ASPEK-ASPEK PENDIDIKAN ISLAM DAN IMPLEMENTASINY...
Transcript of ASPEK-ASPEK PENDIDIKAN ISLAM DAN IMPLEMENTASINY...
ASPEK-ASPEK PENDIDIKAN ISLAM DAN
IMPLEMENTASINY A DALAM PEMBINAAN MENTAL
PESERTA DIDIK
(Menurut AJ-Qur'an Surat Al- 'Alaq)
Oleh:
Nll'MAN NIM: 9911015655
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKlJLTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYA'fULLAHJAKARTA
1426 H/2005 M
ASPEK-ASPEK PENDIDIKAN ISLAM DAN
IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBINAAN MENTAL
PESERTA DIDIK
(Menurut AJ-Qur'an Surat Al- 'Alaq)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ihnu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Ok/J:
Nu'man
9911015655
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLM-t: FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
VIN SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA 1425 H I 2004 M
LEMEAR PENGESAl-L\N .
Skripsi yang berjudul: ASPEK-ASPEK PENDJDIKAN ISLAM DAN
IA1PLEMENTASINYA DALAM PEMBINAAN MENTAL PESERTA DIDIK
(Merwrut AJ-Qur'a11 Surat Al- 'Alaqj, telah diujikan dalam sidang munaqasyah
Fakultas Ilmu Tarliiyah dan Keguruan Universitas !slam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta pada tanggal 26 Januari 2005. Skripsi ini telah diterima seb~gai s~Jah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Sa tu (S-1)pada Jurusan PcndicWrnn 1\.gama Islam.
Jakarta, 26 Januari 2005
Sidang Munaqasyah
D~kan /
angkap Anggota,
Anggota:
Fe11guji 1,
Dr. H. Abdul Madjid Khon, M,Ag,. NIP. 150 682 377
Pcmban:u Dekan
Sekretaris Merangkap Anggota,
M.A.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur tercurah kepada Allah swt Yang l\1aha Pemurah, atas kcbesaran
dan izin-Nya serta taufik dan inayah-Nya penulis dapat melewati rentang waktu meski
relatif lama dengan berbagai hambatan dan kesulitan di dalamnya penulisan skripsi ini
dapat terselesaikan 'tepat pada waktunya'. Semoga shalawat dan salam tetap Allah
anugerahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw., yang telah membawa umat
manusia dari jalan yang gelap gu!ita (zaman Jahiliyah) ke jalan yang terang benderang
dengan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini.
Semoga shalawat dan salam juga Allah berikan kepada seluruh kerabatnya, para
sahabatnya dan sekalian umatnya yang bertakwa.
Pada kesempatan yang berharga ini, penulis ingin menghaturkan rasa terima kasih
atas kesediaan mereka untuk menjadi tempat berbagi cerita, menyalurkan hasrat hati yang
kadang menggebu, memberi jawaban terhadap banyak ha!, sekaligus wadah yang paling
kondusif dalam pengembangan mental dan kepribadian. Kepada mereka-lah penulis
banyak menyandarkan diri, meluapkan perasaan yang terpendam, menyuarakan risalah
hati yang mengendap dalam kalbu.
1. Bapak Pro£ Dr. Azyumardi Azra, selaku Rektor Univesitas Islam Negeri Syarif
J-Iidayatullah Jakaita.
2. Bapak Pro£ Dr. H. Salman Harun, selaku Dekan Fakultas beserta para dosen lainnya
yang telah memberikan ilmu pengetahuan selama masa perkuliahan sebagai bekal
penulis untuk masa akan datang.
3. Bapak Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam, Drs. H. Abd. Fatah
Wibisono, M.Ag. dan Akhmad Sadiq M.Ag.
4. Ibu Dra. Fadilah Suralaga, M.Si, Dasen Pembimbing Seminar Proposal Skripsi.
I
5. Bapak Prof. Dr. H. Ahmad Thib Raya, M.A., selaku Dosen Pembimbing Skripsi,
ya.o;; telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dalam memberikan bimbingan
dan pengarahan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Pimpinan dan Staff karyawan Perpustakaan Utama dan FITK serta Perpustakaan
Fakultas Ushuluddin yang telah memberikan pelayanan serta menyediakan berbagai
literatur yang penulis perlukan dalam penulisan skripsi ini.
7. Tentunya, orang tua "Ust. Sena" dan "Siti Asiyah" tercinta yang tak pernah pupus
memberikan kesejukan dan kasih sayruignya, yang telah berusaha sekuat tenaga dan
susah payah untuk mendidik dan memhiayai penulis sejak kecil hingga dewasa,
"kepadamu ayah, kepadamu ibu, skripsi ini kupersembalikan". Kang Omat dan Kang
Alit, Direktur PD. Rimba Kamper Paman Yusuf "U" dan Bi Uum, serta seluruh
keluarga yang semuanya telah mcnyemangati penulis dalam melaksanakan studi ini,
penulis ungkapkan terima kasih setulus hati .. Ponakan-ponakan ku yang cantik-cantik
"Hanni dan Arini", juga "Sepri dan Giri" semoga kalian menjadi anak pintar yang
berbakti (salch) terhadap kedua orang tua (!bu dan ayah) mu, terutama pegang teguh
agamamu: "jalankan perintah-Nya, tinggaikan larangan-Nya".
8. Para pendidik jiwaku di "PATWA" Cirebon; KH. Afifuddin, KH. Drs. Burhanuddin
(aim), KH. Sholeh Ma'mun, Kang Mahdi Hafidz, Kang Ahmad Anas (aim), Ust. H.
Suchaemi (aim), Ust. H. Khozin, Pa Hasan, Pa Duloh, Pa Mansyur Nahrowi dan
segenap Keluarga Besar Yayasan Pondok Pesantren Attarbiatul Wathoniyah
(PA 1W A) Mertapada Kulon - Astanajapura - Cirebon, yang tidak bisa disebutkan
satu persatu.
9. Terima kasih yang tak terlupakan kepada teman yang telah berjasa dalam penulisan
skripsi ini: Rahmat Hidayat yang punya "La Ba'sa Computer", (Mat, kas11h11n ya).
10. Teman-temanku terdekat seluruh warga "PAI-E '99" dan semua yang pemah
memperhatikanku dan berjasa dalam hidupku, dengan semangat "Indahnya
kebersamaan" (Rudi Papakhda Puakhi, Asep Tendensius, H. Syauqi, M-Boden,
Tasikin, Fitriah yang berbahagia, Ifadah, lanih, Sotwat'nissa) dan sahabat-sahabat
mahasiswa semuanya yang tak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih.
11
Sesungguhnya, urutan yang disebut di atas bukan merupakan semacam ranking
prioritas, namun hanya sekedar 0enulisa11 c·2kni:; semata. Sedangkan mereka yang tak
disebut namanya di sini bukan lantas tidak mempunyai arti, "semuanya mempunyai arti
sendiri di hati penulis".
Dengan tersusunnya skripsi ini, penulis berharap semoga skripsi yang diberi judul
"Aspek-Aspek Pendidikan Islam Dan Implementasinya Dalam Pembinaan
Mental Peserta Didik (Menurut Surat Al-'Alaq)" ini dapat memudahkan dalam
mendidik putra-putri kita sehingga sikap dan perilakuny:•. sejalan dengan ajaran Islam,
yang berdasarkan al-Qur'an.
Kepada para alim dan cerdik pandai penulis samprukan banyak terima kasih atas
tegur sapa dan kritiknya yang konstruktif dalam penulisan skripsi ini.
' Saya bermohon kepada Allah Swt semoga kehadiran skripsi ini mendatangkan
manfaat bagi penulis khususnya dan bagi seluruh pembaca yang budiman.
Sesungguhnya Allah Maha Mendengar semua doa dan Maha Mampu untuk
memenuhinya. Amin.
lll
Biflahi Tmefiq Wal Hidayah
Jakarta, 16 Februari 2005 M 7 Muharram 1426 H
Nu'man
DAFTARISI
KATA PENGANTAR .................................................................................. .
DAFTAR ISI ................................................................................................ .
BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................... .
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ .
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ......................................... .
(. 'I' . d M f J> Ii . ,. uiuan an an aat ene uan .................................................. .
D. Metodologi Penelitian .•.•........................•.........................•..•.....
E Sistematika Penulisan ............................................................... .
BAB II. KANDUNGAN SURAT AL-'ALAQ ........................................... .
A. Teks Ayat Dan Terjemahannya ..............................•...................
B. Kandungan Surat Al-'Alaq ....................................................... .
5 1. Pcnjclasan Makna-makna K;lta ...................•.........................
" 2. Jumlah Ayat dan Isi Kandungan Surat Al-'AJaq ..................... .
C. Asbab Al-Nuzul ....................................................................... .
BAB III. PENDIDIKAN DAN PEMBINAAN MENTAL ....................... .
A. Pendidikan .............................................................................. .
1. Pengcrtian ......................................................................... .
2. Tujuan Pendidikan ............................................................. .
B. Peranan Pendidikan Dalam Pembinaan Ment;il Peserta Didik ...... .
BAB IV. IMPLEMENTASI ASPEK-ASPEK PENDIDIKAN DALAM
PEMBINAAN MENTAL PESERTA DIDIK .......................... 49
A. Aspck-Aspck Pcndidikan Dalam Surat al-'Alaq .......................... 49
1.
2.
J\spek Pcndidikan Tauhid
i\spek Pcndidikan J\khlak
50
52
3. J\spck Pcndidikan Akal .................................................... 63
4. Aspek Pendidikan Jasmani ............................................... 64
B. lmplementasi Aspek-Aspek Pendidikan Dalam Pembinaan Mental
Pcserta Didik ......................................................................... 69
BAB V. PENUTUP ................................................................................ 103
A. Kcsimpulan . . . . . . . . .. .. . . . ... . . ... . . .. . . . . .. . . .... . . .. . . ... . . . ... . . . .. . . . .. . . . .. . . . ... . . .... .... . . .... 1 03
B. Saran-saran . ...... ... . . .... . . ... . ..... . . .. . . ..... . .... ... . . ..... . . . .. . .... .. . ... . .... . . ..... ... . .... .. . 1 OS
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 106
A. Latar Belakang Masalah
BABI
PENDAHULUAN
JU-Qur'an merupakan firman Allah yang berupa wahyu yang disampaikan oleh
Jibril kepada Nzbi Muhammad saw .. Di dalamnya terkandung ajaran pokok yang dapat
dikembangkan untuk keperluan seluruh aspek kehidupan. Dan fungsinya bagi manusia di
dunia ini, yaitu untuk menuntun mereka ke jalan yang benar demi mernperoleh
kebahagian dunia dan akhirat. Jadi, al-Qur'an merupakan pcdoman yang tepat bagi urnat.
manusia dalam menjalani kehidupan di dunia yang fana ini agar mereka tidak salah
kaprah, dan rnengakibatkan kefatalan, baik terhadap diri mereka rnaupun kduarga dan
rnasyarakat. Hanya sebagian besar dari ayat-ayat al-Qur'an tidak memuat petunjuk secara
rinci, terutarna berkenaan dengan m11amalah (aturan kehidupan antara sesama urnat
termasuk pendidikan). Kondisi ini membuat kita menghadapi kesulitan, yaitu ketika
hendak mengaplikasikan petunjuk-petunjuk tersebut ke dalam realitas kehidupan
indiYidual, berkeluarga, bermasyarakat, dan berbangsa. Meskipun demikian, sudah
seharusnya kita mencari solusi untuk mendapatkan petunjuk al-Qur'an agar selamat dan
sukses dalam menempuh kehidupan di dunia ini dan di akhirat kelak.
Kita semua menyadari bahwa pendidikan merupakan suatu keniscayaan bagi
kehidupan manusia, baik secara pribadi maupun kelompok. Allah rnemberi potensi
rohani dan aka! namun ketika lahir sebagai bayi rohani dan akalnya kosong tidak tahu
apa-apa. Bahkan untuk makan, minum atau kebutuhan biologisnya dia tidak dapat
2
mengerjakannya sendiri. Agar manusta bisa dewasa, mandiri dan berinteraksi dalam
lingkungannya deng&n baik, secara bertahap dia harus belajar dan harus dididik untuk
mengembangkan sikap dan perasaan, pengetahuan serta keterampilan. Berbeda dengan
hewan yang tumbuh secara insting dan alami. Pertumbuhan dan perkembangan manusia
membutuhkan pendidikan. Dengan pendidikan yang baik kelak ia akan tumbuh, menjadi
dewasa dan berperan secara kreatif dalam kehidupan, mencipta dan membangun
kebudayaan yang maju. 1
Selarna ini, para orang tua dan pemikir pendidikan amat prihatin dengan
perkembangan pendidikan. Siapakah yang salah jika ada peserta didik· :Jerbuat tidak
terpuji ? berbagai tindakan kekerasan, kriminal, prostitusi sarnpai korupsi, sudah sampai
pada tingkat kebobrokan mental siapakah yang salah ?
Dari berbagai kasus tersebut para ahli dan pemikir pendidikan mengkajinya
terus-menerus. Akhimya mereka sarnpai pada kesimpulan bahwa ha! itu disebabkan
pendidikan akhlak tidak diberikan kepada peserta didik. Pendapat itu ada benamya juga
karena sesuai dcngan hadis Nabi saw. ''.f~a diut11s hanyalah 1mt11k menyemp11makan akh!ak''.
Tetapi sesungguhnya, pendidikan tidak hanya terbatas pada masalah akhlak saja karena
'Islam meliputi berbagai aspek kehidupan.
Seperti yang dikemukakan oleh Quraish Shihab, bahwa manusia yang dibina
adalah makhluk yang memiliki unsur-unsur material Gasmani} dan imaterial (aka! dan
jiwa). Pembinaan akalnya menghasilkan ilmu. Pembinaan jiwanya menghasilkan kesucia.1
dan etika, sedangkan pembinaan jasmaninya menghasilkan keterarnpilan. Dengan
1Darwis Hude, dkk., Cakranw!a Ilm11 Dalam AIQ11r'an, Qakarta: PuStaka Firdaus, 2002), Cet. II, h. -125
3
penggabungan unsur-unsur tersebut, terciptalah makhluk dwi dimensi dalam satu
keseimbangan, dunia dan akhirat, ilmu dan iman. Itu sebabnya dalam pendidikan Islam
dikenal istilah adab al-din dan adab al-dmiya. 2
Al-Qur'an merupakan dasar ideal dari pendidikan Islam, isiaya sangat luas dan
dalam, yang semuanya itu mengarah dan meniagkatkan kehidupan manusia ke tiagkat
yang lebih baik dan sempuma. Dengan kaJa laia, semua ajaran Islam yang terkandung
dalam al-Qur'an pada akhiraya mengarahkan supaya mendekatkan diri kepada Allah,
dengan cara berbagai aktivitas yang berguna bagi kehidupan umat manusia pada
umumnya.
Dengaa memakai dasar al-Qur'an iai, maka pendidikan Islam harus mengarah
kepada terciptanya manusia yang seimbang antara kehidupan dunia dan akbirat, dclam
rangka ibadah kepada Allah.
Untuk membina kepribadian yang sejalan dengan fitrah manusia, yakni " fitrah
tauhid, akidah iman kepada Allah dan atas dasar kesucian dan tidak temoda"3
sebagaimana ditujukan oleh al-Qur'an dan sunnah, diperlukan proses pendidikan Islam
yang terarah dan bertujuan yaitu mengarahkan manusia kepada titik optimal
kemampuannya. Sedang tujuan yang hendak dicapai adalah terbentuknya kepribadian
yang bulat dan utuh sebagai manusia individual dan sosial serta hamba Allah yang
mengabdikan diri kepada-Nya.
2M. Quraish Shihab, Memb11mikan al-Qj1r'a11, (Bandung: Mizan, 1994), cet. XIX/19, h. 173 3Abdullah Nashih Ulwan, Peme!iharaa11 ]iwa Anak, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 1992, h. 148
4
Surat al-'Alaq adalah salah satu surat di dalam al-Qur'an yang turun pada periode
awaL Dan merupakan ayat yang pertama kali diwahyukan kepada 1\Jabi-Nya yang terpilih,
Muhammad saw .. Di antara isi kandungannya berkaitan dengan aspek-aspek pendidikan,
yaitu aspek pendidikan tauhid, aspek pendidikan Akhlak, aspek pendidikan aka!, dan
aspek pendidikan jasmani. Hal ini dimaksudkan untuk menegakkan hujjah di hadapan
orang-orang kafir Quraisy yang mensucikan berhala dan patung (QS. al-An'am: 71).
Sebenarnya, mereka bangga menisbatkan diri mereka kepada Muhammad,
namun begitu mereka tetap menyembah berhala. Padahal penyembahan ini bertentangan
dengan agama yang G'i,;ampaikan oleh beliau, yaitu agama Islam. Semua agama dan
golongan juga mengakui keutamaan dan kelebihan Muhammad, sehingga mereka pun
mengagungkan beliau dengan sebutan "al-amin''. Karena itu hujjah ditegakkan terhadap
mereka yang menentang petunjuk beliau. Al-Qur'an telah menyebutkan kisah Nabi
Muhammad bersama kaumnya dengan bahasa yang menawan, yang mampu menarik
orang yang menyimaknya.
Ayat pertama bermuatan perintah Allah agar membaca atas nama Tuhan, "iqra'
bismirabbik.o". Itulah masalah pertama yang dilakukan Tuhan agar rasul-Nya dapat
membaca. Dia mengajar berbagai pengetahuan kepada manusia. Dengan pengetahuan
itulah mereka berbeda dari binatang. 4 Ayat ini sekaligus bennuatan penanaman akidah
tauhid kepada manusia karena dia tidak mungkin membaca atas nama Tuhan jika dia
tidak meyakini dan mengakui wujud-Nya terlebih dahulu.
4.".l-Maraghi, Taftira!-Mamgbi, t.tp., Dar al-Fikr, jilid 10, h. 200.
5
Pad~ ayat berikutnya disampaikan cara Allah yang sangat telak dalam
mengungkapkan bukti kebatilan Abu Jahal. Pertamakali Allah menyatakan bahwa
manusia mempunyai potensi atau sikap negatif, karena mereka merasa dan melihat
dirinya sendiri serba cukup, kaya dan terhormat secara sosial. Dia bersikap sewenang-
wenang terhadap orang miskin, yang menurut mereka tidak layak menduduki jabatan
pemimpin. Dan mereka tidak mau menjadi pengikut, lantaran Muhammad hanyalah
seorang yatim dan miskin. Kemudian Tuhan menyindir AbuJahal dengan menyebutnya
alladzj (yang), tidak langsung ditujukan atas namanya (Abu Jahal). Ayat-ayat tersebut
memberikan contoh sika[l itu pada terbentuknya sikap menentang dan jahat yang
dilakukan oleh Abu Jahal terhadap kerasulan Muhammad saw. Lalu pada ayat berikutnya
Tuhan akan mencabut rohnya dari ubun-ubunnya, jika ia tidak berhenti mengganggu
Nabi. Selanjutnya, Tuhan menasehati Nabi untuk tidak mematuhinya (Abu Jahal)
meningga!kan salat, sebaliknya sujud dan tagarrub kepada-Nya.
Begitulah tahapan-tahapan yang dilalui Nabi Muhammad untuk menegakkan
hujjah terhadap mereka. Kelompok Abu Jahal adalah orang-orang yang angkuh dan
sombong, karena merasa l-.aya dan terhormat juga merasa memiliki kelompok yang
banyak dan besar. Beliau diutus untuk mengajak kaum Quraisy kepada keimanan
6
terhadap Allah dan memperbaiki segala kebobrokan mentalitas Jahiliyyah. Sebagai akibat
dari pandangan hidup yang materialistik, masyarakat sudah rusak akidah dan akhlaknya.
Mereka tidak lagi mengetahui siapa pencipta dirinya. Mereka memuja benda-benda yang
dianggapnya dapat mendatangkan keunrungan seperti matahari, bulan, air, binatang,
bahkan benda-benda tertenru seperti patung, berhala, dan sebagainya. Sementara akhlak
mereka juga hancur sebagai akibat dari pemujaan yang keliru tersebut serta karena
mengikuti hawa nafsu belaka, seperti berjudi, minum-minuman keras, berzinah dan lain
sebagainya.
Ke&daan masyarakat yang seperti habis dilanda gempa yang dahsyat itulah yang
dihadapi oleh al-Qur'an. Atas dasar inilah, al-Qur'an memuat ayat-ayat yang pada intinya
untuk merespon dan memperbaiki berbagai aspek kehidupan yang rusak itu dengan Nabi
Muhammad saw. sebagai aktor utamanya. Tugas kenabian dalam arti mengemban risalah
dakwah selanjutnya diwariskan kepada ulama sebagaimana dinyatakan dalam hadisnya,
bahwa para ulama ad al ah pewaris para N abi. Dalam konteks inilah para ulama
memainkan peranannya dengan mencoba menjelaskan kandungan al-Qur'an dengan
menggunakan berbagai macam metode dan pendidikan.
Sehubungan dengan itulah surat al-'Alaq menjelaskan kepada manusia tentang
pokok-pokok ajaran yang terkandung di dalamnya, tentang penanaman akidah tauhid,
aka! dan nafsu, ilmu pengetahuan, larangan Tuhan terhadap manusia (pesera didik) untuk
mengikuti perbuatan orang kafir, pcrintah untuk bersujud dan mendekatbn diri kepada-
7
Nya (amar ma'ruf nahi munkar), dan lain sebagainya.5 Berbagai masalah yang mendasar
tersebut akan diungkap dalam skripsi ini dengan menggunakan metode tematik.
Penjelasan al-Qur'an tentang pokok-pokok yang terkandung di dalamnya penting
diketahui sebagai langkah awal untuk memudahkan memahami al-Qur'an serta ke arah
mana perhatian seorang mufasir harus diarahkan. Selanjutnya pembahasan tentang
pendidikan tauhid penting chketahui agar manusia mengenal terhadap yang menciptakan
dirinya atau keesaan Allah Swt., Dialah yang mengajari manusia sehingga mereka dapat
memperoleh pengetahuan. Selanjutnya pembahasan tentang pendidikan aka! penting
diketahui agar manusia mengetahui potensi yang ada pada dirinya, bahwa oia dilahirkan
tanpa ilmu pengetahuan sedikit pun. Namun, Allah mengaruniainya sarana atau potensi
untuk mendapatkan ilmu, melalui pendengaran, penglihatan, dan perasaan (hati). Dalam
pada itu, manusia juga mempunyai potensi menjadi tiran atau diktator. Setiap kita
mempunyai potensi memaksakan kehendak sendiri kepada orang lain. Hal itu terjadi
kalau kita tidak cukup rendah hati untuk menyadari bahwa kita bisa salah dan manusia
adalah pembikin kesalahan. Oleh karena itu, Allah mengingatkan manusia untuk tidak
mengikuti perbuatan orang kafu, sebaliknya Tuhan menyuruh manusia untuk bersujud
dan mendekatkan diri kepada-Nya (salal).
Berlalunya Zaman Jahiliyyah, tidaklah berarti pandangan batil Jahiliyyah hilang
seluruhnya. Temyata, masih ada sejumlah pandangan yang tersisa dan dianut di kalangan
orang-orang yang mengaku beragama Islam. Penyembahan berhala, Latta dan Uzza tidak
ada lagi, narnun sejumlah perbuatan syirik Jahiliyah, seperti korupsi, pembunuhan,
5Depag R.I.,AJQ11r'an Dan TeTjemah1f)'a, Gakarta: tp., 1984/1985), h. 1078-1080.
8
tawuran, pemakaian azimat atau penangkal-penangkal yang dipandang sakti oleh
pemiliknya untuk menangkal bala dan mendatangkan rahmat. Sikap mental seperti itu
melahirkan dan mengembangkan sifat-sifat materialistis, hedonis, sekularistis,
individualistis, sombong, angkuh dan sebagainya. Sifat-sifat ini menumbuhsuburkan
pecilaku tidak bersahabat, mementingkan diri sendiri, raln1s, dan sebagainya Dengan
demikian, terjadilah persaingan tidak sehat, saling dengki, khianat, dan sebagainya. Semua
itu memicu lahirnya konflik di tengah masyarakat. Mula-mula dalanl skala kecil,
antarkeluarga, tetangga, terns berkembang antarkampung, antarsuku, bahkan antarnegara
dan bangsa Itulah potret kehidupan umat manusia di abad modem ini.
Berdasarkan alur pikiran seperti itu, penulis tertarik untuk mencoba memahami
dan mendalami mengenai pernbinaan manusia, atau dengan kata lain pendidikan al-
Qur'an terhadap anak didiknya sebagainlana yang tergambar di dalam surat al-'Alaq, baik
secara eksplisit maupun implisit dalanl kaitannya dengan pembinaan mental peserta
didik. Y aitu dengan mengkaji masalah terse but dalam sebuah karya ilmiah dalarl1 benrtik
skripsi yang diberi judul:
"ASPEK-ASPEK PENi:>IDikAN ISLAM DAN IMPLEMENf ASINYA DALAM
PEMBINAAN MENTAL PESERTA DIDIK (Menurut Q.S. Al-'alilQJ'
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar lebib terfokus dan tidak meluas sehingga mengaburkan permasalahan
yang akan dikaji, maka kajian ini mengkhususkan pembahasan tentang aspek-aspek
pendidikan yang diinformasikan oleh Al-Qur'an. di dalam surat Al-'Alaq. Artinya,
9
informasi mengemi hal-hal yang diluar pendidikan, seperti proses penciptaan manusia
dari 'alaq tidak akan dikaji, kecuali kalau ha! itu ada kaitannya dengan pendidikan. Oleh
karena itu, dalam skripsi ini hanya akan membahas ayat demi ayat dari surat Al-'Alaq
tersebut dengan menelaah penafsiran-penafsiran yang sudah ada dan memadukannya
dengan pendapat-penclapat para ahli pendidikan.
Penafsiran ayat-ayat tersebut dibahas dari berbagai segi clan aspek, seperti
pemakaian kosa kata, kanclungan makna, clan konteks pembicaraan ayat sehingga clapat
ditemukan petunjuk-petunjuk yang berkaitan dengan masalah aspek-aspek pendidikan di
dalamnya.
Dalam pembahasan aspek-aspek pendidikan surat Al-'Alaq ini hanya akan
dibicamkan empat bagian pendidikan yang diisyaratkan Allah di dalam surat itu, yaitu
aspek pendidikan tauhid, pendidikan aka!, pendidikan akhlak, dan pendidikan jasmani.
Ringkasnya, skripsi ini berisi penelaahan terhadap surat Al-'Alaq ayat 1-19 secara
khusus. kbtmdian ay::lt-ayat, yang boleh disebut memberikan irldikasi terhadap aspek
aspek pendidikan akah dikaji secara mendalam ayat demi ayatnya, sehingga dapat
diperoleh gatnbaran yang lebih lengkap dan menyeluruh tentang berbagai aspek. Selain
itu, akan dikemukakan pula berbagai penafsiran yang diberikan oleh para ulama tafsir dan
pendapat para ahli pendidikan yang berkaitan dengan masalah pendidikan di dalam surat
itu. Dengan demikian, kita akan dapat mengetahui informasi Al-Qur'an tentang aspek
aspek pendidikan di dalam surat tersebut.
