Askep SIADH Edited

32
KMB PENCERNAAN RENCANA KEPERAWATAN PADA SIADH (Syndrome Of Inappropriate Antidiuretic Hormone Secretion) OLEH : KELOMPOK 2 EMILIA ASTUTI B 006 STYC 12 FAHRIYANSYAH FURQAN B 007 STYC 12 FANIA DYAH UTARI B 008 STYC 12 FE. MUH. ISNAENI B 009 STYC 12 ENDANG SUSILOWATI F.H. B 039 STYC 12 ENDANG YULIANI B 040 STYC 12 ERLINA SURYANI B 041 STYC 12 ERWIN WIKSUARINI B 042 STYC 12 HENDRI AGUS BUDIARTONO B 043 STYC 12 HUSNIA RUAEDA B 044 STYC 12 ISTISARAH B 045 STYC 12 LALE WIDYAWATI B 046 STYC 12 LINDAWATI B 047 STYC 12

description

Konsep Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan SIADH

Transcript of Askep SIADH Edited

Page 1: Askep SIADH Edited

KMB PENCERNAANRENCANA KEPERAWATAN PADA SIADH

(Syndrome Of Inappropriate Antidiuretic Hormone Secretion)

OLEH :KELOMPOK 2

EMILIA ASTUTI B 006 STYC 12FAHRIYANSYAH FURQAN B 007 STYC 12FANIA DYAH UTARI B 008 STYC 12FE. MUH. ISNAENI B 009 STYC 12ENDANG SUSILOWATI F.H. B 039 STYC 12ENDANG YULIANI B 040 STYC 12ERLINA SURYANI B 041 STYC 12ERWIN WIKSUARINI B 042 STYC 12HENDRI AGUS BUDIARTONO B 043 STYC 12HUSNIA RUAEDA B 044 STYC 12ISTISARAH B 045 STYC 12LALE WIDYAWATI B 046 STYC 12LINDAWATI B 047 STYC 12

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAMSTIKES YARSI MATARAM

JURUSAN KEPERAWATAN NON-REGULER2013

Page 2: Askep SIADH Edited

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat

menyelesaikan makalah Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan SIADH ini

sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah

wawasan serta pengetahuan kita mengenai SIADH (Syndrome of inappropriate

antidiuretic hormone secretion). Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di

dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami

harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi

perbaikan di masa yang akan datang.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang

membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami

sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila

terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan

saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Mataram, September 2013

Penyusun

ii

Page 3: Askep SIADH Edited

DAFTAR ISI

Halaman Judul......................................................................................................iKata Pengantar....................................................................................................iiDaftar Isi.............................................................................................................iii

BAB I Pendahuluan.............................................................................................11.1 Latar Belakang.............................................................................................11.2 Rumusan Masalah........................................................................................21.3 Tujuan Penulisan..........................................................................................2

BAB II Pembahasan............................................................................................32.1 Definisi.......................................................................................................32.2 Epidemiologi..............................................................................................32.3 Etiologi.......................................................................................................42.4 Patofisiologi...............................................................................................52.5 Manifestasi Klinis......................................................................................82.6 Pemeriksaan Diagnostik.............................................................................92.7 Penatalaksanaan.........................................................................................92.8 Prognosis..................................................................................................11

BAB III Rencana Asuhan Keperawatan............................................................133.1 Fokus Pengkajian.......................................................................................133.2 Diagnosa Keperawatan...............................................................................133.3 Intervensi....................................................................................................14

Daftar Pustaka...................................................................................................15

iii

Page 4: Askep SIADH Edited

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keseimbangan cairan tubuh sangat tergantung dari asupan air melalui

rangsang haus dan pengeluarannya melalui urin, secara hormonal hal ini

diatur oleh arginin vasopresin (AVP) sebagai ‘hormon anti diuretik’. SIADH

(Syndrome of inappropriate antidiuretic hormone secretion) adalah sindrom

yang mekanismenya berlawanan dengan hal tersebut, karena gagalnya

keluaran air bebas melalui urin, kepekatan urin terganggu, hiponatremia,

hipoosmolalitas dan natriuresis. Dari pengertian diatas dapat ditarik

kesimpulan pengertian SIADH adalah suatu keadaan dengan kadar natrium

serum yang kurang dari 135 mEq/L.

