Aspek Hukum A

37
ANGGARAN DASAR INKINDO MUKADIMAH Bahwa dalam pembangunan nasional yang bertujuan terwujudnya suatu masyarakat adil dan makmur yang merata materiil dan spirituil berasaskan Pancasila maka setiap warga negara Indonesia wajib memberikan darma bakti sesuai dengan profesi dan keahlian masing-masing. Bahwa pembinaan dan pengembangan profesi jasa konsultansi akan meningkatkan pengabdian profesi tersebut dalam pembangunan nasional yang pada hakekatnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Bahwa dalam rangka meningkatkan hasil guna pembinaan tersebut perlu adanya wadah yang mewakili profesi konsultan secara keseluruhan. Menyadari akan hal tersebut maka dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa dibentuklah satu Asosiasi Perusahaan Jasa Konsultansi Nasional Indonesia dengan Anggaran Dasar sebagai berikut : BAB I NAMA, KEDUDUKAN DAN WAKTU Pasal 1 Nama Nama Asosiasi ini adalah IKATAN NASIONAL KONSULTAN INDONESIA disingkat INKINDO dengan terjemahan resmi dalam bahasa Inggris NATIONAL ASSOCIATION OF INDONESIAN CONSULTANTS. Pasal 2 Kedudukan 1. INKINDO berkedudukan di Ibukota Negara Republik Indonesia. 2. Di setiap Daerah Tingkat I/Propinsi, atau Daerah yang kedudukannya disamakan Daerah Tingkat I/ Propinsi dapat dibentuk wadah INKINDO yang berkedudukan di Ibukota Daerah Tingkat I/Propinsi tersebut. Pasal 3 Waktu INKINDO didirikan pada tanggal 20 Juni 1979 di Jakarta untuk jangka waktu yang tidak ditentukan lamanya, sebagai fusi dari "IKATAN KONSULTAN INDONESIA" (IKINDO) yang didirikan pada tanggal 10 Februari 1970 dan "PERSATUAN KONSULTAN TEKNIK PEMBANGUNAN INDONESIA" (PKTPI) yang

Transcript of Aspek Hukum A

Page 1: Aspek Hukum A

ANGGARAN DASAR INKINDO

MUKADIMAH

Bahwa dalam pembangunan nasional yang bertujuan terwujudnya suatu masyarakat adil dan makmur yang merata materiil dan spirituil berasaskan Pancasila maka setiap warga negara Indonesia wajib memberikan darma bakti sesuai dengan profesi dan keahlian masing-masing.

Bahwa pembinaan dan pengembangan profesi jasa konsultansi akan meningkatkan pengabdian profesi tersebut dalam pembangunan nasional yang pada hakekatnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia.

Bahwa dalam rangka meningkatkan hasil guna pembinaan tersebut perlu adanya wadah yang mewakili profesi konsultan secara keseluruhan.

Menyadari akan hal tersebut maka dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa dibentuklah satu Asosiasi Perusahaan Jasa Konsultansi Nasional Indonesia dengan Anggaran Dasar sebagai berikut :

BAB INAMA, KEDUDUKAN DAN WAKTU

 Pasal 1 Nama

Nama Asosiasi ini adalah IKATAN NASIONAL KONSULTAN INDONESIA disingkat INKINDO dengan terjemahan resmi dalam bahasa Inggris NATIONAL ASSOCIATION OF INDONESIAN CONSULTANTS.  

Pasal 2Kedudukan

1. INKINDO berkedudukan di Ibukota Negara Republik Indonesia. 2. Di setiap Daerah Tingkat I/Propinsi, atau Daerah yang kedudukannya disamakan Daerah

Tingkat I/ Propinsi dapat dibentuk wadah INKINDO yang berkedudukan di Ibukota Daerah Tingkat I/Propinsi tersebut.

 Pasal 3Waktu

INKINDO didirikan pada tanggal 20 Juni 1979 di Jakarta untuk jangka waktu yang tidak ditentukan lamanya, sebagai fusi dari "IKATAN KONSULTAN INDONESIA" (IKINDO) yang didirikan pada tanggal 10 Februari 1970 dan "PERSATUAN KONSULTAN TEKNIK PEMBANGUNAN INDONESIA" (PKTPI) yang didirikan pada tanggal 8 Oktober 1971.  

BAB IILAMBANG, IKRAR, HYMNE, DAN MARS

 

Pasal 4INKINDO memiliki Lambang, Ikrar, Hymne, dan Mars yang diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga.  

Page 2: Aspek Hukum A

BAB IIISTATUS

 

Pasal 5INKINDO adalah Asosiasi Perusahaan Jasa Konsultansi Nasional yang profesional dan berstatus independen.  

BAB IVASAS, TUJUAN, DAN FUNGSI

 

Pasal 6Asas

INKINDO berasaskan Pancasila sebagai satu-satunya asas.  

Pasal 7Tujuan

Tujuan INKINDO adalah terbina dan berkembangnya Anggota dalam rangka menunjang pembangunan nasional demi tercapainya masyarakat adil dan makmur.  

Pasal 8Fungsi

INKINDO berfungsi sebagai satu-satunya wadah komunikasi, konsultasi dan koordinasi antar Anggota guna : a. Menggalang persatuan dan kesatuan Anggota. b. Menegakkan norma profesi konsultan yang luhur, berwibawa dan terpercaya. c. Meningkatkan peran serta seluruh Anggota dalam Pembangunan Nasional. d. Mengupayakan penataan usaha jasa konsultansi yang sebaik-baiknya bagi pemakai jasa dan

masyarakat umumnya. e. Melayani dan melindungi para Anggota.  

BAB VUSAHA MENCAPAI TUJUAN

 

Pasal 9INKINDO mengusahakan terpenuhinya kepentingan Anggota melalui berbagai upaya kedalam dan keluar dengan cara terbuka serta demokratis yang tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku.  

BAB VIKODE ETIK DAN TATA LAKU PROFESI KONSULTAN

 

Pasal 10Dalam melaksanakan tugasnya seluruh Anggota terikat pada Kode Etik dan Tata Laku Profesi Konsultan yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari Anggaran Dasar ini.

Page 3: Aspek Hukum A

 BAB VII

KEANGGOTAAN  

Pasal 11 Jenis Keanggotaan

Anggota INKINDO terdiri dari : a. Anggota Penuh

Anggota Penuh adalah Perusahaan Jasa Konsultansi Nasional yang seluruh saham permodalannya dimiliki oleh Warga Negara Republik Indonesia atau Badan Hukum Indonesia yang sepenuhnya dimiliki oleh Warga Negara Republik Indonesia atau Pemerintah Republik Indonesia didirikan menurut Hukum Indonesia, berkedudukan di Indonesia dan menjalankan usaha dalam bidang jasa konsultansi secara independen dan profesional.

b. Anggota Terbatas Anggota Terbatas adalah Perusahaan Cabang dari Anggota Penuh.

c. Anggota AfiliansiAnggota Afiliasi adalah Peru-sahaan Jasa Konsultansi yang saham permodalannya tidak seluruhnya dimiliki oleh Warga Negara Republik Indonesia didirikan dengan tata hukum Indonesia yang berdasarkan aturan perundang-undangan terkatagorikan sebagai Perusahaan Penanaman Modal Asing atau Perusahaan Jasa Konsultansi dengan kedudukan Cabang atau Perwakilan dari sebuah Perusahaan Jasa Konsultansi Asing yang pusatnya berada di luar wilayah yurisdiksi Republik Indonesia.

d. Anggota Kehormatan Anggota Kehormatan adalah Pribadi yang berjasa terhadap INKINDO atau pengembangan jasa konsultansi di Indonesia.

 

Pasal 12Hak dan Kewajiban Anggota

1. Hak-hak Anggota adalah sebagai berikut : a. Anggota Penuh

(1). Mendapatkan perlindungan, pembinaan, dan pelayanan yang sama dari INKINDO. (2). Mempunyai hak turut serta dalam segala kegiatan INKINDO sesuai ketentuan

organisasi. (3). Mempunyai hak bicara dalam musyawarah dan forum-forum organisasi. (4). Mempunyai 1 (satu) hak suara dalam pengambilan keputusan pada musyawarah

dan forum-forum organisasi. (5). Mempunyai hak dipilih bagi Wakil Anggota Penuh dalam pemilihan segala tingkat

dan sifat kepengurusan INKINDO. b. Anggota Terbatas

(1). Mendapatkan perlindungan, pembinaan, dan pelayanan yang sama dari INKINDO. (2). Mempunyai hak turut serta dalam segala kegiatan INKINDO sesuai ketentuan

organisasi, kecuali sebagai Utusan Daerah pada Musyawarah Nasional.(3). Mempunyai hak bicara dalam musyawarah dan forum-forum organisasi. (4). Mempunyai 1 (satu) hak suara dalam pengambilan keputusan pada musyawarah

dan forum-forum organisasi. (5). Mempunyai hak dipilih dalam pemilihan tingkat kepengurusan daerah, kecuali

sebagai Ketua Dewan Pengurus Daerah. c. Anggota Afiliansi

(1). Mendapatkan pelayanan yang sama dari INKINDO

Page 4: Aspek Hukum A

(2). Mempunyai hak turut serta dalam segala kegiatan INKINDO sesuai ketentuan organisasi, kecuali sebagai Utusan Daerah pada Musyawarah Nasional dan Peserta Penuh pada Musyawarah Daerah dan tidak mempunyai hak dipilih dan memilih dalam Kepengurusan Dewan Pengurus Pusat maupun Daerah.

d. Anggota Kehormatan (1). Mendapatkan pelayanan dari INKINDO. (2). Mempunyai hak turut serta dalam segala kegiatan INKINDO sesuai ketentuan

organisasi. (3). Mempunyai hak bicara dalam musyawarah dan forum-forum organisasi.

2. Kewajiban Anggota adalah mentaati segala peraturan dan ketentuan organisasi serta menjaga citra baik INKINDO.

 

Pasal 13Berakhirnya Keanggotaan

Anggota INKINDO berakhir keanggotaannya karena yang bersangkutan : a. Berhenti atas permintaan sendiri. b. Diberhentikan atau dinyatakan berhenti karena tidak memenuhi kewajiban keanggotaan yang

berlaku, atau tidak lagi memenuhi persyaratan keanggotaan. c. Dinyatakan pailit oleh Pengadilan Negerid. Diputuskan oleh Musyawarah Nasional atau meninggal dunia bagi Anggota Kehormatan.  

BAB VIII ORGANISASI

 

Pasal 14 Perangkat, Landasan dan Ketentuan Organisasi.

