Aspek Hukum Brantas - M.syamsidi

12
1 Tugas Mata Kuliah Ekosistem dan Analisisnya TINJAUAN ASPEK HUKUM TERHADAP PENGELOLAAN SEMPADAN SUNGAI BRANTAS OLEH : M. SYAMSIDI PROGRAM STUDI PENGELOLAAN SUMBER DAYA, LINGKUNGAN DAN PEMBANGUNAN (PSLP) PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2010

description

Lingkungan

Transcript of Aspek Hukum Brantas - M.syamsidi

  • 1Tugas Mata Kuliah Ekosistem dan Analisisnya

    TINJAUAN ASPEK HUKUMTERHADAP

    PENGELOLAAN SEMPADAN SUNGAI BRANTAS

    OLEH :M. SYAMSIDI

    PROGRAM STUDI PENGELOLAAN SUMBER DAYA,LINGKUNGAN DAN PEMBANGUNAN (PSLP)

    PROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS BRAWIJAYA

    MALANG2010

  • 2Kata PengantarDengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sehingga atas

    berkah dan Ramat-Nya akhirnya tugas Ekosistem dan Analisisnya dengan judul: TinjauanAspek Hukum terhadap Sempadan Sungai Brantas dapat diselesaikan.

    Tugas ini dikerjakan sebagai bagian dari tugas mata kuliah Ekosistem danAnalisisnya pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya, Lingkungan danPembangunan (PSLP) Universitas Brawijaya Malang dan karenanya kepada BapakDr. Bagyo Yanuwiyadi yang mengampu mata kuliah tersebut penulis menyampaikanterima kasih.

    Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karenanyapenulis secara terbuka menerima saran, masukan dan kritik untuk kesempurnaan tugasini.

    Malang, 14 Oktober 2010

    Penulis

  • 3DAFTAR ISI

    Hal.Kata Pengantar ................................................................................................... iDaftar Isi ............................................................................................................. iiI. Pendahuluan .................................................................................................... 11.1. Latar Belakang ............................................................................................ 11.2. Tujuan ......................................................................................................... 2II. Pembahasan .................................................................................................... 22.1. Penerapan Hukum terhadap Sempadan Sungai Brantas di Kota Malang 22.2. Pengelolaan Sempadan Sungai Brantas di Kota Malang ........................... 4III. Kesimpulan .................................................................................................. 5Daftar Pustaka .................................................................................................... 6Lampiran ............................................................................................................ 7

  • 4I. PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang

    Sungai sebagai sumber air, sangat penting fungsinya dalam pemenuhankebutuhan masyarakat dan sebagai sarana penunjang utama dalam meningkatkanpembangunan nasional. Sebagai sarana transportasi yang relatif aman untukmenghubungkan wilayah satu dengan lainnya.

    Manfaat sungai yang sangat besar dalam kehidupan sangat diperhatikanpemerintah melalui pelestarian sumber air ini. Pelestarian dilakukan pemerintahdengan melakukan pengaturan melalui sungai yang meliputi perlindungan,pengembangan, penggunaan dan pengendalian sungai dari segala bentukpencemaran. Pencemaran ini akan mengakibatkan rusaknya dan tidak berfungsinyakembali sungai yang tidak sesuai dengan kualitas sebenarnya (Subagyo, 1999).

    Dengan dikeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 35 tahun 1991, tentangsungai sebagai pelaksanaan Undang-undang Nomor: 11 tahun 1974 tentangpengairan, sehingga dapat dipergunakan sebagai pegangan, pengelolaan,penguasaan, pemeliharaan dan pengamanan, agar manfaat sungai tetap terjagakelestariannya. Menurut UU Sumber Daya Air, dua komponen utama sumber dayaair adalah air permukaan (surface water) dan ait tanah (ground water). Untukpengelolaan air permukaan, wilayah sungai merupakan konsep dasarnya.Definisinya adalah suatu kesatuan sumber daya air yang dapat merupakan satu ataulebih daerah aliran sungai (DAS) (Kodoatie dan Syarief, 2008).

    Pengertian sungai dalam Peraturan Pemerintah Nomor 35 rahun 1991 yaitutempat-tempat dan wadah-wadah serta jaringan pengaliran air mulai dari mata airsampai muara dengan dibatasi kanan kirinya serta sepanjang pengalirannya olehgaris sempadan. Garis sempadan ini dalam bentuk bertanggul dengan ketentuanbatas lebar sekurang-kurangnya 5 (lima) meter yang terletak di sebelah luarsepanjang kaki tanggul. Selain itu didukung pula oleh Peraturan Pemerintah No. 63Tahun 2003 mengenai kejelasan garis sempadan untuk sungai bertanggul dansungai tidak bertanggul. Adapun demikian, sejalan dengan waktu. Danperkembangan sumber daya air, maka UU No. 11 tahun 1974 tersebutdisempurnakan menjadi Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004

  • 5tentang sumber daya air. Dasar legalitas pembuatan Undang-undang RI No. 7Tahun 2004 tersebut ada tiga, yaitu: filosofis, yuridis dan rekayasa (Dep.Kimpraswil, 2004).

