Asma

31
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN ASMA Dosen Pembimbing : Ilkafah M.Kes Disusun Oleh : Fandik aja 3A KEPERAWATAN STIKES MUHAMMADIYAH LAMONGAN TAHUN AJARAN 2012/2013 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepeda kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Respirasi. Dalam makalah ini kami membahas tentang “Asuhan Keperawatan Klien dengan Asma “.Dalam menyusun makalah ini penulis banyak mendapat bimbingan serta motivasi dari beberapa pihak, oleh karenanya kami mengucapkan Alhamdulillah dan terima kasih kepada 1. Bapak Budi Utomo Amd.Kep, M.Kes, selaku ketua Stikes Muhammadiyah Lamongan

Transcript of Asma

Page 1: Asma

ASUHAN KEPERAWATAN

KLIEN DENGAN ASMA

Dosen Pembimbing : Ilkafah M.Kes

Disusun Oleh :

Fandik aja

3A KEPERAWATAN

STIKES MUHAMMADIYAH LAMONGAN

TAHUN AJARAN 2012/2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepeda

kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.Makalah ini disusun untuk

memenuhi tugas Respirasi. Dalam makalah ini kami membahas tentang “Asuhan Keperawatan

Klien dengan Asma “.Dalam menyusun makalah ini penulis banyak mendapat bimbingan serta

motivasi dari beberapa pihak, oleh karenanya kami mengucapkan Alhamdulillah dan terima

kasih kepada

1.      Bapak Budi Utomo Amd.Kep, M.Kes, selaku ketua Stikes Muhammadiyah Lamongan

2.      Ilkafah M.Kep, sebagai dosen pembimbing

3.      Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis membuka diri untuk

menerima berbagai masukan dan kritikan dari semua pihak, Penulis berharap semoga makalah

ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Page 2: Asma

Lamongan, 24 September 2012

Penyusun

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Sistem pernafasan merupakan suatu sistem yang penting bagi kehidupan manusia, maka

sistem pernafasan harus di jaga dari patogen – patogen yang dapat mempengaruhi pernafasan

manusia seperti penyakit asma bronkial. Asma merupakan penyakit radang kronis umum dari

saluran udara yang ditandai dengan gejala variabel dan berulang, obstruksi aliran udara

berlangsung secara reversibel, dan bronkospasme. Dari tahun ke tahun prevalensi penderita asma

semakin meningkat.Di Indonesia, penelitian pada anak sekolah usia 13-14 tahun dengan

menggunakan kuesioner ISAAC (International Study on Asthma and Allergy in Children) tahun

1995 menunjukkan, prevalensi asma masih 2,1%, dan meningkat tahun 2003 menjadi dua kali

lipat lebih yakni 5,2%. Kenaikan prevalensi di Inggris dan di Australia mencapai 20-30%.

National Heart, Lung and Blood Institute melaporkan bahwa asma diderita oleh 20 juta

penduduk amerika.

Asma terbukti menurunkan kualitas hidup penderitanya. Dalam salah satu laporan di Journal

of Allergy and Clinical Immunologytahun 2003 dinyatakan bahwa dari 3.207 kasus yang diteliti,

44-51% mengalami batuk malam dalam sebulan terakhir. Bahkan 28,3% penderita mengaku

terganggu tidurnya paling tidak sekali dalam seminggu. Penderita yang mengaku mengalami

keterbatasan dalam berekreasi atau olahraga sebanyak 52,7%, aktivitas sosial 38%, aktivitas fisik

44,1%, cara hidup 37,1%, pemilihan karier 37,9%, dan pekerjaan rumah tangga 32,6%. Absen

Page 3: Asma

dari sekolah maupun pekerjaan dalam 12 bulan terakhir dialami oleh 36,5% anak dan 26,5%

orang dewasa. Selain itu, total biaya pengobatan untuk asma di USA sekitar 10 milyar dollar per

tahun dengan pengeluaran terbesar untuk ruang emergensi dan perawatan di rumah sakit. Oleh

karena itu, terapi efektif untuk penderita asma berat sangat dibutuhkan.

Dalam bab selanjutnya akan dibahas mengenai tentang Asma dan pemberian Asuhan

Keperawatan Klien dengan Asma.

