ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan...

161
i ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL JAYA PLAZA KOTA MADIUN AKIBAT ALIH FUNGSI (Upperstructural Assessment of Timbul Jaya Plaza Building in Madiun City due to Change of Usage) TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Magister Teknik Disusun Oleh : Rosyid Kholilur Rohman NIM. S 940907008 MAGISTER TEKNIK SIPIL KONSENTRASI TEKNIK REHABILITASI DAN PEMELIHARAAN BANGUNAN SIPIL PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009

Transcript of ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan...

Page 1: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

i

ASSESSMENT STRUKTUR ATAS

GEDUNG TIMBUL JAYA PLAZA KOTA MADIUN

AKIBAT ALIH FUNGSI

(Upperstructural Assessment of Timbul Jaya Plaza Building in Madiun Citydue to Change of Usage)

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Magister Teknik

Disusun Oleh :

Rosyid Kholilur Rohman

NIM. S 940907008

MAGISTER TEKNIK SIPILKONSENTRASI

TEKNIK REHABILITASI DAN PEMELIHARAAN BANGUNAN SIPILPROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARETSURAKARTA

2009

Page 2: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

ii

PERSETUJUANTESIS

ASSESSMENT STRUKTUR ATASGEDUNG TIMBUL JAYA PLAZA KOTA MADIUN

AKIBAT ALIH FUNGSI

DISUSUN OLEH :

Rosyid Kholilur Rohman

NIM. S 940907008

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing

Jabatan Nama Tanda Tangan

Tanggal

Pembimbing I :

Pembimbing II :

SA Kristiawan, ST, MSc(Eng), PhD

Ir. Mukahar, MSCE

…………….

…………….

…………….

…………….

Mengetahui,

Ketua Program Studi Magister Teknik Sipil

Prof. Dr. Ir. Sobriyah, MSNIP. 131 476 674

Page 3: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

iii

ASSESSMENT STRUKTUR ATASGEDUNG TIMBUL JAYA PLAZA KOTA MADIUN

AKIBAT ALIH FUNGSI

TESIS

Disusun Oleh :

ROSYID KHOLILUR ROHMANS 940907008

Telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Pendadaran Tesis Magister Teknik Sipil Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta pada 29 Januari 2009

Nama Tanda Tangan Tanggal

1. Kusno Adi Sambowo, ST, PhD ________________ ______________

2. Prof. Dr. Ir. Sobriyah, MS ________________ ______________

3. SA Kristiawan, ST, MSc(Eng), PhD ________________ ______________

4. Ir. Mukahar, MSCE ________________ ______________

. 131 693 685 NIP. 132 163 509

Mengetahui,Direktur Program Pascasarjana

UNS

Disahkan,Ketua Program Studi Magister

Teknik Sipil

Prof. Drs. Suranto, MSc, PhDNIP. 131 472 192

Prof. Dr. Ir. Sobriyah, MSNIP. 131 476 674

Page 4: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

iv

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Rosyid Kholilur Rohman

NIM : S 940907008

dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang telah saya serahkan ini

benar-benar merupakan karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya diberi tanda

citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Bila di kemudian hari terbukti pernyataan saya ini tidak benar, maka saya bersedia

menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis

ini.

Surakarta, Januari 2009

Yang Membuat Pernyataan

Rosyid Kholilur Rohman

Page 5: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

v

ABSTRAKSI

Rosyid Kholilur Rohman, 2009

Assessment Struktur Atas Gedung Timbul Jaya Plasa Kota Madiun, Tesis Jurusan Teknik

Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Gedung Timbul Jaya Plaza yang terletak di Jalan Pahlawan Madiun, sebelumnya

merupakan milik Bank Harapan Sentosa (BHS). Gedung ini mengalami alih fungsi dari

bank menjadi plaza. Perkuatan struktur telah dilakukan, namun masih diperlukan

assessment untuk mengetahui kekuatannya.

Penelitian difokuskan pada evaluasi kekuatan plat, balok dan kolom dengan

mengacu pada SNI 2847 2002, penerapan beban gempa berdasar SNI 1726 2002, dan

evaluasi kinerja struktur dengan pushover analysis.

Hasil pengujian lapangan menunjukkan mutu beton fc 35 MPa dan mutu baja 390

MPa. Hasil analisis menunjukkan struktur plat cukup kuat setelah adanya perkuatan

struktur dengan balok Castella, struktur balok dan kolom cukup kuat. Hasil evaluasi kinerja

struktur menunjukkan kinerja batas layan dan ultimate memenuhi syarat SNI 1726 2002.

Hasil analisis pushover menunjukkan bahwa gedung yang ditinjau termasuk dalam level

kinerja Damage Control.

Kata kunci : alih fungsi, assessment, pushover analysis, damage control

Page 6: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

vi

ABSTRACT

Rosyid Kholilur Rohman, 2009

Upperstructural Assessment of Timbul Jaya Plaza Building in Madiun City due to Change of Usage, Thesis, Civil Engineering Department, Sebelas Maret University

Timbul Jaya Plaza building that located at Pahlawan street in Madiun city was

belong to Bank Harapan Sentosa (BHS). This building usage changed from office to plaza.

Structural building was strengthened but structural assessment must be done to know the

strength.

This research focused to evaluation of plate strength, beam and column based on

SNI 2847 2002, earthquake load application based on SNI 1726 2002, and performance

evaluation of structure by pushover analysis.

Field observation result show quality of conrete fc’ 35 MPa and steel fy 390 MPa.

Analysis result indicated that plate structure was strong enough after strengthening by

castilized beam, beam and column structure were strong enough either. Structural

performance evaluation result indicated that ultimate and serve boundary performance

fulfill SNI 1726 2002 condition. Pushover analysis result indicated that observed building

beeing categorized in Damage Control performance level.

Keyword : Change of Usage, Assessment, Pushover Analysis, Damage Control

Page 7: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

vii

Kata Pengantar

Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan

rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan Tesis ini.

Tesis ini akan berusaha membahas tentang assessment struktur atas bangunan gedung

akibat alih fungsi, sehingga dapat menjadi second opinion terhadap struktur yang telah ada

dan menjamin keamanan pengguna bangunan .

Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan menempuh pendidikan Strata 2

(S2) di Magister Teknik Sipil UNS Surakarta, sehingga tesis ini menjadi evaluasi akhir

pendidikan seorang mahasiswa.

Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Drs. Suranto, MSc, PhD selaku Direktur Program Pascasarjana UNS

2. Bapak Ir. Mukahar, MSCE selaku Dekan Fakultas Teknik dan dosen pembimbing

3. Ibu Prof.Dr. Ir. Sobriah, MS selaku Ketua Program Studi Magister Teknik Sipil

4. Bapak SA Kristiawan, ST, MSc (Eng), PhD selaku dosen pembimbing

5. Seluruh dosen dan karyawan Teknik Sipil UNS Surakarta

6. Keluarga, teman-teman dan seluruh pihak yang telah membantu.

Penulis berusaha menyelesaikan penyusunan tesis ini dengan sebaik-baiknya, namun

penulis juga menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna. Sumbangan saran dan

kritik yang membangun sangat diharapkan dalam memberikan kesempurnaan penyusunan

tesis ini.

Surakarta, Januari 2009

Penyusun

Page 8: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

viii

DAFTAR ISI

Halaman Judul ..........................................................................................................

Halaman Persetujuan ……………………………………………….………………..

Halaman Pengesahan .................................................................................................

Surat Pernyataan .........................................................................................................

Abstraksi ......................................................................................................................

Kata Pengantar ............................................................................................................

Daftar Isi .....................................................................................................................

Daftar Tabel ................................................................................................................

Daftar Gambar .............................................................................................................

Daftar Lampiran ..........................................................................................................

i

ii

iii

iv

v

vii

viii

xii

xiii

xv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1

BAB II

1.1 Latar Belakang....... ........................................................................

1.2 Rumusan Masalah ...........................................................................

1.3 Batasan Masalah ..................... ......................................................

1.4 Tujuan ……. ..................................................................................

1.5 Manfaat ...... …......... ....................................................................

TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................

2.1 Tinjauan Pustaka ....................... .....................................................

2.2 Evaluasi Kekuatan Struktur Yang Telah Berdiri .............................

2.2.1 Umum .............................. .........................................................

2.2.2 Uji Beban Langsung ...................................................................

2.3 Ketentuan Mengenai Kekuatan dan Kemampuan Layan ...............

2.3.1. Kuat Rencana ................................................................................

1

3

3

4

4

5

5

8

8

9

12

13

Page 9: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

ix

2.3.2. Kuat Perlu ....................................................................................

2.4 Ketentuan Perancangan Bangunan Tahan Gempa Untuk Gedung

2.4.1. Gempa Rencana dan Kategori Gedung ....................................

2.4.2. Struktur Gedung Beraturan dan Tidak Beraturan .....................

2.4.3. Daktilitas Struktur Bangunan ....................................................

2.4.4. Kinerja Struktur Bangunan .......................................................

2.4.4.1.Kinerja Batas Layan .................................................................

2.4.4.2.Kinerja Batas Ultimate .............................................................

2.5. Analisis Beban Dorong (Static Pushover Analysis).......................

2.5.1. Capacity Spectrum Method ........................................................

2.5.1.1.Acceleration Displacement Response Spectrum (ADRS)...........

2.5.1.2. Kurva Kapasitas (Capacity Curve) ...........................................

2.5.1.3. Demand Spectrum .....................................................................

2.5.2. Titik Kinerja (Performance Point) .... ........................................

2.6. Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia .......

2.6.1. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung

2.6.2. Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Rumah dan Gedung

2.7. Analisis Kapasitas Komponen Struktur ........................................

2.7.1. Kapasitas Lentur Balok ..............................................................

2.7.2. Kolom ........................................................................................

2.7.3. Geser ..........................................................................................

2.8. Metode dan Material Perkuatan ....................................................

2.9. Balok Castella .........................................................................

14

16

16

17

20

22

22

22

24

28

31

33

34

36

37

37

38

39

39

40

42

44

46

Page 10: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

x

BAB III METODOLOGI ..................................................................................

3.1 Pengumpulan Data............................................................................

3.2. Evaluasi kekuatan struktur berdasar SNI 2847 2002 dan SNI 1726

2002

3.2.1 Evaluasi Kekuatan Pelat ..................................................................

3.2.2. Pembebanan ...................................................................................

3.2.3. Analisis Struktur ..............................................................................

3.2.4 Evaluasi Kekuatan Balok ..............................................................

3.2.5 Evaluasi Kekuatan Kolom .............................................................

3.3. Analisis Perkuatan dengan Balok Anak WF Castella ..................

3.4. Evalusi struktur dengan Pushover Analysis ...................................

3.5. Diagram Alir Penelitian ................................................................

49

49

49

49

49

51

51

51

52

52

53

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................

4. 1. Umum ........................................................................................

4. 2. Data Lapangan.............. .............................................................

4.2.1. Mutu Beton .................................................................................

4.2.2. Mutu Baja ...................................................................................

4.2.3. Hasil Uji beban Langsung .......................................................

4. 3. Evaluasi Struktur Plat .................................................................

4. 4. Analisis Pembebanan .................................................................

4. 5. Analisis Struktur ........................................................................

4. 6. Evaluasi Kekuatan .....................................................................

4.9.1. Evaluasi kekuatan Balok ...........................................................

4.9.2. Evaluasi Kekuatan Kolom ........................................................

4. 7. Evaluasi Perkuatan Struktur .......................................................

54

54

54

54

56

56

57

58

63

65

65

68

72

Page 11: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

xi

4. 8. Evaluasi Kinerja .........................................................................

4.8.1. Kinerja Batas Bangunan .............................................................

4.8.1.1 Kinerja Batas Layan ................................................................

4.8.1.2 Kinerja Batas Ultimate ............................................................

4.8.2. Analisis Pushover .........................................................................

4.8.2.1 Prosedur Analysis Pushover ....................................................

4.8.2.2 Hasil dan Pembahasan ...........................................................

73

73

73

74

75

75

81

BAB V PENUTUP ......................................................................................

5.1. Kesimpulan ......................................................................................

5.2. Saran ................................................................................................

90

90

90

Daftar Pustaka

Lampiran

Page 12: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

xii

Daftar Tabel

Tabel

Tabel

Tabel

Tabel

Tabel

Tabel

Tabel

Tabel

Tabel

Tabel

Tabel

Tabel

Tabel

Tabel

Tabel

Tabel

Tabel

Tabel

Tabel

Tabel

2.1.

2.2.

2.3.

2.4.

2.5.

2.6.

2.7.

2.8.

2.9

2.10

4.1.

4.2.

4.3.

4.4.

4.5.

4.6.

4.7.

4.8.

4.9.

4.10

Faktor Reduksi Kekuatan untuk Desain .............................................

Faktor Reduksi Kekuatan untuk Evaluasi ..........................................

Faktor Keutamaan I untuk berbagai kategori gedung dan bangunan

Parameter daktilitas struktur gedung

Nilai minimum SRA dan SRV

Tipe perilaku struktur

Perbandingan Kombinasi Beban menurut SNI 2847 baru dan lama

Perbandingan Faktor Reduksi Kekuatan q menurut SNI 2847 2002 dan

SNI 1992

Perbandingan Rumus Beban Gempa Statik Ekivalen SNI baru dan

lama

Tegangan geser ijin untuk berbagai sudut pemotongan .....................

Data Hammer Test ………………………………………………….

Perhitungan momen plat lantai ground …………………………......

Distribusi Gaya Gempa Horisontal …………………………………

Perhitungan Momen Ultimate Balok ………………………………

Perhitungan Geser Ultimate Balok …………………………………

Analisis ∆s akibat gempa arah x ………………………………….

Analisis ∆s akibat gempa arah y ………………………………….

Analisis ∆m akibat gempa arah x …………………………………

Analisis ∆m akibat gempa arah y …………………………………..

Evaluasi kinerja struktur sesuai ATC 40 ………………………

13

14

17

21

35

36

37

38

38

48

55

58

62

67

67

74

74

75

75

85

Page 13: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

xiii

Daftar Gambar

Gambar

Gambar

Gambar

Gambar

Gambar

Gambar

Gambar

Gambar

Gambar

Gambar

Gambar

Gambar

Gambar

Gambar

Gambar

Gambar

Gambar

Gambar

Gambar

Gambar

Gambar

Gambar

Gambar

2.1.

2.2.

2.3

2.4

2.5

2.6

3.1.

4.1

4.2

4.3

4.4

4.5

4.5

4.7

4.8

4.9

4.10

4.11

4.12

4.13

4.14

4.15

4.16

Kurva Kapasitas ...............................................................................

Format standar menjadi format ADRS ............................................

Proses konversi ke bentuk capacity spectrum ..................................

Spektrum respon yang dalam format tradisional dan ADRS ...........

Performance Point .......................................................... ..................

Distribusi Tegangan dan Regangan Penampang Tulangan Tunggal

Flow Chart Penelitian ……………………………………………….

Peta Wilayah Gempa Indonesia ........................................................

Permodelan struktur gedung Timbul Jaya Plaza Madiun ..................

Diagram Interaksi Kolom ..................................................................

Kontur Tegangan Balok Castella ......................................................

Input sendi default-PMM dan M3 .......................................................

Input ”GRAV” case ............................................................................

Input ”PUSH2” case ............................................................................

Hasil running analisis pushover .........................................................

Damped response spectrum …………………………………………

Hasil transformasi kurva kapasitas ke spektrum kapasitas

Hasil plot demand spectrum dengan nilai damping

Hasil penggabungan demand spectrum dengan capacity spectrum

Kurva kapasitas (pushover curve)

Spektrum kapasitas (capacity spectrum)

Titik kinerja (performance point)

Terbentuknya sendi plastis pada step-1 pushover analysis

24

31

33

34

36

39

53

61

64

70

72

76

77

77

78

79

79

80

80

81

83

84

85

Page 14: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

xiv

Gambar

Gambar

Gambar

4.17

4.18

4.19

Sendi plastis pada portal As B step pertama pushover analysis

Sendi plastis pada step ke-100 pushover analysis

Sendi plastis pada portal As-B step ke-100

86

87

88

Page 15: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

xv

Daftar Lampiran

Lampiran

Lampiran

Lampiran

Lampiran

Lampiran

Lampiran

A

B

C

D

E

F

Perhitungan Berat Bangunan

Perhitungan Beban Gempa

Perhitungan Waktu Getar Alami Fundamental

Perhitungan Pusat Massa

Perhitungan Pusat Kekakuan

Perhitungan Evaluasi Kekuatan Plat

Perhitungan Kapasitas Plat Bila Dilakukan Shotcrete

Perhitungan Kapasitas Balok

Perhitungan Momen Kapasitas Balok

Perhitungan Kapasitas Geser Balok

Perhitungan Evaluasi Momen Kapasitas Balok

Perhitungan Evaluasi Kapasitas Geser Balok

Perhitungan Balok Castella

Analisis Pushover

Gambar

Page 16: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Seiring tuntutan kebutuhan manusia yang terus berkembang maka diperlukan

infrastruktur penunjang yang memadai. Salah satu infrastruktur tersebut adalah

gedung. Dalam pemenuhan kebutuhan infrastruktur gedung tersebut, tidak

selamanya pembangunan gedung yang baru sebagai pilihan yang tepat. Efisiensi

pemanfaatan gedung yang sudah ada dapat menjadi pilihan, diantaranya dengan

mengalihfungsikan bangunan yang sudah ada untuk digunakan dengan fungsi yang

baru.

Gedung Timbul Jaya Plaza yang terletak di Jalan Pahlawan Madiun,

sebelumnya merupakan milik Bank Harapan Sentosa (BHS). Gedung ini ketika

baru dibeli tidak bisa langsung digunakan karena akan diadakan perubahan fungsi.

Sebelumnya berfungsi untuk kantor bank kemudian beralih fungsi menjadi plaza.

Berkait dengan terjadinya alih fungsi bangunan maka akan terjadi perubahan

pembebanan pada bangunan tersebut. Masalah yang timbul adalah desain

pembebanan ruang tersebut yang semula untuk kantor dengan beban hidup 250

kg/m2 akan berubah menjadi desain pembebanan untuk plaza 400 kg/m2. Oleh

karena itu perlu dilakukan beberapa tahapan analisis, tahapan itu adalah analisa

dalam keadaan existing dengan desain pembebanan yang baru. Apabila terdapat

komponen struktur yang tidak memenuhi syarat kemudian dilakukan perkuatan

struktur.

Page 17: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

2

Selain adanya perubahan beban gravitasi, terdapat juga perubahan beban

gempa. Hal ini perlu ditinjau mengingat gedung ini ketika dibangun mengacu pada

Pedoman Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Rumah dan Gedung SKBI 1987.

Sesuai dengan perkembangan maka saat ini telah diberlakukan SNI 03 1726 2002

tentang Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Gedung.

Analisis ulang terhadap struktur pada studi kasus ini dititikberatkan pada

kemampuan elemen struktur pelat, balok, dan kolom setempat akibat perubahan

pembebanannnya. Hal ini dilakukan untuk memastikan apakah kondisi elemen

struktur yang terpasang saat ini masih cukup mampu untuk menerima beban-beban

yang bekerja pada saat seperti sekarang ini. Simulasi pembebanan yang bekerja

pada struktur gedung ini meliputi beban-beban mati, beban hidup, dan gempa.

Assessment terhadap struktur Timbul Jaya Plaza ini sebenarnya sudah

dilakukan. Uji Beban Langsung dan Hammer Test dilakukan oleh Tim

Laboratorium Beton dan Konstruksi Universitas Kristen Petra Surabaya. Dari Uji

Beban Langsung tersebut diketahui beban maksimum yang mampu dipikul 320

kg/m2 dan dari hammer test didapat kuat tekan karakteristiknya 360 kg/cm2.

Perhitungan struktur telah dilakukan oleh Sungkono Kristanto. Namun, di dalam

analisisnya tidak dilakukan analisis beban gempa sesuai SNI 03 1726 2002.

Perkuatan struktur yang dilakukan terhadap struktur Timbul Jaya Plaza yaitu

dengan menambahkan balok anak WF Castella. Hal ini bertujuan untuk

memperpendek bentang struktur sehingga memperkecil gaya-gaya dalam yang

terjadi.

Page 18: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

3

1.2. Rumusan Masalah

Mencermati hal-hal dalam latar belakang di atas maka permasalahan dalam

penyusunan tesis ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

Bagaimana kekuatan struktur Gedung Timbul Jaya Plaza setelah diadakan

perkuatan pada pelat lantainya dengan penambahan balok anak ditinjau dari segi

perubahan fungsi bangunan dan perubahan peraturan gempa?

1.3. Batasan Masalah

Dalam penyusunan tesis ini akan dilakukan pembatasan-pembatasan sebagai

berikut :

1. Peraturan struktur beton mengacu pada SNI 03 – 2847 – 2002

2. Peraturan gempa mengacu pada SNI 03-1726 - 2002

3. Peraturan pembebanan mengacu pada Peraturan Pembebanan Indonesia

Untuk Gedung 1989

4. Tidak melakukan analisis ekonomi

5. Tidak melakukan analisis struktur bawah

Lingkup pembahasan dalam penyususunan tesis ini adalah :

1. Evaluasi struktur berdasarkan SNI 2847 2002 dan SNI 17262002

a. Analisis Kekuatan Pelat Existing

b. Analisis Pembebanan berdasarkan perubahan fungsi dan peraturan yang

berlaku

c. Analisis Struktur

d. Evalusi Kinerja Batas Bangunan

Page 19: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

4

e. Analisis Kekuatan Balok dan Kolom

f. Analisis perkuatan dengan penambahan balok anak WF Castella

2. Evalusi kinerja struktur berdasarkan pushover analysis

1.4. Tujuan

Adapun tujuan dari penyusunan tesis ini adalah mengetahui kekuatan struktur

Gedung Timbul Jaya Plasa setelah diadaan perkuatan dengan penambahan balok

anak

1.4. Manfaat

Manfaat dari penyusunan tesis ini adalah sebagai second opinion terhadap

perkuatan struktur yang telah ada serta menjamin keamanan bagi pengguna

bangunan.

Page 20: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1. Tinjauan Pustaka

Pemanfaatan gedung yang telah ada dapat dijadikan pilihan terhadap

semakin meningkatnya kebutuhan manusia akan prasarana gedung. Alih fungsi

bangunan gedung adalah salah satu pemecahan terhadap masalah tersebut.

Gedung kantor pusat Kaltim Industrial Estate (KIE) yang baru di daerah

Kebon Sirih Jakarta merupakan contoh alih fungsi bangunan. Sebagaimana dimuat

dalam Majalah Proyeksi edisi April 2005 , gedung tersebut sebelumnya merupakan

milik PT Siemens. Gedung KIE tersebut ketika baru dibeli tidak bisa langsung

digunakan karena akan diadakan penambahan lantai. Sebelumnya terdiri dari 4

lantai plus atap dak beton, diubah menjadi 6 lantai dengan penutup atap gelombang

berbobot ringan dari bahan polycarbonat.

