kekurangan volume

cairan berhubungan dengan kegagalan mekanisme regulasi. Diagnosa

Kekurangan volume cairan peneliti tegakkan karena ditemukan data

subjektif pada partisipan 1 yaitu partisipan mengatakan minumnya

dibatasi, minum hanya ±250 cc setiap harinya, BAK sedikit ±250 cc setiap

Page 110: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

harinya dan data objektif yang ditemukan pada partisipan 1 yaitu

partisipan tampak minumnya sedikit ±250 cc setiap harinya, BAK sedikit

±250 cc setiap harinya, mukosa bibir kering, pada partisipan 2 ditemukan

data subjektif yaitu partisipan mengatakan minumnya dibatasi, minum

hanya ±300 cc setiap harinya, BAK sedikit ±250 cc setiap harinya dan data

objektif yang ditemukan pada partisipan 2 yaitu partisipan tampak

minumnya sedikit ±300 cc setiap harinya, BAK sedikit ±250 cc setiap

harinya, mukosa bibir kering. Diagnosa belum dapat teratasi dengan belum

tercapainya outcome pada NOC (2016) yaitu keseimbangan intake dan

output dalam 24 jam, berat badan stabil, turgor kulit baik, kelembaban

membran mukosa, kehausan. Kekurangan volume cairan muncul karena

terjadi penurunan penggunaan glukosa karena tidak adekuatnya insulin

sehingga hati tidak dapat menyimpan glukosa menjadi glikogen. Untuk

menormalkan gula darah kembali maka tubuh mengeluarkan glukosa

melalui ginjal, sehingga banyak glukosa berada dalam urin, disisi lain

pengeluaran glukosa melalui urin menyebabkan diuretik osmotik dan

meningkatnya jumlah air yang dikeluarkan, hal ini beresiko terjadinya

kekurangan volume cairan (Tarwoto,. dkk, 2012). Hal ini sesuai dengan

teori karena data yang muncul pada diagnosa kekurangan volume cairan

memiliki batasan karakteristik haus, kelemahan, kulit kering, membran

mukosa kering, penurunan berat badan tiba-tiba, penurunan haluaran urin.

Berdasarkan analisa peneliti, kekurangan volume cairan terjadi karena

partisipan dibatasi untuk mengkonsumsi minum yang berlebihan sehingga

dapat menyebabkan kekurangan volume cairan.

Pada diagnosa ketiga pada partisipan 1 yaitu risiko ketidakstabilan kadar

glukosa darah. Diagnosa Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah

peneliti tegakkan karena ditemukan data subjektif yaitu partisipan

mengatakan tidak pernah kontrol kadar glukosa darah, diet yang diberikan

tidak habis, nafsu makan berkurang, berat badan menurun dan data

objektif yang ditemukan yaitu pasien tampak tidak terkontrol cek gula

darah, pasien juga tampak sering mengkonsumsi makanan dari luar seperti

Page 111: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

kue bolu, GDS 202 mg/dl, gula darah puasa 93 mg/dl, gula darah 2 jam PP

108 mg/dl. Diagnosa Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer belum dapat

teratasi dengan belum tercapainya outcome pada NOC (2016) yaitu asupan

makanan dan asupan cairan belum adekuat. Risiko ketidakstabilan kadar

glukosa darah muncul karena produksi insulin menurun sehingga glukosa

tidak dapat diproses oleh sel dan menyebabkan gula darah meningkat

sehingga terjadi ketidakstabilan kadar glukosa darah (Tarwoto,. dkk,

2012). Hal ini sesuai dengan teori karena data yang muncul pada diagnosa

memiliki faktor risiko yaitu asupan diet tidak cukup, gangguan status

kesehatan fisik, kurang kepatuhan pada rencana manajemen diabetes,

manajemen diabetes tidak tepat, pemantauan glukosa darah tidak adekuat,

penambahan berat badan berlebihan, penurunan berat badan berlebihan,

stress berlebihan. Berdasarkan analisa peneliti, risiko ketidakstabilan kadar

glukosa darah terjadi karena pasien tidak pernah kontrol gula darah dengan

teratur, pola makan yang kurang baik, jarang melakukan aktivitas seperti

berolahraga yang dapat menyebabkan ketidakstabilan kadar glukosa darah.

Pada diagnosa ketiga pada partisipan 2 yaitu Ketidakefektifan perfusi

jaringan perifer. Diagnosa Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer

peneliti tegakkan karena ditemukan data subjektif yaitu partisipan

mengatakan badannya terasa lemah dan letih dan data objektif yang

ditemukan yaitu partisipan tampak pucat, CRT > 2 detik, akral dingin,

edema di kaki dan tangan, turgor kulit kembali sedikit lambat, kulit kering,

suhu 36.50C, Hb 6.4 g/dl, leukosit 3.450/mm

3, trombosit 141.000/mm

3,

hematokrit 22%. Diagnosa Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer belum

dapat teratasi dengan belum tercapainya outcome pada NOC (2016) yaitu

pengisian kapiler jari, suhu kulit ujung kaki dan tangan normal, tekanan

darah sistolik dalam rentang normal, tekanan darah diastolik dalam

rentang normal, tidak ada edema perifer, muka tidak pucat, tidak ada

kelemahan otot. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer muncul karena

produksi insulin menurun sehingga glukosa tidak dapat diproses oleh sel

dan menyebabkan gula darah meningkat, untuk menormalkan gula darah

Page 112: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

maka tubuh mengeluarkan glukosa melalui ginjal sehingga banyak

glukosa berada dalam urin, disisi lain pengeluaran glukosa melalui urin

menyebabkan diuretik osmotik dan meningkatnya jumlah air yang

dikeluarkan (cairan dan elektrolit) sehingga mengakibatkan

ketidakefektifan perfusi jaringan perifer (Tarwoto,. dkk, 2012). Hal ini

sesuai dengan teori karena data yang muncul pada diagnosa memiliki

batasan karakteristik perubahan karakteristik kulit, waktu pengisian kapiler

>3 detik. Berdasarkan analisa peneliti, ketidakefektifan perfusi jaringan

perifer terjadi karena awalnya penderita tidak mampu menghabiskan diet

sehingga produksi darah dalam tubuh berkurang, sedangkan darah

membawa nutrisi dan oksigen ke seluruh tubuh, karena produksi darah

berkurang dapat menyebabkan ketidakefektifan perfusi jaringan perifer.

3. Intervensi Keperawatan

Kegiatan perencanaan ini meliputi memprioritaskan masalah, merumuskan

tujuan, kriteria hasil serta tindakan. Rencana keperawatan disusun

berdasarkan diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kasus. Rencana

keperawatan tersebut terdiri dari NIC dan NOC.

Rencana tindakan keperawatan yang dilakukan untuk diagnosa pertama

pada kedua partisipan yaitu ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna

makanan diharapkan ketidakseimbangan nutrisi pada pasien dapat teratasi

dengan kriteria hasil asupan makanan secara oral adekuat, asupan cairan

secara oral adekuat, dan asupan cairan secara intravena adekuat dengan

rencana keperawatan yang dilakukan yaitu mengidentifikasi adanya alergi

makanan, monitor kecenderungan terjadinya penurunan dan kenaikan

berat badan, lakukan pengukuran antropometri pada komposisi tubuh,

identifikasi perubahan berat badan terakhir, monitor adanya mual muntah,

identifikasi perubahan nafsu makan, monitor adanya pucat, kemerahan dan

konjungtiva.

Page 113: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

Rencana tindakan keperawatan yang dilakukan untuk diagnosa kedua pada

kedua partisipan yaitu kekurangan volume cairan berhubungan dengan

kegagalan mekanisme regulasi diharapkan keseimbangan cairan adekuat

dengan kriteria hasil keseimbangan intake dan output dalam 24 jam, berat

badan stabil, turgor kulit baik, kelembaban membran mukosa baik, tidak

asites dengan rencana keperawatan yang dilakukan monitor status hidrasi,

monitor tanda-tanda vital, monitor asupan dan pengeluaran, monitor

membran mukosa, turgor kulit, monitor tanda dan gejala asites.

Rencana tindakan keperawatan yang dilakukan untuk diagnosa ketiga pada

partisipan 1 yaitu ketidakstabilan kadar glukosa darah diharapkan kadar

glukosa darah dalam rentang normal dan status nutrisi adekuat dengan

kriteria hasil glukosa darah dalam rentang normal, asupan makanan dan

cairan adekuat dengan rencana keperawatan yang dilakukan yaitu

memonitor kadar glukosa darah, memonitor tanda dan gejala

hiperglikemia : poliuria, polidipsi, polifagi, kelemahan, letargi, malaise,

pandangan kabur, atau sakit kepala, memberikan insulin sesuai resep,

mengantisipasi situasi dimana akan ada kebutuhan peningkatan insulin

(misalnya, penyakit penyerta), menginstruksikan pasien dan keluarga

mengenai pencegahan, pengenalan tanda-tanda hiperglikemi dan

manajemen hiperglikemia.

Rencana tindakan keperawatan yang dilakukan untuk diagnosa ketiga pada

partisipan 2 yaitu ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan

dengan kurang pengetahuan tentang proses penyakit diharapkan perfusi

jaringan perifer normal dengan kriteria hasil pengisian kapiler jari adekuat,

suhu kulit ujung kaki dan tangan normal, tidak pucat dengan rencana

keperawatan yang dilakukan yaitu monitor adanya parastesia seperti mati

rasa, periksa kulit dan selaput lendir terkait dengan adanya kemerahan,

kehangatan, edema, drainase, amati warna, kehangatan, monitor warna dan

suhu kulit, monitor kulit adanya ruam dan lecet.

Page 114: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan yang dilakukan pada kedua partisipan dimulai

pada tanggal 16-20 Maret 2018. Peneliti melakukan tindakan keperawatan

sesuai dengan rencana yang telah disusun dalam perencanaan keperawatan

menurut NIC-NOC 2016.

Implementasi keperawatan untuk diagnosa pertama pada kedua partisipan

yaitu ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan ketidakmampuan mencerna makanan, peneliti melakukan rencana

tindakan keperawatan yang telah disusun sebelumnya berdasarkan

keadaan kedua partisipan. Implementasi yang dilakukan adalah

menanyakan pada pasien adanya alergi makanan, menentukan status gizi

menggunakan IMT, mengukur LILA, berkolaborasi dengan ahli gizi untuk

menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien, memonitor

diet yang didapatkan pasien habis/tidak, memonitor lingkungan selama

makan, memonitor kekeringan, memonitor kadar albumin, total protein,

Hb dan Ht. Menurut Padila (2012), Tujuan utama terapi diabetes melitus

adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah

dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropati.

Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa

darah normal. Menurut Hasdianah (2012), penderita diabetes melitus

didalam melaksanakan diet harus memperhatikan (3J), yaitu : jumlah

kalori yang dibutuhkan, jadwal makan yang harus diikuti dan jenis

makanan yang harus diperhatikan. Tindakan yang dilakukan perawat

ruangan untuk diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh jarang dilakukan seperti menentukan status gizi menggunakan IMT,

mengukur LILA, berkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah

kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien, memonitor diet yang didapatkan

pasien habis/tidak, memonitor lingkungan selama makan. Pada pasien

dengan DM biasanya perlu untuk melakukan pengukuran antropometri

seperti mengukur LILA, IMT karena biasanya pada pasien DM sering

terjadinya penurunan berat badan, dan jarang memonitor diet yang

Page 115: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

diberikan habis atau tidak karena pada pasien DM perlu dijelaskan diet

diabetes dengan mengikuti pedoman 3J yaitu jumlah kalori yang

dibutuhkan, jadwal diet yang harus diikuti dan jenis makanan manis yang

harus dihindari.

Berdasarkan analisa peneliti, untuk meningkatkan nutrisi pasien dapat

dilakukan yaitu memonitor diet yang diberikan pasien habis/tidak, diet

penting bagi penderita diabetes melitus karena penderita diabetes melitus

harus memperhatikan jumlah kalori, jadwal makan dan jenis makanan agar

dapat mencapai kadar glukosa darah normal.

Implementasi keperawatan untuk diagnosa kedua pada kedua partisipan

yaitu kekurangan volume cairan berhubungan dengan kegagalan

mekanisme regulasi, implementasi yang dilakukan adalah memonitor

intake/asupan yang akurat dan catat output pasien, memonitor status

hidrasi, memonitor tanda-tanda vital, memberikan cairan dengan tepat,

mendukung pasien dan keluarga untuk membantu dalam pemberian makan

dengan baik, menentukan faktor-faktor risiko yang mungkin menyebabkan

ketidakseimbangan cairan, menentukan apakah pasien mengalami

kehausan atau gejala perubahan cairan, memonitor asupan dan

pengeluaran, memonitor membran mukosa, turgor kulit, dan respon haus,

memonitor warna, kuantitas dan berat jenis urin, membatasi dan

alokasikan asupan cairan, dalam melakukan intervensi pada pasien dengan

kekurangan volume cairan harus dimonitor apakah pasien mengalami

kehausan, apakah turgor, warna dan suhu kulit normal, apakah membran

mukosa pasien baik, apakah pasien mengalami tanda-tanda kekurangan

cairan.