1.2  Rumusan Masalah

1.2.1. Bagaimana anatomi fisiologi dari system pernafasan?

1.2.2. Apa Definisi dari Asma Bronkial?

1.2.3. Apa klasifikasi dari Asma Bronkial ?

1.2.4. Apa etiologi dari Asma Bronkial?

1.2.5. Apa manifestasi klinis dari Asma Bronkial?

1.2.6. Bagaimana patofisiologis dari Asma Bronkial?

1.2.7. Bagaiamana pathway dari Asma Bronkial?

1.2.8. Bagaimana penatalaksanaan dari Asma Bronkial?

1.2.9. Bagaimana asuhan keperawatan dari Asma bronkial?

1.3  Tujuan

1.3.1. Untuk mengetahui anatomi fisiologi dari system pernafasan

1.3.2. Untuk mengetahui definisi dari Asma bronkial

1.3.3. Untuk mengetahui etiologi dari asma bronkial

1.3.4. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Asma bronkial

1.3.5. Untuk mengetahui patofisiologis dari Asma bronkial

1.3.6. Untuk mengetahui pathway dari Asma bronkial

1.3.7. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari Asma bronkial

1.3.8. Untuk mengetahui Asuhan keperawatan dari Asma bronkial

Page 4: Asma

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Anatomi fisiologi dari Sistem Pernafasan

Sistem pernafasan terdiri dari komponen berupa saluran pernafasan yang dimulai dari

hidung, pharing, laring, trakea, bronkus, bronkiolus, alveolus. Saluran pernafasan bagian atas

dimulai dari hidung sampai trakea dan bagian bawah dari bronkus sampai alveolus.

Fungsi utama sistem pernafasan adalah menyediakan oksigen untuk metabolisme

jaringan tubuh dan mengeluarkan karbondioksida sebagai sisa metabolisme jaringan. Sedangkan

fungsi tambahan sistem pernafasan adalah mempertahankan keseimbangan asam basa dalam

tubuh, menghasilkan suara, memfasilitasi rasa kecap, mempertahankan kadar cairan dalam tubuh

serta mempertahankan keseimbangan panas tubuh.

Tercapainya fungsi utama pernafasan didasarkan pada empat proses yaitu: ventilasi

(keluar masuknya udara pernafasan), difusi (pertukaran gas di paru-paru), transportasi

(pengangkutan gas melalui sirkulasi) dan perfusi (pertukaran gas di jaringan).

Adapun kondisi yang mendukung dari proses pernafasan adalah tekanan oksigen atau

udara atmosfer harus cukup, kondisi jalan nafas dalam keadaan normal, kondisi otot pernafasan

dan tulang iga harus baik, ekspansi dan rekoil paru, fungsi sirkulasi (jantung), kondisi pusat

pernafasan dan hemoglobin sebagai pengikat oksigen.

Berikut ini dijelaskan lebih rinci mengenai anatomi dan fisiologi dari organ-organ

pernafasan

1.      Hidung

Merupakan saluran pernafasan teratas. Ditempat ini udara pernafasan mengalami proses

yaitu penyaringan (filtrasi), penghangatan dan pelembaban (humidifikasi). Ketiga proses ini

merupakan fungsi utama dari mukosa respirasi yang terdiri dari epitel thoraks bertingkat, bersilia

dan bersel goblet. Bagian belakang hidung berhubungan dengan pharing disebut nasopharing.

2.      Pharing

Page 5: Asma

Berada di belakang mulut dan rongga nasal. Dibagi dalam tiga bagian yaitu nasopharing,

oropharing, dan laringopharing. Pharing merupakan saluran penghubung antara saluran

pernafasan dan saluran pencernaan. Bila makanan masuk melalui oropharing, epiglotis akan

menutup secara otomatis sehingga aspirasi tidak terjadi.

3.      Laring,

Berada di atas trakea di bawah pharing. Sering kali disebut sebagai kotak suara karena

udara yang melewati daerah itu akan membentuk bunyi. Laring ditunjang oleh tulang-tulang

rawan, diantaranya yang terpenting adalah tulang rawan tiroid (Adam Apple) yang khas pada

pria, namun kurang jelas pada wanita.Di bawahnya terdapat tulang rawan krikoid yang

berhubungan dengan trakea.

4.      Trakea,

Terletak di bagian depan esophagus, dan mulai bagian bawah krikoid kartilago laring

dan berakhir setinggi vertebra torakal 4 atau 5. Trakea bercabang menjadi bronkus kanan dan

kiri. Tempat percabangannya disebut karina yang terdiri dari 6 – 10 cincin kartilago.

5.      Bronkus,

Dimulai dari karina, dilapisi oleh silia yang berfungsi menangkap partikel-partikel dan

mendorong sekret ke atas untuk selanjutnya dikeluarkan melalui batuk atau ditelan. Bronkus

kanan lebih gemuk dan pendek serta lebih vertikal dibanding dengan bronkus kiri.