1. INKINDO mempunyai perangkat organisasi sebagai berikut : a. Lembaga Tingkat Nasional

(1). Musyawarah Nasional (2). Dewan Pengurus Pusat (3). Dewan Kehormatan

b. Lembaga Tingkat Daerah (1). Musyawarah Daerah (2). Dewan Pengurus Daerah

c. Badan-Badan Tingkat Nasional (1). Badan Pembina (2). Badan Pelaksana Kepengurusan Pusat (3). “BKKA” (4) Badan-Badan lain

d. Badan-Badan Tingkat Daerah (1). Badan Pembina (2). Badan Pelaksana Kepengurusan Daerah (3). Badan-Badan lain

e. Forum-Forum Nasional (1). Rapat Kerja Nasional (2). Komite-Komite Nasional (3). Forum-Forum lain

Page 5: Aspek Hukum A

f. Forum-Forum Tingkat Daerah (1). Rapat Kerja Daerah (2). Komite-Komite Daerah (3). Forum-forum lain

2. INKINDO mempunyai landasan struktural organisasi sebagai berikut : a. Undang-undang Dasar 1945 Negara Republik Indonesia beserta ketentuan-ketentuan

perundang-undangan yang bersumber padanya.b. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. c. Ketetapan Musyawarah Nasional. d. Keputusan Dewan Pengurus Pusat.e. Keputusan Dewan Kehormatan.f. Ketetapan Musyawarah Daerah.g. Keputusan Dewan Pengurus Daerah.

3. Suatu perangkat organisasi INKINDO hanya dapat membuat Ketetapan/Keputusan sesuai dengan fungsinya yang tidak bertentangan dengan Ketetapan/Keputusan yang dibuat oleh perangkat organisasi diatasnya.

4. Dalam hal terjadi kekeliruan atau kesalahan terhadap suatu ketetapan, maka dapat dibatalkan dan atau diperbaiki secara langsung dengan Surat Ketetapan yang dibuat oleh perangkat organisasi di atasnya, kecuali terhadap ketetapan Musyawarah Daerah, apabila akan dibatalkan dan atau diperbaiki oleh Surat Keputusan hanya dapat dilakukan Dewan Pengurus Pusat apabila berdasarkan Rekomendasi Rapat Kerja Nasional.

5. Kecuali ditentukan lain di dalam Anggaran Dasar ini berlaku ketentuan pengambilan keputusan sebagai berikut : a. Semua keputusan yang diambil didalam musyawarah/rapat diusahakan dengan cara

musyawarah untuk mufakatb. Bilamana dengan jalan musyawarah untuk mufakat tidak tercapai maka keputusan

ditetapkan dengan suara terbanyak.

 

Pasal 15 Musyawarah

1. Musyawarah Anggota terdiri dari musyawarah di tingkat nasional selanjutnya disebut Musyawarah Nasional, dan musyawarah di tingkat daerah selanjutnya disebut Musyawarah Daerah.

2. Musyawarah Nasional merupakan perangkat organisasi tertinggi INKINDO di tingkat nasional, dan Musyawarah Daerah merupakan perangkat organisasi tertinggi di tingkat daerah.

3. Musyawarah Nasional / Daerah diselenggarakan 1 (satu) kali dalam 4 (empat) tahun. 4. Musyawarah dihadiri oleh :

a. Musyawarah Nasional dihadiri oleh Peserta Penuh yang terdiri dari Utusan Daerah, Dewan Pengurus Pusat Lengkap, dan Dewan Kehormatan, serta Undangan lainnya sebagai Peserta Peninjau.

b. Musyawarah Daerah dihadiri oleh Peserta Penuh yang terdiri dari Anggota di daerah yang bersangkutan dan Dewan Pengurus Daerah Lengkap, serta Undangan lainnya sebagai Peserta Peninjau.

5. Wewenang Musyawarah Nasional adalah : a. Membahas dan mengambil keputusan atas pertanggung-jawaban yang disampaikan

oleh Dewan Pengurus Pusat. b. Membahas masalah organisasi dan masalah-masalah penting yang ada hubungannya

dengan tugas, usaha dan kewajiban INKINDO di tingkat nasional. c. Menetapkan Garis-garis Besar Haluan dan Kebijakan Organisasi.

Page 6: Aspek Hukum A

d. Menetapkan pedoman penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Organisasi. e. Mencabut dan atau membatalkan sesuatu ketetapan yang telah dilaksanakan atau

sedang berlaku, dan mengeluarkan ketetapan yang baru. f. Menyusun serta mensahkan Kode Etik dan Tata Laku Profesi Konsultan.g. Memilih 1 (satu) orang Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat selaku Ketua Formatur dan

4 (empat) orang Anggota Formatur Dewan Pengurus Pusat.h. Mengangkat dan memberhentikan Dewan Pengurus Pusat, Dewan Kehormatan, Badan

Pembina serta Anggota Kehormatan. 6. Wewenang Musyawarah Daerah adalah :

a. Membahas dan mengambil keputusan atas pertanggung-jawaban yang disampaikan oleh Dewan Pengurus Daerah.

b. Menyusun pedoman program kerja, membahas masalah organisasi dan masalah-masalah penting yang ada hubungannya dengan tugas, usaha dan kewajiban INKINDO di tingkat daerah.

c. Menetapkan pedoman penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Organisasi di tingkat daerah.

d. Mencabut dan atau membatalkan sesuatu ketetapan yang telah dilaksanakan atau sedang berlaku, dan mengeluarkan ketetapan yang baru.

e. Memilih 1 (satu) orang Ketua Dewan Pengurus Daerah selaku Ketua Formatur dan 2 (dua) orang Anggota Formatur Dewan Pengurus Daerah.

f. Mengangkat serta memberhentikan Dewan Pengurus Daerah dan Badan Pembina. g. Menetapkan Anggota Penuh selaku Utusan Daerah untuk menghadiri Musyawarah

Nasional sebagai Peserta Penuh. 7. Musyawarah Nasional / Daerah Luar Biasa

a. Dalam keadaan mendesak, ditingkat nasional maupun daerah, dapat diselenggarakan musyawarah, selanjutnya masing-masing disebut Musyawarah Nasional Luar Biasa dan Musyawarah Daerah Luar Biasa, semata-mata dimaksudkan untuk menyelesaikan masalah yang mendesak tersebut.

b. Musyawarah Nasional Luar Biasa dapat diselenggarakan atas permintaan : (1). Dewan Pengurus Pusat, atau (2). Rapat Kerja Nasional, atau (3). Sejumlah Dewan Pengurus Daerah.

c. Musyawarah Daerah Luar Biasa dapat diselenggarakan atas permintaan : (1). Dewan Pengurus Daerah, atau (2). Rapat Kerja Daerah, atau (3). Sejumlah Anggota.

 

Pasal 16 Dewan Pengurus Pusat

1. Pengurus INKINDO di tingkat nasional disebut Dewan Pengurus Pusat yang dipimpin oleh seorang Ketua Umum.

2. Susunan Dewan Pengurus Pusat meliputi : a. Dewan Pengurus Pusat Harian terdiri dari seorang Ketua Umum, dan sekurang-kurang

nya 3 (tiga) orang Wakil Ketua Umum yang seorang diantaranya bertindak pula selaku Ketua Badan Koordinasi Keanggotaan Afiliasi, seorang Sekretaris Jenderal, serta seorang Bendahara.

b. Dewan Pengurus Pusat Lengkap terdiri dari Dewan Pengurus Pusat Harian, dan Anggota-anggota Pengurus lain.

3. Masa bakti Dewan Pengurus Pusat adalah 4 (empat) tahun. 4. Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat dapat menduduki jabatan tersebut sebanyak-

Page 7: Aspek Hukum A

banyaknya 2 (dua) kali masa bakti yang berurutan. 5. Dewan Pengurus Pusat Harian disusun oleh Ketua Umum terpilih selaku Ketua Formatur

dibantu oleh 4 (empat) orang Anggota Formatur untuk diangkat dan disahkan oleh Musyawarah Nasional.

6. Dewan Pengurus Pusat Harian dapat mengangkat Anggota Dewan Pengurus Pusat lainnya bilamana dipandang perlu.

7. Dewan Pengurus Pusat berfungsi : a. Menetapkan keputusan-keputusan organisasi yang tidak menjadi kewenangan

perangkat organisasi lain yang lebih tinggi di lingkungan INKINDO. b. Menyelenggarakan kegiatan organisasi yang diperlukan dalam rangka melaksanakan

keputusan-keputusan Musyawarah Nasional sesuai batas kewenangannya. c. Mengkoordinasikan pelaksanaan Program Nasional yang disepakati dalam Rapat Kerja

Nasional. d. Mewakili INKINDO di dalam maupun di luar pengadilan.

8. Dewan Pengurus Pusat mempertanggungjawabkan pelaksanaan fungsinya kepada Musyawarah Nasional pada akhir masa baktinya atau bilamana Musyawarah Nasional Luar Biasa menghendakinya.

 

Pasal 17 Dewan Pengurus Daerah

1. Pengurus INKINDO di tingkat daerah disebut Dewan Pengurus Daerah yang dipimpin oleh seorang Ketua.

2. Susunan Dewan Pengurus Daerah meliputi : a. Dewan Pengurus Daerah Harian terdiri dari seorang Ketua, dan sekurang-kurangnya

seorang Wakil Ketua, seorang Sekretaris, serta seorang Bendahara. b. Dewan Pengurus Daerah Lengkap terdiri dari Dewan Pengurus Daerah Harian,

Koordinator Komite dan Anggota-anggota Pengurus lain. 3. Masa bakti Dewan Pengurus Daerah adalah 4 (empat) tahun. 4. Ketua Dewan Pengurus Daerah dapat menduduki jabatan tersebut sebanyak-banyaknya 2

(dua) kali masa bakti yang berurutan. 5. Dewan Pengurus Daerah Harian disusun oleh Ketua terpilih selaku Ketua Formatur dibantu

oleh 2 (dua) orang Anggota Formatur untuk diangkat dan disahkan oleh Musyawarah Daerah.

6. Dewan Pengurus Daerah Harian dapat mengangkat Anggota Dewan Pengurus Daerah lainnya bilamana dipandang perlu.

7. Dewan Pengurus Daerah berfungsi : a. Melaksanakan Program dan Kebijakan INKINDO di tingkat daerah sebagai bagian dari

Program Nasional INKINDO di bawah koordinasi Dewan Pengurus Pusat. b. Melakukan Program dan Kebijakan INKINDO yang ditetapkan oleh Musyawarah Daerah

dan atau Rapat Kerja Daerah. c. Menetapkan keputusan-keputusan organisasi di tingkat daerah yang menjadi

wewenangnya berdasarkan ketetapan-ketetapan organisasi yang berlaku. d. Menyelenggarakan kegiatan organisasi di tingkat daerah yang diperlukan dalam rangka

melaksanakan ketetapan-ketetapan Musyawarah Daerah. e. Merekomendasikan, mengangkat dan memberhentikan Anggota. f. Mewakili INKINDO di tingkat daerah kepengurusannya di dalam maupun di luar

pengadilan. 8. Dewan Pengurus Daerah mempertanggungjawabkan pelaksanaan fungsinya kepada

Musyawarah Daerah pada akhir masa baktinya atau bilamana Musyawarah Daerah Luar Biasa menghendakinya.