Karena itu perlu dilakukan beberapa tahapan analisis, seperti yang dilakukan PT

Gistama Investama terhadap gedung KIE yang baru. Seperti diuraikan Anwar

Santoso, Senior Engineer Gistama, tahapan itu adalah analisa dalam keadaan

existing, dengan beban gempa rencana. Setelah itu analisa dalam keadaan di-

upgrade juga dengan beban rencana gempa. Baru kemudian analisis setelah

dilakukan perkuatan struktur.

Analisis dalam keadaan existing dengan beban gempa rencana dilakukan

dengan simulasi ulang keadaan existing dari bangunan tersebut. Diberikan beban

gempa seusai dengan beban gempa rencana yang ada pada SNI 1726 2002.

Page 21: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

6

Dari hasil pengamatan lapangan terhadap gedung KIE dan test ultrasonik,

existing mutu beton yang ada cukup rendah, berkisar di K 175 (175 kg/cm2). Besi

tulangan masih menggunakan baja polos dengan mutu baja U 24. Selimut beton

sudah banyak terkikis dan banyak terdapat rongga (honey comb) pada beton.

Adanya berat tambahan screed setebal 10 cm.

Setelah melakukan analisis dalam keadaan struktur diupgrade, didapatkan hasil

bahwa gedung masih bisa digunakan jika yang bekerja hanya beban statik tanpa

adanya beban gempa. Tetapi ketika diberi beban dinamik berupa gempa, banyak

terjadi keruntuhan pada kolomya. Ini karena besarnya gaya lateral yang tidak

mampu ditahan kolom, sehingga bangunan menjadi tidak layak digunakan. Gaya

geser yang terjadi pada lantai atas semakin membesar, baik terhadap arah melintang

maupun membujur.

Upaya pengurangan beban dan perkuatan struktur akhirnya dilakukan.

Pembuangan raised floor (penebalan lantai) tidak berguna dapat mengurangi beban.

Raised floor setebal kira-kira 10 cm di setiap lantai, terdapat di dua lantai

bangunan. Penghematan beban beton setebal 0,20 m dikali berat beton per m3

(2400 kgf/m3) memungkinkan penambahan satu tingkat bangunan lagi di atas

gedung ini. Kemudian dilakukan analisa ulang dengan beban rencana yang akan

dipikul gedung (termasuk gaya gempa dan kombinasinya) seperti analisis

sebelumnya.

Selanjutnya, dengan menggunakan beberapa software bantu untuk perhitungan

struktur seperti ETABS yang dikeluarkan oleh CSI Inc, maka dilakukan analisis

pada kolom sehingga didapatkan suatu rasio antara beban dengan kapasitas kolom

Page 22: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

7

yang bersangkutan. Pada keadaan service dengan beban gempa tanpa perkuatan,

ternyata banyak kolom-kolom yang rasionya melebihi 1. Ini berarti kapasitas kolom

tersebut terlampaui. Kesimpulannya, bangunan belum layak digunakan.

Upgrade bangunan pun dilakukan. Lengan momen pada kolom ditambahkan

agar kapasitasnya bertambah. Caranya dengan menambahkan tulangan untuk

menahan kelebihan beban lateral. Hasilnya terdapat peningkatan momen pada

kolom dari 225 KN m sebelumnya menjadi 350 KN m.

Namun dalam pelaksanaan, ada banyak hal dan kendala yang perlu diantisipasi,

seperti sulitnya pengecoran pada beton yang cukup tipis. Mau tidak mau, harus

dilakukan dengan menggunan bahan beton encer/ cair. Diberikan tambahan

additive bonding pada selimut beton kolom yang dikelupas dengan tujuan

memberikan daya lekat antara beton lama dengan beton baru.

Kajian mengenai alih fungsi bangunan pernah dilakukan oleh Christiawan

(2007) terhadap perubahan fungsi ruang kelas menjadi ruang perpustakaan pada

lantai II Gedung G Universitas Semarang. Dari hasil pengujian bahan yang

dilakukan didapat fc’ existing 17,5 MPa dan fy existing 390 MPa. Hasil evaluasi

kinerja struktur yang dilakukan didapatkan kinerja batas layan dan kinerja batas

ultimate gedung memenuhi syarat SNI 1726 2002. Perkuatan lentur dan geser

dengan penambahan Fiber Reinforced Polimer didapatkan mampu menambah kuat

lentur dan kuat geser balok dan plat. Perkuatan lentur kolom dilakukan dengan

penambahan tulangan, hasil analisis ulang menunjukkan dapat menambah kuat

lentur kolom.

Page 23: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

8

Tarigan (2007) dalam makalahnya yang berjudul ”Kajian Struktur Bangunan Di

Kota Medan Terhadap Gaya Gempa Di Masa Yang Akan Datang” melakukan

kajian bangunan tower 8 lantai yang disimulasikan dengan pembebanan gempa

dengan SKBI 1987 dan SNI 1726 2002. Dari hasil kajian tersebut diketahui untuk

masa yang akan datang gaya gempa yang dapat terjadi di Medan adalah 5 kali lebih

besar dari sebelum tahun 1987 dan 1,67 kali lebih besar dari tahun 2002.

Kelihatannya jika diikuti amplitudo gempa pada tahun 2007, maka struktur

bangunan yang telah berdiri di Medan dengan perhitungan sebelum tahun 2007

(masih mengikuti Peta Gempa tahun 1987 dan 2002) kurang aman terhadap gempa.

Agus, dkk (2006) melakukan kajian mengenai ketahanan struktur bangunan

yang didesain dengan SKBI 1987 dibandingkan dengan SNI 1726 2002 di kota

Padang. Dari hasil kajian tersebut diketahui displacement struktur yang dihitung

dengan SKBI 1987 hanya 7% dibanding dengan perhitungan menggunakan SNI

1726 2002. Ada perbedaan yang cukup signifikan pada gaya aksial ( 83,93 % pada

balok), gaya geser (271,16% pada kolom), dan momen (289,34 % pada kolom).

Penulangan yang disyaratkan meningkat 3,04 % pada balok.

2. 2. Evaluasi Kekuatan Struktur Yang telah Berdiri

2.2.1. Umum

Evaluasi terhadap kekuatan struktur bangunan dapat dilakukan secara

analisis ataupun dengan cara uji beban, atau dengan kombinasi analisis dan uji

beban. Bila pengaruh defisiensi kekuatan struktur diketahui dengan baik dan bila

dimensi struktur serta sifat bahan yang dibutuhkan untuk tujuan analisis dapat

diukur nilainya, maka evaluasi kekuatan struktur secara analisis berdasarkan data

Page 24: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

9

hasil pengukuran tersebut dianggap sudah memadai. Data yang diperlukan harus

ditentukan sesuai dengan Butir 22.2. SNI 2847 2002. Bila pengaruh defisiensi

kekuatan struktur tidak diketahui dengan baik atau bila dimensi struktur serta sifat

bahan yang dibutuhkan untuk tujuan analisis tidak memungkinkan untuk diukur

nilainya, maka uji beban harus dilakukan bila struktur tersebut diinginkan untuk

tetap berfungsi. Bila keraguan terhadap keamanan struktur atau bagian struktur

adalah terkait dengan penurunan kinerja struktur sebagai fungsi waktu, dan bila

respon struktur selama uji beban ternyata masih memenuhi kriteria penerimaan,

maka struktur atau bagian dari struktur tersebut boleh tetap digunakan untuk jangka

waktu tertentu. Pemeriksaan secara berkala harus dilakukan jika dianggap perlu

oleh konsultan penilai.

2.2.2. Uji Beban Langsung

Perencanaan dan pelaksanaan uji-beban serta besarnya intensitas beban

uji harus mengikuti ketentuan berikut:

1) Jumlah dan pengaturan pola bentangan atau panel yang dibebani harus

dipilih sedemikian rupa agar didapatkan nilai lendutan dan tegangan

maksimum di daerah yang kritis dari komponen struktur yang

kekuatannya diragukan. Penggunaan beberapa pola pembebanan harus

dilakukan, bila pola pembebanan tunggal yang digunakan tidak akan

menghasilkan secara bersamaan nilai maksimum respon struktur,

seperti lendutan, puntir atau tegangan, yang diperlukan untuk

membuktikan cukup tidaknya kekuatan struktur.

Page 25: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

10

2) Beban uji total, termasuk beban mati yang sudah ada pada struktur,

tidak boleh kurang daripada 0,85(1,4D +1,7L). Pengurangan nilai L

diizinkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku (Pedoman

Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung).

3) Uji-beban tidak boleh dilakukan terhadap struktur atau bagian struktur

yang berumur kurang dari 56 hari. Namun, bila pemilik struktur

bangunan, pemborong dan seluruh pihak yang terlibat menyetujui,

maka uji beban tersebut boleh dilakukan pada umur yang lebih awal.

Prosedur pembebanan dan pengukuran respon struktur harus memenuhi

ketentuan berikut:

1) Bacaan nilai awal untuk setiap respon struktur yang diukur (seperti:

lendutan, rotasi, regangan, slip, lebar retak) harus diperoleh dalam

waktu tidak lebih dari satu jam sebelum pengaplikasian tahapan beban

pertama. Pengukuran harus dilakukan pada lokasi dimana respon

maksimum diharapkan akan terjadi. Pengukuran tambahan harus

dilakukan bila diperlukan.

2) Beban uji harus diaplikasikan dalam tidak kurang dari empat tahapan

peningkatan beban yang sama.

3) Beban uji merata harus diaplikasikan sedemikian untuk menjamin

tercapainya keseragaman distribusi beban pada struktur atau bagian

struktur yang diuji. Terjadinya kondisi lengkung dari beban uji harus

dihindari.

Page 26: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

11

4) Rangkaian pengukuran respon struktur harus dilakukan pada setiap

saat setelah tahapan pembebanan diaplikasikan, dan pada saat beban

total telah diaplikasikan pada struktur selama tidak kurang dari 24 jam.

5) Beban uji total harus segera dilepaskan setelah seluruh pengukuran

respon yang didefinisikan di atas telah dilakukan.

6) Rangkaian pengukuran akhir harus dilakukan pada 24 jam setelah

beban uji dilepaskan.

Syarat penerimaan uji beban langsung sesuai SNI 2847 2002 adalah sebagai

berikut :

1) Bagian struktur yang diuji beban tidak boleh memperlihatkan tanda-

tanda kegagalan/keruntuhan. Retak-belah dan pecah pada bagian beton

yang tertekan dapat dianggap sebagai indikasi kegagalan/keruntuhan.

2) Lendutan maksimum terukur harus memenuhi salah satu dari kondisi

berikut:

Lendutan maksimum terukur: maks t2 / 20.000 h ……….. ..(2.1)

Lendutan permanen terukur: r,maks maks / 4 .......................(2.2)

Bila lendutan maksimum dan lendutan permanen yang terukur tidak

memenuhi persamaan 2.1 dan 2.2, maka uji-beban dapat diulang.

Uji-beban-ulang tidak boleh dilakukan lebih awal dari 72 jam setelah

pelepasan beban-uji yang pertama. Bagian dari struktur yang diuji ulang

dianggap memenuhi persyaratan bila lendutan permanen memenuhi

kondisi berikut:

Lendutan permanen r,maks f, maks / 5 .............................(2.3)

Page 27: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

12

dimana f,maks adalah lendutan maksimum yang diukur selama uji-beban

kedua relatif terhadap posisi struktur pada saat awal uji-beban kedua.

3) Komponen struktur yang diuji-beban tidak boleh memperlihatkan

retakan yang menunjukkan terjadinya awal dari keruntuhan geser.

4) Pada daerah komponen struktur yang tidak dipasangi tulangan

transversal (geser), timbulnya retak struktur yang membentuk sudut

terhadap sumbu longitudinal dan mempunyai proyeksi horizontal yang

lebih panjang dari tinggi penampang di titik tengah retakan, harus

dievaluasi lebih lanjut.

5) Pada daerah penjangkaran dan sambungan lewatan, timbulnya

sekumpulan retak pendek miring atau datar di sepanjang sumbu

tulangan, harus dievaluasi lebih lanjut.

Untuk menjamin keamanan uji beban langsung, ketentuan yang harus dipenuhi

1) Uji beban harus dilaksanakan sedemikian rupa hingga keamanan jiwa

dan konstruksi selama pengujian berlangsung dapat terjamin.

2) Tindakan pengamanan yang diambil tidak boleh mengganggu jalannya

uji beban atau mempengaruhi hasil pengujian tersebut.

2.3. Ketentuan Mengenai Kekuatan dan Kemampuan Layan

Menurut SNI 03 – 2847 – 2002 pasal 11.1(1) struktur dan komponen struktur

harus direncanakan hingga semua penampang mempunyai kuat rencana minimum

sama dengan kuat perlu yang dihitung berdasarkan kombinasi beban dan gaya

terfaktor yang sesuai dengan ketentuan.

Page 28: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

13

2.3.1. Kuat Rencana

Kuat rencana suatu komponen struktur menurut SNI 03 – 2847 – 2002 pasal

11.3 (1) adalah hasil kali kuat nominal dengan suatu faktor reduksi kekuatan .

Nilai merupakan angka keamanan yang memperhitungkan penyimpangan

terhadap kuat bahan, pengerjaan, ukuran dan pelaksanaan. Menurut SNI 03 – 2847

– 2002 pasal 11.3 (2) faktor reduksi kekuatan untuk desain sebagaimana tabel

berikut.

Tabel 2.1. Faktor Reduksi Kekuatan untuk Desain

Beban Yang Bekerja

lentur, tanpa beban aksial 0,8

tarik aksial, dan tarik aksial dengan lentur 0,8

tekan aksial dan tekan aksial dengan lentur :

komponen dengan tulangan spiral

komponen lain

0,70

0,65

geser dan/atau puntir 0,75

Sumber : SNI 2847 2002

Bila dimensi dan sifat fisik bahan yang diperlukan ditentukan melalui

pengukuran dan pengujian, dan bila perhitungan dapat dilakukan sesuai dengan

ketentuan, maka faktor reduksi kekuatan yang berlaku boleh diperbesar, tetapi

faktor reduksi kekuatan tersebut tidak boleh melebihi nilai berikut:

Page 29: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

14

Tabel 2.2. Faktor Reduksi Kekuatan untuk Evaluasi

Beban Yang Bekerja

lentur, tanpa beban aksial 0,9

tarik aksial, dan tarik aksial dengan lentur 0,9

tekan aksial dan tekan aksial dengan lentur :

komponen dengan tulangan spiral

komponen lain

0,80

0,75

geser dan/atau puntir 0,80

tumpuan pada beton 0,75

Sumber : SNI 2847 2002

2.3.2. Kuat Perlu

Kuat perlu U pada suatu komponen struktur adalah kekuatan yang terjadi akibat

beban dikalikan dengan faktor beban. Faktor beban tersebut merupakan angka

keamanan yang memperhitungkan kelebihan beban akibat penggunaan fungsi

bangunan. Menurut SNI 03 – 2847 – 2002 pasal 11.2 kuat perlu U dan faktor

beban adalah :

1) Kuat perlu U untuk menahan beban mati D paling tidak harus sama dengan

U = 1,4 D ........................................................................................... (2.4)

Kuat perlu U untuk menahan beban mati D, beban hidup L, beban atap A atau

beban hujan R paling tidak sama dengan persamaan :

Page 30: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

15

U = 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (A atau R) .................................................. (2.5)

2) Bila ketahanan struktur terhadap beban angin W harus diperhitungkan dalam

perencanaan, maka pengaruh kombinasi beban D, L, dan W berikut harus

ditinjau untuk menentukan nilai U yang terbesar, yaitu:

U = 1,2 D + 0,5 L + 1,6 W + 0,5 (A atau R) ..................................... (2.6)

di mana kombinasi beban harus memperhitungkan kemungkinan beban hidup

L yang penuh dan kosong untuk mendapatkan kondisi yang paling berbahaya,

dan

U = 0,9 D + 1,6 W .................................................. ..................... (2.7)

3) Bila ketahanan struktur terhadap beban gempa (E) harus diperhitungkan dalam

perencanaan, maka nilai kuat perlu U harus diambil sebagai:

U = 1,2 D + 1,0 L 1,0 E .........................................................................(2.8)

atau

U = 0,9 D 1,0 E ...................................................................................(2.9)

dalam hal ini nilai E ditetapkan berdasarkan ketentuan SNI-03-1726-2002

tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Rumah dan Gedung,

atau penggantinya.

Page 31: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

16

2.4. Ketentuan Perancangan Bangunan Tahan Gempa Untuk Gedung

Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Gedung SNI 1726 2002 mengatur

mengenai perancangan ketahanan gempa untuk gedung.

2.4.1. Gempa rencana dan kategori gedung

Akibat pengaruh Gempa Rencana, struktur gedung secara keseluruhan

harus masih berdiri, walaupun sudah berada dalam kondisi di ambang keruntuhan.

Gempa Rencana ditetapkan mempunyai perioda ulang 500 tahun, agar probabilitas

terjadinya terbatas pada 10% selama umur gedung 50 tahun.

Untuk berbagai kategori gedung, bergantung pada probabilitas terjadinya

keruntuhan struktur gedung selama umur gedung dan umur gedung tersebut yang

diharapkan, pengaruh Gempa Rencana terhadapnya harus dikalikan dengan suatu

Faktor Keutamaan I menurut persamaan :

I = I1 I2 (2.10)

di mana I1 adalah Faktor Keutamaan untuk menyesuaikan perioda ulang gempa

berkaitan dengan penyesuaian probabilitas terjadinya gempa itu selama umur

gedung, sedangkan I2 adalah Faktor Keutamaan untuk menyesuaikan perioda ulang

gempa berkaitan dengan penyesuaian umur gedung tersebut. Faktor-faktor

Keutamaan I1, I2 dan I ditetapkan menurut Tabel 2.3.

Page 32: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

17

Tabel 2.3. Faktor Keutamaan I untuk berbagai kategori gedung dan bangunan

Faktor KeutamaanKategori gedung

I1 I2 I

Gedung umum seperti untuk penghunian, perniagaan dan perkantoran

1,0 1,0 1,0

Monumen dan bangunan monumental 1,0 1,6 1,6

Gedung penting pasca gempa seperti rumah sakit, instalasi air bersih, pembangkit tenaga listrik, pusat penyelamatan dalam keadaan darurat, fasilitas radio dan televisi.

1,4 1,0 1,4

Gedung untuk menyimpan bahan berbahaya seperti gas, produk minyak bumi, asam, bahan beracun.

1,6 1,0 1,6

Cerobong, tangki di atas menara 1,5 1,0 1,5

Catatan :

Untuk semua struktur bangunan gedung yang ijin penggunaannya diterbitkan

sebelum berlakunya Standar ini maka Faktor Keutamaam, I, dapat dikalikan

80%.

2.4.2 Struktur gedung beraturan dan tidak beraturan

Struktur gedung ditetapkan sebagai struktur gedung beraturan, apabila

memenuhi ketentuan sebagai berikut :

- Tinggi struktur gedung diukur dari taraf penjepitan lateral tidak lebih dari 10

tingkat atau 40 m.

Page 33: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

18

- Denah struktur gedung adalah persegi panjang tanpa tonjolan dan kalaupun

mempunyai tonjolan, panjang tonjolan tersebut tidak lebih dari 25% dari

ukuran terbesar denah struktur gedung dalam arah tonjolan tersebut.

- Denah struktur gedung tidak menunjukkan coakan sudut dan kalaupun

mempunyai coakan sudut, panjang sisi coakan tersebut tidak lebih dari 15%

dari ukuran terbesar denah struktur gedung dalam arah sisi coakan tersebut.

- Sistem struktur gedung terbentuk oleh subsistem-subsistem penahan beban

lateral yang arahnya saling tegak lurus dan sejajar dengan sumbu-sumbu

utama ortogonal denah struktur gedung secara keseluruhan.

- Sistem struktur gedung tidak menunjukkan loncatan bidang muka dan

kalaupun mempunyai loncatan bidang muka, ukuran dari denah struktur

bagian gedung yang menjulang dalam masing-masing arah, tidak kurang dari

75% dari ukuran terbesar denah struktur bagian gedung sebelah bawahnya.

Dalam hal ini, struktur rumah atap yang tingginya tidak lebih dari 2 tingkat

tidak perlu dianggap menyebabkan adanya loncatan bidang muka.

- Sistem struktur gedung memiliki kekakuan lateral yang beraturan, tanpa

adanya tingkat lunak. Yang dimaksud dengan tingkat lunak adalah suatu

tingkat, di mana kekakuan lateralnya adalah kurang dari 70% kekakuan

lateral tingkat di atasnya atau kurang dari 80% kekakuan lateral rata-rata 3

tingkat di atasnya. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan kekakuan lateral

suatu tingkat adalah gaya geser yang bila bekerja di tingkat itu menyebabkan

satu satuan simpangan antar-tingkat.

Page 34: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

19

- Sistem struktur gedung memiliki berat lantai tingkat yang beraturan, artinya

setiap lantai tingkat memiliki berat yang tidak lebih dari 150% dari berat

lantai tingkat di atasnya atau di bawahnya. Berat atap atau rumah atap tidak

perlu memenuhi ketentuan ini.

- Sistem struktur gedung memiliki unsur-unsur vertikal dari sistem penahan

beban lateral yang menerus, tanpa perpindahan titik beratnya, kecuali bila

perpindahan tersebut tidak lebih dari setengah ukuran unsur dalam arah

perpindahan tersebut.

- Sistem struktur gedung memiliki lantai tingkat yang menerus, tanpa lubang

atau bukaan yang luasnya lebih dari 50% luas seluruh lantai tingkat.

Kalaupun ada lantai tingkat dengan lubang atau bukaan seperti itu, jumlahnya

tidak boleh melebihi 20% dari jumlah lantai tingkat seluruhnya.

Untuk struktur gedung beraturan, pengaruh Gempa Rencana dapat ditinjau

sebagai pengaruh beban gempa statik ekuivalen, sehingga menurut Standar ini

analisisnya dapat dilakukan berdasarkan analisis statik ekuivalen.

Struktur gedung yang tidak memenuhi ketentuan di atas, ditetapkan

sebagai struktur gedung tidak beraturan. Untuk struktur gedung tidak beraturan,

pengaruh Gempa Rencana harus ditinjau sebagai pengaruh pembebanan gempa

dinamik, sehingga analisisnya harus dilakukan berdasarkan analisis respons

dinamik.

Page 35: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

20

2.4.3 Daktilitas struktur bangunan

Faktor daktilitas struktur gedung adalah rasio antara simpangan

maksimum struktur gedung akibat pengaruh Gempa Rencana pada saat mencapai

kondisi di ambang keruntuhan m dan simpangan struktur gedung pada saat

terjadinya pelelehan pertama y, yaitu :

my

m0,1

(2.11)

Dalam persamaan (2.11) = 1,0 adalah nilai faktor daktilitas untuk struktur

gedung yang berperilaku elastik penuh, sedangkan m adalah nilai faktor daktilitas

maksimum yang dapat dikerahkan oleh sistem struktur gedung yang bersangkutan.