10
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan gambaran di atas, maka persoalan inti yang menjadi rumusan
masalah dalam skripsi ini adalah:
a. Aspek-aspek pendidikan apa saja yang terkandung di dalarn Surat Al-'Alaq?
b. Bagaimana peranan pendidikan dalarn pembinaan mental peserta didik?
c. Bagaimana implementasi aspek-aspek pendidikan tersebut dalam pembinaan
mental peserta didik?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Mengungkap aspek-aspek pendidikan yang terkandung di dalarn Surat al-'Alaq,
baik yang tersurat maupun tersirat, sehingga dapat diimplementasikan &Jam
membina mental peserta didik.
2. Manfaat Penelitian
a. Salah satu rhanfaat atau hikmah mempelajari tafsir al-Qur'an adalah mscaya
manusia tidak akan jahil (bodoh) atau tidak dapat memaharni dengan baik kitab
Allah yang mulia itu. ~
b. Hasil penelitian ini semoga menjadi sumbangan pemikiran mengenai aspek-aspek
pendidikan yang tekandung dalam surat Al-'Alaq khususnya terhadap pemb;,;aan
mental peserta didik.
'Ahmad Syurbasyi, St11di Tentang Sejarab Perkel1lbangan Taftir, A!-Qt1r'an al-Koril11, (Jakarta: Kalam Mulia, 1999), Cet. Ke-3, h. 11
11
c. Hasil kajian ini dapat menjadi acuan bagi para pendidik muslim, para orang tua
sebagai pendidik pertama yang mempunyai andil amat besar dalam membentuk
kepribadian anak mereka, tentunya bagi penulis sendiri dan bagi kaum muslimin
pada umumnya. Dan semoga kiranya skripsi ini dapat menambah kekayaan
khasanah intelektual Islam, khususnya dalam bidang atau disiplin ilmu
pendidikan Islam.
D. Metodologi Penelitian
Penelitian ini ·bercorak p11re library researcb (;ieneltian kepustakaan mumi), dengan
pengertian semua sumber datanya berasal dari bahan-bahan tertulis yang berkaitan
dengan topik yang dibahas. Karena studi ini menyangkut Al-Qur' an secara langsung,
maka sumber pertama dan utamanya adalah Al-Qur'an itu sendiri. Adapun sumber
sumber tambahan yang akail cligunakan menggarap tema di sini adalah : penulis
menggunakan kitab-kitab tafsir tentang penafsiran surat Al-'Alaq dan buku-buku yang
membalias kortsep-konsep dan teori pendidikan.
Sedangkan n1etode yang akan digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah
metode tafsir tematik (ma11db11'iy). Tafsir tematik (dianggap sebagai metode terbaik untuk
menafsirkan Al-Qur'an pada masa kini) itu sendiri adalab menghimpun atau
mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur'an yang mempunyai tujuan satu dari surat Al-Quf'an
yang sama-sama membabas '"Pik atau judul tertentu dan menertibkannya sedapat
mungkin dengan masa turunnya, selaras dengan sebab-sebab turunnya, kemudian
memperhatikan ayat-ayat tersebut dengan penjelasan-penjelasan, keterangan-keterangan
12
dan hubungannya dengan ayat-ayat lain, kemudian mengistinbatkan huku<n-hukum.1
Jelasnya, tafsir tematik adalah membahas ayat-ayat Al-Qur'an sesuai dengan tema atau
judul yang telah ditetapkan. s
Selanjutnya, mengenai cara ketja dari pada tafsir tematik tersebut, ulama tafsir
seperti Nashruddin Baidan telah menetapkan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Mengemukakan keseluruhan ayat di dalam surat Al-'Alaq secara berururan, dari awal
sampai akhir surat, kemudian melakukan kategorisas; terhadap isi dan kandungannya,
lalu mengambil ayat yang berkaitan dengan aspek-aspek pendidikan. Setelah itu, ayat
tersebut disusun sesuai dengan kronologis turunnya. Karena yang dibahas hany?, satu
surat dari awal sampai akhir maka yang dipakai tetap kronologi yang terdapat di
dalam mushaf, tidak perlu diurutkan sesuai urutan turunnya, apalagi jumlah ayatnya
hanya 19 ayat. Jadi, tidak perlu disusun sesuai dengan urutan turunnya.
2. Menelusuri latar belakang turunnya (asbab11n n11Zft4 ayat-ayat yang telah dihimpun
(kalau ada).
3. Meneliti dengan cermat semua kata atau kalimat yang dipakai dalam ayat tersebut,
terutama kosakata yang menjadi pokok permasalahan di dalam ayat itu, lalu
membahasnya dari semua aspek yang berkaitan dengannya, seperti bahasa, budaya,
sejarah, mrmasabat, dan pemakaian kata ganti (damii').
7Abdul Hayyi al-Fannawi, Metode Tqftir Ma11dh11'iy: S11at11 Pe11ga11tar, Terj. A. Jamrah, Oakartn: PT. Raja Grafindo Persada, 1996), h. 36.
"Nashrudclin Baidan, Metodologi Penqftimn Al0Ql1r'an, (Y ogyal<arta : Pusraka Pelajar, 2000), Cet.lll, h. 151.
i3
4. Mengkaji tafsir oyat-ayat surat Al-'Alaq yang telah dikemukakan oleh para ahli tafsir
atau pakar pendidikan dalam berbagai aliran, baik yang klasik maupun yang
kontemporer.
5. Semua itu dikaji secara tuntas dan seksama dengan menggunakan penalaran ilmiah
yang objektif melalui kaidah-kaidah tafsir yang m11'tabarserta didukung oleh argumen-
argumen dari Al-Qur'ah, hadits, clan fakta-fakta sejarah yang dapat ditemukan. 9
Sementara tekhnik penulisan skripsi ini mengacu pada buku Pedoman Pen11lisan
Skripsi, Tesis dan Disertasi yang disusUh oleh TIM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
terbitan Pustaka Hikr_iah Syahid Jakarta, tahun 2002.
E. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan skripsi ini, akan dibagi ke dalam 5 bab, dengan
perincian sebagai berikut :
B:lb P~1'farha, Pendahuluan. Di dalamnya dipaparkart tentang latar belakang
masalah sehirigg.I topik ini diteliti, pembatasan dan perurnusan masalah, tujuan dan
manfaat perielitian, hllti metodologi penelitian dan sistematika penulisan.
Bab Kedua, Kandungan surat al-'Alaq Ayat 1-19, meliputi: teks ayat dan
terjemahannya, kandungan surat al-'Alaq Ayat 1-19, yakni membahas tentang penjelasan
makna-makna kata, jumlah ayat dan isi kandungan surat al-'Alaq, serta asbab al-nuzul."
9Nashruddin Baidan, Metodologi Pe11afsira11 Ayat-Ayat Yang Beredaksi Mirip di Da!am AIQ11r'a11, (Pekanbaru: Fajar Harapan, 1993); cet. ke-2, h. 49.
14
Bah Kedga, Pendidikan dan Pembinaan Mental Pcscrta Didik, mcliputi
pengertian pendidikan, tujuan pendidikan, serta pcranan pcndidikan dalam pembinaan
mental pescrta didik.
Bah Keemp;lt, lmplcmcntasi i\spck-,\spck l'cndidikan Dahun J'cmbinaan
i\'fcn!al Pcscrta l)idik. Bab ini tncngkhususkan pctnbahasan tcnt~tn,~ aspck-aspck
pcndidikan yang diungkapkan di dalam surat al-' i\la<.j, yakni aspck pcndidikan tauhid,
aspck pcndidikan akhlak, aspck pcndidikan akal, dan aspck pcndidikan jasmani.
Kemudian diakhiri dengan implcmentasi aspck-aspck pendidikan dalam pembinaan
mental pcserta didik.
Bah Kelima, Penutup. Bab terakhir ini mcncakup kesimpulan dan saran-sarnn
pcnulis. Kemudian disusul dengan daftar pustaka.
BAB II
KANDUNGAN SURAT AL-'ALAQ
A. Teks Surat Dan Terjemahannya
1. Teks Surat al-'AJaq
(f) eJ--5~1 ~JJ f)1 (Y) ~;;,..;)CJ~\ J~ (') .~ ~JJ1 &.j ~4 f)1 ... ::; ,,. ,,. ... ... .... ,,,.
0 ... " ... ... " p .,, ... .... .• 0 ;;. ""'" p ;;i..-
olj .:i1 ('ty,}hJ .:it::.J~1 .:ii US'(-')~ ~i.o .:iCJ~1 ~ (t) ~4 ~ ~.u1 ,,,. ... ... ,; ... ,,,.
;;i ,,,. p $: ... .> ,,,. p
(' •) ~ 1,;1 IJ.;f. (0.) u;@:i ..>.UI ~(>I (A) ~'.',JI &.j JI u! (V) .,?~.: .. 1 , , ,
P ;;i,..., ,..,.. o ,,,.,,.. .>,,.,,,.,,.a i~
<' f) J'J) y.l.S" .:ii ~ij1 <' y) ->~4 :;1 j1 <' ') ..>:i..tt JS- u\S' .:i1 ~1j1 , , , .... ,.. ,,,. p ... p ,,,. ...... ;;i ... ,,,. ,..,..
L,!.;\S' ~\.) (' 0) ~\!J4 I ;.;' .. ~\ ~ \..! dJ ')$' (\ f) ..>'}.. .i'ill U~ ~ (..!1 :$ ... ::: ... ... ... ... ,,. ... ...
" ... p ,.. ..... ,,.... ,..
;,.,.t fat) ~lj 4;JJ ':J"" '}$' ('A) 4lljll t ~ (' V) 4;,)\.l t 49 (' '\) ;;.:,t,G:-,,.,. ,,,. ... ,.. ::: ...
2. Terjemahan
Dengan menyebut asma Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang (In the name of Allah, Most Gracious, Most Merciful)
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, (Proclaim! (Or Read!) In the Nama of thy Lord and Cherisher, who Created),-
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal dar.ah. (Created man, out of a (mere) Clot of Congealed blood)
3. Bacalah, dan Tuhanmu Maha Pemurah, (Proclaim! and thy Lord is Most Bountiful),
(' °')
4. Yang mengajar (manusia) dengan peranL'lraan qalam (He who taught (the use of) the pen)
5. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (f aught man that which he knew not)
6. Ketahuilahl Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas, (Day, but man doth transgress all bounds)
7. Karena dia melihat dirinya serba cukup. (In that he looketh u;Jon himself of self-sufficient)
8. Sesungguhnya hanya kepada Tuhanmulah kembali (mu). 01 erily, to thy lord is the return (of all))
9. Bagaimana pendapatmu tentang orang yang melarang, (Seest thou one who forbids),
10. Seorang hamba ketika dia mengerjakan salat, (A Votary when he (fums) to pray?),
16
11. Bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu berada di atas kebenaran? (Seest thou if He is on (the road of) guidance?)
12. Atau dia menyuruh bertakwa (kepada Allah) ? (Or enjoins Righteousness?)
13. Bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu mendustakan dan berpaling? (Seest thou if he Denies (truth) and turns away?)
14. Tidakkah dia mengetahui bahwa sesungguhnya Allah melihat segala perbuatannya? (Knoweth he not that God doth see?)
15. Ketahuilah, sungguh jika dia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya Kami tarik ubun-ubunnya, (Let him beware! if he desist not, \Ve will drag him by the fore lock),
16. Y aitu ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka. (A lying, sinful fore lock!)
17. Maka biarlah dia memanggil golongannya (untuk menolongnya), (fhem, let him call (for help) to his council (of comrades)),
17
18. (kelak) Kami akan memanggil malaikat Zabaniy2h, (Jl/e will call on the angels of punishment (I'o deal with him))
19. Sekali-kali janganlah kamu mematuhinya, (sebaliknya) sujud dan rnendekatlah (kepadaTuhan). (Day, Heed him not: But Bow down in adoration And bring thy self the closer (to God)t) 1
B. Kandungan Surat Al-' Alaq
1. Penjelasan Makna-makna Kata
Berdasarkan cara kerja daripada tafsir tematik maka pembahasan ini merupakan
langkah ke-dua dari penerapan metode tersebut. Pada tahap ini penulis mencoba
men~:npilkan penjelasan makna-makna kata Surat Al-'Alaq menurut para mufassir
terkemuka, seperti Imam Jalaluddin al-Mahali dan Imam Jalaluddin as-Suyuthi
menafsirkan dalam kitab T afsir jahlain -nya sebagai berikut:
a. i_;il (bacalah!) maksudnya mulailah membaca dan memulainya c.S.L.JI 4.J 1"""'4
Jl\. (dengan menyebut nama Rabbmu yang menciptakan semua makhluk).
b. ul.......i)'I ~ (dia telah menciptakan marrusia) atau makhluk yang lainnya.
Lafadz 'alaq dari jamak 'alaqah (&) yang artinya segurnpal darah yang kental.
c. l_;-..ll (bacalah!) lafadz ini menguatkan makna lafadz yang pertama yang sama
i'~I 4.J.J (dan Rabbmu yang Maha Pernurah) artinya tidak ada seorangpun
yang dapat menandingi kemurahan-Nya. Lafadz ayat ini sebagai ha! dari dbamir
yang terkandung di lafadz iqra'.
1Abdullah Yusuf Ali, The Ho!J Q11r'an: 'h-.:t, Tmnslation and Comn;entary, (Qatar: Presidency of Islami Couert and Affair, t.t.), h. 1761-1763.
18
d. ~ '5lll (yang mengajar) manusia menulis ~ (dengan qalam/pena) orang
yang pertama menulis dengan qalam adalah Nabi Idris as.
e. (Jl........u.i"il r.k (Dia yang mengajarkan pada manusia) atau jenis individu ;.Jz.; {Jt:o
(apa yang tidak diketahui} yaitu sebelum Dia mengajarkan kepadanya hidayah,
menulis, berkreatif, serta hal lainnya.
f. )LS (ketahuilah) artinya, memang benar 0 il,)1 61........u.i"il 6! (sesungguhnya
manusia benar-benar melampaui batas).
g. i.Tj ()I (karena dia melihat dirinF'• sendiri u G! • nl (serba cukup) dengan harta
benda yang dimilikinya. Ayat ini diturunkan berkenaan dengan sikap Abu JahaL
Pada lafadz Ra-a tidak membutuhkan maful kedua; clan lafadz An Ra-iih11
berkedudukan sebagai ml!ful !ah.
h. ~.J u-ll 6! (sesungguhnya hanya kepada Rabbmu-lah} hai manusia u--4-'..>Jl
(tempat kembali) yakni kembali kalian nanti, karena itu Dia kelak akan memberi
balasan kepada orang yang melampaui batas sesuai dengan dosa-dosa yang telah
dilakukannya. Di dalam ungkapan ini terkandung ancaman clan peringatan buat
orang yang melampaui batas.
1. ~i) (bagaimana pendapatmu) lafadz Ara-ayta clan dua lafadz lainnya yang
sama nanti mengandung makna Ta'ajj11b u-+':! '5Ll (tentang orang yang
melarang) yang dimaksud adalah Abu Jahal.
J·
k.
19
!~ (seorang hamba) yang dimaksud adalah Nabi saw~ ljj (ketika dia
menjalankan salat).
(J\.S 6! .::.,ii) (bagaimana pendapatmu jika orang yang dilarang itu) "54\ ~
(berada di atas kebenaran).
I. '.JI (atau) huruf a11 di sini menunjukkan makna Taqsim (.$~ J.....I (dia
menyuruh bertalnva).
m. .....W 6! ~i.;1 (bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu
mendustakanny:(i yakni mendustakan Nabi saw i},,_;,_; (dan berpaling) dari
iman?
n. (.$~ :i'l.11 "L.,.. ~ i1l\ (tidakkah dia mengetahui bahwa sesungguhnya Allah
melihat) apa yang dilakukannya itu. Artinya Dia mengetahuinya, karena Dia
kelak akan memberi balasan kepadanya dengan balasan yang setimpal. Maka
sudah sepatutnya kamu hai orang yang diajak bicara untuk merasa heran
terhadap orang yang melarang itu, karena ia melarang Nabi melakukan salat,
padahal orang yang dilarangnya itu berada dalam jalan hidayah clan
memerintahkan untuk bertakwa. Yang amat mengherankan lagi ialah bahwa
yang melarangnya itu mendustakannya dan berpaling dari iman.
o. ~ (ketahuilah) kalimat ini mengandung makna hardikan dan cegahan baginya
~ (sungguh jika) huruf Lam di sini menunjukkan makna qasam atau sumpah
~ i-J (dia tidak berhenti) dari kekafiran yang dilakukannya itu ~UJ4 ~
20
(niscaya Kami akan tarik ubun-ubunnya) Kami akan sere! dia masuk neraka
dengan cara ditarik ubun-ubunnya .
p. . ..,u (yaitu ubun-ubun) lafadz Naashiatin adalah isim nakirah yang
berkedudukan menjadi badal dari isim ma'rifat yaitu lafa<lz An-Ndshiyah pada
ayat sebelumnya :i 1hl.i. ~ (orang yang mendustakan lagi durhaka) makna
yang dimaksud ialah pelakunya; <lia <lisifati demikia11 secara majaz.
q. ~ t~ (maka silakan dia memanggil golongannya untuk menolongnya)
yakni teman-teman sena<linya. Nadi a<l~iah sebuah majlis tempat mereka
memusyawarahkan sesuatu perkara. Sesungguhnya orang yang melarang itu
telah mengatakan kepada Nabi saw sewaktu dia mencegahnya dari melakukan
salat; sesungguhnya Alm telah mengetahui bahwa tiada seorangpun di Makkah
yang lebih banyak teman sena<linya daripada aku. Sesungguhnya jika kamu mau
meninggalkan salat, Aku benar-benar akan memberikan kepadamu ku<la-kuda
yang tidak berpelana dan laki-laki pelayan sepenuh lembah ini.
r. ~j.~ t :i.i;,., (Kami akan memanggil malaikat Zabaniyah untuk mengazabnya)
mereka adalah malaikat-malaikat yang terkenal sangat bengis lagi kejam, untuk
membinasakannya sebagaimana yang telah disebutkan di dalam salah satu
hadits, yaitu: "seandainya dia benar-benar memanggil golongan senadinya,
niscaya <lia akan <liazab oleh malaikat Zabaniyah secara terang-terangan.
s. :::IS (sekali-kali tidakkah} kalimat ini mengandung hardikan dancegahan baginya
4....l.b..~ (langanlah kamu mematuhinya) hai Muhammad untuk meninggalkan
21
salat ~I_, (clan sujudlah) maksudnya, salatlah demi karena Allah
yjl§I_, (clan dekatkanlah) kepada-Nya dengan melalui amal ketaatan.2
2. Jumlah Ayat dan Isi Kandungan Surat AI-'Alaq
Bagian ini merupakan langkah ketiga dari penerapan metode tematik (ma11dh1t'iy).
pada tahap ini, penulis mencoba melaknkan kategorisasi terhadap isi clan kandungan
Surat al-'Alaq, lalu mengambil ayat yang berkaitan dengan masalah aspek-aspek
pendidikan di dalamnya.
Surat al-'Alaq yang terdiri atas 19 ayat ini dapat diklasifikasikan menjadi dua
bagian sesuai dengan waktu turunnya yang berbeda. Ayat 1-5 merupakan ayat pertama
kali turun di Gua Hira' ketika Nabi sedang bertahanmts pada malam 17 Ramadhan. Waktu
itu Nabi berusia 40 tahun enam bulan.3
('l")ry-S''.JI ~JJ 1)1 ('l')~ ;;,o i:JWill Jl;'- <'># .s.UI ci./J l'"""'\.i 1)1
(O)~ (.t.o i:JWi!I ~ (f)~\.i ~.s.UI
Yang menarik dari ayat-ayat di atas adalah bahwa manusia di samping mendapat
pujian, juga mendapat celaan. Segi-segi pujian tersebut antara lain disebutkan bahwa
manusia itu mempunyai keistimewaan, yaitu ilmu. Ayat 1 sarnpai dengan 5 menjelaskan
keistimewaan itu dengan perintah membaca (baca) clan menulis (t11lis) yang merupakan
2Fahrur Abu Bakar, Tafsir Jala/ai11 berik11t Asbab11b NHz;d Ayat, Terj., (Bandung: sinar Baru Algesindo, 1995),Juz 15, h. 2753-57.
3Lihat Ibn Hisyam, AJ-Roud al-Uneffi Syarb al-Simt al-Nabaw[yab, tahqiq 'Abd al-Rahman al-Wakil, (Kairo: Dar al-Kutub al-Hadisah, 1967),Juz II, h, 384.
22
kunci utama untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Karena itu, surat ini dinamai ju;;a
dengan "iqra" atau "a/Qalam".4
Selanjutnya, ayat 6 sampai dengan 19 menjelaskan beberapa perilaku manusia
yang menjadikan mereka hina dan sengsara; ancaman Allah terhadap kaum Quraisy
Makkah yang menghalang-halangi sosok Muhammad dan Islam pada awal periode
kehadiran Isbn1 dalam melaks".nakan perintah-Nya.
Dari kedua pembagian ayat di atas, secara nnc111ya ayat-ayat tersebut
mengisyaratkan tujuh masalah pokok sebagaimana yang diungkapkan oleh Quraish
Shihab berikut ini:
a. Perintah membaca, baik yang tersurat maupun yang tersirat dengan meneliti alam
raya ciptaan Allah.
b. Keikhlasan, yaitu memulai semua aktivitas dengan menyebut asma Allah dan
dilaksanakan semata-mata karena Allah, yakni semata-mata hanya mengharapkan
rida-Nya.
c. Tentang sifat Tuhan, antara lain kekuasaan-Nya dalam menciptakan makhluk dan
sifat pemurah-Nya terhadap hamba-hamba-Nya.
d. Anugerah Tuhan kepada manusia berupa potensi untuk meniiliki ilmu pengetahuan
dan menyediakan prasarananya sebagaimana dijelaskan pada ayat 3 sampai dengan 5
e. Manusia juga mempunyai potensi negatif yang timbul karena mereka merasa cukup
sehingga berlaku sewenang-wenang.
4Al-Qur'an dan Terjemahnya (&vfri Terbam) Depag RI, (Semarang: CV. _'\sy-Syifa', Edisi Lux), h. 1078.
23
£ Tentang sifat ilmu Tuhan yang menyeluruh dan kemampuan Tuhan untuk
memberikan ganjaran dan balasan terhadap amal manusia seperti terlihat pada ayat 8
sampai dengan 18.
g. Larangan untuk tidak taat kepada siapa pun jika ketetapan tersebut bertentangan atau
tidak sesuai dengan ketetapan Allah swt. 5
Lain halny2 dengan al-Maraghi, beliau hanya menyimpulkan kandungan surat ini
men jadi tiga kelompok besar, yaitu:
a. Hikmah Allah tentang penciptaan manusia dari sesuatu yang kecil dan hina sehingga
da1 ~.t menjadi penguasa alam raya
b. Kemuliaan dan kebesaran itu diperoleh karena mereka diajari ilmu pengetahuan yang
belum mereka ketahui sebelumnya dan bermanfaat bagi mereka untuk dapat
menundukkan alam semesta
c. Kesempurnaan nikmat-nikmat ini Juga dapat melalaikan manusia sehingga ketika
sudah merasa cukup mereka menjadi sombong dan angkuh.6
Dari kedua pendapat di atas, dapatlah dipahami bahwa kandungan surat al-'Alag
itu adalah:
1) Menyangkut ilmu pengetahuan
a) keikhlasan dalam mencari ilmu pengetahuan (dapat disimak pada ayat 1)
b) perintah membaca (pada ayat 1 dan 3)
c) galam sebagai salah satu alat untuk mendapatkan ilmu pengetahuan (ayat 4)
d) sumber ilmu pengetahuan hanya satu, yaitu dari Allah Swt.
5 M. Quraish Shihab, Tefsir a!-Amanah, Jakarra: Pusraka Kartin~ 1992, Cet. I, h. 85-86. 6 Ahmad Mustafa al-Maraghi, T'!fsiraf-Mamgbi, t.t., Dar al-Fikr, jilid 10, juz 30, h. 205.
24
2) Menggambarkan sikap merrtal orang yang tidak senang terhadap kebenaran.
a) Perilaku manusia yang melampaui batas karena merasa cukup (ayat 6 dan 7)
b) Ancaman Tuhan kepada manusia yang jahat (ayat 16 sampai dengan 18)
3) Meoegaskan kekuasaan Allah dao kewajiban taat hanya kepada-Nya (ayat 8
sampai dengan 15 dan 19)
Deogan demikian, tidaklah beclebihan jika surat al-'Alaq ioi dijadikan sebuah dalil
teotang proses belajar meogajar. Terna utamanya adalah pengajaran kepada Nabi
Muhammad serta penjelasan teotang Allah dalam sifat dan perbuatan-Nya, dan bahwa
Dia adalah · sumber ilmu pengetahuan.·· Menurut al-Biqa'i, sebagaimana dikutip oleh
Quraish Shihab tujuan utamanya adalah periotah kepada manusia untuk menyembah
Allah swt. sang Pencipm Yang Maha Kuasa, sebagai tanda syukur kepada-Nya.7
Peogelompokan isi kandungan surat al-'Alaq yang diuraikan di atas bersifat
umum. Pengelompokannya dari sudut ilmu pendidikan akan diuraikan secara spesifik
dalam utaian bahasan Bab III.
C. Asbab Al-Nuzul
Surat al-'Alaq terdiri dari 19 ayat, termasuk kelompok surat-surat Makkiyah. Ayat
1 sampai dengan 5 termasuk ayat-ayat al-Qur'an yang pertama sekali diturunkan oleh
Allah kepada Nabi, yaitu pada waktu ia berkhalwat di Gua hira'. Surat itu tidak
diturunkao sekaligus di gua Hira', tetapi diturunkan dalam waktu yang berbeda. Ayat-ayat
7M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misblxib: Pesan, K11Sa11, dan Kesemsian a!Q111'an, ]11z'am111a, Oakarta: Lentera Hati, 2003), Vol. 15, Cet. 1, h. 391
25
berikutnya diturunkan sekitar tiga tahun kemudian sebagaimana akan dijelaskan berikut
mt.
1. Ayat 1-5
Menurut riwayat yang paling shahih bahwa ayat 1-5 ialah permulaan turunnya al-
Qur'an. Nabi pertama kali menerima lima ayat dari surat al-'Alaq ini ketika ia sedang
bertahannus8 di gua Hira'.9
Sebagai seorang yang tidak puas dengan kehidupan spiritual orang-orang di
sekelilingnya, Nabi Muhammad, sebelum masa kenabiannya, sering menjauhi
kehidupan ramai untuk menyendiri (merenung dan kontemplat.i), kadang-kadang
beserta keluarganya, ke Gua Hira'. Nabi menerima wahyu pertamanya di Gua itu.
Kebiasaan Nabi selama bertahun-tahun untuk menyepi di tempat tersebut mencapai
klimaksnya ketika ia tiba-tiba dibangunkan oleh suara yang menyuruhnya "Bacalah!".
Nabi menjawab "saya tidak dapat membaca". Perintah dan jawaban yang sama
berulang sampai tiga kali. Akhimya dalam nada yang lebih tinggi suara tersebut
mengajarkan lima ayat seperti yang terkandung dalam awal surat "al-'Alaq".