Page 8: Aspek Hukum A

 

Pasal 18 Dewan Kehormatan

1. Dewan Kehormatan adalah perangkat organisasi INKINDO yang berfungsi secara aktif membantu Dewan Pengurus Pusat dalam membina tegaknya Kode Etik dan Tata Laku Profesi Konsultan serta petunjuk pelaksanaannya.

2. Susunan Dewan Kehormatan terdiri dari seorang Ketua merangkap Anggota, dan sekurang-kurangnya seorang Wakil Ketua merangkap Anggota, seorang Sekretaris merangkap Anggota, serta beberapa Anggota. Jumlah keseluruhan Anggota Dewan Kehormatan adalah gangsal.

3. Pembagian tugas dan fungsi di lingkungan Dewan Kehormatan diatur oleh Rapat Dewan Kehormatan.

4. Ketua dan Anggota Dewan Kehormatan diangkat dan diberhentikan oleh Musyawarah Nasional untuk masa bakti 4 (empat) tahun.Bilamana Anggota Dewan Kehormatan berhalangan tetap maka dapat dilaksanakan penggantian antar waktu yang dilakukan dalam rapat Dewan Kehormatan yang diadakan khusus untuk itu dengan dihadiri oleh Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat atau yang mewakili.

5. Dewan Kehormatan mempertanggungjawabkan pelaksanaan fungsinya kepada Musyawarah Nasional pada akhir masa baktinya.

6. Dewan Kehormatan mempunyai kewenangan menetapkan berbagai keputusan yang menyangkut pelanggaran Kode Etik dan Tata Laku Profesi Konsultan, sedangkan pelaksanaan dari keputusan tersebut dilakukan oleh Dewan Pengurus Pusat dan atau Dewan Pengurus Daerah.

 

Pasal 19 Badan Koordinasi Keanggotaan Afiliasi

1. Badan Koordinasi Keanggotaan Afiliasi adalah perangkat organisasi INKINDO yang berfungsi secara aktif membantu Dewan Pengurus Pusat dalam mewadahi, berkomunikasi dan koordinasi serta menegakkan norma profesi konsultan bagi Anggota Afiliasi.

2. Susunan Pengurus Badan Koordinasi Keanggotaan Afiliasi terdiri dari seorang Ketua merangkap Anggota, dan sekurang-kurangnya seorang Wakil Ketua merangkap Anggota, seorang Sekretaris merangkap Anggota, serta beberapa Anggota.

3. Ketua dan Anggota Pengurus Badan Koordinasi Keanggotaan Afiliasi diangkat oleh Dewan Pengurus Pusat dengan akhir masa bakti sama dengan Dewan Pengurus Pusat yang mengangkatnya.Bilamana Anggota Pengurus Badan Koordinasi Keanggotaan Afiliasi berhalangan tetap maka dapat dilaksanakan penggantian antar waktu yang dilakukan dalam Rapat Dewan Pengurus Pusat.

4. Badan Koordinasi Keanggotaan Afiliasi mempertanggungjawabkan pelaksanaan fungsinya kepada Dewan Pengurus Pusat sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam satu tahun dan di akhir masa kepengurusannya.

5. Pembagian tugas dan fungsi di lingkungan Badan Koordinasi Keanggotaan Afiliasi diatur oleh Rapat Badan Koordinasi Keanggotaan Afiliasi yang disahkan oleh Dewan Pengurus Pusat.

Pasal 20 Badan Pembina

1. Badan Pembina berfungsi memberikan saran dan nasihat baik diminta atau tidak kepada

Page 9: Aspek Hukum A

Dewan Pengurus dalam rangka pencapaian tujuan-tujuan INKINDO. 2. Badan Pembina di tingkat nasional diangkat serta diberhentikan oleh Musyawarah Nasional,

dan ditingkat daerah oleh Musyawarah Daerah, untuk masa bakti 4 (empat) tahun.Bilamana Badan Pembina berhalangan tetap maka dapat dilaksanakan penggantian antar waktu yang dilakukan dalam rapat Dewan Pengurus lengkap INKINDO yang diadakan khusus untuk itu.

 

Pasal 21 Badan Pelaksana Kepengurusan

Badan Pelaksana Kepengurusan adalah Badan Organisasi INKINDO yang dibentuk di tingkat nasional dan di tingkat daerah, berfungsi membantu Dewan Pengurus sebagai pelaksana kerja harian demi kelancaran jalannya organisasi.  

Pasal 22 Badan-badan lain

1. Badan-badan lain INKINDO di tingkat nasional dapat ditetapkan oleh Musyawarah Nasional atau dibentuk oleh Dewan Pengurus Pusat atas rekomendasi Rapat Kerja Nasional.

2. Badan-badan lain INKINDO di tingkat daerah dapat ditetapkan oleh Musyawarah Daerah, dan/atau dibentuk oleh Dewan Pengurus Daerah atas rekomendasi Rapat Kerja Daerah.

3. Badan-badan lain INKINDO mempunyai status mandiri. 4. Pimpinan Badan-badan lain INKINDO diangkat, diberhentikan, dan bertanggung jawab

kepada perangkat organisasi yang mengangkatnya.  

Pasal 23 Rapat-rapat Kerja

1. Rapat Kerja Nasional berfungsi memberikan rekomendasi dan masukan-masukan kepada Dewan Pengurus Pusat, serta merupakan forum komunikasi antara Dewan Pengurus Pusat dan Dewan Pengurus Daerah.

2. Rapat Kerja Nasional dihadiri oleh Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat, para Ketua Dewan Pengurus Daerah, serta para Anggota Dewan Pengurus Pusat Lengkap dan Peserta Peninjau lain yang ditetapkan oleh Dewan Pengurus Pusat.

3. Rapat Kerja Nasional diselenggarakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam masa bakti kepengurusan.

4. Rapat Kerja Nasional memberikan rekomendasi kepada Dewan Pengurus Pusat tentang : a. Penjabaran Program Nasional dan kebijakan pelaksanaannya dari Garis-garis Besar

Haluan dan Kebijakan Organisasi. b. Langkah-langkah yang perlu diambil yang berkaitan dengan pelaksanaan Program

Nasional. c. Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Organisasi. d. Masalah-masalah lain yang dipandang perlu.

5. Rapat Kerja Daerah berfungsi memberikan rekomendasi dan masukan-masukan kepada Dewan Pengurus Daerah serta merupakan forum komunikasi antar anggota INKINDO di daerah.

6. Rapat Kerja Daerah dihadiri oleh Dewan Pengurus Pusat lengkap, para anggota INKINDO di daerahnya serta undangan lainnya yang ditetapkan oleh Dewan Pengurus Daerah.

7. Rapat Kerja Daerah diselenggarakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam masa bakti kepengurusan.

8. Rapat Kerja Daerah memberikan rekomendasi kepada Dewan Pengurus Daerah tentang :

Page 10: Aspek Hukum A

a. Langkah-langkah yang perlu diambil yang berkaitan dengan perkembangan organisasi di tingkat daerah.

b. Menyusun usulan dan saran Anggota mengenai hal-hal yang menyangkut kepentingan organisasi guna diajukan kepada Dewan Pengurus Pusat.

 

Pasal 24 Komite

1. Komite merupakan forum pertemuan Anggota di tingkat daerah yang mempunyai kepentingan dan atau perhatian terhadap bidang / layanan jasa konsultansi yang sama, dibentuk atas prakarsa Musyawarah Daerah dan atau Dewan Pengurus Daerah sesuai dengan kebutuhan di daerah yang bersangkutan.

2. Komite berfungsi : a. Secara mendalam mengamati perkembangan dan mengkaji permasalahan yang ada

dalam masing-masing bidang / layanan jasa konsultansi. b. Menyiapkan rancangan-rancangan sikap dan pendapat yang diperlukan guna membina

serta mengembangkan usaha pada masing-masing bidang / layanan jasa konsultansi. 3. Komite dipimpin oleh seorang Koordinator sebagai Anggota Dewan Pengurus Daerah

Lengkap.  

Pasal 25Forum-forum lain

1. Forum-forum lain berfungsi sebagai media komunikasi serta untuk membahas masalah-masalah yang dianggap perlu.

2. Forum-forum lain INKINDO ditingkat nasional dapat dibentuk dan/atau diselenggarakan oleh Dewan Pengurus Pusat.

3. Forum-forum lain INKINDO ditingkat Daerah dapat dibentuk dan/atau diselenggarakan oleh Dewan Pengurus Daerah.

 

BAB IX KEABSAHAN MUSYAWARAH DAN RAPAT KERJA

 

Pasal 26 1. Kecuali yang ditentukan dalam Anggaran Dasar Pasal 28 dan Pasal 30 maka Musyawarah

Nasional / Musyawarah Nasional Luar Biasa dinyatakan sah, bilamana : a. Kepada Utusan Daerah melalui Dewan Pengurus Daerah telah dikirimkan undangan,

selambat-lambatnya 20 (dua puluh) hari kalender sebelum dimulainya Musyawarah Nasional, dan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kalender sebelum dimulainya Musyawarah Nasional Luar Biasa.

b. Dihadiri oleh lebih dari setengah jumlah Utusan Daerah. 2. Musyawarah Daerah / Musyawarah Daerah Luar Biasa dinyatakan sah bilamana :

a. Kepada Anggota di daerah bersangkutan telah dikirimkan undangan, selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kalender sebelum dimulainya Musyawarah Daerah, dan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kalender sebelum dimulainya Musyawarah Daerah Luar Biasa.

b. Dihadiri oleh lebih dari setengah jumlah Anggota didengan yang bersangkutan. 3. Rapat Kerja Nasional dinyatakan sah bilamana :

Page 11: Aspek Hukum A

a. Kepada Dewan Pengurus Daerah telah dikirimkan undangan selambat-lambatnya 20 (dua puluh) hari kalender sebelum dimulainya Rapat Kerja Nasional.

b. Dihadiri oleh Ketua Umum atau yang mewakilinya dan lebih dari setengah Ketua Dewan Pengurus Daerah atau yang mewakilinya.

4. Rapat Kerja Daerah dinyatakan sah bilamana : a. Kepada Anggota di daerah yang bersangkutan telah dikirimkan undangan selambat-

lambatnya 10 (sepuluh) hari kalender sebelum dimulainya Rapat Kerja Daerah. b. Dihadiri oleh lebih dari setengah jumlah Anggota di daerah yang bersangkutan.

5. Dalam hal quorum tidak tercapai, maka Musyawarah dan Rapat Kerja ditunda setiap setengah jam sekali dengan waktu penundaan paling lama 1 (satu) jam.

6. Sesudah penundaan 1 (satu) jam quorum belum juga tercapai, maka Musyawarah dan Rapat Kerja dapat terus diselenggarakan, serta segala ketetapan yang diambil adalah sah.

 

BAB X HARTA KEKAYAAN

 

Pasal 27 1. INKINDO memperoleh harta kekayaan organisasi dari :

a. Uang pangkal Anggota. b. Uang iuran Anggota. c. Hasil usaha yang sah. d. Sumbangan dari pihak manapun yang bersifat tidak mengikat.

