Aspek Klinis dan Epidemiologis Penyakit Kanker Payudara.docx

9
Aspek Klinis dan Epidemiologis Penyakit Kanker Payudara MASDALINA PANE Program Pascasarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Jakarta Pendahuluan Kanker adalah salah satu penyakit yang banyak menimbulkan kesengsaraan dan kematian pada manusia. Di negara-negara barat, kanker merupakan penyebab kematian nomor 2 setelah penyakit- penyakit kardiovaskular (Ama, 1990). Diperkirakan, kematian akibat kanker di dunia mencapai 4,3 juta per tahun dan 2,3 juta di antaranya ditemukan di negara berkembang. Jumlah penderita baru per tahun 5,9 juta di seluruh dunia dan 3 juta di antaranya ditemukan di negara sedang berkembang (Parkin,et al 1988 dalam Sirait, 1996). Di Indonesia diperkirakan terdapat 100 penderita kanker baru untuk setiap 100.000 penduduk per tahunnya. Prevalensi penderita kanker meningkat dari tahun ke tahun akibat peningkatan angka harapan hidup, sosial ekonomi, se rta perubahan pola penyakit (Tjindarbumi, 1995). Menurut ha sil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1992, kanker menduduki urutan ke-9 dari 10 penyakit terbesar penyebab utama kematian di Indonesia. Angka proporsi penyakit kanker di Indonesia cenderung meningkat dari 3,4 (SKRT 1980) menjadi 4,3 (SKRT 1986), 4,4 (SKRT 1992), dan 5,0 (SKRT 1995). Data Profil Kesehatan RI 1995 menunjukkan bahwa proporsi kanker yang dirawat inap di rumah sakit di Indonesia mengalami peningkatan dari 4,0% menjadi 4,1%. Selain itu, peningkatan proporsi penderita yang dirawat inap juga terjadi peningkatan di rumah sakit DKI Jakarta pada 1993 dan 1994, dari 4,5% menjadi 4,6%. Kanker payudara sering ditemukan di seluruh dunia dengan insidens relatif tinggi, yaitu 20% dari seluruh keganasan (Tjahjadi, 1995). Dari 600.000 kasus kanker payudara baru yang didiagnosis setiap tahunnya. Sebanyak 350.000 di antaranya ditemukan di negara maju, sedangkan 2 50.000 di negara yang sedang berkembang (Moningkey, 2000). Di Amerika Serikat, keganasan ini paling sering terjadi pada wanita dewasa. Diperkirakan di AS 175.000 wanita didiagnosis menderita kanker payudara yang mewakili 32% dari semua kanker yang menyerang wanita. Bahkan, disebutkan dari 150.000 penderita kanker payudara yang berobat ke rumah sakit, 44.000 orang di antaranya meninggal setiap tahunnya (Oemiati, 1999). American Cancer Society memperkirakan kanker payudara di Amerika akan mencapai 2  juta dan 460.000 di antaranya meninggal ant ara 1990-2000 (Moningkey, 2000). Kanker payudara merupakan kanker terbanyak kedua sesudah kanker leher rahim di Indonesia (Tjindarbumi, 1995). Sejak 1988 sampai 1992, keganasan tersering di Indonesia tidak banyak berubah. Kanker leher rahim dan kanker payudara tetap menduduki tempat teratas. Selain jumlah kasus yang banyak, lebih dari 70% penderita kanker payudara ditemukan pada stadium lanjut (Moningkey, 2000). Data dari Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan menunjukkan bahwa Case Fatality Rate (CFR) akibat kanker payudara menurut golongan penyebab sakit menunjukkan peningkatan dari tahun 1992-1993, yaitu dari 3,9 menjadi 7,8 (Ambarsari, 1998). Gejala permulaan kanker payudara sering tidak disadari atau dirasakan dengan jelas oleh penderita sehingga banyak penderita yang berobat dalam keadaan lanjut. Hal inilah yang meny ebabkan tingginya angka kematian kanker tersebut. Padahal, pada stadium dini kematian akibat kanker masih dapat dicegah. Tjindarbumi (1982) mengatakan, bila penyakit kanker payudara ditemukan dalam stadium dini, angka harapan hidupnya ( life expectancy ) tinggi, berkisar antara 85 s.d. 95%. Namun, dikatakannya pula bahwa 70--90% penderita datang ke rumah sa kit setelah penyakit parah, yaitu setelah masuk dalam stadium lanjut.