6.      Bronkiolus,

Merupakan cabang dari bronkus yang dibagi ke dalam saluran-saluran kecil yaitu

bronkiolus terminal dan bronkiolus respirasi.Keduanya berdiameter ≤ 1 mm. Bronkiolus

terminalis dilapisi silia dan tidak terjadi difusi di tempat ini.Sebagian kecil hanya terjadi pada

bronkiolus respirasi.

   

7.      Alveolus

Duktus alveolus menyerupai buah anggur dan merupakan cabang dari bronkiolus

respirasi.Sakus alveolus mengandung alveolus yang merupakan unit fungsional paru sebagai

tempat pertukaran gas.Diperkirakan paru-paru mengandung ± 300 juta alveolus (luas permukaan

± 100 m2) yang dikelilingi oleh kapiler darah.

Dinding alveolus menghasilkan surfaktan (terbuat dari lesitin) sejenis fosfolipid yang

sangat penting dalam mempertahankan ekspansi dan rekoil paru.Surfaktan ini berfungsi

Page 6: Asma

menurunkan ketegangan permukaan dinding alveoli. Tanpa surfaktan yang adekuat maka

alveolus akan mengalami kolaps.

8.      Paru Paru

Paru merupakan jaringan elastis yang dibungkus (dilapisi) oleh pleura.Pleura terdiri dari

pleura viseral yang langsung membungkus/ melapisi paru dan pleura parietal pada bagian

luarnya.Pleura menghasilkan cairan jernih (serosa) yang berfungsi sebagai lubrikasi.Banyaknya

cairan ini lebih kurang 10 – 15 cc. Lubrikasi dimaksudkan untuk mencegah iritasi selama

respirasi. Peredaran darah ke paru-paru melalui dua pembuluh darah yaitu : arteri pulmonalis dan

arteri bronkialis.

2.2. Definisi asma bronkial

Asma Bronchial adalah penyakit saluran nafas yang dapat pulih yang terjadi karena

spasme bronkus disebabkan oleh berbagai sebab misalnya allergen, infeksi dan latihan. (Hudak

& Gallo, 1997; 225)

Asma Bronkial adalah inflamasi dari plasma akut dari otot halus pada bronkus dan

bronkiolus dengan peningkatan produksi dan pelengketan mukus. (Susan Martin Tucker,et.al,

1998; 2215)

Asma Bronkial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respons trakea dan

bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang

luas dan derajatnya dapat berubah-ubah, baik secara spontan maupun sebagai hasil pengobatan

(Soeparman, Sarwono Waspadji, 1999; 71)

Asma Bronkial adalah suatu penyakit yang dikarakteristikkan oleh konstriksi yang dapat

pulih dari otot halus bronkial, hipersekresi mukosa, dan inflamasi mukosa serta edema.Faktor

pencetus termasuk alergen, masalah emosi, cuaca dingin, latihan, obat, kimia, dan infeksi.

(Marilynn E. Doenges, 1999; 152)

Asma Bronkial adalah penyakit jalan nafas obstruksi intermitten, reversibel dimana

trakea dan bronki berespon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu yang

dimanifestasikan dengan penyempitan jalan nafas yang mengakibatkan dispnea, batuk, dan

mengi. (Brunner and Suddarth, 2001; 593)

Asma Bronkial adalah penyakit kronik sistem pernafasan dengan ciri serangan berulang

kesulitan dalam bernafas, wheezing, dan batuk.Selama serangan saluran bronkus kejang, menjadi

lebih sempit dan kurang mampu untuk menggerakkan udara ke paru-paru.Bermacam-macam

Page 7: Asma

benda yang dapat mengakibatkan alergi seperti bulu binatang, debu, polusi atau makanan tertentu

dapat memicu serangan.(Health Dictionary, 2007).

Asma Bronkial adalah penyakit kronis dengan serangan nafas pendek, wheezing dan

batuk dari konstriksi dan membran mukosa yang bengkak di dalam bronkus (jalan nafas dalam

paru-paru).Hal ini terutama disebabkan oleh alergi atau infeksi saluran pernafasan. Kedua asap

rokok dapat mengakibatkan asma pada anak. (Britannica Concise Encyclopedia, 2007).

Asma Bronkial adalah gangguan pernafasan ditandai dengan serangan berulang kesulitan

bernafas terutama saat menghembuskan nafas oleh karena peningkatan ketahanan aliran udara

melalui pernafasan bronkeolus. (Sports Science and Medicine, 2007).