2. Pengelolaan serta penggunaan harta kekayaan organisasi menjadi wewenang serta tanggung jawab Dewan Pengurus Pusat dan atau Dewan Pengurus Daerah.

3. Prosedur, tata cara pengelolaan dan penggunaan harta kekayaan organisasi diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

 

BAB XI ANGGARAN RUMAH TANGGA

 

Pasal 28 Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Anggaran Dasar ini akan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga yang ditetapkan dan disahkan oleh Musyawarah Nasional atau Musyawarah Nasional Luar Biasa. 

BAB XII PERUBAHAN ANGGARAN DASAR

 

Pasal 29 Syarat Perubahan

1. Ketentuan-ketentuan dalam Anggaran Dasar ini hanya dapat diubah, ditambah atau dihapuskan oleh Musyawarah Nasional / Musyawarah Nasional Luar Biasa, dengan ketentuan acara tersebut sudah diusulkan kepada Dewan Pengurus Daerah dan atau Dewan Pengurus Pusat selambat-lambatnya 60 (enam puluh) hari kalender sebelumnya oleh :

Page 12: Aspek Hukum A

a. Dewan Pengurus Pusat, ataub. Rapat Kerja Nasional, atauc. Sekurang-kurangnya 5 (lima) Dewan Pengurus Daerah yang mewakili sekurang-

kurangnya 1/5 (satu per lima) jumlah Anggota Penuh. 2. Keputusan perubahan Anggaran Dasar harus disetujui oleh 2/3 (dua per tiga) dari jumlah

suara yang sah pada waktu pemungutan suara dilakukan khusus untuk itu.  

Pasal 30 Pengesahan Perubahan

1. Anggaran Dasar INKINDO disahkan untuk pertama kalinya dalam Rapat Anggota di Jakarta pada tanggal 20 Juni 1979.

2. Perubahan Pertama dilakukan dalam Rapat Umum Anggota yang diselenggarakan di Jakarta dan disahkan pada tanggal 16 Maret 1982.

3. Perubahan Kedua dilakukan dalam Musyawarah Nasional Khususyang diselenggarakan di Surabaya dan disahkan pada tanggal 17 Oktober 1985.

4. Perubahan Ketiga dilakukan dalam Musyawarah Nasional Khusus yang diselenggarakan di Bandung dan disahkan pada tanggal 22 Januari 1988.

5. Perubahan Keempat dilakukan dalam Musyawarah Nasional Khusus yang diselenggarakan di Jakarta dan disahkan pada tanggal 15 April 1988.

6. Perubahan Kelima dilakukan dalam Musyawarah Nasional yang diselenggarakan di Jakarta dan disahkan pada tanggal 23 Februari 1991.

7. Perubahan Keenam dilakukan dalam Musyawarah Nasional yang diselenggarakan di Jakarta dan disahkan pada tanggal 6 Februari 1994.

8. Perubahan Ketujuh dilakukan dalam Musyawarah Nasional yang diselenggarakan di Jakarta dan disahkan pada tanggal 23 Juni 1998.

 

BAB XIII PEMBUBARAN

 

Pasal 31 1. Pembubaran INKINDO hanya dapat dilakukan dengan keputusan Musyawarah Nasional Luar

Biasa yang khusus diselenggarakan untuk itu dengan ketentuan : a. Musyawarah Nasional Luar Biasa tersebut diusulkan sekurang-kurangnya oleh 2/3 (dua

per tiga) dari seluruh jumlah Dewan Pengurus Daerah. b. Musyawarah Nasional Luar Biasa tersebut dihadiri sekurang-kurangnya oleh 2/3 (dua per

tiga) dari seluruh jumlah Utusan Daerah yang ditetapkan Dewan Pengurus Daerah.c. Keputusan tentang pembubaran harus disetujui oleh sekurang-kurangnya 3/4 (tiga per

empat) dari jumlah suara yang sah pada waktu pemungutan suara dilakukan. 2. Undangan Musyawarah Nasional Luar Biasa ini harus disampaikan dengan pos tercatat

kepada Utusan Daerah melalui Dewan Pengurus Daerah sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) hari kalender sebelum waktu penyelenggaraannya.

3. Musyawarah Nasional Luar Biasa yang memutuskan pembubaran INKINDO harus menetapkan ketentuan tentang likuidasi harta kekayaan INKINDO.

 

BAB XIV PENUTUP

Page 13: Aspek Hukum A

 

Pasal 32 Aturan Peralihan

Penyesuaian dan perubahan yang diperlukan sebagai akibat adanya perubahan Anggaran Dasar, harus diselesaikan Dewan Pengurus Pusat dan Dewan Pengurus Daerah selambat-lambatnya 365 (tiga ratus enam puluh lima) hari kalender setelah tanggal ditetapkannya perubahan Anggaran Dasar INKINDO. 

Pasal 33 Penjelasan

Penjelasan Anggaran Dasar merupakan pelengkap dan bagian tak terpisahkan dari Anggaran Dasar untuk menghindarkan penafsiran yang berbeda terhadap isi dan bunyi dari Bab, Pasal, Ayat, Butir maupun Sub-butir Anggaran Dasar INKINDO

BAB INAMA, KEDUDUKAN DAN WAKTU

 

Pasal 1 Lambang

1. Lambang organisasi INKINDO diwujudkan dalam bentuk gambar di bawah ini :

           

2. Lambang INKINDO harus memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut : a. Perbandingan ukuran Lambang yaitu ukuran sisi pendek adalah B, ukuran sisi panjang

kotak luar adalah 1,2 B, ukuran sisi bujur sangkar tengah adalah 0,9 B, tinggi huruf adalah 0,15 B, dan lebar pita-pita yang membentuk konfigurasi di dalam bujur sangkar tengah adalah 0,09 B diukur sejajar dengan sisi pendek.

b. Bagian yang berwarna harus berwarna biru laut. c. Semua garis-garis batas harus berwarna hitam. d. Huruf-huruf harus berupa huruf cetak dan berwarna hitam.

3. Lambang INKINDO dapat dipasang sebagai tanda resmi organisasi dalam berbagai media cetak, bendera dan peralatan lain yang tidak akan merendahkan martabat organisasi.

 

Pasal 2 Ikrar

1. Ikrar Anggota beserta penyempurnaan dan perubahannya, disahkan dan dinyatakan berlaku oleh Musyawarah Nasional / Musyawarah Nasional Luar Biasa berdasarkan usulan Dewan Kehormatan.

2. Ikrar Anggota dibacakan pada : a. Setiap upacara pembukaan acara-acara resmi organisasi ditingkat nasional maupun di

tingkat daerah.

Page 14: Aspek Hukum A

b. Penyerahan Surat Tanda Anggota dari Dewan Pengurus Daerah kepada Anggota Baru yang diucapkan oleh Anggota Baru tersebut.

 

Pasal 3Hymne dan Mars

1. Hymne dan Mars INKINDO beserta penyempurnaan dan perubahannya disahkan dan dinyatakan berlaku oleh Musyawarah Nasional / Musyawarah Nasional Luar Biasa berdasarkan usulan Dewan Pengurus Pusat.

2. Hymne dan Mars INKINDO merupakan lagu resmi yang diperdengarkan pada setiap acara-acara resmi organisasi ditingkat nasional maupun di tingkat daerah.

 

BAB IIPELAKSANAAN KODE ETIK DAN TATA LAKU PROFESI KONSULTAN

 

Pasal 4Penyusunan dan Pengesahan

1. Kode Etik dan Tata Laku Profesi Konsultan disahkan serta dinyatakan berlaku oleh Musyawarah Nasional / Musyawarah Nasional Luar Biasa.

2. Penyempurnaan serta perubahan Kode Etik dan Tata Laku Profesi Konsultan hanya dapat dilakukan oleh Musyawarah Nasional / Musyawarah Nasional Luar Biasa dengan ketentuan bahwa : a. Acara tersebut telah diusulkan sebelumnya oleh Dewan Kehormatan atau Dewan

Pengurus Pusat atau Rapat Kerja Nasional atau minimal 5 (lima) Dewan Pengurus Daerah yang mewakili sekurang-kurangnya 1/5 (seper lima) jumlah Anggota.

b. Telah disampaikan selambat-lambatnya 60 (enam puluh) hari kalender sebelum Musyawarah Nasional / Musyawarah Nasional Luar Biasa diselenggarakan.

 

Pasal 5 Prosedur Pelaporan dan Pemeriksaan

1. Perangkat Organisasi, Anggota, Pemakai Jasa ataupun Masyarakat dapat menyampaikan laporan secara langsung ataupun tidak langsung kepada Dewan Kehormatan atas terjadinya pelanggaran Kode Etik dan Tata Laku Profesi Konsultan.

2. Sebelum menyampaikan laporan sesama Anggota INKINDO dapat saling mengingatkan baik secara lisan maupun tertulis, bilamana ternyata dalam menjalankan tugasnya sebagai Konsultan ditemukan indikasi pelanggaran Kode Etik dan Tata Laku Profesi Konsultan.

3. Laporan tertulis mengenai indikasi pelanggaran Kode Etik dan Tata Laku Profesi Konsultan dapat disampaikan kepada Dewan Pengurus Daerah, Dewan Pengurus Pusat atau Dewan Kehormatan. Dewan Pengurus Pusat / Daerah yang menerima laporan tertulis secara resmi wajib meneruskannya kepada Dewan Kehormatan selambat-lambatnya 2 (dua) minggu sejak diterimanya laporan. Bilamana Dewan Kehormatan menerima laporan secara langsung, Dewan Kehormatan wajib menyampaikan pemberitahuan tertulis kepada Dewan Pengurus Pusat / Daerah bersangkutan selambat-lambatnya 1 (satu) minggu sebelum Dewan Kehormatan melaksanakan sidangnya.

4. Perangkat Organisasi serta Anggota INKINDO wajib membantu tugas-tugas Dewan Kehormatan bilamana diminta oleh Dewan Kehormatan.

Page 15: Aspek Hukum A

5. Dewan Kehormatan setelah menerima laporan tertulis bersidang untuk meneliti serta menetapkan putusan sesuai dengan pedoman sanksi atas pelanggaran Kode Etik dan Tata Laku Profesi Konsultan INKINDO maupun tata kerja Dewan Kehormatan yang di atur tersendiri, dengan terlebih dahulu mendengarkan keterangan dan pertimbangan Dewan Pengurus Daerah yang bersangkutan.

6. Dalam melakukan tugasnya, Dewan Kehormatan harus memberi kesempatan kepada Anggota yang dilaporkan untuk membela diri.

 

Pasal 6 Sanksi dan Rehabilitasi

1. Sanksi dikenakan dan rehabilitasi diberikan kepada Anggota sehubungan dengan pelanggaran Kode Etik dan Tata Laku Profesi Konsultan.