Apabila Ve adalah pembebanan maksimum akibat pengaruh Gempa

Rencana yang dapat diserap oleh struktur gedung elastik penuh dalam kondisi di

ambang keruntuhan dan Vy adalah pembebanan yang menyebabkan pelelehan

pertama di dalam struktur gedung, maka dengan asumsi bahwa struktur gedung

daktail dan struktur gedung elastik penuh akibat pengaruh Gempa Rencana

menunjukkan simpangan maksimum m yang sama dalam kondisi di ambang

keruntuhan, maka berlaku hubungan sebagai berikut :

e

yV

V (2.12)

di mana adalah faktor daktilitas struktur gedung.

Page 36: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

21

Apabila Vn adalah pembebanan gempa nominal akibat pengaruh Gempa

Rencana yang harus ditinjau dalam perencanaan struktur gedung, maka berlaku

hubungan sebagai berikut :

R

V

f

VV e

1

yn (2.13)

di mana f1 adalah faktor kuat lebih beban dan bahan yang terkandung di dalam

struktur gedung dan nilainya ditetapkan sebesar :

6,1f1 (2.14)

dan R disebut faktor reduksi gempa menurut persamaan :

m1 RfR6,1 (2.15)

Tabel 2.4. Parameter daktilitas struktur gedung

Taraf Kinerja Struktur Gedung R

Elastik penuh 1,0 1,6

1,5 2,4

2,0 3,2

2,5 4,0

3,0 4,8

3,5 5,6

4,0 6,4

4,5 7,2

Daktail parsial

5,0 8,0

Daktail penuh 5,3 8,5

Sumber : SNI 1726 2002

Page 37: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

22

Dalam persamaan di atas R = 1,6 adalah faktor reduksi gempa untuk

struktur gedung yang berperilaku elastik penuh, sedangkan Rm adalah faktor

reduksi gempa maksimum yang dapat dikerahkan oleh sistem struktur yang

bersangkutan.

2.4.4. Kinerja Struktur Gedung

2.4.4.1. Kinerja Batas Layan

Kinerja batas layan struktur gedung ditentukan oleh simpangan antar-

tingkat akibat pengaruh Gempa Rencana, yaitu untuk membatasi terjadinya

pelelehan baja dan peretakan beton yang berlebihan, di samping untuk mencegah

kerusakan non-struktur dan ketidaknyamanan penghuni. Simpangan antar-tingkat

ini harus dihitung dari simpangan struktur gedung tersebut akibat pengaruh Gempa

Nominal yang telah dibagi Faktor Skala.

Untuk memenuhi persyaratan kinerja batas layan struktur gedung, dalam

segala hal simpangan antar-tingkat yang dihitung dari simpangan struktur gedung

tidak boleh melampaui R

0,03 kali tinggi tingkat yang bersangkutan atau 30 mm,

bergantung yang mana yang nilainya terkecil.

2.4.4.2. Kinerja Batas Ultimit

Kinerja batas ultimit struktur gedung ditentukan oleh simpangan dan

simpangan antar-tingkat maksimum struktur gedung akibat pengaruh Gempa

Rencana dalam kondisi struktur gedung di ambang keruntuhan, yaitu untuk

membatasi kemungkinan terjadinya keruntuhan struktur gedung yang dapat

Page 38: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

23

menimbulkan korban jiwa manusia dan untuk mencegah benturan berbahaya antar-

gedung atau antar bagian struktur gedung yang dipisah dengan sela pemisah (sela

delatasi). Simpangan dan simpangan antar-tingkat ini harus dihitung dari

simpangan struktur gedung akibat pembebanan gempa nominal, dikalikan dengan

suatu faktor pengali sebagai berikut :

- untuk struktur gedung beraturan :

= 0,7 R (2.16)

- untuk struktur gedung tidak beraturan :

SkalaFaktor

R7,0 (2.17)

di mana R adalah faktor reduksi gempa struktur gedung tersebut dan Faktor Skala

adalah seperti yang ditetapkan :

1.8,0

Vt

ViSkalaFaktor (2.18)

Untuk memenuhi persyaratan kinerja batas ultimit struktur gedung, dalam

segala hal simpangan antar-tingkat yang dihitung dari simpangan struktur gedung

tidak boleh melampaui 0,02 kali tinggi tingkat yang bersangkutan.

Page 39: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

24

2.5. Analisis Beban Dorong Statik (Static Push Over Analysis)

Analisis beban dorong statik (static push over analysis) adaah suatu cara

analisis statik dua dimensi atau tiga dimensi linier dan non-linier, di mana pengaruh

Gempa Rencana terhadap struktur gedung dianggap sebagai beban-beban statik

yang menangkap pada pusat massa masing-masing lantai, yang nilainya

ditingkatkan secara berangsur-angsur sampai melampaui pembebanan yang

menyebabkan terjadinya pelelehan (sendi plastis) pertama di dalam struktur

gedung, kemudian dengan peningkatan beban lebih lanjut mengalami perubahan

bentuk elasto-plastis yang besar sampai mencapai kondisi di ambang keruntuhan.

Gambar 2.1. Kurva Kapasitas

Dari hasil analisis pushover akan didapatkan kurva kapasitas yang

menunjukkan hubungan antara gaya geser dasar terhadap peralihan, yang

memperlihatkan perubahan perilaku struktur dari linear menjadi non-linear, berupa

penurunan kekakuan yang diindikasikan dengan penurunan kemiringan kurva

akibat terbentuknya sendi plastis pada balok dan kolom. Analisis beban dorong ini

dilakukan secara terpisah untuk masing-masing arah sumbu lemah dan kuat gedung

(Christiawan, 2007)

atap

V

Gay

a ge

ser

dasa

r, V

(kg

)

Perpindahan atap, atap (m)

Page 40: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

25

Menurut Lumantarna (2007), kurva kapasitas yang didapatkan dari analisis

pushover menggambarkan kekuatan struktur yang besarnya sangat tergantung dari

kemampuan momen-deformasi dari masing-masing komponen struktur. Cara

termudah untuk membuat kurva ini adalah dengan mendorong struktur secara

bertahap dan mencatat hubungan antara gaya geser dasar (base shear) dan

perpindahan atap akibat beban lateral yang dikerjakan pada struktur dengan pola

pembebanan tertentu (Gambar 2.1). Pola pembebanan umumnya berupa respon

ragam-1 struktur (atau bisa juga berupa beban statik ekivalen) berdasarkan asumsi

bahwa ragam struktur yang dominan adalah ragam-1. Hal ini berlaku untuk

bangunan yang memiliki periode fundamental struktur yang relatif kecil. Untuk

bangunan yang lebih fleksibel dengan periode struktur yang lebih besar, perencana

sebaiknya memperhitungkan pengaruh ragam yang lebih tinggi .

Tujuan analisis pushover adalah untuk memperkirakan gaya maksimum dan

deformasi yang terjadi serta memperoleh informasi bagian mana saja yang kritis.

Selanjutnya dapat diidentifikasi bagian-bagian yang memerlukan perhatian khusus

untuk pendetailannya. Cukup banyak studi yang menunjukkan bahwa analisis statik

pushover dapat memberikan hasil yang mencukupi untuk bangunan regular dan

tidak tinggi.

Menurut Dewobroto (2006) analisis pushover dapat digunakan sebagai alat

bantu perencanaan tahan gempa, asalkan menyesuaikan dengan keterbatasan yang

ada. Keterbatasan-keterbatasan tersebut adalah :

a. hasil analisis pushover masih berupa pendekatan, karena bagaimanapun juga

perilaku gempa yang sebenarnya adalah bersifat bolak-balik melalui suatu

Page 41: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

26

siklus tertentu, sedangkan sifat pembebanan pada analisis pushover adalah

statik monotonik

b. pemilihan pola beban lateral yang digunakan dalam analisis adalah sangat

penting

c. Untuk membuat model analisis nonlinear akan lebih rumit dibanding dengan

analisis linear. Model tersebut harus memperhitungkan karakteristik inelastik

beban deformasi dari elemen-elemen yang penting dan efek P-.

Menurut ATC 40 1997, terdapat 2 metode untuk menentukan demand, yaitu :

a. Capacity Spectrum Method

Merupakan metode iterative yang bertujuan untuk menentukan lokasi

titik performance struktur dengan kapasitas yang ada dan demand yang

diminta.

Lokasi performance point harus memenuhi 2 kriteria, yaitu :

- Berada pada kurva spektrum kapasitas.

- Berada pada kurva demand spectral yang telah direduksi dari

keadaan elastis (damping 5%).

Ada 3 macam prosedur yang dapat dipilih, yaitu, yaitu :

- Prosedur A:

Paling mudah digunakan dalam spreadsheet dan paling mudah

dipahami, merupakan cara analitis berdasarkan rumusan-rumusan

tertentu.

Page 42: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

27

- Prosedur B :

Penyederhanaan bilinier pada kurva kapasitas sehingga cara ini

relatif sedikit iterasinya tetapi kurang jelas jika dibandingkan

prosedur A.

- Prosedur C :

Cara grafis sehingga paling tepat untuk penyelesaian manual tanpa

spreadsheet tetapi paling tidak jelas diantara ke 3 prosedur yang ada.

b. Displacement Coefficient Method.

Metode dengan proses numerik langsung dalam menghitung displacement

demand sehingga tidak perlu mengkonversi kurva kapasitas ke dalam

koordinat spectral.

Prosedur analisis pushover cukup sederhana yaitu memberikan beban statis

arah lateral pada suatu struktur. Beban kemudian ditingkatkan secara bertahap

(incremental) sampai struktur mencapai target perpindahan (displacement) tertentu.

Dari hasil analisa diambil nilai-nilai perpindahan di puncak struktur (roof

displacement) dan daya geser dasar (base shear) yang kemudian dipetakan sebagai

kurva kapasitas dari struktur tersebut.

Disamping itu dari analisis pushover ini juga diperlihatkan secara visual

perilaku struktur dari saat kondisi masih elastis kemudian memasuki perilaku

plastis sampai akhirnya terjadi keruntuhan pada elemen-elemen strukturnya.

Page 43: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

28

Prosedur perhitungan dengan analisis pushover berdasarkan ATC 40 (1997)

adalah sebagai berikut :

1. Dibuat model analitik struktur yang akan dianaliis secara 2 dimensi atau 3

dimensi,

2. Ditentukan suatu kriteria kinerja (performance), seperti batas ijin simpangan

pada lantai atap pada titik sendi tertentu

3. Struktur dibebani dengan gaya gravitasi sesuai beban rencana

4. Struktur kemudian juga dibebani dengan beban gempa statis ekivalen yang

ditambahkan secara berangsur-angsur. Pola pembebanan ditentukan sesuai

peraturan yang berlaku

5. Ditentukan titik kontrol untuk memantau perpindahan khususnya pada respon

puncak struktur.

6. Selanjutnya struktur didorong (push) dengan pola pembebanan, yang telah

ditentukan sebelumnya secara bertahap (incremental) sampai mencapai batas

ijin simpangan atau mencapai keruntuhan yang direncanakan

7. Digambarkan kurva hubungan gaya geser dasar (base shear) vs perpindahan

terkontrol (controlled displacement). Kurva inilah yang disebut kurva

kapasitas, dari sini dapat dilihat kejadian-kejadian untuk kriteria performance

yang berbeda.

2.5.1 CAPACITY SPECTRUM METHOD

Salah satu varian metode statis nonlinier yang banyak diadopsi dan

direkomendasikan oleh standar desain adalah Metode Spektrum Kapasitas

(Capacity Spectrum Method, CSM). Metode ini sering kali disebut metode

Page 44: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

29

pushover karena dalam aplikasinya, digunakan analisis beban dorong statis

nonlinier (nonlinear static pushover analysis), dimana struktur didorong secara

bertahap hingga beberapa komponen struktur mengalami leleh dan berdeformasi

inelastis. Hubungan antara perpindahan lateral lantai atap dan gaya geser dasar

digambarkan dalam suatu kurva yang menggambarkan kapasitas struktur dan

dinamakan kurva kapasitas (capacity curve). Untuk mengetahui perilaku struktur

yang ditinjau terhadap intensitas gempa yang diberikan, kurva kapasitas ini

kemudian dibandingkan dengan tuntutan (demand) kinerja yang berupa response

spectrum berbagai intensitas (periode ulang) gempa.

Capacity spectrum method menyajikan secara grafis dua buah grafik yang

disebut spektrum, yaitu spektrum kapasitas (capacity spectrum) yang

menggambarkan kapasitas struktur berupa hubungan gaya dorong total (base shear)

dan perpindahan lateral struktur (biasanya ditetapkan di puncak bangunan), dan

spektrum demand yang menggambarkan besarnya demand (tuntutan kinerja) akibat

gempa dengan periode ulang tertentu

Spektrum kapasitas didapatkan dari kurva kapasitas (capacity curve) yang

diperoleh dari analisis pushover. Karena kurva kapasitas merupakan hubungan

antara gaya dorong total yang diberikan ke suatu struktur berderajat kebebasan

banyak (multi-degree-of-freedom-system, MDOF) terhadap perpindahan yang

dipilih sebagai referensi (umumnya puncak bangunan) sedangkan spektrum

demand dibuat untuk struktur dengan kebebasan satu (single-degree-of-freedom-

system, SDOF), maka kurva kapasitas dengan cara tertentu harus diubah menjadi

spektrum kapasitas dengan satuan yang sama dengan spektrum demand. Spektrum

demand didapatkan dengan mengubah spektrum respons yang biasanya dinyatakan

Page 45: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

30

dalam spektral kecepatan, Sa, dan Periode, T, menjadi format spektral percepatan,

Sa, dan spektral perpindahan, Sd. Format yang baru ini disebut Acceleration-

Displacemet Response Spectra (ADRS). Kurva kapasitas yang merupakan produk

dari pushover dinyatakan dalam satuan gaya (kg) dan perpindahan (m), sedangkan

demand spectrum memiliki satuan percepatan (m/detik2) dan perpindahan (m).

Satuan dari kedua kurva tersebut perlu diubah dalam format yang sama, yaitu

spektral percepatan, Sa, dan spektral perpindahan, Sd, agar dapat ditampilkan dalam

satu tampilan..

Penyajian secara grafis dapat memberikan gambaran yang jelas bagaimana

sebuah bangunan merespon beban gempa. Perencana dapat membuat berbagai

skenario kekuatan struktur (dengan cara mengganti kekakuan dari beberapa

komponen struktur) dan melihat kinerjanya akibat beberapa level demand yang

dikehendaki secara cepat dalam satu grafik. Titik kinerja merupakan perpotongan

antara spektrum kapasitas dan spektrum demand. Dengan demikian titik kinerja

merupakan representasi dari dua kondisi, yaitu:

1) karena terletak pada spektrum kapasitas, merupakan representasi kekuatan

struktur pada suatu nilai perpindahan tertentu,

2) karena terletak pada kurva demand, menunjukkan bahwa kekuatan struktur

dapat memenuhi demand beban yang diberikan.

Konsep desain kinerja struktur metode spektrum kapasitas pada dasarnya

merupakan prosedur yang dilakukan untuk mendapatkan peralihan aktual struktur

gedung. Peralihan aktual yang didapat dari hasil tersebut menunjukkan besar

simpangan atap struktur. Perbandingan antara simpangan atap struktur terhadap

tinggi total struktur menunjukkan kinerja struktur.

Page 46: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

31

2.5.1.1. Acceleration-Displacement Response Spectrum (ADRS)

Format ADRS merupakan konversi sederhana dari kurva hubungan gaya

geser dasar dengan perpindahan lateral titik kontrol dengan menggunakan properti

dinamis sistem dan hasilnya disebut sebagai kurva kapasitas struktur. Format

ADRS ini adalah gabungan antara acceleration displacement response spectrum

dimana absis merupakan acceleration (Sa) dan ordinat merupakan displacement

(Sd) sedangkan periode T adalah garis miring dari pusat sumbu. Format standar

menjadi format ADRS disajikan pada Gambar.2.2.

Gambar 2.2.. Format standar menjadi format ADRS

Page 47: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

32

Konversi kurva hasil analisis pushover ke dalam format ADRS tersebut

menggunakan persamaan sebagai berikut:

Modal participation factor mode 1:

n

i

i

n

i

i

gw

gw

PF

1

211

1

11

1).(

.

.......................................................................................(2.19)

Modal mass coefficient mode 1:

n

i

in

i

n

i

i

gw

gw

gw

1

211

1

1

1

11

1).(

.

.........................................................................(2.20)

Spectrum acceleration:

1W

VSa .......................................................................................................(2.21)

Spectrum displacement:

1,1. roof

roofa PF

S

...............................................................................................(2.22)

dengan:

PFi = modal participation factor untuk mode pertama

αi = modal mass coefficient untuk mode pertama

Sa = spectral acceleration

Sd = spectral displacement

i1 = amplitude untuk mode pertama

Page 48: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

33

V = gaya geser

W = beban mati bangunan ditambah beban hidup

∆roof = roof displacement

2.5.1.2. Kurva Kapasitas (Capacity Curve)

Fokus dari penyederhanaan analisis nonlinier adalah kurva kapasitas

(pushover curve). Kurva tersebut menampilkan hubungan antara gaya geser dasar

(base shear) versus perpindahan titik acuan pada atap (roof displacement). Pada

metode spektrum kapasitas, kurva pushover dengan modifikasi tertentu diubah

menjadi spektrum kapasitas (capacity spectrum). Proses konversi ke bentuk

spektrum kapasitas disajikan pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3. Proses konversi Capacity curve ke bentuk capacity spectrum

atap

V

Gay

a ge

ser

dasa

r, V

(kN

)

Perpindahan atap, atap (m)

Spec

tral

Acc

, Sa

Spectral Disp, Sd

Capacity Curve Capacity Spectrum

Page 49: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

34

2.5.1.3. Demand Spectrum

Demand spectrum merupakan hasil dari response spectrum dalam bentuk

ADRS yang dimodifikasi dengan memasukkan pengaruh effective damping yang

terjadi akibat terbentuknya sendi plastis.

Demand spectrum didapatkan dari spektrum respons elastis yang pada

umumnya dinyatakan dalam satuan percepatan, Sa (m/detik2) dan periode struktur,

T (detik). Sama halnya dengan kurva kapasitas, spektrum respons ini juga perlu

diubah dalam format ADRS menjadi spektrum demand. Gambar 2.4.menunjukkan

spektrum yang sama yang ditampilkan dalam format tradisional (Sa dan T) dan

format ADRS (Sa dan Sd). Pada format ADRS, periode struktur yang sama

merupakan garis lurus radial dari titik nol. Hubungan antara Sa, Sd, dan T, dapat

dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :

a

d

S

ST 2 (2.23)

ad ST

S 2)2

(

(2.24)

Gambar 2.4. Spektrum respon yang dalam format tradisional dan ADRS

T1 T2 T3

T1

T2

T3

Spek

tral

per

cep

atan

, S

a (

m/d

et2 )

Spektrum tradisional(Sa vs T)

Spektrum ADRS(Sa vs Sd)

Periode, T (detik)

Spek

tral

per

cep

atan

, S

a (

m/d

et2 )

Spektral perpindahan, Sd (m)

Page 50: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

35

Pada gambar 2.4 terlihat bahwa hasil grafik response spektrum dalam

format standar harus diubah terlebih dahulu menjadi grafik response spektrum

dalam format ADRS. Kemudian dalam mendapatkan kurva kebutuhan (demand

spektrum), respons spektrum dalam format ADRS ini direduksi dengan suatu

konstanta. Untuk respons spektrum dengan percepatan yang konstan direduksi

dengan SRA, sedangkan respon spektrum dengan kecepatan yang konstan direduksi

dengan SRv dimana

12,2

5.

)..(7,63ln.68,021,3

dpiapi

apidydpiayK

SRA (2.25)

65,1

5.

)..(7,63ln.41,031,2

dpiapi

apidydpiayK

SRv (2.26)

atau dapat ditulis dalam bentuk yang lebih sederhana :

12,2

ln.68,021,3 effSRA

(2.27)

65,1

ln.41,031,2 effSRv

(2.28)

Nilai SRA dan SRv tersebut harus lebih besar dari table 2.5, sedang tipe-tipe

perilaku struktur dapat dilihat pada tabel 2.6.

Tabel 2.5. Nilai Minimum SRA dan SRV

Tipe Perilaku struktur SRA SRV

A 0,33 0,5

B 0,44 0,56

C 0.56 0,67

Page 51: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

36

Tabel 2.6. Tipe Perilaku Struktur

Shaking Duration Essentially New

Building

Average Existing

Building

Poor Existing

Building

Short A B C

Long B C C

Sumber : ATC 40 1997

2.5.2. Titik Kinerja (Performance Point)

Titik kinerja adalah suatu titik dimana kapasitas struktur sesuai demand dari

gaya gempa. Kinerja (performance) suatu struktur bangunan dapat diketahui

berdasarkan lokasi titik-titik kinerja struktur tersebut. Performance point diperoleh

dengan melakukan plot demand spectrum dengan nilai damping 5% sesuai dengan

kondisi tanah dan wilayah gempa, kemudian menggabungkan demand spectrum

dengan capacity spectrum sehingga diperoleh titik perpotongan antara capacity

spectrum dengan demand spectrum (Gambar 2.5).

Gambar 2.5. Performance Point

Sd

Sa

Capacity spectrum

Demand spectrum

Performance point

Page 52: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

37

Setelah performance point diperoleh, dapat diketahui nilai simpangan antar

tingkat dan posisi sendi plastis untuk berbagai periode ulang gempa. Selain itu

dapat ditentukan tingkat kinerja struktur dari simpangan antar tingkat berbagai

periode ulang gempa. Analisis statik non-linear pushover dilakukan dengan bantuan

program analisis struktur ETABS versi 9.0.

2.6. Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia

2.6.1. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung

Kombinasi Beban Ketentuan disain gempa SNI 2847 memakai dasar disain

kekuatan batas dan bukan disain tingkat layan (elastis). Perbandingan antara

kombinasi beban SNI 2847 2002 dan 1992 dapat dilihat di tabel 2.7. dan sedang

reduksi kekuatan pada tabel 2.8.

Tabel 2.7. Perbandingan Kombinasi Beban menurut SNI 2847 baru dan lama

SNI 2847 2002 SNI 2847 1992

1,4 D

1,2 D +1,6 L +0.5 (A atauR)

1,2 D +1,0 L + 1,6 W +0.5 (A atauR)

0,9 D + 1,6 W

1,2 D + 1,0 L + 1,0 E

0,9 D+ 1,0 E

1,2 D + 1,6 L

0,75 (1,2 D + 1,6 L + 1,6 W)

0,9 D + 1,3 W

1,05 (D+L+E )

0,9 (D +E )

Beban gempa nominal E dalam kombinasi beban di SNI 2847 ini, memakai

beban berfaktor = 1,0 karena E adalah beban ultimate.