Asma Bronkial adalah penyakit kronis system pernafasan di tandai dengan serangan

berkala dari wheezing, nafas pendek dan rasa sesak di dada.(Columbia Encyclopedia, 2007).

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Asma Bronchial adalah

penyempitan sebagian dari otot halus pada bronkus dan bronkiolus yang bersifat reversibel dan

disebabkan oleh berbagai penyebab seperti alergen, infeksi dan latihan.

2.3 Klasifikasi

Berdasarkan penyebabnya, asma bronkial dapat diklasifikasikan menjadi 3tipe, yaitu :

1.      Ekstrinsik (alergik)

Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang spesifik, seperti

debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotic dan aspirin) dan spora jamur. Asma

ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetic terhadap alergi. Oleh

karena itu jika ada faktor – faktor pencetus spesifik seperti yang disebutkan di atas, maka akan

terjadi serangan asma ekstrinsik

2.      Instrinsik (non alergik)

Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik

atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran

pernafasan dan emosi.Serangan asma ini menjadi lebih berat dan seri n sejalan dengan berlalunya

waktu dan dapat berkembang menjadi bronchitis kronik dan emfisiema. Beberapa pasien akan

mengalami asma gabungan

Page 8: Asma

3.      Asma gabungan

Bentuk asma ynag paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik dan non

alergik

2.4 Etiologi

Faktor-faktor penyebab dan pemicu asma antara lain debu rumah dengan tungaunya, bulu

binatang, asap rokok, asap obat nyamuk, dan lain-lain. Beberapa makanan penyebab alergi

makanan seperti susu sapi, ikan laut, buah-buahan, kacang juga dianggap berperanan penyebab

asma. Polusi lingkungan berupa peningkatan penetrasi ozone, sulfur dioksida (SO2), nitrogen

oksid (NOX), partikel buangan diesel, partikel asal polusi (PM10) dihasilkan oleh industri dan

kendaraan bermotor. Makanan produk industri dengan pewarna buatan (misalnya tartazine),

pengawet (metabisulfit), dan vetsin (monosodium glutamat-MSG) juga bisa memicu asma.

Kondisi lain yang dapat memicu timbulnya asma adalah aktifitas, penyakit infeksi, emosi atau

stres.

2.5 Manifestasi Klinis

a)      Tanda

Sebelum muncul suatu episode serangan asma pada penderita, biasanya akan ditemukan

tanda-tanda awal datangnya asma. Tanda-tanda awal datangnya asma memiliki sifat-sifat sebagai

berikut, yaitu sifatnya unik untuk setiap individu, pada individu yang sama, tanda-tanda

peringatan awal bisa sama, hampir sama, atau sama sekali berbeda pada setiap episode serangan

dan tanda peringatan awal yang paling bisa diandalkan adalah penurunan dari angka prestasi

penggunaan “Preak Flow Meter”.

Beberapa contoh tanda peringatan awal (Hadibroto & Alam, 2006) adalah perubahan dalam

pola pernapasan, bersin-bersin, perubahan suasana hati (moodiness), hidung mampat, batuk,

gatal-gatal pada tenggorokan, merasa capai, lingkaran hitam dibawah mata, susah tidur, turunnya

toleransi tubuh terhadap kegiatan olahraga dan kecenderungan penurunan prestasi dalam

penggunaan Preak Flow Meter.

b)      Gejala

1.   Gejala Asma Umum

Page 9: Asma

Perubahan saluran napas yang terjadi pada asma menyebabkan dibutuhkannya usaha yang

jauh lebih keras untuk memasukkan dan mengeluarkan udara dari paru-paru.Hal tersebut dapat

memunculkan gejala berupa sesak napas/sulit bernapas, sesak dada, mengi/napas berbunyi

(wheezing) dan batuk (lebih sering terjadi pada anak daripada orang dewasa).

Tidak semua orang akan mengalami gejala-gelaja tersebut. Beberapa orang dapat

mengalaminya dari waktu ke waktu, dan beberapa orang lainya selalu mengalaminya sepanjang

hidupnya.Gelaja asma seringkali memburuk pada malam hari atau setelah mengalami kontak

dengan pemicu asma (Bull & Price, 2007). Selain itu, angka performa penggunaan Preak Flow

Meter menunjukkan rating yang termasuk “hati-hati” atau “bahaya” (biasanya antara 50%

sampai 80% dari penunjuk performa terbaik individu) (Hadibroto & Alam, 2006).