Dalam cuplikan sebuah riwayat yang masyhur bersumber dari sebuah hadits yang
shahih diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dengan redaksi dari
Imam Bukhari (dari 'Aisyah Ummu al-Mukminin) bahwa beliau berkata:
"Tahannus .(c!i....l:.:lll) artinya ibadah. Makna asalnya adalah ~ cl_;-.:i yaitu meninggalkan perbuatan dosa. Lihat Syeikh Muhammad Abdul Adzim al-Zarqan~ M011ahit al-'Uifan Ji 'U/11m al-Q11r'an, bul,, 1, Gaya Media Pratarna, 2002, cet. I, h. 93.
9Gua Hira' adalah sebuah tempat yang bersejarah dalarn proses kenabian MOJharnmad. Gua ini terletak di sebuah bukit ke arah Timur laut, tak jauh dari Makkah. Dan sekarang dikenal dengan sebutan Jabal an-NJ/r (Gunung Cahaya). Tun Penulis IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ensiklopedi Islam Indonesia, Djarnbatan, t.t., h. 323.
26
~ ~L.431 ~)JI ij-)1 ~ ~J ,~ .iu1 ~~I JJ-MJ 41 f.s~ LO Jjl
~L._sj '~~I 4! ;_ ~;. ~ ,~I .fo J;.. ~~ ;) l[jj 4.S'j.~ ~~ '~YJI ,.. ,.. "' ... ,,
... 0 ... ... ... ... (iJ ,. J. ..-: ,.. ... J
jl t_~ i.Jf J;j ,.)J.All .:;.tlj~ JQ.ll ~(.;.~!\ JA ,~ C· ~~j ~If" Jlli ~ ,.. ... ,.. ,.. ... ... ,.. ,.. ,..
J: .... .... 0 ,,, .,,, .... J ,,.
.} 'JAj J:l-1 o~~ .fo- ,~ ~jji;9 ~~JI~~~ .~1.U ~j:fo.j -UAI .... .... .... .... ,.. ,.. ,; .... .... ....,,. o,.... J.., i::i , J. ,.. ,,.,., o o "' oJ. ,,. "' ,,,. ,..
Uli ~ J ~ .iill ~ <1111 Jj:.) JIM . 1}1 : JIM ~I o~~ ,~If" J\i. ,.. ,,. ... ,... ....
i o ,,. ,.._., ,,.. ,.. GI .J ..., ..- ,.. ,.. ,.. ,,. ,,.. '-
• IY-Jl : Jl....Ai ~)I f ,¥.1 j.o tF- .fo- _;..L.;;-\9 : ..::.JI§ .'5 J\AiUILO : . ,,, ,,. ,,. ... ,.. ....
J. ... ,,. .... " ,.. ,,. ,.. ,.. ... ,..
{ , .... ~1-... 81.:>:J:-1 ~ tF- .fo- :i )l!ll_;l.619 _;.l,;:-\9 : Jl.i -'5JIA!Uil.A : Uli ,.. ... .... ,.. .... ,.. _ ...
,,. ,.. " (iJ ,.. " " i 0 ,,.. ... ,,. ,.. ,,. Ji-- Ll\!11 _;1.619 {3..i?-1.9 : J\j .'5 J\Ail.ill..o : Uli . 1}1 : JIM ,~)1 ... ,,. .... ... ,..
,.. a o ,,. ,.. ,,. ,.. ,.. .J .J ,.. ,,.
'·I ;',:. .LJI '• 1 ~ ' '1' ·1· ti:i., ,1~.· 1 • • '• '•.!..\ ~ ;,\; • "' - 4.S ~) ~ '"' _;--!.. ,_J """ • .s--) ('-" '•--y.- ,,,? C"' ,,. ,.. ,.. ... ,..
" ,.. 0 " ,,.,,.. 0 ..,, .,,.. 0 0 ,. i 0 ,.. ... " ,..
f W i:>CJ~I ~ .~~ ~ 4$.UI ·rJS''JI &.)j 1}1 .~ ::,.0 i:>t:..)~I ~ ,.. ... ,.. ~ ...
,.. ... ,.. J. ' ' J ,,, ,..
~ ~::w 0~1:µ ~~ ~ J ~ .ii11 ~ ~1 JJ:.) ~ &'J .~ ~· ,., J,,, ,.. J. J. ,.. A ,..
~~ Ji'- o)t>} ._;~) _;~) : JIM ~~'- <1111 ~) ~y ,. :1 ~~ ,.. ,.. -:; ,.. ,.. .... ...
.J. ...... ,,. I) ,.. ,.. ,.. " ,.. ,.. ,,. .......
a;.,;~ :.:.JIM .. .;f 1r. c 't.:.:. :Ill ";;:,11 l:.il'..:;:.1J' a.;.J..G;J JIM },J'"t1 ~ • ... l...S is-- .. ~ J• • .. ""- f ,.. ,,. ,.. ,.. ,.. 0 (iJ ,,. 0 J. ,., ,. .... ,.. ,.. ,,. " ' ;;:i ,..
~J <J-~ll ~J ,~JJI ~ &~ ~ 1Lif "111 i!.l!f'J I.A ~lj ,':).S'; ~ ... ... 0 0
(i.$'J~I 4/_JJ) J:l-1 '-:··ilJl JS- :;.J) ~("bl! 4.S )i) r)~I ,.. ... ... ,..
Artinya: "Y ah ya bin Bukair menceritakan kepada kami, dia berkata telah menceritakan kepada al-Lais dari 'Uqail dari Ibnu Shihab dari 'Urwah ibnu Zubair dari 'Aisyah Ummul Mukminin bahwa beliau berkata: "Wahyu yang pertama sekali diterima oleh Rasulullah saw adalah berupa mimpi yang baik dalam tidur. Maka beliau tidak melihat di dalam mimpi itu melainkan datang bagaikan cahaya subuh. Setelah itu beliau suka menyendiri. Beliau menyendiri di gua Hira' untuk beribadah beberapa malam di sana. Setelah itu beliau kembali ke rumah untuk mengambil bekal, lalu kembali lagi ke gua Hira' sampai datang kepadanya al-haq (kebenaran) ketika beliau masih berada di sana Tak lama berselang, datang malaikat (Jibril} seraya berkata kepadanya, "bacalah!", Rasulullah saw menjawab: "saya tidak bisa membaca". Perawi
27
mengatakan, bahwa untuk kedua kalinya malaikat (fibril) memegang Nabi d2'l menekan-nekannya hingga Nabi kepayahan, dan setelah itu dilep''Sk <ll, Malaikat (Jibril) berkata lagi padanya, "bacalah!" Nabi menjawab: "saya tidak bisa membaca", Perawi mengatakan, bahwa untuk ketiga kalinya malaikat (Jibril) memegang Nabi dan menekan-nekannya hingga beliau kepayahan, Kemudian melepaskanku dan berkata 'bacalah!" Nabi menjawab: "saya tidak bisa membaca", Lalu ia merangkul dan memelukku sampai aku kepayahan, kemudian melepaskanku ketiga kalinya, lalu ia berkata, "Bacalah dengan meriyebut nama Tuhanmu Yang menciptakan. IJia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu Maha Pi!murah. Yang mengaj~r manusia dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada thamlsia apa yang tidak diketahuinya". Setelah peristiwa yang mencekam di gua Hira' itu, Nabi pulang ke romah Khadijah dengan tubuh gemetar (ketakutan) dan penuh keringat, sehingga begitu sampai di romah, beliau meminta Khadijah untuk menyelimutinya Khadijah menenangkan beliau dengan kata-katanya yang menyejukkan. bahwa Allah tidak akan peroah mengecewakan kaiuu selama-lamanya Engkau akan menghubungkan silaturrahmi, memikul tanggung jawab, mengusahakan yang belum ada, memuliakan tamu, dan membela kebenaran, kemudian ia menyelimutinya dengan penuh kasih sayang", (H.R.Bukhari)10
Setda.'i beliau agak tenang, Khadijah mengajaknya menemui Waraqah bin Naufal
(paman Nabi). Khadijah menceritakan kejadian yang dialami suaminya, lalu Waraqah
menanyakan apa yang beliau lihat Nabi menceritakan semua kejadian yang terjadi
padanya di dalam gua Hira' itu, !alu Waraqah berkata, "Itulah malaikat yang
menuronkan wahyu kepada Nabi Musa. Aduhai andai saya masih perkasa, aduhai
andaikan saya masih hidup ketika anda diusir oleh kaummu". Nabi bertanya,
"Apakah mereka akan mengusirku?" Waraqah menjawab, "Ya. Tiada seorangpun
yang datang membawa ajaran seperti ajaranmu, melainkan diusir, dimusuhi, clan
seandainya saya masih hidup pada waktu itu, niscaya aku akan membantu, membela,
dan menolongmu dengan segala kemampuanku, dengan segenap jiwa dan ragaku."
10Imam Bukhari, Main al-Bukhari, (Singapura: Maktabah wa Mathba'ah Sulaiman Mar'if, juz I, t.t., h. 6-7. Selengkapnya, lihat pula Ahmad Mustafa al-Maraghi, T aftir al·Maraghi, Terj. Bahrun Abu Bakar, Le, (Semarang: CV.Taha Putra, 1980),Juz XXX, h. 344-45.
28.
Namun, tidak lama da,-1. kejadian itu Waragah menghembuskan napasnya yang
terakhir sebelum peristiwa yang mengenaskan itu terjadi.
Khadijah memainkan peranan penting dalam kehidupan Nabi sewaktu
Muhammad, sebelum masa kenabiannya, meningkatkan kegiatan peribadatan dengan
menyepi di Gua Hira', Khadijah selalu menyiapkan segala kepetluan Muhammad dan
bahkan sering mendampinginya. Andi! Khadijah sebagai istri Nabi yang besar bisa
juga dilihat dari upayanya meyakinkan Muhammad bahwa ia telah ditunjuk sebagai
Nabi Allah, baik secara pribadi maupun lewat tokoh-tokoh rohaniawan di Makkah.
Di samping itu, Khadijah menempati posisi sentral dalam mendt2ung usaha Nabi
menyebarkan ajaran-ajaran yang diterimanya, terutama lewat dukungan moral clan
sumbangan material. Oleh sebab itu tidak mengherankan jika Nabi benar-benar
menghadapi kesulitan clan terdesak sewaktu ditinggalkan secara berturut-turut oleh
Abu Thalib clan Khadijah pada 619 tak lama sebelum hijrah ke Madinah.11
Demikianlah, peristiwa penting awal yatig tetjadi di Gua Hira'. Pada bulan, yang
kemudian disebut Ramadhan, diyakini Nabi sebagai wahyu Allah pertama yang
dibawakan malaikat Jibril sepulartgnya dari Gua Hira'. Khadijah berupaya
meyakinkannya bahwa ia telah dipilih sebagai Rasul Allah untuk menyampaikan
wahyu yang diterimanya. Ia berupa rahmat Allah yang terbesar untuk umat manusia.
Memang, wahyu-wahyu yang kemudian diturunkan kepada Nabi tidak lagi
mengambil lokasi di Gua Hira'.
"E11siklopetfi Islam I11do11esia, op.dt h.536.
29
2. Ayat6-19
Ayat 6-19 ini berkenaan dengan AbuJahal, yaitu salah seorang paman Nabi yang
sangat menentang kerasulannya.
Dalam Kitab Shahih Muslim disebutkan sebagai berikut:
Jw :Jw o~.;a 13.i i:r- •rjt? 13.i .-r J..:.AI 13.i VI~ ..gr»- ,~i i:r-, :_J\.Q.9 ·~ .; =~ -'Ii y~ .Ht r.:t:1 ~ J ~A J..-A =~ y.t
• 6~ J :,, fa~JI ,~) ~ ~\.!:.~ .!.l.l.) ~ ~\) .:,r' .S .;-JIJ ..::.>~>\.!IJ
~ 4/_JJ)· •.. yl_rll d Artinya:
'Ubaidullah bin Mu'adz dan Muhammad bin Abdul A'la al-Qaysiy menceritakan kepada kami, mereka berkata: telah menceritakan kepada kami al-Mu'tanir dari ayahnya. Menceritakan kepadaku Nu'aim bin Abi Hind dari Abi Hazim, dari Abi I-Iurairah, beliau berkata: Abu Jahal berkata: "Apakah Muhammad meletakkan mukanya ke tanah (sujud) di hadapan kamu?" ketika itu orang membenarkannya.Selanjutnya Abu Jahal berkata: "Demi al-Latta clan al-'Uzza, sekiranya aku melihat dia sedang berbuat demikian, akan aku injak batang lehemya dan kubenamkan mukanya ke dalam tanah .... (Diriwayatkan oleh Imam Muslim yang bersumber dari Abu I-Iurairah dalam
Kitab Shahih Muslim, ~I ~I.; ui ·~ uL....."il u! :W~ "='L..,i, hadits no. 7010).
Di dalam Kitab Sunan at-Tirmidzi juga dikemukakan sebagai berikut.
J_o fa if ..l.:A 13.i VI _,JI_, i)>' _r~I J,)1,:.:- y.i W»- '~~I ~ y.i W»
:Jta9 Jf':" y.i ~\;:J ~ ~J ~ ,ili1 ~#.I :,,IS') :J\i I.)"~ V1)i)>'
ih1 J..P ~' J _ra.;19 y 1.u. i:r- <!.LSI r' y 1.u. i:r- <!.LSi ri y 1.u. i:r- <!.LSi ~1
l\i1 JJW ,~ _;S'I .)\.i'4 \,o ;. Id i.!.lil Jf':" y.i J\.Q.9 ,o].) ~ J ~ ,
30
4!.)U t.;,) _,! .ili1j '-"'~ .:r.! J~ { a;;l/)1 t~ ,~.)\J t~ }:JWJ :JJY , ,
('5..iA ..r'' "'J.J) &"-"' ~_;. ~ ~.I.?- JI! (iiil ~\.ij .v.b:-~ Artinya:
"Abu Sa'id al-Asyajj menceritakan kepada kami, telab menceritakan kepada kami Abu khalid al-Ahmar dari Dawud bin Abu Hind dari (Ikrimab dari) Jbnu 'Abbas, beliau berkata: "Ketika Nabi saw sedang salat, datanglab Abu Jabal dan berkata: "Bukankab aku telah melarangmu berbuat begini (salat)? (sebanyak tiga kali), Nabi saw menoleh kepadanya maka Nabi pun membentaknya, lalu Abu Jabal berkata lagi: "B ·1kankab engkau telab mengetahui bahwa di sini tidak ada orang yang lebih banyak pengiktltnya daripada aku". Maka Allah swt. menurunkan ayat
ini, 44Jll e .l.i..i •.1.:11; ~ ~ (silakan dia (Abu Jabal) memanggil golongannya untuk: menolongnya. Kami akan memanggil malaikat Zabaniyah). Maka Ibnu 'Abbas berkata: (demi Allah kalau jadi Abu Jahal berbuat demikian pasti dia akan dibinasakan oleh malaikat), menurut Tirmidzi hadits ini hasan sahili. (Diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi yang bersumber dari Ibnu 'Abbas, dalam Kitab Sunan at
Tirmidzi, i Jl S-""" 6:<.J : ~ hadits no. 34 7 5).
Dari kedua riwayat di atas nampak babwa ayat-ayat tersebut turun berkenaan
dengan perilaku Abu Jabal yang melarang Nabi dan pengikutnya untuk melakukan
salat karena sejak wahyu pertama turun, Abu Jahal i:idak menyenanginya dan
melarartg Nabi untuk berdakwah dan mengajak orang-orang masuk Islam.
Ayat ke-6 tneticeritakan tentai:!g sesuatu yang mertyebabkan seseorang menjack
angkuh dan sombong yakni merasa cukup dan tidak membutuhkan bantuan orang
lain. Hal ini terekam dengan jelas pada riwayat at-Titmidzi yang dikemukakan di atas,
yaitu ketika Abu Jahal mengatakan dengan sombong kepada Nabi tentang
kelompoknya yang sangat banyak dan besar. Pada ayat 15-18 Tuhan mengancam
orang yang menghalang-halangi orang yang hendak melakukan ibadab dan orang
yang merasa banyak pengikut, yaitu Abu Jabal. Jika ia tidak berhenti mengganggu
Nabi, Tuhan akan mencabut rohnya dari ubun-ubunnya. Selanjutnyil, Surat ini
31
ditutup dengan larangan mengik!lti perilaku Abu Jahal dan anjuran untuk bersujud
kepada Allah Swt.
Akan halnya sisa surat ini diturunkan kemudian, yaitu setelah tersiamya berita
kerasulan Muhammad, dan setelah beliau mengajak kaum Quraisy kepada keimanan
terhadap Allah sebagian mereka beriman kepadanya. Namnn sebagian besar mereka
merasa jengkel kepada mereka yang beriman sehingga tidak henti-hentinya menyakiti
mereka yang berupaya mengembalikan kaum mukmin kepada keingkaran atas
Nabinya dan apa yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya. Dan ayat-ayat 6-19 ini
turun berkenaan t'.e.11gan peristiwa tersebut.
BAB III
PENDIDIKAN DAN PEMBINAAN MENTAL PESERTA DIDIK
A. Pendidikan
1. Pengertian
Kati pendidikan bukanlah masalah barn karena pendidikan sudah ada sejak
manusia bernda di muka bumi. Hanya saja perwujudan dari pendidikan itu berbedacbeda
dari zaman ke zaman sejalan dengan perubahan tempat dan waktu. Dalam buku-buku
. ilinu pendidikan juga seringkali pengertian pendidikan didefinisikan orang berbeda-beda.
Ini karena pendidikan sebagai bahasan ilmiah sangat sulit untuk didefinisikan. Dan
karena saking sulitnya, Muhammad al-Naquib al-Atta>; mengatakan bahwa konferensi
intemasional pertama tentang pendidikan muslim (1977} temyata belum berhasil
menyusun suatu definisi pendidikan yang dapat disepakati oleh para ahli pendidikan
secara bulat.1
Sebelum mendefinisikan pengertian yang diberikan para ahli yang lain, ada
baiknya dilihat terlebih dahulu pengertiannya secara bahasa.
Dalam bahasa Indonesia kata pendidikan merupakan kata jadian yang berasal kata
didik yang diberi awalan pe dan akhiran an yang berarti proses pengubahan sikap dan
tatalaku seseorang atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia.2
1Muhammad al-Naquib al-Atras, Aims and Objectives of Islamic Ed11cation, Oeddah King Abdul Aziz Uni·.·ersity), 1979, h. 153.
2M. Anton Moeliono (Tim Penyusun) Kaums Be.ror Bahasa Indonesia, Oakarta: Balai Pustaka, 1988), Cet. I, h. 204.
33
Dalam Ensiklopedi Indonesia dinyatakan bahwa pendidikan adalah proses
membimbing manusia dari kebodohan menuju ke kecerahan pengetahuan.3
Dari pengertian etimologi di atas, dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa
pendidik:an merupakan proses mengubah keadaan anak didik dengan berbagai cara untuk
mempersiapkan masa depan yang baik baginya.
Literatur Inggris menyebut pendidikan dengan istilah ed11cation, yang berarti
memasukkan ilmu ke kepala seseorang. Sedangkan dalam literatur Arab setidaknya ada
tiga istilah yang biasa dipergunakan untuk menunjuk kepada konotasi pendidikan;
pertmna, tarbiyah. Ked11a, ta'lim. Ketiga, ta'dib.
Pertama, kata al-tarbiyah. Penggunaan kata al-tarbfyah berasal dari kata rabb. Kata
(Y J) rabb seakar dengan kata ( 4.~) tarbiyah atau pendidikan. Kata ini memiliki arti yang
berbeda-beda namun pada akhimya arti-arti itu mengacu kepada pembangunan,
peningkatan, ketinggian, kelebihan, serta perbaikan. Kata rabb rhaupun tarbiyah, berasal
dari kata (y.fi - ~J) rabii - yarbii yang dari segi pengertian kebahasaan adalah kelebihan.4
Dalam kaitan ini, an-Nahlawi berkata dengan merujuk Kamus Bahasa Arab
bahwa al-tarbiyah berasal dari tiga akar kata:
rabii - yarb11 =bertambah, tumbuh dan berkembang.
rabiya-yarba =menjadi besar.
3 Hasan Sadily (Pimp. Redaksl), E11sik!opedi I11do11eJia, Oakarta: lchtiar Baru -Van Hoeve, t.th.),Jilid v, h. 26-27. .
4M. Quraish Shih>b, Taftir a!-Mishbab: Pe.ran, Kuan dan Ifoerasfan a!-Q111'1111, Juz'amma, Oakarta: Lentera Hati, 2003), vol. 15, Cet. 1, h. 394.
34
Rabba-yambb11=memperbaiki, mengurusi kepentingan, mengatur, menjaga, clan
memperhatikan. 5
Penggunaan term tarbiyah untuk menunjuk makna pendidikan Islam dapat
dipahami dengan merujuk kalam Allah swt.:
Kata rabb apabila berdiri sendiri maka yang dimaksud adalah "Tuhan" yang
tentunya antara lain karena Dialah yang melakukan tarbiyah (pendidikan) yang pada
hakikatnya adalah pengembangan, peningkatan serta perbaikan makhluk ciptaan-Nya. 6
Dalam firman Allah yang lain, adalah:
Aict.Lqya: " ... ya Tuhan kasihanilah keduanya (orang tua) sebagaimaca keduanya tclah mendidikku semenjak aim kecil". (QS. Al-Isra': 24)
Demikian pula kata rabb sebagaimana yang terdapat dalam surat al-Fatihah
mempunyai kandungan makna yang berkonotasi dengan kata al-tarbiyah, sebab kata rabb
(fuhan) dan 11111rabbi (pendidik) berasal dari akar kata yang sama. Berdasarkan ha! ini,
maka Allah adalah pendidik yang Maha Agung bagi seluruh alam semesta.
Kedua, kata af-ta'!im. Al-ta'!im ( ~ ) ini merupakan akar kata dari kata 'a/lama
( ~· ),y1t'a/!im11 ( is !:.; ). Kata~ berarti memberikan pelajaran, pengetahuan, dan
5.'\.bdur-Rahman an-Nahlawi, Usbtf/ a/-Tarb!Jab al-Islam!Jab wa Ara!ibtfba, (Diterj.) Shihabuddin, Pendidikan di Ri1mab, Seko!ab, dan MtJ[Jarakat, Jakarta: Gema Insani Press, 1983, Cet. II, h. 20.
6M. Quraish Shihab, op.di., h. 395.
35
sebagainya. Dalam khazanah Islam, kata ini sudah maklum dan masyhur karena sudah
sering digunakan sejak Nabi Muhammad saw. sampai sekarang. Di dalam Al-Qur'an kata
~ dalam berbagai bentuk perubahannya ditemukan sekitar 36 buah yang tersebar dalam
beberapa surat, seperti yang termaktub dalam Surat al-'Alaq ayat 3:
Artinya: Dia mengajar manusia apa yang belum diketahuinya.
Menurut Erwati Aziz, kata ~ yang terdapat dalam surat tersebut lebih mengacu
kepada konotasi pemberian pengetahuan, kecerdasan, keterampilan dan sebagainya,
seperti yang telihat pada ayat-ayat yang telah dinukilkan di atas.7
Dalam Surat Al-Baqarah ayat 31:
,... i:i..- ,... ,... t ...
415' ~L..:,..~1 r~' ~1 Artinya: Dan Allah telah mengajar Adam nama-nama benda semuanya.
Demikian pula dalam Surat An-Nam! ayat 16:
Artinya: Sulaiman berkata: Hai manusia! Telah diajarkan kepada kami pengertian bunyi burung.
Adapun kata ta'lim ( ei J''i ) . merupakan bentuk masdamya. Al-ta'lim ini
penggunaannya lebih bersifat universal dibanding dengan al-tarbfyab maupun al-ta'dib.
Argumentasinya didasarkan dengan merujuk pada firman Allah Swt., yang berbunyi:
7Etwati Aziz, Prit1sip-Pri11sip Pe11didikan Islam, SoJo : Tiga Seranekai Pustaka Nfandiri, 2003, Cet. I, h.24.
36
Artinya: "Sebagaimana kami telah mengutus kepadamu rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat kami kepada kamu, mensucikan kamu dan mengajai:kan kepadamu al-kitab dan hikmah (as-sunnah), serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui". (Q.S. al-Baqarah: 151)
Kalimat wa y1/atfim11 krm al-kitab wa al-hikmah dalam ayat tersebut menjelaskan
tentang aktivitas Rasulullah mengajarkan tilaivat al-Q11ran kepada kaum muslimin.
Kata mensucikan pada ayat tersebut, menurut penjelasan yang diberikan oleh
Qnraish Shihab, dapat diidentikkan dengan mendidik, sedangkan mengajar tidak lain
kecuali mengisi benal{ peserta didik dengan pengetahuan yang berkait.'111 dengan alam
metafisika serta fisika. 8
Ketiga, istilah untuk pendidikan adalah al-ta'dib. Kata ini tidak dijumpai dalam al-
Qur'an, melainkan dalam hadits Nabiyang berbunyi:
Artinya: "Aku (Muhammad) telah dididik oleh Tuhanku, dan Dia mendidikku dengan didikan yang terbaik".
Kata addaba dalam hadits di atas dimaknai al-Attas sebagai "mendidik", dia
mengutarakan bahwa pendidikan itu mempakan pengenalan dan pengakuan y~g
ditanamkan secara berangsur-angsur ke dalam diri manusia tentang keberadaan segala
8M. Quraish Shiliab, Memb11mikan a/Qur'an, (Bandung: Mizan, 1992), Cet. 1, h. 172.
38
1. Dr. A 1; Asyraf; Menurutoya pendidikan adalah sebuah aktivitas yang memiliki
maksud tertentu yang diarahkan untuk mengembangkan inchvidu sepenuhnya.13
2. Prof. H.M. Arifin M.Ed. mendefinisikan pendidikan sebagai usaha orang dewasa
untuk membimbing dan mengembangkan kepribadian serta kemampuan dasar
peserta didik, baik dari bentuk pendidikan formal, informal maupun nonformal. 14
3. Ahmad D. Marimba, seorang pakar ftlsafat pendidikan berpendapat bahwa
pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara ,:adar oleh si pendidik terhadap
perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang
utama.15
4. Omar Mohammad al-Syaebany mengemukakan bahwa pendidikan merupakan
proses mengubah perilaku anak didik agar menjadi manusia yang mampu bahagia
dalam alam sekitar melalui proses.16 Yang menurutJohn Dewey adalah proses tanpa
akhir (Education is the process without end). 17
Dari beberapa pendapat ini dapat ditarik kesimpulan bahwa, pada dasarnya
mereka memberi definisi yang sama tentang arti pendidikan dan yang membedakan
hanyalah redaksinya.
Berkaitan dengan itu, Ahmad Tafsir menjelaskan bahwa pedidikan itu ada yang
dalam arti luas ada pula yang dalam arti sempit. Dalam arti yang luas, ia mengatakan
bahwa pendidikan itu menyangkut seluruh pengalaman peserta didik, baik
13Ali Asyrat~ Horison Bam Dalam Pe111fidikan Islam, Qakarta: Pustaka Firdaus, 1989), Cet.1, h.1 14H.M. Arifin, H11b1111ga11 Timbal Batik Pendidikan Agama di Lingk1111ga11 Sekolah dan Kel11mga, Qakarta:
Bulan Bintang, t.t.), Cet. II, h. 14.