Page 53: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

38

Tabel 2.8. Faktor Reduksi Kekuatan menurut SNI 2847 2002 dan SNI 1992

Beban Yang Bekerja SNI 2002 SNI 1992

lentur, tanpa beban aksial 0,8 0,8

tarik aksial, dan tarik aksial dengan lentur 0,8 0,8

tekan aksial dan tekan aksial dengan lentur :

komponen dengan tulangan spiral

komponen lain

0,70

0,65

0,70

0,65

geser dan/atau puntir 0,75 0,6

2.6.2. Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Rumah dan Gedung

Rumus perhitungan gaya geser nominal (V) menurut SNI 1726 2002 berbeda

dengan SKBI 1987 seperti diperlihatkan di Tabel 2.7 dibawah ini.

Tabel 2.9. Rumus Beban Gempa Statik Ekivalen SNI baru dan SKBI 1987

SNI 1726 2002 SKBI 1987

V = (C1 I Wt )/R V = C I K Wt

C1: Faktor respons gempa

I : Faktor keutamaan

R : Fakto reduksi gempa

W : Berat total Bangunan

C : Faktor gempa dasar

I : Faktor keutamaan

K : Faktor Jenis Struktur

W : Berat total Bangunan

Page 54: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

39

2.7. Analisis Kapasitas Komponen Struktur

2.7.1 Kapasitas Lentur Balok

Analisis penampang beton bertulangan tunggal yaitu dengan tulangan tarik

saja didasarkan pada gambar di bawah ini :

Gambar 2.6. Distribusi Tegangan dan Regangan Penampang Tulangan Tunggal

Dari gambar 2.6 tersebut ditentukan resultan gaya dalam tarik baja T adalah

T = As. fy (2.29)

dengan: As = luas tulangan tarik , fy = tegangan tarik baja

Resultan gaya dalam tekan beton C adalah

C = 0,85 fc' .a .b (2.30)

Dengan :

a = tinggi blok tegangan beton tekan persegi ekivalen ;

b = lebar penampang

fc' = tegangan tekan beton

Jarak antara resultan gaya-gaya dalam dan merupakan lengan momen, sebesar

z = d-a/2

d = tinggi efektif ( jarak serat teratas terhadap tulangan )

Sehingga kapasitas momen lentur nominal dapat ditulis sebagai berikut :

Page 55: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

40

Mn = T. z = As.fy (d - a/2) (2.31)

2.6.2. Kolom

Kegagalan kolom akan berakibat langsung pada runtuhnya komponen struktur

lain yang berhubungan dengannya, atau bahkan merupakan batas runtuh total

keseluruhan struktur bangunan.

Pada umumnya kegagalan atau keruntuhan komponen tekan tidak diawali

dengan tanda peringatan yang jelas, bersifat mendadak. Oleh karena itu, dalam

merencanakan struktur kolom harus memperhitungkan secara cermat dengan

memberikan cadangan kekuatan lebih tinggi dari pada komponen struktur lainnya.

Karena penggunaan di dalam praktek umumnya kolom tidak hanya bertugas

menahan beban aksial vertikal, sehingga definisi kolom diperluas dengan

mencangkup juga tugasnya menahan kombinasi beban aksial dan lentur.

Dengan kata lain kolom harus diperhitungkan untuk menyangga beban aksial tekan

dengan eksentrisitas tertentu.

SNI 03 – 2847 – 2002 pasal 12.9 (1) memberikan batasan untuk rasio

penulangan longitudinal komponen struktur tekan non komposit antara 0,01 sampai

0,08.

Untuk menghitung kapasitas penampang kolom dapat digunakan suatu

pendekatan empiris, yaitu :

a. Untuk kolom berpenampang persegi dengan hancur tekan

Pn = 18,1

350,0 2!

!

d

hfhb

dd

efAs

e

cy

(2.32)

Page 56: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

41

b. Untuk kolom berpenampang persegi dengan hancur tarik

Pn = 0,85.fc.b.d

d

dm

d

eh

d

eh !2

122

2

2

2

(2.33)

c. Untuk kolom berpenampang bulat dengan hancur tekan

Pn =

18,1

67,08,0

.6,90,1

32

Dsh

ehfAg

Ds

efAs

cy

(2.34)

d. Untuk kolom berpenampang bulat dengan hancur tarik

Pn = 0,85.fc.

h

Dsm

h

eh g

50,238,0

85,02

2 -

38,0

85,0

h

e

(2.35)

dimana : h = diameter penampang

sD = diameter lingkaran tulangan terjauh dari sumbu

e = eksentrisitas terhadap pusat plastis penampang

g = g

st

A

A =

brutopenulanganluas

totalpenulanganluas

m = c

y

f

f

85,0

Banyak kolom menerima lentur biaksial, yaitu lentur terhadap dua

sumbu. Tiang jembatan hampir selalu menerima lentur biaksial.

Salah satu metode yang dapat digunakan dalam analisis adalah persamaan

interaksi resiprokal yang dikembangkan oleh Prof. Boris Bresler dari University of

California Barkeley. Persamaan ini diperlihatkan dalam Bagian R10.3.6 dari ACI

Commentary adalah sebagai berikut :

Page 57: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

42

PoPnyPnxPn

1111 (2.36)

dimana

Pn = kapasitas beban aksial nominal penampang jika beban ditempatkan pada

eksentrisitas yang ditinjau pada kedua sumbu

Pnx = kapasitas beban aksial nominal penampang jika beban ditempatkan pada

eksentrisitas ex

Pny = kapasitas beban aksial nominal penampang jika beban ditempatkan pada

eksentrisitas ey

Po = kapasitas beban aksial nominal penampang jika beban ditempatkan pada

eksentrisitas 0

2.6.2. Geser

Dasar pemikiran perencanaan penulangan geser adalah usaha menyediakan

sejumlah tulangan baja untuk menahan gaya tarik arah tegak lurus terhadap retak

tarik diagonal sedemikian rupa sehingga mampu mencegah bukaan retak lebih

lanjut. Berdasarkan atas pemikiran tersebut, penulangan geser dapat dilakukan

dalam bebrapa cara, seperti :

Sengkang vertikal

Jaringan kawat baja las yang dipasang tegak lurus terhadap sumbu aksial

Batang tulangan miring diagonal yang dapat dilakukan dengan cara

membengkok batang tulangan pokok balok ditempat – tempat yang diperlukan

Untuk komponen – komponen struktur yang menahan geser dan lentur saja

persamaan SNI 03 – 2847 – 2002 pasal 13.3 (1) memberikan kapasitas kemampuan

beton untuk menahan gaya geser adalah cV

Page 58: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

43

dbf

V wc

c

6 (2.37)

atau yang lebih rinci

7120

db

M

dVfV w

u

uwcc

(2.38)

dimana : cV = kuat geser nominal yang disumbangkan oleh beton

cf = kuat tekan beton

wb = lebar badan balok atau diameter penampang bulat

d = jarak dari serat tekan terluar ke titik berat tulangan tarik

longitudinal

w = db

A

w

s

uV = gaya geser terfaktor pada penampang

uM = momen terfaktor pada penampang

Untuk komponen struktur yang menerima gaya aksial kapasitas kemampuan

beton untuk menahan gaya geser adalah

dbf

V wc

c

6

Nu14Ag (2.39)

Apabila gaya geser yang bekerja uv lebih besar dari kapasitas geser beton cv

maka diperlukan penulangan geser untuk memperkuatnya.

Dasar perencanaan tulangan geser adalah :

un vv

dimana : scn vvv

Page 59: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

44

sehingga : scu vvv (2.40)

dimana : uv = gaya geser terfaktor pada penampang yang ditinjau

nv = kuat geser nominal

cv = kuat geser nominal yang disumbangkan oleh beton

sv = kuat geser nominal yang disumbangkan oleh tulangan geser

= faktor reduksi

Untuk sengkang yang tegak lurus terhadap sumbu aksial komponen struktur

SNI 03 – 2847 – 2002 pasal 13.5 (6) memberikan ketentuan :

s

dfAv yv

s (2.41)

dengan vA adalah luas tulangan geser yang berada dalam rentang jarak s.

2.8. Metode dan Material Perkuatan

Dalam pemilihan metode perkuatan, harus diperhatikan beberapa hal yaitu

kapasitas struktur, lingkungan dimana struktur berada, peralatan yang tersedia,

kemampuan tenaga pelaksana serta batasan-batasan dari pemilik seperti

keterbatasan ruang kerja, kemudahan pelaksanaan, waktu pelaksanaan dan biaya

perkuatan.

Metode perkuatan yang umumnya dilakukan adalah :

- Memperpendek bentang dari struktur dengan konstruksi beton ataupun dengan

konstruksi baja.

Page 60: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

45

Tujuannya adalah memperkecil gaya-gaya dalam yang terjadi, tetapi harus

dianalisa ulang akibat dari perpendekan bentang ini yang menyebabkan

perubahan dari gaya-gaya dalam tersebut.

Umumnya dilakukan dengan menambah balok atau kolom baik dari beton

maupun dari baja.

- Memperbesar dimensi daripada konstruksi beton.

Umumnya digunakan beton sebagai material untuk memperbesar dimensi

struktur. Dengan adanya admixture beton generasi baru, dimungkinkan

untuk menghasilkan beton yang dapat memadat sendiri (self compacting

concrete). Akibat dari penambahan dimensi tersebut, maka harus

diperhatikan bahwa secara keseluruhan beban dari bangunan tersebut

bertambah, sehingga harus dilakukan analisa secara menyeluruh dari

struktur atas sampai pondasi.

- Menambah plat baja.

Tujuan dari penambahan ini adalah untuk menambah kekuatan pada bagian

tarik dari struktur bangunan.

Di dalam penambahan plat baja tersebut, harus dijamin bahwa plat baja

menjadi satu kesatuan dengan struktur yang ada, umumnya untuk menjamin

lekatan antara plat baja dengan struktur beton digunakan epoxy adhesive.

Page 61: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

46

- Melakukan external prestressing.

Dengan metode ini, kapasitas struktur ditingkatkan dengan melakukan

prestress di luar struktur, bukan didalam seperti pada struktur baru.

Yang perlu diperhatikan adalah penempatan anchor head, sehingga tidak

menyebabkan perlemahan pada struktur yang ada.

Material yang umumnya digunakan adalah baja prestress, tetapi pada saat

ini sudah mulai digunakan bahan dari FRP (Fibre Reinforced Polymer).

- Menggunakan FRP (Fibre Reinforced Polymer)

Prinsip daripada penambahan FRP sama seperti penambahan plat baja, yaitu

menambah kekuatan di bagian tarik dari struktur.

Tipe FRP yang sering dipakai pada perkuatan struktur adalah dari bahan

carbon, aramid dan glass. Bentuk FRP yang sering digunakan pada

perkuatan struktur adalah Plate / Composite dan Fabric / Wrap

Bentuk plate lebih efektif dan efisien untuk perkuatan lentur baik pada

balok maupun plat serta pada dinding; sedang bentuk wrap lebih efektif dan

efisien untuk perkuatan geser pada balok serta untuk meningkatkan

kapasitas beban axial dan geser pada kolom.

2.9. Balok Castella

Pada bangunan gedung biasanya balok Castella dimanfaatkan untuk duct

work dan instalasi perpipaan, menggantikan cara-cara konvensional yaitu

menggantungkan pipa atau duct pada balok. Penggunaan profil Castella yang lebih

Page 62: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

47

tinggi dari profil I tanpa bukaan, tinggi balok maksimumnya bisa meningkat sampai

dua kali asalnya. Implementasi pada gedung akan mereduksi ketinggian ceiling

terhadap lantai dan akan mereduksi ketinggian gedung secara keseluruhan.

Profil Castella ini dibuat dengan menggunakan suatu profil baja yang

dipotong secara simetris arah zigzag sepanjang garis tengah profil. Pemotongan

dimulai dari arah mendatar pada bagian bawah dengan panjang tertentu, kemudian

naik dengan sudut dan ketinggian tertentu, kembali memotong secara mendatar,

turun lagi dengan sudut dan ketinggian tertentu, kembali dengan pemotongan

mendatar dengan panjang yang sama. Pemotongan dilakukan secara terus menerus

sampai didapatkan panjang tertentu yang diinginkan. Selanjutnya sisi potongan

terluar ditemukan dan disatukan dengan teknik pengelasan. Secara umum sudut

yang digunakan minimum 45o dan maksimum 70o.

Menurut Blodget (1985), rumus tegangan lentur izin Castella didasarkan

pada AISC Sec. 1.5.1.4.5 sebagai berikut :

ytw

h

Cc 6.0

484,101

2

2

(2.42)

dimana :

h = tinggi profil

E = Modulus elastisitas baja = 2.106 kg/cm2

tw = tebal web

Tegangan geser ijin untuk berbagai sudut pemotongan dapat dilihat pada

tabel berikut.

y

ECc

22

Page 63: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

48

Tabel 2.10. Tegangan geser ijin untuk berbagai sudut pemotongan

Sudut Pemotongan () Tegangan geser izin ()

45 45 0,8225

55 35 0,7745

60 30 0,7106

65 25 0,6332

Sumber : Suharjanto, 2005

Dari hasil penelitian yang dilakukan Suharjanto (1985) dengan sudut

pemotongan 60o diketahui bahwa kapasitas daya dukung momen balok Castella

akan mengalami peningkatan cukup signifikan dibanding profil awalnya, yaitu

sekitar 27,78 %. Tahanan gesernya juga meningkat 27,78 %, sedang kekakuan

tampang balok Castella juga mengalami peningkatan cukup berarti. Hal ini terbukti

dengan tereduksinya lendutan sampai 35,683 %.

Page 64: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

49

BAB III

METODOLOGI

3.1. Pengumpulan Data

Data yang dipergunakan berupa data sekunder dan diperoleh dari Dinas

Pekerjaan Umum Kota Madiun. Data yang diperoleh berupa :

- Data gambar

- Data Hammer Test

- Data Uji Beban Langsung

- Foto Lapangan

3.2. Evaluasi kekuatan struktur berdasar SNI 2847 2002 dan SNI 1726 2002

3.2.1 Evaluasi Kekuatan Pelat

Adapun langkah-langkah dalam melakukan evalusi kekuatan pelat lantai :

1. Mengidentifikasi data penampang dan mutu material plat

2. Menentukan beban-beban yang terjadi

3. Menghitung momen yang bekerja pada plat

4. Menghitung momen kapasitas plat

5. Membandingkan momen kapasitas plat dengan momen akibat beban

3.2.2. Pembebanan

Perhitungan pembebanan mengacu pada Peraturan Pembebanan Indonesia

Untuk Gedung SNI 1728 1989.

Page 65: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

50

Beban –beban yang bekerja antara lain :

1. Beban Mati

Beban mati terdiri dari berat sendiri struktur yaitu pelat, balok, kolom dan

dinding.

2. Beban Hidup

Beban hidup untuk ground/hypermarket 400 kg/m2

Beban hidup lantai 2 sampai 4 untuk pertokoan 250 kg/m2

Beban hidup untuk atap 100 kg/m2

3. Beban Gempa

Beban gempa dihitung dengan analisis static equivalent.

Rumus gaya gempa horizontal menurut SNI 1726 2002 :

V = C I Wt/R (3.1)

dimana :

C adalah nilai koefisien gempa dasar (C),didasarkan pada penentuan wilayah

gempa dan klasifikasi tanah

I adalah faktor keutamaan, didapat dari tabel 1 SNI 1726 2002

Wt adalah berat total bangunan

R adalah faktor reduksi gempa, didapat dari tabel 2 SNI 1726 2002

Distribusi gaya gempa horisontal didapat dengan rumus :

Fi = VhiWi

hiWi

.

.(3.2)

Beban gempa dihitung 100% arah x dan 30% arah y dan sebaliknya.

Page 66: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

51

3.2.3. Analisis Struktur

Analisis struktur dilakukan dengan menggunakan program bantu ETABS 9.0

3.2.4. Evaluasi Kekuatan Balok

Adapun langkah-langkah dalam melakukan evalusi kekuatan balok :

1. Mengidentifikasi data penampang dan mutu material balok

2. Menghitung momen dan gaya lintang (hasil output ETABS)

3. Menghitung momen kapasitas balok dan geser maksimum yang mampu dipikul

balok

4. Membandingkan momen dan kapasitas geser balok dengan momen dan gaya

lintang akibat beban

3.2.5. Evaluasi Kekuatan Kolom

Adapun langkah-langkah dalam melakukan evalusi kekuatan kolom adalah

sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi data penampang dan mutu material kolom

2. Menghitung gaya aksial, momen dan gaya lintang kolom (hasil output ETABS)

3. Menghitung gaya aksial maksimum, momen dan geser maksimum yang mampu

dipikul kolom.

4. Membandingkan gaya aksial maksimum dan kapasitas geser kolom dengan

gaya aksial dan gaya lintang akibat beban

Page 67: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

52

3.3 Analisis Perkuatan dengan menggunakan balok anak WF Castella

Evaluasi kekuatan balok anak WF Castella dilakukan dengan program bantu

analisis struktur SAP2000.

3.4. Evalusi struktur dengan Pushover Analysis

Tahapan analisis beban dorong adalah sebagai berikut :

a. Menentukan tipe dan besar beban yang yang terdiri dari 2 macam beban.

Pembebanan pertama, beban mati dan hidup (gravitasi) pada struktur seperti

biasa dengan awal kondisi saat pembebanan saat struktur masih dalam

keadaan elastis. Sedangkan pembebanan kedua berupa pembebanan arah

lateral, dengan awal kondisi pembebanan dimulai pada kondisi akhir

pembebanan gravitasi sebelumnya.

b. Meningkatkan pembebanan lateral secara berangsur-angsur sehingga akan

terbentuk sendi-sendi plastis pada lokasi yang telah ditetapkan sebelumnya

secara bertahap, sampai pada akhirnya struktur mencapai keruntuhan.

c. Untuk setiap tahap beban, gaya dalam dan deformasi dihitung dan direkam.

Gaya dan deformasi untuk semua tahapan beban sebelumnya akan

terakumulasi untuk menghasilkan gaya dan deformasi total dari semua

komponen.

Langkah tersebut diatas dapat dilakukan secara sistematis dan otomatis oleh

program komputer yang mempunyai kemampuan untuk analisis pushover,

dalam hal ini ETABS. Prosesnya melalui iterasi yang berulang sampai

diperoleh keseimbangan gaya-gaya internalnya.

Page 68: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

53

3.5. Diagram Alir Penelitian

Untuk memudahkan dalam langkah-langkah yag dilakukan dalam penelitian

ini maka dibuat flow chart sebagai berikut.

Gambar 3.1. Flow Chart Penelitian

Mulai

Pengumpulan Data

Evaluasi struktur

Perlu perkuatan lagi

Perkuatan

ya

Layak Dipakai

tidak

Data Gambar Data Bahan Data Beban

Evaluasi kekuatan berdasar SNI

Pushover Analysis

Apa Kinerja tercapai ?

ya

tidak

Selesai

Page 69: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

54

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Umum

Lantai ground Gedung Timbul Jaya Plaza Madiun dalam perencanaan awalnya

digunakan sebagai kantor bank dengan desain beban hidup 250 kg/m2. Apabila

dialihfungsikan menjadi plaza dengan beban hidup 400 kg/m2 terjadi penambahan

beban sebesar 150 kg/m2 atau 60% dari beban awal. Analisis ulang dilakukan terhadap

struktur untuk mendukung beban baru guna memberi kepastian keamanan bagi

pengguna.

4.2 Data Lapangan

4.21. Mutu Beton

Pengujian bahan telah dilakukan oleh Laboratorium Beton dan Bahan Bangunan

Universitas Kristen Petra Surabaya pada bagian struktur pelat, balok dan kolom

Gedung Timbul Jaya Plaza. Pengujian yang telah dilakukan adalah dengan

menggunakan Schmidt Rebound Hammer Test.

Hammer test merupakan alat yang ringan dan praktis dalam penggunaannya dan

digunakan untuk mengukur kekerasan permukaan beton. Prinsip kerjanya adalah dengan

memberikan beban impact pada permukaan beton dengan suatu massa melalui tekanan

pegas. Karena timbul tumbukan antara massa tersebut dengan permukaan beton, massa

tersebut akan dipantulkan kembali. Jarak pantulan massa yang terukur memberika

indikasi kekerasan permukaan beton. Kekerasan beton dapat memberikan indikasi kuat

tekannya. Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel berikut.

Page 70: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

55

Tabel.4.1. Data Hammer Test

Lokasi Bag Rebound Hammer Sudut RavRav ter

koreksi

R

Anvil

Kuat

Tekan

Plat 1 39 46 40 38 43 90 41,2 37,4 38,1 378,500

Plat 2 36 42 45 40 40 90 40,6 36,7 37,4 366,698

Plat 3 41 37 41 42 44 90 41,0 37,2 37,9 374,557

Plat 4 50 49 51 50 46 90 49,2 46,0 46,9 542,860

Plat 5 49 44 49 50 47 90 47,8 44,5 45,3 513,303

Plat 6 48 48 53 46 49 90 48,8 45,6 46,4 534,386

Plat 7 50 52 49 49 49 90 49,8 46,7 47,5 555,612

Plat 8 47 44 47 44 47 90 45,8 42,4 43,1 471,601

Plat 9 50 51 51 51 48 90 50,2 47,1 48,0 564,139

Balk 30/60 1 40 38 39 41 38 0 39,2 39,2 39,9 411,801

Balk 30/60 2 38 38 39 38 39 0 38,4 38,4 39,1 396,956

Balk 30/60 3 48 45 42 41 40 0 43,2 43,2 44,0 487,664

Balk 30/70 4 38 40 45 44 45 0 42,4 42,4 43,2 472,291

Balk 30/70 5 38 46 42 44 44 0 42,8 42,8 43,6 479,966

Balk 30/70 6 48 46 46 46 43 0 45,8 45,8 46,6 538,228

Balk 30/80 7 52 48 46 50 44 0 48,0 48,0 48,9 581,654

Kolom 1 43 40 38 42 39 0 40,4 40,4 41,1 434,285

Kolom 2 45 43 38 44 43 0 42,6 42,6 43,4 476,125

Kolom 3 44 43 45 43 44 0 43,8 43,8 44,6 499,253

Kolom 4 38 40 40 37 36 0 38,2 38,2 38,9 393,264

Sumber : Hasil Hammer Test

Dari hasil Hammer Test didapat kuat tekan rata-rata 473,66 kg/cm2, Standar

deviasi 68,72 kg/cm2 dan kuat tekan karakteristiknya didapat 381,57 kg/cm2 . Guna

evaluasi struktur selanjutnya digunakan mutu beton fc’ 35 MPa untuk plat dan balok.

Sedangkan untuk kolom karena tidak ada data sampel bor inti maka berdasarkan data

gambar yang ada digunakan K250 (untuk analisis kolom digunakan fc’ 21,5 MPa)

dengan asumsi dalam pembuatan campuran beton untuk kolom site in.

Page 71: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

56

4.2.2. Mutu Baja

Mutu baja yang digunakan dalam evaluasi kekuatan struktur ditentukan berdasar

data dari as built drawing dan laporan perhitungan struktur yang menyebutkan bahwa

tulangan yang digunakan adalah U39 dengan tegangan leleh 390 MPa untuk tulangan

deform. Untuk tulangan polos digunakan U 24 dengan tegangan leleh 240 MPa.