2.   Gejala Asma Berat

Gejala asma berat (Hadibroto & Alam, 2006) adalah sebagai berikut yaitu serangan batuk

yang hebat, napas berat “ngik-ngik”, tersengal-sengal, sesak dada, susah bicara dan

berkonsentrasi, jalan sedikit menyebabkan napas tersengal-sengal, napas menjadi dangkal dan

cepat atau lambat dibanding biasanya, pundak membungkuk, lubang hidung mengembang

dengan setiap tarikan napas, daerah leher dan di antara atau di bawah tulang rusuk melesak ke

dalam, bersama tarikan napas, bayangan abu-abu atau membiru pada kulit, bermula dari daerah

sekitar mulut (sianosis), serta angka performa penggunaan Preak Flow Meter dalam wilayah

berbahaya (biasanya di bawah 50% dari performa terbaik individu).

2.6 Patofisiologi

Pada penyakit asma mengalami respon imun yang buruk terhadap lingkungan misalnya

stres, udara dingin, latihan dan faktor-faktor lain. Serangan asma merupakan akibat adanya

reaksi antigen antibodi yang menyebabkan dilepaskannya mediator-mediator kimia.Antibodi

yang dihasilkan (IgE) menyerang sel-sel mast dalam paru.Pemajanan ulang terhadap antigen

mengakibatkan ikatan antigen dengan antibodi yang menyebabkan pelepasan produk sel-sel mast

(mediator) seperti histamin, bradikinin, dan prostaglandin serta anafilaksis dan substansi yang

bereaksi lambat (SRS-A). Pelepasan mediator ini dalam jaringan paru mempengaruhi otot polos

dan kelenjar jalan nafas yang menyebabkan tiga reaksi utama yaitu:

a. Konstriksi otot-otot polos baik saluran nafas yang besar maupun saluran nafas yang kecil yang

menimbulkan bronkospasme.

Page 10: Asma

b. Peningkatan permeabilitas kapiler yang berperan dalam terjadinya edema mukosa yang

menambah sempitnya saluran nafas lebih lanjut.

c. Peningkatan sekresi kelenjar mukosa dan peningkatan produksi mukus.

2.7 PATHWAY

Rangsangan non imunologi Rangsangan imunologi

(virus,infeksi,fisik,mekanis) (antigen)

Sel mast

Sel epitel

Sel makrofag

Sel eosinophil

Sel limfosit

Sel saraf otonom mediator keradangan

-          Reflex akson otot poloskontraksi

-          Neuropeptide kemotaksis

Respon granulostik

Netrofil

Eosinophil

Basophil

Activated mononuculer cells

Makrofag

Limfosit

Mediator keradangan

Page 11: Asma

Sembah saluran nafas

Keradanngan sel

Sekresi mukosa

Permealibilitas mukosa

Dan pembuluh darah

Airway hypereponsiveness

ASMA

2.8 Penatalaksanaan

Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah :

a.       Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segera.

b.      Mengenal dan menghindari faktor-faktor yang dapat mencetuskan serangan asma

c.       Memberikan penerangan kepada penderita ataupun keluarganya mengenai penyakit

asma, baik pengobatannya maupun tentang perjalanan penyakitnya sehingga penderita mengerti

tujuan pengobatan yang diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau perawat yang

merawatnya.

Pengobatan pada asma bronkial terbagi 2, yaitu:

a.       Pengobatan non farmakologik:

-          Memberikan penyuluhan.

-          Menghindari faktor pencetus.

-          Pemberian cairan.

-          Fisiotherapy.

-          Beri O2 bila perlu.

b.      Pengobatan farmakologik :

1)      Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2 golongan :

a)    Simpatomimetik/ adrenergik (Adrenalin dan efedrin)

Nama obat :

- Orsiprenalin (Alupent)

- Fenoterol (berotec)

- Terbutalin (bricasma)

Page 12: Asma

Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia dalam bentuk tablet, sirup, suntikan dan semprotan.

Yang berupa semprotan: MDI (Metered dose inhaler). Ada juga yang berbentuk bubuk halus

yang dihirup (Ventolin Diskhaler dan Bricasma Turbuhaler) atau cairan broncodilator (Alupent,

Berotec, brivasma serta Ventolin) yang oleh alat khusus diubah menjadi aerosol (partikel-partikel

yang sangat halus) untuk selanjutnya dihirup.

