Astrid Asidi Alkali Metri
-
Upload
dessy-noorlia -
Category
Documents
-
view
94 -
download
6
Transcript of Astrid Asidi Alkali Metri
Astrid_Universitas Haluoleo_2011
ANALISIS KUANTITATIF
ASIDI - ALKALIMETRI
A. Tujuan
Tujuan percobaan ini adalah untuk menetapkan kadar asam dengan
menambah pereaksi tertentu untuk menaikkan keasamannya, sehingga dapat dititrasi
dengan baku alkali.
B. Landasan Teori
Asidi alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hidrogen
yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk
menghasilkan air yang bersifat netral. Netralisasi juga dapat dikatakan sebagai reaksi
antara pemberi proton (asam) dengan penerima proton. Metode titrimetri masih
digunakan secara luas karena merupakan metode yang tahan, murah, dan mampu
memberikan ketapatan yang tinggi. Keterbatasan metode ini adalah bahwa metode
titrimetrik kurang spesifik. Dalam analisis titrimetri atau analisis volumetri atau
analisis kuantitatif dengan mengukur volume, sejumlah zat yang diselidiki
direaksikan dengan larutan baku (standar) yang kadar (konsentrasinya) telah
diketahui secara teliti dan reaksinya berlangsung secara kuantitatif. Suatu titrasi yang
ideal adalah jika titik akhir titrasi sama dengan titik ekivalen teoritis. Dalam
kenyataannya selalu ada perbedaan kecil. Beda ini disebut dengan kesalahan titrasi
yang dinyatakan dengan mililiter larutan baku. Oleh karena itu, pemilihan indikator
harus dilakukan sedemikian rupa agar kesalahan ini sekecil-kecilnya. Dalam larutan,
kadar bahan yang terlarut (solut) dinyatakan dengan konsentrasi. Istilah ini berarti
banyaknya massa yang terlarut dihitung sebagai berat (gram) tiap satuan volume
(mililiter) atau tiap satuan larutan, sehingga satuan kadar seperti ini adalah
gram/mililiter (Rohman, 2007).
Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa-
senyawa yang bersifat basa dengan menggunakan baku asam. Sebaliknya, alkalimetri
merupakan penetapan kadar senyawa-senyawa yang bersifat asam dengan
menggunakan baku basa. Keasaman permukaan merupakan jumlah asam total (asam
Brønsted dan asam Lewis) pada permukaan padatan yang dinyatakan sebagai jumlah
milimol asam perberat sampel (Widihati, 2008).
Pada analisis titrimetri atau volumetrik, untuk mengetahui saat reaksi
sempurna dapat dipergunakan suatu zat yang disebut indikator. Indikator umumnya
adalah senyawa yang berwarna, dimana senyawa tersebut akan berubah warnanya
dengan adanya perubahan pH. Indikator dapat menanggapi munculnya kelebihan
titran dengan adanya perubahan warna. Indikator berubah warna karena sistem
kromofornya diubah oleh reaksi asam basa (Suirta, 2010).
pH adalah salah satu variabel yang harus dikontrol, terutama sekali bila hasil
(produk) pengolahan proses akan dikonsumsi mahluk hidup. Pengolahan limbah
(waste water treatment), industri dengan bahan baku kimia dan penyedia air bersih
adalah salah satu contoh proses yang harus mempunyai unit sistem pengendalian
tangki penetralan pH.
C. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat – alat yang digunakan pada percobaan ini adalah sebagai berikut.
a. Buret 50 ml
b. Gelas ukur 100 ml
c. Erlenmeyer
d. Pipet Tetes
e. Labu Takar
f. Gelas Kimia
2. Bahan
Bahan - bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah sebagai berikut.
a. Natrium Hidroksida 0,1 N
b. Gliserol Netral
c. Indikator Fenolftalein
d. Asam Borat
E. Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan dapat dilihat pada tabel berikut ini.