4.2.2. Uji Beban Langsung

Di samping Hammer Test, juga telah dilakukan Uji Beban Langsung dengan

menggunakan beban pasir dalam karung. Dari hasil Tes Beban Langsung menunjukkan

sebagai berikut :

- Penurunan maksimum pada balok 30/80 = 0 mm < Batas lendutan maksimum 4 mm

- Penurunan permanent pada balok 30/80 = 0 mm < Batas lendutan permanent 1 mm

- Penurunan maksimum pada balok 30/70 = 2 mm < Batas lendutan maksimum 3,2 mm

- Penurunan permanent pada balok 30/70 = 1 mm < Batas lendutan permanent 1,7 mm

- Penurunan maksimum pada balok 30/60 = 2 mm < Batas lendutan maks 3,7 mm

- Penurunan permanent pada balok 30/60 = 0 mm < Batas lendutan permanent 0,9 mm

- Penurunan maksimum pada plat 6 mm < Batas lendutan maksimum 6,7 mm

- Penurunan permanent pada plat 0 mm < Batas lendutan permanent 1,7 mm

Pada saat pembebanan mencapai 3 lapis terjadi lendutan plat maksimum 6 mm,

lendutan ini sudah mendekati batas lendutan maksimum 6,7 mm dan diindikasikan

dengan terjadinya retak maka makin meyakinkan bahwa beban 3 lapis merupakan

kapasitas beban maksimumnya.

Page 72: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

57

Dari hasil tes beban langsung diketahui :

Beban Mati total = 408 kg/m2

Beban uji tes beban langsung 3 lapis = 624,06 kg/m2

Beban Uji Total U = 1032,06 kg/m2

Beban hidup yang dapat dipikul L = 7,1

)4,185,0

( DU

Sehingga beban hidup yang dapat dipikul L = 378.23 kg/m2.

Pada ground beban hidup yang baru direncanakan 400 kg/m2, sehingga perlu

dilakukan perkuatan. Untuk lantai 2 sampai 4 tidak perlu diberi perkuatan sebab beban

yang direncanakan tidak mengalami perubahan yaitu 250 kg/m2.

4.3 Evaluasi Struktur Pelat

Adapun data-data pelat sebagai berikut :

Mutu Beton (fc') = 35 MPa

Tebal pelat rencana = 120 mm

Mutu Baja = 240 MPa

Decking = 25 mm

Diameter tulangan = 8 mm

Lebar pelat = 1000 mm

Momen kapasitas plat

Tulangan yang digunakan 8 – 100 dengan As = 502,4 mm2

bfc

fAa ys

..85,0

. =

1000.35.85,0

240.4,502= 4,05 mm

2.

adfAM ysn =

2

05,495240.4,502 .10-4 = 1121,04 kgm

Mu = 0,9. 1121,04 = 1008,93 kgm

Page 73: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

58

Hasil perhitungan momen akibat beban dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel.4.2. Perhitungan momen plat lantai 1 (ground)

Koefisien Momen Momen

Tumpuan Lapangan Tumpuan LapanganType Ly Lx ly/lx

x y x y

qU

Mx My Mx My

A 4.7 3.7 1.28 78.4 71 40.4 25.4 1117 1198.87 1085.71 617.79 388.41

B 6.37 3.7 1.73 81.3 53.35 52.6 17.35 1117 1243.22 815.81 804.34 265.31

C 4.7 3.7 1.28 72.4 55 40.2 20.2 1117 1107.12 841.05 614.73 308.89

D 6.37 3.7 1.73 79.95 54 51.6 15 1117 1222.57 825.75 789.05 229.38

Sumber : Hasil Perhitungan

Mu kapasitas penampang semua type plat arah x pada semua tumpuan 1008,93

kgm < Mu beban sehingga perlu perkuatan.

4.4 Analisis Pembebanan

Simulasi pembebanan yang diberikan pada struktur bangunan gedung Timbul Jaya

Plaza terdiri dari berat sendiri struktur (balok, kolom, pelat beton, dinding), serta beban

hidup gedung.

Besarnya beban yang digunakan dalam perencanaan struktur adalah sebagai berikut:

1. Beban Mati.

Pembebanan Lantai 1 ( Ground )

a. Berat sendiri pelat lantai : 288.00 kg / m2

b. Berat screed : 74.00 kg / m2

c. Berat finishing (granite tile) : 36.00 kg / m2

qd1 = 398.00 kg / m2

Page 74: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

59

Beban mati plat (tidak termasuk berat sendiri) = 110 kg/m2

Pembebanan Lantai 2 s/d 4

a. Berat sendiri pelat lantai : 288.00 kg / m2

b. Berat screed : 74.00 kg / m2

d. Berat finishing (granite tile) : 36.00 kg / m2

f. Berat ducting and ceiling : 25.00 kg / m2

qd1 = 423.00 kg / m2

Beban mati plat (tidak termasuk berat sendiri) = 135 kg/m2

Pembebanan Lantai 5 (atap)

a. Berat sendiri pelat lantai : 288.00 kg / m2

b. Berat screed + waterproofing : 84.00 kg / m2

c. Berat ducting and ceiling : 25.00 kg / m2

qd1 = 397.00 kg / m2

Beban mati plat (tidak termasuk berat sendiri) = 109 kg/m2

2. Beban Hidup.

Beban hidup untuk plaza ditentukan berdasarkan Peraturan Pembebanan Indonesia

untuk Gedung 1989, yaitu:

- Lantai ground untuk hypermarket : 400 kg/m2

- Lantai 2 – 4 untuk pertokoan : 250 kg/m2

- Lantai atap : 100 kg/m2

Page 75: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

60

3. Beban Gempa

Peninjauan beban gempa ditinjau secara analisis 3 dimensi dengan metode statik

ekivalen. Ekivalensi beban gempa terhadap struktur gedung Timbul Jaya Plaza dihitung

sebagai berikut :

Beban Gravitasi Bangunan

Lantai ( Ground ) 1200 m2

Beban Mati WD : 903253.0 kg

Beban Hidup Tereduksi WL : 384000.0 kg

W total lantai ground : 1287253.0 kg

Lantai ( 2 ) 984 m2

Beban Mati WD : 961722.6 kg

Beban Hidup Tereduksi WL : 196800.0 kg

W total lantai : 1158522.6 kg

Lantai ( 3-4 ) 965 m2

Beban Mati WD : 893533.1 kg

Beban Hidup Tereduksi WL : 193000.0 kg

W total lantai : 1086533.1 kg

Lantai ( Atap ) 880 m2

Beban Mati WD : 744665.6 kg

Beban Hidup Tereduksi WL : 70400.0 kg

W total lantai atap : 815065.6 kg

Berat total bangunan : 5433907.4 kg

Page 76: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

61

Waktu Getar Empiris ( T )

Tinggi total bangunan hn = 19,5 m

Untuk gedung berstruktur beton SRPMK Ct = 0.0731 (UBC 1997)

T = Ct.(hn)3/4

T = 0.678 detik

Kontrol pembatasan T,

ξ = 0.18 Tabel 8 SNI 1726 2002

Jumlah lantai n = 5

T = ξ n = 0,90 detik > 0.678 ( Ok )

Penentuan Wilayah Gempa

Wilayah gempa dicirikan oleh nilai Percepatan Puncak Efektif Batuan Dasar (PPEBD)

dari masing-masing lokasi bangunan sebagaimana diatur dalam SNI 1726.

Kota Madiun berdasarkan pembagian peta wilayah gempa tersebut termasuk dalam

wilayah 3, merupakan daerah yang memiliki resiko gempa sedang dengan Peak Ground

Acceleration (PGA) berkisar antara 0,10 – 0,15 g.

Gambar 4.1. Peta Wilayah Gempa Indonesia

Page 77: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

62

Koefisien Gempa Dasar ( C )

Berdasar data pada buku ”Laporan Perhitungan Struktur Proyek Pembangunan Gedung

Mall Madiun” maka kondisi tanah Gedung Timbul Jaya Plaza termasuk kategori tanah

sedang. Nilai C yang digunakan Cv/T = 0,33/0,678 = 0,486

Faktor Keutamaan Struktur ( I )

Gedung Timbul Jaya Plaza termasuk gedung umum dengan faktor keutamaan I = 1.

Namun karena dibangun sekitar sepuluh tahun yang lalu maka faktor keutamaan dapat

dikalikan 80% sehingga dapat dipakai nilai I = 0,8.

Faktor Tahanan Lebih ( R )

Gedung Timbul Jaya Plaza dalam analisis ini diasumsikan sebagai Sistem Rangka

Pemikul Momen Khusus dengan nilai R = 8,5

Gaya Geser Horisontal

V = (C1.I/R) Wt

= 0,486. 0,8. 5433907.4 / 8,5

= 248802 kg

Tabel 4.3. Distribusi Gaya Gempa Horisontal

hi Wi Wi.hi FiLantai

(m) (kg) (kg)

Atap 19,5 815065.64 15893780 69208.90

4 15.5 1086533.1 16841263 73334.68

3 11.5 1086533.1 12495131 54409.60

2 7.5 1158522.6 8688920 37835.59

1 2.5 1287253 3218133 14013.24

5433907.4 57137225.68 248802.02

Sumber : Hasil Perhitungan

Page 78: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

63

4. Kombinasi Pembebanan

Komponen pembebanan yang digunakan untuk analisa struktur konstruksi

Gedung Timbul Jaya Plaza Madiun ini terdiri dari beban mati, beban hidup, dan beban

gempa statik ekivalen. Beban-beban tersebut dikombinasikan dengan menambahkan

load factor sebagai berikut :

1. 1.4 DL

2. 1,2DL + 1,6LL

3. 1,2DL + 1,0LL + 1,0 Ex + 0,3 Ey

4. 1,2DL + 1,0LL + 0,3 Ex + 1,0 Ey

dimana:

DL : Beban Mati

LL : Beban Hidup

Ex : Beban Gempa arah x

Ey : Beban Gempa arah y

Simulasi pembebanan akibat gravity load terhadap struktur yang direncanakan

diterapkan berdasarkan kaidah tributary area, dimana semua beban pada pelat lantai

ditransfer ke elemen balok maupun kolom berdasarkan daerah pengaruh layanan luasan

pembebanan disekitar elemen yang ditinjau.

4.5 Analisis Struktur

Analisa struktur terhadap bangunan gedung Timbul Jaya Plaza ini, menggunakan

asumsi bahwa sistem struktur yang diterapkan adalah Sistem Rangka Pemikul Momen

Khusus (SRPMK). Oleh karena itu balok dan kolom dirancang sebagai suatu model

Page 79: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

64

elemen yang harus mampu memberikan respons atas pembebanan yang berupa gaya

normal, lintang, dan momen pada 6 derajat kebebasan (degree of freedom) . Kondisi

tersebut dilakukan dengan tidak memberi batasan terhadap derajat kebebasan

(UX,UY,UZ,RX,RY,RZ = 0) pada masing-masing nodal elemen balok. Namun demikian

khusus untuk elemen kolom, nodal pada kaki kolom di restrain untuk membatasi

perpindahannya (UX,UY,UZ,RX,RY,RZ ≠ 0).

Model pembebanan gravity load pada elemen balok dimodelkan sebagai uniform

load yang diterima oleh elemen membrane sebagai model pelat. Simulasi pembebanan

akibat gempa ditinjau secara analisis statik ekivalen yang bekerja pada pusat massa

masing-masing lantai (Lihat lampiran)

Penyelesaian persamaan-persamaan statika pada model struktur dilakukan

menggunakan metode elemen hingga (finite element method) yang terdapat pada

program bantu analisa struktur ETABS versi 9.0. Permodelan struktur dari gedung

gedung Timbul Jaya Plaza , dapat dilihat pada gambar 4.2.

Gambar 4.2. Permodelan struktur gedung Timbul Jaya Plaza Madiun

Page 80: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

65

Hasil analisa struktur (output) yang diharapkan dari proses analisa struktur diatas

adalah berupa gaya-gaya dalam (gaya aksial, gaya lintang, dan momen), displacement

titik nodal, dan reaksi tumpuan dari column base.

4.6. Evaluasi Kekuatan

4.6.1. Evaluasi kekuatan balok

Elemen-elemen struktur balok yang terdapat pada konstruksi gedung Timbul Jaya

Plaza berdasarkan jenis pembesiannya dapat dikategorikan menjadi type balok beton

bertulang biasa ( conventional reinforcement ). Semua type balok dihitung momen

kapasitasnya dan kapasitas gesernya, kemudian dibandingkan dengan momen ultimate

dan geser akibat beban. Balok dikatakan aman apabila :

Mu penampang > Mu akibat beban

Vu penampang > Vu akibat beban.

Balok B 75 ( type B2 ) dengan data sebagai berikut :

Dimensi balok: b = 300 mm

h = 800 mm

Selimut beton (cc) = 30 mm

Tulangan utama (Dtul.utama) = D 19

Sengkang (s) = 10

Mutu beton cf ' = 35 MPa

Mutu baja yf = 390 MPa

d = utamatulsc Dch ..21

= 800 – 49,5

Page 81: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

66

= 750,5 mm

d’ = utamatulsc Dc ..21

= 30 + 10 + ½. 19

= 49,50 mm

Perhitungan momen ultimate balok

Tulangan pokok yang digunakan 11 D 19 As = 3117,24 mm2

bfc

fAa ys

..85,0

. =

300.35.85,0

320.24,3117= 136,21 mm

Mu =

2.

adfA ys = 0,9.

2

21,1365,750390.24,3117 .10-4

= 74663.92 kgm

Perhitungan geser ultimate balok

Kuat geser beton

Vc = dbwfc ..6

1= 5,750.300.35

6

1= 222000,9 N

Kuat geser baja tulangan

Vs = Av.fy.d/s = 157. 240. 750,5/100 = 282788,4 N

Kuat geser nominal balok

Vn = Vc + Vs = 504789.3 N = 50478,9 kg

Vn = 0,8 x 50478,9 = 40383.1 kg

Momen kapasitas balok Mu = 74663.92 > Mu beban 34503 kgm sehingga balok aman

terhadap lentur.

Kapasitas geser balok Vu = 40383.1 > Vu beban 24013 kg sehingga balok aman

terhadap geser.

Page 82: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

67

Tabel 4.4. Perhitungan Momen Ultimate Balok

Dimensi As Mu kapType

b h d' d

Tulangan

Lentur terpasang kg.m

B2 300 800 49.5 750.50 11 D 19 3117.24 74663.92

B2c 300 800 49.5 750.50 10 D 19 2833.85 68492.16

B2a 300 800 47.5 752.50 6 D 19 1700.31 42692.74

B2b 400 900 51.5 848.50 18 D 19 5100.93 136952.10

B1 300 700 47.5 652.50 6 D 19 1700.31 36724.65

B1a 300 700 47.5 652.50 5 D 19 1416.93 30911.81

B3 300 600 46 554.00 6 D 16 1205.76 22331.54

B4 300 800 51.5 748.50 6 D 19 1700.31 42454.02

B5 300 700 51.5 648.50 4 D 19 1133.54 24816.65

B6 200 600 50 550.00 4 D 16 803.84 14774.83

B7 300 600 46 554.00 5 D 16 1004.80 18764.47

B8 300 700 48 652.00 7 D 16 1406.72 30675.50

Sumber : Hasil Perhitungan

Tabel 4.5. Perhitungan Geser Ultimate Balok

Dimensi Vc (N) Vs (N) Vn (N) Vu cap(N) Vu cap(kg)Type

b hAv

1/6.fc^0,5.bd Av.fy.d/s Vc+Vs Vn Vn

B2 300 800 157.00 222000.9 282788.4 504789.3 403831.4 40383.1

B2c 300 800 157.00 222000.9 282788.4 504789.3 403831.4 40383.1

B2a 300 800 100.48 222592.5 181466.9 404059.4 323247.5 32324.8

B2b 400 900 226.08 334652.9 460389.3 795042.2 636033.8 63603.4

B1 300 700 100.48 193012.1 157351.7 350363.8 280291.0 28029.1

B1a 300 700 100.48 193012.1 157351.7 350363.8 280291.0 28029.1

B3 300 600 100.48 163875.4 133598.2 297473.6 237978.9 23797.9

B4 300 800 226.08 221409.3 541506.8 762916.1 610332.9 61033.3

B5 300 700 226.08 191828.9 469161.2 660990.1 528792.1 52879.2

B6 200 600 226.08 108461.5 198950.4 307411.9 245929.5 24592.9

B7 300 600 100.48 163875.4 89065.5 252940.9 202352.7 20235.3

B8 300 700 157.00 192864.2 245673.6 438537.8 350830.2 35083.0

Sumber : Hasil Perhitungan

Page 83: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

68

4.6.2. Analisis Kekuatan Kolom

Kolom 600x600 Lantai 1 ( Frame C22 B4)

Pu = 333686 kg = 3336,86 KN

Mux = 817 kgm = 8,1 KNm

Muy = 158 kgm = 1,58 KNm

Vu = 867 kg = 8,67 KN

Cek eksentrisitas

ex = Mux

Pu=

3336,86

8,1= 2,45 mm < 0,1h = 0,1.600 = 60 mm

ey = Muy

Pu=

3336,86

1,58= 0,47 mm < 0,1h = 0,1.600 = 60 mm

Karena termasuk kolom dengan eksentrisitas kecil maka untuk cek kapasitas digunakan

rumus

Pn = 0,85.fc.(Ag-Ast)+ fy. Ast

= 0,85. 21.5 (600x600 – 12158) + 390.12158

= 11098462 N

= 11098 KN

Pu = Pn

= 0,75. 11098

= 8323.8 KN > Pu = 3336,86 KN

Perhitungan kapasitas geser dan kekuatan geser nominal yang harus dipikul kolom

Kuat geser beton

Vc = (1+Nu/14.Ag). dbwfc ..6

1

Page 84: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

69

Vc = (1+Nu/14.Ag) 560.600.5,216

1

= 550647 N

Kuat geser baja tulangan dengan tulangan geser 10 - 100

Vs = Av.fy.d/s

= 157. 240. 560 /100

= 211008 N

Vn = Vc + Vs = 761655 N = 76165,5 kg

Vn = 0,8 x 76165,5 = 60932,4 kg > Vu = 867 kg

Kolom aman terhadap geser

Kolom 600x600 Lantai 2 ( Frame C16 B3)

Pu = 228196 kg = 2281,96 KN

Mux = 22967 kgm = 229,67 KNm

Muy = 21898 kgm = 218,98 KNm

Vu = 2112 kg = 21,12 KN

Syarat dimensi kolom menurut pasal 23.4(1) terpenuhi bila :

- kolom sebagai bagial SPBL

- menerima beban aksial berfaktor lebih besar dari Ag.fc’/10

10

'. fcAg=

10

5,21.600600x= 774000 N = 774 KN

Karena 10

'. fcAg kurang dari beban aksial berfaktor 2281,96 KN maka berlaku

- ukuran penampang terkecil 600 mm > 300 mm

Page 85: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

70

- rasio h

b=

600

600= 1 > 0,4

Berdasarkan kombinasi beban di atas kolom tengah cukup diberi tulangan 32D22.

Seperti terlihat di gambar 4.3 sebuah diagram interaksi yang dibuat dengan PCACOL.

Prosentase penulangan kolom tersebut memenuhi syarat pasal 23.4.(3).1 yaitu harus

diantara 1 % - 6 %.

Gambar 4.3. Kuat Rencana Diagram Interaksi Kolom

Perhitungan kapasitas geser dan kekuatan geser nominal yang harus dipikul

kolom

Kuat geser beton

Vc = (1+Nu/14.Ag). dbwfc ..6

1

Page 86: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

71

Vc = (1+Nu/14.Ag) 560.600.5,216

1

= 377228 N

Kuat geser baja tulangan dengan tulangan geser 10 - 100

Vs = Av.fy.d/s

= 157. 240. 560 /100

= 211008 N

Vn = Vc + Vs = 588236 N = 58823,6kg

Vn = 0,8 x 58823,6 = 47058,9 kg > Vu = 867 kg

Kolom aman terhadap geser

4.7. Evaluasi Perkuatan Struktur

Dari hasil evaluasi penampang plat, dapat diketahui bahwa untuk komponen pelat

perlu diberi perkuatan. Perkuatan yang dilakukan adalah dengan menambah balok anak

di tengah bentang plat. Hal ini dimungkinkan karena penulangan pelat existing 2 lapis,

untuk tulangan tarik dan tekan, sehingga penambahan balok anak tidak mempengaruhi

kekuatan struktur plat. Setelah diberi balok anak ly plat menjadi 3,7 m dan lx 3,35 m,

ly/lx = 1,20 sehingga didapat Ctx = 92,8.

Momen yang bekerja Mtx = - 0,001.Wu. 2xl .Ctx = - 0,001.1117. 3,35 2. 92,8 =

821 kgm. Dari perhitungan sebelumnya diketahui Mu kapasitas plat 1008,93 kgm > 821

kgm sehingga plat lantai 1 (ground) setelah penambahan balok anak dapat menahan

beban hidup 400 kg/m2.

Page 87: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

72

Balok anak yang direncanakan menggunakan balok WF Castella 250x125x6x9.

Pemodelan struktur dilakukan dengan menggunakan program bantu SAP2000 versi 8.

Adapun beban yang bekerja pada balok adalah sebagai berikut :

Beban Mati = 398. (6,67/2)/0,125 = 10666 kg/m2

Beban Hidup = 400. (6,67/2)/0,125 = 10720 kg/m2

Dari hasil analisis struktur didapat tegangan lentur yang bekerja 770 kg/cm2 <

izin 1600 kg/cm2 sehingga balok anak aman terhadap momen.

Gambar 4.4. Kontur Tegangan Balok Castella

Alternatif perkuatan yang dapat dilakukan adalah dengan shotcrete. Shotcrete

dilakukan pada bagian bawah plat dengan ketebalan 30 mm sehingga tebal plat menjadi

150 mm. Dengan penambahan ketebalan plat tersebut Mu akibat beban menjadi sebesar

1323 kgm, sedangkan momen kapasitas plat menjadi 1334 kgm > Mu. Dengan

demikian struktur plat dapat dikatakan aman.

Page 88: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

73

4.8. Evaluasi Kinerja

4.8.1. Kinerja Batas Bangunan

4.8.1.1 Kinerja Batas Layan

Simpangan antar tingkat (Δs) akibat pengaruh beban gempa nominal dibatasi agar tidak

terjadi pelelehan baja ataupun retak beton yang berlebihan disamping kenyamanan

hunian. Pembatasan ini dinamakan batas Kinerja Beban Layan (KBL), yang besarnya ≤

(0,03/R).hi atau ≤ 30 mm.