Transcript of Aspek Klinis dan Epidemiologis Penyakit Kanker Payudara.docx

Page 1: Aspek Klinis dan Epidemiologis Penyakit Kanker Payudara.docx

7/22/2019 Aspek Klinis dan Epidemiologis Penyakit Kanker Payudara.docx

http://slidepdf.com/reader/full/aspek-klinis-dan-epidemiologis-penyakit-kanker-payudaradocx 1/9

Aspek Klinis dan Epidemiologis Penyakit Kanker Payudara

MASDALINA PANEProgram Pascasarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Jakarta

Pendahuluan 

Kanker adalah salah satu penyakit yang banyak menimbulkan kesengsaraan dan kematian padamanusia. Di negara-negara barat, kanker merupakan penyebab kematian nomor 2 setelah penyakit-penyakit kardiovaskular (Ama, 1990). Diperkirakan, kematian akibat kanker di dunia mencapai 4,3 jutaper tahun dan 2,3 juta di antaranya ditemukan di negara berkembang. Jumlah penderita baru per tahun5,9 juta di seluruh dunia dan 3 juta di antaranya ditemukan di negara sedang berkembang (Parkin,et al1988 dalam Sirait, 1996).

Di Indonesia diperkirakan terdapat 100 penderita kanker baru untuk setiap 100.000 penduduk per tahunnya. Prevalensi penderita kanker meningkat dari tahun ke tahun akibat peningkatan angka harapan

hidup, sosial ekonomi, serta perubahan pola penyakit (Tjindarbumi, 1995). Menurut hasil SurveiKesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1992, kanker menduduki urutan ke-9 dari 10 penyakit terbesar penyebab utama kematian di Indonesia. Angka proporsi penyakit kanker di Indonesia cenderungmeningkat dari 3,4 (SKRT 1980) menjadi 4,3 (SKRT 1986), 4,4 (SKRT 1992), dan 5,0 (SKRT 1995).Data Profil Kesehatan RI 1995 menunjukkan bahwa proporsi kanker yang dirawat inap di rumah sakit diIndonesia mengalami peningkatan dari 4,0% menjadi 4,1%. Selain itu, peningkatan proporsi penderitayang dirawat inap juga terjadi peningkatan di rumah sakit DKI Jakarta pada 1993 dan 1994, dari 4,5%menjadi 4,6%.

Kanker payudara sering ditemukan di seluruh dunia dengan insidens relatif tinggi, yaitu 20% dari seluruhkeganasan (Tjahjadi, 1995). Dari 600.000 kasus kanker payudara baru yang didiagnosis setiaptahunnya. Sebanyak 350.000 di antaranya ditemukan di negara maju, sedangkan 250.000 di negarayang sedang berkembang (Moningkey, 2000). Di Amerika Serikat, keganasan ini paling sering terjadi

pada wanita dewasa. Diperkirakan di AS 175.000 wanita didiagnosis menderita kanker payudara yangmewakili 32% dari semua kanker yang menyerang wanita. Bahkan, disebutkan dari 150.000 penderitakanker payudara yang berobat ke rumah sakit, 44.000 orang di antaranya meninggal setiap tahunnya(Oemiati, 1999). American Cancer Society memperkirakan kanker payudara di Amerika akan mencapai 2 juta dan 460.000 di antaranya meninggal antara 1990-2000 (Moningkey, 2000).

Kanker payudara merupakan kanker terbanyak kedua sesudah kanker leher rahim di Indonesia(Tjindarbumi, 1995). Sejak 1988 sampai 1992, keganasan tersering di Indonesia tidak banyak berubah.Kanker leher rahim dan kanker payudara tetap menduduki tempat teratas. Selain jumlah kasus yangbanyak, lebih dari 70% penderita kanker payudara ditemukan pada stadium lanjut (Moningkey, 2000).Data dari Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan menunjukkan bahwa CaseFatality Rate (CFR) akibat kanker payudara menurut golongan penyebab sakit menunjukkan peningkatandari tahun 1992-1993, yaitu dari 3,9 menjadi 7,8 (Ambarsari, 1998).

Gejala permulaan kanker payudara sering tidak disadari atau dirasakan dengan jelas oleh penderitasehingga banyak penderita yang berobat dalam keadaan lanjut. Hal inilah yang menyebabkan tingginyaangka kematian kanker tersebut. Padahal, pada stadium dini kematian akibat kanker masih dapatdicegah. Tjindarbumi (1982) mengatakan, bila penyakit kanker payudara ditemukan dalam stadium dini,angka harapan hidupnya (life expectancy ) tinggi, berkisar antara 85 s.d. 95%. Namun, dikatakannya pulabahwa 70--90% penderita datang ke rumah sakit setelah penyakit parah, yaitu setelah masuk dalamstadium lanjut.