Implementasi keperawatan untuk diagnosa ketiga pada partisipan 1 yaitu

risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah, implementasi yang dilakukan

adalah memonitor kadar glukosa darah, memonitor tanda dan gejala

hiperglikemia : poliuria, polidipsi, polifagi, kelemahan, letargi, malaise,

pandangan kabur, atau sakit kepala, memberikan insulin sesuai resep,

Page 116: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

mengantisipasi situasi dimana akan ada kebutuhan peningkatan insulin

(misalnya, penyakit penyerta), menginstruksikan pasien dan keluarga

mengenai pencegahan, pengenalan tanda-tanda hiperglikemi dan

manajemen hiperglikemia.

Berdasarkan analisa peneliti, tindakan memonitor kadar glukosa darah,

memonitor tanda dan gejala hiperglikemia penting karena berdasarkan

dengan memonitor tersebut dapat menunjukkan bagaimana keadaan

pasien.

Implementasi keperawatan untuk diagnosa ketiga pada partisipan 2 yaitu

ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kurang

pengetahuan tentang proses penyakit, implementasi yang dilakukan adalah

memberikan transfusi PRC 2 unit, memonitor sensasi panas dan dingin

yang dirasakan pasien, memonitor adanya parastesia dengan tepat

(misalnya, mati rasa, tingling, hipertesia, hipotesia, dan tingkat nyeri),

melindungi tubuh terhadap perubahan suhu yang ekstrim, memonitor

kemampuan untuk BAB dan BAK, memeriksa kulit terkait dengan adanya

kemerahan, kehangatan ekstrim, edema, atau drainase, mengamati warna,

kehangatan, bengkak, edema pada ekstremitas, memonitor warna dan suhu

kulit, memonitor kulit untuk adanya ruam dan lecet, memonitor kulit untuk

adanya kekeringan yang berlebihan dan kelembaban, dalam melakukan

intervensi pada pasien dengan kekurangan volume cairan harus dimonitor

apakah pasien mengalami kehausan, apakah turgor, warna dan suhu kulit

normal, apakah membran mukosa pasien baik, apakah pasien mengalami

tanda-tanda kekurangan cairan.

Berdasarkan analisa peneliti, tindakan memeriksa kulit terkait dengan

adanya kemerahan, kehangatan ekstrim, edema, atau drainase erlu

dilakukan untuk mengetahui apakah ada kemerahan, edema yang dapat

memperburuk keadaan kulit, Tindakan mengamati warna, kehangatan,

bengkak, edema pada ekstremitas perlu dilakukan untuk mengetahui

warna dan kehangatan kulit, atau kelainan ada ekstremitas. Tindakan

memonitor untuk adanya ruam dan lecet karena pada beberapa pasien DM

Page 117: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

luka atau lecet sulit sembuh bahkan kadang luka tersebut dapat meluas

dari sebelumnya.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang digunakan

untuk menentukan seberapa baik rencana keperawatan bekerja dengan

meninjau respon pasien. Evaluasi ini dilakukan dengan mengacu kepada

NOC, berdasarkan kriteria hasil yang telah ditentukan.

Hasil evaluasi yang didapatkan pada masalah ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan

mencerna makanan pada kedua partisipan yaitu pada partisipan 1 setelah

dilakukan implementasi selama 5 hari masalah nutrisi belum terpenuhi

ditandai dengan S: pasien mengatakan dietnya hanya habis ½ porsi

makanan, O: TB 158 cm, BB 60 kg, LILA 31 cm, lingkar perut 106 cm,

BBI 52.2 kg, IMT 24 kg/m2, diet pasien tampak tidak habis, membran

mukosa bibir pucat dan kering, pasien tampak lemah, konjungtiva tidak

anemis. A: Masalah keperawatan gangguan nutrisi belum terpenuhi

dengan kriteria hasil status nutrisi adekuat, pasien pulang paksa pada hari

ke 5, P: intervensi dihentikan. Pada partisipan 2 ditemukan setelah

dilakukan implementasi selama 4 hari masalah ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh belum terpenuhi ditandai dengan S: pasien

mengatakan dietnya hanya habis ½ porsi makanan, O: TB 158 cm, BB 60

kg, LILA 19 cm, lingkar perut 73 cm, BBI 45 kg, IMT 15.5 kg/m2, diet

pasien tampak tidak habis, membran mukosa bibir pucat dan kering,

pasien tampak lemah, konjungtiva anemis, Hb 6.4 g/dl (N: 12-16). A:

Masalah keperawatan gangguan nutrisi belum terpenuhi dengan kriteria

hasil status nutrisi adekuat, pasien pulang paksa pada hari ke 5, P:

intervensi dihentikan. Pada kedua partisipan diberikan rencana tindak

lanjut dengan menjelaskan diet diabetes sehari-hari mengikuti pedoman 3J

yaitu : J I : jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau

Page 118: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

ditambahkan, J II : jadwal diet harus yang harus diikuti, J III : jenis

makanan yang manis harus dihindari.

Hasil evaluasi yang didapatkan pada masalah kekurangan volume cairan

berhubungan dengan kegagalan mekanisme regulasi pada partisipan 1

yaitu setelah dilakukan implementasi selama 5 hari masalah kekurangan

volume cairan belum terpenuhi ditandai dengan S : pasien mengatakan

minumnya dibatasi, minum hanya ±300 cc setiap harinya, BAK sedikit

±250 cc setiap harinya, O : pasien tampak lemah, lesu dan letih, pasien

tampak minumnya sedikit ±300 cc setiap harinya, BAK sedikit ±250 cc

setiap harinya, membran mukosa pucat, BAK warna kuning kecoklatan, A

: masalah belum teratasi, P : intervensi dihentikan karena pasien pulang

paksa. Pada partisipan 2 yaitu setelah dilakukan implementasi selama 4

hari masalah kekurangan volume cairan belum terpenuhi ditandai dengan

S: pasien mengatakan minumnya dibatasi, minum hanya ±300 cc setiap

harinya, BAK sedikit ±250 cc setiap harinya, O: pasien tampak lemah,

lesu dan letih, pasien tampak minumnya sedikit ±350 cc setiap harinya,

BAK sedikit ±250 cc setiap harinya, BAK warna kuning kecoklatan. A:

Masalah kekurangan volume cairan belum teratasi, P: intervensi

dihentikan karena pasien pulang paksa.

Hasil evaluasi yang didapatkan pada masalah risiko ketidakstabilan kadar

glukosa darah pada partisipan 1 yaitu setelah dilakukan implementasi

selama 5 hari masalah risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah belum

teratasi yang ditandai dengan S: pasien mengatakan tidak nafsu makan dan

minum sedikit, minum dibatasi, BAK sedikit, badan terasa lemah,

pandangan kabur, sakit kepala, O: pasien tampak lemah dan tidak

bersemangat, pasien tampak sering memegangi kepalanya, pasien tampak

tidak ada diperiksa kadar glukosa darahnya, A: masalah belum teratasi, P:

intervensi dihentikan karena pasien pulang paksa.

Page 119: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

Hasil evaluasi yang didapatkan pada masalah ketidakefektifan perfusi

jaringan perifer berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang proses

penyakit pada partisipan 2 yaitu setelah dilakukan implementasi selama 4

hari masalah ketidakefektifan perfusi jaringan perifer belum teratasi yang

ditandai dengan S: pasien mengatakan badan masih terasa lemah dan letih,

O: pasien tampak lelah, letih, lesu, pasien tampak kurang berkonsentrasi,

diet pasien tidak dihabiskan, kurang bertenaga, akral dingin, konjungtiva

anemis, Hb 6.4 g/dl (N: 12-16), leukosit 3.450/mm3 (N: 5.000-10.000),

trombosit 141.000/mm3 (N: 150.000-400.000), Ht 22% (N: 37-43), total

protein 7.6 g/dl (N: 6.6-8.7), albumin 4.2 g/dl (N: 3.8-5.0). A: Masalah

keperawatan belum teratasi, pasien pulang paksa pada hari ke 4, P:

intervensi dihentikan

Page 120: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian terhadap asuhan keperawatan pada kedua

partisipan diabetes melitus tipe II dengan gangguan nutrisi di ruang penyakit

dalam wanita RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tahun 2018, peneliti

mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil pengkajian pada kedua partisipan adalah tidak nafsu makan, mual,

penurunan berat badan, lemah, konjungtiva anemis, nyeri di perut,

penglihatan kabur, gula darah 202 mg/dl pada partisipan 1 dan 132 mg/dl

pada partisipan 2. Tanda dan gejala yang dialami kedua partisipan sesuai

dengan teori diabetes melitus dengan gangguan nutrisi.

2. Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan 5 masalah keperawatan yaitu

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan ketidakmampuan mencerna makanan, kekurangan volume cairan

berhubungan dengan kegagalan mekanisme regulasi, risiko ketidakstabilan

kadar glukosa darah, ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan

dengan kurang pengetahuan tentang proses penyakit.

3. Hasil yang diperoleh dalam intervensi keperawatan yang dilakukan oleh

peneliti maupun dalam intervensi yang dilakukan oleh rumah sakit sudah

cukup baik dalam hal penatalaksanaan diet pasien diabetes melitus dengan

masalah gangguan nutrisi seperti menentukan status gizi pasien,

berkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan diet pasien, cek gula

darah dan melihat hasil laboratorium, tetapi perawat ruangan tidak ada

melakukan penimbangan berat badan, mengukur LILA, tidak ada

memberikan penkes pada pasien dan keluarga tentang manfaat diet DM,

tidak memantau diet yang diberikan habis atau tidak.

4. Dalam proses implementasi yang dilakukan peneliti dari tanggal 16-20

Maret 2018, peneliti menemukan kesenjangan antara praktik terutama

yang dilakukan oleh tenaga kesehatan khususnya perawat yang ada

diruangan seperti tidak memantau diet pasien habis atau tidak, tidak

memberikan penkes pada pasien dan keluarga tentang manfaat diet DM

Page 121: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

dan aktivitas/olahraga untuk pasien DM, diet yang diberikan tidak sesuai

dengan kebutuhan pasien.

5. Hasil evaluasi yang dilakukan selama 5 hari untuk partisipan 1 dilakukan

dari tanggal 16-20 Maret 2018 dan selama 4 hari pada partisipan 2 dimulai

pada tanggal 17-20 Maret 2018 mengacu pada NOC yaitu berdasarkan

kepada kriteria hasil. Evaluasi tersebut dilakukan pada setiap masing-

masing masalah keperawatan yang muncul. Diagnosa ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh untuk kedua partisipan didapatkan

kriteria hasil pada kedua partisipan belum tercapai dan intervensi

dihentikan karena kedua partisipan pulang paksa pada penelitian hari

kelima untuk partisipan 1 dan hari keempat untuk partisipan 2. Peneliti

memberikan rencana tindak lanjut dengan menjelaskan diet diabetes

dengan mengikuti pedoman 3J : J I yaitu jumlah kalori yang diberikan

harus habis, jangan dikurangi atau ditambahkan, J II yaitu jadwal diet yang

harus diikuti, J III yaitu jenis makanan yang harus dihindari. Diagnosa

kekurangan volume cairan untuk kedua partisipan didapatkan kriteria hasil

pada kedua partisipan belum tercapai dan intervensi dihentikan karena

pasien pulang paksa pada penelitian hari kelima dan keempat. Diagnosa

risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah pada partisipan 1 didapatkan

kriteria hasil belum tercapai dan intervensi dihentikan karena pasien

pulang paksa pada hari kelima. Diagnosa ketidakefektifan perfusi jaringan

perifer untuk partisipan II didapatkan kriteria belum tercapai dan

intervensi dihentikan karena pasien pulang paksa pada penelitian hari

keempat.