Sindrome ini sangat jarang (masuk daftar penyakit yang jarang,

survey NIH , AS) yang berarti SIADH dan penyakit sejenisnya hanya berefek

pada kurang dari 200.000 penduduk AS. Walau jarang pada pasien dewasa,

pada anak sering menyertai kondisi pasien dengan hipotonik normovolemia

dan hiponatremia. Angka insiden yang pasti sulit diketahui, karena penyakit

ini bersifat sementara atau kronis. Pada kondisi lain berhubungan dengan

gejala efek samping obat atau lesi pada paru atau sistem syaraf.

Pasien usia lanjut dengan hiponatremia yang sedang direhabilitasi

cenderung memiliki gejala SIADH. Hal ini terbukti pada studi di kelompok

usia lanjut dengan hiponatremi idiopatik kronik yang mendasari hubungan

antara SIADH dan usia. Hiponatremia sendiri sering dengan korelasi medis

yang kurang signifikan. Walau bagaimanapun risiko kejadian SIADH

meningkat bila pasien menderita hiponatremia. Insiden SIADH adalah 1/3

nya pada anak yang rawat inap dengan pneunomia, yang berkorelasi dengan

perburukan penyakit dan kesembuhannya. Mungkin restriksi cairan pada

pasien ini sangat diperlukan untuk meningkatkan kesembuhannya.

1

Page 5: Askep SIADH Edited

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah pengertian dari SIADH (Syndrome of inappropriate

antidiuretic hormone secretion)?

2. Bagaimanakah diagnose dan asuhan keperawatan pada pasien dengan

SIADH (Syndrome of inappropriate antidiuretic hormone secretion)?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum

Mampu memahami diagnosa dan asuhan keperawatan pada

pasien dengan SIADH (Syndrome of inappropriate antidiuretic

hormone secretion)?

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Memahami Definisi SIADH

2. Memahami Epidemiologi SIADH

3. Memahami Etiologi SIADH

4. Memahami Patofisiologi SIADH

5. Memahami Manifestasi Klinis SIADH

6. Memahami Pemeriksaan Diagnostik pada SIADH

7. Memahami Komplikasi SIADH

8. Memahami Prognosis dari SIADH

2

Page 6: Askep SIADH Edited

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Definisi

SIADH merupakan kumpulan gejala akibat gangguan hormon

antidiuretik atau yang lebih dikenal dengan Inappropriate ADH syndrome,

Schwartz-Bartter syndrome. SIADH dapat didefiisikan sebagai Gangguan

produksi hormon antidiuretik ini menyebabkan retensi garam atau

hiponatremia.

SIADH adalah suatu karakteristik atau ciri dan tanda yang disebabkan

oleh ketidakmampuan ginjal mengabsorpsi atau menyerap air dalam

bentuk ADH yang berasal dari hipofisis posterior. (Barbara K.Timby, 2000)

SIADH adalah gangguan pada hipofisis posterior akibat peningkatan

pengeluaran ADH sebagai respon terhadap peningkatan osmolaritas darah

dalam tingkat yang lebih ringan. (Corwin, 2001)

SIADH adalah syndrome yang diakibatkan karena ekresi ADH yang

berlebihan dari lobus posterior dan dari sumber ektopik yang lain. (Black dan

Matassarin Jacob, 1993)

SIADH adalah gangguan pada hipofisis posterior akibat peningkatan

pengeluaran ADH sebagai respon terhadap peningkatan osmolaritas darah

dalam tingkat yang lebih ringan. (Corwin, 2001)

SIADH (syndrome of inapropiate secretion of anti diuretic hormon)

adalah gangguan pada hipofisis posterior yang ditandai dengan peningkatan

pelepasan ADH dari hipofisis posterior.(elizabet j.corwin, 2001)

2.2 Epidemiologi

Hampir dari dua pertiga pasien dengan SIADH mengalami neoplasma.