Page 2: Aspek Klinis dan Epidemiologis Penyakit Kanker Payudara.docx

7/22/2019 Aspek Klinis dan Epidemiologis Penyakit Kanker Payudara.docx

http://slidepdf.com/reader/full/aspek-klinis-dan-epidemiologis-penyakit-kanker-payudaradocx 2/9

Pengobatan kanker pada stadium lanjut sangat sukar dan hasilnya sangat tidak memuaskan.Pengobatan kuratif untuk kanker umumnya operasi dan atau radiasi. Pengobatan pada stadium diniuntuk kanker payudara menghasilkan kesembuhan 75% (Ama, 1990). Pengobatan pada penderitakanker memerlukan teknologi canggih, ketrampilan, dan pengalaman yang luas. Perlu peningkatanupaya pelayanan kesehatan, khususnya di RS karena jumlah yang sakit terus-menerus meningkat,terlebih menyangkut golongan umur produktif.

Sebagai tolak ukur keberhasilan pengobatan kanker, termasuk kanker payudara, biasanya adalah 5 year survival (ketahanan hidup 5 tahun) (Sirait, 1996). Vadya dan Shukla menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prognosis dan ketahanan hidup penderita kanker payudara adalah besar tumor,status kelenjar getah bening regional, skin oedema ‘pembengkakan kulit’, status menopause, perkembangan sel tumor, residual tumor burden (tumor sisa), jenis patologinya, dan metastase, terapi,serta reseptor estrogen. Selain itu, ditambahkan pula dengan umur dan besar payudara. Azis FM dkk.menyatakan bahwa ketahanan hidup penderita kanker dipengaruhi oleh pengobatan, ukuran tumor, jenishistologi, ada tidaknya invasi ke pembuluh darah, anemia, dan penyulit seperti hipertensi.

Dalam Vadya dikatakan bahwa untuk ukuran tumor < 2 cm, ketahanan hidup 5 tahun sebesar 73%. Halini sangat berbeda untuk ukuran tumor 3-6 cm yang angka ketahanan hidupnya sangat rendah, yaitu24%. Selain itu, ukuran tumor yang lebih besar berhubungan dengan kelenjar limfa. Dalam ukuran

kanker yang lebih besar, kelenjar limfa yang melekat (involved ) menjadi lebih banyak.

Tjindarbumi (1982) melaporkan pengobatan kanker payudara dengan simpel mastektomi tanpa sinar memberikan ketahanan hidup 79% dan mastektomi radikal memberikan ketahanan hidup 5 tahun 70--95%. Informasi tentang faktor-faktor ketahanan hidup memberikan manfaat yang besar. Bukan hanyauntuk peningkatan penanganan penderita kanker payudara, tapi juga untuk memberikan informasi yangcukup kepada masyarakat tentang kanker payudara dan perkembangan serta prognosis penyakittersebut di masa mendatang.

Pengertian Kanker Payudara 

Kanker payudara (Carcinoma mammae) adalah suatu penyakit neoplasma yang ganas yang berasal dari parenchyma. Penyakit ini oleh Word Health Organization (WHO) dimasukkan ke dalam International 

Classification of Diseases (ICD) dengan kode nomor 174.

Penyebab Kanker Payudara

Sampai saat ini, penyebab kanker payudara belum diketahui secara pasti. Penyebab kanker payudaratermasuk multifaktorial, yaitu banyak faktor yang terkait satu dengan yang lain. Beberapa faktor yangdiperkirakan mempunyai pengaruh besar dalam terjadinya kanker payudara adalah riwayat keluarga,hormonal, dan faktor lain yang bersifat eksogen (Soetrisno, 1988).

Gejala Klinis

Gejala klinis kanker payudara dapat berupa benjolan pada payudara, erosi atau eksema puting susu,

atau berupa pendarahan pada puting susu. Umumnya berupa benjolan yang tidak nyeri pada payudara.Benjolan itu mula-mula kecil, makin lama makin besar, lalu melekat pada kulit atau menimbulkanperubahan pada kulit payudara atau pada puting susu. Kulit atau puting susu tadi menjadi tertarik kedalam (retraksi), berwarna merah muda atau kecoklat-coklatan sampai menjadi oedema hingga kulitkelihatan seperti kulit jeruk ( peau d'orange), mengkerut, atau timbul borok (ulkus) pada payudara. Borokitu makin lama makin besar dan mendalam sehingga dapat menghancurkan seluruh payudara, seringberbau busuk, dan mudah berdarah. Rasa sakit atau nyeri pada umumnya baru timbul kalau tumor sudahbesar, sudah timbul borok, atau kalau sudah ada metastase ke tulang-tulang. Kemudian timbulpembesaran kelenjar getah bening di ketiak, bengkak (edema) pada lengan, dan penyebaran kanker keseluruh tubuh (Handoyo, 1990).