Page 122: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

B. Saran

Dengan memperhatikan kesimpulan diatas, penulis memberikan saran sebagai

berikut :

1. Bagi Direktur RSUP Dr. M. Djamil Padang

Melalui Direktur RSUP Dr. M. Djamil Padang diharapkan perawat yang

dinas diruangan dapat memberikan pendidikan kesehatan pada pasien dan

keluarga tentang manfaat diet DM, memantau diet yang diberikan

habis/tidak, memberikan diet yang sesuai dengan penyakit pasien,

melakukan penimbangan berat badan, mengukur LILA, karena

penyembuhan dan perkembangan pasien dengan penyakit diabetes melitus

lebih tergantung pada kebutuhan nutrisinya.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian yang peneliti dapatkan diharapkan dapat menjadi acuan

atau bahan pembanding untuk peneliti selanjutnya dalam melakukan

penelitian pada pasien yang mengalami gangguan nutrisi khususnya pada

pasien diabetes melitus.

Page 123: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. 2010. Penuntun Diet Edisi Baru. Jakarta : PT Gramedia

Pustaka Utama

Ambarwati, Fitri Resati. 2014. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta :

DUA SATRIA OFFSET

Baequny, Ahmad,. dkk. 2015. Pengaruh Pola Makan Tinggi Kalori terhadap

Peningkatan Kadar Gula Darah pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2.

Jurnal Riset Kesehatan Vol.4 No.1. diakses dari

https://media.neliti.com/media/publications/128986-ID-pengaruh-pola-

makan-tinggi-kalori-terhad.pdf. Diakses pada tanggal 14 November 2017

Black, Joyce M dan Jane Hokanson Hawks. 2014. Keperawatan Medikal Bedah

Ed 8 Buku 2. Singapura : Elsevier

Brunner & Suddarth. 2017. Keperawatan Medikal Bedah Ed 12. Jakarta : EGC

Bulecheck, Gloria., dkk. 2016. Nursing Intervention Classification (NIC) edisi

keenam. Singapura : Elsevier

Dinas Kesehatan Kota Padang. 2014. Laporan Tahunan Tahun 2013. Diakses dari

https://dinkeskotapadang1.files.wordpress.com/2014/09/lap_tahunan_2013

_dkk_oce.pdf. Diakses pada tanggal 5 Desember 2017

Ernawati. 2012. Buku Ajar Konsep dan Aplikasi Keperawatan dalam Pemenuhan

Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : TIM

Federasi Diabetes Internasional (2013). Diakses dari http://sehat.link/data-

prevalensi-penderita-diabetes-di-indonesia.info. Diakses pada tanggal 5

Desember 2017

Hasdianah. 2012. Mengenal Diabetes Melitus : Pada Orang Dewasa dan Anak-

Anak dengan Solusi Herbal. Yogyakarta : Nuha Medika

Herdman, T. Heather. 2015. Nanda international Inc. diagnosis keperawatan:

definisi & klasifikasi 2015-2017 Ed 10. Jakarta : EGC

Hidayat, A Aziz Alimul. 2009. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi

Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Insiyah dan Rini Tri Hastuti. 2016. Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan Vol 5 No 1 :

Tingkat Pengetahuan dan Kepatuhan tentang Diit Diabetes Melitus Pada

Pasien Diabetes Mellitus Di Puskesmas Sibela Kota Surakarta. Surakarta.

Diakses dari

http://jurnal.poltekkessolo.ac.id/index.php/Int/article/viewFile/165/147.

Diakses pada tanggal 9 November 2017

Page 124: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

Kartika, I.I. 2017. Buku Ajar Dasar-Dasar Riset Keperawatan dan Pengolahan

Data Statistik. Jakarta: CV. Trans Info Media

Moorhead, Sue., dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi

kelima. Singapura : Elsevier

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka

Cipta

Nugroho, Taufan. 2011. Asuhan Keperawatan : Maternitas, Anak, Bedah

Penyakit Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika

Nursalam. 2011. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian

Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

. 2015. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: pendekatan praktis

edisi 4. Jakarta: Salemba Medika

Padila. 2012. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Nuha

Medika

Potter, Patricia A dan Anne Griffin Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental

Keperawatan : konsep, proses dan praktik Ed. 4 Vol. 1. Jakarta : EGC

. 2005. Buku Ajar Fundamental

Keperawatan : konsep, proses dan praktik Ed. 4 Vol. 2. Jakarta : EGC

Price, Sylvia Anderson & Wilson, Lorraine Mecarty. 2012. Patofisiologi Konsep

Klinis Proses-Proses Penyakit Ed 6. Jakarta : EGC

Riskesdas. 2013. Diakses dari

file:///D:/Semester%205/KTI/jurnal%20DM/Hasil%20Riskesdas%202013.

pdf Diakses pada tanggal 14 November 2017

Rondonuwu, Regita Gebrila. Dkk. 2016. Hubungan Antara Perilaku Olahraga

dengan Kadar Gula Darah Penderita Diabetes melitus di Wilayah Kerja

Puskesmas Wolang Kecamatan langowan Timur. Diakses dari

https://media.neliti.com/media/publications/110128-ID-hubungan-antara-

perilaku-olahraga-dengan.pdf. Diakses pada tanggal 24 Mei 2018

RSUP Dr. M. Djamil Padang. 2017. Laporan Catatan Rekam Medik (RM) :

Diabetes Melitus

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :

Alfabeta

Saryono dan Mekar Dwi Anggraini. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif dan

Kuantitatif dalam Bidang kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika

Page 125: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

Tandra, Hans. 2017. Segala sesuatu yang harus anda ketahui tentang Diabetes :

panduan lengkap mengenal dan mengatasi diabetes dengan cepat dan

mudah Ed.2. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Tarwoto dan Wartonah. 2011. Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses

Keperawatan Ed 4. Jakarta : Salemba Medika

Tarwoto., dkk. 2012. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Endokrin.

Jakarta :TIM

Wahyudi, Andri Setiya dan Abd Wahid. 2016. Buku Ajar Ilmu Keperawatan

Dasar. Jakarta : Mitra Wacana Media

WHO. 2016. Diakses dari http://www.who.int/en/ pada tanggal 19 Desember

2017

Page 126: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …
Page 127: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …
Page 128: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

FORMAT PENGKAJIAN

ASUHAN KEPERAWATAN DASAR

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

1. PENGUMPULAN DATA

a. Identifikasi Klien

1) Nama : Ny. N

2) Tanggal Lahir : 10 Oktober 1965

3) Jenis Kelamin : Perempuan

4) Status Kawin : Kawin

5) Agama : Islam

6) Pendidikan : SMU

7) Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

8) Alamat : Air Bangis, Pasaman Barat

9) Diagnosa Medis : Diabetes Melitus Tipe II + CKD stage 5

10) No. MR : 84.76.25

b. Identifikasi Penanggung Jawab

1) Nama : Tn. T

2) Pekerjaan : Pensiunan PNS

3) Alamat : Air Bangis, Pasaman Barat

4) Hubungan : Suami

c. Riwayat Kesehatan

1) Riwayat Kesehatan Sekarang

a) Keluhan Utama : Ny. N dirujuk dari RSUD Pasaman

Barat ke IGD RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 14 Maret

2018 pukul 20.17 WIB dengan keluhan sesak nafas meningkat

sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit, sesak tidak dipengaruhi

aktifitas, cuaca dan makanan, batuk sejak 1 minggu sebelum

masuk rumah sakit, batuk tidak berdahak, buang air kecil sedikit

±100 cc, nafsu makan menurun

Page 129: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

b) Keluhan Saat Dikaji : Saat dilakukan pengkajian pada

tanggal 16 Maret 2018 sekitar pukul 14.00 WIB, Ny. N

mengatakan nyeri di bagian perut, perut teraba keras, nafsu

makan menurun, berat badan menurun, jika makan perut terasa

sakit, minum sedikit, minum dibatasi.

2) Riwayat Kesehatan Dahulu : Ny. N memiliki riwayat DM Tipe II

sejak 5 tahun yang lalu tetapi tidak pernah dikontrol, riwayat

amputasi digiti 1 pedis 3 tahun yang lalu karena ulkus, riwayat

hipertensi diketahui sejak 1 tahun yang lalu

3) Riwayat Kesehatan Keluarga : Ayah kandung dari Ny. N

mempunyai riwayat penyakit DM tipe II yang sama dengan Ny. N

d. Pola Aktivitas sehari-hari (ADL)

1) Pola Nutrisi

Sehat : Selama sehat Ny. N makan 3 kali sehari dengan nasi, lauk

pauk, dan sayuran. Minum selama sehat ±1500 cc setiap harinya.

Sakit : Selama sakit nafsu makan Ny. N menurun, diet ML DD 1500

kkal yang diberikan tidak pernah habis, minum ± 300 cc setiap

harinya

2) Pola Eliminasi

Sehat : Selama sehat Ny. N BAB ± 2 kali sehari dengan konsistensi

lembek, Ny. N mengatakan BAK ± 4-5 kali sehari. Ny. N

mengatakan bisa BAB dan BAK ke wc sendiri.

Sakit : Selama sakit Ny. N BAB ± 1 kali sehari dengan konsistensi

lembek terkadang keras, Ny. N terpasang kateter, BAK ± 200 cc

setiap harinya.

3) Pola Tidur dan Istirahat

Sehat : Selama sehat Ny. N tidur siang ± 2 jam sehari, tidur malam ±

7-8 jam sehari. Ny. N mengatakan tidurnya nyenyak.

Sakit : Selama sakit Ny. N tidur siang ± 1 jam sehari, tidur malam ±

4-5 jam sehari. Ny. N mengatakan tidurnya tidak nyeyak dan sering

terbangun karena nyeri di perut

Page 130: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

4) Pola Aktivitas dan Latihan

Sehat : Selama sehat Ny. N bisa beraktivitas sendiri, Ny. N

mengatakan jarang berolahraga.

Sakit : Selama sakit Ny. N beraktivitas dibantu, Ny. N mengatakan

sejak kakinya ada ulkus dan digiti 1 pedis diamputasi. Ny. N

beraktivitas dibantu.

e. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan Umum

- TB/BB : 158 cm/60 kg

- Kesadaran : Composmentis (E4M6V5)

- Tanda-tanda vital : TD 150/90 mmHg, HR 84 x/i, RR 24 x/i,

Suhu 36.7 0C

2) Pemeriksaan Kepala dan Muka : tidak ada benjolan, rambut kusam,

wajah tampak pucat.

3) Pemeriksaan Mata : simetris kiri dan kanan, konjungtiva tidak

anemis, sklera tidak ikterik, penglihatan baik, reflek pupil baik.

4) Pemeriksaan Telinga : simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen,

pendengaran baik.

5) Pemeriksaan Hidung : simetris, tidak ada pernapasan cuping hidung,

penciuman baik bisa membedakan bau.

6) Pemeriksaan Mulut : simetris, mukosa bibir kering dan pucat.

7) Pemeriksaan Leher : tidak ada pembengkakan kelenjer getah bening.

8) Pemeriksaan Thorak

Paru-paru :

I : simetris kiri dan kanan

P : fremitus kiri dan kanan

P : sonor

A : vesikuler, tidak ada ronkhi dan wheezing

Jantung :

I : iktus kordis tidak terlihat

P : iktus teraba di RIC 5

Page 131: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

P : batas jantung kanan RIC II, batas jantung kiri RIC V mid

klavikula

A : irama jantung reguler

9) Pemeriksaan Abdomen

I : tampak membuncit

A : bising usus 18 kali/menit

P : ada nyeri tekan, hepar tidak teraba, abdomen teraba keras

P : redup

10) Pemeriksaan Ekstremitas

Atas : kulit teraba kering, CRT < 2 detik, turgor kembali cepat, akral

hangat, edema, terpasang IVFD Eas primer 7 tetes/menit di tangan

kanan.

Bawah : kulit teraba kering, CRT < 2 detik, akral hangat, edema.

f. Data Psikologis

1) Status Emosional : Ny. N baik, Ny. N merasa cemas dengan

penyakitnya

2) Kecemasan : Ny. N merasa cemas dengan penyakitnya dan

ingin cepat sembuh

3) Pola Koping : Cukup baik, yaitu dengan cara berdoa agar

cepat sembuh

4) Gaya Komunikasi : terarah dan jelas

5) Konsep Diri : baik, yaitu pasien menerima dan menyadari

penyakit yang dialaminya adalah cobaan dari Allah SWT

g. Data Sosial : Ny. N bekerja sebagai ibu rumah tangga. Untuk biaya

sehari-hari keluarga Ny. N berasal dari pensiunan suaminya yang bekerja

sebagai PNS. Ny. N dirawat di RSUP Dr. M. Djamil padang dengan

jaminan BPJS kelas 2.

h. Data Spiritual : Dalam keadaan sakit Ny. N tidak beribadah, Ny. N

hanya berdoa sambil tidur di atas tempat tidurnya. Ny. N selalu berdoa

agar cepat sembuh dari penyakitnya

Page 132: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

i. Data Penunjang :

Hasil pemeriksaan hematologi tanggal 14 Maret 2018 didapatkan

hemoglobin 11.0 g/dl (N: 12-16), leukosit 11.720/mm3 (N: 5.000-

10.000), trombosit 230.000/mm3 (N:150.000-400.000), hematokrit 35%

(N: 37-43), MCV 77 fL (N: 82-92), MCH 24 pg (N: 27-31), MCHC 32%

(N: 32-36), PT 13.1 detik (N:9.9-13.1), APTT 49.0 detik (N: 29.9-40.1).