2. Pedoman sanksi dan rehabilitasi disusun oleh Dewan Kehormatan dan disahkan oleh Dewan Pengurus Pusat berdasarkan rekomendasi Rapat Kerja Nasional.

3. Sanksi maupun rehabilitasi sehubungan dengan pelanggaran Kode Etik dan Tata Laku Profesi Konsultan yang telah diputuskan Dewan Kehormatan wajib dilaksanakan oleh Dewan Pengurus Pusat / Daerah.

4. Dewan Pengurus Pusat / Daerah harus melaksanakan sanksi maupun rehabilitasi tersebut selambat-lambatnya 2 (dua) minggu setelah Dewan Kehormatan menyampaikan keputusannya.

5. Sanksi atau rehabilitasi tersebut hanya dapat diperbaiki atau dicabut oleh Dewan Kehormatan, peninjauan kembali ini hanya dapat dilakukan jika ada pihak yang mengajukan fakta baru yang perlu dipertimbangkan.

 

BAB III KEANGGOTAAN

 

Pasal 7 Syarat-syarat Keanggotaan

1. Pemenuhan semua ketentuan tentang persyaratan berusaha dalam tata hukum Indonesia merupakan persyaratan legal bagi keanggotaan INKINDO.

2. Persyaratan legal bagi keanggotaan INKINDO ditetapkan oleh DPP INKINDO berdasarkan Rekomendasi Rapat Kerja Nasional dengan mengacu pada aturan perundang-undangan yang berlaku.

3. Persyaratan keprofesian untuk dapat menjadi Anggota Penuh/Terbatas/ Afiliasi adalah pemenuhan Kode Etik dan tata Laku Profesi Konsultan dimana sebagai saringan utama harus dipenuhi syarat-syarat : a. Profesional, yaitu bahwa Anggota tersebut memiliki tenaga ahli yang mempunyai

pengetahuan, pengala-man, dan keahlian untuk menjalankan darma bakti profesi.b. Independen, yaitu bahwa Anggota tersebut melakukan usaha hanya dalam bidang jasa

konsultansi.4. Penjabaran kriteria dan persya-ratan tentang profesional dan independen ditetapkan oleh

Musyawarah Nasional/Musyawarah Nasional Luar Biasa.5. Persyaratan bagi Anggota Kehormatan ditetapkan oleh Dewan Pengurus Pusat berdasarkan

rekomendasi Rapat Kerja Nasional. 

Pasal 8

Page 16: Aspek Hukum A

Domisili dan Wakil Anggota 1. Domisili Anggota Penuh/Terbatas/ Kehormatan ditetapkan sesuai dengan domisili resmi

Anggota yang bersangkutan.2. Bahwa meskipun Anggota Afiliasi berkantor tidak ditempat kedudukan INKINDO (ibukota

Negara), akan tetapi domisilinya dipersamakan berada di pusat, karena Badan Koordinasi Keanggotaan Afiliasi berkedudukan di pusat.

3. Setiap Anggota diwakili oleh Pemimpin Perusahaan selaku Wakil Anggota dalam berbagai kegiatan organisasi, bilamana berhalangan dapat menunjuk Wakil Pengganti atau Wakil Perusahaan dengan memberikan Surat Kuasa bermeterai cukup.

 

Pasal 9 Prosedur Penerimaan Anggota

1. Penerimaan Anggota Penuh / Terbatas a. Permohonan untuk menjadi Anggota harus diajukan secara tertulis kepada Dewan

Pengurus Daerah dimana yang bersangkutan berdomisili dengan tembusan kepada Dewan Pengurus Pusat.

b. Pemohon harus mengisi daftar isian Pendaftaran Anggota yang diterbitkan oleh Dewan Pengurus Pusat.

c. Dewan Pengurus Daerah meneliti permohonan tersebut, bilamana dipandang perlu untuk mendapatkan gambaran yang nyata tentang pemohon, dapat dilakukan pemeriksaan setempat.

d. Bilamana penelitian pada tahap ini menunjukkan bahwa pemohon memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga maka Dewan Pengurus Daerah memberikan rekomendasi kepada Dewan Pengurus Pusat.Pengiriman rekomendasi kepada Dewan Pengurus Pusat atau penolakan permohonan kepada pemohon sudah harus disampaikan oleh Dewan Pengurus Daerah dalam waktu 30 (tiga puluh) hari kalender terhitung mulai tanggal diterimanya surat permohonan tersebut.

e. Dewan Pengurus Pusat melakukan pemeriksaan ulang terhadap permohonan tersebut. Dalam jangka waktu selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kalender setelah diterima rekomendasi dari Dewan Pengurus Daerah, maka Dewan Pengurus Pusat mengumumkan secara tertulis kepada seluruh Anggota melalui Dewan Pengurus Daerah tentang calon Anggota yang memenuhi syarat, atau menyampaikan secara tertulis kepada Dewan Pengurus Daerah penolakan beserta alasan-alasannya untuk disampaikan kepada pemohon yang dianggap tidak memenuhi syarat.

f. Setiap Anggota berhak untuk menyatakan keberatan terhadap penerimaan calon Anggota tersebut dengan mengajukan alasan-alasannya kepada Dewan Pengurus Pusat dengan tembusan kepada Dewan Pengurus Daerah dalam waktu 60 (enam puluh) hari kalender sesudah tanggal surat pengumuman.

g. Bilamana terhadap penerimaan calon Anggota tersebut ternyata ada Anggota yang berkeberatan, maka selambat-lambatnya dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kalender setelah diterimanya pengajuan keberatan tersebut, Dewan Pengurus Pusat memberitahukannya kepada Dewan Pengurus Daerah untuk diklarifikasikan.

h. Bilamana dalam jangka waktu 60 (enam puluh) hari kalender terhitung mulai tanggal surat pengumuman tidak ada pengajuan keberatan, maka calon Anggota tersebut diterima sebagai Anggota, dan hal ini disampaikan secara tertulis oleh Dewan Pengurus Pusat kepada Dewan Pengurus Daerah untuk diteruskan kepada pemohon. Selanjutnya Dewan Pengurus Pusat mengumumkan penerimaan tersebut secara tertulis kepada semua Anggota dalam waktu selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kalender, setelah pemohon menyelesaikan persyaratan kewajiban keuangan organisasi.

Page 17: Aspek Hukum A

i. Surat Tanda Anggota yang dikeluarkan oleh Dewan Pengurus Daerah disahkan dan diregistrasi oleh Dewan Pengurus Pusat.Dewan Pengurus Daerah menyerahkan tanda anggota tersebut kepada pemohon yang di terima menjadi Anggota sesuai ketentuan dan prosedur yang ditetapkan Dewan Pengurus Pusat.

j. Bentuk baku Daftar Isian Pendaftaran Anggota dan Surat Tanda Anggota ditetapkan oleh Dewan Pengurus Pusat berdasarkan rekomendasi Rapat Kerja Nasional.

2. Penerimaan Anggota Afiliansi a. Permohonan untuk menjadi Anggota Afiliasi harus diajukan secara tertulis kepada Dewan

Pengurus Pusat INKINDO melalui Badan Koordinasi Keanggotaan Afiliasi.b. Pemohon harus mengisi Daftar Isian Pendaftaran Anggota Afiliasi yang diterbitkan oleh

Dewan Pengurus Pusat.c. Dewan Pengurus Pusat melalui Badan Koordinasi Keanggotaan Afiliasi meneliti berkas

permohon an tersebut, yang bilamana dipandang perlu untuk mendapat kan gambaran yang nyata tentang Pemohon dapat dilakukan pemeriksaan setempat.

d. Bilamana penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa Pemohon memenuhi persyaratan, maka Badan Koordinasi Keanggotaan Afiliasi memberikan rekomendasi kepada Dewan Pengurus Pusat.Pengiriman rekomendasi penerimaan atau penolakan kepada De-wan Pengurus Pusat sudah harus disampaikan selambat-lambatnya 60 (enam puluh) hari kalender terhitung mulai tanggal diterimanya Surat Permohonan tersebut.

e. Atas rekomendasi penerimaan atau penolakan permohonan dari Badan Koordinasi Keanggotaan Afiliasi, Dewan Pengurus Pusat mengirim-kan surat penolakan beserta dengan alasan-alasannya selambat lambatnya 60 (enampuluh) hari kalender terhitung sejak tanggal diteri-manya Surat Rekomendasi tersebut atas rekomendasi penolakan permohonan dari Badan Koordinasi Keanggotaan Afiliasi, Dewan Pengurus Pusat memberitahukan secara tertulis tentang penolakan tersebut.

f. Surat Tanda Anggota yang dikeluarkan oleh Badan Koordinasi Keanggotaan Afiliasi disahkan dan diregristrasi oleh Dewan Pengurus Pusat.Badan Koordinasi Keanggotaan Afiliasi menyerahkan Tanda Anggota tersebut kepada Pemohon yang diterima menjadi Anggota sesuai ketentuan dan prosedur yang ditetapkan Dewan Pengurus Pusat.

g. Bentuk baku Daftar Isian Pendaftaran Anggota dan Surat Tanda Anggota ditetapkan oleh Dewan Pengurus Pusat berdasarkan rekomendasi Rapat Kerja Nasional.

 

Pasal 10 Kewajiban Anggota

Selain wajib memenuhi ketentuan-ketentuan dalam Anggaran Dasar Pasal 12, setiap Anggota Penuh/Terbatas/Afiliasi wajib untuk : a. Memelihara terpenuhinya ketentuan-ketentuan keanggotaan yang berlaku bagi dirinya dan

bilamana persyaratan tersebut sudah tidak terpenuhi, maka : 1. Bagi Anggota Penuh/Terbatas melaporkan kepada Dewan Pengurus Daerahnya dengan

tembusan kepada Dewan Pengurus Pusat.2. Bagi Anggota Afiliasi melaporkan kepada Dewan Pengurus Pusat melalui Badan

Koordinasi Keang-gotaan Afiliasi.b. Menyelesaikan kewajiban keuangan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. c. Mengikuti penataran Kode Etik dan Tata Laku Profesi Konsultan.d. Memberitahukan kepada Dewan Pengurus Daerah dengan tembusan kepada Dewan

Pengurus Pusat tentang data yang benar mengenai perusahaannya dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kalender sesudah terjadinya perubahan data tersebut.

 

Page 18: Aspek Hukum A

Pasal 11 Perlindungan Terhadap Hak Anggota

1. Bilamana Anggota setelah mengadakan pendekatan seperlunya masih merasa haknya dikurangi atau tidak dipenuhi oleh perangkat atau badan organisasi INKINDO, maka Anggota tersebut berhak mengajukan keberatan tertulis kepada perangkat organisasi yang jenjangnya lebih tinggi.

2. Dalam waktu selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kalender perangkat organisasi yang menerima keberatan tersebut, harus mengeluarkan keputusan tertulis terhadap keberatan itu dan mengambil tindakan seperlunya. Keputusan tersebut disampaikan kepada Anggota yang bersangkutan serta perangkat organisasi yang bersangkutan.