Page 3: Aspek Klinis dan Epidemiologis Penyakit Kanker Payudara.docx

7/22/2019 Aspek Klinis dan Epidemiologis Penyakit Kanker Payudara.docx

http://slidepdf.com/reader/full/aspek-klinis-dan-epidemiologis-penyakit-kanker-payudaradocx 3/9

Kanker payudara lanjut sangat mudah dikenali dengan mengetahui kriteria operbilitas Heagensensebagai berikut: terdapat edema luas pada kulit payudara (lebih 1/3 luas kulit payudara); adanya nodulsatelit pada kulit payudara; kanker payudara jenis mastitis karsinimatosa; terdapat model parasternal;terdapat nodul supraklavikula; adanya edema lengan; adanya metastase jauh; serta terdapat dua daritanda-tanda locally advanced , yaitu ulserasi kulit, edema kulit, kulit terfiksasi pada dinding toraks, kelenjar getah bening aksila berdiameter lebih 2,5 cm, dan kelenjar getah bening aksila melekat satu samalain.

Faktor Risiko (Moningkey dan Kodim, 1998)

Penyebab spesifik kanker payudara masih belum diketahui, tetapi terdapat banyak faktor yangdiperkirakan mempunyai pengaruh terhadap terjadinya kanker payudara.

Faktor reproduksi 

Karakteristik reproduktif yang berhubungan dengan risiko terjadinya kanker payudara adalah nuliparitas,menarche pada umur muda, menopause pada umur lebih tua, dan kehamilan pertama pada umur tua.Risiko utama kanker payudara adalah bertambahnya umur. Diperkirakan, periode antara terjadinya haidpertama dengan umur saat kehamilan pertama merupakan window of initiation perkembangan kanker 

payudara. Secara anatomi dan fungsional, payudara akan mengalami atrofi dengan bertambahnya umur.Kurang dari 25% kanker payudara terjadi pada masa sebelum menopause sehingga diperkirakan awalterjadinya tumor terjadi jauh sebelum terjadinya perubahan klinis.

Penggunaan hormon 

Hormon eksogen berhubungan dengan terjadinya kanker payudara. Laporan dari Harvard School of Public Health menyatakan bahwa terdapat peningkatan kanker payudara yang bermakna pada parapengguna terapi estrogen replacement . Suatu metaanalisis menyatakan bahwa walaupun tidak terdapatrisiko kanker payudara pada pengguna kontrasepsi oral, wanita yang menggunakan obat ini untuk waktuyang lama mempunyai risiko tinggi untuk mengalami kanker ini sebelum menopause.

Penyakit fibrokistik 

Pada wanita dengan adenosis, fibroadenoma, dan fibrosis, tidak ada peningkatan risiko terjadinya kanker payudara. Pada hiperplasis dan papiloma, risiko sedikit meningkat 1,5 sampai 2 kali. Sedangkan padahiperplasia atipik, risiko meningkat hingga 5 kali.

Obesitas 

Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dan bentuk tubuh dengan kanker payudara padawanita pasca menopause. Variasi terhadap kekerapan kanker ini di negara-negara Barat dan bukanBarat serta perubahan kekerapan sesudah migrasi menunjukkan bahwa terdapat pengaruh diet terhadapterjadinya keganasan ini.

Konsumsi lemak 

Konsumsi lemak diperkirakan sebagai suatu faktor risiko terjadinya kanker payudara. Willet dkk.,melakukan studi prospektif selama 8 tahun tentang konsumsi lemak dan serat dalam hubungannyadengan risiko kanker payudara pada wanita umur 34 sampai 59 tahun.

Radiasi 

Page 4: Aspek Klinis dan Epidemiologis Penyakit Kanker Payudara.docx

7/22/2019 Aspek Klinis dan Epidemiologis Penyakit Kanker Payudara.docx

http://slidepdf.com/reader/full/aspek-klinis-dan-epidemiologis-penyakit-kanker-payudaradocx 4/9

Eksposur dengan radiasi ionisasi selama atau sesudah pubertas meningkatkan terjadinya risiko kanker payudara. Dari beberapa penelitian yang dilakukan disimpulkan bahwa risiko kanker radiasi berhubungansecara linier dengan dosis dan umur saat terjadinya eksposur.

Riwayat keluarga dan faktor genetik 

Riwayat keluarga merupakan komponen yang penting dalam riwayat penderita yang akan dilaksanakanskrining untuk kanker payudara. Terdapat peningkatan risiko keganasan ini pada wanita yangkeluarganya menderita kanker payudara. Pada studi genetik ditemukan bahwa kanker payudaraberhubungan dengan gen tertentu. Apabila terdapat BRCA 1, yaitu suatu gen suseptibilitas kanker payudara, probabilitas untuk terjadi kanker payudara sebesar 60% pada umur 50 tahun dan sebesar 85%pada umur 70 tahun.