19. 15 Al1mad D. Marimba, Pe11ga11/ar Fi!sefat Pendidikan Islam, (Bandung: al-Ma'arif, 1986), Cet. VIII, h.
16H.M. Arifin, Dasar-dasar Pendidikan, Qakarta: UT, 1991), h. 40. 11lbid.
39
pengalamannya dengan pendidik, orang tua, teman sepermaman maupun ywg
diperolehnya dari alam lingkungan selain manusia, seperti hewan (dalam arti sempit,
pendidikan hanya sekadar pengajaran di sekolah).18 Selanjutnya, ia mengemukakan bahwa
pendidikan itu tidak hanya diterima oleh seseorang dari pendidik yang melakukannya
secara sadar, tetapi dapat pula diperoleh dari pengalamannya sendiri, baik yang disadari
maupun tidak. Pendapat ini, tepat sekali dengan bunyi pepatah kuno: ''pengalaman it11
mempakan gum yang paling baik". Jadi, dalam pengertian !ms, pendidikan adalah
pengembangan pribadi dalam semua aspeknya, yaitu mencakup jasmani, akai~ dan hati,
baik oleh diri sendiri, lingkungan, maupun oleh orang lain. 19
Pada titik ini, tepat apa yang dikemukakan oleh Ahmad Tafsir, bahwa semua
(mungkin semua) buku pendidikan mengambil definisi pendidikan dalam arti sempit.
Seperti Ahmad D. Marimba yang telah disebut di atas, tergambar babwa ia membatasi
pendidikan pada apa yang dilakukan pendidik. Akibatnya, hal-hal yang diperoleh peserta
didik dari pengalamannya sendiri atau diperolehnya dari interaksinya dengan alam
lingkungan tidak dapat dikategorikan ke dalam lingkup pendidikan. Begitu pula dengan
usaha yang dilakukannya sendiri untuk mengembangkan potensi dirinya. Jadi dengan arti
kata, pendidikan menjadi amat terbatas pada sesuatu yang formal.
Adapun menurut hemat penulis, terlepas dari pengertian sempit dan luas, yang
jelas pen<lidikan adalah suatu proses interaksi yang terjadi antara seseorang derigan
lingku.1gan sekitarnya dan berlangsung sepac.jang hayatnya. Pendidikan juga merupakan
18Ahmad Tafsir, I/o111 Pendidikan Dahm Perspektif Islam, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 1994), Cet. Ke-2, h. 25.
19Jbid., h. 26.
40
latihan mental, mor'.11 dan fisik yang menghasilkan manusia (peserta didik) berbudaya
tinggi untuk melaksanakan tugas kewajiban dan tanggung jawabnya dalam masyarakat
selaku hamba AJlah. Dan usaha kependidikan bagi manusia menyerupai makanan yang
berfungsi memberikan vitamin bagi pertumbuhan manusia supaya tumbuh sebagai
makhluk yang sehat, baik fisiknya Gasmaniab) dan mentalnya (rohaniah).
Dari sinilah kemudian, pendidikan yang berfungsi memberikan vitamin bagi
pertumbuhan manusia (peserta didik) itu menjadi sangat penting diperhatikan.
2. Tujuan Pendidikan
Berkaitan dengan tujuan pendidikan, secara implisit agaknya sudah tergambar
dalam pembahasan terdahulu mengenai defmisi pendidikan bahwa tujuan pendidikan
Islam adalah suatu upaya paedagogis agar peserta didik mempelajari dan mengamalkan
ajaran Islam. Akan tetapi untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas diperlukan
penelusuran pendapat beberapa orang tokoh muslim yang ahli atau yang pernah
berbicara mengenai pendidikan Islam.
Secara umum, Ahmad D. Marimba menjelaskan bahwa tujuan pendidikan dapat
dibedakan menjadi dua: tu;i1an sementara dan t11j11an akhir. Namun, sebelum menguraikan
tujuan pendidikan tersebut perlu ditegaskan lebih dahulu bahwa yang dimaksud dengan
tujuan di sini ialah tujuan akhir dari semua aktivitas pendidikan, bukan target dari
pengajaran suatu materi kurikulum yang sifatnya sementara. Target semacam itu ::idak
perlu ditegaskan di dalam al-Qur'an, cukup diatur oleh manusia sesuai dengan kebutuhan
dan kondisi masing-masing. Mengenai tujuan akhir, perlu penegasan yang konkret dari
41 .
Kitab Suci agar pendidikan tersebut dapat terarah kepada sasaran yang dituju secara tepat
dan jitu.
Sementara itu, H.M. Arifin dalam bukunya Filsafat Pendidikan Islam menyatakan
bahwa tujuan pendidikan terletak dalam realiasasi sikap penyerahan diri sepenuhnya
kepada Allah, baik secara perorangan, masyarakat maupun sebagai umat manusia
keseluruhannya. 20
Senada dengan pendapat di atas, Hasan Langgulung mengatakan bahwa berbicara
soal tujuan pendidikan berarti berbicara soal tujuan hidup manusia. Pendapatnya ini
didasarkan pada suatu prinsip bahwa pendidikan hanyalah suatu al:..t yang digunakan oleh
manusia untuk dapat memelihara kelanjutan hidupnya (survival), baik sebagai indiviclu
b . ak 21 maupun se agai anggota masyar at.
Demikian pula dengan "rekomendasi Umum Konferensi Pendidikan Muslim
yang Pertama" di dalam Horison Barn Pendidikan Islam merekomendasikan tujuan
pendidikan muslim sebagai perwujudan ketundukan yang sempuma kepada Allah, baik
secara pribadi, komunitas maupun seluruh umat manusia.22
Dalam Kitab Suci al-Qur'an telah diungkapkan bahwa perintah "bacalah" pada
ayat pertama surat al-'Alaq berarti berfikirlah secara teratur (sistematik) terarah dalam
mempelajari firman-Nya dan ciptaan-Nya. Ini langsung diikuti clengan menyebut nama
Allah swt. bukan nama yang lain. Pola susunan seperti ini memberikan petunjuk bahwa
tujuan belajar (menuntut ilmu pengetahuan) itu hanya semata-mata karena
20H.M.Arifin, Fi!safat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1994, Cet. IV, h. 41. 211-Iasan Langgulung, Asar-Asar Pendidikan Ir/am, Gakarta: Pustaka al-Husna, 1%7), Cet.im, h. 305. 22Llhat lampiran D, Ali Ashraf, Horison Bam Pendidikan Islam, Terj. Sori Siregar, t.tp., Gal=ta:
Pustaka Firdaus, 1991), Cet. II, h. 107.
42
mengharapkan keridaan Allah swt, Lil!ohi Ta'a!o, bukan yang lain. Semua p'Ckerjaan
dimulai dengan niat ikhlas dan hanya mengharapkan rida Allah semata merupakan ibadah
yang tak ternilai harganya. Jika demikian, tujuan pendidikan yang dicanangkan dalam ayat
ini adalah beribadah, yaitu mengabdikan diri kepada Allah swt.
Sehubungan dengan ha! ini, Quraish Shihab mengatakan bahwa penggunaan kata
rabb dclam ayat tersebur dan ayat-ayat semacamnya dimaksudkan untuk menjadi dasar
perintah mengikhlaskan diri kepada-Nya, sambil menunjukkan kewajaran-Nya untuk
disembah dan ditaati.23
Dalam Surat Adz-Dz~riyaat ayat 56 juga diungkapkan bahwa tujuan pendidikan
ini tidak tetlepas dari tujuan Allah menciptakan manusia, yaitu "tidak Akt1 ciptakan Jin dan
mant1sia keC11ali 1mt11k beribadah kepada-Ki/'.
Dengan demikian, tujuan pendidikan di dalam surat al-'Alaq adalah menyiapkan
manusia untuk berlbadah kepada AllaH Swt. Apapun materi yang diajarkan clan cad
apapun yang ditempuh untuk rtiengajarkannya, tujuannya hartya satu, yaitu untuk
mengharapkan rida Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya. Dehgan ungkapan lain,
meletakkan Tuhan sebagai tujuan sentral dalam pendidikan.
B. Peranan Pendidikan Dalam Pembinaan Mental Peserta Didik
Untuk selanjutnya, kita beralih kepada pembahasan mengenai peranan
pendidikan dalam pembinaan mental peserta didik.
23M.Quraish Shihab,Tafsiral-Mithbah, op.dL, h. 395.
43
1. Pembinaan Mental Peserta Didik
Untuk melangkah ke masalah pembinaan mental peserta didik, ada dua istilah
yang perlu dijelaskan, yang jika dipisahkan mengandung arti yang berbeda. Pertama
adalah kata pembinaan itu sendiri, yang berasal dari kata "bina" yang bermakna bangun,
bangunan. Kemudian mendapat awalan ke dan akhiran an menjadi "pembinaan" yang
mempunyai arti: pembangunan, pembaharuan.24 Dengan demikian pembinaan dapat juga
diartikan sebagai suatu usaha yang ditempuh untuk perbaikan.
Adapun istilah yang kedua adalah kata mental. kata mental, secara kongkrit
tidaklah dapat 0ib:etahui. Karena "mental sangat erat hubungannya dengan jiwa, batin
dan watak manusia, yang bukan bersifat badan atau tenaga".25 Arau keadaan batin (yang
mengenai batin), cara berfikir dan berperasaan; yang mengenai jiwa; perasaan hati, dan
sebagainya.26
Bebetapa contoh dapat menjelaskart ha! ini:
a. Bukan hanya pembangunan fisik yang diperhatikan, melainkan juga pembangunan
mental, atau joga
b. Pendidikan sangat efektif dalam membitla mental dan perilaku seseorang.
c. Begitu pun para ahli psikolog Islami sering menjelaskan "di dalam al-Qur'an banyak
ditemui ayat-ayat yang berhuburlgan dengan ketenangan dan kebahagiaan jiwa
sebagai ha! yang prinsipil dalam kesehatan mental'.
24W.J.S. Poerwadarminta, Kan11/f U11111?J1 Bahasa l11do11esia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976), h. 141. 25Depdikbud, Kmn11s Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), cet.1, h. 53. 26W.J.S. Poerwadarminta, op.cit, h. 645.
44
Arti kata mental seperti ymg tersebut di atas, baik dalam masyarakat dalam hidup
sehari-hari maupun dalam bidang psikologi kira-kira sama. Beberapa ahli psikologi
mengemukakan definisinya sebagai berikut:
a. Dalam Kamus Ilmu Jiwa dan Pendidikan, A. Mursal H.M. Taher mengatakan bahwa
mental adalah kepribadian yang merupakan kebulatan yang dinamik seseorang yang
tercermin dalam cita-cita, sikap dan perbuatannya.27
b. Kartini Kartono dan Jenny Andari menjelaskan bahwa perkataan "mental" berasal
dari kata Latin mens, mentis, yang mempunyai arti jiwa, nyawa, sukma, roh, semangat.28
c. Zakiah Daradjat mengemukakan bahwa mental adalah semua unsur jiwa termasuL •
fikiran, emosi dan perasaan yang dalam keseluruhan dan kebulatannya akan
menentukan corak laku, cara menghadapi suatu ha! yang menekan perasaan,
mengecewakan atau menggembirakan, menyenangkan dan sebagainya.29
Dengan demikian, dapat diambil kesirnpulan bahwa mental terdiri dari beberapa
unsur yaitu pikiran, sikap, perasaan, cita-cita dan sebagainya. Dan merupakan satu
kesatuan yang utuh (integral) yang terwujud dalam suatu bentuk kegiatan yang menjadi
gambaran jelas atau suasana yang sedang dialami seseorang. Meski secara kongkritnya
tidaklah dapat diketahui karena merupakan masalah jiwa, batin dan rohani namun untuk
memahaminya bisa dilihat dari gejala-gejalanya bilamana dia berinteraksi dengan
lingkungannya sehingga menirnbulkan tingkah laku individu dalam kehidupan sehari-hari.
TIA. Mursal H.M. Taher, dkk, Kanms Imm Jiwa da11 Pe11didika11, (Bandung: PT. Al-Ma'arif, 1976), h. 86.
"'Kartini Kartono dan Jenny Andari, f!Jgime Mental dan Keubatan Mental Dahm Islam, (Bandung: Mandar Maju, 1989), Cet. VI, h. 3. ·
'"'Zakiah Daradjat, Pendidikan Agama Dakm1 Pembinaan Mental, Gakarra: Gunung Agung, 1992); h. 38.
45
Lebih lanjut, bila kita merujuk kepada Kom11s llm11 ]iwa dan Pendidikan seperti yang telah
diungkapkan di atas, maka mental seseorang itu tercermin dalam sikapnya.
Berkaitan dengan "sikap'', W.J.S. Poerwadarminta dalam Komt/S Um11m Bahasa
Indonesia-nya menyebutkan bahwa sikap adalah perbuatan dan sebagai berdasar pendirian
pendapat atau keyakinan, misalnya menentukan hidup.30 Disisi lain "sikap" mempunyai
arti: "pemyataan yang berkembang atas dasar kehidupan batin seseorang yang menyertai
setiap pengalaman".31 Sikap tersebut berubah dan berkembang sesuai dengan
lingkungannya sehingga sikap tersebut diselidiki, dipelajari orang. Oleh karena itu
pentingnya arti bimbingan sikap ~>:tgi anak agar ia memiliki sikap-sikap yang sesuai
dengan ajaran Islam, cara-cara dan norma-rtorma yang berlaku di dalam lingkungartnya.
Maka, jika dipadukan antara pembinaan, sikap, dan mental menjadi "pembinaan
sikap mental" yang mengandung arti: membina, mengarahkan dan membimbing sikap
mental peserta didik sehingga dia mengalami keseimbangan mental, dapat menyesuaikan
diri dengan situasi tertentu yarig akhirnya dapat berproses menimbulkan sikap mental
yang tinggi atau mental yang sehrtt.
Sehat Metltal
Kesehatan mental adalah ha! yang berkenaan dengan kondisi mental yang sehat,
yang tidak sakit. Kata "kesehatan" berasal dari akar kata "sehat" yang mendapat awalan
30W.J.S. Poerwadaminta, Op. Cit., h. 944. 31Siti Mei Chari, Keseha/011 Men/a~ (Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM,
l 983), h. 32.
46
ke dan akhiran an yang berarti, dalam keadaan baik scgenap badan dan bagian-bagiannya
(bebas dari sakit), waras.32
Bila merujuk dari bahasa asalnya -bahasa Arab- yaitu salim, maka makna sehat
adalab "segar, tidak sakit, benar, selamat, memperbaiki kesalaban (sesuatu), selamat dari
aib".33
Jadi, secara fttghawi sehat adalab berupa jiwa atau batin yang segar, nyaman,
selamat tidak sakit, dan selamat dari aib. Untuk lebih jelasnya yang dimaksud kesehatan
mental di sini ialah sebagai berikut:
Abdul Azis El-Qussy merumuskan babwa:
Kesehatan mental ialah keserasian yang sempurna (integrasi) antara fungsi-fungsi jiwa yang bermacam-macam, disertai kemampuan untuk menghadapi kegoncangan-kegoncangan jiwa yang ringan, yang biasa terjadi pada orang, di samping secara positif dapat merasakan kebahagiaan dan kemampuan.34
Kalangan Psikiatri sebagairnana yang dikutip oleh Yusak Baharuddin
berpendapat bahwa kesehatan mental adalab terhindarnya seseorang dari gejala J1Wa
(psychosis) dan gejala penyakit jiwa (psychose).35 Dikatakan bermental sehat bila
seseorang terhindar dari gangguan dan penyakit jiwa, seperti adanya perasaan cemas
tanpa diketabui sebabnya, malas, hilangnya kegairahan bekerja pada diri seseorang.
Yusak Sendiri berkomentar babwa kesehatan mental adalab:
Pengetahuan dan perbuatan seseorang untuk mengembangkan potensi, bakat, dan pembawaan yang ada semaksimal mungkin, sehingga menyebabkan
32\V.J.S. Poerwadaminta.,Op.GL, h. 886. 33H. Muhammad Yunus, Kom11s Arab-!J1donesia, Qakarta: PT. Hidakarya Agung, 1989), h. 212 34Abd. Azis El-Qussy, Pokok-Pokok Kesebatall }iiia a/011 Mental, (Tetj) Zakiah Daradjat, Qakarta:
Bulan Bintang, 1974), Cet. II, jilid 1, h. 12. 35Yusak Baharuddin, Kesebatan Mental, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), Cet. I, h. JO.
47
kebahagiaan diri sendiri dan orang lain, serta terhindar dari gangguan dan penyakit jiwa.36
Batasan pengertian kesehatan mental yang dikemukakan di atas masih bersifat
terbatas clan sempit. Seperti pengertian kesehatan mental terbatas pacla absennya
seseorang clari gangguan clan penyakit jiwa. Dengan pengertian ini kesehatan mental itu
hanya diperuntukkan bagi orang yang terganggu dan berpenyakit jiwa saja, clan ticlak
cliperlukan bagi setiap orang pacla umumnya.
Djalalucldin clan Ramayulis merumuskan kesehatan mental clalam pengertia."1 yang
luas clengan memasukkan aspek agama di clalamya seperti berikut ini.
Kesehatan mental aclalah terwujuclnya keserasian yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi kejiwaan clan terciptanya penyesuaian cliri antara manusia clenga."1 dirinya sendiri clan lingkungannya, berlanclaskan keimanan clan ketah.·waan, serta be1tujuan untuk mencapai hiclup yang bermakna clan bahagia di clunia clan di akhirat.37
Dengan demikian, mental yang sehat itu mempunyai ciri-ciri:
1) Unsur-unsur kejiwaannya berfungsi secara harmonis dan serasi sehingga manusia
(peserta clidik) clapat mencapai kesehatan lahir clan batin, jasmani clan rohani clan
terhinclar clari pertentangan batin, kegoncangan jiwa, kebirnbangan clan keragua-
raguan, serta tekanan perasaan clalam menghaclapi berbagai clorongan clan keinginan.
2) Memiliki kemampuan beraclaptasi clengan lingkungan sosialnya.
3) Memiliki tujuan hiclup yang berlanclaskan keimanan clan ketakwaan.
4) Memiiiki unsur-unsur kepribaclian, yaitu sifat khas seseorang yang menyebabkan
seseorang mempunyai sifat yang berbecla clari orang Jainnya.
36Jbid., h. 11. . 37Djalaluddin dan Ramayulis, Pengantar I/nm Jiwa Agama, Qakarta: Kalam Mulia, 1998), Cet. IV, h.
77.
48
5) Jiwanya mampu mengkordinasikan segenap energt, potensi dirinya dengan
aktivitasnya.
Selanjutnya, untuk memperoleh mental yang sehat maka perlu dilakukan pembinaan
yang teratur dan kontinyu sejak dini hingga dewasa. Unsur yang paling penting dalam
pembiirnan mental seseorang adalah tauhid (agama). Betapapun kuat clan sehatnya tubuh
manusia (seperti pepatah olah raga," men sana in corpore sano" clalam tubuh yang sehat
terdapat jiwa yang kuat, baclan yang sehat menjadi penunjang utama mental yang sehat.
Badan yang sakitan, bisa menjadi awal tumbuhnya mental yang tidak sehat), disertai -
dengan aka!, ilmu pengetahuan, d:.11 harta yang banyak, ticlak akan membuat manusia
merasa puas clan bahagia tanpa disertai agama. Hanya agama yang ditanamkan sejak kecil
dan menyatu dalam kepribadian itulah yang membawa ketenteraman batin clan
kebahagiaan.
Untuk itu, pendidikan yang lanclasan utamanya a1aran Islam (al-Qur'an)
memegang peranan penting dalam pembinaan sikap mental peserta diclik, yaitu untuk
mencapai keharmonisan fungsi-fungsi jiwa yang ada pada peserta didik dan clapat menuju
kepada sehat mental atau mental health.
BAB IV
IMPLEMENTASI ASPEK-ASPEK PENDIDIKAN DALAM PEMBINAAN
MENTAL PESERTADIDIK
A. Aspek-Aspek Pendidikan Dalam Surat Al-'Alaq
Guna mencapai tujuan pendidikan tersebut di atas diperlukan usaha yang
diarahkan kepada pengembangan potensi yang dimiliki oleh manusia secara total, serasi,
seimbang dan selaras sehingga tenvujud manusia seutuhnya, yaitu potensi materialnya
dalam bentuk jasmani dan potensi immaterialnya dalam bentuk aka! dan jiwa. Berkaitan
dengan potensi-potensi yang disebutkan itu, al-Qur'an Surat Al-'Alaq ini dapat dijadikan
acuan untuk merumuskan kesimpulan bahwa manusia memiliki potensi jiwa, yaitu
kekuatan yang tidak terlihat dan tidak diketahui esensi dan cara kerjanya; ia adalah ~lat
untuk mengadakan kontak dengan Tuhan. 1Potensi berikutnya yang dimiliki manusia
adalah potensi aka/, yang merupakan salah satu kekuatan manusia yang paling besar dan
merupakan anugerah Tuhan yang tidak dapat dinilai harganya dengan apapun. Potensi
ketiga yang dimiliki manusia adalah potensi jasmani.
Potensi-potensi tersebut di samping sebagai alat yang menghubungkan
pengetahuan atau informasi dari luar ke dalam diri manusia, juga sekaligus merupakan
objek yang harus diisi dengan materi-materi pendidikan. Untuk itu, ada pendidikan yang
difokuskan kepada pembinaan rohani, antara lain pendid:lrnn tauhid, dan penanaman
nilai-nilai akhlak (pendidikan akhlak). Dalam hubungannya dengan potensi aka!, maim
1Muhammad Quthb, Sistem Pendidikan Islam, (terj.) M. Salman Harun, (Bandung: al-Ma'arit; 1984), Cet. I, h. 56.
50 '
pendidikan harus pula dirancang bagi pengembangan intelektual, dalam ha! ini yaitu
pendidikan aka!. Berkaitan dengan potensi jasmani, maka perlu adanya pendidikan
. . Jasman1.
Di dalam surat al-'Alaq memang tidak dijelaskan secara eksplisit tentang keempat
aspek pendidikan seperti yang telah dikemukakan di atas, tetapi secara implisit dapat
dipahami petunjuk-petunjuknya tentang ha! ini. Selanjutnya, bagaimana strntegi
pembinaan sikap :nental peserta didik menurut surat al- 'Alaq, materi apa yang seharusnya
diberikan dalam pembinaan · sikap mental peserta didik dan metode apa yang
· digunakannya akan diuraikan pada bahasan aspek-aspek pendidikan di dalam surat al-
'Alaq dan implementasinya dalam pendidikan berikut ini.
1. Aspek Pendidikan Tauhid
a. Pengertian Tauhid
Tauhid adalah prinsip utama dari semua a1aran Islam. Pengkajian ilmu
pengetahuan atau pendidikan Islam sebagai bagian dari ajaran Islam, pnns1p
utamanya juga tauhid. Prinsip ini pulalah yang diajarkan oleh seluruh rasul Allah sejak
diutusnya rasul pertama Adam as sampai dengan rasul yang pamungkas baginda rasul
Muhammad saw. "Bah1vasann)'a tzdak ada Tt1han melainkan Aku, maka sembahlah olebmt1
sekalian akan Akzi''. (al-Anbiya/17:25). Dalam ha! ini al-Qur'an menekankan ajaran
T 111vhid (Indonesia: tauhid), yakni pengakuan akan keesaan Tuhan. Pengakuan akan
keesaan T uh an itu tertuang dalam kalimat syahadat (tkrar ten tang keesaan Tuhan): Laa
ilaaha ilia Llah (tidak ada Tuhan selain Allah). '.i,;:...JS akar kata dari l~y'.l'.:.:F~-.9
berbentuk masdar, yang berarti mengesakan Allah. Dengan demikian, orang bertauhid
51
disebut mttwahid (orang yang meyakini keesaan Tuhan). Maksudnya ialah kepercayaan
Jan keyakinan bahwa Allah adalah Esa; Tunggal; Satu. Kepercayaan dan keyakinan
itu dipelihara baik-baik, diasah dan diasuh; dijadikan "t11j11an hid11p". Sehingga akhirnya
tidak lagi membelok kepada yang lain, dan tidak terbilang, tidak dua dan tidak pula
tiga, akan tetapi "haf!Ja Sat;/'.
Di sini kepercayaan tersebut mendapat salurannya yang wa1ar itulah dia
"ta11hid". Keesaan Kepercayaan, pemusatan kepercayaan. Bukan mencari-cari
kepercayaan dari luar sebab kepercayaan telah ada dalam diri. Kewajiban kita hanya
memelihara kepercayaan asli yang telah ada itu.
Dari ?engertian !ttghawi di atas, para ulama memberikan batasan tauhid, yaitu
pengakuan tentang keesaan Allah dengan sifat-sifat kesempumaan dan kebesaran
yang dirniliki-Nya.2
Jadi, dapat diambil suatu rumusan bahwa pendidikan yang dimaksud di sini
ialah menanamkan kesadaran dan keyakinan tauhid atau keesaan Allah Swt ke dalam
diri peserta didik. Selanjutnya, kita baca ayat pertama dari surat al-'Alaq yang
artinya:"Baca!ah atas nama "fi1hamn11yang Maha Pencipta". Ayat ini secara tidak langsung
merupakan penanaman akidah tauhid kepada peserta didik karena dia tidak mungkin
membaca atas nama Tuhan jika dia tidak meyakini dan mengakui eksistensi-Nya
terlebih dahulu. Oleh karena itu, secara implisit (mafh11m) ungkapan "Iqra'
bismirabbika" s~kaligus meminta lawan bicaranya (m11khatab) supaya mempunyai
keyakinan akan wujud Allah yang telah menciptakannya dari 'a!aq. Dengan demikian,
2Abdur Rahman Sa'adi, Kitab- al-Qmtl a!Jadid, (Surabaya; Bina Ilmu, t.t.), h. 14.
52
pendidikan tauhid merupakan pendidikan yang harus ditanamkan kepada peserta
didik sejak awal. Hal ini dapat dipahami dari isyarat yang terkandung di dalam ayat
terse but.
b. Tujuan Pendidikan Tauhid
Di lihat dari segi kandungan yang terdapat dalam surat al-'Alaq seperti yang telah
disebutkan di atas, bahwa isi surat tersebut terkait dengan problem aktual yang
dihadapi umat yang menjadi sebab umat jatuh ke dalam kehidupan Jahiliyah, maka
dapat diduga bahwa tujuan pendidikan tauhid yang ada di dalam wahyu pertama itu
agar menjadi gerakan awal bagi pembasmian keyakinan syirik yang berkembang pesa.
pada waktu itu, terutama di kalangan bangsa Arab Jahiliyah. Abuddin Nata
merumuskannya sebagai berikut, 1) mereka menyekutukan Tuhan (syirik), 2) mereka
tidak mengetahui tentang siapa dirinya dan apa tugas yang harus dilakukannya, dan 3)
mereka membiarkan dirinya berada dalam kebodohan.3
2. Aspek Pendidikan Akhlak
Ketidaktaatan orang-orang yang diberi kitab dan perbuatan Abu Jahal yang
menghina Nabi, dikarenakan mereka tidak memiliki akhlak yang baik. Pada bagian ini
penulis akan mencoba menguraikan permasalahan tersebut dengan beberapa
permasalahan di bawah ini.