Keganasan yang paling sering berhubungan dengan sindrom ini adalah kanker

paru ( sel gandum ), kanker duodenum dan pankreas, limfoma, timoma, dan

mesotelioma. Beberapa zat kemoterapi, sisplatin, siklofosfamid, vinblastin,

dan vinkristin telah menunjukkan pelepasan ADH yang tidak mencukupi

3

Page 7: Askep SIADH Edited

Pasien usia lanjut dengan hiponatremia yang sedang direhabilitasi

cenderung memiliki gejala SIADH. Hal ini terbukti pada studi di kelompok

usia lanjut dengan hiponatremi idiopatik kronik yang mendasari hubungan

antara SIADH dan usia. Hiponatremia sendiri sering dengan korelasi medis

yang kurang signifikan. Walau bagaimanapun risiko kejadian SIADH

meningkat bila pasien menderita hiponatremia. Insiden SIADH adalah 1/3

nya pada anak yang rawat inap dengan pneunomia, yang berkorelasi dengan

perburukan penyakit dan kesembuhannya. Mungkin restriksi cairan pada

pasien ini sangat diperlukan untuk meningkatkan kesembuhannya

2.3 Etiologi

SIADH sering terjadi pada pasien gagal jantung atau dengan

gangguan hipotalamus (bagian dari otak yang berkoordinasi langsung dengan

kelenjar hipofise dalam memproduksi hormone). Pada kasus lainnya, misal:

beberapa keganasan pad tubuh bisa merangsang produksi hormon anti

diuretik, terutama keganasan di paru dan kasus lainnya seperti dibawah ini:

1. Kelebihan vasopressin

2. Peningkatan tekanan intracranial baik pada proses infeksi maupun trauma

pada otak.

3. Obat yang dapat merangsang atau melepaskan vasopressin (vinuristin,

cisplatin, dan ocytocin)

4. Penyakit endokrin seperti insufislensi adrenal,dan insufisiensi pituitary

anterior

5. Tumor pituitary terutama karsinoma bronkogenik/ karsinoma pancreatic

yang dapat mensekresi ADH secara ektopic(salah tempat)

6. Cidera Kepala

7. Pembedahan(dapat memunculkan SIADH sesaat)

8. Obat- obatan seperti

a. Cholorpropamid(obat yang menurunkan gula darah)

b. Carbamazepine (obat anti kejang)

c. Tricilyc (antidepresan)

4

Page 8: Askep SIADH Edited

d. Vasopressin dan oxytocin ( hormon anti deuretik buatan ).

9. Meningitis

10. Kelebihan ADH

Faktor Pencetus :

1. Trauma Kepala

2. Meningitis.

3. Ensefalitis.

4. Neoplasma.

5. Cedera Serebrovaskuler.

6. Pembedahan.

7. Penyakit Endokrin.

2.4 Patofisiologi

Hormon Antidiuretik (ADH) bekerja pada sel-sel duktus koligentes

ginjal untuk meningkatkan permeabilitas terhadap air. Ini mengakibatkan

peningkatan reabsorbsi air tanpa disertai reabsorbsi elektrolit. Air yang

direabsorbsi ini meningkatkan volume dan menurunkan osmolaritas cairan

ekstraseluler (CES). Pada saat yang sama keadaan ini menurunkan volume

dan meningkatkan konsentrasi urine yang diekskresi

Pengeluaran berlebih dari ADH menyebabkan retensi air dari tubulus

ginjal dan duktus. Volume cairan ekstra selluler meningkat dengan

hiponatremi delusional.Dimana akan terjadi penurunan konsentrasi air dalam

urin sedangkan kandungan natrium dalam urin tetap,akibatnya urin menjadi

pekat.

Dalam keadaan normal, ADH mengatur osmolaritas serum. Bila

osmolaritas serum menurun, mekanisme feedback akan menyebabkan inhibisi

ADH. Hal ini akan mengembalikan dan meningkatkan ekskresi cairan oleh

ginjal untuk meningkatkan osmolaritas serum menjadi normal.

5

Page 9: Askep SIADH Edited

Terdapat berapa keadaan yang dapat mengganggu regulasi cairan

tubuh dan dapat menyebabkan sekresi ADH yang abnormal. Tiga mekanisme

patofisiologi yang bertanggung jawab akan SIADH, yaitu :

1. Sekresi ADH yang abnormal sari sistem hipofisis.

Mekanisme ini disebabkan oleh kelainan system saraf pusat, tumor,

ensafalitis, sindrom guillain Barre. Pasien yang mengalami syok, status

asmatikus, nyeri hebat atau stress tingkat tinggi, atau tidak adanya tekanan

positif pernafasan juga akan mengalami SIADH.

2. ADH atau substansi ADH dihasilkan oleh sel-sel diluar

system supraoptik – hipofisis, yang disebut sebagai sekresi ektopik

( misalnya pada infeksi).