Gambaran Patologi Anatomi Kanker Payudara

Stadium Klinik 

Klasifikasi stadium klinik pada kanker payudara ada beberapa jenis. Mula-mula stadium klinik Stentalyang membagi kanker payudara dalam 3 stadium, Portman membagi kanker payudara dalam 4 stadium,

Manchester sistem yang juga membagi kanker payudara dalam 4 stadium, dan terakhir yang sekarangdigunakan di hampir seluruh pusat ilmu kedokteran adalah klasifikasi TNM yang ditemukan oleh Denoix1962. Berdasarkan sistem ini, diadakan stadium klinik I, II, III, dan IV dengan formula sebagai berikut:(Tjindarbumi, 1982)

1. Stadium I: T1a/bNoMoT1a/bNoMo

2. Stadium II: ToN1bMoT1a/bNIbMoTIIa/bNo/1aMoTIIa/bN1/bMo

3. Stadium III: TIIINo-1MoTIIINII-IIIMo

TIVwith every NmoEvery T with NII-IIIMo

4. Stadium IV: Tumor yang sudah lanjut

Keterangan:

TIS: Carcinoma in situ adalah non infiltrating intraductal carcinoma atau paget's disease dimanatak teraba tumor.

To: Tumor tak teraba, tetapi dapat dilihat pada mamografi

T1: Tumor kurang dari 2 cm

T1a: Tidak ada perlengketan dengan fascia pectoralis atau otot

T1b: Adanya fixasi dengan fascia pectoralis atau otot

T2: Tumor antara 2 sampai dengan 5 cm T2a: Belum adanya perlengketan dengan fascia pectoralis atau otot

T2b: Sudah ada fixasi dengan fascia pectoralis atau otot

T3: Tumor lebih dari 5 cm penampangnya.

T3a: Belum ada perlengketan dengan fascia pectoralis atau otot

T3b: Sudah ada fiksasi dengan fascia pectoralis atau otot

T4: Tumor dengan segala ukuran dimana extensinya telah mencapai dinding toraks atau kulit(dinding toraks di sini termasuk iga otot-otot intercostal dan musculus serratus anterior tapi belummusculus pectoralis).

Page 5: Aspek Klinis dan Epidemiologis Penyakit Kanker Payudara.docx

7/22/2019 Aspek Klinis dan Epidemiologis Penyakit Kanker Payudara.docx

http://slidepdf.com/reader/full/aspek-klinis-dan-epidemiologis-penyakit-kanker-payudaradocx 5/9

T4a: Sudah ada fiksasi dengan dinding toraks

T4b: Terdapat oedema, infiltrasi atau ulcerasi dari kulit payudara atau satelit nodul padapayudara yang sama.

No: Kelenjar getah bening homolateral tak dapat diraba

N1: Kelenjar getah bening homolateral dapat digerakkan

N1a: Kelenjar getah bening dianggap tidak membesar 

N1b: Kelenjar getah bening dianggap dapat membesar  N2: Kelenjar getah bening homolateral yang melekat satu sama lain atau pada jaringan

sekitarnya.

N3: Kelenjar getah bening supraclavicular homolateral atau infra claviculer homolateral atauoedema di lengan.

Mo: Tidak terdapat metastase jauh

M1: Sudah terdapat metastase jauh.

Pengobatan Kanker  

 Ada beberapa pengobatan kanker payudara yang penerapannya banyak tergantung pada stadium klinikpenyakit (Tjindarbumi, 1994), yaitu:

1. Mastektomi  

Mastektomi adalah operasi pengangkatan payudara. Ada 4 jenis mastektomi (Hirshaut &Pressman, 1992):

Modified Radical Mastectomy , yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara, jaringanpayudara di tulang dada, tulang selangka dan tulang iga, serta benjolan di sekitar ketiak.

a. b. Total (Simple) Mastectomy , yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara saja,tetapi bukan kelenjar di ketiak.

b. Radical Mastectomy , yaitu operasi pengangkatan sebagian dari payudara. Biasanyadisebut lumpectomy , yaitu pengangkatan hanya pada jaringan yang mengandung sel

kanker, bukan seluruh payudara. Operasi ini selalu diikuti dengan pemberian radioterapi.Biasanya lumpectomy direkomendasikan pada pasien yang besar tumornya kurang dari2 cm dan letaknya di pinggir payudara.

2. Penyinaran/radiasi

Yang dimaksud radiasi adalah proses penyinaran pada daerah yang terkena kanker denganmenggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan membunuh sel kanker yang masihtersisa di payudara setelah operasi (Denton, 1996). Efek pengobatan ini tubuh menjadi lemah,nafsu makan berkurang, warna kulit di sekitar payudara menjadi hitam, serta Hb dan leukositcenderung menurun sebagai akibat dari radiasi.