3H. Abuddin Nata, Taftil•Tafiir Ayat-Ayat Pmdidikan: TajSir al-Ayat al-Tarbaw!J, (Jakarta: Raja Grafindo Pernada, 2002), Cet I, h. 40-41.
54
tertanam di dala.<n diri. Dengan kata lain, jika akhlak di dalam diri seseorang jelek,
akan lahirlah darinya tingkah laku, etiket atau moral yang jelek pula.6
Akhlak yang buruk bersumber dari penyakit yang disebut al-Qur'an dengan
terma maradl, ii jiq!ttbihim marad/:111 (QS. Al-Baqarah: 10). Dalam bahasa Arab, maradl
mengandung arti keadaan melampaui batas; batas ke atas (berlebihan) maupun batas
ke bawah (kekurangan). Orang yang mengidap penyakit melampaui batas ke atas
(berlebihan), misalnya takabbur dan dendam; sedangkan orang yang tidak percaya
diri atau kecil hati, takut, dan merasa dungu merupakan bentuk penyakit maradl
melampaui batas ke bawah (kekurangan).7
b. Tujuan Akhlak
Manusia tanpa akhlak akan hilang derajat kemanusiaannya sebagai makhluk
Tuhan, dan turun ke martabat hewani.
Hal ini senada dengan apa yang dikatakan oleh Al-Ghazali dalam bukunya
"M11kasyafat11l Q11!:1b" mengatakan bahwa :
Allah menciptakan makhluk terdiri atas tiga perkara. Allah menciptakan malaikat dan diberinya aka! dan ti<lak diberikannya elemen nafsu (syahwat). Allah menciptakan binatang tidak dilengkapi dengan aka!, akan tetapi hanya dilengkapi syahwat saja. Akan tetapi Allah menciptakan manusia (anak Adam) lengkap dengan elemen aka! dan syahwat (nafsu), maka barangsiapa yang nafsunya dapat mengalahkan akalnya maka hewan melata lebih baik dari manusia itu. Sebaliknya jika manusia itu dengan menggunakan akalnya dapat mengalahkan nafsunya, maka derajat manusia itu berada di atas malaikat. 8
Dengan demikian, dapatlah dipahami bahwa pribadi seseorang tidak punya
arti, kalau elemen akhlak karimahnya telah sirna dari dirinya. Begitu juga keluarga,
6Erwati Aziz, Op.Cit., h. 101. 7Achmad Mubarok, Op.Cit., h. 166. 8Ismail, Rira/ahAkblak, (Yogyakarta: C.V.Bina Usaha), 1984, Cet. I, h. 16.
oo,_,
masyarakat dan bangsa akan meng'llami proses kemerosotan dengan tidak terasa bila
budi luhur sudah pudar. Dengan adanya kemerosotan akhlak, maka akan terjadi
kekacauan dan kebobrokan, manusia tidak lagi menghormati dan mematuhi nilai-nilai
kesopanan.
Beberapa ungkapan mengatakan bahwa nilai suatu bangsa terletak pada
akhlak. Apabila akhlak mereka hancur, hilanglah (pamor) bangsa ini.
Betapa urgennya pendidikan akhlak diberikan kepada peserta didik. Kalau
akhlak yang baik (mahm11iiah) telab tertanam kokoh di dalam jiwa seseorang, mereka
tidak akan melakukan tingkah laku yang merusak, baik terhadap dirinya sendiri,
keluarga, masyarakat, maupun bangsa dan negaranya. Karena pendidikan akhlak amat
penting, Tuhan mengisyaratkan pendidikan tersebut pada surat al-'Alaq yang turun
pada periode pertama kerasulan Muhammad saw., yaitu pada ayat 6-10, bahkan pada
ayat 19 Tuhan melarang manusia untuk mengikuti perbuatan orang kafir, seperti Abu
Jahal. Di dalam ayat-ayat ini Tu4an menyebutkan akhlak jelek yang dimiliki oleh Abu
Jahal, yaitu angkuh, takabur (sombong), melampaui batas, atau bertindak sewenang
wenang karena merasa dirinya cukup, kaya, dan mempunyai banyak pendukung
(partisipan). Oleh karena itu, ia berani melarang Nabi melakukan salat, bahkan
mengancamnya. Ini merupakan akhlak yang tercela yang dilarang Allah swt. sehingga
secara tegas Allah melarang untuk mengikutinya.
Karena itu, Nabi Muhammad saw. menyatakan bahwa tujuan beliau diutus ke
muka bumi ini hanyalah untuk menyempurnakan akhlak yang luhur (=baik).
56
, , . 9 (..U-1 tJi_JJ) J~'.11 e::t:., (.1'.I ~ ,~! i:.31
Bcliau juga bcrsabda :
Artinya: "Tidak ada sesuatu yang lcbih berat dalam timbangan (amal) sescorang mukmin pada hari kiamat, melebihi akhlak yang luhur". (I-LR.Imam Tu1mudzi dari Abi Darda') 10
lh1lah tujuan pendidikan akhlak, tentunya tidak akan tcrlepas dari dasar yang
menjadi pedoman pendidikan akhlak, yaitu al-Qur'an dan hadits. Di dalam dasar
terscbut tcrdapat kcmana tujuan yang akan dicapai. dan secara gampang tuiuan akan
dicapai ialah terciptanya suatu pribadi dan masyarakat yang bcrakhlak Islam yaitu
berakhlak sesuai al-Qur'an clan hadits.
Tawadhu'
Salah satu dasar-dasar akhlak terpcnting adalah sifat tawadhu'. Kctika Allah
menjelaskan sifat dan keistimewaan hamba-hamba-Nya yang khusus, salah satu sifat
tcrpenting yang Allah terangkan adalah sifat tawadhu' atau rendah hati. "Dan hamba-
hamba T11han Ya!(g Maha Penyayang i/11 (ialah) orang-orang_yang be1jalan di alas b11mi dengan
m1dah hali dat1 apabila orang-orangjahil menyapa mereka, merek.a met1g11mpkan ka1a-lw!a_ya11g
baik" (al-furgan/25/juz 19: 63).
9"fmam Jalaluddin ,\bdurrahrnan Ibn Bakr :\s-Suyuthi, /-1!-Ja1lli'ash ShaghiirAli11 fladi/Ji! BaDiir.r111-Nadzji1; Terjemahan H. Nadjih 1\hjad, Te1jeT11ab a!jaT11i'ash Shaghier, (Surabaya: Bina llmu, 1995), Jilid ll, Cet. Ke-2, h. 160.
10.NI. Quraish Shihab, i\!len1b11n1ika11 a!Qur'an: 1:'/111gsi da11 Peran fr/a)!Y" Dalan1 Kehidupan LVlaryarakat, (Bandung: Mizan, 1996), Cet. XIX/19, h. 273.
57
i\knurur amt di mas, sifat pertama yang Allah sebutkan bagi hamba-hamba yang
khusus adaloh sikap lcmbut, rcnang, dan rcndah hati ketika mereka berjalan. ~'ebab,
cara bcrjalan bisa ja<li mcrupakan wujud batiniab scscorang. Orang yang tawa<lhu'
arau yang angkuh, dapat dilihat dari cara berjalannya, duduknya, dan cara berdiri
dengan orang lain. Oleh karena itu, ciri orang-orang takwa menurut imam Ali as.
salah satunya adalah sifat ta\vadhu1 mercka. Beliau berkata: "cara berjalan mereka
Dari uraian di atas tersirat bahwa sifat tawadhu' dilakukan berdasarkan ukuran.
Perlama, ukuran tawadbu' adalah dilakukrn semata-mata demi mengharap petunjuk
dan ridha Allah, clan haruslah karena Allah. Oleh kerena itu, sikap tawadhu' hanya
diperbolehkan di hadapan orang-orang mukmin dan tidak diperbolehkan di hadapan
orang-orang musyrik dan kafir. Ked11a, jika tawadhu' atau rendah hati a<lalah karena
keimanan dan ketakwaan seseorang, maka kekayaan, ke<lu<lukan, <lerajat seseorang
clan sebagainya tidak dapat dija<likan suatu ukuran tawadhu'. Dalam pandangan
Islam, orang yang tawa<lhu' di hadapan orang lain, itu sangat tercela dan hina.
Di dalam surat al-'/\laq, memang tidak dijelaskan tentang sikap tawadhu' int
melainkan penggambaran dari sikap kebalikannya, yaitu sombong. Seperti rasa dengki
yang dimiliki oleh orang kafir Quraisy Makkah dan Abu Jahal kepada Nabi
Muhammad disebabkan faktor ini, yakni mereka kagum kepada diri mcreka sendiri
sebagai orang kaya dan terhormat sccara susial sehing_"'1 mereka merasa Jebih pac'as
menjadi pemimpin (ayat 6 - 7), sementara Muhammad hanyalah seorang yatim dan
11Tim Akhlak, Et1ka Isla111: Dati Kesalehan lndivdiuaf J\1en1gi1 Kesaiehan Sosia!, (diterj. Dari -r1dabe fslaJJJ), (Jakarta: t.p., t.t.), Cet. I, h. 65.
58
miskin, yang mcnurnt mcrcka tidak layak menduduki jabatan pem1mpm. Dalam
pcrasaan scpcrti inilah mercka bcrandai-andai sekiranya \vahyu itu diturunkan kt11ada
salah saru tokoh dari dua ncgcri, i\fakkah arau Ta'if; bukan kcpada Muhammad; ha!
\ang menalikan kewenangan AJlah (QS. Az-Zukhruf/43/juz 25: 31 clan QS. AJ-
i\lu'minun/23/juz 18: 33).
Al-Qur'an surat al-Hijr/15/juz 14: 6-8 juga mcngisahkan bagaimana orang kafir
mcrcndahkan Nabi Muhammad karena status sosial Nabi yang tidak setara dengan
status sosial mcreka, schingga mereka menuntut agar rasul itu bukan orang iniskin
tempi malaikat.
Konsep takabbur clalam al-Qur'an berpusat pada konsep hubungan manusia
scbagai makhluk (yang kecil) clengan Tuhan sebagai Sang Pencipta (Yang Maha
llesar). Sikap rakabbur jika clihubungkan clengan Tuhan ticlak berkoootasi negatif,
karcna takabbur bagi Tuhan memang sesuai dengan kcbcnaran clan kenyataan. Olch
karcna itu, clalam wahyu pertama berisi pcnjelasan tentang AJlah clalam sifat dan
perbuatan-Nya , dan bahwa Dia adalah al-Khaliq (dzat Yang Maha Pencipta) scpcrti
pada surnt al-'Alaq ayat I yang bcrbunyi:
J\rtinya: 11 l)acalah clengan mcnycbut nama 'f'uhanmu Yang mcnciptakan 11
•
Dia aclalah al-Mutakabbir (clzat Yang mcmiliki kcagungan clan kekuasaan) seperti
yang tersebut clalam surat al-Hasyr/59/juz 28: 23 yang bcrbunyi:
59
" ;;;; ~ A
81.;Ji Cj/~'./! AJl';i -s..iJI ..:lli } , , ,
<rr:~0~J1
Adapun manusia yang mcmiJiki status sebagai hamba Allah pastilah tidak besar.
Oleh karena itu, sombong, membesarkan diri, atau takabbur yang ada pada manusia
mcrupakan sifat terccla dan tidak sesuai denwn kenyataan. 12
Puncak dari kesombongan adalah takabbllr (sombong) kepada Tuhan, yakni tidak
tunduk kepada perintah-Nya seperti kesombongan Iblis yang menolak menghormati
Adam, tersebut dalam firman-Nya yang berbunyi:
1-\rtinya: "Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah (menghormati dan memuliakan) kamu kepada 1\dam, "maka sujudlah mereka kccuali Iblis; ia cnggan dan takabbur dan adalah ia termasuk golongan orangorang kafir". (QS. Al-Bagarah/2/2: 34)
Dcngan demikian, kesombont,>an itu bilamana menolak menerima kcbcnaran dari
Allah dan menolak perimah-Nya, maka ia disebutkan kafir secara mutlak. Begitupun
haloya tcrhadap Rasul-rasul dengan tidak tunduk kcpada mcrcka, maka itu pun
berarti kafir secara mutlak.
Ke,r)mbongan manusia pada umumnya berhubungan dcngan status sosial ting_gi
yang dimiliki oleh mercka. Hal yang mcnycbabkan mcrcka memandang rendah orang
lain yang status sosialnya lebih rendah, tcrmasuk kepada Nabi dan Rasul yang berasal
121\chmad Mubarok, Op.Cit., h. 186.
60
'-'ari kalangan status sosial rcndah. Kesombongan 1ems inilah yang dimiliki oleh
l'ir'aun, (~arun, Haman 13 dan .-\bu Jahal, 1•1 kaum Nabi Saleh 15 serta kaum '1\d dan
'fsa1nud. 16
Sikap sombong seperti irulah yang harus dijauhi Jan ditinggalkan oleh manusia di
abad moderu sekarang ini.
Kebalikan dari takabh11r adalah lawadhu', atau rendah hati. Rendah hati berbeda
dengan rendah diri. Rendah diri merupakan sifat negatif, yaitu tidak percaya diri at:'.u
minder dalam pergaulan. Sedangkan rendah hati adalah sccara sadar merendahkan
dirinya di hadapan orang lain. Takabbur adalah merasa dirinya besar dan memandang
orang lain lebih rendah darinya. Seorang yang rendah hati senantiasa menghormati
orang lain, karena ia menyadari bahwa tidak ada manusia yang sempuma. Meski
seseorang nampak rendah (penampilannya) boleh jadi ia memiliki kelebihan yang
justru disembunyikannya dari penglihatan orang lain, semcntara orang rnng rendah
hati itu tahu persis kelemahan dirinya mcski orang lain boleh jadi tidak
mcngetahuinya.
Takabbur (merasa dirinya besar) hanyalah milik i\llah, karcna memang
sebenamyalah Tuhan itu Mahabesar dan mcrasa diri-Nya Besar. J\lanusia yang
merasa dirinya besar pastilah keliru, keliru memandang dirinya, di samping sebagai
wujud tidak tahu diri, senyatanya di atas orang kaya ada yang lebih kaya, di atas orang
pandai ada yang lebih paudai, di atD' orang kuat ada yang lebih !;uat, dan stterusnya.
13Surat al-Ankabut/ 29/juz 20: 39 dan QS. Al-Mu'minun/23/juz 18: 46. 14Surat al-'Alaq/96/juz 30: 6-7. 15Surat al-A'raf/7/juz 9: 75 dan 77. 16Surat al-Fusshilat/41/juz 24: 15 dan 17.
61
Akhlak ment,>ajarkan logika terbalik. Harangsiapa ingin terhormat, ia justru hams
mc1endahkan dirinya, tetapi barangsiapa mgtn terpuruk jatuh, silahkan
menyombongkan diri (man tmva dho'a rofa'a/;11/lah, 1vama1t tala1bbara
wadho'ah11/lah/hadis). Artinya, barangsiapa merendahkan dirinya, Allah akan
memuliakan derajatnya, dan barangsiapa menyombongkan dirinya, maka Allah akan
menjatuhkannya. Keharusan merendalikan diri ditujukan terhadap 'esama manusia,
apalagi terhadap Tnhan. Larangan takabbur juga terhadap sesama manusia, terlebih
lebih terhadap Tuhan. 17
Kisah tentang perilaku dan sikap tawadhu' para pemimpm dinukil dari sejarah
kehidupan Nabi bahwasanya sirah (teladan) amaliah Rasulullah saw merupakan
contoh ideal yang hidup dan sangat istimewa dalam hal bertawadhu', lemah lembut,
bersahaja, berakhlak mulia dan berlapang dada, sampai-sampai pada saat beliau
berjalan melewati anak-anak yang sedang bermain berhenti seraya mengucapkan
salam sembari melontarkan sebuah candaan. Nabi saw senantiasa melakukan ha!
seperti itu (hadis dari Anas bin Malik, diriwayatkan oleh Ml!ttafaq 'alaih). Anas bin
ivlalik r.a pernah berkata, bahwa diantara sikap tawadhu' Nabi saw terlihat ketika
seorang hamba sahaya wanita Madinah memegang tangan Nabi, lalu dia membawa
beliau ke mana saja yang dikehendakinya untuk memenuhi kebutuhannya (H.R.
Bukhari).
Sikap tawadhu' beliau tidak terhalang oleh karena kedudukannya sebagai Nabi,
pemegang kendali kepemimpinar. dan tidak juga kedudukannya yang ting_g;i.
17I\chmad Mubarok, Op.Ci!., h. 187-188.
62
R.asulullah sa\V. juga telah menan?mkan kcpada ji\va para sahabat s-ikap ta\vadhu1
\'ang clibangun di atas sikap toleransi clan kelembutan. Yaitu dengan memberikan
contoh Jant,>sung melalui kesediaannya menghadiri undangan orang-orang miskin
serra mcncrima hadiah mereka meskipun hadiah itu sedikit, sebagaimana yang
discbutkan dalam hadis yang cliriwayatkan oleh Imam Bukhari berikut ini:
"Seandainya aku cliundang untuk makan kaki atau lengan l:ambing, niscaya 1ku akan menghadirinya. Dan seandainya aku diberi hadiah kaki atau lengan kamb1ng niscaya ak11 akan menerimanya11
• (HR. 13ukhari) 18
Dikisahkan juga, bahwa pada sebuah perjalanan jauh, Rasul dan para sahabatnya
berhenti untuk makan siang. Mereka hendak memotong oeeokor domba clan
memanggangnya. Salah seorang sahabat berkata, "aku bagian yang memotong". Yang
lain mengatakan) 1'aku yang mengulitinya 11• Yang ketiga mengatakan, "aku bagian
yang memasak". Demikianlah secara tertib mereka memegang tanggung jawab
masing-masing ketika itu Rasul bersabda, "kalau begitu aku yang mengumpulkan
ranting dari padang pasir". Para sahabat secara screntak bcrkata, "ya Rasulullah, anda
tidak usah repot. Biarkan kami yang akan melakukan pekerjaan anda". Beliau berkata,
"aku tahu bahwa kalian akan melakukannya, tetapi Allah tidak menyukai hambanya
terlihat di tengah para pengikutnya, sambil membedakan dirinya dari yang lain clan
menganggap dirinya istimewa". Ketika itu Rasul pergi ke Padang Pasir dan
111engu1npulkan ranting kering secukupnya untuk memasak". 19
181\fuharninad J\li al-}lasyimi, Jati J)i1i .!\111s/in1, Qak-1rta: Pustaka al-K:Jutsar, 1999), Cet. I, h. 216. 1'erj. i\.fuhan1mad .r\bdul Ghaffar, judul as!i: ~Jahsfyatu a!-Alusli111 Ka111aa )7ash11 gh11ha a!-Isla»1fia!-Kitab1va alSJJ1111ah, (Beirut: D<ianil Basyair al-Islamiyah), Cet. \'.
19Tim Akhlak, Op.Cit., h. 68.
63
l)et,>-itu indah gambaran dari sifat ta\vadhu' ini dan begitu agung kemar!usiaan di
puncaknya yang paling tinggi.
3. Aspek Pendidikan Akal
Akal adalah daya berpikir yang terdapat dalam jiwa manusia; daya yang
mem;oeroleh pengetah.1an dengan memperhatikan alam sekitarnya. Akal menjadi faktor
urama yang menempatkan manusia pada kedudukan yang lebih mulia dibandingkan
makhluk Allah lainnya. Dengan akal manusia dapat mengembangkan ilmu pengetahuan
,_,~hingga terwujud kebudayaan.20
Islam membebankan umatnya menjadi orang-orang yang berpengetahuan,
mengetahui scgala sebab kemaslahatan dan jalan-jalan kemanfaatan, menyelami hakikat
hakikat alam, dapat meninjau dan menganalisa segala pengalaman yang telah didapati
oleh umat yang telah lalu, baik yang berhubungan dengan akidah dan ibadat, atau yang
berhubungan dengan muamalah, yakni hubungan ekonomi sosial kemasyarakatan.
Ayat yang paling pertama turunnya dari al-Qur'an, adalah dalil nyata bahwa
Tuhao menyuruh manusia membaca, kemudian langsung diikuti dengao informasi
tentang asal-usul manusia, yaitu dari al-'alaq. Dari dalil itu saja, cukup untuk menegaskan
bahwa Islam itu at,>ama ilmu dan agama akal. Islam menghendaki supaya umatnya pandai
mcmbaca kalam (termasuk membaca proses kejadian manusia) dan otaknya penuh
20 A Toto Suryana At; op.cit., h. 216.
64
dent,ran aneka rupa ilmu (pengetahuan). 21 Jadi, di <lalam surat ini pendidikan ak::il tatnpak
dorninan.
Pada ayat selanjutnya Tuhan meminta pendapat dengan menggunakan kata l.:'.i,ii)
yang terulang sebanyak 3 kali yaitu pada ayat 9, 11, dan 13.
1\kal itu sendiri dalam pengertian Islan1 bukanlah otak, tetapi daya berfikir yang
terdapat dalam jiwa m:·nusia.22 Pengertian serupa ini selaras dengan kcterangan yang
diberikan oleh al-Qur'an yang lebih menunjukkan kepada kreativitas atau kerja berfikir,
dan bukan pada mempermasalahkan substansi akal itu sendiri. Jadi, pendidikan akal di
sini ialah mcnuntun dan mengembangkan daya pikir rasional dan objektif.
4. Aspek Pendidikan Jasmani
1\spek pendidikan yang terakhir pada surat al-'J\laq terdapat pada ayat yang
terakhir, yaitu ayat 10 dan 19.
Manusia adalah makhluk dua dimensional, jasmani juga rohani. Keduanp s1Jing
tergantung satu sama lain, sehingga terkenallah pepatah latin "tnens sana in tXJtport sano",
dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat, dan sebaliknya jiwa yang sehat (akan
mclahirkan tubuh yang sehat. Pembinaan atau pendidikan pada aspek rohani telah
diuraikan di atas, sedangkan uraian tentang pembinaan atau pendidikan pada aspek
jasmani akan dipaparknn berikut ini.
21 ;\,[uhamm,id _Al-Ghazali, Kh11b1q11i 1\'111slin1, diterj. Oleh J-l.:\IohJ<._ifi1'I, _/'1.khlak J'tora11g Af11s!i1J1, (Semarang: Wicaksana, 1993), Cet. IV, h, 444-447.
22l1arun Nasurion, Cerat11ah 1'e11ta11g Kedudukan Akal Da!an1 Islam, Oakarta: Yayasan Idayu, 1982), h. 9.
65
Surat a!-'1\laq dari ayar 1 sampai dengan 19, memang tidak <lijelaskan sccara tegas
aan eksplisit tenrang pendidikan jasmani. Namun, kalau kita menggali lebih dalam lagi
atau sccara falsafi (/i!oso/i.1) maka kita akan melihat bahwa pada ayat 10 clan 19 terkandung
isyarat yan? berhubungan dcngan kesehatan dan kesegaran fisik manusia. Pada ayat ke-
10 J\llah menjelaskan tencang hamba yang melakukan solat dan ayat ke-19 perintah
untuk bersujud dan mendekatkan diri kepada-Nya (wasj11d waqlarib).
Kata sujud dari segi bahasa berarti kel11nd71kan dan kerendahan din; ia juga
digunakan dalam arti memmd11kkan kepa!a, juga dalam arti mengarahkan pandangan kepada
se.wa/11, tetapi pandangan yang mengandung kelesuan dan kelemahan. Puncak dari
ketundukan terse but tergambar pada "peletakan dahi di bumi", yang merupakan salah
satu bagian shalat.
Bahasa Arab sering kali menunjuk satu bagian tertentu guna menggambarkan
keselurnhan ang_t>;ota yang berkaitan dengan bagian itu. Bagian yang dipilih biasanya
mcrupakan bagian vang terpenting atau yang tcrmulia. Indra "mata" atau '\vajah" atau
"dahi" digunakan untuk mengi,>ambarkan totalitas manusia. Atas dasar tersebut
sementara ulama memahami arti s11;i1d pada ayat di atas sebagai seluruh rangkaian dari
ibadah shalat, karena peletakan dahi di bumi merupakan puncak pengejawantahan rasa
tunduk kepada Allah sebagaimana saat tersebut merupakan saat terdekat seseorang
kepada-Nya. Sebagian yang lain memahami perintah sujud dalam ayat ini sesuai dent,>an
pengertian awal yang diletakkan oleh bahasa yaitu tunduk, patuh yang discctai dengan
rasa kerendahan hati.
66
1\gaknva lcbih tcpat mcmahami rerintah sujud dalam surat al-'J\laq ini dalam arti
mdaksanakan shala!. Bukan saja karena kontcks ayat yang bcrkaitan dcngan larangan Abu
Jahal tcrhadap Nabi unruk mclakukan shalat, tetapi juga karcna pcrintah bcrikutnya yaitu
iqlC11ih yang dirangkaikan dengJn perintah sujud terscbut, telah mengg;ambarkan segala
bcntuk aktiviras manusia yang bermoti\•asi pendckatan diri kcpada Allah dan yang
tentunya tidak dapat tercapai ranpa adanya rasa ketundukan, kepatuhan yang disertai
dcngan rasa kcrcndahan diri tcrhadap-Nya.23
Kegiatan-kegiatan demikian merupakan gerakan anggota tubuh yang amat
bermanfaat untuk kcsehatwi manusia. Dr. R.H. Su'dan dalam bukunya "Al-Q11r'an dan
Pand11an Kesehatan MaJ)·t1rakat" mcngatakan bahwa:
Bagi keschatan jasmani besar sekali arti dan kepentin6>an salat. Karena gerakan salat penting untuk kcsehatan (senam kamar). Setiap gerakan dalam salat adalah sesuai dengan tuntunan ilmu kesehatan. lvlisalnya, sikap qiyt1m, mk11; i'iida~ s11;i1d, duduk jifsah, qa'dan, ift1iwy, lawam1k. Banyak penyakit jasmani yang dapat dicegah dengan sikap-sikap rersebut, seperti rematik, lumbago, spondylosis, spondiloartrosis, arthritis, ischias, ba'.vasir. Sikap-sikap tersebut sangat besar
c b . k h . . 24 man1aatnya agi Tese aran 1asmani.
Penclidikan jasmani seperti yang digambarkan di atas amat penting karena sesuai
dcngan fitrah 1nanusia yang terdiri atas dua unsur, yaitu rohani clan jasmani. Ibarat dua
sayap burung, dia tidak dapat terbang jika salah satu sayapnya rusak atau sakit. Begitu
juga dcngan manusia, dia tidak akan dapat meraih kebaikan, kecuali jika rohani dan
jasmaninya berfungsi dengan baik.
:z..•J\J. Quraish Shihab, 'fq{fi'" .;f.j1ishhah: Pesa11, Kesa111 da11 Keserasia11 al-._Q11r'a11, Juz'arnm;1, Qakarta: Lentcra Hati, 2003), vol. 15. Cet. ke-1, h. 417-418.
24 Uraian selcngkapnya mcngenai sikap-sikap di atas coba lihat, J-I. Su'dan A.'1.1)., Al-Q11r'a11 t!a11 Pa11d11u11KesehataJJ11;fa[yamkat, Qakarta: lYf. Dana Bhakti Prima Yasa, 1997}, h. 57.