 

Pasal 12 Berakhirnya Keanggotaan

1. Berakhirnya keanggotaan atas permintaan sendiri harus dinyatakan secara tertulis kepada Dewan Pengurus Daerah bagi Anggota Penuh/Terbatas dan kepada Dewan Pengurus Pusat melalui Badan Koordinasi Keanggotaan Afiliasi bagi Anggota Afiliasi serta berlaku mulai tanggal surat permin-taan Anggota tersebutSegala kewajiban sebagai Anggota sampai dengan tanggal berakhirnya keanggotaan harus diselesaikan sebagaimana mestinya.

2. Berakhirnya keanggotaan bagi Anggota Penuh/Terbatas sebagai sanksi akhir organisasi karena tidak dipenuhinya lagi persyaratan keanggotaan atau karena pelanggaran terhadap ketentuan organisasi lainnya, diputuskan oleh Dewan Pengurus Daerah dan bagi Anggota Afiliasi diputuskan oleh Dewan Pengurus Pusat.Tata cara dan prosedurnya ditetapkan oleh Dewan Pengurus Pusat berdasarkan Rekomendasi Rapat Kerja Nasional. Dalam penetapan tata cara dan prosedur tersebut harus tercantum ketentuan tentang kewajiban bagi Dewan Pengurus Pusat untuk mendengar keterangan dari Anggota tersebut serta pertimbangan Dengan Dewan Pengurus Daerah bagi Anggota Penuh/Terbatas dan “BKKA” bagi Anggota Afiliasi.yang bersangkutan.

3. Berakhirnya keanggotaan karena pelanggaran terhadap Kode Etik dan Tata Laku Profesi Konsultan ditetapkan oleh Dewan Kehormatan. Tata cara dan prosedurnya ditetapkan oleh Dewan Pengurus Pusat berdasarkan Rekomendasi Rapat Kerja Nasional dan dilaksanakan oleh Dewan Pengurus Daerah bagi Anggota Penuh/Terbatas dan Dewan Pengurus Pusat bagi Anggota Afiliasi.

4. Pemberhentian keanggotaan diumumkan secara tertulis oleh Dewan Pengurus Pusat kepada seluruh Anggota.

5. Anggota yang diberhentikan karena pelanggaran terhadap ketentuan organisasi dan atau persyaratan keanggotaan tidak dapat di terima lagi sebagai Anggota sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun.

6. Anggota yang diberhentikan karena tidak memenuhi kewajiban keuangan dapat di terima kembali setelah melunasi seluruh kewajiban yang terhutang dan menempuh semua prosedur penerimaan Anggota baru.

7. Dewan Pengurus Pusat membatalkan dan menarik kembali Surat Tanda Anggota dari Anggota yang telah berakhir keanggotaannya melalui Dewan Pengurus Daerah.

 

BAB IV PENGURUS

 

Pasal 13

Page 19: Aspek Hukum A

Persyaratan Pengurus 1. Anggota Dewan Pengurus Pusat dan Ketua Dewan Pengurus Daerah adalah pribadi yang

harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Pribadi tersebut adalah Wakil Anggota atau Wakil Pengganti dari Anggota Penuh seperti

yang dimaksud dalam Anggaran Rumah Tangga Pasal 8 Butir 2.b. Pribadi tersebut adalah warga negara Indonesia yang tidak kehilangan haknya untuk

dipilih dan memilih berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2. Anggota Penuh/Terbatas hanya diper-kenankan mempunyai 1 (satu) wakil untuk duduk

dalam Tingakatan Dewan Pengurus yang sama.3. Setiap Anggota Dewan Pengurus yang diberhentikan atau mengundurkan diri pada masa

bakti kepengurusannya tanpa alasan yang dapat disetujui oleh Dewan Pengurus, kehilangan hak untuk dipilih pada masa bakti kepengurusan berikutnya.

 

Pasal 14 Program Kerja

1. Dewan Pengurus Pusat menetapkan program kerjanya berdasarkan Ketetapan-ketetapan Musyawarah Nasional, selambat-lambatnya 90 (sembilan puluh) hari kalender setelah Dewan Pengurus Pusat terbentuk.

2. Dewan Pengurus Daerah menetapkan program kerjanya berdasarkan ketetapan-ketetapan Musyawarah Daerah dan berpedoman kepada Garis Besar Haluan dan Kebijakan Organisasi yang berlaku selambat-lambatnya 90 (sembilan puluh) hari kalender setelah Dewan Pengurus Daerah terbentuk.

 

Pasal 15 Tata Kerja Kepengurusan dan Rapat Dewan Pengurus

1. Dewan Pengurus Pusat / Daerah selambat-lambatnya 90 (sembilan puluh) hari kalender setelah terbentuk, harus sudah menyusun dan mensahkan berlakunya Tata Kerja Kepengurusan yang berisikan : a. Uraian tugas dan tanggung jawab setiap Anggota Dewan Pengurus. b. Mekanisme organisasi dan tata tertib rapat Dewan Pengurus.c. Sanksi dan prosedurnya.

2. Rapat Dewan Pengurus Harian diadakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 30 (tiga puluh) hari kalender, sedangkan Rapat Dewan Pengurus Lengkap diadakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 90 (sembilan puluh) hari kalender.

 

Pasal 16 Penggantian Anggota Dewan Pengurus

1. Anggota Dewan Pengurus dinyatakan berhenti atau tidak dapat meneruskan jabatannya sampai akhir masa kepengurusannya, bilamana yang bersangkutan : a. Mengundurkan diri.b. Meninggal dunia. c. Tidak lagi memenuhi persyaratan sebagai Anggota Dewan Pengurus seperti yang

dimaksud dalam Anggaran Rumah Tangga Pasal 13. d. Tidak dapat memenuhi kewajibannya sebagai Anggota Dewan Pengurus sesuai dengan

Tata Kerja Kepengurusan seperti yang dimaksud dalam Anggaran Rumah Tangga Pasal 15.

Page 20: Aspek Hukum A

2. Bilamana oleh salah satu sebab seperti tersebut dalam Ayat 1 di atas Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat berhalangan tetap, maka untuk melanjutkan sisa jabatan tersebut Rapat Dewan Pengurus Pusat Lengkap yang khusus diadakan untuk itu dapat memilih penggantinya di antara para Wakil Ketua Umum DewanPengurus Pusat.

3. Bilamana oleh salah satu sebab seperti tersebut dalam Ayat 1 di atas Ketua Dewan Pengurus Daerah berhalangan tetap, maka untuk melanjutkan sisa jabatan tersebut Rapat Dewan Pengurus Daerah Lengkap yang khusus diadakan untuk itu dapat memilih penggantinya di antara Anggota Dewan Pengurus Daerah Harian.

4. Bilamana oleh salah satu sebab seperti tersebut dalam Ayat 1 di atas seorang Anggota Dewan Pengurus berhalangan tetap, maka Rapat Dewan Pengurus Lengkap dapat menetapkan penggantinya, sejauh orang tersebut memenuhi syarat-syarat kepengurusan seperti yang dimaksud dalam Anggaran Rumah Tangga Pasal 13.

5. Rapat Dewan Pengurus sebagaimana yang dimaksud dalam Ayat 2, 3 dan 4 di atas harus dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga) dari jumlah Anggota Dewan Pengurus Lengkap.

 

Pasal 17 Dewan Kehormatan

1. Dewan Kehormatan terdiri dari tokoh-tokoh masyarakat yang mempunyai kepribadian dan reputasi yang baik dalam menjalankan profesinya serta mempunyai perhatian dan pengertian terhadap profesi Konsultan.

2. Sidang Dewan Kehormatan bersifat tertutup dan rahasia, kecuali bilamana ditentukan atau diputuskan lain oleh sidang tersebut.

3. Dewan Kehormatan menetapkan tata cara persidangan, baik untuk masalah-masalah yang menyangkut pelanggaran persyaratan Kode Etik maupun Tata Laku Profesi Konsultan.

4. Dewan Kehormatan mempunyai kewajiban dan wewenang melakukan tindakan yang dianggap perlu dalam rangka memeriksa dan menelitilaporan pelanggaran Kode Etik dan Tata Laku Profesi Konsultan.

5. Dewan Kehormatan mempunyai kewajiban dan wewenang untuk menyusun suatu pedoman mengenai penetapan sanksi dan atau rehabilitasi sehubungan dengan pelanggaran Kode Etik dan Tata Laku Profesi Konsultan untuk disahkan sebagai landasan organisasi oleh Dewan Pengurus Pusat atas rekomendasi Rapat Kerja Nasional.

6. Dewan Kehormatan wajib menggunakan keputusan terdahulu sebagai dasar pertimbangan. 7. Dewan Kehormatan mempunyai kewajiban dan wewenang untuk menetapkan sanksi dan

atau rehabilitasi sehubungan dengan pelanggaran Kode Etik dan Tata Laku Profesi Konsultan.

 

Pasal 18 Badan Pembina

Anggota Badan Pembina terdiri dari tokoh masyarakat dan atau tokoh profesi dan atau Pejabat Pemerintah yang dinilai mempunyai hubungan erat dan berpotensi untuk membina INKINDO sesuai dengan fungsinya.  

Pasal 19 Badan Koordinasi Keanggotaan Afiliasi

1. Ketua Badan Koordinasi Keanggotaan Afiliasi adalah salah seorang Wakil Ketua Umum yang diangkat dan ditetapkan oleh Dewan Pengurus Pusat.

2. Sekretaris Badan Koordinasi Keanggotaan Afiliasi adalah salah seorang Anggota Dewan

Page 21: Aspek Hukum A

Pengurus Pusat Lengkap yang diangkat dan ditetapkan oleh Dewan Pengurus Pusat.3. Wakil Ketua dan Anggota Badan Koordinasi Keanggotaan Afiliasi ada-lah pribadi Wakil

Anggota atau Wakil Pengganti perusahaan jasa konsultansi anggota INKINDO yang dinilai mempunyai potensi yang berkesesuaian dengan fungsi Badan Koordinasi Keanggotaan Afiliasi, yang diangkat dan ditetapkan oleh Dewan Pengurus Pusat.

4. Badan Koordinasi Keanggotaan Afiliasi mempunyai kewajiban dan kewenangan untuk melakukan tindakan yang dianggap perlu dalam rangka melakukan pembinaan, koordinasi dan komunikasi dengan Anggota Afiliasi.

 

Pasal 20 Badan Pelaksana Kepengurusan

1. Badan Pelaksana Kepengurusan berfungsi : a. Menyelenggarakan pelaksanaan teknis tugas Kepengurusan INKINDO. b. Menjamin kesinambungan jalannya tugas-tugas administrasi organisasi INKINDO dari

suatu masa kepengurusan ke masa kepengurusan berikutnya. 2. Badan Pelaksana Kepengurusan terdiri dari tenaga-tenaga yang bekerja bagi INKINDO yang

mendapat imbalan layak berdasarkan kesepakatan hubungan kerja. 3. Susunan dan personalia Badan Pelaksana Kepengurusan ditetapkan berdasarkan keputusan

serta bertanggung jawab kepada Dewan Pengurus di tingkat masing-masing. 4. Seluruh personalia Badan Pelaksana Kepengurusan harus profesional, dan tidak mempunyai

hubungan kepentingan usaha apapun dengan Anggota.  