2)      Santin (teofilin)

Nama obat :

- Aminofilin (Amicam supp)

- Aminofilin (Euphilin Retard)

- Teofilin (Amilex)

Efek dari teofilin sama dengan obat golongan simpatomimetik, tetapi cara kerjanya berbeda.

Sehingga bila kedua obat ini dikombinasikan efeknya saling memperkuat.

Cara pemakaian : Bentuk suntikan teofillin / aminofilin dipakai pada serangan asma akut, dan

disuntikan perlahan-lahan langsung ke pembuluh darah. Karena sering merangsang lambung

bentuk tablet atau sirupnya sebaiknya diminum sesudah makan. Itulah sebabnya penderita yang

mempunyai sakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat ini. Teofilin ada juga dalam

bentuk suppositoria yang cara pemakaiannya dimasukkan ke dalam anus. Supositoria ini

digunakan jika penderita karena sesuatu hal tidak dapat minum teofilin (misalnya muntah atau

lambungnya kering).

3)      Kromalin

Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah serangan asma.Manfaatnya

adalah untuk penderita asma alergi terutama anak-anak. Kromalin biasanya diberikan bersama-

sama obat anti asma yang lain, dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian satu bulan.

4)      Ketolifen

Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin.Biasanya diberikan dengan dosis

dua kali 1mg / hari.Keuntungan obat ini adalah dapat diberikan secara oral.

(Dudut Tanjung., Skp, 2007)

Page 13: Asma

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN ASMA BRONKIAL

1.1  PENGKAJIAN

a)      Identitas klien

1.      Nama

2.      Usia

3.      Jenis kelamin

4.      Agama

5.      Alamat

6.      Penanggung jawab

7.      Tanggal masuk RS

8.      Tanggal pengkajian

b)      Keluhan utama

Batuk, nafas pendek

c)      Riwayat penyakit sekarang

Keluhan sesak nafas, keringat dingin

d)     Riwayat penyakit dahulu

Apakah klien pernah mengalami penyakit seperti yang dialaminya sekarang

e)      Riwayat penyakit keluarga

Apakah anggota keluarga sebelumnya ada yang pernah mengalami sakit seperti penyakit klien.

1.2  PEMERIKSAAN FISIK

Dada

Inspeksi

1.      Dada posterior dengan posisi duduk

2.      Membandingkan dada kanan dan kiri dari atas ke bawah

3.      Kulit Thorax : Hangat, pucat, dan kondisi lesi, masa dan gangguan tulang belakang

kifosis,lordosis,scoliosis

4.      Catat jumlah jumlah irama, kedalaman, dan kesimetrisan pergerakan dada

Page 14: Asma

5.      Tipe pernafasan

6.      Kelainan bentuk dada

Palpasi

1.      Temperature kulit

2.      Premitus : pibrasi dada

3.      Pengembangan dada

4.      Krepitasi

5.      Masa

6.      Edema

Perkusi

  Normal

1.      Reasonon

2.      Dullness

3.      Tympany

  Abnormal

1.      Hiperresonan

2.      Flatness

Auskultasi

1.      Vaskuler

2.      Broncho vesikuler

3.      Hyper ventilasi

4.      Ronchi

5.      Whizzing

6.      Lokasi dan perubahan suara napas serta kapan saat terjadinya

1.3  PEMERIKSAAN LABORATORIUM

1.      Pemeriksaan sputum

Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya :

         Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari Kristal eosinophil

         Spiral curshman yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang bronkus

         Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus

Page 15: Asma

         Netrofil dan eosinophil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid dengan viskositas

yang tinggi dan terkadang terdapat mucus plug

2.      Pemeriksaan darah

         Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi hipoksemia, hiperkapnia

atau asidosis

         Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH

         Hiponatremia dan kadar leukosit kadang – kadang di atas 15.000/mm3 dimana menandakan

terdapatnya suatu infeksi

         Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E pada waktu serangan dan

menurun pada waktu bebas dari serangan

1.3  PEMERIKSAAN PENUNJANG

1.      Pemeriksaan radiolgi

Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal.pada waktu serangan menunjukan

gambaran hiperinflasi pada paru yakni radiolusen yang bertambah dan pelrburan rongga

intercostalis,serta diafragma yang menurun.akan tetapi bila terdapat komplikasi,maka kelainan

yang didapat adalahsebagai berikut:

         Bila disertai denga bronchitis,maka bercak-bercak dihilus akan bertambah.

         Bila terdapat komplikasi empisema (COPD),maka gambaran radiolusen akan semakin

bertambah.