67
Di samping itu, clalam salat clan sujucl manusia mengingat (clzikir) kepada 1\ llah
""·t. Zikir merupakan tcrapi dan obar untuk memperoleh kctenangan jiwa sebagaimana
ftrman-Nya di dalam QS. J\r-Ra'd ayat 28 yang berbunyi:
"Ornng-orang yang beriman dan hati mercka menjadi tenteram dengan berdzikir kepada J\.llab. lngatlah hanya dcngan berdzikir kepada Allah-lab hati menjadi tcntcram". (QS. Ar-Ra'd: 28)
Ayat ini merupakan janji £Wah bahwa dengan berdzikir hati akan mcnjadi tenang
dan renteram. Hati yang tenang dan tenteram tidak clisanksikan lagi dapat membuat
tubub menjadi sehat. Sebaliknrn, hati yang kacau, ge!isah, tidak tenang adalah penyebab
stres, padahal stres merupakan biang kelacli dari bermacam-macam penyakit..
Dengan berdzikir, pikiran clan hati menjadi tenang sehingga terhindar dari stres.
Dcn1,>an kata lain, berdzikir dapat mcnghindari berbagai penyakit sehingga kesehatan dan
kcbugaran tubuh tetap terjaga. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa dzikir dan salar
dapat menjaga kebugaran dan kesehatan tubuh serta ketentraman jiwa (batin). Pernyataan
ini dapat dijadikan bukti atas kebenaran firman Allah di dalam ayat yang dikutip di atas.
Dalam konteks ini dapat dipahami bahwa manusia secara fisik hams sehat untuk
melakukan ibadah itu (sa!ai) sebagaimana telah diuraikan sebelumnya. Lihatlah gcrakan-
gerakan salat, ia merupakan rukun fi'li (perbuatan), seperti bcrdiri tcgak lurus, ruku',
duduk, sujud, clan sebagainya. Semua pcrbuatan itu barus dilaksanakan dengan baik dan
sempuma (kh11sy11), kccuali dalam kondisi darurat, seperti sakit. Artinya, jika seseorang
melal,ukan salat, tctapi tidak mengerjakan cukun .fi'/i tersebut, salatnya tidak sah (batal).
Jika salatnya batal, dia diang_isap belum mcnunaikan kewajibannya sebagai muslim, dan di
akhirm kelak dia tetap dituntut atas ke!alaiannya itu.
68
Snrat al-1\nfal ayat 60 mcncgaskan bahwa i\llah lcbih mencintai orang mukmin
y;ing kuat kctitnbang orang mukmin yang lcmah,
1\ rtinya: "l)an siaplzanlah untuk mcnghadapi mercka kckuatan apa saja yang kamu sanggupi .. . 11
• ((~s. 1\l-1\nfal: 60)
Schubungan dcngan ha! ini, Dr. R.H. Su'dan mengcmukakan bahwa pendidikan
tidak boleh hanya mcngenai kccerdasan otak dan kchalusan budi pckerti tetapi badan
jasmanl pun harus bcrsama-sama dimajukan.25
Scbenarnya, tidak hanya 1badah salat sa1a yang berkaitan langsung dengan
kcsehatan manusia, puasa dan haji juga membutuhkan fisik yang sehat dan kuat, bahkan
unt11k melaksanakan haji dituntut fisik yang lebih prima karena ibadah tersebut
dilaksanakan dalam kondisi dan situasi yang sangat kcras. Di samping desak-desakan,
iklim dan cuacanya pun kadang-kadang tidak cocok dengan kondisi fisik jama'ah, apalagi
bagi mcrcka yang bclum tcrbiasa dengan iklim Timur Ten1.,>ah.
l'elaksanaan ibadah seperti yang digambarkan tcrsebut di atas, jclas
membutuhkan fisik yang schat dan kuat. Oleh karena itu, pendidikan jasmani mutlak
diperlukan agar umat dapat beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah dcngan lebih
baik dan scmpurna. Sccara logika, salat tidak akan khusyuk scmentara ada ang_isota badan
kita rnerintih dalnm kcsakitan. Begitu juga halnya berpuasa, sementara kita sedang sakit
maag. lni jclas tidak rnungkin dibkukan.
25 lbili
69
Dari kenyoraan di atas dapatlah di ambil sebuah kesimpulan bahwa pcndidikan
jasmani memang penting sekali unruk diberikan kepada pese1ta didik. Dengan demikian.
sangatlah bijaksana jika surat al-'Alaq yang turnn pada periode pertama mengisyaratkan
ke arah pendidikan jasmani. Ini sekaligus menjadi bukti riil, bahwa Islam sangat caff and
concern pada pendidikan jasmani.
B. Implementasi Aspek-Aspek Pendidikan
Sebagaimana dikemukakan pada bab terdahulu bahwa pendidikan merupakao
suatu proses r!lcngubah perilaku peserta didik agar menjadi maousia yang mampu
bahagia dalam alam sekitar melalui proses yang tanpa akhir (sepanjang hayat). Dalam
proses pendidikan itu ada beberapa masalah pokok arau unsur utama yang mesti ada,
yaitu peserta didik, pendidik, rujuan pendidikan, materi pendidikan, dan cara atau merode
pendidikan, serta alat pendidikan.
Di sampiog adanya uosur pokok pendidikao, dalam dunia pendidikan dikenal tiga
lingkunt,>an pendidikao, yaitu lingkungan keluarga, lingkun1,>ao sekolah dan lingkun1,>an
masyarakat. Selain itu, duoia peodiclikan juga membicarakan aspek-aspek pendiclikan,
seperti aspek peocliclikan akidah (peodidikao tauhid), pendidikan akal, pendidikan akhlak,
clan pendidikan jasmani.
Ketiga prinsip tersebut ditemukan di dalam surat al-'Alaq sebagaimana akan
diuraikan berikut ini.
70
Untuk memberikan bimbineon kepada pcserta diclik schingga scluruh aspck-
aspek pen<l-idikan yang tcr<lapat dalan1 surat al-'_,\laq ini berhasil dan sukscs_, maka kita
hams melihat beberapa unsur penring di atas.
1. Penclidik
Pendidik ialah orang yang melaksanakan tugas mendidik atau ora.qcr yanow , b
memberikan pendidikan dan pengajamn, baik dalam lingku.-,gan formal, in rormal
maupun nonfr'rmal. Pendidik ini mempakan fakror "bltman" kedua sesuclah tedidik.
\V'alaupun pandangan clari prinsip "teacher centered' pada umumnya, ticlak diterima, t•etapi
pendidik mempunyai peranan penring di dalam proses pendidikan. Sebab tac.pa pendidik
pendidikan tak mungkin dapat berlangsung."'
Di dalam ayat 4 dan 5 nampak clengan jelas bahwa penclidik pertama dan utama
adalah Allah clan yan3 diajari adalah manusia. Allahlah yang mengajar manusia menulis
dengan menggunakan qalam (pena). Allah bukan hanya penclidik manusia, tctapi
pcndidik selumh alam. Oleh karena itu, Dia clijuluki clengan Rabbltl 'a!amin.77
ivlenurur al-Maraghi, masalah pertama yang dilakukan Alla11 aclalah agar rasul-Nya
clapat membaca. Dia mengajari bcrbagai pcngetahuan kcpacla manusia. Dengan
pengctahuan ih1lah mereka berbeda dari binatang.28
Sesungguhnya Allah aclalah scbagai pendiclik sejati, manusia bcrtugas sebagai
pelaksana pendidikan mewakili Tuhan. Oleh karena ih1, profesi manusia sebagai penclidik
hams cliyakini sebagai tugas yang amat mulia karena dia mempakan pelaksana yang
26Nur Uhbiyati, !!1J111 J>e11rlirlikaJJ JJ/aJ?J, (Bandung: Pustaka Seria, 1997), cer. l, h. 7'! -73. 27Achmadi, lshn1 Sebagai f1aradig?J1a lbJ111 Pendidikan, Yogyak.1rta: Aditya l\fedia, 1992, cet.II, h. 16. 2SJ\J-maraghi, Tafttl·af-Mamgbi, t.tp. Dar ol-Fikr, jilid 10, h. 200.
71
langsung 1TIC\vakili J\llah Yang [\:{aha Suci dan rvlaha f\lulia. 'fu:~as scbagai pendidik
an1atlah suci dan bila ha! ini disadari o\ch para pendidik Jsiam=·1
1naka ia akan senantiasa
untuk bcrsikap jujur, ranpa pamrih, Jan hanya mengharnpbn rida Allah scmata (ikhlas).
Salah satu sikap mental yang dijadil;:an salah satu prinsip utama dalarn pendidikan
agar proses bclajar-mcngajar lebih mempunyai nilai-nilai ilahiyah yang tran~;cndental
daripada nil li-nilai dunia\viyah yang material adalah sikap ikh las.
Ikhlas
I)ius ,-\ l)artanto Jan i\L l)ahlan al-l~arry tncngartikan kata ikhlas dengan rela;
dengan tulus hati; rcla ~1_ati. 30
Kata ik/J!as mcnurut bahasa, bcrasal dari sh~~hah 1nc1.1hdar yang diambil <lari ji'il
»1ad~1y "t1khla.1J1t./'( ~I ) yang bcrarti scsuatu yang ber3ih dari campuran. 31 1)crbuatan
n1cn1bcrs-ihkan dan 1nc1nurnikan itu dinan1akan ikhlas. l·-irn1an r\llah di dalan1 Surat al-
Nahl ayat 66 111cnjclaskan "Ka1ni me111berin111 111it1Jt»I dari apa yanJ!, herada di dalc1111 pe111lf!)'ll
(htrllpa) s11su .J'cll{f!, her.rib an!ara !ahi dc111 darah )'tll{f!, 1J111dah di!elan ht{f!,i orat{_f!,-O!l.fl{~ .Yat~f!,
memi1111»111ya". Apabila suatu perbuatan bcrsih dari 1iya' clan ditujukan bagi Allah Swt.,
m:ika pcrbuatan itu dianggap murni (khalil).
Bcrdasarkan makna h(~hmvi di atas, maka ikhlas menurut al-Chazali adalah
mcmbcrsihkan niat dari sclain ;\llah dan bcrusaba mcndckatkan diri kcpada-Nya.·"
29I)ia aJ;.ilah ind1v1Ju yang 01.elaksanakan tindakan rncndiJik secan1 1sLirni Jalam satu situasi pendidikan lslam untuk n1cncapai tuiuan y;-tng diharapkan. J ,ihat, l)r::1. :-:ur Chbiyati, {)p.Cit., 73.
30Pius ;\J\trrantu d:in .\f. Dah!an al-B;1rry, Kan111s !hJJiah Pop11!er; (Sur.1bay~1: ~'\rkola, l 994), h. 241. 31 lma..-n al-(Jhazali, Ringkasan lk}'a 'Ul11?J11aldin, Qakarta: Pustaka j\mani, 1995), c:et. I, h. 316. 32£\fuhammad al-Ghaza!i, Kh11!11qul 1iJ11sii1J1, ditcri~mahkan oleh f-1. 1\fob. JUta 1i, 11kblaq .feorallg
:il1rs!in1. (Scrnarang: \Vicaksana, 1993), Cct. IV, h. 139.
T2
Jadi dapat kira pahmi bahwa ikhlas adalah perbuaran (amai) yang didasarkan aras
kcrclaan, ketulusan h:1ti atau kerelaan hati. l)cngan <lemikian, scscoe:1ng yang bcrbuat
dengan kerclaan arau kcrulusan hati irulah yang disebut ikhlas (mukhlis), tctapi kalau
1not1vas1nya arau tu1uannya <licampuri dengan maksud-maksud tcrtentu yang
dikehendaki, dia tidak dapat dikarabn seorang yang tulus. Seperti, berderma untuk
menarik simpati orang atau agar diangp;ap sebagai derma\van.
Rasulullah Saw bcrsabda:
,.. o..- .-- ,.. _, ,, A
~~~ ::ro ;- '.'.;..\:; ~ i} ~~jl .;};_.\ ::ro Y, ~'>';:.:11 JW .J\I ,. / ,.. ,, ,, ,.. ,.. ,..
J\rtinya: "1\llah 'l'a'ala bcrfirman: "ikhlas mcrupakan rahasia di antara rahasia-rahasia-Ku, Alm titipkan dia di dalam hari orang yang aku sukai di antara hamba-hamba-Ku" (lladi1sQ11d.1i, diriwayarkan oleh al-Hasan).
Jclas dan secarn tcgas dikatakan bahwa ikhlas hanya dikctahui oleh 1\llah Swt.
jadi, tidak ada yang tahu, rcnnasuk para malaikat, apakah scseorang bcrbuat dcngan
ikhlas atau tidak. Dcngan demikian, hadits di atas membcrikan gambaran kepada kita
bahwa ikhlas merupakan kontak Jangsung dcngan Allah dan lepas dari minat atau
kcuntungan-keuntungan <lunia\vi dan scbagainya.
Perhatikan sckali lagi ungkapan '4>,; ~4 i)I. Pemakaian kata a..,i,; r-""4 dan
pcnempatannya lan;.,,,;ung sesudah i~I, ini memberikan indikasi bahwa bacaan itu harus
berkaitan langsung dcngan Tuhan. Suaru amal yang langsung clihubungkan ctengan
Tuhan itulah yang disc but ikhlas. 33
33Envati 1\ziz, ()tJ. (//., h. 38.
73
Erwati berpendapat bahwa keikhlasan sebagaimana yang digambarkan dituntut
aplikasinya dari semua pinak yang terlibat dalam pelaksana pendidikan, mulai dari staf
pengajar (pendidik), peserta didik, dan staf bidang administrasi. Secara langsung mereka
terlibat di dalam kelancaran proses belajar-mengajar. 34
Lebih lanjut Erwati menjelaskan bahwa sikap ikhlas akan membuat keadaan
selalu segar dalam ji,,:a, karena ikhla,; menuntut agar manusia mengetahui dan
memperhitungkan sesuatu dengan baik, ch waktu senang atau di waktu susah, sehingga
perasaan ikhlasnya menjadi mantap dan berkesinambungan dalam perjalanan hidupnya.
Ikhlas tidak layu dalam situasi dan kondisi yang berganti-ganti. Manusia y;.ng dalam
jiwanya ikhlas imannya mantap dan hanya karena Allah semata, dan tidak karena yang
lain. Namun demikian, keikhlasan bisa hilang berangsur-angsur apabila dalam jiwa telah
mulai timbul gejala egoisme dan senang kepada sanjungan manusia, senang mengejar-
ngejar pangkat (ambisius) dan pengaruh yang luas, senang kepada kebangg;aan yang bisa
menyeretnya kc jalur jalan scsar. Jika kcikhlasan dalam jiwa telah dikotori olch hal-hal
demikian, maka rusaklah amal-amalnya dan jauhlah dari keridhaan Tuhannya.35
Dcngan dcmikian, sikap ikhlas yang diuraikan di atas akan dapat diaplikasikan kc
dalam proses bclajar-mcngajar schingga pendidikan akan dapat menciptakan generasi
yang bcrmutu.
Dari penelaahan ayat tersebut, terdapat 3 (tiga) hal yang harus dilakukan pendidik
ketika mengajar, yaitu: ikhlas, tawadhu', selalu men1,,"1njurkan a1,,"1r senantiasa berbuat
kebajikan clan bertakwa.
34Jbid., h. 41. 35Imam Ghazali, op.cit., H. 139
74
Di sampmg itu, sebagai pendidik seseorang harus JYlemiliki ilmu yang akan
diajarkan karena ia tidak mungkin memberikan sesuatu kepada orang lain kalau ia sendiri
tidak memilikinya. Dengan kata lain, apa yang akan diajarkan harus dikuasai oleh
pendidik terlebih dahulu, kemudian baru diajarkan kepada orang lain.
Agar pendidik berhasil melaksanakan tugasnya al-Ghazali menyarankan pendidik
memiliki adab yang baik. Hal ini disebabkan anak didik itu akan selalu melihat kepadanya
sebagai contoh yang harus selalu diikutinya. Dalam hal ini al-ghazali mengatakan:
Mata anak didik selalu tertuju kepadanya, telinganya selalu menganggap baik berarti baik pula di sisi mereka dan apabila ia menganggap jelek berarti jelek pula di si,.i mereka. 36
2. Peserta Didik
Di dalam Surat al-'Alaq, Allah menyebut peserta didik dengan memakai lafal al-
i11.1vn, tidak memakai lafal ba[Jar.
Menurut kebanyakan ahli tafsir, manusia scbagai basyar lebih mcnunjukkan sifat
lahiriah serta persamaannya dengan manusia sebagai satu keseluruhan sehingga Nabi pun
disebut sebagai basyar. Firman Allah dalam surat Alkahfi/18: 110: " .. . Ses111(~~11hnya ak11 ini
hanya seorang man11sia seperli kamu, _yang diwahyukLm kepadabt ... " yang memiliki sifat
bmyariah seperti manusia lainnya, hanya saja bcliau dibcri wahyu oleh Tuhan, satu hal
yang membuatnya berbeda dengan basyaryang lain.37
Menurut Abudin Nata, seorang guru besar di bidang pendidikan UIN Syarif
Hidayatullah menjelaskan bahwa kedua kata ini berbeda, kata insan digunakan untuk
J6'feam Penyusun Filsafat Pendidikan Islam Dcpag lll tahun 1984, h.168. 37Muhammad Ali as-Sabuny, Muhtarar Taftir Ib11 Kosir (1v11gkasa11 Tafsir lb11 Kosir), (Beirut: Dar al
Qur'an, 1981), jilid II, h. 440.
75 >
menunjuk pada kualitas pemikiran dan lcesadaran, sedangkan kata basyar untuk menunjuk
dimensi alamiah yang menjadi ciri poh.ok manusia pada umumnya.38
Dengan demikian, pemakaian lafal al-insan di dalam surat terscbut mencakup
makna yang amat luas. Artinya, peserta didik yang ingin diajar oleh al-Qur'an tidak
tertuju pada suatu kelompok tertentu, tetapi umum, kepada siapa saja yang berpredikat
manusia, tidak peduli kaum konglomerat atau melarat, pejabat tinggi atau peg,wai
rendah, dan para ningrat atau orang biasa. Tidak ada pula perbedaan dari segi umur,
anak, remaja, mud a, tua clan sebagainya. Al-Qur' an tidak membedakan peserta didik dari
Ll!dut ras, keturunan, kekayaan, atau umur.39 Hal ini senada dengan hadits Nabi saw,
"T1111t11tlah ilnm sejak dari b11aia11 sampai ke liatig lahat''. Artinya, Islam memandang manusia
sebagai objek dari pendidikan itu sejak dilahirkan dari kandungan ibunya sampai ke Jiang
lahat, yaitu anak, remaja, dewasa bahkan lanjut usia. Semua manusia merupakan peserta
didik tanpa batas wal<tu dan tempat. Dengan kata lain, peserta didik adalah segcnap
makhluk jika pcndidiknya adalah Allah. Namun, yang dimaksud peserta didik dalam
kontek pendidikan di sini adalah segcnap manusia.
3. Lingkungan
Dalam kaitannya dcngan lingkungan, pcndidikan juga dikatakan sebagai suatu
proses interaksi yang terjadi antara seseorang dengan lingkungannya. Jadi, lingkungan
yang dimaksud di sini adalah lingkungan yang berupa keadaan sekitar yang
mempengaruhi pendidikan peserta didik.
38H. Abuddin Nata, Fi!safat Pemlidikan Islam I, Qakarta: Logos, 1997), Cet. I, h. 29. 39f2nvati J\ziz, Op.Ct!., h. 57.
h. 22.
76
Ki Hajar Dewantara, membagi faktor lingl:ungan ini menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Lingkungan Keluarga
Keluarga adalah "Primary Community", yaitu sebagai lingkungan pendidikan
yang pertama dan utama."° Karena itu, kehidupan dalam keluarga jangan sampa1
memberikan pengalaman-pengalaman atau meninggalkan kebiasaan-kebiasaan yang
tidak baik yang akan merugikan perkembangan hidup anak kelak di masa dewasa.
Ada beberapa hal ;·ang perlu diperhatikan para orang tua, sebagaimana yang
dipaparkan qleh Drs. Ngalim Purwarito, yaitu:
1) Usahakan terciptanya suasana yang baik dan harmonis dalam lingkungan
keluarga, yaitu suasana kasih sayang (afeksi), tolong menolong antara anggota
keluarga sehingga tercipta suasana rasa tenteram dan bahagia penuh
kegembiraan.
2) Tiap-tiap anggota keluarga harus berpegang pada hak dan tugas kewajibannya
. . mas1ng-mas1ng.
3) Orang tua dan orang dewasa lain dalam keluarga hams mcngetahui clan
memahami tabiat dan sifat-sifat anak.
4) Hindarkan segala sesuatu yang dapat merusak pertumbuhan atau
perkcmbangan jiwa anak.
5) Biarkan anak bermain clan bergaul dengan teman-teman sebayanya di
lingkungan keluarga.41
'!OH. J\!isuf Sabri, I!n111 Pendidika11, (Jakarta: C\! Pedoman Ilmu Jaya, 1999). Ccr. Pcrtama, h. 15. 41Ngalim Pu(\vanto, l!n111 Pe11didikan Teo1itis dan J>raktis, (Bandung. Remaja Rosdakarya., 1995), tc.,
77
b. Lingkungan Sekolah
Fendidikan di sekolah adalah bagian dari pcndiclikan dalam keluarga yang
sckaligus juga merupakan lanjutan dari pendidikan dalam keluarga. Dan kehidupan di
sekolah adalah merupakan jembatan bagi anak yang akan menghubungkan kehidupan
dalam keluarga clengan kehidupan dalam masyarakat kclak. Melalui sekolah inilah
seorang anak kelak diharapkan menjadi orang dewasa sebagai seorang waq;anegara
dw warga masyarakat yang baik dan produktif. Oleh karena itu, ia mempunyai fungsi
atau peran sebagai berikut:
1) Mempertajam dan mencerdaskan intelek anak.
2) Penyempumaan (dalam batas-batas tertentu) pendidikan dalam keluarga
maupun keagamaan.
3) Sebagai pewaris dan pcmelihara kebudayaan dan sebagai agen pembaharu
kcbudayaan.
4) Sekolah scbagai pcmbantu lingkungan keluarga bertugas mengembangkan
pribacli anak diclik dengan mendidik dan mengajar scrta mcmperbaiki dan
mcmpcrhalus tingkah laku anak didik yang dibawanya dari kcluarganya.
5) Bertugas melayani kepen tingan bangsa/ negara scperti yang ditctap kan o !ch
pcmerintah, karena pemerintah mengatur segala scsuatu yang menyangkut
kcpentingan seluruh rakyat/bangsa}2
c. Lii.gkungan Masyarakat
42 H. Alisuf Sabri, Op.Cit., h. 20
78
Masyarakat adalah sekumpulan orang atau sekebmpok manusia yang hidup
bersama disuatu wilayah dengan tata cara berfikir dan bertindak yang relatif sama
membuat warga masyarakat itu menyadari diri mereka scbagai suatu kelompok.
Masyarakat yang dimaksud sebagai faktor lirigkungan di sini adalah karya
manusia, budaya, sistem-sistem serta pemimpin-pemimpin masyarakat baik yang
formal maupun pemimpin informalnya; termasuk di dalamnya juga kumpulan
organisasi pemuda dan sebagainya.
Semua unsur masyarakat tersebut dapat mempengaruhi perkembangan jiwa anak
dan orang-orang di sekelilingnya, yang pengaruhnya dap:1t bersifat positif dan negatif.
Pengaruh masyarakat yang pengaruhnya sudah jelas positif atau bersifat mendidik
menurut Alisuf Sabri hanya terdapat pada perkumpulan pemuda baik yang terbentuk
secara informal maupun secara formal yang diadakan oleh pemerintah seperti
pramuka, karang taruna dan sebagainya.43 Sclanjutnya, kapan lingkungan masyarakat
tersebut berfungsi cdukatif terhadap anak didik?
Drs. H.M. Alisuf Sabri menjelaskan bahwa:
Scorang anak apabila tidak mendapatkan didikan, perhatian dan pengawasan dari orang tuanya di rumah dan tidak mendapat bimbingan clan penb>awasan oleh guru-guru di sekolah, maka berarti anak itu berada dalam lingkungan masyarakat, yaitu bimbingan dan pengawasan terhadap tingkah laku dan perbuatan anak tersebut dilakukan oleh petugas-petugas hukum atau pemimpin-pemimpin masyarakat. Oleh karcna iru dalam kondisi yang demikian anak tersebut menjadi tanggung jawab lingkungan masyarakat (petugas-petugas hukum, pemimpin-pemimpm formal/informal, serta organisasi-organisasi pemuda berperan untuk membimbing dan mendidik mereka).44
43 Ibid.. h. 21. "'Ibid, h. 22.
79
Dalam ha! ini, Rasul bersabda seperti ini, yaitu:
,,. ,I- 0 ,, .J ~ .J
ji -.;1~,...-~ a""!::; ji .,__;\.)~ olJ-!i 0~ J.:-- o~I JS- ~~ .)JJ'; JS' ,, ,, / -::
• ,, ~ ,, .J.
(~~)P.i~
Artinya: "Setiap anak dilahirkan atas fitrah, kedua orang tuanyalah yang membuatnya menjadi seorang Yahudi, Nasrani, dan Majusi".(HR. Bukhari-Muslim)
,\lJah menegaskan dalam surat Nuh ayat 26-27 yang berbunyi sebagai berikut:
1)_.a,; ~):.U ~~ 2J51 .1;~~ ;;.~1 ~ .J''.>~I ~ )if'1 :,.,; C.Ji J~::, (YV-Y'\ : c_y) 1)~ 1:,;~;rl Tj~~J :tl~~
Artinya: "N uh berkata, 'Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorangpun di antara orang-orang kafir itu tingi,>al di atas bmni. Sesungi,>uhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya akan menyesatkan hamba-hambaMu, dan mereka tidak akan melahirkan selain anak yang berbuat maksiat lagi kafir".
Dari hadits di atas, Nabi menjelaskan bahwa orang tua mempunyai andil yang
besar dalam membentuk kepribadian anaknya, ap"kah ia akan menjadi mukmin atau
kafir. Al-Maraghi menyatakan bahwa fitrah yang diberikan Allah itu akan berubah
atau menyimpang kecuali oleh ajaran dan didikan yang datang dari luar, seperti
pembinaan yang diberikan oleh orang tua dan guru.45 l)i sini Nabi Nuh kha\vatir
terhadap generasi yang akan dilahirkan oleh orang-orang kafir tersebut karena faktor
lingkungan atau milieu mempunyai andil besar dalam mcnentukan perkembangan
seorang anak.46
45:.\'1.Quraish Shihab, op.dt., h.-J.6. Lihat juga f-lasan J\-Iuhammad LVlusa, .Qan111J· Qlfr'a11i, (Isbmdariah: Mathba'at Kha!!! Ibrahim, 1966), h. 365.
46Envati J\ziz~ op.cit., h. 4-J.-46.
80
Sebagai bukti yang otentik bahwa faktor lingkungan masyqrakat berpengaruh
besar terhadap pembentukan sikap atau watak seseorang adalah sikap keras dan kufur
Abu Jahal. Sikapnya yang keras dan tidak mau menerima ajaran Nabi •itu tidak
terlepas dari hasil tempaan lingkungan masyarakat musyrik di Makkah. Didikan syirik
itu tertanam sangat mendalam di dalam dirinya sehingga dia tidak segan-segan
membuat apa saja untuk mempertahankan keyakinan syiriknya.