Pasal 21 Komite

1. Masa bakti Koordinator Komite adalah sesuai dengan masa bakti Dewan Pengurus Daerah. 2. Aturan kerja, tata komunikasi, program serta biaya Komite disetujui oleh Dewan Pengurus

Daerah dan diintegrasikan kedalam program Dewan Pengurus Daerah, sedangkan di tingkat nasional diintegrasikan dengan program Dewan Pengurus Pusat.

3. Aturan kerja dan program Komite harus sejalan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta Garis Besar Haluan dan Kebijaksanaan Organisasi INKINDO.

 

BAB V PEMILIHAN DEWAN PENGURUS

 

Pasal 22 Panitia Pemilihan

1. Panitia Pemilihan adalah pribadi sebagai Wakil Anggota Penuh yang diangkat oleh Dewan Pengurus Pusat untuk pemilihan Ketua Umum dan Formatur Dewan Pengurus Pusat, serta Wakil Anggota yang diangkat oleh Dewan Pengurus Daerah untuk pemilihan Ketua dan Formatur Dewan Pengurus Daerah.

2. Panitia Pemilihan terdiri dari seorang Ketua Panitia merangkap Anggota, dan sekurang-kurangnya seorang Sekretaris Panitia merangkap Anggota serta beberapa Anggota lainnya.Jumlah keseluruhan Panitia Pemilihan adalah gasal.

3. Dalam pelaksanaan tugasnya Panitia Pemilihan secara teknis dibantu oleh Badan Pelaksana Kepengurusan.

4. Biaya pelaksanaan Pemilihan Dewan Pengurus merupakan biaya INKINDO.

Page 22: Aspek Hukum A

5. Panitia Pemilihan bertanggung jawab dan melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada Dewan Pengurus.

6. Panitia Pemilihan sudah harus terbentuk dan mulai bekerja sekurang-kurangnya 90 (sembilan puluh) hari kalender sebelum Musyawarah Nasional atau Musyawarah Daerah yang akan mengadakan pemilihan pengurus baru.

 

Pasal 23 Cara Pemilihan

1. Pemilihan dilakukan dengan cara langsung, bebas dan rahasia serta bertahap, terdiri dari : a. Tahap Pencalonan adalah tahap untuk menghasilkan :

(1). 10 (sepuluh) nama untuk calon Ketua Umum / Formatur dengan suara terbanyak, dilakukan oleh Anggota yang berhak memilih bagi pemilihan tingkat nasional.

(2). 5 (lima) nama calon Ketua / Formatur dengan suara terbanyak, dilakukan oleh Anggota yang berhak memilih bagi pemilihan tingkat daerah.

(3). 3 (tiga) nama calon Ketua / Formatur dengan suara terbanyak, dilakukan oleh Anggota yang berhak memilih bagi pemilihan tingkat daerah dengan jumlah pemilih kurang dari 20 (dua puluh).

b. Tahap Pemilihan adalah tahap untuk menghasilkan : (1). Seorang Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat selaku Ketua Formatur dan 4

(empat) orang Anggota Formatur yang dilakukan dalam sidang Musyawarah Nasional oleh Utusan Daerah selaku Peserta.

(2). Seorang Ketua Dewan Pengurus Daerah selaku Ketua Formatur dan 2 (dua) orang Anggota Formatur yang dilakukan dalam sidang Musyawarah Daerah oleh Anggota yang berhak memilih selaku Peserta.

2. Pelaksanaan Tahap Pemilihan dalam Sidang Musyawarah Nasional maupun dalam Sidang Musyawarah Daerah dipimpin oleh Panitia Pemilihan.

3. Dalam Tahap Pemilihan calon Ketua Umum/Formatur Dewan Pengurus Pusat Setiap Utusan Daerah berhak atas 1 (satu) suara dengan cara memilih 5 (lima) nama berbeda, terdiri dari 1 (satu) nama untuk calon ketua Umum Dewan Pengurus Pusat selaku Ketua Formatur dan 4 (empat) nama untuk calon Anggota Formatur Dewan Pengurus Pusat.

4. Dalam Tahap Pemilihan calon Ketua/Formatur Dewan Pengurus Daerah setiap peserta berhak atas 1 (satu) suara dengan cara memilih 3 (tiga) nama berbeda, terdiri dari 1 (satu) nama untuk calon Ketua Dewan Pengurus Daerah selaku ketua Formatur dan 2 (dua) nama untuk calon Anggota Formatur Dewan Pengurus Daerah.

5. Tahap Pemilihan dilakukan setelah sidang Musyawarah Nasional / Daerah menerima dan mensahkan laporan pertanggung-jawaban Dewan Pengurus Pusat / Daerah.

6. Tata cara pemilihan di atur oleh Panitia Pemilihan yang harus dapat menjamin : a. Tingkat kerahasiaan surat suara pemilih. b. Dapat dikontrol dan dibuktikan bahwa surat suara yang dimaksudkan / dikirim telah di

terima oleh Panitia Pemilihan. c. Dapat dihindari penggunaan hak suara oleh yang tidak berhak. d. Cukup waktu bagi pemilih untuk memasukkan dan atau mengirim surat suaranya.

 

Pasal 24 Calon dan Pencalonan

1. Setiap pribadi selaku Wakil Anggota Penuh yang memenuhi syarat menjadi Anggota Dewan Pengurus seperti yang diuraikan dalam Anggaran Rumah Tangga Pasal 13, berhak mencalonkan diri atau dicalonkan dalam pemilihan Ketua Umum / Formatur Dewan Pengurus Pusat dan atau Ketua / Formatur Dewan Pengurus Daerah.

Page 23: Aspek Hukum A

2. Setiap Anggota Penuh/Terbatas yang tidak kehilangan hak pilihnya berhak mengajukan seseorang untuk menjadi calon Ketua Umum/Formatur Dewan Pengurus Pusat dan atau Ketua/Formatur Dewan Pengurus Daerah sesuai tata cara dan jadwal pencalonan yang ditentukan oleh Panitia Pemilihan.

3. Kriteria calon Ketua Umum/Formatur Dewan Pengurus Pusat atau Ketua/Formatur Dewan Pengurus Daerah adalah: a. Anggota Penuh yang tidak kehilangan status keanggotaan INKINDO.b. Mempunyai pengalaman berorganisasi INKINDO dan pernah menjadi Anggota Dewan

Pengurus INKINDO (1). Calon Ketua Umum/Formatur Dewan Pengurus Pusat pernah menjadi Anggota

Dewan Pengurus Pusat Lengkap dan atau Anggota Dewan Pengurus Daerah Harian.

(2). Calon Ketua/Formatur Dewan Pengurus Daerah pernah menjadi Anggota Dewan Pengurus Pusat Lengkap atau Anggota Dewan Pengurus Daerah.

c. Menyetujui pencalonannya secara tertulis

 

Pasal 25 Pemilih

Pemilih adalah Anggota yang pada saat pemilihan dilangsungkan tidak kehilangan hak pilihnya. 

Pasal 26 Formatur

1. Calon Ketua Umum / Formatur Dewan Pengurus Pusat yang memperoleh suara terbanyak secara langsung menjadi Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat sekaligus selaku Ketua Formatur, sedangkan calon lain sebanyak 4 (empat) orang yang memiliki suara terbanyak menjadi Anggota Formatur.

2. Calon Ketua / Formatur Dewan Pengurus Daerah yang memperoleh suara terbanyak secara langsung menjadi Ketua Dewan Pengurus Daerah sekaligus selaku Ketua Formatur, sedangkan calon lain sebanyak 2 (dua) orang yang memiliki suara terbanyak menjadi Anggota Formatur.

3. Ketua Formatur dibantu oleh Anggota Formatur terpilih melaksanakan Rapat Formatur, menyusun minimal Dewan Pengurus Harian untuk diangkat dan disahkan oleh Musyawarah yang memilihnya.

4. Anggota Formatur terpilih tidak diharuskan menjadi Anggota Dewan Pengurus.  

Pasal 27 Serah Terima

1. Dalam waktu selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kalender setelah Dewan Pengurus baru diangkat, Dewan Pengurus lama sudah harus menyerah terimakan kepengurusan kepada Dewan Pengurus baru.

2. Serah terima di atas antara lain menyangkut pemindahan tanggung jawab yang jelas dari sekurang-kurangnya : a. Menyelenggarakan pelaksanaan teknis tugas Kepengurusan INKINDO. b. Inventaris organisasi.c. Kegiatan organisasi yang sedang berjalan.

 

Page 24: Aspek Hukum A

BAB VI MUSYAWARAH

 

Pasal 28 Peserta

1. Peserta Musyawarah Nasional / Daerah terdiri dari Peserta Penuh dan Peserta Peninjau. 2. Peserta Penuh Musyawarah Nasional :

a. Utusan Daerah (1). Setiap Utusan Daerah adalah Peserta Penuh Musyawarah Nasional yang

mempunyai 1 (satu) hak suara.Utusan Daerah terdiri dari Anggota Penuh yang telah ditetapkan oleh Musyawarah Daerah dan mempunyai 1 (satu) hak suara untuk setiap 10 (sepuluh) Anggota, dengan ketentuan bahwa kelebihan 6 (enam) hingga 9 (sembilan) Anggota mendapatkan 1 (satu) suara tambahan. Bilamana Anggota di suatu daerah kurang dari 10 (sepuluh), maka daerah yang bersangkutan mempunyai 1 (satu) hak suara.

(2). Bilamana seorang Utusan Daerah tidak dapat hadir dalam Musyawarah Nasional, maka suara yang menjadi haknya hanya dapat dikuasakan kepada seorang Utusan Daerah yang bersangkutan.

b. Setiap seorang Utusan Daerah hanya dapat menerima Surat Kuasa maksimal untuk 1 (satu) suara.

c. Dewan Pengurus Pusat Lengkap / Dewan KehormatanSetiap Anggota Dewan Pengurus Pusat Lengkap / Dewan Kehormatan adalah Peserta Penuh Musyawarah Nasional namun tidak mempunyai hak suara, kecuali bilamana yang bersangkutan ditetapkan sebagai Utusan Daerah yang mempunyai hak suara dari daerah dimana keanggotaannya berada.

3. Peserta Penuh Musyawarah Daerah : a. Anggota

Setiap Anggota di daerah tersebut yang telah disahkan sebagai Anggota INKINDO sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) hari kalender sebelum Musyawarah Daerah diselenggarakan adalah Peserta Penuh Musyawarah Daerah yang mempunyai 1 (satu) hak suara.

b. Dewan Pengurus Daerah LengkapSetiap Anggota Dewan Pengurus Daerah Lengkap adalah Peserta Penuh Musyawarah Daerah namun tidak mempunyai hak suara, kecuali bilamana yang bersangkutan hadir sebagai Anggota yang mempunyai hak suara.