3. Kerja ADH pada tubulus ginjal bagian distal mengalami

pemacuan .bermacam-macam obat-obat menstimulasi atau mempotensiasi

pelepasan ADH. obat-obat tersebut termasuk nikotin, transquilizer,

barbiturate, anestesi umum, suplemen kalium, diuretic tiazid, obat-obat

hipoglikemia, asetominofen, isoproterenol dan empat anti neoplastic:

sisplatin, siklofosfamid, vinblastine dan vinkristin.

6

Page 10: Askep SIADH Edited

7

SIADH

Penurunan konsentrasi air dlam urin

Perubahan eliminasi urine

Volume intra vaskular meningkat

Vol. Cairan lebih dari kebutuhan

tubuh

Filtrasi glomerulus meningkat

Berkurangnya rearbsorbsi Na oleh tubulus proximal

natriuresis

Mual

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

hiponatrimia

Hipo osmolalitas

Air masuk ke intrasel otak

Overhidrasi selular

Gangguan SSP

Edema otak

Kerusakan perfusi jaringan

disorientasi

Gangguan proses pikir

Stimulasi kelenjar hipofisispofisis

Osmolalitas plasma menurun

ADH gagal di stop

Sekresi ADH meningkat

Peningkatan permeabilitas tubulus

distal

Reabsorbsi air meningkat

Ca paru Penyakit SSP

Obat-obatan

Kelebihan air dalam tubuh

Kenaikan berat badan

Pathways

Page 11: Askep SIADH Edited

2.5 Manifestasi Klinis

Gejala yang sering muncul adalah:

1. Hiponatremi (penurunan kadar natrium )

2. Mual, muntah, anorexia, diare

3. Takhipnea

4. Retensi air yang berlebihan

5. Letargi

6. Penurunan kesadaran sanpai koma.

7. Osmolalitas urine melebihi osmolalitas plasma , menyebabkan produksi

urine yang kurang terlarut.

8. Ekskresi natrium melalui urine yangberkelanjutan

9. Penurunan osmolalitas serum dan cairan ekstraselular

Menurut Sylvia ( 2005). Tanda dan gejala yang dialami pasien dengan

SIADH tergantung pada derajat lamanya retensi air dan hiponatremia . perlu

dilakukan pemeriksaan tingka osmolalitas serum , kadar BUN, kreatinin,

Natrium, Kalium, Cl dan tes kapasitas pengisian cairan:

1. Na serum >125 mEq/L.

a. Anoreksia.

b. Gangguan penyerapan.

c. Kram otot.

2. Na serum = 115 – 120 mEq/L.

a. Sakit kepala, perubahan kepribadian.

b. Kelemahan dan letargia.

c. Mual dan muntah.

d. Kram abdomen.

3. Na serum < 1115 mEq/L.

a. Kejang dan koma.

b. Reflek tidak ada atau terbatas.

c. Tanda babinski.

d. Papiledema.

e. Edema diatas sternum.

8

Page 12: Askep SIADH Edited

2.6 Pemeriksaan Diagnostik

1. Natrium serum menurun <15 M Eq/L.

Natrium urin kurang dari 15 M Eq/L (menandakan konservasi ginjal

terhadap Na)

2. Natrium urin > 20 M Eq/L menandakan SIADH.

Kalium serum, mungkin turun sesuai upaya ginjal untuk menghemat Na

dan Kalium sedikit.

3. Klorida/bikarbonat serum: mungkin menurun, tergantung ion mana yang

hilang dengan DNA.

4. Osmolalitas, umumnya rendah tetapi mungkin normal atau tinggi.

Osmolalitas urin, dapat turun/biasa < 100 m osmol/L kecuali pada SIADH

dimana kasus ini akan melebihi osmolalitas serum. Berat jenis

urin:meningkat (< 1,020) bila ada SIADH.

5. Hematokrit, tergantung pada keseimbangan cairan,misalnya: kelebihan

cairan melawan dehidrasi.

6. Osmolalitas plasma dan hiponatremia (penurunan konsentrasi natrium,

natrium serum menurun sampai 170 M Eq/L).