Tabel 4.6. Analisis s akibat gempa arah x

hi sdrif antar tingkat

Syarat drif KetLantai

(m) ( mm) ( mm ) sAtap 19.50 13.316 1.37 14.12 OK4.00 15.50 11.947 2.44 14.12 OK3.00 11.50 9.505 3.42 14.12 OK2.00 7.50 6.084 5.19 17.65 OK1.00 2.50 0.894 0.89 8.82 OK

Tabel 4.7. Analisis s akibat gempa arah y

hi sdrif antar tingkat

Syarat drif KetLantai

(m) ( mm) ( mm ) sAtap 19.50 14.704 2.02 14.12 OK4.00 15.50 12.686 2.58 14.12 OK3.00 11.50 10.108 3.65 14.12 OK2.00 7.50 6.454 5.55 17.65 OK1.00 2.50 0.906 0.91 8.82 OK

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa struktur masih memenuhi kinerja batas layan.

Page 89: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

74

4.8.1.2 Kinerja Batas Ultimate

Kinerja batas ultimit struktur gedung ditentukan oleh simpangan dan simpangan antar-

tingkat maksimum struktur gedung akibat pengaruh Gempa Rencana dalam kondisi

struktur gedung di ambang keruntuhan, yaitu untuk membatasi kemungkinan terjadinya

keruntuhan struktur gedung yang dapat menimbulkan korban jiwa manusia dan untuk

mencegah benturan berbahaya antar-gedung atau antar bagian struktur gedung yang

dipisah dengan sela pemisah (sela delatasi). Simpangan dan simpangan antar-tingkat ini

harus dihitung dari simpangan struktur gedung akibat pembebanan gempa nominal,

dikalikan dengan suatu faktor pengali = 0,7 R karena termasuk gedung beraturan.

Pembatasan Kinerja Beban Layan (KBU) besarnya ≤ 0,02 h.

Tabel 4.8. Analisis m akibat gempa arah x

hi sdrif antar

tingkatdrif antar

tingkatSyarat drif

Lantai(m) ( mm) ( mm ) ( mm ) m

Ket

Atap 19.50 13.316 1.37 8.15 80.00 OK

4.00 15.50 11.947 2.44 14.53 80.00 OK

3.00 11.50 9.505 3.42 20.35 80.00 OK

2.00 7.50 6.084 5.19 30.88 100.00 OK

1.00 2.50 0.894 0.89 5.32 50.00 OK

Sumber : Hasil Perhitungan

Tabel 4.9. Analisis m akibat gempa arah y

hi sdrif antar tingkat

drif antar tingkat

Syarat drif

KetLantai

(m) ( mm) ( mm ) ( mm ) mAtap 19.50 14.704 2.02 12.01 80.00 OK

4.00 15.50 12.686 2.58 15.34 80.00 OK

3.00 11.50 10.108 3.65 21.74 80.00 OK

2.00 7.50 6.454 5.55 33.01 100.00 OK

1.00 2.50 0.906 0.91 5.39 50.00 OK

Sumber : Hasil Perhitungan

Page 90: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

75

Dari hasil evaluasi kinerja berdasar Kinerja Batas ultimate SNI 1726 2002

perpindahan maksimumnya 14,7 mm masih dibawah batas KBU 0,02h = 0,02.19,5 =

0,39 m = 39 cm.

4.8.2. Analisis Pushover

4.8.2.1. Prosedur Analisis Pushover

Analisis pushover dilakukan dengan metode spektrum kapasitas (capacity

spectrum method) sesuai prosedur B dokumen ATC 40, 1996. Analisis pushover dengan

prosedur B bersifat analitis dan sangat cocok dilakukan dengan bantuan program.

Dalam penelitian ini, proses analisis dilakukan dengan bantuan program ETABS V9

Nonlinear.

a. Penentuan distribusi sendi

- Elemen kolom menggunakan tipe sendi default-PMM ( hubungan gaya aksial dengan

momen (diagram interaksi P-M))

- Elemen balok menggunakan tipe sendi default-M3 (balok efektif menahan momen

dalam arah sumbu kuat /sumbu-3)

Ketika dilakukan input tipe sendi pada balok dan kolom, menu relative distance diisi

angka 0 dan 1. Angka nol menunjukkan pangkal balok atau kolom dan angka satu

menunjukkan ujung balok atau kolom. Proses input tipe sendi pada balok dan kolom

disajikan pada Gambar 4.4. dan Gambar 4.5.

Page 91: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

76

Gambar 4.5. Input sendi default PMM dan M3

b. Static nonlinear case

Pada analisis pushover , dilakukan dua macam running sebagai berikut:

1). “GRAV” : proses push-nya dilakukan oleh beban mati (dead load) dan beban hidup

(live load).

2). “PUSH2”: proses push-nya dilakukan oleh displacement (0,78 m = 4% dari total

tinggi bangunan) dan beban lateral “BGY”

Proses input static nonlinear case disajikan pada Gambar 4.6. dan Gambar 4.7.

Page 92: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

77

Gambar 4.6. Input ”GRAV” case

Gambar 4.7. Input ”PUSH2” case

Berdasarkan Gambar 4.6. dan Gambar 4.7., dapat ditentukan monitor target

peralihan pada sumbu-y, sesuai dengan arah pola beban. Pengisian parameter pada

“PUSH” case step-step analisis pushover dengan trial and error. Pada maximum null

Page 93: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

78

steps diisi 130, sedangkan maximum total steps diisi 700. Hasil runningnya disajikan

pada Gambar 4.9.

Gambar 4.8. Hasil running analisis pushover

Gambar 4.8. menunjukkan bahwa pada saved steps ke 38, program telah berhenti

sendiri. Iterasi berhenti pada total steps 662 dan analisis dapat selesai dengan baik

(analysis complete).

c. Perhitungan Performance Point

Perhitungan performance point menurut ATC 40 prosedur B sebagai berikut:

1. Menggambar response spectrum dengan redaman 5%, 10%, 15% dan 20%.

Page 94: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

79

Gambar 4.9. Damped response spectrum

2. Mentransformasikan/mengubah kurva kapasitas (pushover curve) ke dalam bentuk

spektrum kapasitas.

Gambar 4.10. Hasil transformasi kurva kapasitas ke spektrum kapasitas

3. Melakukan plot terhadap demand spectrum dengan nilai damping 5% sesuai dengan

kondisi tanah dan wilayah gempa.

5%

10%

15%

20%

Capacity spectrum

5% damped response spectrum

Page 95: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

80

Gambar 4.11. Hasil plot demand spectrum dengan nilai damping

4. Melakukan penggabungan antara demand spectrum dengan capacity spectrum

sehingga diperoleh titik perpotongan kurva yang merupakan titik kinerja

(performance point) bangunan.

Gambar 4.12. Hasil penggabungan demand spectrum dengan capacity spectrum

Page 96: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

81

4.8.2.2. Hasil dan Pembahasan

a. Output Analisis Pushover

Evaluasi dilakukan untuk setiap titik yang berpotensi mengalami sendi plastis,

yang lokasinya ditentukan dalam model analisis. Untuk menghindari keruntuhan pada

sambungan yang bersifat getas, semua sendi plastis pada balok dianggap terjadi di muka

kolom dengan asumsi 2h dari as. Minimum pada satu balok terdapat dua buah sendi

plastis pada ujung-ujungnya.

Hasil analisis pushover yang dilakukan dengan program Etabs Nonlinear V9.0

adalah kurva kapasitas (capacity curve), skema kelelehan berupa distribusi sendi plastis

yang terjadi dan titik kinerja (performance point).

b. Kurva Kapasitas (Pushover Curve)

Hasil evaluasi perilaku seismik struktur pasca elastik adalah berupa kurva

kapasitas (pushover curve) dan skema kelelehan/distribusi sendi plastis. Kurva kapasitas

dan skema kelelehan/distribusi sendi plastis selengkapnya disajikan pada Gambar 4.13.

Gambar 4.13. Kurva kapasitas (pushover curve)

Page 97: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

82

Berdasarkan hasil perhitungan iterasi, analisis pushover berhenti pada step ke-

38. Gambar 4.14. menunjukkan hubungan antara gaya geser dasar (ton) dengan

perpindahan (m) dari step ke-1 sampai step ke-38, yaitu step dimana struktur telah

mengalami keruntuhan (collapse). Dari gambar didapat perpindahan maksimum struktur

sebesar 0,2925 m, kemudian struktur bergoyang ke arah berlawanan, mengalami

penurunan gaya geser dasar dan mendadak collapse. Untuk mengetahui distribusi sendi

plastis secara lebih jelas dapat dilakukan peregangan kurva kapasitas.

Perubahan kemiringan dari kurva kapasitas tersebut menunjukkan adanya leleh

pada komponen struktur. Dari hasil plot sendi plastis ke dalam kurva tersebut, dapat

diketahui bahwa pada step ke-38 analisis pushover, struktur gedung sudah termasuk

dalam kategori lebih rendah dari Life Safety (LS).

Berdasarkan Gambar 4.14. dapat diketahui besarnya gaya lateral maksimum

yang masih mampu ditahan oleh struktur, yaitu sebesar 829.150 kg yang terjadi pada

step-33 pushover analysis. Pada step tersebut, displacement yang terjadi sebesar 0,2878

m, sedangkan pada step ke-34, gaya lateral yang mampu ditahan oleh struktur menurun

yaitu sebesar 817.799 kg.

Pada metode spektrum kapasitas (ATC 40), kurva pushover dengan modifikasi

tertentu diubah menjadi spektrum kapasitas (capacity spectrum). Hasil konversi ke

bentuk spektrum kapasitas output dari analisis pushover disajikan pada Gambar 4.14.

Page 98: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

83

Gambar 4.14. Spektrum kapasitas (capacity spectrum)

Gambar 4.14. menunjukkan gambar spektrum kapasitas yang kemudian

dibandingkan dengan response spectrum yang telah diubah dalam format acceleration-

displacement response spectrum, ADRS (Sa, Sd)

c. Titik Kinerja (Performance Point)

Dari kurva Respons Spektrum Rencana SNI 1726-2002 untuk wilayah gempa 3,

kondisi tanah sedang, didapat nilai Ca = 0,23 dan Cv = 0,33 sebagai input analisis

pushover dalam format ADRS. Titik kinerja (performance point) hasil analisis pushover

disajikan pada Gambar 4.15.

Page 99: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

84

Gambar 4.15. Titik kinerja (performance point)

Gambar 4.15. menunjukkan titik kinerja struktur gedung dengan nilai redaman

efektif (βeff) yang diperoleh adalah 3,355 %. Nilai tersebut lebih kecil dari batasan

redaman efektif maksimum yang diijinkan menurut ATC40 yaitu 29 %. Hasil evaluasi

selengkapnya disajikan pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10. Evaluasi kinerja struktur sesuai ATC 40

Gaya Performance point

geser dasar Vt Dt βeff Teff

(ton) (ton) (m) (%) (detik)

248,8 824,467 0,278 3,355 0,210

Pada Tabel 4.10. dapat dilihat besarnya nilai gaya geser dasar Vt = 824,467 ton

> Vy = 248,8 ton. Maka berdasarkan metode spektrum kapasitas (ATC 40, 1996)

perilaku struktur arah Y pada gempa rencana telah mengalami kondisi in-elastis yang

disebabkan pelelehan pada sendi-sendi plastisnya.

Performance Point

Page 100: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

85

Batasan maksimum displacement = 0,02 H = 0,02 . 19,5 m = 0,39 m. Target

displacement hasil analisis pushover sebesar 0,278 m < 0,39 m, sehingga memenuhi

syarat keamanan.

d. Sendi Plastis (Plastic Hinge)

Sendi plastis akibat momen lentur dapat terjadi pada struktur dimana beban yang

bekerja melebihi kapasitas momen lentur yang ditinjau. Gambar distribusi sendi plastis

step pertama hasil analisis pushover disajikan pada Gambar 4.16.

Gambar 4.16. Terbentuknya sendi plastis pada step-1 pushover analysis

Page 101: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

86

Gambar 4.16. merupakan gambar sendi plastis step pertama hasil analisis

pushover. Berdasarkan gambar tersebut, sendi plastis step pertama, terjadi pada ujung

balok lantai 2 As B. Letak sendi plastis pada step pertama secara lebih jelas disajikan

pada Gambar 4.17.

Gambar 4.17. Sendi plastis pada portal As B step pertama pushover analysis

Sendi plastis hasil analisis pushover pada step pertama terletak pada beberapa

ujung balok lantai 2 dari As B dan balok lantai 1 As A. Sendi plastis tersebut terletak

pada kategori B yang ditandai dengan titik warna merah jambu. Hal ini menunjukkan

keadaan leleh pertama pada struktur sesuai dengan kurva kriteria kinerja ATC 40.

Page 102: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

87

Gambar 4.18. Sendi plastis pada step ke-38 pushover analysis

Gambar 4.18. menunjukkan bahwa distribusi sendi plastis hasil analisis pushover pada

gedung yang ditinjau pada step ke-38 secara 3D. Sedang gambar distribusi sendi plastis

pada step-38 secara 2D As B disajikan pada Gambar 4.19. Pada gambar tersebut terlihat

sendi plastis sudah terjadi pada semua kolom bawah.

Page 103: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

88

Gambar 4.19. Sendi plastis pada portal As-B step ke-38

Berdasarkan kurva kapasitas dapat diketahui batasan rasio drift atap yang

dievaluasi pada performance point (PP), yang mana parameternya adalah maksimum

total drift dan maksimum inelastik drift.

Ada hasil perhitungannya adalah sebagai berikut:

Maksimum total drift = 19,5

0,278

H

D

total

t = 0,014

Maksimum inelastik drift = 19,5

0,0641)-(0,278

H

)D(D

total

1t

= 0,011

Berdasarkan batasan rasio drift atap menurut ATC 40, hasil perhitungan di atas

menunjukkan bahwa gedung yang ditinjau dalam studi ini termasuk dalam level kinerja

Damage Control (DC). Damage control sebenarnya bukan merupakan level kinerja

Page 104: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

89

pokok, tetapi merupakan sebutan untuk kondisi kerusakan struktur bangunan yang

berada pada range antara level immediate occupancy, SP-1 sampai level life safety, SP-

3. Pada level LS bila gempa terjadi, struktur mampu menahan gempa, dengan sedikit

kerusakan struktural, manusia yang tinggal / berada pada bangunan tersebut terjaga

keselamatannya dari gempa bumi.

Page 105: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

90

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan kajian teknis yang telah dilakukan terhadap kondisi struktur utama

gedung Timbul Jaya Plaza didapat kesimpulan sebagai berikut :

1. Perkuatan struktur Gedung Timbul Jaya Plaza dengan menambah balok anak dari

WF castella 250x125x6x9 cukup dapat diandalkan untuk menerima beban rencana

yang baru 400 kg/m2.

2. Struktur balok dan kolom existing cukup aman sehingga tidak perlu dilakukan

perkuatan.

3. Dari hasil analisis struktur diketahui struktur masih memenuhi syarat Kinerja Batas

Layan dan Kinerja Batas Ultimate

4. Dari analisis pushover diketahui struktur masuk kategori Damage Control.

5.2. Saran

Saran-saran yang dapat dikemukakan antara lain :

1. Untuk lantai 2 sampai 4 karena tidak dilakukan perkuatan seperti lantai 1/ground

perlu diberikan pembatasan beban karena dari hasil uji beban langsung beban

hidup maksimum yang mampu dipikul 378 kg/m2.

2. Perlu dilakukan studi dengan menggunakan metode lain seperti metode koefisien

perpindahan (displacement coeffisien method) sesuai FEMA 356 dan FEMA 440.

Page 106: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

91

Daftar Pustaka

Applied Technology Council 40 Applied Technology Council (ATC). 1996. Seismic

Evaluation and Retrofit of Concrete Buildings. ATC-40. Volume 1. Redwood

City, California : ATC

Badan Standarisasi Nasional , SNI 03 2847 2002

Badan Standarisasi Nasional, SNI 03 1726 2002

Agus, Novera, Yosfi, Analysis of Eligibility of Building Structure Designed Based On

SKBI 1987 Compared to SNI 1726 2002 in Padang City, Earthquake

Engineering and Infrastructure and Building Retrofitting, Yogyakarta, 2006

Christiawan, Evaluasi Kinerja dan Perkuatan Struktur Gedung Guna Alih Fungsi

Bangunan, Master Thesis UGM, 2007

Chu Kia Wang, Salmon C, Reinforced Concrete Design, Erlangga, 1994

Computer and Structure, Inc, ETABS Manual, Integrated Building Design Manual,

California Barkeley, 2001

Dewobroto, W, Aplikasi Rekayasa Konstruksi dengan SAP2000, Elex Media

Computindo, 2005

Dipohusodo, Istimawan, Struktur Beton Bertulang, Erlangga, 1994.

Hartono, Prajitno, dan Pelupessy, Pertimbangan Perbaikan dan Perkuatan Struktur

Bangunan Pasca Gempa , Seminar HAKI Inkindo, 8-9 Juni 2006

Lumantarna, Seismic Performance Evaluation Of Building With Pushover Analysis,

2007

Muntafi Y, Evaluasi Kinerja Seismik Gedung Simetri Empat Lantai Dengan Analisis

Statik Nonlinier (Pushover), Tugas Akhir UNS, 2008

Page 107: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

92

Proyeksi , Up grade Gedung Tua, edisi April 2005

Purwono, Rahmat, Perencanaan Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa, ITS Press,

2005

Suharjanto, Kajian Banding Secara Numerik Kapasitas dan Perilaku Balok Baja

Castella menggunakan Program SAP2000, Media Komunikasi Teknik Sipil,Vol.

13 No.2 Edisi XXXII Juni 2005

Tarigan, Kajian Struktur Bangunan Di Kota Medan Terhadap Gaya Gempa Di Masa

Yang Akan Datang, library.usu.ac.id , 2007

Yustina N, Tingkat Kinerja Struktur Gedung Bertulang Tahan Gempa dengan Analisis

Pushover berdasarkan ATC 40-1997, Seminar Regional Material, Desain dan

Rekayasa Konstruksi pada Bangunan Tahan Gempa, Malang, 2007

Page 108: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

Lampiran A

PERHITUNGAN BERAT BANGUNAN

Berat Lantai 1

Beban Mati

Plat = 1 0.12 1200 2400 = 345600.0 kg

Screed = 0.035 1 1200 2100 = 88200.0 kg

Finishing (Granite Tile) = 1200 36 = 43200.0 kg

Dinding = 0.15 1.7 32 1700 2 = 27744.0 kg

0.15 1.7 30 1700 1 = 13005.0 kg

Balok arah y = 0.3 0.7 30 2400 6 = 90720.0 kg

0.3 0.6 30 2400 5 = 64800.0 kg

Balok arah x = 0.3 0.8 40 2400 5 = 115200.0 kg

= 0.3 0.8 32 2400 = 18432.0 kg

= 0.4 0.9 8 2400 = 6912.0 kg

= 5 40 29.6 = 5920.0 kg

Kolom = 0.5 0.6 2.5 2400 8 = 14400.0 kg

0.6 0.6 2.5 2400 32 = 69120.0 kg

= 903253.0 kg

Beban Hidup

Koef reduksi beban hidup 0.8

Beban hidup per m2 plasa 400

Beban Hidup = 0.8 1200 400 = 384000.0 kg

Berat Lantai = kg

Berat Lantai 2

Beban Mati

Plat = 1 0.12 984 2400 = 283392.0 kg

Screed = 0.035 1 984 2100 = 72324.0 kg

Finishing (Granite Tile) = 984 36 = 35424.0 kg

Ducting+Ceiling = 984 25 = 24600.0 kg

Dinding = 0.15 4.2 40 1700 2 = 85680.0 kg

0.15 4.3 5 1700 2 = 10965.0 kg

Balok arah y = 0.3 0.7 30 2400 5 = 75600.0 kg

0.3 0.7 6 2400 2 = 6048.0 kg

0.3 0.6 30 2400 3 = 38880.0 kg

0.3 0.6 6 2400 4 = 10368.0 kg

0.3 0.7 6.67 2400 2 = 6723.4 kg

0.3 0.6 6.67 2400 1 = 2881.4 kg

0.3 0.7 6.67 2400 2 = 6723.4 kg

0.3 0.6 6.67 2400 1 = 2881.4 kg

Balok arah x = 0.3 0.8 40 2400 4 = 92160.0 kg

0.3 0.8 26.5 2400 2 = 30528.0 kg

0.2 0.6 13.5 2400 2 = 7776.0 kg

1287253.0

Page 109: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

Lampiran A

0.3 0.8 1.5 2400 2 = 1728.0 kg

Page 110: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

Lampiran A

Kolom = 0.5 0.6 5 2400 8 = 28800.0 kg

0.6 0.6 5 2400 32 = 138240.0 kg

= 961722.6 kg

Beban Hidup

Koef reduksi beban hidup 0.8

Beban hidup per m2 kantor 250

Beban Hidup = 0.8 984 250 1 = 196800.0 kg

Berat Lantai = kg

Berat Lantai 3, 4

Beban Mati

Plat = 1 0.12 965 2400 = 277920.0 kg

Screed = 0.035 1 965 2100 = 70927.5 kg

Finishing (Granite Tile) = 0.01 1 965 2400 = 23160.0 kg

Ducting+Ceiling = 1 1 965 25 = 24125.0 kg

Dinding = 0.15 3.2 40 1700 2 = 65280.0 kg

0.15 3.3 5 1700 2 = 8415.0 kg

Balok arahy = 0.3 0.7 30 2400 5 = 75600.0 kg

0.3 0.7 6 2400 2 = 6048.0 kg

0.3 0.6 30 2400 3 = 38880.0 kg

0.3 0.6 5 2400 2 = 4320.0 kg

0.3 0.6 6 2400 2 = 5184.0 kg

0.3 0.7 6.67 2400 2 = 6723.4 kg

0.3 0.6 6.67 2400 1 = 2881.4 kg

0.3 0.7 6.67 2400 2 = 6723.4 kg

0.3 0.6 6.67 2400 1 = 2881.4 kg

0.3 0.6 8 2400 2 = 6912.0 kg

Balok arah x = 0.3 0.8 40 2400 4 = 92160.0 kg

0.3 0.8 26.5 2400 2 = 30528.0 kg

0.2 0.6 13.5 2400 2 = 7776.0 kg

0.3 0.8 1.5 2400 2 = 1728.0 kg

0.3 0.6 2 2400 2 = 1728.0 kg

Kolom = 0.5 0.6 4 2400 8 = 23040.0 kg

0.6 0.6 4 2400 32 = 110592.0 kg

= 893533.1 kg

Beban Hidup

Koef reduksi beban hidup 0.8

Beban hidup per m2 kantor 250

Beban Hidup = 0.8 965 250 1 = 193000.0 kg

Berat Lantai = kg

1158522.6

1086533.1

Page 111: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

Lampiran A

Page 112: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

Lampiran A

Berat Lantai 4 ( Atap )