4. Peserta Peninjau Musyawarah Nasional / Daerah :Undangan-undangan lain yang ditetapkan oleh Dewan Pengurus Pusat / Daerah untuk mengikuti Musyawarah Nasional / Daerah adalah Peserta Peninjau.

 

Pasal 29 Penyelenggaraan, Tempat dan Biaya Musyawarah

 1. Musyawarah Nasional / Daerah diselenggarakan oleh Dewan Pengurus Pusat / Daerah

dengan mengangkat Panitia Pemilihan, Panitia Pengarah dan Panitia Pelaksana.Panitia Pemilihan bertugas sesuai dengan ketentuan pada Anggaran Rumah Tangga Pasal 21, Panitia Pengarah bertugas mempersiapkan materi pembahasan, rancangan acara dan tata tertib sidang, sedangkan Panitia Pelaksana bertugas menyelenggarakan kegiatan fisik Musyawarah.

Page 25: Aspek Hukum A

2. Tempat diselenggarakannya Musyawarah Nasional / Daerah ditetapkan oleh Dewan Pengurus Pusat / Daerah.

3. Biaya penyelenggaraan Musyawarah Nasional / Daerah diatur dan dipertanggung- jawabkan oleh Dewan Pengurus Pusat / Daerah.

 

Pasal 30 Pimpinan Sidang, Acara dan Tata Tertib Sidang

 1. Pimpinan Sidang pada Musyawarah Nasional / Daerah dipilih oleh sidang Musyawarah yang

dipimpin Panitia Pengarah. 2. Pimpinan Sidang Musyawarah Nasional terdiri dari seorang Ketua, sekurang-kurangnya

seorang Wakil Ketua merangkap Anggota, seorang Sekretaris merangkap Anggota, dan 2 (dua) orang Anggota lainnya, sedangkan Pimpinan Sidang Musyawarah Daerah terdiri dari seorang Ketua merangkap anggota, sekurang-kurangnya seorang Sekretaris merangkap Anggota dan seorang Anggota lainnya.

3. Rancangan acara dan tata tertib sidang Musyawarah Nasional sudah harus dikirim ke Dewan Pengurus Daerah selambat-lambatnya 20 (dua puluh) hari sebelum penyelenggaraan Musyawarah Nasional, sedangkan rancangan acara dan tata tertib sidang Musyawarah Daerah sudah harus dikirim ke Anggota selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari sebelum penyelenggaraan Musyawarah Daerah.

4. Acara dan tata tertib sidang harus disahkan oleh sidang Musyawarah Nasional / Daerah.  

Pasal 31 Musyawarah Nasional / Daerah Luar Biasa

 1. Musyawarah Nasional Luar Biasa seperti yang dimaksud dalam Anggaran Dasar Pasal 16

Ayat 7 dapat diselenggarakan bilamana memenuhi salah satu persyaratan sebagai berikut : a. Diputuskan melalui Rapat Dewan Pengurus Pusat Lengkap yang dihadiri oleh sekurang-

kurangnya 2/3 (dua per tiga) dari jumlah Anggota Pengurus. b. Diusulkan melalui Rapat Kerja Nasional yang diputuskan oleh suatu sidang Rapat Kerja

Nasional yang dihadiri sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga) Dewan Pengurus Daerah.c. Diusulkan melalui sejumlah Dewan Pengurus Daerah yang harus didukung oleh minimal

5 (lima) Dewan Pengurus Daerah yang jumlah keseluruhan Anggotanya sekurang-kurangnya 1/5 (seper lima) dari jumlah Anggota INKINDO.

2. Musyawarah Nasional Luar Biasa tersebut harus diselenggarakan oleh Dewan Pengurus Pusat selambat-lambatnya 90 (sembilan puluh) hari kalender setelah usul yang memenuhi ketentuan Ayat 1 di atas di terima.

3. Bilamana setelah 90 (sembilan puluh) hari kalender Dewan Pengurus Pusat tidak menyelenggarakan Musyawarah Nasional Luar Biasa itu, maka Dewan Pengurus Daerah - Dewan Pengurus Daerah yang mengusulkan penyelenggaraan tersebut dapat membentuk Panitia yang diperlukan untuk menyelenggarakan Musyawarah Nasional Luar Biasa.

4. Musyawarah Daerah Luar Biasa seperti yang dimaksud dalam Anggaran Dasar Pasal 16 Ayat 7 dapat diselenggarakan bilamana memenuhi salah satu persyaratan sebagai berikut : a. Diputuskan melalui Rapat Dewan Pengurus Daerah Lengkap yang dihadiri oleh

sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga) dari jumlah Anggota Pengurus. b. Diusulkan melalui Rapat Kerja Daerah yang diputuskan oleh suatu sidang Rapat Kerja

Daerah yang dihadiri sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga) jumlah Anggota.c. Diusulkan melalui sejumlah Anggota yang harus didukung oleh lebih dari 2/3 (dua

pertiga) jumlah Anggota di daerah itu.5. Musyawarah Daerah Luar Biasa tersebut harus diselenggarakan oleh Dewan Pengurus

Page 26: Aspek Hukum A

Daerah selambat-lambatnya 60 (enam puluh) hari kalender setelah usul yang memenuhi Ayat 4 di atas di terima.

6. Bilamana setelah 60 (enam puluh) hari kalender Dewan Pengurus Daerah tidak menyelenggarakan Musyawarah Daerah Luar Biasa itu, maka Dewan Pengurus Pusat harus membentuk Panitia yang diperlukan untuk menyelenggarakan Musyawarah Daerah Luar Biasa tersebut.

 

BAB VII HARTA KEKAYAAN

 

Pasal 32 Uang Pangkal, Iuran dan Usaha-usaha Lain

1. Kriteria dan besarnya uang pangkal maupun iuran bulanan untuk Anggota Penuh/Anggota/Afiliasi Terbatas termasuk pula proporsi penggunaan serta tata cara pertanggungjawabannya ditetapkan oleh Dewan Pengurus Pusat berdasarkan Ketetapan Musyawarah Nasional dan atau rekomendasi Rapat Kerja Nasional.

2. Usaha-usaha lain untuk memperoleh dan mengembangkan dana seperti yang ditentukan dalam Anggaran Dasar Pasal 26 Ayat 1 Butir c dapat dilakukan oleh Badan-badan lain INKINDO.

 

Pasal 33 Pembukuan

1. Tahun buku organisasi INKINDO dimulai tanggal 1 Januari dan ditutup pada tanggal 31 Desember.

2. Seluruh pemasukan dan pengeluaran uang harus dibukukan sesuai dengan norma akuntansi yang berlaku.

3. Dewan Pengurus Pusat / Daerah menetapkan Akuntan Publik untuk melakukan pemeriksaan (audit) pembukuan organisasi INKINDO ditingkat nasional / daerah.

4. Audit pembukuan Dewan Pengurus Pusat dilakukan pada setiap akhir tahun pembukuan, dan audit pembukuan Dewan Pengurus Daerah dilakukan sekurang-kurangnya pada akhir masa bakti kepengurusan.

 

Pasal 34 Pengurusan Kekayaan

1. Dewan Pengurus Pusat dan Dewan Pengurus Daerah wajib mengelola seluruh harta kekayaan INKINDO selama masa baktinya.

2. Keputusan untuk memindahkan hak milik, menggadaikan atau menjamin baik benda bergerak ataupun tidak bergerak milik organisasi, harus diputuskan dalam Rapat Dewan Pengurus Lengkap yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari Anggota Pengurus.

3. Dalam hal terjadi pembubaran seperti yang dimaksud dalam Anggaran Dasar Pasal 30, maka Musyawarah Nasional Luar Biasa langsung menetapkan perihal pemindahan harta INKINDO.

 

BAB VIII PERUBAHAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

 

Page 27: Aspek Hukum A

Pasal 35 Syarat Perubahan

1. Anggaran Rumah Tangga atau bagian dari Anggaran Rumah Tangga hanya dapat diubah oleh Musyawarah Nasional / Musyawarah Nasional Luar Biasa.

2. Ketentuan-ketentuan yang diperlukan untuk merubah Anggaran Dasar sebagaimana ditetapkan dalam Anggaran Dasar Pasal 28, berlaku juga untuk perubahan terhadap Anggaran Rumah Tangga.

3. Keputusan perubahan Anggaran Rumah Tangga harus disetujui oleh sekurang-kurangnya lebih dari setengah jumlah suara yang hadir dalam Musyawarah Nasional / Musyawarah Nasional Luar Biasa tersebut.

 

Pasal 36 Pengesahan Perubahan

1. Anggaran Rumah Tangga INKINDO disahkan untuk pertama kalinya dalam Rapat Anggota di Jakarta tanggal 20 Juni 1979.

2. Perubahan Pertama dilakukan dalam Rapat Umum Anggota yang diselenggarakan di Jakarta dan disahkan pada tanggal 16 Maret 1982.

3. Perubahan Kedua dilakukan dalam Musyawarah Nasional Khusus yang diselenggarakan di Surabaya dan disahkan pada tanggal 17 Oktober 1985.

4. Perubahan Ketiga dilakukan dalam Musyawarah Nasional Khusus yang diselenggarakan di Bandung dan disahkan pada tanggal 22 Januari 1988.

5. Perubahan Keempat dilakukan dalam Musyawarah Nasional Khusus yang diselenggarakan di Jakarta dan disahkan pada tanggal 15 April 1988.

6. Perubahan Kelima dilakukan dalam Musyawarah Nasional yang diselenggarakan di Jakarta dan disahkan pada tanggal 23 Februari 1991.

7. Perubahan Keenam dilakukan dalam Musyawarah Nasional yang diselenggarakan di Jakarta dan disahkan pada tanggal 6 Februari 1994.

8. Perubahan Ketujuh dilakukan dalam Musyawarah Nasional yang diselenggarakan di Jakarta dan disahkan pada tanggal 23 Juni 1998.

 

BAB IX PENUTUP

 

Pasal 37 Aturan Peralihan

Penyesuaian dan perubahan yang diperlukan sebagai akibat adanya perubahan Anggaran Rumah Tangga, harus diselesaikan Dewan Pengurus Pusat dan Dewan Pengurus Daerah selambat-lambatnya 365 (tiga ratus enam puluh lima) hari kalender setelah tanggal ditetapkannya perubahan Anggaran Rumah Tangga INKINDO. 

Pasal 38 Penjelasan

Penjelasan Anggaran Rumah Tangga merupakan pelengkap dan bagian terpisahkan dari Anggaran Rumah Tangga untukmenghindarkan dan intepretasi yang berbeda terhadap isi dan bunyi Bab, Pasal, Ayat, Butir maupun Sub-Butir Anggaran Rumah INKINDO.