7. Prosedur khusus :tes fungsi ginjal adrenal, dan tiroid normal.

8. Pemeriksaan laboratorium : penurunan osmolalitas, serum, hiponatremia,

hipokalemia, peningkatan natrium urin

2.7 Penatalaksanaan

Pada umumnya pengobatan SIADH terdiri dari restriksi cairan

(manifestasi klinis SIADH biasanya menjadi jelas ketika mekanisme haus

yang mengarah kepada peningkatan intake cairan. Larutan hipertonis 3%

tepat di gunakan pada pasien dengan gejala neurologis akibat hiponatremi

(Bodansky & Latner, 1975)

Penatalaksanaan SIADH terbagi menjadi 3 kategori yaitu:

1. Pengobatan penyakit yang mendasari, yaitu pengobatan yang ditunjukkan

untuk mengatasi penyakit yang menyebabkan SIADH, misalnya berasal

9

Page 13: Askep SIADH Edited

dari tumor ektopik, maka terapi yang ditunjukkan adalah untuk mengatasi

tumor tersebut.

2. Mengurangi retensi cairan yang berlebihan.

Pada kasus ringan retensi cairan dapat dikurangi dengan membatasi

masukan cairan. Pedoman umum penanganan SIADH adalah bahwa

sampai konsenntrasi natrium serum dapat dinormalkan dan gejala-gejala

dapat diatasi. Pada kasus yang berat, pemberian larutan normal cairan

hipertonik dan furosemid adalah terapi pilihan.

3. Semua asuhan yang diperlukan saat pasien mengalami penurunan tingkat

kesadaran (kejang, koma, dan kematian) seperti pemantauan yang cermat

masukan dan haluaran urine. Kebutuhan nutrisi terpenuhi dan dukungan

emosional.

Rencana non farmakologi

1. Pembatasan cairan (pantau kemungkinan kelebihan cairan)

2. Pembatasan sodium

Rencana farmakologi

a. Penggunaan diuretic untuk mencari plasma osmolaritas rendah

b. Obat/penggunaan obat demeeloculine, untuk menekan vosopresin

c. Hiperosmolaritas, volume oedema menurun

d. Ketidakseimbangan system metabolic, kandungan dari hipertonik saline 3

% secara perlahan-lahan mengatasihiponatremi dan peningkatan

osmolaritas serum (dengan peningkatan = overload) cairan dengan cara

penyelesaian ini mungkin disebabkan oleh kegagalan jantung kongestif.

Pengobatan khusus = prosedur pembedahan

Pengangkatan jaringan yang mensekresikan ADH, apabila ADH

bersal dari produksi tumor ektopik, maka terapi ditujukan untuk

menghilangkan tumor tersebut.

Penyuluhan yang dilakukan bagi penderita SIADH antara lain :

a. Pentingnya memenuhi batasan cairan untuk periode yang di programkan

untuk membantu pasien merencanakan masukan cairan yang diizinkan

(menghemat cairan untuk situasi sosial dan rekreasi).

10

Page 14: Askep SIADH Edited

b. Perkaya diit dengan garam Na dan K dengan aman. Jika perlu, gunakan

diuretic secara kontinyu.

c. Timbang berat badan pasien sebagai indicator dehidrasi.

d. Indikator intoksikasi air dan hiponat : sakit kepala, mual, muntah,

anoreksia segera lapor dokter.

e. Obat-obatan yang meliputi nama obat, tujuan, dosis, jadwal, potensial efek

samping.

f. Pentingnya tindak lanjut medis: tanggal dan waktu.

g. Untuk kasus ringan,retreksi cairan cukup dengan mengontrol gejala

sampai sindrom secara spontan lenyap.Apabila penyakit lebih parah,maka

diberikan diuretik dan obat yang menghambat kerja ADH di tubulus

pengumpul. Kadang-kadang digunakan larutan natrium klorida hipertonik

untuk meningkatkan konsentrasi natrium plasma. Apabila ADH berasal

dari produksi tumor ektopik, maka terapi untuk menghilangkan tumor

tersebut.

2.8 Prognosis

Kecepatan dan durasi respon sangat bergantung pada penyebabnya .

SIADH biasanya berkurang dengan regresi tumor , tetapi dapat menetap

walaupun tumor primer telah terkontrol . gangguan neurologis akibat

intoksikasi air biasanya bersifat reversibel dan tidak memerlukan rehabilitas

jangka panjang.

SIADH yang disertai hiponatremia, apalagi dengan derajat yang

makin berat dan ditambah terlambatnya penanganan akan sangat

berkontribusi terhadap berat ringannya angka mortalitas dan morbiditas

pasien.