Kesimpulan : leukositosis, APTT diatas nilai rujukan.

Hasil pemeriksaan kimia klinik tanggal 14 Maret 2018 didapatkan

gula darah sewaktu 202 mg/dl (N: <200), ureum darah 149 mg/dl (N:

10.0-50.0), kreatinin darah 6.4 mg/dl (N: 0.6-1.2), kalsium 7.8 mg/dl (N:

8.1-10.4), natrium 136 Mmol/L (N: 136-145), kalium 5.9 Mmol/L (N:

3.5-5.1), klorida serum 111 Mmol/L (97-111), total protein 6.1 g/dl (N:

6.6-8.7), albumin 1.9 g/dl (N: 3.8-5.0), globulin 4.2 g/dl (N: 1.3-2.7),

AGD : pH 7.343, pCO2 29.4 mmHg, pO2 94.0 mmHg, HCO3- 16.1

mmol/L, BEb -7.7 mmol/L.

Kesimpulan : ureum meningkat, kreatinin meningkat, kalsium total

rendah, kalium meningkat, total protein rendah, albumin rendah, globulin

meningkat.

Hasil pemeriksaan urin tanggal 14 Maret 2018 didapatkan warna

kuning kehijauan (N: kuning-coklat), kekeruhan positif (N: negatif), BJ

1.020 (N: 1.003-1.030), pH 7.0 (N: 4.6-8.0), lekosit 70-75/LPB (N: <5),

eritrosit 5-10/LPB (N: negatif), silinder negatif/LPK (N: negatif), Kristal

negatif/LPK (N: negatif), yeast negatif (N: negatif), bakteri positif (N:

negatif), protein positif tiga +++ (N: negatif), glukosa negatif (N:

negatif), bilirubin negatif (N: negatif), urobilinogen positif (N: positif).

Kesimpulan : leukosituria, hematuria, proteinuria, bakteriuria.

Hasil pemeriksaan urin pada tanggal 15 Maret 2018 didapatkan

warna kuning (N: kuning-coklat), kekeruhan positif (N: negatif), BJ

1.025 (N: 1.003-1.030), pH 6.5 (N: 4.6-8.0), lekosit 150-200/LPB (N:

<5), eritrosit 18-20/LPB (N: negatif), silinder negatif/LPK (N: negatif),

Kristal negatif/LPK (N: negatif), epitel gepung+/LPK (N: positif), bakteri

positif (N: negatif), protein positif tiga +++ (N: negatif), glukosa negatif

Page 133: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

(N: negatif), bilirubin negatif (N: negatif), urobilinogen positif (N:

positif)

Kesimpulan : leukosituria, hematuria, bakteriuria, proteinuria

Hasil pemeriksaan USG ginjal pada tanggal 16 Maret 2018

ditemukan bentuk/ukuran tidak normal, tepi irregular, echo dentitas

meningkat, cortek dan medulla tidak dapat didifferensiasi, piramida tidak

dapat dinilai, sistim pelviokalik tidak ada, batu, kista tidak ada. Vesika

urinaria, bentuk normal, mukosa regular, massa tidak ada.

Kesimpulan : sonogram pada kedua ginjal, menunjukkan proses akut

pada penyakit ginjal kronik.

Hasil pemeriksaan kimia klinik pada tanggal 15 maret 2018

didapatkan gula darah puasa 93 mg/dl (N: 70-125), gula darah 2 jam PP

108 mg/dl (N: <200), total kolesterol 245 mg/dl (N: <200), HDL

kolesterol 19 mg/dl (N: >66), LDL kolesterol 186 mg/dl (N: <150),

trigliserida 202 mg/dl (N: <150), asam urat 15.7 mg/dl (N: 2.4-5.7), HbA

1C reagen habis (N: 4.8 s.d 6.839 %).

Kesimpulan : dislipidemia, asam urat meningkat.

Hasil pemeriksaan hematologi tanggal 15 Maret 2018 didapatkan

LED 30 mm (N:0-15).

Kesimpulan: LED meningkat.

Hasil pemeriksaan imunologi-serologi tanggal 15 Maret 2018

didapatkan HBSAg non reaktif (N: negatif), anti HCV non reaktif (<1).

Kesimpulan : HBSAg dan anti HCV non reaktif

j. Program dan Rencana Pengobatan :

Ny. N mendapatkan diet ML 1500 kkal, IVFD easprimer 500cc/24 jam,

novarapid 3x6 unit, asam folat 1x5 mg, bicnat 3x500 mg, amlodipin 1x5

mg, candesartan 1x8 mg, ciprofloxacin 2x200 mg (IV), kalitake 3x1

sach, alupuronil 1x100 mg, IVFD NaCl 0.9% 6 jam/kolf, komp. NaCl

0.9% 3x15 menit, metilprednisolon 2x8 mg, ranitidine 2x 150 mg.

Page 134: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

2. ANALISA DATA

Data Masalah Penyebab

DS : pasien

mengatakan tidak

nafsu makan, diet

hanya habis 3-4

sendok, pasien

mengatakan jika

makan perut terasa

nyeri.

DO : pasien tampak

tidak nafsu makan,

diet yang diberikan

hanya habis 3-4

sendok, mukosa mulut

tampak pucat.

Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

ketidakmampuan

mencerna makanan

DS : Ny. S

mengatakan

minumnya dibatasi,

minum hanya ±300 cc

setiap harinya, BAK

sedikit ±250 cc setiap

harinya

DO : pasien tampak

minumnya sedikit

±300 cc setiap

harinya, BAK sedikit

±250 cc setiap

harinya, mukosa bibir

kering

Kekurangan volume

cairan

kegagalan

mekanisme regulasi

DS : Ny. N

mengatakan tidak

pernah kontrol kadar

glukosa darah, diet

yang diberikan tidak

habis, nafsu makan

berkurang, berat

badan menurun

DO : pasien tampak

tidak terkontrol cek

gula darah, pasien

juga tampak sering

mengkonsumsi

makanan dari luar

seerti kue bolu, GDS

202 mg/dl, gula darah

puasa 93 mg/dl, gula

Risiko

ketidakstabilan

kadar glukosa darah

Faktor risiko :

1. Asupan diet tidak

cukup

2. Gangguan status

kesehatan fisik

3. Manajemen

diabetes tidak

tepat

4. Pemantauan

glukosa darah

tidak adekuat

5. Penurunan berat

badan berlebihan

Page 135: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

darah 2 jam PP 108

mg/dl.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan

Ditemukan

Masalah

Dipecahkan

Masalah

Tgl Paraf Tgl Paraf

1. Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

berhubungan dengan

ketidakmampuan

mencerna makanan

16

Maret

2018

2. Kekurangan volume

cairan berhubungan

dengan kegagalan

mekanisme regulasi

16

Maret

2018

3. Risiko ketidakstabilan

kadar glukosa darah

16

Maret

2018

C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

N

O

Diagnosa

Keperawatan

Intervensi

NOC NIC

1. Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

berhubungan dengan

ketidakmampuan

mencerna makanan

Definisi :

Asupan nutrisi tidak

cukup untuk

memenuhi kebutuhan

metabolik

Batasan

karakteristik :

a. Bising usus

Status nutrisi :

asupan makanan

dan cairan

a. Asupan

makanan secara

oral

b. Asupan cairan

secara oral

c. Asupan cairan

intravena

Manajemen nutrisi

a. Identifikasi adanya

alergi atau

intoleransi makanan

yang dimiliki pasien

b. Tentukan jumlah

kalori dan jenis

nutrisi yang

dibutuhkan untuk

memenuhi

persyaratan gizi

c. Ciptakan lingkungan

yang optimal pada

saat mengkonsumsi

makan

d. Bantu pasien

Page 136: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

hiperaktif

b. Ketidakmampuan

memakan

makanan

c. Kram abdomen

d. Membran mukosa

pucat

e. Nyeri abdomen

Faktor yang

berhubungan :

a. Ketidakmampuan

makan

b. Ketidakmampuan

mencerna

makanan

c. Ketidakmampuan

mengabsorpsi

nutrien

d. Kurang asupan

makanan

membuka kemasan

makanan, memotong

makanan dan makan,

jika diperlukan

e. Anjurkan pasien

terkait dengan

kebutuhan diet untuk

kondisi sakit (yaitu:

untuk pasien dengan

penyakit ginjal,

pembatasan natrium,

kalium, protein, dan

cairan)

f. Monitor kalori dan

asupan makanan

g. Monitor

kecenderungan

terjadinya penurunan

dan kenaikan berat

badan

Monitor nutrisi

a. Timbang berat badan

pasien

b. Lakukan pengukuran

antropometrikpada

komposisi tubuh

c. Identifikasi

perubahan berat

badan terakhir

d. Monitor turgor kulit

dan mobilitas

e. Identifikasi

abnormalitas kulit

f. Monitor adanya

mual muntah

g. Monitor diet dan

asupan kalori

h. Identifikasi

perubahan nafsu

makan dan aktifitas

akhir-akhir ini

i. Monitor adanya

(warna) pucat, kemerahan dan

jaringan konjungtiva

yang kering

Page 137: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

2. Kekurangan volume

cairan berhubungan

dengan kegagalan

mekanisme regulasi

Defenisi :

Penurunan cairan

intravaskular,

interstisial, dan/atau

intraselular. Ini

mengacu pada

dehidrasi, kehilangan

cairan saja tanpa

perubahan kadar

natrium.

Batasan

Karakteristik :

a. Haus

b. Kelemahan

c. Kulit kering

d. Membran mukosa

kering

e. Penurunan berat

badan tiba-tiba

f. Penurunan

haluaran urin

Faktor yang

berhubungan :

a. Kegagalan

mekanisme

regulasi

b. Kehilangan cairan

aktif

Keseimbangan

cairan

a. Keseimbangan

intake dan

output dalam

24 jam

b. Berat badan

stabil

c. Turgor kulit

baik

d. Kelembaban

membran

mukosa

e. Asites

f. Kehausan

g. Kram otot

h. Pusing

Manajemen cairan

a. Timbang berat badan

setiap hari dan

monitor status pasien

b. Jaga intake/ asupan

yang akurat dan catat

output pasien

c. Monitor status

hidrasi

d. Monitot tanda-tanda

vital

e. Berikan cairan

dengan tepat

f. Tingkatkan asupan

oral

g. Distribusi asupan

cairan selama 24 jam

h. Dukung pasien dan

keluarga untuk

membantu dalam

pemberian makan

dengan baik

Monitor cairan

a. Tentukan jumlah dan

jenis intake/asupan

cairan serta

kebiasaan eliminasi

b. Tentukan faktor-

faktor risiko yang

mungkin

menyebabkan

ketidakseimbangan

cairan

c. Tentukan apakah

pasien mengalami

kehausan atau gejala

perubahan cairan

d. Monitor berat badan

e. Monitor asupan dan

pengeluaran

f. Monitor membran

mukosa, turgor kulit,

dan respon haus g. Monitor warna,

kuantitas dan berat

jenis urin

h. Monitor tanda dan

gejala asites

Page 138: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

l. Batasi dan

alokasikan asupan

cairan

3. Risiko

ketidakstabilan

kadar glukosa darah

Faktor risiko :

