ASKEP THYPOID

25
I. Definisi Tifus Abdominalis (demam tifoid enteric fever) adalah penyakit infeksi akut yang besarnya tedapat pada saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada saluran pencernaan dan gangguan kesadaran. (FKUI, 1985) Tifus abdominalis adalah infeksi yang mengenai usus halus, disebarkan dari kotoran ke mulut melalui makanan dan air minum yang tercemar dan sering timbul dalam wabah. (Markum, 1991). I. Etiologi Tyfus abdominalis disebabkan oleh salmonella typhosa, basil gram negatif, bergerak dengan bulu getar, tidak berspora. Mempunyai sekurang- kurngnya 3 macam antigen yaitu antigen O (somatic terdiri dari zat komplek lipopolisakarida), antigen H (flagella) dan antigen Vi. Dalam serum penderita terdapat zat anti (glutanin) terhadap ketiga macam antigen tersebut.

Transcript of ASKEP THYPOID

Page 1: ASKEP THYPOID

I. Definisi

Tifus Abdominalis (demam tifoid enteric fever) adalah penyakit

infeksi akut yang besarnya tedapat pada saluran pencernaan dengan

gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada saluran

pencernaan dan gangguan kesadaran. (FKUI, 1985)

Tifus abdominalis adalah infeksi yang mengenai usus halus,

disebarkan dari kotoran ke mulut melalui makanan dan air minum yang

tercemar dan sering timbul dalam wabah. (Markum, 1991).

II. Etiologi

Tyfus abdominalis disebabkan oleh salmonella typhosa, basil gram

negatif, bergerak dengan bulu getar, tidak berspora. Mempunyai

sekurang-kurngnya 3 macam antigen yaitu antigen O (somatic terdiri

dari zat komplek lipopolisakarida), antigen H (flagella) dan antigen Vi.

Dalam serum penderita terdapat zat anti (glutanin) terhadap ketiga

macam antigen tersebut.

III. Patofisiologi

Kuman salmonella typhosa masuk kedalam saluran cerna,

bersama makanan dan minuman, sabagian besar akan mati oleh asam

lambung HCL dan sebagian ada yang lolos (hidup), kemudian kuman

masuk kedalam usus (plag payer) dan mengeluarkan endotoksin

sehingga menyebabkan bakterimia primer dan mengakibatkan

Page 2: ASKEP THYPOID

perdangan setempat, kemudian kuman melalui pembuluh darah limfe

akan menuju ke organ RES terutama pada organ hati dan limfe.

Di organ RES ini sebagian kuman akan difagosif dan sebagian yang

tidak difagosif akan berkembang biak dan akan masuk pembuluh darah

sehingga menyebar ke organ lain, terutama usus halus sehingga

menyebabkan peradangan yang mengakibatkan malabsorbsi nutrien

dan hiperperistaltik usus sehingga terjadi diare. Pada hipotalamus akan

menekan termoregulasi yang mengakibatkan demam remiten dan

terjadi hipermetabolisme tubuh akibatnya tubuh menjadi mudah lelah.

Selain itu endotoksin yang masuk kepembuluh darah kapiler

menyebabkan roseola pada kulit dan lidah hipermi. Pada hati dan limpa

akan terjadi hepatospleno megali. Konstipasi bisa terjadi menyebabkan

komplikasi intestinal (perdarahan usus, perfarasi, peritonitis) dan ekstra

intestinal (pnemonia, meningitis, kolesistitis, neuropsikratrik).

IV. Manifestasi Klinis

Gejala klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan jika

dibandingkan dengan penderita dewasa. Masa tunas rata-rata 10-20

hari. Yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan,

sedangkan yang terlama 30 hari jika infeksi melalui minuman. Selama

masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodomal yaitu perasaan tidak

enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersamangat kemudian

menyusul gejala klinis sbb:

Demam

Page 3: ASKEP THYPOID

Berlangsung selama 3 minggu, bersifat febris remiten dan

suhu tidak terlalu tinggi. Selama minggu pertama duhu berangsur-

angsur meningkat, biasanya turun pada pagi hari dan meningkat

lagi pada sore dan malam hari. Pada minggu ke-2 penderita terus

demam dan minggu ke-3 penderita demamnya berangsur-angsur

normal.