1. Angka mortalitas pasien disertai hyponatremia 12.5% lebih tinggi

dibandingkan pasien tanpa hiponatremi. Angka mortalitas bertambah 2 x

lipat (25%) bila pasien konsentrasi serum Na < 120 mmol/L dibanding

pasien degan hiponatremia ringan

11

Page 15: Askep SIADH Edited

2. Angka mortalitas pasien dewasa berkisar 5-50% bila terdapat penurunan

drastis serum Na secara akut, tergantung derajatnya. Sementara pasien

anak angka mortalitas hanya 8%. Bayi dalam kandungan akan merespon

edema yang terjadi diotak dengan lebih baik, karena lebih luasnya volum

kranium. Hiponatremi paskaoperasi bisa menyebabkan angka mortalitas

dan mormeningkat pada kedua jenis kelamin, karena tidak adekuatnya

adaptasi otak dengan volum luas dan lambatnya berobat.

12

Page 16: Askep SIADH Edited

BAB IIIRENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Fokus Pengkajian (Doengoes,Marilyn C. 2003)

1. Identitas pasien meliputi nama, umur, pekerjaan, dan alamat.

2. Riwayat penyakit dahulu: adakah penyakit atau trauma pada kepala yang

pernah diderita klien,serta riwayat radiasi pada kepala.

3. Riwayat penyakit sekarang

Harus ditanya dengan jelas tetang gejala yang timbul seperti sakit kepala,

demam, dan keluhan kejang. Kapan mulai serangan, sembuh atau

bertambah buruk, bagaimana sifat timbulnya, dan stimulus apa yang sering

menimbulkan kejang.

4. Riwayat penyakit keluarga: riwayat penyakit keluarga terutama yang

mempunyai penyakit menular.

5. Pantau status cairan dan elektrolit.

6. Monitor status neurologis yang berhubungan dengan hiponatremi dan

segera lakukan tindakan untuk mengatasinya.

7. Catat perubahan berat badan (BBI jika ada peningkatan dari 1 kg laporkan

pada dokter).

8. Pengkajian Fisik:

a.       Inspeksi: Vena leher penuh.

b.      Perkusi: Penurunan refleks tendon dalam.

c.       Auskultasi: Kardiovaskuler : Takikardia.

3.2 Diagnosa Keperawatan (Diagnosa Keperawatan NANDA. 2005-2006)

1. Volume cairan berlebih berhubungan dengan sekresi ADH yang

berlebihan.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

perubahan absorbsi nutrisi dan natrium.

3. Retensi urine berhubungan dengan hiponatremia

4. Gangguan proses pikir berhubungan dengan penurunan kadar Na

13

Page 17: Askep SIADH Edited

3.3 Intervensi (Diagnosa Keperawatan NANDA. 2005-2006)

1. Volume cairan berlebih berhubungan dengan sekresi ADH yang

berlebihan.

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses

keperawatan diharapkan terjadi keseimbangan cairan dan pengeluaran urin

kembali seimbang.

Kriteria Hasil :

a. Volume cairan dan elektrolit dapat kembali dalam batas normal

b.  Klien dapat mempertahankan berat badan dan volume urin 800 – 2000

ml/hari

c. Input sama dengan output

Intervensi:

1)      Pantau  masukan dan haluaran cairan dan tanda tanda kelebihan cairan

setiap 1 – 2 jam.

Rasional: Catatan masukan dan haluaran membantu mendeteksi tanda

dini ketidakseimbangan

2)      Catat seri Berat badan, bandingkan dengan pemasukan pengeluaran

Rasional: Seri berat badan adalah indikator akurat status Volume

cairan. Keseimbangan cairan positif dengan peningkatan Berat badan

menunjukan retensi Cairan.

3)      Evaluasi terjadinya takipnea,dispnea, peningkatan upaya pernapasan

dan beritahu dokter

Rasional: distensi abdomen dapat menyebabkan sesulitan bernapas

4)     Kaji sakit kepala,kram otot, kacau mental, disorientasi

Rasional: gejala menunjukan hiponatremia atau intoksikasi air

5)      Pantau elektrolit atau osmolalitas serum resiko gangguan signifikan

bila serum Na kurang dari 125 mEq/L

Rasional: Untuk mengetahui keadaan natrium serum

6)       Batasi masukan cairan.