1. Asupan diet tidak

cukup

2. Gangguan status

kesehatan fisik

3. Kurang kepatuhan

pada rencana

manajemen

diabetes

4. Manajemen

diabetes tidak

tepat

5. Pemantauan

glukosa darah

tidak adekuat

6. Penambahan berat

badan berlebihan

7. Penurunan berat

badan berlebihan

8. Stress berlebihan

Kadar glukosa

darah

a. Glukosa darah

dalam rentang

normal

b. Urin glukosa

normal

Status nutrisi :

asupan makanan

dan cairan

a. Asupan

makanan

b. Asupan cairan

Manajemen

hiperglikemia

a. Monitor kadar

glukosa darah, sesuai

indikasi

b. Monitor tanda dan

gejala hiperglikemia :

poliuria, polidipsi,

polifagi, kelemahan,

letargi, malaise,

pandangan kabur,

atau sakit kepala

c. Berikan insulin sesuai

resep

d. Dorong asupan cairan

oral

e. Monitor status cairan

(termasuk intake dan

output), sesuai

kebutuhan

f. Berikan cairan IV,

sesuai kebutuhan

g. Identifikasi

kemungkinan

penyebab

hiperglikemia

h. Antisipasi situasi

dimana akan nada

kebutuhan

peningkatan insulin

(misalnya, penyakit

penyerta)

i. Instruksikan pasien

dan keluarga

mengenai

pencegahan,

pengenalan tanda-

tanda hiperglikemia

dan manajemen

hiperglikemia

j. Dorong pemantauan

sendiri kadar glukosa

darah

Page 139: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

Manajemen

hipoglikemia

a. Identifikasi pasien

yang berisiko

mengalami

hipoglikemia

b. Kenali tanda dan

gejala hipoglikemia

c. Monitor kadar

glukosa darah sesuai

dengan indikasi

d. Monitor tanda dan

gejala hipoglikemia

e. Berikan glukosa

secara intravena,

sesuai indikasi

f. Kaji ulang kejadian

sebelum terjadinya

hipoglikemia untuk

mengetahui

penyebab

g. Instruksikan pasien

untuk selalu patuh

terhadap dietnya,

terapi insulinnya,

dan melakukan

olahraga

h. Dorong pasien untuk

selalu memonitor

kadar glukosa

darahnya

D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Tang

gal

Diagnosa

Keperawatan

Tindakan

Keperawatan

Evaluasi

Keperawatan Paraf

16

maret

2018

Ketidakseim

bangan

nutrisi

kurang dari

kebutuhan

tubuh

berhubungan

dengan

ketidakmam

puan

a. Mengidentifikasi

adanya alergi

yang dimiliki

pasien

b. Berkolaborasi

dengan ahli gizi

jumlah kalori dan

jenis nutrisi yang

dibutuhkan

c. Memonitor

Pukul 18.30 WIB

S : pasien

mengatakan tidak

nafsu makan,

pasien mengatakan

diet yang diberikan

hanya habis 3-4

sendok makan,tidak

ada alergi makanan

O : pasien tampak

Page 140: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

mencerna

makanan

apakah diet yang

didapatkan

habis/tidak oleh

pasien

d. Membantu pasien

makan

e. Melakukan

pengukuran

antropometrik

pada komposisi

tubuh

f. Mengidentifikasi

perubahan berat

badan terakhir

g. Memonitor turgor

kulit

j. Memonitor

adanya mual

muntah

k. Mengidentifikasi

perubahan nafsu

makan

l. Memonitor

adanya (warna)

pucat, kemerahan

dan jaringan

konjungtiva yang

kering

diet yang diberikan

tidak habis, hanya

habis 3-4 sendok

makan, pasien

tampak lemah dan

lesu, membran

mukosa tampak

pucat dan kering,

LILA 31 cm,

lingkar perut 106

cm, IMT 24 kg/m2,

TB/BB 158 cm/60

kg, Hb 11.0 g/dl,

leukosit

11.720/mm3,

trombosit

230.000/mm3, Ht

35%, total protein

6.1 g/dl, albumin

1.9 g/dl, globulin

4.2 g/dl, GDS 202

mg/dl, diet ML DD

1500 kkal

A : masalah belum

teratasi

- Asupan

makanan

secara oral

- Asupan cairan

secara oral

P : intervensi

dilanjutkan

Kekurangan

volume

cairan

berhubungan

dengan

kegagalan

mekanisme

regulasi

a. Memonitor

intake/asupan

yang akurat dan

catat output

pasien

b. Memonitor

tanda-tanda vital

c. Memberikan

cairan dengan

tepat

d. Mendukung

pasien dan

keluarga untuk

membantu dalam

pemberian

makan dengan

Pukul 18.30 WIB

S : pasien

mengatakan

minumnya dibatasi,

minum hanya ±300

cc setiap harinya,

BAK sedikit ±200

cc setiap harinya

O : pasien tampak

lemah, lesu dan

letih, pasien tampak

minumnya sedikit

±300 cc setiap

harinya, BAK

sedikit ±150 cc

setiap harinya,

Page 141: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

baik

e. Menentukan

faktor-faktor

risiko yang

mungkin

menyebabkan

ketidakseimbang

an cairan

f. Menentukan

apakah pasien

mengalami

kehausan atau

gejala perubahan

cairan

g. Memonitor

asupan dan

pengeluaran

h. Memonitor

membran

mukosa, turgor

kulit, dan respon

haus

i. Memonitor

warna, kuantitas

dan berat jenis

urin

membran mukosa

pucat, BAK warna

kuning kecoklatan,

ureum darah 149

mg/dl, kreatinin

darah 6.4 mg/dl,

albumin 1.9 g/dl

A : masalah belum

teratasi

- Keseimbanga

n intake dan

output dalam

24 jam

- Berat badan

stabil

- Kelembaban

membran

mukosa

P : intervensi

dilanjutkan

Risiko

ketidakstabil

an kadar

glukosa

darah

a. Memonitor kadar

glukosa darah

b. Memonitor tanda

dan gejala

hiperglikemia :

poliuria, polidipsi,

polifagi,

kelemahan,

letargi, malaise,

pandangan kabur,

atau sakit kepala

c. Memberikan

insulin sesuai

resep

d. Mengantisipasi

situasi dimana

akan ada

kebutuhan

peningkatan

insulin (misalnya,

penyakit

penyerta)

Pukul 18.30 WIB

S : pasien

mengatakan tidak

pernah kontrol

teratur gula darah

sebelumnya, pasien

mengatakan sering

haus, dan lapar,

BAK sedikit, badan

terasa lemah,

pandangan kabur.

O : pasien tampak

lemah, GDS 202

mg/dl, GD puasa 93

mg/dl, pasien

tampak gelisah

A : masalah belum

teratasi

- Glukosa darah

dalam belum

normal

- Asupan

Page 142: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

e. Menginstruksikan

pasien dan

keluarga

mengenai

pencegahan,

pengenalan tanda-

tanda

hiperglikemi dan

manajemen

hiperglikemia

makanan

belum adekuat

- Asupan cairan

belum adekuat

P : intervensi

dilanjutkan

17

maret

2018

Ketidakseim

bangan

nutrisi

kurang dari

kebutuhan

tubuh

berhubungan

dengan

ketidakmam

puan

mencerna

makanan

a. Memonitor

apakah diet yang

didapatkan

habis/tidak oleh

pasien

b. Membantu

pasien makan

c. Memonitor

turgor kulit

d. Memonitor

adanya mual

muntah

e. Mengidentifikasi

perubahan nafsu

makan

a. Memonitor

adanya (warna)

pucat, kemerahan

dan jaringan

konjungtiva yang

kering

Pukul 15.30 WIB

S : pasien

mengatakan tidak

nafsu makan,

pasien mengatakan

diet yang diberikan

hanya habis 6-7

sendok makan

O : pasien tampak

diet yang diberikan

tidak habis, hanya

habis 6-7 sendok

makan, pasien

tampak lemah dan

lesu, membran

mukosa tampak

pucat, konjungtiva

anemis

A : masalah belum

teratasi

- Asupan

makanan

secara oral

- Asupan cairan

secara oral

P : intervensi

dilanjutkan

Kekurangan

volume

cairan

berhubungan

dengan

kegagalan

mekanisme

regulasi

a. Memonitor

intake/asupan

yang akurat dan

catat output

pasien

b. Memonitor tanda-tanda vital

c. Mendukung

pasien dan

keluarga untuk

membantu dalam

Pukul 15.30 WIB

S : pasien

mengatakan

minumnya dibatasi,

minum hanya ±250

cc setiap harinya, BAK sedikit ±250

cc setiap harinya

O : pasien tampak

lemah, lesu dan

letih, pasien tampak

Page 143: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

pemberian makan

dengan baik

d. Memonitor

asupan dan

pengeluaran

e. Memonitor

membran mukosa,

turgor kulit, dan

respon haus

f. Memonitor

warna, kuantitas

dan berat jenis

urin

minumnya sedikit

±250 cc setiap

harinya, BAK

sedikit ±250 cc

setiap harinya,

membran mukosa

pucat, BAK warna

kuning kecoklatan,

A : masalah belum

teratasi

- Keseimbangan

intake dan

output dalam

24 jam

- Berat badan

stabil

- Kelembaban

membran

mukosa

P : intervensi

dilanjutkan

Risiko

ketidakstabil

an kadar

glukosa

darah

a. Memonitor kadar

glukosa darah

b. Memonitor tanda

dan gejala

hiperglikemia :

poliuria, polidipsi,

polifagi,

kelemahan,

letargi, malaise,

pandangan kabur,

atau sakit kepala

c. Menginstruksikan

pasien dan

keluarga

mengenai

pencegahan,

pengenalan tanda-

tanda

hiperglikemi dan

manajemen

hiperglikemia

Pukul 15.30 WIB

S : pasien

mengatakan tidak

nafsu makan,

pasien mengatakan

sering haus, dan

lapar, pasien

mengatakan sudah

makan kue bolu 1

potong, BAK

sedikit, badan

terasa lemah,

pandangan kabur.

O : pasien tampak

lemah, pasien

tampak gelisah,

pasien tampak tidak

menghabiskan

dietnya, tetapi

pasien tampak

makan kue bolu dan

habis 1 potong

A : masalah belum

teratasi

- Glukosa darah

dalam belum

normal

Page 144: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

- Asupan

makanan

belum adekuat

- Asupan cairan

belum adekuat

P : intervensi

dilanjutkan

18

maret

2018

Ketidakseim

bangan

nutrisi

kurang dari

kebutuhan

tubuh

berhubungan

dengan

ketidakmam

puan

mencerna

makanan

a. Menciptakan

lingkungan yang

optimal pada saat

mengkonsumsi

makan

b. Memonitor

apakah diet yang

didapatkan

dihabiskan oleh

pasien

c. Memonitor

turgor kulit

d. Memonitor

adanya mual

muntah

e. Mengidentifikasi

perubahan nafsu

makan

f. Memonitor

adanya (warna)

pucat, kemerahan

dan jaringan

konjungtiva yang

kering

Pukul 15.30 WIB

S : pasien

mengatakan masih

tidak nafsu makan,

pasien mengatakan

diet yang diberikan

hanya ½ porsi

O : pasien tampak

diet yang diberikan

tidak habis, hanya

habis ½ porsi,

pasien tampak lesu,

membran mukosa

tampak pucat, GDS

180 mg/dl

A : masalah belum

teratasi

- Asupan

makanan

secara oral

- Asupan cairan

secara oral

P : intervensi

dilanjutkan

Kekurangan

volume

cairan

berhubungan

dengan

kegagalan

mekanisme

regulasi

a. Memonitor

intake/asupan

yang akurat dan

catat output

pasien

b. Memonitor tanda-

tanda vital

c. Memberikan

cairan dengan

tepat

d. Mendukung pasien dan

keluarga untuk

membantu dalam

pemberian makan

dengan baik

Pukul 15.30 WIB

S : pasien

mengatakan

minumnya dibatasi,

minum hanya ±200

cc setiap harinya,

BAK sedikit ±250

cc setiap harinya

O : pasien tampak

lemah, lesu dan

letih, pasien tampak minumnya sedikit

±200 cc setiap

harinya, BAK

sedikit ±250 cc

setiap harinya,

Page 145: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

e. Menentukan

apakah pasien

mengalami

kehausan atau

gejala perubahan

cairan

f. Memonitor

asupan dan

pengeluaran

g. Memonitor

membran mukosa,

turgor kulit, dan

respon haus

h. Memonitor

warna, kuantitas

dan berat jenis

urin

membran mukosa

pucat, BAK warna

kuning kecoklatan

A : masalah belum

teratasi

- Keseimbangan

intake dan

output dalam

24 jam

- Berat badan

stabil

- Kelembaban

membran

mukosa

P : intervensi

dilanjutkan

Risiko

ketidakstabil

an kadar

glukosa

darah

a. Memonitor kadar

glukosa darah

b. Memonitor tanda

dan gejala

hiperglikemia

:poliuria,

polidipsi, polifagi,

kelemahan,

letargi, malaise,

pandangan kabur,

atau sakit kepala

c. Menginstruksikan

pasien dan

keluarga

mengenai

pencegahan,

pengenalan tanda-

tanda

hiperglikemi dan

manajemen

hiperglikemia

Pukul 15.30 WIB

S : pasien

mengatakan pasien

mengatakan sering

haus, dan lapar

tetapi minum

dibatasi dan tidak

nafsu makan, BAK

sedikit, badan

terasa lemah,

pandangan kabur.