Pada akhirnya, ketiga lingkungan (sekolah, keluarga dan masyarakat) merupakan
tiga pendidikan yang peranannya tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya bagi
pendidikan peserta didik. Oleh karena itu kerjasama antara ketiga.iya harus
diwujudkan dan senantiasa ditingkatkan agar mampu berdaya guna bagi
perkembangan anak dengan baik.
4. Materi Pendidikan
a. Pendidikan Tauhid
Pendidikan yang landasan utamanya ajaran [slam (al-Qur'an) memegang peranan
pen ting daiam pembinaan sikap mental peserta didik
Berkaitan dengan pembinaan sikap mental, dalam surat al-' Alaq dijumpai ayat
ayat yang menekankan pentingnya keimanan sebagai bagian yang amat esensial bagi
pangkal tolak ketabvaan dan timbulJah ketenangan batin. Ayat pertama dari surat al
' Alaq yang artinya: "'.Jacalah atas nama Tuhanmu yang .Maha Pencipta" ini
menunjukkan keeksistensian Tuhan, dan manusia diminta supaya mempunyai
keyakinan akan wujud Allah yang telah menciptakannya dari 'alaq serta sekaligus
81
menunjukkan pengaruh positif yang akan ditimbulkan clari keimanan yar>g berkualitas
itu.
Untuk menumbuhkan, memupuk clan memantapkan keyakinan agama (tauhicl)
Luqman memesankan kepacla anaknya agar mendirikan salat."'
Selanjutnya kita baca ayat terakhir (19) yang artinya: "sekali-kali janganlah kamu
mematuhinya, (sebaliknya) sujucl clan menclekatlah kepacla Tuhan". Ayat ini antara
lain menggambarkan bahwa shalat merupakar: salah satu ibaclah yang clapat
menclekatkan manusia kepacla Allah, clan merupakan penghubting antara dirinya clan
Tuhan, climru1~ saat tersebut merupakan saat terclekat seseorang kepacla-Nya . .ra
Atas clasar itulah para ahli didik memasukkan materi keimanan sebagai bagian
yang penting clalam pendiclikan, yang tujuannya bukan hanya menghafalkan rukun
iman, mengetahui yang wajib, mustahil, dan jaiz bagi Allah saja, melainkan untuk
menimbulkan perasaan keimanan kepada Allah dalam hati peserta didik serta cinta
kepacla-Nya lebih clari cinta kepada lbu, Bapak clan Bapak guru serta berdasarkan
kesaclaran dan ilmu pengetahuan, bukan taklicl buta semata-mata, supaya tidak
mudah dirusakkan dan cliragu-ragukan oleh orang-orang yang ti<lak beriman.49
Dengan dikembangkannya potensi rohani ini, maka manusia akan tampil sebagai
manusia yang besar, teguh, tenang, tidak mudah diombang-ambing, memiliki arah
yang hendak dituju dari setiap usaha yang dilakukannya, yaitu beribadah kepada Allah
47QS. Lugman ayat 13 . .ffiQuraish Shihab,Taftira!-Mishbah, Qakarta: Pustaka Kartini, 1992), h. 418. "'Mahmud Yunus, Metodik Kh11s11s Pendidikan Aga1JJa, Qakarta: CV al-Hidayah, 1968), h. 20.
82
Sebagaimana yang diisyaratkan oleh ayat pertama, terlihat pada perbuaPn Nabi
Muhammad saw dan para sahabatnya, baik dalam kehidupan individual, berkeluarga
maupun bermasyarakat. Nabi melakukan penanaman akidah itu tidak hanya terbatas
pada orang dewasa, tetapi juga terhadap anak-anak, bahkan sejak dini (bayi) mereka
telah diberikan pendidikan tauhid, seperti tampak dengan jelas dari perbuatan Nabi
saw yang membacakan kalimat tauhid di telinga kedua cucunya, Hasan dan Husain
sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Daud dan Turmud:<i.
Artinya: "Nabi saw. membacakan azan di telinga Hasan dan Husain ketika keduanya lahir1150
.
Nabi juga bersabda:
Artinya: "Nabi saw. membacakan surat al-Ikhlas di telinga bayi yang baru Jahir".51
Kedua hadits di atas jelas mcngatakan bahwa tauhid harus ditanamkan kepada
anak sedini mungkin agar setelah dewasa ia mempunyai dasar kcyakinan yang kuat
dan tangguh sehingga terhindar dari godaan setan.
Dalam firman Allah swt. dijelaskan:
"" ,,, " )Aij ~"./ ~ JI§ ~lj
<'"' :~) Artinya:
50 Shan'ani, S11b11/ as-Sahm, (Mesir. Musthafa al-Bab al-Halabi, 1958), jilid IV, cet. Ke-3, h. 100. 51Jbid.
83
"Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, ja~·l;.lrtlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kedzaliman yang besar". (QS. Luqman: 13)
Dari pesan Luqman yang tcrdapat dalam al-Qur'an itu jelas bahwa tauhid
merupakan ha! pertama yang harus diajarkan kepada peserta didik agar mereka
terhindar dari keyakinan syirik yang akan mengakibatkan diri mereka terjerumus ke
dalam jurang kenistaan.
b. Pendidikan Akhlak
Kalau kita memperhatikan mulai dari ayat pertama, yaitu tatkala Tuhan
mengisyaratkan pend;dikan tauhid, kemudian mengajarkan ilmu pengctahuan kepada
manusia, dan sctelah mcmpunyai ilmu mereka merasa cukup lalu melakukan tindakan
sewenang-wenang dan mebmpaui batas, dan di akhir ayat Tuhan melarang manusia
untuk mengikuti tingkah laku dan sikap angkuh tersebut, tampak dengan jelas bahwa
Allah menginginkan internalisasi pendidikan akhlak ke dalam diri umat manusia.
Dikatakan demikian karena pendidikan akhlak harus sudah diberikan jauh sebelum
disyariatkannya ibadah-ibadah lahiriah, seperti salat, zakat, haji, dan puasa. Artinya,
jauh sebelum melakukan ibadah-ibadah lahiriah itu, seseorang harus sudah memiliki
akhlak yang luhur yang didasarkan pada akidah tauhid.
Akhlak merupakan fondasi (dasar) yang utama dalam pembcntukan pribadi
manusia yang seutuhnya. Pendidikan yang mengarah pada terbentuknya pribadi
berakhlak, merupakan hal pertama yang harus dilakukan, sebab akan melandasi
kestabilan kepribadian manusia secara keseluruhan.
84
Pendidikan akhlak sebagai m!SI utama pendidikan Nabi, ditegaskan dengan
firm an Allah swt.:
1\rtinva: "Dan" sesungguhnya kamu (Niuhammad) berbudi pekerti agung".
Jelas sekali, kalau permasalahan akhlak menjadi isu sentral di dalam ajaran Islam.
Hal ini dapat dilihat dari sabda Nabi sendiri yang mcnyatakan dengan tegas bahwa
beliau hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak.
Sehubungan dengan ha! tersebut di atas, maka Islam memerintahkan agar orang
tua mendidik tentang adab dan sopan santun.
Keluarga adalah lingkungan pertama bagi setiap amal sebelum melangkah kepada
lingkungan yang lebih luas, dan pendidikan keluargalah yang menjadi dasar bagi
pembentukan kepribadian dan watak. Mereka adalah "Primary Community", yaitu
sebagai lingkungan pendidikan yang pertama dan utama.52 Karena itu, kehidupan
dalam keluarga 1angan sampa1 memberikan pengalaman-pengalaman atau
meninggalkan kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik yang akan merugikan
perkembangan hidup anak kelak di masa dewasa.
Islam juga menggariskan agar orang tua membimbing anaknya supaya memiliki
akhlak yang baik termasuk akhlak kepada Tuhan dan kepada sesama.
Do.lam surat al-'Alaq, dijelasLm bahwa akhlak kepada Tuhan dapat dilakukan
dengan melaksanakan perintah-Nya dan meninggalkan segala bentuk larangan-Nya,
52J·l. AlisufSabri, op.cit., h. 15.
86
Seh ubungan dengan ad an ya aka! itu, maka materi pendidikan harus puh
dirancang bagi pengembangan intelektual, seperti pelajaran menghitung, menganalisa,
pembanding, mengklasifikasikan, menyimpulkan, dan seterusnya, sehingga mereka
memiliki keterampilan berfikir . dalam memecahkan permasalahan, yaitu
menggerakkan segala yang konkrit kepada indera dan mengirimkan kesan-kesan
kepada aka! untuk diperoleh rumusan konsep tentang masalah tertentu.;3
Kemampuan berfikir dengan menggunakan aka! secara cept, tepat, dan benar itu
amat dibutuhkan oleh seorang hamba yang sekaligus menjadi khalifah di niuka bumi
1n1.
Ayat-ayat yang termaktub dalam surat al-'Alaq itu juga telah memuat materi-
materi dasar pendidikan yang dapat dikembangkan da!am pendidikan-pendidikan
selanjutnya sesuai dengan perkembangan jiwa dan daya serap peserta didik.
Dalam surat al-'Alaq, membaca merupakan materi pertama yang harus diberikan
kepada peserta didik sebelum mengajarkan yang lainnya, seperti pelajaran menulis
dan seterusnya.
Pengertian membaca disinipun tidak dalam pcngertian sempit, yakni membaca
teks, tetapi mencakup arti yang lebih luas, yaitu menghimpun berbat,>ai informasi
melalui penelitian, penelaahan, penalaran, dan sebagainya. Semua itu merupakan
sarana untuk mendapatkan ilmu pengetahuan.54
53Muhammad Qutb, Sis/em Pe11didika11 Islam, (terj.) M. Salman harun, (Bandung: al-Ma'arit; 1984), cet. Indonesia, h. 129-130.
"'Quraish Shihab, op.cit., h. 10-11.
87
Quraish Shihab sebagai mufassir kontemporer memahami "membaca" ire dalam
pengertian rnng luas, bahwa perintah membaca di sini dapat berkon0tasi umum,
yakni membaca apa saja yang dapat dibaca dan berguna, baik untuk diri si pembaca
maupun umat manusia umumnya. Tidak peduli apakah yang dibaca itu tertulis atau
tidak tertulis, seperti membaca a tau meneliti alam semesta. 55
Dengan demikiao, tidak ada perbedaan antara ilmu agama maupun ilmu umum,
karena pada hakikatoya ilmu di sisi Allah hanya satu, yakni sama-sama datang dari-
Nya. Jadi, di dalam Islam tidak mengenal istilah dikotomi ilmu.
Pelajaran menulis tidak kurang pentingnya dari membaca. Dengan tegas "Dia
!elah 11Jet1gajar 11Jen11!is kepada lllanmia dengan llle!IJ!j!}lnakatt qalanl' pada ayat ke -4, yang
dalam bahasa Indonesia disebut "pena"56
lvleoulis merupakan ha! yang sangat penting dalam pengembangan ilmu
pengetahuan. Setelah ditulis, pengetahuan tersebut dapat diwarisi oleh generast
berikutnya sehingga generasi sclanjutnya dapat meoeruskan dan mengembangkan
lebih jauh ilmu-ilmu yang telah dirintis olch gcncrasi scbclum mcrcka.
Jadi, mcmbaca dan mcnulis adalah dua ha! yang sangat urgcn dalam pcndidikan
guna memperolch ilmu pengetahuan dan mcmajukan pcradaban umat manusia di
muka bumi ini.
lvlateri pendidikan ketii,>a yang diungkapkan di dalam surat al-' Alag ialah ten tang
penciptaan manusia secara fisik yang bermula dari al- 'alaq. llmu yang mempelajari
55Quniish Shih ab, It!fsir al-.r1n1a11t1h, h. 11. Sf>_Qa!on1 di Indonesia adalah alat tulis yang dipotong ujungnya supaya runcing clan terbuat dari
ranting kayu, bambu, dan scbagainya. 1\lat tulis itulah yang perr.una kaJi dikenal daJam dunia pendidikan clan digunakan para pendidik untuk mengajar menulis kepada pescrta didik. -"
88
manusia dari sudut fisiknya disebut dengan ilmu biologi. Walaupun surat al-'Alaq
tidak menyebut secara eksplisit istilah pendidikan biologi, tidak salah jika penafsiran
ayat itu dilihat dari sudut pendidikan biologi. Atau dengan ungkapan yang berbeda,
wahyu yang pertama ini mengajak umat manusia as>ar merenungkan sejenak asal-usul
kejadian mereka dari sudut biologis agar mereka mau menyadari kondisi dan hakikat
diri mereka yang sebenamya. Dengan demikian, mereka tidak akan membangkang,
tetapi selalu tunduk, sujud, dan mendekatkan diri kepada Pencipta mereka sendiri.
J adi, ayat ini tidak berbicara secara eksplisit ten tang pendidikan biologis, tetapi
memberikan isyarat terhad:.p kondisi awal pertumbuhan manusia secara biologis yang
disebut al-'alaq supaya mereka tergugah mempelajarinya.
Demikianlah materi yang tersirat di dalam surat al-'Alaq, yaitu mengenru
membaca, menulis dan ilmu biologi. Kemudian dalam menyampaikan materi
pendidikan kepada peserta didik sebagaimana disebutkan di atas perlu ditetapkan
metode yang didasarkan kepada upaya memandang, menghadapi, dan
memperlakukan manusia sesuai dengan unsur penciptaannya, yaitu jasmani, aka!, dan
jiwa dengan mengarahkannya agar menjadi manusia seutuhnya.
d. Pendidikan J asmani
Para ahli pendidikan Islam sejak dahulu mementingkan pendidikan jasmani,
Muhammad al-Ghazali misalnya, ia berkata bahwa sebagai seorang muslimin kita
sangat bcruntung karena Islam memberikan tuntun~a kepada kita, mewajibkan
kepada kita untuk melaksanakan kesucian yang dalam istilah syara' disebut thaharah.
89
Setiap muslim wajib melakukan thaharah Jebih dahulu sebelum melaknkan ibadat-
ibadat yang telah ditentukan.57
Al-Ghazali juga menganjurkan pendidikan jasmani diberlakukan terhadap anak-
anak, seperti perlu memberikan kesempatan kepada anak untuk bermain penuh
dengan gerakan anggota tubuh, ini menunjukkan kesehatan dan kesempurnaan
akalnya.58
ivienurut 'Athiyah al-Abrasyi, para hJJkama' me,,yatakan, "sesungguhnya hidup itu
adalah musuh, tidak sanggup mengalahkannya kecuali orang yang mempunyai badan
yang kuat. "'Athiyah menambahkan, apakah seorang laki-laki yang cerdas dapat
menggunakan kecerdasannya jika tubuhnya lemah?"59 ungkapan ini mengharuskan
manusia untuk menjadi kuat. agar dapat mengalahkan kehidupan yang amat keras di
dunia ini. Hal ini disebabkan manusia diciptakan Tuhan dalam keadaan lemah
sebagaimana firman-Nya.
,;< ~ 0 , 'ii J " .... '"" rr A .-~w~. ~ 0w~1 ~) p ~ 01 .ill1 ~) , , ,
Artinya: "Allah menginginkan keringanan bagi kamu karena kamu diciptakan dalam keadaan lcmah".
Muhammad Syadid mengatakan bahwa ibadah merupakan salah satu sarana
untuk menguatkan kelemahan ini dan mcngalahkannya.60 Karena manusia diciptakan
.57)...fuhammad aJ-(;hazali, r1kh./a,k Seonll{l!, 1it11slill1, (Semarang: \Vicaksan<1, 1993),Cet.I\T, h. 301. "'Lihat, Muhammad Athiyah al-'Abrasyi, at-Tarbfyab al-Is!amfyab iva Fa!asifat11ba, (Dar al-Fikr, t.tp.,
t.th.) cet. Ke-2, h. 276. 59Ibid., h. 277. '°.\luhammad Syadid, Mallhaj al-Qm'allji at-Tarbfyab, (Dar at-Tauzi wa al-Nasyr al-lslamiyah, t.p.,
t.th.), h. 162-163.
90
dalam keadaan lemah, sedangkan ibadah merupakan salah satu cam agar manusia
menjadi kuat maka manusia hams bcribadah kepada Allah swt.. Ibadah shalat
mempunyai kaitan crat dengan kcsehatan tubuh atau fisik manusia karena dalam
shalat manusia menggerakkan anggota tubuhnya, scperti berdiri, ruku', dan sujud.
Jadi, gerakan-gcrakan di dalam shalat dapat dijadikan fisiotcrapi yang amat bcrguna
untuk kcsehatan. Secara khusus pendidikan jasmani dilakukan melalui senam
kcsegaran jasmani, mcmanah, bcrcnang, mcnunggang kuda, dan sebagainya.
5. Metode Pendidikan
Metodc pcndidikan yang disajikan olch al-Qur'an senantiasa mengarah kepada
jiwa, aka!, dan jasmani manusia, sampai-sampai dalam ayat 9 dan 10 ditemukan bentuk
percakapan atau dialog dalam suatu topik masalah yang mengarah ke suatu tujuan yang
digunakan Allah swt. langsung kcpada Nabi saw., yang artinya; "Apa pe11dapatm11 tentang
orang_yang melarang seorang hamha ketika dia mengetjakan sa!at". rliwar (dialog) semacam ini
mempunyai dampak yang positif tcrhadap pcrkembangan nalar peserta didik dan
mcnambah \V:l\vasan 1nereka.
Hiwar ini mernpakan salah satu bentuk hiivar kbitabi, yaitu Allah ta'ala kepada
Rasul-Nya yang mengandung suatu sindiran berkenaan dengan orang musyrik, seperti
menerangkan keburukan dan kebatilan mcreka, atau mengancam mereka dengan azab
Allah. 61Yalmi adakalanya menycbutkan kcburukan dan kebatilan orang-orang kafir dan
6l_,.\n-~ahh1\vi, op. dt., h. 30.f.
91
adakalanya berupa ancaman dari Allah swt dengan menggunakan kk!ah langsung kepada
Rasul-Nya.
Metode sindiran dalam proses pendidikan tampak cukup efektif sekaligus
mengajarkan kepada umat supaya mempunyai perasaan hal11s dan peka terhadap .
lingkungan, baik lingkungan pribadi, keluarga maupun masyarakat umumnya. Jadi,
metode ini ''·kan membuat orang yang bersangkutan akan segera menghentikan tindakan
yang kurang baik, tanpa merasa tersinggung atau digurui. Ungkapan itu tidak langsung
menyebut dirinya, jadi dia tidak perlu menyembunyikan mukanya dari masyarakat
meskipun ia sendiri merasa kurang enak.
Selain itu, dengan pemakaian metode ini berarti pendidikan Islam mendorong
peserta didik untuk menggunakan akalnya untuk berpikir dan emosinya (nafi) agar
merasa,62 sehingga peserta didik dapat berupaya sendiri untuk memperbaiki dirinya.
Dengan kata lain adalah introspeksi diri atau menilai diri sendiri secara obyektif.
Khusus mengenai penyampaian materi yang berkaitan dengan affektif dan
psikomotorik, al-Qur'an mcnempuh berbagai cara, antara lain melalui pembiasaan,
pengamalan, naschat, dan pcringatan.
Pe111biasaa11 dan penga111a/a11 merupakan salah satu metode yang diisyaratkan di
dalam al-Qur'an. Latihan dan ulangan yang merupakan metode praktis untuk
menghafalkan sesuatu ajaran termasuk ke dalam metode ini.63
Sehubungan dengan hai ini, Quraish Shihab menerangkan di dalam bukunya
"Me111b11111ikan a/-Q11r'a11: F11ngsi dan Peran Wa!ry11 Da/a111 Kebid11pa11 Masyarakat" berikut ini:
62fawati, op. cil, h. 92-93. 63Jbirl, h. 81.
92
Bacalah dan ulangi bacaan tersebut walaupun objek bacaan s~ma, niscaya Tuhanmu dengan Karam-Nya akan rri~tT·berJrnn pandangan atau pengertian barn yang tadinya engkau belum peroleh pada bacaan pertama dalam objek tersebut. Ba cal ah dan ulangi bacaan, T uhanmu akan memberikan kepadail'u manfaat yang banyak tidak terhingga karena Dia Akram (memiliki segala macam kesempumaan).64
Lebih jauh ia mengatakan bahwa antara perintah membaca pada ayat pertama
dan perintah membaca pada ayat ketiga, yakni ayat yang pertama menjelaskan syarat yang
hams dipenuhi se,;eorang ketika membaca, sedangkan perintah kedua menjanjikan
manfaat yang diperoleh dari bacaan tersebut.
Dari bahasan di atas, penulis menangkap sebuah pesan bahwa dalam meiakukan
kegiatan membaca kita perlu melakukannya berulang-ulang. lni dimaksudkan agar apa
yang sudah clibaca bisa meresap dan masuk ke otak. Selain itu, kalau kita ingin
memperoleh Karam Allah maka kita hams sabar dalam mclakukan membaca, meski
objek bacaannya itu-itu juga.
Kita kembali kepada peristiwa pertama, dimana Jibril menyuruh Nabi
mengucapkan kata "baca" dan Nabi menjawab "saya tidak bisa membaca'; lalu Jibril
mengulanginya lagi dan Nabi menjawab dengan jawaban yang sama. Hal ini terulang
sampai 3 kali. Kemudian Jibril membacakan ayat 1 hinlS!,>n 5 dan mcngulanginya sampai
beliau hafal dan tidak lupa lagi apa yang disampaikan Jibril tersebut. Metode
pembiasaan'" dan pengamalan yang digunakan Allah dalam men1,.-ajar Rasul-Nya amat
6-tQuraish Shihab, J\:fe»1b11»1ika11 ai-.Q11r'a11, h. 170 65Perilaku m;musia tidak seJamanya logis, scbaliknya sebagian bcsar perilaku manusia justeru
terbangun melalui kebi,-isaan. Orang yang sudah biasa bangun pagi tctap saja bangun pagi mcski tidurnya terlambat. Eiiaknya masakan pedas bagi seseorang. misalnya, bukanlah masalah logis tidak logis; melainkan iebih pada pembiasaan rasa. Demikian juga bersih, rasa tertib, dan ;asa disiplin tertanam melalui proses pembiasaan, dan sebagainya.
93
efcktif schingga apa yang disampaikan kepadanya langsung tcrtanarri dengan kuat di
dalam hatinya.
Di dalam ayat lain Tuhan juga menegaskan metode 1tu, sebagaimana yang
tcrdapat dalam surat al-A'la ayat 6 yang berbunyi:
, , . ~~fo
Artinya: "Kami akan membacakan al-Qur'an kcpadamu (Muhammad) maka kamu tidak akan lupa". (QS. Al-A'la ayat 6)
Ayat ini menegaskan bahwa Allah membacakan al-Qur'an kepada Nabi
Muhammad saw., kemudian Nabi mengulangnya kembali sampai ia tidak lupa apa yang
telah diajarkan-Nya. Dalam ayat 1-5 surat al-'Alaq, malaikat Jibril membacakan ayat
tersebut dan Nabi mengulanginya sampai hafal.
Mengenai pengulangan kata "iqrd' secara tersurat dalam surat tersebut, Al-
Maraghi mengatakan bahwa:
Membaca perlu pengulangan, tidak dapat hanya dilakukan satu kali karena belum dapat ditemukan yang kita cari. Lcbih lanjut ia mengatakan bahwa membaca perlu pcngulangan sehingga menjadi kcbiasaan. Perintah Tuhan sccara berulang inilah yang membuat Nabi mempunyai kcmampuan mcmbaca.66
Olch karcna itu, membaca satu kali bclum cukup untuk mempcroleh ilmu. Jadi,
kita hams melakukan bacaan berulang-ulang. Setelah itu, Tuhan baru akan memberikan
anugerah-Nya berupa ilmu pengetahuan.
Dalam hal ini, Erwati mengcmukakan bahwa intcrpretasi yang dikemukakan di
2tas ada benarnya karena diJukung oleh kenyataan bah\va seseorang baru mendapatkan
ilmu setelah membaca berulang-ulang. Sebuah contoh nyata b>illwa dalam menempuh
66AJ-Marnghi, Op.Cit., 199.
'94
pendidikan, misahya mulai dari TK, SD, SLTP, SMU, Perguruan Tinggi, S2, dan S3
menunjukkan cara memperoleh ilmu yang bertahap. Demikian pula para kiai, mereka
baru diberi predikat terhormat itu setelah belajar dan mengajar bertahun-tahun. Berarti,
frekuensi membacanya tidak terhitung lagi banyaknya. Setelah melalui tahap bacaan, baik
yang formal maupun nonformal dan informal, barulah seseorang memperoleh ilmu.67
Jadi, metode larihan dan ulangan untuk menghafal memegaag peranan penting dan
sangat relcvan dengan kondisi psikologis umat manusia. Dengan demikian, pencantuman
metode ini di dalam al-Qur'an amat tepat karena kitab suci dan agung ini memang
dipersiapkan untuk sepanjar.g masa hingga hari akhir, dan berlaku secara universal pada
semua lapisan masyarakat.
Cara lain yang dapat ditempuh untuk pembinaan mental (akhlak) peserta didik
ad'.!lah dengan pembias,mn yang dilakukan sejak kecil dan berlangsung sccara terus
menerus.68
Tingkah laku manusta itu tidak selamanya logis, sebaliknya sebagian besar
perilaku manusia justru terbangun mclalui pembiasaan. Orang yang biasa ban1,,>un pagi
tctap saja bangun pagi meski tidurnya terlambat. Enaknya masakan pedas bagi seseorang,
misalnya, bukanlah masalah logis tidak logis, melainkan lebih pada pembiasaan rasa.
Demikian juga rasa bersih, rasa tertib, dan rasa disiplin tertanam melalui proses
pembiasaan. Orang yang telah memahami logika kejujuran tidak otomatis menjadi orang
jujur, sebaliknya boleh jadi pengetahuan itu justru digunakan untuk mengelabui orang
67Erwati, Op.Cit., h. 84. 68!\budin l'ata.Akhlak Tasa11J, Qakarta: Rajawali Press, 1996), Cet. Ke-I, h. 172.
. 95
lain yang berpikir JUJ"r. Sopan santun tidak mesti logis 1uga terbentuk melalui
pembiasaan.
Dalam pembentukan karakter scseorang, hal yang perlu dijadikan kebiasaan
tingkah laku, antara lain sopan santun atau etiket, kebersihan dan kerapihan/ketertiban,
I . . d d" . l" 69 \.CJUJUran an Hap 1n.
Selain mengajarkan teori-teori pendidikan akhlak, yang p:cling penting ialah
mcmberikan contoh atau teladan yang baik kepada para peserta didik dalam kehidupan
sehari-hari, baik dalam keluarga maupun di tengah masyarakat. Jadi, perkataan atau
anjuran tidak akan memberikan efek yang berarti jika tidru~ diikuti dengan perbuatan
nyata, bahkan perilaku seperti itu dapat menjadi bumerang bagi si pelaku. Karena itulah
sejak semula Allah mengingatkan hamba-Nya dengan firman-Nya yang tcrcantum dalam
Surat as-Saf ayat 2-3 yang artinya, "Hai orang-orafi/!,)'a!tg beriman, mengapa kam11 mengatakan
apa .Jang tidak kan111 perb11at? Amat besar kebendan di siri Allah bahwa Jwn111 menj!,atak.an apa-
apa)'ang tidak kam11 kerjakan".