    Pada hakekatnya pengelolaan sempadan sungai Brantas adalah kegiatanpenatagunaan lahan. Tanpa rancangan tata guna lahan yang memadai, penggunaanDAS dapat menjurus ke arah persaingan antara berbagai kepentingan nantinya akansaling merugikan dan menimbulkan sumberdaya air yang tidak terkendali.Indikator utama keberhasilan pengelolaan DAS adalah keseimbangan siklushidrologi pada DAS tersebut harus berlangsung secara alamiah. Oleh karena itu,apabila pemanfaatan kawasan DAS, badan sungai dan sempadan sungai yangdilakukan manusia tidak sesuai dengan pendekatan alam maka bisa dikatakanpengelolaan DAS tidak berhasil (Bisri, 2009).

    Berdasarkan hasil pengamatan di sepanjang garis sempadan DAS Brantasterdapat rumah-rumah pemukiman penduduk dan gedung-gedung lainnya.Pembangunan rumah-rumah pemukiman penduduk dan gedung-gedung di garissempadan DAS Brantas di daerah kota Malang tersebut dilarang oleh peraturanUndang-undang. Akan tetapi berdasarkan kenyataan di lapang, pemerintah KotaMalang mengalami kesulitan untuk melarang pembangunan rumah-rumahpemukiman penduduk dan gedung-gedung tersebut.

    1.2. TujuanUntuk mengetahui penerapan hukum dan pengelolaan terhadap sempadan

    sungai Brantas di kota Malang.

    II. PEMBAHASAN2.1. Penerapan Hukum terhadap Sempadan Sungai Brantas di Kota Malang

    Hutan lindung di wilayah KPH Malang merupakan hulu DAS Brantas danmerupakan sumber air yang perlu dijaga kelestariannya agar tidak mencemaripermukaan air sungai Brantas. Sepanjang DAS Brantas memiliki kawasansempadan sungai. Sempadan sungai adalah garis batas kawasan sepanjang kiri dan

  • 6kanan sungai, termasuk sungai buatan atau kanal atau saluran yang bermanfaatuntuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Tujuan perencanaan kawasansempadan sungai adalah agar bagian yang seharusnya menjadi daerah sempadansungai dapat berfungsi kembali sebagaimana mestinya. Hal ini dapat tercapai,apabila perencanaan dalam menetapkan lebar sempadan sungai dilakukan agarmengacu pada peraturan-peraturan yang ada (Bisri, 2009).

    Pemanfaatan dan pengelolaan lahan di daerah sempadan sungai dapatdilakukan masyarakat untuk kegiatan-kegiatan sebagai berikut: 1). Untuk budidayapertanian dengan tanaman yang diijinkan, 2). Untuk kegiatan niaga, penggalian,penimbunan; 3). Untuk pemasangan papan reklame, papan peringatan; 4). Untukpemasangan rentangan kabel listrik, kabel telpon dan pipa air minum; 5) untukpemancangan tiang atau pondasi prasarana jalan/jembatan baik umum maupunkereta api; 6). Untuk menyelenggarakan kegiatan bersifat sosial dankemasyarakatan yang tidak menimbulkan dampak merugikan bagi kelestarian dankeamanan fungsi serta fisik sungai; dan 7). Untuk pembangunan prasarana lalulintas air dan bangunan pengambilan dan pembuangan air (Bisri, 2009). Kegiatanpengelolaan lahan diatur pula oleh Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23Tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup yang diperbaharui menjadiUndang-undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2009 tentang perlindungan danpengelolaan lingkungan hidup..

    Berdasarkan investigasi Farid (2010) tentang penegasan Wali Kota Malang,Peni Suparto mengenai tidak ada relokasi bagi warga yang bermukim di DASBrantas. Tidak adanya relokasi ini merupakan kegiatan yang menyalahi aturan.Hal ini disebabkan karena setiap tahun ketika memasuki musim penghujan,pemukiman yang berada di sepanjang aliran sungai (DAS) Brantas selalu mendapatsorotan . Hal ini disebabkan karena pemukiman tersebut rawan terkena musibahseperti banjir dan longsor.