O : pasien tampak

lemah dan mukosa

mulut kering,

pasien tampak

gelisah, pasien

tampak tidak

diperiksa kadar

glukosa darahnya

A : masalah belum

teratasi

- Glukosa darah

dalam belum

normal

- Asupan

makanan

belum adekuat

- Asupan cairan

belum adekuat

P : intervensi

dilanjutkan

Page 146: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

19

maret

2018

Ketidakseim

bangan

nutrisi

kurang dari

kebutuhan

tubuh

berhubungan

dengan

ketidakmam

puan

mencerna

makanan

a. Menciptakan

lingkungan yang

optimal pada saat

mengkonsumsi

makan

b. Memonitor

apakah diet yang

didapatkan

dihabiskan oleh

pasien

c. Memonitor

turgor kulit

d. Memonitor

adanya mual

muntah

e. Mengidentifikasi

perubahan nafsu

makan

f. Memonitor

adanya (warna)

pucat, kemerahan

dan jaringan

konjungtiva yang

kering

Pukul 15.30 WIB

S : pasien

mengatakan masih

tidak nafsu makan,

pasien mengatakan

diet yang diberikan

hanya habis ½ porsi

O : pasien tampak

diet yang diberikan

tidak habis, hanya

habis ½ porsi,

pasien tampak

lemah, membran

mukosa tampak

pucat, pasien

tampak mual

A : masalah belum

teratasi

- Asupan

makanan

secara oral

- Asupan cairan

secara oral

P : intervensi

dilanjutkan

Kekurangan

volume

cairan

berhubungan

dengan

kegagalan

mekanisme

regulasi

a. Memonitor

intake/asupan

yang akurat dan

catat output

pasien

b. Memonitor tanda-

tanda vital

c. Memberikan

cairan dengan

tepat

d. Mendukung

pasien dan

keluarga untuk

membantu dalam

pemberian makan

dengan baik

e. Memonitor

asupan dan

pengeluaran

f. Memonitor

membran mukosa,

turgor kulit, dan

respon haus

Pukul 15.30 WIB

S : pasien

mengatakan

minumnya dibatasi,

minum hanya ±300

cc setiap harinya,

BAK sedikit ±250

cc setiap harinya

O : pasien tampak

lemah, lesu dan

letih, pasien tampak

minumnya sedikit

±300 cc setiap

harinya, BAK

sedikit ±250 cc

setiap harinya,

membran mukosa

pucat, BAK warna

kuning kecoklatan

A : masalah belum

teratasi

- Keseimbanga

n intake dan

Page 147: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

g. Memonitor

warna, kuantitas

dan berat jenis

urin

output dalam

24 jam

- Berat badan

stabil

- Kelembaban

membran

mukosa

P : intervensi

dilanjutkan

Risiko

ketidakstabil

an kadar

glukosa

darah

a. Memonitor kadar

glukosa darah

b. Memonitor tanda

dan gejala

hiperglikemia

:poliuria,

polidipsi, polifagi,

kelemahan,

letargi, malaise,

pandangan kabur,

atau sakit kepala

c. Mengantisipasi

situasi dimana

akan ada

kebutuhan

peningkatan

insulin (misalnya,

penyakit

penyerta)

d. Menginstruksikan

pasien dan

keluarga

mengenai

pencegahan,

pengenalan tanda-

tanda

hiperglikemi dan

manajemen

hiperglikemia

Pukul 15.30 WIB

S : pasien

mengatakan tidak

nafsu makan dan

minum sedikit,

BAK sedikit, badan

terasa lemah,

pandangan kabur,

sakit kepala.

O : pasien tampak

lemah dan tidak

bersemangat, pasien

tampak sering

memegangi

kepalanya, minum

pasien hanya 300

cc/ hari, BAK 250

cc/hari, pasien

tampak tidak

dilakukan

pemeriksaan kadar

glukosa darahnya

A : masalah belum

teratasi

- Asupan

makanan

belum adekuat

- Asupan cairan

belum adekuat

P : intervensi

dilanjutkan

20

maret

2018

Ketidakseim

bangan

nutrisi

kurang dari

kebutuhan

tubuh

berhubungan

a. Menciptakan

lingkungan yang optimal pada saat

mengkonsumsi

makan

b. Memonitor

apakah diet yang

Pukul 15.30 WIB

S : pasien mengatakan masih

tidak nafsu makan,

pasien mengatakan

diet yang diberikan

hanya habis 5-6

Page 148: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

dengan

ketidakmam

puan

mencerna

makanan

didapatkan

dihabiskan oleh

pasien

c. Memonitor

turgor kulit

d. Memonitor

adanya mual

muntah

a. Memonitor

adanya (warna)

pucat, kemerahan

dan jaringan

konjungtiva yang

kering

sendok makan

O : pasien tampak

diet yang diberikan

tidak habis, hanya

habis 5-6 sendok

makan, pasien

tampak lemah dan

lesu, membran

mukosa tampak

pucat

A : masalah belum

teratasi

- Asupan

makanan

secara oral

- Asupan cairan

secara oral

P : intervensi

dihentikan dengan

rencana tindak

lanjut, pasien

pulang paksa

Kekurangan

volume

cairan

berhubungan

dengan

kegagalan

mekanisme

regulasi

a. Memonitor

intake/asupan

yang akurat dan

catat output

pasien

b. Memonitor

tanda-tanda vital

c. Memberikan

cairan dengan

tepat

d. Mendukung

pasien dan

keluarga untuk

membantu dalam

pemberian

makan dengan

baik

e. Memonitor

membran

mukosa, turgor

kulit, dan respon

haus

f. Memonitor

warna, kuantitas

dan berat jenis

urin

Pukul 15.30 WIB

S : pasien

mengatakan

minumnya dibatasi,

minum hanya ±300

cc setiap harinya,

BAK sedikit ±250

cc setiap harinya

O : pasien tampak

lemah, lesu dan

letih, pasien tampak

minumnya sedikit

±300 cc setiap

harinya, BAK

sedikit ±250 cc

setiap harinya,

membran mukosa

pucat, BAK warna

kuning kecoklatan

A : masalah belum

teratasi

- Keseimbanga

n intake dan

output dalam

24 jam

- Berat badan

Page 149: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

stabil

- Kelembaban

membran

mukosa

P : intervensi

dihentikan

Risiko

ketidakstabil

an kadar

glukosa

darah

a. Memonitor tanda

dan gejala

hiperglikemia

:poliuria,

polidipsi, polifagi,

kelemahan,

letargi, malaise,

pandangan kabur,

atau sakit kepala

b. Mengantisipasi

situasi dimana

akan ada

kebutuhan

peningkatan

insulin (misalnya,

penyakit

penyerta)

Pukul 15.30 WIB

S : pasien

mengatakan tidak

nafsu makan dan

minum sedikit,

minum dibatasi,

BAK sedikit, badan

terasa lemah,

pandangan kabur,

sakit kepala.

O : pasien tampak

lemah dan tidak

bersemangat, pasien

tampak sering

memegangi

kepalanya, pasien

tampak tidak ada

diperiksa kadar

glukosa darahnya

A : masalah belum

teratasi

- Asupan

makanan

belum adekuat

- Asupan cairan

belum adekuat

P : intervensi

dihentikan

Page 150: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

FORMAT PENGKAJIAN

ASUHAN KEPERAWATAN DASAR

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

1. PENGUMPULAN DATA

a. Identifikasi Klien

1) Nama : Ny. S

2) Tanggal Lahir : 6 Mei 1959

3) Jenis Kelamin : Perempuan

4) Status Kawin : Kawin

5) Agama : Islam

6) Pendidikan : SMU

7) Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

8) Alamat : Pauh, Padang

9) Diagnosa Medis : Diabetes Melitus Tipe II + CKD stage V

10) No. MR : 86.51.21

b. Identifikasi Penanggung Jawab

1) Nama : Ny. Y

2) Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

3) Alamat : Pauh, Padang

4) Hubungan : Adik

c. Riwayat Kesehatan

1) Riwayat Kesehatan Sekarang

a) Keluhan Utama : Ny. S datang ke IGD RSUP Dr. M.

Djamil Padang pada tanggal 16 Maret 2018 pukul 09.14 WIB

dengan keluhan terasa lemah dan letih meningkat sejak 3 hari

sebelum masuk rumah sakit, buang air kecil sedikit.

b) Keluhan Saat Dikaji : Saat dilakukan pengkajian pada

tanggal 17 Maret 2018 sekitar pukul 11.00 WIB, Ny. S mengeluh

terasa lemah dan letih, tidak nafsu makan, berat badan menurun.

Page 151: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

2) Riwayat Kesehatan Dahulu : Ny. S memiliki riwayat DM sejak 4

tahun yang lalu tetapi tidak pernah kontrol, riwayat hipertensi sejak 3

tahun yang lalu, dan diketahui CKD stage 5 sejak 3 tahun yang lalu

dan mulai cuci darah sejak 3 tahun yang lalu

3) Riwayat Kesehatan Keluarga : Ayah kandung dari Ny. S mempunyai

riwayat penyakit DM tipe II yang sama dengan Ny. S

d. Pola Aktivitas sehari-hari (ADL)

1) Pola Nutrisi

Sehat : Selama sehat Ny. N makan 3 kali sehari dengan nasi, lauk

pauk, dan jarang makan buah dan sayur. Minum selama sehat ±1300

cc setiap harinya.

Sakit : Selama sakit nafsu makan Ny. S menurun, diet ML DD 1700

kkal yang diberikan tidak pernah habis, minum ±250 cc setiap

harinya

2) Pola Eliminasi

Sehat : Selama sehat Ny. S BAB ± 1 kali sehari dengan konsistensi

lembek, Ny. N mengatakan BAK ± 4-5 kali sehari. Ny. S

mengatakan bisa BAB dan BAK ke wc sendiri.

Sakit : Selama sakit Ny. S BAB ± 1 kali sehari dengan konsistensi

lembek, BAK ± 200 cc setiap harinya.

3) Pola Tidur dan Istirahat

Sehat : Selama sehat Ny. S tidur siang ± 1 jam sehari, tidur malam 6-

7 jam sehari. Ny. S mengatakan tidurnya nyenyak.

Sakit : Selama sakit Ny. S tidur siang ± 1 jam sehari, tidur malam ±

6-7 jam sehari. Ny. S mengatakan tidurnya nyenyak.

4) Pola Aktivitas dan Latihan

Sehat : Selama sehat Ny. S bisa beraktivitas sendiri. Ny. S

mengatakan jarang berolahraga.

Sakit : Selama sakit Ny. S bisa beraktivitas sendiri.

Page 152: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

e. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan Umum

- TB/BB : 150 cm/35 kg

- Kesadaran : Composmentis (E4M6V5)

- Tanda-tanda vital : TD 160/80 mmHg, HR 87 x/i, RR 21 x/i,

Suhu 36.5 0C

a) Pemeriksaan Kepala dan Muka : tidak ada benjolan, rambut tidak

rontok, rambut kering, wajah tampak pucat.

b) Pemeriksaan Mata : simetris kiri dan kanan, konjungtiva anemis,

sklera tidak ikterik, penglihatan baik, reflek pupil baik.

c) Pemeriksaan Telinga : simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen,

pendengaran baik.

d) Pemeriksaan Hidung : simetris, tidak ada pernapasan cuping

hidung, penciuman baik bisa membedakan bau.

e) Pemeriksaan Mulut : simetris, mukosa bibir kering dan pucat.

f) Pemeriksaan Leher : tidak ada pembengkakan kelenjer getah

bening.

g) Pemeriksaan Thorak

Paru-paru :

I : simetris kiri dan kanan

P : fremitus kiri dan kanan

P : sonor

A : vesikuler, tidak ada ronkhi, tidak ada wheezing

Jantung :

I : iktus kordis tidak terlihat

P : iktus teraba di RIC 5

P : batas jantung kanan RIC II, batas jantung kiri RIC V mid

klavikula

A : irama jantung reguler

h) Pemeriksaan Abdomen

I : simetris

A : bising usus 14 kali/menit

Page 153: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

P : tidak ada nyeri tekan, hepar tidak teraba,

P : timpani

i) Pemeriksaan Ekstremitas

Atas : kulit teraba kering, CRT > 2 detik, turgor kembali sedikit

lambat, akral dingin, edema, terpasang IVFD Eas primer 7

tetes/menit di tangan kanan.