3. Kemoterapi

Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil cair atau kapsulatau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker. Tidak hanya sel kanker pada payudara,tapi juga di seluruh tubuh (Denton, 1996). Efek dari kemoterapi adalah pasien mengalami mualdan muntah serta rambut rontok karena pengaruh obat-obatan yang diberikan pada saatkemoterapi.

Ketahanan Hidup Penderita Kanker  

Page 6: Aspek Klinis dan Epidemiologis Penyakit Kanker Payudara.docx

7/22/2019 Aspek Klinis dan Epidemiologis Penyakit Kanker Payudara.docx

http://slidepdf.com/reader/full/aspek-klinis-dan-epidemiologis-penyakit-kanker-payudaradocx 6/9

Menurut Aziz, FM, dkk. (1985), ketahanan hidup penderita kanker dipengaruhi oleh stadium klinik,pengobatan, ukuran tumor, jenis histologi, ada tidaknya metastase ke pembuluh darah, anemia, danhipertensi (penyakit penyerta). Sedangkan Rusmiyati (1987) menyatakan bahwa hal-hal yang perludipertimbangkan dalam menentukan ketahanan hidup adalah umur, keadaan umum, fisik, stadium klinik,ciri-ciri histologis sel-sel tumor, gambaran sitologis dari kanker, gambaran makroskopis dari kanker,kemampuan ahli yang menangani, sarana pengobatan yang tersedia, dan status ekonomi. Hack, KD(1994) menyatakan bahwa ketahanan hidup tergantung dari adanya metastase ke kelenjar getah bening,besar lesi, kedalaman infiltrasi, adanya metastase ke parametrium, serta adanya metastase ke pembuluhdarah.

Faktor-faktor yang mempengaruhi prognosis dan ketahanan hidup penderita kanker payudara adalah(Vadya and Shukla): ukuran tumor, kelenjar getah bening regional, skin oedema (pembengkakan padakulit), status menopause, pertumbuhan tumor, residual tumor burden (tumor sisa), pengobatan padatumor awal, faktor-faktor patologi, dan reseptor estrogen.

Selain itu, faktor-faktor lainnya yang secara tidak langsung mempengaruhi prognosis adalah ukuranpayudara dan jenis kelamin.

Ukuran tumor  

Ukuran tumor awal berhubungan dengan ketahanan hidup lima tahun pada penderita kanker payudara.Tumor yang lebih kecil lebih tinggi ketahanan hidup lima tahunnya. Hal ini terlihat pada tabel 1.

Telah diobservasi bahwa apabila kelenjar getah bening ketiak negatif, insiden ketahanan hidupnya lebihtinggi dibandingkan dengan penderita yang positif kelenjar getah beningnya. Tidak hanya perlekatan darimasalah kelenjar getah bening, tapi juga jumlah kelenjar getah bening yang bermetastase mempunyaipengaruh terhadap prognosis. Titik kritikalnya adalah tingkat tiga perlekatan kelenjar getah beningsampai tiga kelenjar getah bening yang melekat, 5 dan 10 tahun ketahanan hidupnya adalah 62% dan38%. Sedangkan 4 kelenjar getah bening atau lebih, ketahan hidup 5 tahunnya menjadi 32% danketahanan hidup 10 tahunnya 13% .

Perlengketan dari kulit kelenjar payudara mengakibatkan pembengkakan yang memberikan pengaruh

terhadap prognosis kanker payudara. Pengamatan pada penderita yang kulitnya melekat 0.04 mm,bebas dari lokal requrents sampai 3 tahun. Ketika penderita kulitnya melekat dari 0,08 mm dan 0,12 mmberkembang dari lokal requrentsnya. Ini ditemukan secara signifikan.

Status menopouse

Gallent meyakinkan bahwa kanker payudara yang ditemukan setelah cessation mensturasi selamaregular reimained menimbulkan kesehatan yang baik. Dua kelompok pre- dan postmenoupouse diobatidengan kemoterapi dan plasebo. Hasilnya menunjukkan pada postmenopouse yang diobati dengankemoterapi recurrence rate (laju kekambuhan) lebih tinggi dibandingkan dengan kelompokpremenoupouse.

Perkembangan tumor  

Skipper 1974 mengamati bahwa pada sel tumor yang jumlahnya meningkat lebih dari 10 juta kemudianmelekat pada kelenjar getah bening, mempengaruhi 5 dan 10 tahun ketahanan hidup penderita kanker.

Residual tumor burden 

Pada kasus yang sama, residual tumor burden mengikuti pembedahan pada penderita kanker payudaradan mempengaruhi prognosis. Jika residual tumor burdennya tinggi, prognosisnya jelek.