Gangguan pada saluran pencernaan

Nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah,

lidah putih kotor (coated tongue) ujung dan tepi kemerahan,

perut kembung, hati dan limpa membesar. disertai nyeri pada

perabaan

Gangguan kesadaran

Kesadaran menurun walaupun tidak berapa dalam yaitu

apatis sampai samnolen.

Disamping gejala-gejala tersebut ditemukan juga pada penungggungdan

anggota gerak dapat ditemukan roseola yaitu bintik-bintik kemerahan

karena emboli basil dalam kapiler kulit.

PathwaysMakanan terkontaminasi salmonella

Mulut

HCL (lambung)

Hidup

usus terutama plag peyer

kuman mengeluarkan endotoksin

Bakteiema primer

Tidak hidup

Page 4: ASKEP THYPOID

V. Diagnosa Keperawatan

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d

arbsorpsi nutrisi

2. Hipertermi b/d efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada

hipotalamus

Difogosit

mati

Tak difogosit

bakteriema sekunder

Pembuluh darah kapiler

Procesia Tidak pada kulit hiperemi

Usus halus

peradangan

Hiperperistaltik usus

diare

bedrest

konstipasi

Malababsorbsi nutrien

Hipotalamus

menekan termoreguler

cepat lelah

Hipertermi

intoleransi aktifitas

Hepar

hipotasplenom

Endotoksin merusak hepar

SGOT/SGPT

reinterkasi usus

Komplikasi

Intestinal- perdara

han usus- Revolu

si- Periton

itis

Ekstraintestinal- Pneumonia- Meningitis- kolesistitis- Neuropsikia

trik

Page 5: ASKEP THYPOID

3. Resiko tinggi kurang volume cairan b/d kehilangan cairan

sekunder terhadap diare

4. Intoleransi aktivitas b/d peningkatan kebutuhan

metabolisme sekunder terhadap infeksi akut

5. Kurang pengetahuan mengenai kondisi b/d kesalahan

interpretasi informasi, kurang mengingat

VI. Focus Intervensi

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d

arbsorpsi nutrisi

Tujuan:

Kebutuhan nutrisi terpenuhi

Intervensi:

a. Dorong tirah baring

Rasional:

Menurunkan kebutuhan metabolic untuk meningkatkan

penurunan kalori dan simpanan energi

b. Anjurkan istirahat sebelum makan

Rasional:

Menenangkan peristaltic dan meningkatkan energi makan

c. Berikan kebersihan oral

Rasional :

Mulut bersih dapat meningkatkan nafsu makan

Page 6: ASKEP THYPOID

d. Sediakan makanan dalam ventilasi yang baik, lingkungan

menyenangkan

Rasional:

Lingkungan menyenangkan menurunkan stress dan konduktif

untuk makan

e. Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat

Rasional:

Nutrisi yang adekuat akan membantu proses

f. Kolaborasi pemberian nutrisi, terapi IV sesuai indikasi

Rasional:

Program ini mengistirahatkan saluran gastrointestinal,

sementara memberikan nutrisi penting.

2. Hipertermi b/d efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada

hipotalamus

Tujuan:

Mendemonstrasikan suhu dalam batas normal

Intervensi:

a. Pantau suhu klien

Rasional:

Suhu 380 C sampai 41,10 C menunjukkan proses peningkatan

infeksius akut

b. pantau suhu lingkungan, batasi atau tambahkan linen tempat

tidur sesuai dengan indikasi

Rasional:

Page 7: ASKEP THYPOID

Suhu ruangan atau jumlah selimut harus dirubah,

mempertahankan suhu mendekati normal

c. Berikan kompres mandi hangat

Rasional :

Dapat membantu mengurangi demam

d. Kolaborasi pemberian antipiretik

Rasional:

Untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya hipotalamus

3. Resiko tinggi kurang volume cairan b/d kehilangan cairan

sekunder terhadap diare

Tujuan:

Mempertahankan volume cairan adekuat dengan membran

mukosa, turgor kulit baik, kapiler baik, tanda vital stabil,

keseimbangan dan kebutuhan urin normal

Intervensi:

a. Awasi masukan dan keluaran perkiraan kehilangan cairan yang

tidak terlihat

Rasional:

Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan dan

elektrolit penyakit usus yang merupakan pedoman untuk

penggantian cairan

b. Observasi kulit kering berlebihan dan membran mukosa turgor

kulit dan pengisian kapiler

Rasional:

Page 8: ASKEP THYPOID

Menunjukkan kehilangan cairan berlebih atau dehidrasi

c. Kaji tanda vital

Rasional :

Dengan menunjukkan respon terhadap efek kehilangan cairan

d. Pertahankan pembatasan peroral, tirah baring

Rasional:

Kalau diistirahkan utnuk penyembuhan dan untuk penurunan

kehilangan cairan usus

e. Kolaborasi utnuk pemberian cairan parenteral

Rasional:

Mempertahankan istirahat usus akan memerlukan cairan untuk

mempertahankan kehilangan

4. Intoleransi aktivitas b/d peningkatan kebutuhan

metabolisme sekunder terhadap infeksi akut

Tujuan:

Melaporkan kemampuan melakukan peningkatan toleransi aktivitas

Intervensi:

a. Tingkatkan tirah baring dan berikan lingkungan tenang dan

batasi pengunjung

Rasional:

Menyediakan energi yang digunakan untuk penyembuhan

b. Ubah posisi dengan sering, berikan perawatan kulit yang baik

Rasional:

Page 9: ASKEP THYPOID

Meningkatkan fungsi pernafasan dan meminimalkan tekanan

pada area tertentu untuk menurunkan resiko kerusakan jaringan

c. Tingkatkan aktifitas sesuai toleransi

Rasional :

Tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan karena

keterbatasan aktifitas yang menganggu periode istirahat

d. Berikan aktifitas hiburan yang tepat (nonton TV, radio)

Rasional:

Meningkatkan relaksasi dan hambatan energi

5. Kurang pengetahuan mengenai kondisi b/d kesalahan

interpretasi informasi, kurang mengingat

Tujuan:

Dapat menyatakan pemahaman proses penyakit

Intervensi:

a. berikan nformasi tentang cara mempertahankan pemasukan

makanan yang memuaskan dilingkungan yang jauh dari rumah

Rasional:

Membantu individu untuk mengatur berat badan

b. Tentukan persepsi tentang proses penyakit

Rasional:

Membuat pengetahuan dasar dan memberikan kesadaran

kebutuhan belajar individu

Page 10: ASKEP THYPOID

c. Kaji ulang proses penyakit, penyebab/efek hubungan faktor

yang menimbulkan gejala dan mengidentifikasi cara

menurunkan faktor pendukung

Rasional :

Faktor pencetus/pemberat individu, sehingga kebutuhan pasien

untuk waspada terhadap makanan, cairan dan faktor pola hidup

dapat mencetuskan gejala

VII. Komplikasi

Dapat terjadi pada:

1. Usus halus

Umumnya jarang terjadi, akan tetapi sering fatal yaitu:

a. Perdarahan usus bila sedikit hanya ditemukan jika dilakukan

pemeriksaan tinja dengan benzidin. Bila perdarahan banyak

terjadi melena dan bila berat dapat disertai perasaan nyari perut

dengan tanda-tanda rejatan

b. Perforasi usus

c. Peritonitis ditemukan gejala abdomen akut yaitu: nyeri perut

yang hebat, diding abdomen dan nyeri pada tekanan

2. Diluar anus

Page 11: ASKEP THYPOID

Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis (bakterimia)

yaitu meningitis, kolesistitis, ensefelopati. Terjadi karena infeksi

sekunder yaitu bronkopneumonia

VIII. Pemeriksaan Penunjang

Untuk memastikan diagnosis perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium

antara lain sebagai berikut:

a. Pemeriksaan darah tepi

b. Pemeriksaan sumsum tulang

c. Biakan empedu untuk menemukan salmonella

thyposa

d. Pemeriksaan widal digunakan untuk membuat

diagnosis tifus abdominalis yang pasti

IX. Penatalaksanaan

Pengobatan/penatalaksaan pada penderita typus abdominalis adalah

sebagai berikut:

1. Isolasi penderita dan desinfeksi pakaian dan ekskreta

2. Perawatan yang baik untuk menghindari komplikasi

3. Istirahat selama demam sampai dengan 2 minggu

4. Diet makanan harus mengandung cukup cairan dan tinggi

protein

5. Obat Kloramfeniko

Page 12: ASKEP THYPOID

FORMAT DOKUMEMTASI ASUHAN KEPERAWATANSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDY S1

ILMU KEPERAWATAN

IDENTITAS KLIENNama : Nn.LUmur : 18thJenis kelamin : perempuanSuku/bangsa : jawa/ indonesiaAgama : islamPekerjaan : swastaAlamat : SLTAAlamat : jln. Aneka Warga III Rawa Belong

Jakarta BaratNo. REG : 106148Tgl.masuk RS : 12 Oktober 2012Diagnosa Medis : typoid

I.RIWAYAT KEPERAWATANRiwayatpenyakit sekarang

- Keluhan utama : klien mengatakan badannya panas- Alasan masuk RS : Klien mengatakan panas tinggi, mual,

lemes, kemudian dibawa ke RS Tarakan- Terapi/operasi : klien mengatakan belum pernah

menjalani operasiRiwayat sebelum sakit

- Penyakit yang pernah diderita : Klien mengatakan tidak menderita penyakit menukar

- Alergi : klien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi

- Kebiasaan merokok/alkohol : klien mengatakan merokok, tidak minum alkohol

- Riwayat kesehatan keluarga : klien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit typoid

II. PENGKAJIAN KEPERAWATAN DAN PEMERIKSAAN FISIK Keadaan umum: lemes, CM, Terpasang infus RL 30 tpm ditangan kiri

Page 13: ASKEP THYPOID

TTV : TD :90/60 mmhg N : 75X/mnt

S : 38,5 C RR: 23x/mnt

ANALISA DATANama :Nn.L alamat: rawa belongUmur : 18th Dx.medis: thypoidno Data focus Problem Etiologi1 DS: klien mengatakan

badannya panasDO: S: 38,5 oC

Hipertermi Proses berjalannya penyakit

2 Ds: klien mengatakan muntah dari pagi sampai

malam 5xDo: - nafsu makan klien

menurun

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Anoreksia

3 Ds: klien mengatakan lemes tidak dapat beraktivitasDo: klien hanya berbaring

ditempat tidur

Gangguan mobilisasi Kelemahan otot

DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNCUL1. Hipertermi b/d proses berjalannya penyakit2. Ketidak seimbangan nutrisikurang dari kebutuhan tubuh b/d

anorexia3. Gangguan mobilisasi b/d kelemahan otot

INTERVENSI

Page 14: ASKEP THYPOID

No Dx.Keperawatan Tujuan Intervensi paraf1 Hipertermi b/d

proses berjalannya penyakit

Seteleh dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam masalah dapat teratasi dengan KH:panas turun,suhu normal 36-37◦

Kaji TTVR:mengetahui kondisi klien Beri kompres

air biasa pada kedua aksila

R:membantu menurunkan panas

Anjurkan banyak minum air putih

R:menyeimbangkan suhu tubuh

Kolaborasi medis dalam pemberian obat antipiuretik

R:mempercepat penyembuhan

2 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x4 jam diharapkan masalah dapat teratasi dengan KH:klien tidak lemes,klien tidak mual