Bawah : kulit teraba kering, CRT > 2 detik, akral dingin, edema.

f) Data Psikologis

1) Status Emosional : Ny. S baik, Ny. S merasa cemas dengan

penyakitnya

2) Kecemasan : Ny. S merasa cemas dengan penyakitnya dan

ingin cepat sembuh

3) Pola Koping : cukup baik, yaitu dengan cara berdoa agar

cepat sembuh

4) Gaya Komunikasi : terarah dan jelas

5) Konsep Diri : baik, yaitu pasien menerima dan menyadari

penyakit yang dialaminya adalah cobaan dari Allah SWT

g) Data Sosial : Ny. S bekerja sebagai ibu rumah tangga, untuk

kebutuhan sehari-hari didapatkan dari penghasilan suaminya yang

bekerja sebagai swasta. Ny. S dirawat di RSUP Dr. M. Djamil Padang

dengan jaminan kelas 2.

h) Data Spiritual : Dalam keadaan sakit Ny. S masih taat beribadah,

pasien beribadah diatas tempat tidurnya dan berdoa agar cepat sembuh

dari penyakitnya

i) Data Penunjang

Hasil pemeriksaan hematologi tanggal 14 Maret 2018 didapatkan

hemoglobin 6.3 g/dl (N: 12-16), leukosit 4240/mm3 (N: 5000-10.000),

trombosit 148.000/mm3 (150.000-400.000), hematokrit 21% (N: 37-43),

Page 154: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

basofil 0% (N: 0-1.0), eosinofil 2% (N: 1.0-3.0), N. Batang 3% (N: 2.0-

6.0), N. Segmen 72% (50-70), limfosit 15% (N: 20-40), monosit 7% (N:

2.0-8.0), sel patologis metamielosit=1.

Kesimpulan : anemia berat, leukopenia, trombositopenia.

Hasil pemeriksaan kimia klinik tanggal 17 Maret 2018 didapatkan

gula darah sewaktu 136 mg/dl (N: <200), ureum darah 80 mg/dl (N:

10.0-50.0), kreatinin 6.6 mg/dl (N: 0.6-1.2), kalsium 9.8 mg/dl (N: 8.1-

10.4), natrium 141 Mmol/L (N: 136-145), kalium 4.8 Mmol/L (N: 3.5-

5.1), klorida serum 105 Mmol/L (N: 97-111), total protein 7.6 g/dl (N:

6.6-8.7), albumin 4.2 g/dl (N: 3.8-5.0), globulin 3.4 g/dl (1.3-2.7),

AGD : pH 7.45, pCO2 41 mmHg, pO2 61 mmHg, HCO3- 28.5 mmol/L,

BEb 4.1 mmol/L.

Kesimpulan : ureum meningkat, kreatinin meningkat, globulin

meningkat.

Hasil pemeriksaan hematologi tanggal 17 Maret 2018 didapatkan

hemoglobin 6.4 g/dl (N: 12-16), leukosit 3.450/mm3 (N: 5.000-10.000),

trombosit 141.000/mm3 150.000-400.000), hematokrit 22% (N: 37-43).

Kesimpulan : anemia berat, leukopenia, trombositopenia.

j) Program dan Rencana Pengobatan :

Ny. S mendapatkan diet ML 1700 kkal, IVFD easprimer 500cc/24 jam,

amlodipine 1x10 mg, candesartan 1x16 mg, asam folat 1x5 mg, bicnat

3x500 mg, CPG 1x75 mg, lansoprazole 1x30 mg, sukralfat 3x2 cth,

transfusi PRC 2 unit.

2. ANALISA DATA

Data Masalah Penyebab

DS : Ny. S

mengatakan tidak

nafsu makan, diet

hanya habis ½ porsi,

Ny. S mengatakan

terasa lemah dan letih

DO : pasien tampak

Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

ketidakmampuan

mencerna makanan

Page 155: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

tidak nafsu makan,

diet yang diberikan

hanya habis ½ porsi,

mukosa mulut tampak

pucat.

DS : Ny. S

mengatakan

minumnya dibatasi,

minum hanya ±300 cc

setiap harinya, BAK

sedikit ±250 cc setiap

harinya

DO : pasien tampak

minumnya sedikit

±300 cc setiap

harinya, BAK sedikit

±250 cc setiap

harinya, mukosa bibir

kering

Kekurangan volume

cairan

kegagalan

mekanisme regulasi

DS : Ny. S

mengatakan badannya

terasa lemah dan letih

DO : pasien tampak

pucat, CRT > 2 detik,

akral dingin, edema di

kaki dan tangan,

turgor kulit kembali

sedikit lambat, kulit

kering, suhu 36.50C,

Hb 6.4 g/dl, leukosit

3.450/mm3, trombosit

141.000/mm3,

hematokrit 22%.

Ketidakefektifan

perfusi jaringan

perifer

kurang pengetahuan

tentang proses

penyakit

Page 156: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan

Ditemukan

Masalah

Dipecahkan

Masalah

Tgl Paraf Tgl Paraf

1. Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

berhubungan dengan

ketidakmampuan

mencerna makanan

17

maret

2018

2. Kekurangan volume

cairan berhubungan

dengan kegagalan

mekanisme regulasi

17

maret

2018

3. Ketidakefektifan perfusi

jaringan perifer

berhubungan dengan

kurang pengetahuan

tentang proses penyakit

17

maret

2018

4. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

N

O

Diagnosa

Keperawatan

Intervensi

NOC NIC

1. Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

berhubungan dengan

ketidakmampuan

mencerna makanan

Definisi :Asupan

nutrisi tidak cukup

untuk memenuhi

kebutuhan metabolik

Batasan

karakteristik :

a. Bising usus

hiperaktif

Status nutrisi :

asupan makanan dan

cairan

a. Asupan makanan

secara oral

b. Asupan cairan

secara oral

c. Asupan cairan

intravena

Manajemen nutrisi

a. Identifikasi

adanya alergi

atau intoleransi

makanan yang

dimiliki pasien

b. Tentukan

jumlah kalori

dan jenis nutrisi

yang

dibutuhkan

untuk

memenuhi

persyaratan gizi

c. Ciptakan

lingkungan

yang optimal

Page 157: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

b. Ketidakmampuan

memakan

makanan

c. Membran mukosa

pucat

d. Nyeri abdomen

Faktor yang

berhubungan :

a. Ketidakmampuan

makan

b. Ketidakmampuan

mencerna

makanan

c. Ketidakmampuan

mengabsorpsi

nutrien

d. Kurang asupan

makanan

pada saat

mengkonsumsi

makan

d. Bantu pasien

membuka

kemasan

makanan,

memotong

makanan dan

makan, jika

diperlukan

e. Anjurkan pasien

terkait dengan

kebutuhan diet

untuk kondisi

sakit (yaitu:

untuk pasien

dengan penyakit

ginjal,

pembatasan

natrium, kalium,

protein, dan

cairan)

f. Monitor kalori

dan asupan

makanan

g. Monitor

kecenderungan

terjadinya

penurunan dan

kenaikan berat

badan

Monitor nutrisi

a. Timbang berat

badan pasien

b. Lakukan

pengukuran

antropometrik

pada komposisi

tubuh

c. Identifikasi

perubahan berat

badan terakhir d. Monitor turgor

kulit dan

mobilitas

e. Identifikasi

Page 158: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

abnormalitas

kulit

f. Monitor adanya

mual muntah

g. Monitor diet

dan asupan

kalori

h. Identifikasi

perubahan nafsu

makan dan

aktifitas akhir-

akhir ini

i. Monitor adanya

(warna) pucat,

kemerahan dan

jaringan

konjungtiva

yang kering

2. Kekurangan volume

cairan berhubungan

dengan kegagalan

mekanisme regulasi

Defenisi :

Penurunan cairan

intravascular,

interstisial, dan/atau

intraselular. Ini

mengacu pada

dehidrasi, kehilangan

cairan saja tanpa

perubahan kadar

natrium.

Batasan

Karakteristik :

a. Haus

b. Kelemahan

c. Kulit kering

d. Membran mukosa

kering

e. Penurunan berat

badan tiba-tiba

f. Penurunan

haluaran urin

Keseimbangan

cairan

a. Keseimbangan

intake dan output

dalam 24 jam

b. Berat badan stabil

c. Turgor kulit baik

d. Kelembaban

membran mukosa

e. Asites

f. Kehausan

g. Kram otot

h. Pusing

Manajemen cairan

a. Timbang berat

badan setiap hari

dan monitor

status pasien

b. Jaga intake/

asupan yang

akurat dan catat

output pasien

c. Monitor status

hidrasi

d. Monitot tanda-

tanda vital

e. Berikan cairan

dengan tepat

f. Tingkatkan

asupan oral

g. Distribusi asupan

cairan selama 24

jam

h. Dukung pasien

dan keluarga

untuk membantu

dalam pemberian

makan dengan

baik

Page 159: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

Faktor yang

berhubungan :

a. Kegagalan

mekanisme

regulasi

b. Kehilangan cairan

aktif

Monitor cairan

a. Tentukan jumlah

dan jenis

intake/asupan

cairan serta

kebiasaan

eliminasi

b. Tentukan faktor-

faktor risiko

yang mungkin

menyebabkan

ketidakseimbang

an cairan

c. Tentukan apakah

pasien

mengalami

kehausan atau

gejala perubahan

cairan

d. Monitor berat

badan

e. Monitor asupan

dan pengeluaran

f. Monitor

membran

mukosa, turgor

kulit, dan respon

haus

g. Monitor warna,

kuantitas dan

berat jenis urin

h. Monitor tanda

dan gejala asites

i. Batasi dan

alokasikan

asupan cairan

3. Ketidakefektifan

perfusi jaringan

perifer berhubungan

dengan kurang

pengetahuan tentang

proses penyakit

Defenisi :

Penurunan sirkulasi

darah ke perifer yang

dapat mengganggu

kesehatan.

Perfusi jaringan :

perifer

a. Pengisian kapiler

jari

b. Suhu kulit ujung

kaki dan tangan

c. Tekanan darah

sistolik

d. Tekanan darah

diastolik

e. Edema perifer

Manajemen sensasi

perifer

a. monitor sensasi

tumpul atau

tajam dan panas

dan dingin yang

dirasakan pasien

b. monitor adanya

parastesia

dengan tepat

(misalnya, mati

Page 160: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

Batasan

Karakteristik :

a. Edema

b. Perubahan

karakteristik

kulit

c. Waktu

pengisian

kapiler >3

detik

Faktor yang

berhubungan :

a. Diabetes

melitus

b. Gaya hidup

kurang gerak

c. Kurang

pengetahuan

tentang faktor

pemberat

d. Kurang

pengetahuan

tentang proses

penyakit

f. Muka pucat

g. Kelemahan otot

h. Kram otot

i. Parestesia

rasa, tingling,

hipertesia,

hipotesia, dan

tingkat nyeri)