Page 7: Aspek Klinis dan Epidemiologis Penyakit Kanker Payudara.docx

7/22/2019 Aspek Klinis dan Epidemiologis Penyakit Kanker Payudara.docx

http://slidepdf.com/reader/full/aspek-klinis-dan-epidemiologis-penyakit-kanker-payudaradocx 7/9

Pengobatan pada tumor  

Haagensen 1951 mengatakan bahwa ketahanan hidup 5 tahun dan 10 tahun pada kasus kanker payudara stadium 1 dan 2 recurrence rates-nya lebih baik pada radical mastectomy bila dibandingkandengan simple mastectomy . Propilase radiasi ditemukan tidak meningkatkan ketahanan hidup padapenderita setelah pengobatan dan pembedahan. Akibatnya tidak begitu baik setelah propilase radio

terapi dilakukan.

Faktor-faktor patologi 

Banyak gambaran yang dapat menentukan prognosis:

Tipe histologi tumor. Tipe medulari dan musinos menunjukkan prognosis yang lebih baikdibandingkan duktal karsinoma. Tipe duktal karsinoma 85% di antaranya memiliki prognosis yangburuk.

Histofogi dan Nuklear Grading . Hal ini ditentukan dari poin 1,2, dan 3 sampai (i) tubular acinar formation, (ii) nuklear pleomorphism, dan (iii) nuclear serta cytoplasmic ratio. Poin 3-5 prognosisbaik, poin 6-7 moderat, 8-9 adalah buruk.

Infiltrasi limfoid. Tanda-tanda infiltrasi limfoid menentukan baik, moderat, intermediat satu dan

pertengahan, serta prognosis yang buruk. Reaksi dari kelenjar getah bening regional. Jika kelenjar getah bening regional metastase yang

lengkap maka prognosisnya buruk .

Invasi limphatik.

Reseptor Estrogen 

 Akhir-akhir ini, status reseptor estrogen dari primari tumor digunakan sebagai prognosis faktor.

Strategi Pencegahan

Pada prinsipnya, strategi pencegahan dikelompokkan dalam tiga kelompok besar, yaitu pencegahan

pada lingkungan, pada pejamu, dan milestone. Hampir setiap epidemiolog sepakat bahwa pencegahanyang paling efektif bagi kejadian penyakit tidak menular adalah promosi kesehatan dan deteksi dini.Begitu pula pada kanker payudara, pencegahan yang dilakukan antara lain berupa:

Pencegahan primer  

Pencegahan primer pada kanker payudara merupakan salah satu bentuk promosi kesehatan karenadilakukan pada orang yang "sehat" melalui upaya menghindarkan diri dari keterpaparan pada berbagaifaktor risiko dan melaksanakan pola hidup sehat.

Pencegahan sekunder  

Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko untuk terkena kanker payudara.Setiap wanita yang normal dan memiliki siklus haid normal merupakan populasi at risk dari kanker payudara. Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan deteksi dini. Beberapa metode deteksidini terus mengalami perkembangan. Skrining melalui mammografi diklaim memiliki akurasi 90% darisemua penderita kanker payudara, tetapi keterpaparan terus-menerus pada mammografi pada wanitayang sehat merupakan salah satu faktor risiko terjadinya kanker payudara. Karena itu, skrining denganmammografi tetap dapat dilaksanakan dengan beberapa pertimbangan antara lain:

Wanita yang sudah mencapai usia 40 tahun dianjurkan melakukan cancer risk assessement survey .

Page 8: Aspek Klinis dan Epidemiologis Penyakit Kanker Payudara.docx

7/22/2019 Aspek Klinis dan Epidemiologis Penyakit Kanker Payudara.docx

http://slidepdf.com/reader/full/aspek-klinis-dan-epidemiologis-penyakit-kanker-payudaradocx 8/9

Pada wanita dengan faktor risiko mendapat rujukan untuk dilakukan mammografi setiap tahun.

Wanita normal mendapat rujukan mammografi setiap 2 tahun sampai mencapai usia 50 tahun.

Foster dan Constanta menemukan bahwa kematian oleh kanker payudara lebih sedikit pada wanita yangmelakukan pemeriksaan SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) dibandingkan yang tidak. Walaupunsensitivitas SADARI untuk mendeteksi kanker payudara hanya 26%, bila dikombinasikan dengan

mammografi maka sensitivitas mendeteksi secara dini menjadi 75%.

Pencegahan Tertier  

Pencegahan tertier biasanya diarahkan pada individu yang telah positif menderita kanker payudara.Penanganan yang tepat penderita kanker payudara sesuai dengan stadiumnya akan dapat mengurangikecatatan dan memperpanjang harapan hidup penderita. Pencegahan tertier ini penting untukmeningkatkan kualitas hidup penderita serta mencegah komplikasi penyakit dan meneruskanpengobatan. Tindakan pengobatan dapat berupa operasi walaupun tidak berpengaruh banyak terhadapketahanan hidup penderita. Bila kanker telah jauh bermetastasis, dilakukan tindakan kemoterapi dengansitostatika. Pada stadium tertentu, pengobatan diberikan hanya berupa simptomatik dan dianjurkan untukmencari pengobatan aiternatif.