    Meskipun demikian, pemerintah kota Malang tidak berencana melakukantindakan apapun terhadap warga pemukiman DAS Brantas ini dan termasuk tidakakan merelokasi ke tempat yang layak. Kepastian ini ditegaskan oleh WalikotaMalang bahwa pemerintah kota hanya sebatas penghimbau warga untuk segera

  • 7pindah lokasi tempat tinggal yang lebih aman. Himbauan tersebut dikirim melaluisurat himbauan melalui Kecamatan dan Kelurahan, yang isinya himbauan agarwarga yang menempati daerah bahaya untuk waspada. Oleh karena itu, tindakanrelokasi tersebut sama sekali tidak diagendakan.

    Tindakan Pemerintah Kota tersebut dilatar belakangi oleh posisi sulitpemerintah kota untuk mengambil keputusan tegas. Pemerintah kota juga tidak akanmenggusur masyarakat yang menghuni kawasan terlarang tersebut. Permasalahanterjadi karena kawasan DAS Brantas sejak dahulu dilarang untuk pemukiman.Apabila pemerintah kota merelokasi maka sama artinya dengan memfasilitasipelanggaran masyarakat. Oleh karena itu, apabila terjadi longsor maka pemerintahtidak akan memberi bantuan untuk membangun rumah yang hancur tersebut.Apabila diberikan bantuan, maka yang diberikan Pemerintah Kota lebih terkait padanilai kemanusiaan dan penyelamatan jiwa (seperti bantuan makanan, selimut dansejenisnya).

    Pemerintah kota bukannya tidak menyadari atas dampak tidak merelokasiwarga di DAS Brantas, akan tetapi pemerintah mengharapkan kesadaranmasyarakat untuk tidak menempati DAS. Resiko yang akan diterima masyarakatapabila menempati DAS maka resiko terkena longsor dan mereka menjadipenyebab banjir yang melanda di berbagai titik di kota Malang. Pemukiman diDAS akan menyebabkan dimensi sungai untuk aliran air semakin menyempit.Apabila masyarakat menginginkan wilayahnya bebas banjir, maka kondisi sungaiBrantas harus dikembalikan sesuai dengan keberadaan awalnya tanpa DASdicemari dengan pemukiman. Oleh karena itu, kesadaran masyarakat untuk tidakbermukim di DAS akan berdampak pada tindakan masyarakat untuk tidakmenempati kawasan terlarang tersebut.

    2.2. Pengelolaan Sempadan Sungai Brantas di Kota MalangBerdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 35 tahun 1991 tentang Sungai,

    maka aspek hukum untuk mengatur dan mengatasi warga yang telah membangunrumah-rumah pemukiman penduduk dan gedung-gedung di sepanjang DAS Brantasadalah berupa sanksi atau hukuman apabila melanggar peraturan tersebut. Melalui

  • 8peraturan tersebut maka bangunan berupa rumah tinggal maupun gedungperkantoran harus dibongkar karena menyalahi peraturan perundang-undangan.Peraturan Pemerintah No. 63 Tahun 2003, juga telah memperbaharuhi peraturansebelumnya yaitu batas kejelasan garis sempadan untuk pengelolaan kawasan DAS.

    Universitas Muhammadiyah Malang, Pabrik Es Batu Ketawanggede,pembangunan apartemen di jalan Sukarno-Hatta merupakan contoh pelanggarankawasan sempadan DAS Brantas. Menurut Peraturan Pemerintah No. 35 tahun1991 dan Peraturan Pemerintah No. 63 tahun 2003 seharusnya tidak diperbolehkandidirikan bangunan di sepanjang sempadan sungai Brantas, namun padakenyataannya di sepanjang DAS Brantas berdiri bangunan-bangunan di sempadansungai Brantas. Logikanya bangunan ini berdiri, apabila dikelola sesuai peraturanpemerintah tersebut. Namun, kejelasan batas garis sempadan dan bangunan-bangunan tersebut belum dapat penulis tampilkan karena keterbatasan informasimengenai data tersebut. Kenyataan ini sebenarnya merupakan indikator berhasilatau tidaknya pengelolaan DAS Brantas.

    Pada kawasan DAS, berhasil tidaknya pengelolaan DAS tidak terlepas daritata ruang wilayah. Hanya saja ada persoalan dalam batas kawasan antara DASdengan batas administrasi wilayah yang selama ini digunakan dalam perencanaantata ruang wilayah. Indikator keberhasilan pengelolaan DAS pada sempadan sungaiBrantas adalah luasan pelanggaran peruntukan sempadan sungai sesuai peraturanperundangan yang berlaku.

    III. KESIMPULANAspek hukum terhadap pengelolaan sempadan sungai Brantas dapat didekati

    dengan Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 1991 dan Peraturan Pemerintah No. 63Tahun 2003, yang didasari oleh Undang-undang Republik Indonesia No. 11 Tahun1974 yang telah diperbaharui menjadi Undang-undang Republik Indonesia No. 7Tahun 2004 tentang sumber daya air dan Undang-undang Republik Indonesia No.23 Tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup yang telah diperbaharuimenjadi Undang-undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2009 tentangPerlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup..