         Bila terdapat komplikasi,maka terdapat gambaran infiltrate pada paru.

         Dapat pula menimbulkan gambaran atelectasis lokal.

         Bila terjadi pneumonia mediastinum,pneumotoraks,dan pneumoperikardium,maka dapat dilihat

bemtuk gambaran radiolusen pada paru.

2.      Pemeriksaan tes kulit

Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai allergen yang dapat menimbulkan reaksi

yan positif pada asma.

3.      Elektrokardiografi

gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3 bagian,dan

disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru yaitu:

         Perubahan aksis jantung,yakni pada ummnya

Terjadi right axis deviasi dan clock wise rotation.

Page 16: Asma

         Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung,yakni terdapat RBB (right bundle branch block).

         Tanda-tanda hipoksemia,yakni terdapat sinus tachycardia,SVES,dan VES atau terjadinya depresi

segmen ST negative.

4.      Scanning paru

Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara selama serangan

asma tidak menyeluruh pada paru.

5.      Spirometri

Untuk menunjukan adanya obstruksi jalan nafas reversible,cara yang cepat dan sederhana

diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator.

1.4 ANALISA DATA

NO Data penunjang Etiologi Masalah

1.        DS : pasien mengeluh

sukar bernafas, sesak

dan anoreksia

DO : Dispnea parah dg

ekspirasi memanjang

disertai wheezing

Peningkatan produksi

secret, bronchospasme,

menurunnya energy

Tidak efektifnya

kebersihan jalan

nafas

2.        DS : pasien mengaluh

sesak nafas,nyeri

Kurangnya suplai O2,

bronchospasme, obstruksi

Gangguan

pertukaran gas

Page 17: Asma

dada,batuk,gelisah

DO : Klien nampak Sesak

nafas (+)

Klien Memegang

dadanya, Penggunaan

otot Bantu pernapasan

klien batuk – batuk

Ekspresi wajah gelisah

jalan nafas oleh secret

destruksi alveoli

3.        DS :pasien mengeluh

nafsu makan menurun

DO :pasien Nampak

kesultan waktu

menelan

Dispnea, fatique, efek

samping pengobatan

produksi sputum, anoreksia,

nausea/vomiting

Nutrisi kurang

dari kebutuhan

1.5 DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.      Tidak efektifnya kebersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi secret

bronchospasme, menurunnya energy

2.      Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kurangnya suplai O2 bronchospasme, obstruksi

jalan nafas oleh secret destruksi alveoli

3.      Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Dispnea, fatique, efek samping pengobatan

produksi sputum, anoreksia, nausea/vomiting

1.6 FORMAT RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

NO Diagnosa Kep. Tujuan Intervensi Rasional

1. Tidak

efektifnya

Tujuan :

Jalan nafas kembali

1.      Auskultasi bunyi nafas

catat adanya wheezing,

1.      Beberapa derajat spasme

bronkus terjadi dengan

Page 18: Asma

kebersihan

jalan nafas

berhubungan

dengan

peningkatan

produksi secret

bronchospasme

, menurunnya

energy

efektif setelah

diberikan

perawatan selama 2

hari

KH :

1.      Demam menurun

2.      Tidak ada cemas

3.      RR : normal

4.      Irama nafas normal

5.      Pergerakan sputum

keluar dari jalan

nafas

6.      Bebas dari suara

nafas tambahan

ronchi

2.      Kaji frekuensi

pernafasan catat rasio

inspirasi dan ekspirasi

3.      Kaji pasien untuk posisi

yang aman, misalnya

peninggian kepala, tidak

duduk pada sandaran

4.      Observasi karakteristik

batuk menetap, batuk

pendek, basah. Bantu

tindakan untuk

keafektifan

memperbaiki upaya

batuk

5.      Berikan air hangat

6.      Kolaborasi obat sesuai

indikasi bronkodilator

Spiriva 1x1 (inhalasi)

obstruksi jalan nafas,

bunyi nafas redup dengan

ekspirasi mengitak ada

fungsi nafas (asma berat)

2.      Takipnea biasanya ada

pada beberapa derajat

dan dapat ditemukan

pada penerimaan setelah

stress/ adanya proses

infeksi akut. Pernafasan

dapat melambat dan

frekuensi ekspirasi

memanjang di banding

inspirasi

3.      Peninggian kepala

mempermudah fungsi

pernafasan dengan

menggunakan gravitasi

4.      Batuk dapat menetap

tetapi tidak efektif,

khususnya pada klien

lansia, sakit

akut/kelemahan

5.      Penggunaan cairan

hangat dapat menurunkan

spasme bronkus

6.      Membebaskan spasme

jalan nafas,mengi dan

produksi mucus

2. Gangguan

pertukaran gas

Tujuan :