Beban Mati

Penutup atap = 9 11.6 11 = 1148.4 kg

Gording C 150 = 9 7.51 8 2 = 1081.4 kg

Plafon = 8 20 18 = 2880.0 kg

Rafter WF 250 = 11.6 14.8 5 2 = 1716.8 kg

Plat = 1 0.12 880 2400 = 253440.0 kg

Screed + waterproofing = 0.04 1 880 2100 = 73920.0 kg

Ducting+Ceiling = 1 1 880 25 = 22000.0 kg

Dinding = 0.15 3.2 40 1700 2 = 65280.0 kg

0.15 3.3 5 1700 2 = 8415.0 kg

Balok arah y = 0.3 0.7 30 2400 5 = 75600.0 kg

0.3 0.7 5 2400 2 = 5040.0 kg

0.3 0.6 30 2400 3 = 38880.0 kg

0.3 0.6 5 2400 4 = 8640.0 kg

Balok arah x = 0.3 0.8 40 2400 4 = 92160.0 kg

0.3 0.8 24 2400 2 = 27648.0 kg

Kolom = 0.5 0.6 2 2400 8 = 11520.0 kg

0.6 0.6 2 2400 32 = 55296.0 kg

= 744665.6 kg

Beban Hidup

Koef reduksi beban hidup 0.8

Beban hidup per m2 plasa 100

Beban Hidup = 0.8 880 100 = 70400.0 kg

Berat Lantai 10 ( Atap ) = kg

Berat Total Bangunan

Lantai

Atap 19.5

4 15.5

3 11.5

2 7.5

1 2.5

1086533.1

815065.6

5433907.4

Tinggi Kolom

1086533.1

1287253.0

Berat (kg)

815065.6

1158522.6

Page 113: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

Lampiran A

Page 114: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

Lampiran A

Reaksi perletakan

Beban Mati

Penutup atap = 4 11.2 13 = 582.4 kg

Gording C 150 = 4 7.51 9 = 270.4 kg

Plafon = 4 10 18 = 720.0 kg

Rafter WF 250 = 11.2 14.8 1 = 165.8 kg

Kolom WF 250 = 0.8 14.8 1 = 11.8 kg

1750.4 kg

Beban Hidup

Penutup atap = 5 100 = 500.0 kg

WF 250

10

WF 250

Page 115: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

Lampiran A

Page 116: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

Lampiran A

Page 117: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

Lampiran A

Page 118: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

Lampiran A

Page 119: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

Lampiran A

Page 120: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

Lampiran A

Page 121: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

Lampiran A

Page 122: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

Perhitungan Waktu Getar Alami

T empirik ( preliminary )

Tx = Ty = 0.0731 H^(3/4)

= 0.0731 19.5 ^3/4

= 0.678 detik

T fundamental berdasar SNI 03 1726 2002

T = z n

dimana :

z = 0.18 Wilayah Gempa 3 Tabel 8 SNI 1726 2002

n = 5 jumlah tingkat

sehingga didapat

T = 0.90 detik

Dari data di atas

T empirik 0.678

Wilayah Gempa 3

Jenis Tanah sedang

Dengan menggunakan diagram respons spektrum didapat

C1 = 0.486

Perhitungan gaya geser horisontal V

V = C1 x I x Wt

R

dimana

R = 8.5 faktor reduksi gempa Daktilitas Penuh

I = 0.8 faktor keutamaan gedung

Wt = 5,433,907 kg Berat total bangunan

sehingga

V = 0.486 x 0.8 x 5,433,907

8.5

= 248802.02 kg

Distribusi gaya geser gempa horisontal sepanjang tinggi bangunan

check rasio tinggi gedung dengan lebar gedung searah pembebanan

Pada arah x

H = 19.5 = 0.65 < 3 OK

A 30

Page 123: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

Pada arah Y

H = 19.5 = 0.49 < 3 OK

A 40

Fix terbagi sepanjang tinggi bangunan dengan rumus

Fix =

hi Wi.hi Fi

(m) (kg)

Atap 19.5 15893780 69208.90

4 15.5 16841263 73334.68

3 11.5 12495131 54409.60

2 7.5 8688920 37835.59

1 2.5 3218133 14013.24

57137225.68 248802.025433907.4

Wi

(kg)Lantai

1086533.1

815065.64

1287253

1086533.1

1158522.6

VxhiWi

hiWi.

.

.

Page 124: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.
Page 125: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

Perhitungan Waktu Getar Alami Fundamental

Lantai hi Wi di di^2 Fi Wi.di^2 Fi. di(m) (kg) mm mm2 (kg)

Atap 19.5 815065.6 14.704 216.21 69208.90 176223399 10176484 15.5 1086533.1 12.686 160.93 73334.68 174860765 930323.83 11.5 1086533.1 10.108 102.17 54409.60 111012895 549972.32 7.5 1158522.6 6.454 41.65 37835.59 48257235 244190.91 2.5 1287253.0 0.906 0.82 14013.24 1056623.6 12696

5433907.4 248802.02 511410918 2754831

T =

= 0.853 detik

Nilai T yang diizinkan = 0.8 T Rayleigh < T empiris= 0.8 x 0.853= 0.682 detik < 0.9 detik OK

Memenuhi syarat pasal 6.2 SNI 1726 2002

Dimensi kolom memiliki kekakuan lateral yang cukup terhadap pembebanan gempa

Kinerja Batas Layan dan Kinerja Batas Ultimate

Syarat drif D s = 0,03 h/R = 14.12 mm30.00 mm

Syarat drif D s = 0,02 h = 80 mm

hi D s drif antar tingkat Syarat drif(m) ( mm) ( mm ) D s

Atap 19.50 14.704 2.02 14.12 OK4.00 15.50 12.686 2.58 14.12 OK3.00 11.50 10.108 3.65 14.12 OK2.00 7.50 6.454 5.55 17.65 OK1.00 2.50 0.906 0.91 8.82 OK

Struktur memenuhi syarat kinerja batas layan SNI Ps 8.1.2 Struktur memenuhi syarat kinerja ultimate layan SNI Ps 8.2.1

Struktur masih dalam fase elastis

hi D s drif antar tingkatdrif antar tingkatSyarat drif(m) ( mm) ( mm ) ( mm ) D m

Atap 19.50 14.704 2.02 12.01 80.00 OK4.00 15.50 12.686 2.58 15.34 80.00 OK3.00 11.50 10.108 3.65 21.74 80.00 OK2.00 7.50 6.454 5.55 33.01 100.00 OK

Lantai Ket

Analisa D s akibat gempa arah y

Lantai Ket

idFig

diWi

n

i

n

i

1

2

1

.

.2

Page 126: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

1.00 2.50 0.906 0.91 5.39 50.00 OK

Page 127: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

A

4445

2.5

4445

Page 128: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

2.5

Page 129: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

Perhitungan Waktu Getar Alami Fundamental

Lantai hi Wi di di^2 Fix Wi.di^2 Fix. di Y As 6 Lantai(m) (kg) mm mm2 (kg)

Atap 19.5 815,066 13.316 177.315856 69208.90 144524062 921585.72 4 Atap4 15.5 1,086,533 11.947 142.730809 73334.68 155081748 876129.44 43 11.5 1,086,533 9.505 90.345025 54409.60 98162860.1 517163.27 32 7.5 1,158,523 6.084 37.015056 37835.59 42882778.9 230191.74 21 2.5 1,287,253 0.894 0.799236 14013.24 1028818.94 12527.84 1

5,433,907 441680268 2557598

T =

= 0.833 detik

Nilai T yang diizinkan = 0.8 T Rayleigh < T empiris= 0.8 x 0.833= 0.667 detik < 0.9 detik OK

Memenuhi syarat pasal 6.2 SNI 1726 2002

Dimensi kolom memiliki kekakuan lateral yang cukup terhadap pembebanan gempa

Kinerja Batas Layan dan Kinerja Batas Ultimate

Syarat drif D s = 0,03 h/R = 14.12 mm30.00 mm

Syarat drif D s = 0,02 h = 80 mm

hi D s drif antar tingkat Syarat drif(m) ( mm) ( mm ) D s

6Analisa D s akibat gempa arah x

Lantai Ket

idFig

diWi

n

i

n

i

1

2

1

.

.2

Page 130: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

Atap 19.50 13.316 1.37 14.12 OK 44.00 15.50 11.947 2.44 14.12 OK 43.00 11.50 9.505 3.42 14.12 OK 42.00 7.50 6.084 5.19 17.65 OK 51.00 2.50 0.894 0.89 8.82 OK 2.5

Struktur memenuhi syarat kinerja batas layan SNI Ps 8.1.2 Struktur memenuhi syarat kinerja ultimate layan SNI Ps 8.2.1

Struktur masih dalam fase elastis

hi D s drif s antar tingkat drif m antar tingkat Syarat drif(m) ( mm) ( mm ) ( mm ) D m

Atap 19.50 13.316 1.37 8.15 80.00 OK 44.00 15.50 11.947 2.44 14.53 80.00 OK 43.00 11.50 9.505 3.42 20.35 80.00 OK 42.00 7.50 6.084 5.19 30.88 100.00 OK 51.00 2.50 0.894 0.89 5.32 50.00 OK 2.5

Lantai Ket

Page 131: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

hi Wi di di^2 Fix Wi.di^2 Fix. di(m) (kg) ( cm ) ( cm2 ) (kg)0 0 0.000 0 0.00 0 00 0 0.000 0 0.00 0 00 0 0.000 0 0.00 0 00 0 0.000 0 0.00 0 00 0 0.000 0 0.00 0 0

0 0 0

Page 132: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

Massa LantaiLantai Tebal plat Luas Massa Momen Inersia Massa

kg5 0.12 880 253440.0 52,800,000.004 0.12 965 277920.0 57,900,000.003 0.12 965 277920.0 57,900,000.002 0.12 998.8 287654.4 59,928,000.001 0.12 1200 345600.0 72,000,000.00

Page 133: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

Lampiran B

Lantai 1Uraian Luas X Y AX AY

A 40 30 1200 20 15 24000 18000

1200 24000 18000

X = 20.000

Y = 15.000

Lantai 2Uraian Luas X Y AX AY

A 24 30 720 12 15 8640 10800B 2.5 18 45 25.25 15 1136.25 675C 16 6 96 32 3 3072 288D 16 6 96 32 27 3072 2592E1 1.5 5.67 8.505 39.5 8.835 335.9475 75.14168F1 1.5 5.67 8.505 39.5 21.175 335.9475 180.0934G 1.5 6.66 9.99 39.25 15 392.1075 149.85

984 16984.25 14760.09

X = 17.260

Y = 15.000

Ukuran

Perhitungan Pusat Massa

Ukuran

A

A B

C

D

E

F

G

Page 134: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

Lampiran B

Lantai 3,4Uraian Luas X Y AX AY

A 24 30 720 12 15 8640 10800B 2.5 18 45 25.25 15 1136.25 675C 16 6 96 32 3 3072 288D 16 6 96 32 27 3072 2592E1 2 2 4 39 7 156 28E2E3F1 2 2 4 39 23 156 92F2F3

965 16232.25 14475

X = 16.821

Y = 15.000

AtapUraian Luas X Y AX AY

A 24 30 720 12 15 8640 10800

C 16 5 80 32 2.5 2560 200D 16 5 80 32 27.5 2560 2200

880 13760 13200

X = 15.636

Y = 15.000

Ukuran

Ukuran

A B

C

D

E

F

A

C

D

Page 135: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

Perhitungan Pusat Kekakuan

Lantai 1Uraian I E L K X KX

1A 50 60 900000 235000 250 162432 0 060 50 625000 235000 250 112800 60 6768000

1B 60 60 1080000 235000 250 194918.4 800 1559347201C 60 60 1080000 235000 250 194918.4 1600 3118694401D 60 60 1080000 235000 250 194918.4 2400 4678041601E 60 60 1080000 235000 250 194918.4 3200 6237388801F 60 50 625000 235000 250 112800 3940 444432000

50 60 900000 235000 250 162432 4000 6497280002A 60 60 1080000 235000 250 194918.4 0 02B 60 60 1080000 235000 250 194918.4 800 1559347202C 60 60 1080000 235000 250 194918.4 1600 3118694402D 60 60 1080000 235000 250 194918.4 2400 4678041602E 60 60 1080000 235000 250 194918.4 3200 6237388802F 60 60 1080000 235000 250 194918.4 4000 7796736003A 60 60 1080000 235000 250 194918.4 0 03B 60 60 1080000 235000 250 194918.4 800 1559347203C 60 60 1080000 235000 250 194918.4 1600 3118694403D 60 60 1080000 235000 250 194918.4 2400 4678041603E 60 60 1080000 235000 250 194918.4 3200 6237388803F 60 60 1080000 235000 250 194918.4 4000 7796736004A 60 60 1080000 235000 250 194918.4 0 04B 60 60 1080000 235000 250 194918.4 800 1559347204C 60 60 1080000 235000 250 194918.4 1600 3118694404D 60 60 1080000 235000 250 194918.4 2400 4678041604E 60 60 1080000 235000 250 194918.4 3200 6237388804F 60 60 1080000 235000 250 194918.4 4000 7796736005A 60 60 1080000 235000 250 194918.4 0 05B 60 60 1080000 235000 250 194918.4 800 1559347205C 60 60 1080000 235000 250 194918.4 1600 3118694405D 60 60 1080000 235000 250 194918.4 2400 4678041605E 60 60 1080000 235000 250 194918.4 3200 6237388805F 60 60 1080000 235000 250 194918.4 4000 7796736006A 50 60 900000 235000 250 162432 0 0

60 50 625000 235000 250 112800 60 67680006B 60 60 1080000 235000 250 194918.4 800 1559347206C 60 60 1080000 235000 250 194918.4 1600 3118694406D 60 60 1080000 235000 250 194918.4 2400 4678041606E 60 60 1080000 235000 250 194918.4 3200 6237388806F 60 50 625000 235000 250 112800 3940 444432000

50 60 900000 235000 250 162432 4000 6497280007338317 14676633600

X = 2000.000 cm= 20.000 m

Y = 15.000 m

Ukuran

Page 136: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

Perhitungan Pusat Kekakuan

Lantai 2Uraian I E L K X KX

1A 50 60 900000 235000 500 20304 0 060 50 625000 235000 500 14100 60 846000

1B 60 60 1080000 235000 500 24364.8 800 194918401C 60 60 1080000 235000 500 24364.8 1600 389836801D 60 60 1080000 235000 500 24364.8 2400 584755201E 60 60 1080000 235000 500 24364.8 3200 779673601F 60 50 625000 235000 500 14100 3940 55554000

50 60 900000 235000 500 20304 4000 812160002A 60 60 1080000 235000 500 24364.8 0 02B 60 60 1080000 235000 500 24364.8 800 194918402C 60 60 1080000 235000 500 24364.8 1600 389836802D 60 60 1080000 235000 500 24364.8 2400 584755202E 60 60 1080000 235000 500 24364.8 3200 779673602F 60 60 1080000 235000 500 24364.8 4000 974592003A 60 60 1080000 235000 500 24364.8 0 03B 60 60 1080000 235000 500 24364.8 800 194918403C 60 60 1080000 235000 500 24364.8 1600 389836803D 60 60 1080000 235000 500 24364.8 2400 584755203E3F 60 60 1080000 235000 500 24364.8 4000 974592004A 60 60 1080000 235000 500 24364.8 0 04B 60 60 1080000 235000 500 24364.8 800 194918404C 60 60 1080000 235000 500 24364.8 1600 389836804D 60 60 1080000 235000 500 24364.8 2400 584755204E4F 60 60 1080000 235000 500 24364.8 4000 974592005A 60 60 1080000 235000 500 24364.8 0 05B 60 60 1080000 235000 500 24364.8 800 194918405C 60 60 1080000 235000 500 24364.8 1600 389836805D 60 60 1080000 235000 500 24364.8 2400 584755205E 60 60 1080000 235000 500 24364.8 3200 779673605F 60 60 1080000 235000 500 24364.8 4000 974592006A 50 60 900000 235000 500 20304 0 0

60 50 625000 235000 500 14100 60 8460006B 60 60 1080000 235000 500 24364.8 800 194918406C 60 60 1080000 235000 500 24364.8 1600 389836806D 60 60 1080000 235000 500 24364.8 2400 584755206E 60 60 1080000 235000 500 24364.8 3200 779673606F 60 50 625000 235000 500 14100 3940 55554000

50 60 900000 235000 500 20304 4000 81216000868560 1678644480

X = 1932.675 cm= 19.327 m

Y = 15.000 m

Ukuran

Page 137: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

Lantai 3 ke atasUraian I E L K X KX

1A 50 60 900000 235000 400 39656.25 0 060 50 625000 235000 400 27539.06 60 1652343.75

1B 60 60 1080000 235000 400 47587.5 800 380700001C 60 60 1080000 235000 400 47587.5 1600 761400001D 60 60 1080000 235000 400 47587.5 2400 1142100001E 60 60 1080000 235000 400 47587.5 3200 1522800001F 60 50 625000 235000 400 27539.06 3940 108503906.3

50 60 900000 235000 400 39656.25 4000 1586250002A 60 60 1080000 235000 400 47587.5 0 02B 60 60 1080000 235000 400 47587.5 800 380700002C 60 60 1080000 235000 400 47587.5 1600 761400002D 60 60 1080000 235000 400 47587.5 2400 1142100002E 60 60 1080000 235000 400 47587.5 3200 1522800002F 60 60 1080000 235000 400 47587.5 4000 1903500003A 60 60 1080000 235000 400 47587.5 0 03B 60 60 1080000 235000 400 47587.5 800 380700003C 60 60 1080000 235000 400 47587.5 1600 761400003D 60 60 1080000 235000 400 47587.5 2400 1142100003E3F 60 60 1080000 235000 400 47587.5 4000 1903500004A 60 60 1080000 235000 400 47587.5 0 04B 60 60 1080000 235000 400 47587.5 800 380700004C 60 60 1080000 235000 400 47587.5 1600 761400004D 60 60 1080000 235000 400 47587.5 2400 1142100004E4F 60 60 1080000 235000 400 47587.5 4000 1903500005A 60 60 1080000 235000 400 47587.5 0 05B 60 60 1080000 235000 400 47587.5 800 380700005C 60 60 1080000 235000 400 47587.5 1600 761400005D 60 60 1080000 235000 400 47587.5 2400 1142100005E 60 60 1080000 235000 400 47587.5 3200 1522800005F 60 60 1080000 235000 400 47587.5 4000 1903500006A 50 60 900000 235000 400 39656.25 0 0

60 50 625000 235000 400 27539.06 60 1652343.756B 60 60 1080000 235000 400 47587.5 800 380700006C 60 60 1080000 235000 400 47587.5 1600 761400006D 60 60 1080000 235000 400 47587.5 2400 1142100006E 60 60 1080000 235000 400 47587.5 3200 1522800006F 60 50 625000 235000 400 27539.06 3940 108503906.3

50 60 900000 235000 400 39656.25 4000 1586250001696406 3278602500

X = 1932.675 cm= 19.327 m

Y = 15.000 m

Ukuran

Page 138: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

Untuk gempa arah yPusat Massa

Pusat Kekakuan

e teoritik e tambahane pusat massa

baruXbaru Y

Xv Xr ex dex = 1,5.ex+0,05b exb = ex + dex Xr+exb

1 20.000 20.000 0.000 2.000 2.000 22.000 15

2 17.260 19.327 -2.066 -1.100 -3.166 16.161 15

3 16.821 19.327 -2.506 -1.759 -4.264 15.062 15

4 16.821 19.327 -2.506 -1.759 -4.264 15.062 15

5 15.636 19.327 -3.690 -3.536 -7.226 12.101 15

Untuk gempa arah x

Pusat Massa

Pusat Kekakuan

e teoritik e tambahane pusat massa

baruYbaru X

Yv Yr ey dey = 1,5.ey+0,05b eyb = ey + dey Yr + eyb

1 15.000 15.000 0.000 1.500 1.500 16.500 20.000

2 15.000 15.000 0.000 1.500 1.500 16.500 17.260

3 15.000 15.000 0.000 1.500 1.500 16.500 16.821

4 15.000 15.000 0.000 1.500 1.500 16.500 16.821

5 15.000 15.000 0.000 1.500 1.500 16.500 15.636

Massa lantai dan Momen inersia massa

Lantai Luas Massa (kg) Momen inersia Ket

M = Bv.V

1 1200.000 345600.0 72000000.0

2 984.000 283392.0 59040000.0

3 965.000 277920.0 57900000.0

4 965.000 277920.0 57900000.0

5 880.000 253440.0 52800000.0

Lantai

Lantai

)(12

1 22 hbMI

Page 139: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

Lampiran C

TABEL PERHITUNGAN EVALUASI KEKUATAN PLAT LANTAI 1 (GROUND)

Sebelum diberi balok anak

x y x y Mx My Mx My

A 4.7 3.7 1.28 78.4 71 40.4 25.4 1117 1198.87 1085.71 617.79 388.41 Perkuatan

B 6.37 3.7 1.73 81.3 53.35 52.6 17.35 1117 1243.22 815.81 804.34 265.31 Perkuatan

C 4.7 3.7 1.28 72.4 55 40.2 20.2 1117 1107.12 841.05 614.73 308.89 Perkuatan

D 6.37 3.7 1.73 79.95 54 51.6 15 1117 1222.57 825.75 789.05 229.38 Perkuatan

Setelah diberi balok anak

x y x y Mx My Mx My

A' 3.7 2.5 1.48 92.8 74.8 51 21.8 1117 647.86 522.20 356.04 152.19 OK

B' 3.7 3.35 1.11 65.5 54.55 32.95 22.8 1117 821.08 683.81 413.05 285.81 OK

C' 3.7 2.5 1.48 77.6 54.6 18.6 20.2 1117 541.75 381.18 129.85 141.02 OK

D' 3.7 3.35 1.11 57.6 52.65 29.95 23.35 1117 722.05 660.00 375.44 292.70 OK

KetKoefisien Momen

qU

Momen

Tumpuan Lapangan Tumpuan LapanganType Ly Lx ly/lx

Type Ly Lx ly/lx

MomenKoefisien MomenLapangan Tumpuan LapanganqUTumpuan Ket

A

A

A

A

B

B

B

B

B

B

D

D

D

D

D

D

D

D

D

C CC

C CC

Page 140: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

Lampiran C

MODEL PLAT LANTAI 1 (GROUND)