c. lindungi tubuh

terhadap

perubahan suhu

yang ekstrim

d. monitor

kemampuan

untuk BAB dan

BAK

Pengecekan kulit

a. periksa kulit dan

selaput lender

terkait dengan

adanya

kemerahan,

kehangatan

ekstrim, edema,

atau drainase

b. amati warna,

kehangatan,

bengkak, pulsasi,

tekstur, edema,

dan ulserasi pada

ekstremitas

c. monitor warna

dan suhu kulit

d. monitor kulit

untuk adanya

ruam dan lecet

e. monitor kulit

untuk adanya

kekeringan yang

berlebihan dan

kelembaban

f. dokumentasikan

perubahan

membran

mukosa

Page 161: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

5. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Tang

gal

Diagnosa

Keperawatan

Tindakan

Keperawatan

Evaluasi

Keperawatan Paraf

17

maret

2018

Ketidakseimb

angan nutrisi

kurang dari

kebutuhan

tubuh

berhubungan

dengan

ketidakmamp

uan mencerna

makanan

a. Mengidentifika

si adanya alergi

makanan yang

dimiliki pasien

b. Berkolaborasi

dengan ahli

gizi untuk

menentukan

jumlah kalori

dan jenis

nutrisi yang

dibutuhkan

untuk

memenuhi

persyaratan

gizi

c. Menciptakan

lingkungan

yang optimal

pada saat

mengkonsumsi

makan

d. Memonitor

kalori dan

asupan

makanan

e. Memonitor

kecenderungan

terjadinya

penurunan dan

kenaikan berat

badan

f. Memonitor diet

yang

didapatkan

pasien habis

atau tidak

g. Melakukan

pengukuran

antropometrik

pada komposisi

tubuh

Pukul 16.00 WIB

S : pasien

mengatakan tidak

nafsu makan, diet

yang diberikan

hanya habis ½ porsi,

pasien mengatakan

BB turun

O : pasien tampak

tidak nafsu makan,

diet yang diberikan

tidak habis, hanya

habis ½ porsi, LILA

19 cm, lingkar perut

73 cm, IMT 15.5

kg/m2, mukosa bibir

pucat, badan tampak

lemah

A : masalah belum

teratasi

- Asupan

makanan

secara oral

- Asupan cairan

secara oral

P : intervensi

dilanjutkan

Kekurangan

volume cairan

a. Memonitor

intake/asupan Pukul 16.00 WIB

S : pasien

Page 162: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

berhubungan

dengan

kegagalan

mekanisme

regulasi

yang akurat

dan catat

output pasien

b. Memonitor

tanda-tanda

vital

c. Memberikan

cairan dengan

tepat

d. Mendukung

pasien dan

keluarga untuk

membantu

dalam

pemberian

makan dengan

baik

e. Menentukan

jumlah dan

jenis

intake/asupan

cairan serta

kebiasaan

eliminasi

f. Memonitor

asupan dan

pengeluaran

g. Memonitor

membran

mukosa, turgor

kulit, dan

respon haus

h. Memonitor

warna,

kuantitas dan

berat jenis urin

mengatakan

minumnya dibatasi,

minum hanya ±300

cc setiap harinya,

BAK sedikit ±250 cc

setiap harinya

O : pasien tampak

lemah, lesu dan

letih, pasien tampak

minumnya sedikit

±200 cc setiap

harinya, BAK

sedikit ±150 cc

setiap harinya,

membran mukosa

pucat, BAK warna

kuning kecoklatan,

ureum darah 80

mg/dl, kreatinin

darah 6.6 mg/dl,

albumin 4.2 g/dl

A : masalah belum

teratasi

- Keseimbangan

intake dan

output dalam

24 jam

- Berat badan

stabil

- Kelembaban

membran

mukosa

P : intervensi

dilanjutkan

Ketidakefektif

an perfusi

jaringan

perifer

berhubungan

dengan

kurang

pengetahuan

tentang proses

penyakit

a. Memonitor

sensasi panas

dan dingin

yang dirasakan

pasien

b. Memonitor

adanya

parastesia

dengan tepat

(misalnya,

mati rasa,

tingling,

Pukul 16.00 WIB

S : pasien

mengatakan badan

masih terasa lemah

dan letih

O : pasien diberikan

transfusi PRC 1 unit,

pasien tampak lelah,

letih, lesu, pasien

tampak kurang

berkonsentrasi,

kurang bertenaga,

Page 163: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

hipertesia,

hipotesia, dan

tingkat nyeri)

c. Melindungi

tubuh terhadap

perubahan

suhu yang

ekstrim

d. Memonitor

kemampuan

untuk BAB

dan BAK

e. Memeriksa

kulit terkait

dengan adanya

kemerahan,

kehangatan

ekstrim,

edema, atau

drainase

f. Mengamati

warna,

kehangatan,

bengkak,

edema pada

ekstremitas

g. Memonitor

warna dan

suhu kulit

h. Memonitor

kulit untuk

adanya ruam

dan lecet

i. Memonitor

kulit untuk

adanya

kekeringan

yang

berlebihan dan

kelembaban

akral dingin,

konjungtiva anemis,

CRT >2 detik, Hb

6.4 g/dl (N: 12-16),

leukosit 3.450/mm3

(N: 5.000-10.000),

trombosit

141.000/mm3 (N:

150.000-400.000),

Ht 22% (N: 37-43)

A : Masalah belum

teratasi

- Pengisian

kapiler jari

- Suhu kulit

ujung kaki dan

tangan

- Muka pucat

P : Intervensi

dilanjutkan

18

maret

2018

Ketidakseimb

angan nutrisi

kurang dari

kebutuhan

tubuh

berhubungan

dengan

ketidakmamp

a. Menciptakan

lingkungan

yang optimal

pada saat

mengkonsumsi

makan

b. Memonitor

kalori dan

Pukul 16.00 WIB

S : pasien

mengatakan tidak

nafsu makan, diet

yang diberikan

hanya habis ½ porsi,

badan terasa lemah

O : pasien tampak

Page 164: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

uan mencerna

makanan,

ketidakmamp

uan

mengabsorpsi

nutrien

asupan

makanan

c. Memonitor

diet yang

didapatkan

pasien habis

atau tidak

tidak nafsu makan,

diet yang diberikan

tidak habis, hanya

habis ½ porsi,

mukosa bibir pucat,

badan tampak lemah

dan lesu

A : masalah belum

teratasi

- Asupan

makanan

secara oral

- Asupan cairan

secara oral

P : intervensi

dilanjutkan

Kekurangan

volume cairan

berhubungan

dengan

kegagalan

mekanisme

regulasi

a. Memonitor

intake/asupan

yang akurat

dan catat

output pasien

b. Memonitor

tanda-tanda

vital

c. Memonitor

asupan dan

pengeluaran

d. Memonitor

membran

mukosa, turgor

kulit, dan

respon haus

Pukul 16.00 WIB

S : pasien

mengatakan

minumnya dibatasi,

minum hanya ±200

cc setiap harinya,

BAK sedikit ±200 cc

setiap harinya

O : pasien tampak

lemah, lesu dan

letih, pasien tampak

minumnya sedikit

±200 cc setiap

harinya, BAK

sedikit ±200 cc

setiap harinya, BAK

warna kuning

kecoklatan

A : masalah belum

teratasi

- Keseimbangan

intake dan

output dalam

24 jam

- Berat badan

stabil

- Kelembaban

membran

mukosa

P : intervensi

dilanjutkan

Page 165: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

Ketidakefektif

an perfusi

jaringan

perifer

berhubungan

dengan

kurang

pengetahuan

tentang proses

penyakit

a. Memeriksa

kulit terkait

dengan adanya

kemerahan,

kehangatan

ekstrim,

edema

b. Mengamati

warna,

kehangatan,

bengkak,

edema pada

ekstremitas

c. Memonitor

warna dan

suhu kulit

d. Memonitor

kulit untuk

adanya ruam

dan lecet

Pukul 16.00 WIB

S : pasien

mengatakan badan

masih terasa lemah

dan letih

O : pasien tampak

lemah, letih, lesu,

pasien tampak

kurang

berkonsentrasi, diet

pasien tidak

dihabiskan, diet

hanya habis ½ porsi,

kurang bertenaga,

akral dingin,

konjungtiva anemis,

CRT > 2 detik

A : Masalah belum

teratasi

- Pengisian

kapiler jari

- Suhu kulit

ujung kaki dan

tangan

- Muka pucat

P : Intervensi

dilanjutkan

19

maret

2018

Ketidakseimb

angan nutrisi

kurang dari

kebutuhan

tubuh

berhubungan

dengan

ketidakmamp

uan mencerna

makanan,

ketidakmamp

uan

mengabsorpsi

nutrien

a. Menciptakan

lingkungan

yang optimal

pada saat

mengkonsumsi

makan

b. Memonitor

kalori dan

asupan

makanan

c. Memonitor

diet yang

didapatkan

pasien habis

atau tidak

Pukul 16.00 WIB

S : pasien

mengatakan tidak

nafsu makan, diet

yang diberikan

hanya habis ½ porsi,

pasien mengatakan

badan terasa lelah

dan lemah

O : pasien tampak

tidak nafsu makan,

diet yang diberikan

tidak habis, hanya

habis ½ porsi,

mukosa bibir pucat,

pasien tampak lemah

dan lesu, tidak

bertenaga

A : masalah belum

teratasi

- Asupan

Page 166: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

makanan

secara oral

- Asupan cairan

secara oral

P : intervensi

dilanjutkan

Kekurangan

volume cairan

berhubungan

dengan

kegagalan

mekanisme

regulasi

a. Memonitor

intake/ asupan

yang akurat

dan catat

output pasien

b. Memonitor

status hidrasi

c. Memonitor

tanda-tanda

vital

d. Memonitor

asupan dan

pengeluaran

e. Memonitor

membran

mukosa, turgor

kulit, dan

respon haus

f. Memonitor

warna,

kuantitas dan

berat jenis urin

Pukul 16.00 WIB

S : pasien

mengatakan

minumnya dibatasi,

minum hanya ±240

cc setiap harinya,

BAK sedikit ±200 cc

setiap harinya

O : pasien tampak

lemah, lesu, pasien

tampak minumnya

sedikit ±240 cc

setiap harinya, BAK

sedikit ±200 cc

setiap harinya, BAK

warna kuning

kecoklatan

A : masalah belum

teratasi

- Keseimbangan

intake dan

output dalam

24 jam

- Berat badan

stabil

- Kelembaban

membran

mukosa

P : intervensi

dilanjutkan

Ketidakefektif

an perfusi

jaringan

perifer

berhubungan

dengan

kurang

pengetahuan

tentang proses

penyakit

a. Memeriksa

kulit terkait

dengan adanya

kemerahan,

kehangatan

ekstrim,

edema b. Mengamati

warna,

kehangatan,

bengkak,

edema pada

Pukul 16.00 WIB

S : pasien

mengatakan badan

masih terasa lemah

dan letih

O : pasien tampak

diberikan transfusi PRC 1 unit, pasien

tampak lelah, letih,

lesu, pasien tampak

kurang

berkonsentrasi, diet

Page 167: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

ekstremitas

c. Memonitor

warna dan

suhu kulit

pasien tidak

dihabiskan, diet

hanya habis ½ porsi,

kurang bertenaga,

akral teraba dingin,

konjungtiva anemis,

mukosa bibir pucat,

CRT > 2 detik

A : Masalah belum

teratasi

- Pengisian

kapiler jari

- Suhu kulit

ujung kaki dan

tangan

- Muka pucat

P : Intervensi

dilanjutkan

20

maret

2018

Ketidakseimb

angan nutrisi

kurang dari

kebutuhan

tubuh

berhubungan

dengan

ketidakmamp

uan mencerna

makanan

a. Menciptakan

lingkungan

yang optimal

pada saat

mengkonsumsi

makan

b. Memonitor

kalori dan

asupan

makanan

c. Memonitor

diet yang

didapatkan

pasien habis

atau tidak

Pukul 16.00 WIB

S : pasien

mengatakan tidak

nafsu makan, diet

yang diberikan

hanya habis ½ porsi,

pasien mengatakan

badan terasa lelah

dan lemah

O : pasien tampak

tidak nafsu makan,

diet yang diberikan

tidak habis, hanya

habis ½ porsi,

mukosa bibir pucat,

pasien tampak lemah

dan lesu, tidak

bertenaga

A : masalah belum

teratasi

- Asupan

makanan

secara oral

- Asupan cairan

secara oral

P : intervensi

dihentikan, pasien

pulang paksa

Page 168: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

Kekurangan

volume cairan

berhubungan

dengan

kegagalan

mekanisme

regulasi

a. Memonitor

intake/ asupan

yang akurat

dan catat

output pasien

b. Memonitor

status hidrasi

c. Memonitor

tanda-tanda

vital

d. Memonitor

asupan dan

pengeluaran

e. Memonitor

membran

mukosa, turgor

kulit, dan

respon haus

Pukul 16.00 WIB

S : pasien

mengatakan

minumnya dibatasi,

minum hanya ±300

cc setiap harinya,

BAK sedikit ±250 cc

setiap harinya

O : pasien tampak

lemah, lesu dan

letih, pasien tampak

minumnya sedikit

±350 cc setiap

harinya, BAK

sedikit ±250 cc

setiap harinya, BAK

warna kuning

kecoklatan

A : masalah belum

teratasi

- Keseimbangan

intake dan

output dalam

24 jam

- Berat badan

stabil

- Kelembaban

membran

mukosa

P : intervensi

dihentikan, pasien

pulang paksa

Ketidakefektif

an perfusi

jaringan

perifer

berhubungan

dengan

kurang

pengetahuan

tentang proses

penyakit

a. Memonitor

sensasi panas

dan dingin

yang

dirasakan

pasien

b. Memeriksa

kulit terkait

dengan adanya

kemerahan,

kehangatan

ekstrim,

edema

c. Mengamati

warna,

Pukul 16.00 WIB

S : pasien

mengatakan badan

masih terasa lemah

dan letih

O : pasien tampak

lelah, letih, lesu,

pasien tampak

kurang

berkonsentrasi, diet

pasien tidak

dihabiskan, diet

hanya habis ½ porsi,

kurang bertenaga,

akral dingin,

Page 169: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES …

kehangatan,

bengkak,

edema pada

ekstremitas

d. Memonitor

warna dan

suhu kulit

konjungtiva anemis,

CRT > 2 detik

A : Masalah belum

teratasi

- Pengisian

kapiler jari

- Suhu kulit

ujung kaki dan

tangan

- Muka pucat

P : Intervensi

dihentikan, pasien

pulang paksa