Daftar Pustaka

1. Ama, Faisol, 1990. Masalah Kanker Payudara dan pemecahannya. Majalah KesehatanMasyarakat Indonesia. Tahun XIX. Nomor 1 Maret. Jakarta.

2. Ambarsari, Endang, 1998. Faktor-faktor Risiko Kanker Payudara di RSU Persahabatan, Jakartapada Juni sampai September 1997. Skripsi. FKM UI. Depok.

3. Goodwin, Tames S, et all, 1998. Geographic Variations in Breast Cancer Mortality: Do Higher Rates Imply Elevated Incidence or Poorer Survival. American Journal of Public Health. March1998.

4. Grodstein, Francine, et al, 1997. Post Menopausal Hormone Therapy and Mortality. The New England Journal of Medicine VoI 336 No 25. England.

5. Profil Kesehatan Indonesia. Pusat Data Kesehatan. Jakarta, 19976. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995. Badan Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan. Jakarta.7. Kvale, Gunnar, et al, 1994. Parity in Relation to Mortality and Cancer Incidence: A Prospective

Study of Norwegia Women. International Journal of Epidemiology Vol. 23 No.4. Great Britain.8. Manuaba, Tjakra Wibawa, 1996. Karsinoma Mamma: Evaluasi Penatalaksanaan Dalam Kurun

Waktu Empat Tahun Sesuai dengan Protokol Peraboi. Majalah Ilmiah Universitas Udayana.Lembaga Penelitian Universitas Udayana. Denpasar.

9. Moningkey, Shirley Ivonne, 2000. Epidemiologi Kanker Payudara. Medika; Januari 2000. Jakarta.10. Palupy, Rini Widyastuty, 2000 Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Praktik Pendeteksian

Dini Kanker Payudara pada Karyawati Administrasi Universitas Indonesia tahun 1999, FKM UI.11. Perez, Carlos A, 1995. Present and Future of Radiation Therapy in Cancer Management and 

Quality of Life. Book of Procedings Jakarta International Cancer Conference'95. Jakarta.12. Pratt, William B, et al, 1994. The Anticancer Drugs. Oxford University Press. Oxford New York.13. Ramli, Muchlis, l995. Epidemiological Review of Breast Cancer in Indonesia. Book of 

Proceedings Jakarta International Cancer Conference'95. Jakarta.14. Smith, Jane and Leaper, David J, 1993, Breast Lumps Aguide to Diseases of Breast. Ieadway.

Hodder and Stoughon.15. Srivastata, SK, 1992. Modern Concepts in Surgery . Tata McGraw-HiII Publishing Company

Limited. New Delhi.16. Tjahjadi, Gunawan, 1995, Patologyi Tumor Ganas Payudara, Kursus Singkat Deteksi Dini dan

Pencegahan Kanker. 6-8 November. FKUI-POI. Jakarta17. Tjahjadi ,Gunawan,dkk, 1986 Patologyi Tumor Ganas Payudara. Bagian Patologi Anatomi. FKUI.

Jakarta.

Page 9: Aspek Klinis dan Epidemiologis Penyakit Kanker Payudara.docx

7/22/2019 Aspek Klinis dan Epidemiologis Penyakit Kanker Payudara.docx

http://slidepdf.com/reader/full/aspek-klinis-dan-epidemiologis-penyakit-kanker-payudaradocx 9/9

18. Tjindarbumi, 1982 Penemuan Dini Kanker Payudara dan Penanggulangannya dalam: DiagnosisDini Keganasan sertaPenanggulangannya. FKUI. Jakarta.

19. Tjindarbumi, l982 Penanganan kanker Dini dan Lanjut . Bagian Patologi Anatomik. FKUI. Jakarta.20. Tjindarbumi, 1995. Diagnosis dan Pencegahan Kanker Payudara, Kursus Singkat Deteksi Dini

dan Pencegahan Kanker. 6-8 November. FKC.II-POI. Jakarta.21. Tjindarbumi, 2000. Deteksi Dini Kanker Payudara dan Penaggulangannya, Dalam: Deteksi Dini 

Kanker. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta22. Vaidya, M.P, and Shukla, H.S. A textbook of Breast Cancer . Vikas Publishing House PVT LTD.23. Vorherr, Helmuth, 1980. Breast Cancer, Epidemiology, Endocrinology, Biochemistry, and 

Pathobiology. Urban & Scharzenberger. Baltimore Munich.24. Zahl, Per-Henrik and Tretli, Steiner l997, Long term Survival of Breast Cancer in Norway by Age

and Clinical Stage. Statistics in Medicine Vol. 16. Oslo. Norway.