Page 141: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

TABEL PERHITUNGAN EVALUASI KEKUATAN PLAT LANTAI (2)

x y x y Mx My Mx My

A 4.7 3.7 1.271 77.68 70.775 39.91 25.58 907 964.54 878.80 495.49 317.62 OK

B 6.37 3.7 1.722 81.22 53.39 52.44 17.39 907 1008.49 662.93 651.14 215.93 OK

C 4.7 3.7 1.271 72.13 55 39.84 20.29 907 895.63 682.93 494.69 251.94 OK

D 6.37 3.7 1.722 79.83 54 51.44 15 907 991.24 670.51 638.72 186.25 OK

E 6.37 1.7 3.748 83 49 65 16 907 217.56 128.44 170.38 41.94 OK

F 6.37 1.7 3.748 112 112 113 20 907 293.58 293.58 296.20 52.42 OK

G 6.37 1.7 3.748 83 49 65 16 907 217.56 128.44 170.38 41.94 OK

H 3.7 0.7 5.286 83 49 65 16 907 36.89 21.78 28.89 7.11 OK

KetTumpuan LapanganType Ly Lx ly/lx

MODEL PLAT LANTAI 2

Koefisien MomenqU

Momen

Tumpuan Lapangan

A

B

B

B

A

C CC C C C C C A

C CC C C C C C A

D

D

D

D

D

D

D

D

D

D

D

D

D

D

D

E

E

E

H H

H H

F

F

F

Page 142: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

TABEL PERHITUNGAN EVALUASI KEKUATAN PLAT LANTAI ( 3-4)

x y x y Mx My Mx My

A 4.7 3.7 1.271 77.68 70.775 39.91 25.58 907 964.54 878.80 495.49 317.62 OK

B 6.37 3.7 1.722 81.22 53.39 52.44 17.39 907 1008.49 662.93 651.14 215.93 OK

C 4.7 3.7 1.271 72.13 55 39.84 20.29 907 895.63 682.93 494.69 251.94 OK

D 6.37 3.7 1.722 79.83 54 51.44 15 907 991.24 670.51 638.72 186.25 OK

E 6.37 1.7 3.748 83 49 65 16 907 217.56 128.44 170.38 41.94 OK

H 3.7 0.7 5.286 83 49 65 16 907 36.89 21.78 28.89 7.11 OK

KetType Ly Lx ly/lx

MODEL PLAT LANTAI 3-4

Koefisien MomenqU

Momen

Tumpuan Lapangan Tumpuan Lapangan

A

B

B

B

A

C CC C C C C C

C CC C C C C C

D

D

D

D

D

D

D

D

D

D

D

D

D

D

D

E

E

E

H H

H H

Page 143: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

TABEL PERHITUNGAN EVALUASI KEKUATAN PLAT LANTAI (ATAP)

x y x y Mx My Mx My

A 4.7 3.7 1.271 77.68 70.775 39.91 25.58 636.4 676.77 616.61 347.66 222.86 OK

B 6.37 3.7 1.722 81.22 53.39 52.44 17.39 636.4 707.61 465.15 456.87 151.51 OK

C 4.7 3.7 1.271 72.13 55 39.84 20.29 636.4 628.42 479.18 347.10 176.77 OK

D 6.37 3.7 1.722 79.83 54 51.44 15 636.4 695.50 470.47 448.16 130.68 OK

I 4.7 3.7 1.271 77.42 77.42 42.49 19.29 636.4 674.51 674.51 370.14 168.06 OK

J 4.7 3.7 1.271 101.2 101.2 43.45 24.29 636.4 881.64 881.64 378.55 211.62 OK

KetType Ly Lx ly/lx

MODEL PLAT ATAP

Koefisien MomenqU

Momen

Tumpuan Lapangan Tumpuan Lapangan

A

B

B

B

A

C CC C C I I I J

C CC C C I I I J

D

D

D

D

D

D

D

D

D

D

D

D

B

B

B

Page 144: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

Perhitungan Momen Kapasitas Plat

Data :b = 1000 mmh = 120 mmd' = 25 mmd = 95 mm

fc = 35 Mpafy = 240 MPa

Tulangan D 8 - 100As = 502.40

a = 4.05 mm

Mn = As.fy(d-a/2)= 11210374 Nmm= 1121.04 kgm

Mu = 1008.934 kgm

Page 145: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

Perhitungan Momen Kapasitas Plat

Data :

b = 1000 mm

h = 120 mm

d' = 25 mm

d = 95 mm

fc = 55 Mpa

fy = 240 MPa

Tulangan D 8 - 100

As = 502.40

a = 2.58 mm

Mn = As.fy(d-a/2)

= Nmm

= kgm

Mu = 1019.6 kgm

TABEL PERHITUNGAN EVALUASI KEKUATAN PLAT LANTAI 1

Sebelum diberi balok anak

x y x y Mx My Mx My

A 4.7 3.7 1.28 78.4 71 40.4 25.4 1008 1081.88 979.77 557.50 350.51 Perkuatan

B 6.37 3.7 1.73 81.3 53.35 52.6 17.35 1008 1121.90 736.20 725.85 239.42 Perkuatan

C 4.7 3.7 1.28 72.4 55 40.2 20.2 1008 999.09 758.97 554.74 278.75 OK

D 6.37 3.7 1.73 79.95 54 51.6 15 1008 1103.27 745.17 712.06 206.99 Perkuatan

Mx = Mu cap pada nilai fc = 55 Mpa

Ket

MomenKoefisien MomenLapangan Tumpuan LapanganqUTumpuanType Ly Lx ly/lx

11329371.25

1132.94

Mutu Beton aktual

Page 146: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

Lampiran D

Perhitungan Evaluasi Momen Kapasitas Balok

Lantai 1 Lantai 2

Lokasi Type M kap M ult Ket No Kombinasi Lokasi Type M kap M ult Ket No Kombinasi

1 B2a 42692.74 24419 OK B4 3 1 B2a 42692.74 27924 OK B4 3

2 B2 74663.9232 30901 OK B35 2 2 B2c 68492.16 36728 OK B35 3

B2b 136952.105 44236 OK B34 3 B2c 68492.16 37910 OK B34 3

3 B2 74663.9232 34503 OK B75 2 3 B2c 68492.16 40567 OK B75 3

4 B2 74663.9232 33123 OK B107 2 4 B2c 68492.16 43215 OK B107 3

5 B2 74663.9232 38334 OK B148 3 5 B2c 68492.16 40014 OK B148 3

6 B2a 42692.7403 27691 OK B181 3 6 B2a 42692.74 31908 OK B181 3

A B1a 30911.8105 18779 OK B82 4 A B1a 30911.81 21405 OK B82 4

AB B3 22331.5359 16011 OK B115 2 AB B3 22331.54 13906 OK B115 2

B B1 36724.65 22967 OK B86 4 B B1 36724.65 23394 OK B86 4

C B1 36724.65 21734 OK B90 4 C B1 36724.65 21872 OK B90 4

D B1 36724.65 21154 OK B94 4 D B1 36724.65 19084 OK B94 4

E B1 36724.65 16227 OK B26 4 E B5 24816.65 16724 OK B26 4

F B1a 30911.8105 16501 OK B73 4 F B1a 30911.81 15522 OK B73 4

Page 147: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

Lampiran D

Lantai 3 Lantai 4

Lokasi Type M kap M ult Ket No Kombinasi Lokasi Type M kap M ult Ket No Kombinasi

1 B2a 42692.7403 25479 OK B4 3 1 B2a 42692.74 22018 OK B4 3

2 B2c 68492.1613 34113 OK B35 3 2 B2c 68492.16 30359 OK B35 3

B2c 68492.1613 33654 OK B34 3 B2c 68492.16 29114 OK B34 3

3 B2c 68492.1613 36499 OK B75 3 3 B2c 68492.16 31788 OK B75 3

4 B2c 68492.1613 39146 OK B107 3 4 B2c 68492.16 36540 OK B107 3

5 B2c 68492.1613 35574 OK B148 3 5 B2c 68492.16 30100 OK B148 3

6 B2a 42692.7403 28673 OK B181 3 6 B2a 42692.74 24300 OK B181 3

A B1a 30911.8105 17704 OK B82 4 A B1a 30911.81 13602 OK B82 4

AB B3 22331.5359 13887 OK B115 2 AB B3 22331.54 13884 OK B115 2

B B1 36724.65 20068 OK B86 4 B B1 36724.65 16358 OK B86 4

C B1 36724.65 18857 OK B90 4 C B1 36724.65 15495 OK B90 4

D B1 36724.65 16426 OK B94 4 D B1 36724.65 13440 OK B94 4

E B5 24816.6464 12921 OK B26 4 E B5 24816.65 9236 OK B26 4

F B1a 30911.8105 14288 OK B73 4 F B1a 30911.81 12232 OK B73 4

Page 148: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

Lampiran D

Lantai 5

Lokasi Type M kap M ult Ket No Kombinasi

1 B2a 42692.7403 11866 OK B4 3

2 B2c 68492.1613 22294 OK B35 3

B2c 68492.1613 21731 OK B34 3

3 B2c 68492.1613 24940 OK B75 3

4 B2c 68492.1613 25099 OK B106 3

5 B2c 68492.1613 22933 OK B149 3

6 B2a 42692.7403 12848 OK B181 3

A B1a 30911.8105 8272 OK B82 4

AB B3 22331.5359 10382 OK B115 2

B B1 36724.65 10623 OK B86 4

C B1 36724.65 10200 OK B90 4

D B1 36724.65 7024 OK B94 4

E B5 24816.6464 4333 OK B26 4

F B1a 30911.8105 4848 OK B73 4

Page 149: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

Lampiran D

fc = 35 Mpa

fy = 390 Mpa

Type Dimensi Mu kap

b h kg.m

B1 300 700 36724.65

B1a 300 700 30911.81

B2 300 800 74663.92

B2a 300 800 42692.74

B2b 400 900 136952.10

B2c 300 800 68492.16

B3 300 600 22331.54

B4 300 800 42454.02

B6 200 600 14774.83

B8 300 700 30675.50

PERHITUNGAN MOMEN KAPASITAS BALOK

Page 150: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

Lampiran D

Perhitungan Evaluasi Kapasitas Geser Balok

Lantai 1 Lantai 2

Lokasi Type V Kap V Ult Ket No Kombinasi Lokasi Type V Kap V Ult Ket No Kombinasi

1 B2a 32324.75 14892 OK B4 3 1 B2a 32324.75 15713 OK B4 3

2 B2 40383.1435 21410 OK B35 2 2 B2c 40383.14 20251 OK B35 3

B2b 63603.378 25268 OK B34 3 B2c 40383.14 21156 OK B34 3

3 B2 40383.1435 24013 OK B75 2 3 B2c 40383.14 22557 OK B75 3

4 B2 40383.1435 22236 OK B107 3 4 B2c 40383.14 22417 OK B107 3

5 B2 40383.1435 21893 OK B148 3 5 B2c 40383.14 21681 OK B148 3

6 B2a 32324.7505 15852 OK B181 3 6 B2a 32324.75 16885 OK B181 3

A B1a 28029.1026 10273 OK B82 4 A B1a 28029.1 10670 OK B82 4

AB B3 23797.8894 12149 OK B115 2 AB B3 23797.89 10804 OK B115 2

B B1 28029.1026 14700 OK B86 4 B B1 28029.1 13626 OK B86 4

C B1 28029.1026 14294 OK B90 4 C B1 28029.1 13124 OK B90 4

D B1 28029.1026 14714 OK B94 4 D B1 28029.1 11611 OK B94 4

E B1 28029.1026 12723 OK B26 4 E B1 28029.1 11820 OK B26 4

F B1a 28029.1026 12158 OK B73 4 F B1a 28029.1 10196 OK B73 4

Page 151: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

Lampiran D

Lantai 3 Lantai 4

Lokasi Type V Kap V Ult Ket No Kombinasi Lokasi Type V Kap V Ult Ket No Kombinasi

1 B2a 32324.7505 15079 OK B4 3 1 B2a 32324.75 14166 OK B4 3

2 B2c 40383.1435 19514 OK B35 3 2 B2c 40383.14 18508 OK B35 3

B2c 40383.1435 19864 OK B34 3 B2c 40383.14 18507 OK B34 3

3 B2c 40383.1435 21362 OK B75 3 3 B2c 40383.14 19971 OK B75 3

4 B2c 40383.1435 23299 OK B107 2 4 B2c 40383.14 20611 OK B107 3

5 B2c 40383.1435 20376 OK B148 3 5 B2c 40383.14 18867 OK B148 3

6 B2a 32324.7505 16021 OK B181 3 6 B2a 32324.75 14849 OK B181 3

A B1a 28029.1026 9453 OK B82 4 A B1a 28029.1 8105 OK B82 4

B3 23797.8894 10816 OK B115 2 B3 23797.89 10824 OK B115 2

B B1 28029.1026 12533 OK B86 4 B B1 28029.1 11315 OK B86 4

C B1 28029.1026 12133 OK B90 4 C B1 28029.1 11028 OK B90 4

D B1 28029.1026 10736 OK B94 4 D B1 28029.1 9745 OK B94 4

E B1 28029.1026 10053 OK B26 4 E B1 28029.1 8263 OK B26 4

F B1a 28029.1026 9330 OK B73 4 F B1a 28029.1 8681 OK B73 4

Page 152: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

Lampiran D

Lantai 5

Lokasi Type V Kap V Ult Ket No Kombinasi

1 B2a 32324.7505 7641 OK B4 3

2 B2c 40383.1435 14425 OK B35 3

B2c 40383.1435 14931 OK B34 3

3 B2c 40383.1435 16284 OK B75 3

4 B2c 40383.1435 14369 OK B106 3

5 B2c 40383.1435 15139 OK B149 3

6 B2a 32324.7505 7949 OK B181 3

A B1a 28029.1026 5786 OK B82 4

B3 23797.8894 8232 OK B115 2

B B1 28029.1026 8318 OK B86 4

C B1 28029.1026 8181 OK B90 4

D B1 28029.1026 5369 OK B94 4

E B1 28029.1026 5373 OK B26 4

F B1a 28029.1026 2936 OK B73 4

Page 153: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

Lampiran D

fc = 35 Mpa

fy = 390 Mpa

Type Vu cap (kg)

b h q Vn

B1 300 700 28029.1

B1a 300 700 28029.1

B2 300 800 40383.1

B2a 300 800 32324.8

B2b 400 900 63603.4

B2c 300 800 40383.1

B3 300 600 23797.9

B4 300 800 61033.3

B6 200 600 24592.9

B8 300 700 35083.0

PERHITUNGAN MOMEN KAPASITAS BALOK

Dimensi

Page 154: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

fc = 35 Mpa 0.0393 r min = 0.0036

fy = 390 Mpa 0.0295

As Mu kap

b h d' d terpasang kg.m

B2 300 800 49.5 750.50 11 D 19 3117.24 74663.92 0.01385 OK

B2c 300 800 49.5 750.50 10 D 19 2833.85 68492.16 0.01259 OK

B2a 300 800 47.5 752.50 6 D 19 1700.31 42692.74 0.00753 OK

B2b 400 900 51.5 848.50 18 D 19 5100.93 136952.10 0.01503 OK

B1 300 700 47.5 652.50 6 D 19 1700.31 36724.65 0.00869 OK

B1a 300 700 47.5 652.50 5 D 19 1416.93 30911.81 0.00724 OK

B3 300 600 46 554.00 6 D 16 1205.76 22331.54 0.00725 OK

B4 300 800 51.5 748.50 6 D 19 1700.31 42454.02 0.00757 OK

B5 300 700 51.5 648.50 4 D 19 1133.54 24816.65 0.00583 OK

B6 200 600 50 550.00 4 D 16 803.84 14774.83 0.00731 OK

B7 300 600 46 554.00 5 D 16 1004.80 18764.47 0.00605 OK

B8 300 700 48 652.00 7 D 16 1406.72 30675.50 0.00719 OK

r r<r max

PERHITUNGAN MOMEN KAPASITAS BALOK

Tulangan Lentur

TypeDimensi

Page 155: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

min

14774.83

Page 156: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

fc = 35 Mpa

fy = 240 Mpa

Vc (N) Vs (N) Vn (N)Vu cap

(N)Vu cap

(kg)

b h 1/6.fc^0,5.bd Av.fy.d/s Vc+Vs q Vn q Vn

B2 300 800 157.00 222000.9 282788.4 504789.3 403831.4 40383.1

B2c 300 800 157.00 222000.9 282788.4 504789.3 403831.4 40383.1

B2a 300 800 100.48 222592.5 181466.9 404059.4 323247.5 32324.8

B2b 400 900 226.08 334652.9 460389.3 795042.2 636033.8 63603.4

B1 300 700 100.48 193012.1 157351.7 350363.8 280291.0 28029.1

B1a 300 700 100.48 193012.1 157351.7 350363.8 280291.0 28029.1

B3 300 600 100.48 163875.4 133598.2 297473.6 237978.9 23797.9

B4 300 800 226.08 221409.3 541506.8 762916.1 610332.9 61033.3

B5 300 700 226.08 191828.9 469161.2 660990.1 528792.1 52879.2

B6 200 600 226.08 108461.5 198950.4 307411.9 245929.5 24592.9

B7 300 600 100.48 163875.4 89065.5 252940.9 202352.7 20235.3

B8 300 700 157.00 192864.2 245673.6 438537.8 350830.2 35083.0

PERHITUNGAN KAPASITAS GESER BALOK

TypeDimensi

Av

Page 157: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

min

20235.27

Page 158: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

Lampiran E

ETABS v9.0.0 File:TJP FINAL Units:Kgf-m February 1, 2009 7:34 PAGE 1

P U S H O V E R C U R V E

Pushover Case PUSH2

Step Displacement Base Force A-B B-IO IO-LS LS-CP CP-C C-D D-E >E TOTAL

0 -1.271E-05 0.0000 2498 2 0 0 0 0 0 0 2500

1 0.0148 167653.1094 2413 87 0 0 0 0 0 0 2500

2 0.0308 294683.2813 2348 152 0 0 0 0 0 0 2500

3 0.0469 374200.0313 2281 219 0 0 0 0 0 0 2500

4 0.0641 436689.9063 2227 261 12 0 0 0 0 0 2500

5 0.0798 483633.8438 2187 276 37 0 0 0 0 0 2500

6 0.0976 531585.6875 2141 297 62 0 0 0 0 0 2500

7 0.1151 574627.1250 2103 309 82 6 0 0 0 0 2500

8 0.1311 610309.3125 2080 311 94 15 0 0 0 0 2500

9 0.1499 649607.6250 2054 308 109 29 0 0 0 0 2500

10 0.1661 681484.3750 2019 325 110 46 0 0 0 0 2500

11 0.1821 710731.6875 1988 338 114 60 0 0 0 0 2500

12 0.1988 738456.6875 1965 336 127 72 0 0 0 0 2500

13 0.2182 767341.1250 1944 333 137 86 0 0 0 0 2500

14 0.2358 791845.0625 1922 334 143 100 0 1 0 0 2500

15 0.2481 807700.7500 1920 336 143 100 0 0 1 0 2500

Page 159: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

Lampiran E

Step Displacement Base Force A-B B-IO IO-LS LS-CP CP-C C-D D-E >E TOTAL

16 0.2482 801877.0625 1920 335 144 100 0 0 1 0 2500

17 0.2485 802934.4375 1897 348 135 116 0 3 1 0 2500

18 0.2616 819706.6875 1897 348 135 115 0 0 5 0 2500

19 0.2616 803670.3750 1895 349 134 117 0 0 5 0 2500

20 0.2628 809471.0625 1895 349 134 116 0 1 5 0 2500

21 0.2633 810962.4375 1893 349 136 115 0 0 7 0 2500

22 0.2633 802443.1875 1892 350 136 115 0 0 7 0 2500

23 0.2636 804330.8125 1892 349 137 114 1 0 7 0 2500

24 0.2650 808915.5000 1873 343 148 127 1 1 7 0 2500

25 0.2806 827442.8750 1873 343 148 127 1 1 7 0 2500

26 0.2806 827442.8750 1871 345 148 127 1 0 8 0 2500

27 0.2806 822530.0625 1871 344 149 127 1 0 8 0 2500

28 0.2809 823706.4375 1870 344 150 127 1 0 8 0 2500

29 0.2812 824575.5625 1870 344 150 126 1 1 8 0 2500

30 0.2815 825056.2500 1868 346 150 126 1 0 9 0 2500

31 0.2816 820381.2500 1867 347 150 126 1 0 9 0 2500

32 0.2819 821765.9375 1857 354 149 127 1 3 9 0 2500

33 0.2878 829150.0625 1855 353 152 126 1 1 12 0 2500

34 0.2878 817799.1875 1854 354 150 125 1 0 16 0 2500

35 0.2878 801311.6875 1851 357 148 127 1 0 16 0 2500

36 0.2899 811067.1250 1849 357 148 129 0 1 16 0 2500

37 0.2925 816781.1875 1846 360 148 129 0 1 16 0 2500

38 0.2098 138467.6719 2500 0 0 0 0 0 0 0 2500

Page 160: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

Lampiran E

ETABS v9.0.0 File:TJP FINAL Units:Kgf-m February 1, 2009 7:35 PAGE 1

P U S H O V E R C A P A C I T Y / D E M A N D C O M P A R I S O N

Pushover Case PUSH2

Step Teff ßeff Sd(C) Sa(C) Sd(D) Sa(D) ALPHA PF*Ø

Page 161: ASSESSMENT STRUKTUR ATAS GEDUNG TIMBUL … · Halaman Judul ... BAB I PENDAHULUAN ... Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia ..... 2.6.1.

Lampiran E

0 1.780 0.050 0.000 0.000 0.146 0.185 1.000 1.000 1 1.780 0.050 9.337E-03 0.012 0.146 0.185 0.810 1.582 2 1.919 0.083 0.020 0.021 0.137 0.150 0.792 1.581 3 2.092 0.119 0.030 0.027 0.134 0.124 0.782 1.573 4 2.262 0.146 0.041 0.032 0.136 0.107 0.777 1.564 5 2.398 0.161 0.051 0.036 0.139 0.098 0.774 1.559 6 2.530 0.171 0.063 0.040 0.144 0.091 0.770 1.551 7 2.641 0.177 0.074 0.043 0.149 0.086 0.767 1.546 8 2.731 0.180 0.085 0.046 0.153 0.082 0.763 1.545 9 2.825 0.182 0.097 0.049 0.157 0.079 0.761 1.545 10 2.898 0.184 0.108 0.052 0.161 0.077 0.758 1.545 11 2.965 0.185 0.118 0.054 0.164 0.075 0.756 1.546 12 3.032 0.187 0.128 0.056 0.167 0.073 0.753 1.549 13 3.108 0.189 0.141 0.059 0.170 0.071 0.751 1.552 14 3.173 0.192 0.152 0.061 0.173 0.069 0.748 1.555 15 3.218 0.193 0.159 0.062 0.175 0.068 0.747 1.556 17 3.229 0.197 0.160 0.062 0.174 0.067 0.747 1.558 18 3.274 0.198 0.168 0.063 0.177 0.066 0.745 1.559 20 3.300 0.207 0.168 0.062 0.175 0.065 0.746 1.563 21 3.300 0.206 0.168 0.062 0.175 0.065 0.746 1.563 23 3.314 0.211 0.168 0.062 0.174 0.064 0.747 1.565 24 3.313 0.209 0.169 0.062 0.175 0.064 0.747 1.566 25 3.363 0.210 0.179 0.064 0.178 0.063 0.746 1.571 28 3.372 0.213 0.179 0.063 0.177 0.063 0.746 1.572 29 3.372 0.212 0.179 0.063 0.177 0.063 0.746 1.572 30 3.373 0.212 0.179 0.063 0.177 0.063 0.746 1.572 32 3.381 0.215 0.179 0.063 0.177 0.062 0.746 1.573 33 3.399 0.215 0.183 0.064 0.178 0.062 0.746 1.575 36 3.447 0.226 0.183 0.062 0.177 0.060 0.748 1.580 37 3.449 0.225 0.185 0.063 0.177 0.060 0.749 1.582