Kaji adanya alergi makanan

R:mengetahui apa saja yang dapat dimakan klien

Anjurkan klien untuk meningkatkan intake makanan

R:mempertahankan keseimbangan nutrisi

Kolaborasi medis dalam pemberian obat anti emetik

R:Membantu penyembuhan

3 Gangguan mobilisasi b/d kelemahan otot

Setelah dilakukan tindakan

Ajarkan latihan fisik pasif dan aktif

Page 15: ASKEP THYPOID

keperawatan selama 3x24 jam masalah dapat teratasi dengan KH: klien dapat beraktivitas sendiri

R:melatih pergerakan pasien

Observasi mobilitas klien

R:mengetahui sejauh mana mobilitas klien

Libatkan keluarga dalam pemenuhan aktifitas klien

R:membantu sebagian aktfitas klien

IMPLEMENTASI

Hari/tgl/jam Dx Implementasi Respon hasil

rabu/13-10-201214.30

dx.1 mengaji TTV

memberi kompres air biasa pada kedua aksila

menganjurkan banyak minum air

S:Klien kooperatifO: s=36⁰c;TD=110/70mmHg;RR=24x/m;N=86x/mS:klien kooperatif

S:klien kooperatif

Page 16: ASKEP THYPOID

putih berkolaborasi

medis dalam pemberian obat antipiuretik

S:klien kooperatif

Rabu/13-10-201218.30

dx.2 mengkaji adanya alergi makanan

menganjurkan klien untuk meningkatkan intake makanan

berkolaborasi medis dalam pemberian obat anti emetik

S:klien kooperatifO:tidak ada alergi

S:klien kooperatif

S:klien kooperatif

Rabu/13-10-201220.00

dx.3 mengajarkan latihan fisik pasif dan aktif

mengobservasi mobilitas klien

melibatkan keluarga dalam pemenuhan aktifitas klien

S:klien kooperatif

S:klien kooperatif

S:klien kooperatif

EVALUASI

NO Hr/tgl/jam Dx keperawatan Evaluasi paraf1. Kamis

14/10/1209.00

Hepertermi b/d proses penyakit

S: klien mengatakan masih panasO: S:37,8oCA: masalah teratasi sebagianP: lanjutkan intervensi

2. Kamis14/10/1212.10

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia

S: klien mengatakan masih mualO: klien hanya menghabiskan ½ porsi makanan yang diberikanA: masalah teratasi sebagian

Page 17: ASKEP THYPOID

P: lanjutkan intervensi

3. Kamis14/10/1216.00

Gangguan mobilisasi b/d kelemahan otot

S: klien mengatakan lemes, belum bisa beraktivitas seperti biasaO: klien hanya berbaring di tempat tidur, aktivitas dibantu keluargaA: masalah teratasi sebagianP: lanjutkan intervensi

EVALUASI

NO Hr/tgl/jam Dx keperawatan Evaluasi paraf1. Jum’at

15/10/1209.00

Hepertermi b/d proses penyakit

S: klien mengatakan sudah tidak panasO: S:36,8oCA: masalah teratasi P: dischart planing

2. Jum’at15/10/1212.10

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia

S: klien mengatakan sudah tidak mualO: klien hanya menghabiskan porsi makanan yang diberikanA: masalah teratasi P: dischart planing

3. Jum’at15/10/1216.00

Gangguan mobilisasi b/d kelemahan otot

S: klien mengatakan badan terasa segarO: sudah bisa beraktifitasA: masalah teratasiP: dischart planing

Page 18: ASKEP THYPOID

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L. J (1997). Buku Saku Keperawatan. Edisi VI.EGC: Jakarta

Doengoes M.E (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi III. EGC :

Jakarta

Nelson. Ilmu Kesehatan Anak. Edisi XII. EGC : Jakarta

Staf Pengajar IKA (1995). Ilmu Kesehatan Anak. EGC : Jakarta

mansjoer. A (2000). Kapikta Selekta kedokteran. edisi IV. EGC: Jakarta

Sarwana (1996). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi III. FKUI: Jakarta.