Pertukaran gas

1.      Kaji frekuensi

kedalaman pernafasan

1.      Kecepatan biasanya

mencapai kedalaman

Page 19: Asma

berhubungan

dengan

kurangnya

suplai O2

bronchospasme

, obstruksi jalan

nafas oleh

secret destruksi

alveoli

adekuat setelah

diberikan perwatan

selama 3 hari

KH :

1.      Bernafas dengan

mudah

2.      Tidak ada sianosis,

saturasi O2 dalam

batas normal

dan ekspansi dada. Catat

upaya pernafasan

termasuk penggunaan

otot bantu pernafasan/

pelebaran nasal

2.      Auskultasi bunyi nafas

dan catat adanya bunyi

nafas seperti mengi,

ronchi

3.      Tinggikan kepala dan

bantu mengubah posisi

4.      Observasi pola batuk

dan karakter secret

5.      Dorong/bantu pasien

dalam nafas dan latihan

batuk

6.      Kolaborasi

Berikan tambahan O2

Berikan terapi nebulizer

pernafasan bervariasi

tergantung derajat gagal

nafas. Expansi dada

terbatas yang

berhubungan dengan

atelectasis dan atau nyeri

dada

2.      Ronki dan mengi

menyertai obstruksi jalan

nafas/ kegagalan

pernafasan

3.      Duduk tinggi

memungkinkan ekspansi

paru dan memudahkan

pernafasan

4.      Kongesti alveolar

mengakibatkan batuk

sering/iritasi

5.      Dapat meningkatkan/

banyaknya sputum

dimana gangguan

ventilasi dan ditambah

ketidaknyamanan upaya

bernafas

6.      Memaksimalkan

bernafas dan menurunkan

kerja nafas, memberikan

kelembapan pada

membrane mukosa dan

membantu pengurangan

secret.

Page 20: Asma

3 Nutrisi kurang

dari kebutuhan

tubuh

berhubungan

dengan

dyspnea,

fatigue, efek

samping

pengobatan

produksi

sputum,

anorexsia,

nausea/

vomiting.

Tujuan :

Kebutuhan nutrisi

dapat terpenuhi

secara

adekuatsetelah

diberikan

perawatan selama 2

hari.

KH:

Keadaan umum

baik, mukosa bibir

lembab, nafsu

makan baik, tekstur

kulit baik, klien

menghabiskan porsi

makan yang

disediakan, bising

usus 6-12

kali/menit, BB

dalam batas normal.

1.      Kaji status nutrisi klien

(tekstur, kulit, rambut,

konjunktiva)

2.      Jelaskan pada klien

tentang pentingnya

nutrisi bagi tubuh

3.      Timbang BB dan TB

4.      Anjurkan klien minum

air hangat saat makan

5.      Anjurkan klien makan

sedikit –sedikit tapi

sering

6.      Kolaborasi

        Konsul dengan tim gizi/

tim pendukung gizi

        Berikan obat sesuai

indikasi

        Vit. B squrb 2x1

        Antiemetic rantis 2x1

1.      Menentukan dan

membantu dalam

intervensi lanjutnya

2.      Pastikan pengetahuan

klien dapat menaikkan

partisi bagi klien dalam

asuhan keperawatan

3.      Penurunan BB yang

signifikan merupakan

indicator kurangnya

nutrisi

4.      Air hangat dapat

mengurangi mual

5.      Memenuhi kebutuhan

nutrisi klien

6.      Menentukan kalori

individu dan kebutuhan

nutrisi dalam pembatasan

        Defisiensi vitamin dapat

terjadi bila protein

dibatasi

        Untuk menghilangkan

muntah/ mual

1.7 EVALUASI

a.       Jalan nafas kembali efektif

b.      Pola nafas kembali efektif

c.       Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi

d.      Klien dapat melakukan aktivitas sehari – hari secara mandiri

e.       Pengetahuan klien tentang proses penyakit menjadi bertambah

Page 21: Asma

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & suddart (2002) “buku ajar keperawatan medical- bedah”, Jakarta :AGC

Alsagaff & Mukty Abdul (2006) “Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru”, Surabaya:Airlangga

University Press

Price, S & Wilson, L. M. (1995) “Patofisiologi : Konsep Klinik proses-proses penyakit”, Jakarta:

EGC