  • 9DAFTAR PUSTAKA

    _________. 2007. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentangSumber Daya Air dan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.. Penerbit Citra Umbara Bandung. 307hal

    _________. 2010. Undang-undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.UU RI Nomor 32 Tahun 2009. Pustaka Yustia. 92 hal

    Bisri, M. 2009. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Penerbit CV. Asrori. 220 halDepartemen Kimpraswil. 2004. Sosialisasi UU SDA 2004. Konsepsindan Pokok-pokok

    Pengaturan Sumber Daya Air Menurut UU No. 7 tentang Sumber Daya Air.Farid, M. 2010. Himbau Warga DAS Brantas. Artikel Malang Pos. 1 Nopember 2008.Kodoatie, R.J. dan R. Syarief. 2008. Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu. Penerbit

    Andi Offset. 414 hal.Subagyo, P.J. 1999. Hukum Lingkungan. Penerbit Rineka Cipta.178 hal.

  • 10

    Lampiran 1. Peraturan Pemerintah Nomor: 35 Tahun 1991Tersurat pengertian sungai yaitu tempat-tempat dan wadah-wadah serta jaringan

    pengaliran air mulai dari mata air sampai suara dengan dibatasi kanan dan kirinya sertasepanjang pengalirannya oleh garis sempadan. Garis sempadan sungai adalah garis batasluar pengamanan sungai. Garis sepadan ini dalam bentuk bertanggul dengan ketentuanbatas lebar sekurang-kurangnya 5 (lima) meter yang terletak di sebelah luar sepanjangkaki tanggul.

  • 11

    Lampiran 2. Peraturan Pemerintah No, 63 Tahun 2003

    Kriteria penetapan lebar garis sempadan sungai.A. Garis sempadan untuk sungai bertanggul ditetapkan sebagai berikut:

    1. Garis sempadan sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan, ditetapkansekurang-kurangnya 5 (lima) meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul.

    2. Garis sempadan sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan, ditetapkansekurang-kurangnya 3 (tiga) meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul.

    Dengan pertimbangan untuk peningkatan fungsinya, tanggul sebagaimana dimaksud diatas dapat diperkuat, diperlebar, dan ditinggikan yang dapat berakibat bergesernya letakgaris sempadan sungai.Kegiatan lahan yang berstatus milik negara, maka lahan yang diperlukan untuk tapaktanggul baru sebagai akibat dilaksanakannya ketentuan sebagaimana dimaksud di atasharus dibebaskan.B. Garis sempadan untuk sungai tidak bertanggul di tetapkan sebagai berikut:

    Untuk sungai yang terletak di kawasan perkotaan:1. Sungai besar yaitu sungai yang mempunyai daerah pengaliran sungai seluas 500

    (lima ratus) km2 atau lebih;2. Sungai kecil yaitu sungai yang mempunyai daerah pengaliran sungai seluas

    kurang dari 500 (lima ratus) km2.

    Penetapan garis sempadan sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan pada sungaibesar dilakukan ruas per ruas dengan mempertimbangkan luas daerah pengaliran sungaipada ruas yang bersangkutan.Garis sempadan sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan pada sungai besarditetapkan sekurang-kurangnya 50 m dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.

  • 12

    Untuk sungai yang terletak di dalam kawasan perkotaan:a. Sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 meter, garis sempadan

    ditetapkan sekurang-kurangnya 10 m dihitung dari tepi sungai pada waktuditetapkan.

    b. Sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 3 meter sampai dengan 20 meter,garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 15 meter dihitung dari tepi sungaipada waktu yang ditetapkan.

    c. Sungai yang mempunyai kedalaman maksimum lebih dari 20 meter, garissempadan sungai sekurang-kurangnya30 meter dihitung dari tepi sungai padawaktu ditetapkan.

    Garis sempadan sungai tidak bertanggul yang berbatasan dengan jalan adalah tepi bahujalan yang bersangkutan, dengan ketentuan konstruksi dan penggunaan jalan harusmenjamin bagi kelestarian dan keamanan sungai serta bangunan sungai. Dalam halketentuan sebagaimana dimaksud tidak terpenuhi, maka segala perbaikan atas kerusakanyang timbul pada sungai dan bangunan sungai menjadi tenggung jawab pengelola jalan.Untuk sungai yang terpengaruh pasang surut air laut, garis sempadan ditetapkansekurang-kurangnya 100 (seratus) meter dari tepi sungai, dan berfungsi sebagai jalurhijau.