No Perlakuan Hasil Pengamatan
1. Asam Borat 0,1 gram + akuades + gliserol
(25 ml) + fenolftalein 3 tetes
Larutan tidak berwarna
2. Asam Borat 0,1 gram + akuades + gliserol
(25 ml) + fenolftalein 3 tetes + NaOH (34
mL)
Larutan berwarna pink
seulas
Reaksi yang terjadi :
NaOH + H3BO3pp → NaH2BO3 + H2O
Perhitungan
Data Pengamatan
Volume NaOH yang digunakan 34 mL
Asam borat 0,1 gram = 100 mg
·Kadar asam borat = 21,012%
= 21%
F. Pembahasan
Titrasi asam basa merupakan suatu metode untuk menentukan konsentrasi
suatu larutan. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa yang
telah diketahui kadarnya. Begitu pula sebaliknya, kadar larutan basa ditentukan
dengan menggunakan larutan asam yang telah diketahui kadarnya.
Pada percobaan titrasi asam basa, titran ditambahkan sedikit demi sedikit
sampai mencapai batas ekivalen. Titik ekivalen yaitu pH pada saat asam basa tepat
ekivalen atau secara stoikiometri tepat habis bereaksi. Titik ekivalen ini merupakan
suatu kondisi dimana terdapat kesetaraan mol titrat dengan mol titran. Pada saat
tercapai titik ekivalen, proses titrasi dihentikan kemudian kita mencatat volume titran
yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut.
Pada percobaan titrasi asam-basa yang telah dilakukan, digunakan sebuah
indikator yakni indikator fenolftalein (pp). Indikator ini ditambahkan pada titran
sebelum titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekivalen
terjadi dan pada saat itulah proses titrasi dihentikan. Titik akhir titrasi yaitu pH pada
saat indikator berubah warna. Fenolftalein merupakan indikator yang sering
digunakan. Saat terjadi titik ekivalen, terjadi perubahan warna menjadi merah muda.
Hal ini menunjukkan bahwa larutan berada pada pH asam atau basa. Indikator
fenolftalein ini mempunyai warna tertentu pada trayek pH atau rentang pH tertentu
yang ditunjukkan dengan perubahan dari warna tersebut. Fenolftalein tidak bereaksi
hanya saja saat keadaan basa ia berwarna merah. Oleh sebab itulah, pada percobaan
ini digunakan indikator fenolftalein karena indikator ini pada suasan asam tidak
berwarna dan pada titik ekivalen berubah warna menjadi merah muda.
Dalam proses titrasi, untuk mengetahui kemolaran asam (titran) dapat
diketahui setelah mengetahui volume titrat yang berkurang sampai proses akhir
titrasi. Pada saat itu, mol asam dan mol basa sama, sehingga kemolaran titrat dapat
dicari.
Percobaan ini menggunakan asam borat sebanyak 100 mg sebagai titrannya.
Asam borat ini dilarutkan dalam air dan kemudian dicampurkan dengan gliserol
didalam erlenmeyer. Larutan ini kemudian dititrasi dengan natrium hidroksida
sebagai titratnya. Pada saat titrasi berlangsung dan natrium hidroksida mencapai
volume 34 mL, larutan tersebut berubah warna menjadi warna pink seulas. Hal ini
kemudian yang menjadi petunjuk agar titrasi dihentikan. Semakin muda warna pink
yang terbentuk, maka akan menunjukkan kesalahan yang relatif kecil. Untuk itulah,
diperlukan kecermatan dan ketelitian dalam melakukan titrasi. Setelah diperoleh
volume natrium hidroksida, maka konsentrasi asam boratpun dapat segera diketahui.
G. Kesimpulan
Dari hasil percobaan asidi-alkalimetri yang telah dilakukan, diperoleh
kesimpulan bahwa kadar asam borat yang digunakan sebesar 21%.
DAFTAR PUSTAKA
Mukhlish, Hendra Cordova. Perancangan Kontrol pH Pada Proses Titrasi Asam-Basa. Jurusan Teknik Fisika – Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS Keputih Sukolilo, Surabaya.
Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suirta, I.W. 2010. “Sintesis Senyawa Orto-Fenilazo-2-Naftol sebagai Indikator dalam Titrasi.” Jurusan Kimia F-MIPA Universitas Udayana Bukit Jimbaran. Jurnal Kimia Vol. 4(1). : 27-34
Widihati, I Gede. 2008. “Adsorpsi Anion Cr(VI) Oleh Batu Pasir Teraktivasi Asam dan Tersalut Fe2O3”. Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran. Jurnal Kimia Vol. 2 (1): 25-30 ISSN 1907-985025.