Ayat ini merupakan peringatan Allah yang ditujukan kcpada orang-orang yang
mengaku dirinya bcriman kcpada-Nya. Jadi, mcrcka mcngatakan apa-apa yang dirinya
sendiri tidak berbuat seperti yang dikatakannya itu, atau mereka mclarang dan mcncegah
orang lain berbuat keburukan (berpcrant,>ai jclck), semcntara dirinya scndiri
melakukannya. Ini adalah aib bcsar dan sangat dibenci oleh Allah swt. Alla!J11 a'lam.
69 A ch mad i\fubarok, op.cit., h. 65.
96
Dcmikian pula nasihat dan teguran, sasarannya adalah timbulnya kesadaran untuk
mengamalkan ajaran agama. Dalam surat al-'Alaq kita dapat melihat nasihat yang
diberikan Allah kepada manusia melalui ''khitab"-Nya kepada Muhammad saw.
' , -(," :i.fo-'~ y )91j ~lj M.61~ ')5'
, ,
i\rtinya: "Sekali-kali janganla], kamu patuh ke,,adanya (Abu Jahal), suju<l dan dekatkan (dirimu kepada Tuhan)".
Berdasarkan kaidah kh1m1s sabab lafal umum perintah tersebut (sekalipun
ditujukan kepada Nabi Muhammad saw.) berlaku untuk semua umat manusia. Dengan
demikian dapat dipahami bahwa manusia dilarang patuh dan tunduk kepada orang yang
melarang mercka beribadah kepada Allah. Manusia diperintahkan bersujud dan
mendckatkan diri kepada Allah swt. semata.70
Metode ini amat penting sehingga diturunkan pada pcriode awal dari urutan
turunnya ayat-ayat al-Qur'an. Selain itu, Nabi yang sudah jelas tunduk dan patuh
terhadap perintah dan larangan Allah pun diberi nasihat dan perinh"1tan. Dan Allah pada
ayat yang lain mcnegaskan agar Nabi sclalu membcrikan pcringatan yang berisi nasihat
kepada mukminin,
1\rtinya:
"Dan tetaplah mcmbcri pcringatan karena scsungguhnya pcringatan itu berguna bagi orang-orang mukmin". (QS. i\z-Zariyat: 55)
70Lebih jebsnya lihat, Envari, Op. Cit., h. 86
97
Dengan demikian, seorang penclidik tidak hanya bertugas membcrikan mareri
materi ilmu pengetahuan kepada peserta clidik, tetapi juga harus selalu mengingatkan
mereka terhadap perintah-perintah Allah yang harus mereka laksanakan dan scmua
larangan-Nya yang harus mercka ting_tytlkan. Hal ini dilakukan agar mercka memperoleh
kesclamatan di dunia dan akhirat.
Selanjutnya pendidikan dcngan membuat renang (tar;ghib) dan membuat takut
(tarhib). Tar;ghib dan Tarhib adalah dua metode penclidikan yang berlawanan, atau disebut
juga al-waa'id dan al-wa'iid atau janji dan ancaman. Kcdua metode ini dijumpai di dalam
al-' Alaq. Tar;ghib merupakan janji Allah terhadap umat manusia akan kesenang-•< dan
kenikmatan yang bertujuan menimbulkan minat dan gairah dalam melakukan suatu
perbuatan atau ibadah. Tarhib adalah ancaman Allah yang bertujuan menimbulkan rasa
takut dari hamba-Nya sching_iyt mcreka lebih berhati-hati dalam mclakukan suatu
perbuatan atau tindakan sehingga terhindar dari kesalahan yang akan berakibat buruk,
baik terhadap dirinya maupun keluarganya. Mctode ini berbeda dengan metode
pcndidikan Barnt yang dikenal dcnio>an gan jaran dan hukuman. Misalnya Allah
mcnjelaskan ancaman tcrhadap manusia yang durhaka dan mendustakan Nabi
Muhammad saw. Yaitu pada ayat ke-8 surat al-'Alaq. Dan ancaman Allah terhadap Abu
Jahal yang melarang Nabi melakukan salat, yaitu pada ayat 15-18. Denio>an maksud agar
manusia merasa takut dan tidak berbuat hal-hal yang mclampaui batas. Sebab ia akan
kembali kepada Allah sctclah kematian dengan dibangkitkan pada hari kiamat nanti
tontuk mempertang_isungjawabkan apa yang mereka perbuat di dunia, temasuk
keangkuhan dan kesombongan mereka.
. 98
Secara p?~dagogis, ayat ini mengisyaratkan perlunya metodc targhib dan tarhib
diterapkan dalam proses pendidikan. Karena, dalam proses pendidikan, janji dau
ancaman merupakan hal yang efektif untuk menimbulkan kesadaran peserta didik
terhadap perbuatan mereka yang salah dan keliru. Janji dan ancaman yang diberikan
dalam proses penclidikan terscbut haruslah benar-benar dipenuhi, bukan hanya sekadar
janji-janji kosong belaka. Demikian pula ancaman harus ber.1pa suatu hukuman yang
dapat diterapkan. Hal ini perlu clisadari sepenuhnya oleh penclichk agar peserta didik tidak
meremehkan janji dan ancaman yang diberikan. Jika tidak dilakukan, janji dan ancaman
tersebut akan menjac!i bumerang bagi si penclidii. sendiri, bahkan dia dapat clianggap
seorang munafik karena orang yang suka mengingkari janjinya adalah sifat orang munafik
(al--hadits).
Selanjutnya, kita beralih kepada metocle pendidikan jasmani. Al-Qur'an
menempuh berbagai cam yang sifatnya integral dengan pembinaan rohani (mental).
Pelaksanaan ibadah shalat, .puasa, dan haji misalnya di samping mengandung dimensi
pendiclikan kesehatan jasmani ju1-,>a mengandung didikan rohani yang dalam. Shalat di
mulai dengan berwuclhu men&'iunakan air yang bersih, mcmbersihkan scluruh anggota
tubuh clengan tertib. Shalat juga clitandai dengan gerakan yang melibatkan seluruh
anggota badan secara harmonis. Tubuh jasmani harus bekerjasama dengan pikiran clan
perasaan. Al-Qur'an mengatakan antara lain, "seorang hamba ketika clia mengerjakan
shalat", clan juga ayat yang artinya: "sekali-kali janganlah kamu mematuhinya, (sebaliknya)
sujud clan mendekatlah (kepada Tuhan)"(Q.S. al-'Alaq, 30: 10 dan 19).
99
Secara konsepsional teoritis, keempat bidang matcn dan metode pengajaran
rersebut dapat dipisahkan, tetapi di dalam prakteknya satu dan lainnya tidak dapat
dipisahkan. Setiap kegiatan pendidikan sclalu mencakup kawasan kognitif (intelektual),
affektif Giwa), dan psikomotorik Gasmani). Dengan kata lain, bahwa potensi-potensi yang
dimiliki manusia itu saling berkaitan dan merupakan satu kesatuan. Banyak bukti
menunjukkan bahwa dwgan jasmani yang sehat memungkinkan manusia dapat bekerja
dcngan menggunakan pemikiran dan perasaan yang baik. Demikian pula dengan mental
1·ang sehat dapat menjacli dasar bagi pembinaan dalam struktur ajaran, berupa peraturan
peraturan, aturan kcmasyarakatan, etika di bidang ekonomi, politik, moral, dan lain
sebagainya.
Den1,,>an demikian, terdapat hubungan fungsional antara aka!, jiwa, dan jasmani,
yang pada akhimya menjadi satu hubungan yang sempuma, serasi dan seimbang.71
Dcmikian pula dalam mctodologi penyampaiannya, al-Qur'an menuntun peserta didik
untuk menemukan kebenaran melalui usahanya sendiri, dan menuntun agar materi yang
diajarkan kepadanya dapat diyakini kebenarannya melalui argumen-argumen logika.
Dcmikian pula dcngan kisah-kisah yang dipaparkannya adalah mcngantarkan mercka
kepada tujuan pendidikan yang seutuhnya, dengan cam diikuti oleh anutan dari mereka
yang mengemukakan kisah tersebut. Metodologi penclidikan yang sering kali san1,,>at
menitikberatkan hafalan, kisah yang dikemukakan dcngan bahasa yang gersang, tidak
menyentuh hati, ditambah lagi dengan nasihat yang diberikan yang tidak ditunjang oleh
pan utan pembcrian adalah tidak sejalan dcngan yang dikehcndaki al-Qur'an.
"Muhammad Qutb, op.cit., h. 127.
101
serta rasa tang~ung Fl\vao ketnasyarakatan dan kebangsaan tern1asuk affcktif dan
kcsehatan jasmani temasuk pendidikan jasmani.
Dengan demikian, konsep pendidikan yang dikehendaki oleb al-Qur'an
sebenarnya tdah diprnktekkan di Indonesia walaupun tcntu saja masib belum scmpuma.
Hal ini mempcrlihatkan kuatnya pengarub ajaran Islam dalam mewarnai corak
pembangunan di Indonesia, khususnya di bidang pendidikan. Keadaan seprti ini dapat
ditelusuri lcbib jaub pada tingkat para pengambil keputusan, yaitu orang-orang Islam
yang mengamalkan ajaran al-Qur'an. Dengan demikian, umat Islam sebarusnya bcrada di
posisi yan,g paling <lcpan dalan1 mcnga\val kcb>iatan pcndidik.an, karcna sccara substansial
apa yang dirumuskan dalam pendidikan nasional itu adalal1 ajaran yang sejalan dengan
kcbcndak al-Qur'an.
6. Alat Pendidikan
Untuk dapat mcnulis dan mcngcmbangkan pclajaran mcnulis diperlukan scbuab
alat. lstilah lain dari alat pcndidikan yang dikcnal hingga detik ini adalab media
pendidilrnn; Audio Visual Aids (AV A), alat peraga, sarana dan prasarana pendidikan, dan
sebagllinya . .Jadi, aht pendidikan adalah sq,>ala sesuatu yang dapat digunakan untuk
mencapai tujuan pendidikan Islam, ia mencakup apa saja yang bisa digunakan dan
metode pendidikan adalah salah satu darinya.
Pena merupakan alat pendidikan yang dicantumbn secara eksplisit di dalam
surnt al-'Alaq. Ini dapat dilihat pada ayat ke-4 yang berbunyi:
102
Pena mernpakan alat yang sangat pcnting dalam ilmu pengetahuan. Ilmu
pcngctahuan tidak akan bcrkcmbang tanpa adanya pena untuk menuliskannya. Karya-
karya ilmu pengetahuan di masa lampau dapat dil<etahui oleh generasi sekarang karena
ada pena yang digunakan untuk menuliskannya. Peristiwa dan kejadian scjarah masa
lampau juga dapat diketahui oleh umat pada zaman sekarang dengan membaca ;iaskah
atau prasasti tertulis yang ditinggalkan oleh gcnerasi masa lampau, bukti yang paling
dckat adalah naskal1 "proklamasi kcmcrdckaan" yang dikumandangkan oleh Ir.
Soekarno, Presiden Pertama Republik Indonesia pada tanggal 17 agustus 1045 60 tahun
yang lalu.
Demikianlah al-Qur'an meng_isarisbawahi betapa pentingnya pena sebagai alat
atau metode dalam pendidikan. Scorang ahli tafsir sepcrti lbnu Katsir misalnya, ia
mengatakan bahwa tanpa pena, ilmu tidak dapat dibukukan, berita orang dahulu tidal;:
akan dil<etahui, k:itab Allah yang diturnnkan kepada hamba-Nya juga tidak akan dapat
dibukukan.74
Dengan demikian, pcna adalah suatu alat yang amat penting dari dulu hingga
sekarang dan yang akan datang. Kemajuan yang diperolch umat manusia saat ini tidak
dapat dilepaskan dari kegiatan tulis-menulis yang tentu saja amat terkait dengan alat yang
dipakai, sehingga mereka bernsaha mengembangkannya dengan menciptakan alat tulis
yang super modern, seperti komputer, fotokopi, mesin fax, dan teleks.
74Muh,mmad Nasib Ar-Rifa'i, RiJigkasa11 Tqftir Ib1111 Katsir, Gakarta: Gema lnsani Press, 2001), jilid IV, Cet. Kedua, h. 530.
BAJ,J V
PENUTUP
Setclah diuraikan pokok-pokok masalah yang berkaitan dengan judul di atas pada
bab-bab tcrJabulu, maka pada bab terakhir ini penu!is akan mengemukakan beberapa
kesitnpulan disertai saran-saran scbagai-bcrikut:
A. Kesimpulan
Sctelab mcmpelajari dan mcnganalisa dari para ahli tafsir dan ahli pendidikan
yang penulis kaji mengenai "Aspek-aspek Pendidikan lsh111 clan l111plenmttasi11ya Dahm
Pe111hi11ac111 Men/a/ Pe.ret1a Oidik," bcrdasarkan studi tafsir surnt al-' Alaq, dapatlah dikcrahui
bahwa:
1. Konsep pendidikan menurut al-'Alaq diarahkan kcpada upaya menolong pese1"ta
didik agar dapat melaksanakan fungsinya mengabdi (wasjttd waqtarib) kepada Allah.
Seluruh potensi yang dimiliki pescrra didik, yakni potensi intelektual, jiwa dan
jasmani harus dibina sccara terpadu dalam keselarasan, kescrasian dan kcseimba111,>an
yang tergambar dalam sosok manusia scun1hnya. I-la! ini harus pula bcrimplikasi
terhadap matcri, metodc, dan lainnya yang berhubungan dengannya, sehingga
membentuk suatu sistem pcndidikan yang sempurna. Hal ini secara konsepsional
teoritis scjalan dent,>an konsep pcndidikan yang dikehendaki oleh bangsa Indonesia
sebagaimana tcrce1min GBHN dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2
Tahun 1989, walaupun dalam pclaksanaannya memang masib banyak kckurangan
Lhm p<1da dataran inilah scringkali dipcrtanyakan.
104
2. Gambaran kependidikan yang diberikan oleh al-'Alaq nampak memperlihatkan
bentuk yang komprehensip, mulai dari tujuan, materi, metode dan seterusnya.
Namun demikian pada scmua aspck pendidikan itu, al-'Alaq nampak lebih
memposisikan dirinya sebagai pemandu dalam prinsip, dan tidak mcmasuki kawasan
yang lebih bersifat praktis.
3. Mengenai bagaimana tujuan yang dirumuskan, materi disusun, guru-guru dilatih,
semua itu diserahkan kepada daya kreativitas dan ijtihad manusia. Dengan demikian
keterlibatan manusia sccara in tens dalam pcndidikan amat dituntut.
B. Saran
Mclalui karya tulis ini penulis berharap agar setiap muslim yang telibat dabm
dunia pendidikan tidak hanya mengajarkan kepada peserta didik agar bisa baca-tulis saja.
Namun lcbih jauh dm~ pada itu mampu memberikan agar pese1ta didik mcmpunyai
kemampuan menterjemahkan, menafsirkan isi kandungan al-Qur'an yang berhubungan
dengm1 pendidikan Islam dan mampu mengimplementasikan nilai-nilai pendidikan Islam
yang ada di dalamnya pada kehidupan sehari-hari. Bertolak dari uraian di atas maka
penulis mengajukan beberapa saran, yaitu:
1. Setiap manusia memiliki potensi fitrah (pembawaan) dan akal, maka hendaknya
kedua potcnsi ini dibina dan ditumbuhkembangkan dcngan pendidikan akhlak yang
berlandaskan tauhid, yakni berlandaskan wahyu ilahi.
105
2. Dengan berbekal fitrah, akal dan wahyu, hendaklah tercipta manusia yang unsur ruh
ilahiyahnya lcbil1 berperan dari unsur materinya. Manusia seperti inilah yang mampu
mengemban tanggung jawab dan amanah dan menjadi khalifah Allah di atas bumi ini.
3. Pendidikan Tauhid, pendidikan akhlak, pendidikan aka!, dan pendic".kan jasmani
merupakan masalah yang utama, tanpanya manusia tidak akan baha1~a di dunia dan
di akhirat kelak. Karena itu, seyogyanya kecmpat pendidikan ini ditanamkan sejak
manusia berusia dini, agar ia (umat) dapat beribadah dan mendekatkan diri kepada
Allah dcngan lcbih baik dan sempurna.
4. Mengkaji kandungan al-Qur'an kiranya sangat perlu dilakukan oleh setiap muslim
yang memiliki kemampuan dan mcmenuhi syarat unruk itu. Tenrunya unruk meyakini
dan mcngamalkan ajaran-ajaran yang tcrkandung di dalamnya dcngan bail< dan benar.
Selain itu, peranan keluarga sebagai pendidik pertama tidak kalah pentingnya
dalam mcwujudkan keberhasilan proses belajar mengajar, terntama lagi adalah ibu. Anak
iru akan selalu meliliat kepadanya sebagai contoh yang hams selalu diikutinya. Dan orang
tua yang bijaksana akan mcmbcri kesempatan secukupnya kepada anak-anaknya untuk
bergaul dcngan keluarga-kcluarganya itu, dcngan tetangi._,>a-tctangi.,>a yang dekat dan
sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
AJ-Qur'an dan Terjemahnya (R/!llisi Terbam) Depag RI, Semarang: Asy-Syifa', Edisi Lu.x
Abu Bakar, Fahrur, Tafsir Jalalain Berilwt Asbabub Nuzul Ayat, Terj., Bandung: Sinar Baru Algcsindo, 1995, J uz 15
Achmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, Yogyakarta: Aditya Media, 1992
Ali, Abdullah Yusuf, The Holy Qur'an: Text, Translation and Commentary, Qatar: Presidency of Islami Couert and Affair, t.t.
Al-Attas, Syed Muhammad al-Naguib, Aims and Objectives of Islamic Education, Jcddah King Abdul Aziz University, 1979
----------c-----, Konsep Pendidikan Islam, (ditetj. oleh Herry Noer Ali), Bandung: J\lizan, 1984, Cet. I
Al-Ghazali, Imam, Ringkasan Ihya 'Ulumuddin, Jakart.'l: Pustaka Amani, 1995
Al-Ghazali, Muhammad, Khulugul Mushin, diterj. oleh Drs. H. Moh. Rifa'I, Akhlak Seorang Muslim, Semarang: Wicaksana, 1993, Cet. IV
Al-Hasyimi, Muhammad Ali, Dr., Jati Diri Muslim, Jakarta: Pustaka al--Kautsar, 1999, cet. I. Diterj. oleh Muhammad Abdul Ghaffar E.M., dari judul asli: Syahsiyatu tu-JYJuslim Kamaa Yasbu gbuba al-Islam Ii al-Kitab wa al-Sunnab, Beirut: Daaru.l Basyair al-Islamiyah, Cct. V.
Al-Maraghi, Ahmad Mustafa, Ttlfsir '11-Maragbi, terj. Bahrun Abu Bakar, Le., Semarang: CV. Toha Putra, 1980, juz xxx
Al-Farmawi, Abdul Hayyi, Metode Ta/Sir J}faudbu'iy: Suatll Pengantar, terj. A. Jamrah,Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996
An-Nal1lawi, Abdur-Rahman, Us/Jul '11-Tarbiytlb ai-Islamiyah wa Asalibuba, (Diterj.) Shihabuddin, Pendidikan di Rumah, Sekolab, dan Masyarakat, Jakarta: Gema Insani Press, 1983, Cet. II
-------------, Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam, Bandung: CV. Diponegoro, 1992
0
107
Arifin, H.M., Prof., M.Ed., Hubungan Timbal Halik Pendidika11 Agama di Linglamgan Sekolah dan Keluarga, Jakarta: Bulan Bin tang, Cet. II
----------------, Dasar-dasar Pendidikan, Jakarta: UT, 1991
----------------, Filsatat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksarn, 1994, Cet. IV
Asyraf, Ali, Dr., Harison Bara dalam Pendidik:m Islam, Jakarta: Pustab Firdaus, 1989, Cct.1
As-Sabuny, Muhammad Ali, Muhtasar Tafsir lbn Kasir (Ringkasa11 Tatsir lbn Kasir), Beirut: Dar al-Qur'an, jilid II, 1981
As-Syaibany, Omar Muhammad al-Toumy, Falsatah Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bin tang, 1979 ·
Aziz, Erwati B.A., Ora., Prinsip-prinsip Pendidikan Islam, Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2003, Cet. I
Baidan, Nashruddin, Metodologi PenafSiran Al-Qur'an, Yogyakarta: Pustaka Pclajar, 2000, Cet.III
Bukhari, Imam, Matn al-Bukhari, Singapura: Maktabah wa Mathba'ah Sulaiman Mar'i, juz 1, t.t.
Chati, Siti Mei. Kesehatan Mental, Yogyakarta: Yayasan Pcncrbita!' [lakultas Psikologi UGM, 1983
Daradjat, Zakiah, Prof. Dr., llmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, Cct. II, 1992
-------------, Pendidikan Agama Dalam Pembinaan Mental, Jakarta: Gunung Agung, 1992
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, Cet.1, 1988
Dcpartcmcn Pcndidikan dan Kcbudayaan, Undang-Undang RI Namor 2 tahzm 1989 Ten tang Sistem Pendidikan Nasional Beserta Penjelasannya, Jakarta: Balai Pustaka, 1989
Djalaludclin, Prof., Dr., clan Ramayulis, Prof., Dr., Pengantar llmu fiw:1 Agama, Jakarta: Kalam M ulia, 1998, Cct. IV
108
El-Qussy, Abd. Azis, Prof. Dr., Pokok-Pokok Kesehatan Jiwa atau Mental, (Terj) Prof. Dr. Zakiah Daradjat,Jakarta: Bulan Bintang, 1974, Cet. II, jilid 1
Fu'ad 'Abdul Baqi, Muhammad, Terjemah Al-Lu'Ju' wal Marjan (Koleksi Hadits yang disepakati oleh AJ-Buchory dan Muslim), Jilicl I, Semarang: i\L
RlDHA, 1993, Cet. Pertama
Hucle, Darwis, dkk., Cakrawala Ilmu Dalam Al-Q11I'an, Gakarta: Pustaka Firdaus, 2002), Cet.II
Ismail, Risalah Akhlak, Yogyakarta: C.V. Bina Usaha, 1984, Cet. l
Ibn Hisyam, AJ-Raud al-Unuffi Syarh al-Sirat al-Nabawiyah, tahqiq '.'\.bcl al-Rahman al-Wakil, Kairo: Dar al-Kutub al-Hadisah, 1967,Juz II
Jalal, Abdul Fattah, Azas-Azas Pendidikan Islam, Bandung: al-Ma'arif, 1989
Kartono, Kartini dan Andari,Jenny, Hygiene JYiental dan Kesehatan Mental Dalam Islam, Bandung: Mandar Maju, 1989, Cet. VI
Langgulung, Hasan, Asas-Asas Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka al-Husna, 1987, Cet. im
Ma:imba, Ahmad, D, Drs., Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung alMa'arif, 1986, Cet. VIII
Mocliono, M. Anton, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jal,arta: Balai Pustalrn, 1988, Cet. I
Mubarak, Achmacl, Dr., Panduan Akhlak Mulia, Membangun Manusia dan Bangsa Berkarakter, Jakarta: Bina Rena, 2001
Musa, 1-Iasan Muhammad, Qam11s Qur'ani, Iskandariah: Mathba'at Khalil Ibrahim,
1966
Nasution, 1-Iarnn, Ceramah Tentang Kedudukan Akal Dalam Islam, Jakarta: Yayasan ldayu, 1982
Nata, I-I. Abuddin, M.A., M.Si, Dr., Ta!Sir-Ta!Sir Ayat-Ayat Pendidikan: Ta!Sir alAyat al-Tarbawiy, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002, Cet. I
I O'J
---------------, Filsafat Pendidikan J.9lam I, Jakarta: Logos, 1997, Cet. J
---------------, Akhlak Tasauf, Jakarta: Rajawali Press, 1996, cet. Ke-1
Nizar, !-I. Samsul, M.A, Dr., Fi/safat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, Teorids dan Praktis, Jakarta: Ciputat Pers, 2002, Cet. I
Partanto, Pius A. clan M. Dahlan, .Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Arkola, 1994
Pocrwadarminta, W.J.S., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: 13alai Pustaka, 1976
Purwanto, Nt,>alim, MP, Drs., Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995, tc.
Quthb, Muhammad, Sistem Pendidikan Islam, (terj.) M. Salman Harun, Bandung : alMa'arif, 1984, Cet. l
Sa'adi, Abdur Rahman, Kitab- al-Qaul al:fadid, Surabaya: Bina llmu, t.t.
Sabri, H. Alisuf, Drs, Ilmu Pendidikan, Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1999, C:et. JJertama
Sadily, Hasan (Pimp. Redaksi), Ensiklopedi Indonesia, Jakarta lchtiar Baru -Van Hoeve,Jilid V, t.th
Shan'ani, Subulus Salam, Mesir: Musthafa al-Bab al-halabi, 1958, cet.III, jilid IV
Shihab, M. Quraish M.J\., Dr., Tafsir al-Aman ah, Jakarta: Pustaka Kartini, 1992, C:et. 1
-----------------, Membumikan al-Qur'an, Bandung: Mizan, 1994, cct. XfX/19
-----------------,TatSir al-Mishbah: Pesan, Kesan, dan Ke.•erasian a/-Qur'an, ]uz 'amma, Jakarta: I.-cntcra hati, 2003, Vol. 15, cet. Ke-1
Suryana J\f, A.Toto. MPd., Drs., elide, Pendidikan Agama Islam (untuk pergurww tinggi), Bandung, Tiga Mutiara, 1997, Cet. Jr
Su'dan, M.D., SKM, R.H, Dr., al-Qur'an dan Panduan Kesehatan Masyarakat, Jakarta: PT.Dana Bhakti Prima Yasa, 1997
l 10
Syurbasyi, ,\hmad, 8tudi Tentang Sejarah Perkembangan Tafsir Al-Qur'an alKatim,Jakarta: Kalam Mulia, 1999, cet. 311
Tafsir, Ahmad, Dr., Ilmu Pendidikan Dalam Perspekdf Islam, Bandung: Remaja Rosda Karya, 1994, cct. Kc-2,
Taber, A l\forsal, H.M., dkk, Kan111s Ilmu Jiwa dan Pendidikan, Bandung: PT. AlMa' arif, 1976
Team Penyusun Filsafat Pendidikan Islam Depag RI tahuu 1984
Tim Pcnulis fAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ensiklopedi Islam Indonesia, Djambatan, t.t.
Tim Akhlak, Etika Islam: Dari Kesalehan Indivdiual Menuju Kesalehan So.sial, (diterj. Dari Adabe Islam), Jakarta: t.p., t.t., Cct. l
Uhbiyati, ll. Nur, Dra., Ilmu Pendidik:m Islam, Jakarta: l'ustaka Sctia, 1997, cct. Vfl
Ulwan, Abdullah Nashih, Pemeliharaanfiwa Anak, Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 1992
Undang-Undang Rcpublik Indonesia Nomor 2 tahun 1989
Yun us, H. Muhammad, Kam us Arab-Indonesia, Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1989