Asma

43
ASMA Tri Cahyani W., M.Sc., Apt

description

asma

Transcript of Asma

ASMA

Tri Cahyani W., M.Sc., Apt

Patologis

• Penyakit Asma (Asthma) adalah suatu penyakit kronik (menahun) yang menyerang saluran pernafasan (bronchiale) pada paru dimana terdapat peradangan (inflamasi) dinding rongga bronchiale sehingga mengakibatkan penyempitan saluran nafas yang akhirnya seseorang mengalami sesak nafas.

Patofisiologi

Ashma

Patofisiologi lanjutan

• Inflamasi kata kunci untuk menjelaskan perubahan patologis yang terjadi pada asma

• Inflamasi merupakan reaksi pertahanan diri terhadap invasi organisme asing dengan tujuan perbaikan jaringan

respon yang menguntungkan• Namun pada asma : inflammatory response

terjadi secara tidak tepatadverse effects

Inflamasi pada asma dikarakterisir oleh :• Infiltrasi eosinofil dan limfosit ke jaringan

saluran nafas• Pengelupasan (shedding) epithelial cells

bronkus dan• penebalan lapisan subepitelial

Profil ObatTerapi Farmakologi

Beta-2 Agonistβ2 Agonist merupakan bronkhodilator kerja cepat yang paling efektif. Stimulasi reseptor β2 Adrenergik mengaktivasi adenilsiklase , yang menghasilkan peningkatan AMP siklik intraselular. Hal ini menyebabkan relaksasi otot polos, stabilisasi membran sel mast, dan stimulasi otot skelet.

Beta-2 Agonist

Berdasarkan tabel di atas, Isoproterenol dan Metaproterenol merupakan nonselective β2 Agonist, sedangkan jenis obat yang lain lebih selektif terhadap reseptor β2.

Beta-2 Agonist

Albuterol (Salbutamol) dan inhalasi β2 Agonist yang lain (Bitolterol, Pirbuterol, dan terbutalin) diindikasikan untuk penanganan episode bronkospasmus iregular dan merupakan pilihan pertama dalam penanganan asma akut.

Dalam asma parah akut, β2 Agonist kerja pendek (seperti albuterol) harus diberikan dalam dosis tinggi menggunakan nebulizer dengan interval pemberian sering atau melalui inhalasi dosis terukur (Metered Dose Inhaler/MDI)

Dosis Keterangan> 6 tahun < 6 tahun

β2 Agonist inhalerAlbuterol Larutan nebulizer (5mg/ml)

2,5 – 5 mg setiap 20 menit sebanyak 3 dosis, kemudian 2,5-10 mg setiap 4 jam sesuai keperluan, atau 10-15 mg/jam secara kontinyu

0,15mg/kg (dosis minimum 2,5mg) setiap 20 menit sebanyak 3 dosis, kemudian 0,15-0,3 mg/kg sampai 10mg setiap 1-4 jam sesuai keperluan. Atau 0,5mg/kg/jam dengan nebulisasi kontinyu

Hanya β2 Agonist selektif yang direkomendasikan

Albuterol MDI (90mcg/hirup) 4-8 hirup setiap 30 menit sampai 4 jam, lalu setiap 1-4 jam sesuai keperluan

4-8 hirup setiap 20 menit sebanyak 3 dosis, kemudian setiap 1-4 jam sesuai keperluan

Pada pasien dengan derita parah, nebulisasi lebih disukai

Levalbuterol larutan nebulizer Diberikan pada satu setengah dosis albuterol diatas

Diberikan pada satu setengah dosis albuterol diatas

Isomer tunggal albuterol punya kecenderungan mempunyai potensi dua kali lipat

Bitolterol larutan nebulizer Lihat dosis albuterol Lihat dosis albuterol, diperkirakan sama kuat, atau 1,5 kali lebih kuat dari albuterol pada basis mikrogram

Belum ada studi pada asma parah akut, jangan dicampur dengan obat lain

Pirbuterol MDI (200mcg/hirup)

Lihat dosis albuterol Lihat dosis albuterol diperkirakan1,5 kali lebih kuat dari albuterol pada basis mikrogram

Belum ada studi pada asma parah akut

dosis untuk obat golongan β2 Agonist pada penanganan segera di Rumah sakit

β2 Agonist sistemikEfinefrin 1:1000 (1mg/mL)

0,3-0,5 mg setiap 20 menit sebanyak 3 dosis subkutan

0,01 mg/kg sampai 0,5 mg setiap 20 menit sebanyak 3 dosis subkutan

Tidak ada bukti keuntungan terapi sistemik dibandingkan aerosol

Terbutalin (1mg/mL) 0,25mg setiap 20 menit sebanyak 3 dosis subkutan

0,01mg/kg setiap 20 menit sebanyak 3 dosis, kemudian setiap 2-6 jam sesuai keperluan subkutan

Tidak direkomendasikan

KortikosteroidKortikosterid meningkatkan jumlah reseptor β2 Adrenergik dan meningkatkan respon reseptor terhadap stimulasi β2 Adrenergik yang mengakibatkan penurunan produksi mukus dan hipersekresi, mengurangi hiperresponsivitas bronkus, serta mengembalikan perbaikan jalur nafas.

Kortikosteroid digunakan untuk pencegahan jangka panjang dan pengontrolan gejala asma.

Antikolinergik

Contoh obat golongan ini adalah Ipratropium Bromida dan Tiotropium Bromida. Obat ini merupakan inhibitor kompetitif reseptor muskarinik, menghasilkan bronkodilatasi hanya pada bronkokonstriksi yang dimediasi kolinergik. Antikolinergik merupakan bronkodilator efektif tetapi tidak sekuat β2 Agonist

MethylxantinMetilxantin seperti Teofilin menghasilkan bronkhodilatasi dengan menginhibisi fosfodiesterase, yang juga dapat menghasilkan anti inflamasi dan aktifitas nonbronkodilatasi lain melalui penurunan pelepasan mediator sel mast, penurunan pelepasan protein dasar eosinofil, penurunan proliferasi limfosit T, penurunan pelepasan sitokin sel T, dan penurunan eksudasi plasma

Metilxantin tidak efektif dalam bentuk aerosol (lokal) dan harus diberikan dalam bentuk sistemik (oral/iv)

Efek Samping• Kortikosteroid hirup, pada ibu hamil berefek pada rendahnya

berat bayi yang lahir dan memperlambat pertumbuhan anak-anak jika digunakan selama bertahun-tahun.

• Kortikosteroid inhalasi berefek samping lokal pada anak-anak seperti batuk, rasa haus, dan kekakuan lidah bila pemberian melalui nebulizer, meningkatkan kejadian osteoporosis pada wanita.

• Kortikosteroid oral dapat saja digunakan untuk jangka panjang, tetapi hanya boleh digunakan kalau obat lain telah gagal sebab beresiko osteoporosis.

Efek Samping

• Teofilin, pada anak-anak, menimbulkan hiperaktivitas dan gangguan pencernaan.

• Obat-obat sistemik dalam jangka pendek dapat meningkatkan berat badan, hipertensi, gemuk air karena retensi cairan, dan jangka panjangnya menimbulkan moon face, perlambatan pertumbuhan, diabetes, dan penipisan jaringan kulit.

mengendalikan faktor pencetus, fisioterapi nafas/senam asma

Banyak minum untuk menghindari dehidrasi

terutama pada anak-anak

Pola hidup sehat

TERAPI NON FARMAKOLOGI

Terima kasihThank YouSYUUKRAAN...

Terima kasih

Thank You

Syuukraan...

Syuukraan...

THANK YOU

Syuukraan...