Rasional: Mencegah intoksikasi air.

14

Page 18: Askep SIADH Edited

7)      Monitor TTV

Rasional: Tanda-tanda vital menjadi indikasi dari kondisi klien.

8)      Kolaborasi medis untuk pemberian obat-obatan.

Rasional: Untuk memberikan terapi medis pada klien

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

perubahan absorbsi nutrisi dan natrium.

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses

keperawatan diharapkan BB stabil,pasien bebas dari tanda-tanda malnutrisi

dan pasien dapat mengumpulkan energi untuk beraktivitas kembali.

Kriteria Hasil :

a.       Asupan nutrisi terpenuhi.

b.      Asupan makanan dan cairan.

c.       BB meningkat.

d.      Kekuatan dapat terkumpul kembali.

Intervensi :

1)      Kaji riwayat nutrisi termasuk makanan yang disukai

Rasional: mengidentifikasi atau menduga kemungkinan intervensi

yang akan di beriakan

2)      Observasi dan catat masukan makanan pasien

Rasional: Mengawasi Jumlah kalori/ kualitas kekurangan konsumsi

makanan

3)      Timbang berat badan setiap hari.

Rasional: Memberikan informasi tentang keadaan masukan diet atau

penentuan kebutuhan nutrisi.

4)     Buat pilihan menu yang ada dan ijinkan pasien untuk mengontrol

pilihan sebanyak mungkin.

Rasional: Untuk membuat klien meningkat kepercayaan dirinya dan

merasa mengontrol lingkungan lebih suka menyediakan makanan

untuk dimakan.

5)      Berikan makanan tinggi kalori untuk peningkatan energi.

Rasional: Untuk meningkatkan atau mengembalikan tenaga klien

15

Page 19: Askep SIADH Edited

6)      Tingkatkan makanan yang mengandung protein,vitamin dan besi

apabila dianjurkan.

Rasional: Untuk mempercepat proses pembentukan sel-sel yang rusak

7)      Pantau hasil pemeriksaan Lab. Misal: Hb/Ht, BUN, Albumin, Protein

dan elektrolit serum

Rasional: meningkatkan efektivitas program pengobatan termasuk

sumber diet nutrisi yang dibutuhkan.

8)      Konsul pada ahli gizi

Rasional: memantau dalam membuat rencana diet untuk memenuhi

kebutuhan klien.

9)      Kolaborasi, Berikan cairan IV hiperalimentasi dan lemak sesuai

indikasi1. Kaji BB

Rasional: Memenuhi kebutuhan cairan atau nutrisi sampai masukan

oral dapat dimulai.

3. Retensi urine berhubungan dengan hiponatremia .

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam,

pengeluaran urin kembali normal

Kriteria hasil :

a. Volume urine kembali normal.

b. Urin dapat keluar dengan lancar.

c. Na serum dapat kembali normal.

Intervensi :

1)      Kaji dengan mengidentifikasi dan penanganan penyebab yang

mendasari

Rasional : memberikan petunjuk untuk intervensi dini.

2)      Batasi masukan cairan.

Rasional : menjaga keseimbangan cairan tubuh.

3)      Dorong pasien untuk berkemih tiap 2-4 jam dan apabila tiba-tiba

dirasakan

Rasional: meminimalkan retensi urine distensi yang berlebihan pada

kandung kemih

16

Page 20: Askep SIADH Edited

4)     Awasi dan catat waktu dan jumlah tiap berkemih, perhatikan

penurunan haluaran urine dan perubahan berat jenisnya

Rasional: retensi urin meningkatkan tekanan saluran perkemihan atas,

yang mempengaruhi fungsi ginjal.

5)      Observasi aliran urin, perhatikan ukuran dan kekuatannya.

Rasional: berguna untuk mengevaluasi kemungkinan penyebab

obstruksi dan pilihan intervensi

6)       Perhatikan pola berkemih dan awasi keluaran urine.

Rasional: dapat mengidentifikasi retensi urine bila berkemih sering

dalam jumlah sedikit

7)      Periksa residu volume urin, setelah berkemih bila di indikasikan

Rasional: Tidak dapat mengosongkan kandung kemih secara lengkap

bisa meningkatkan kemungkinan infeksi dan nyeri.

8)      Pemberian lasix atau furosemid untuk memudahkan pengeluaran

cairan.

Rasional : untuk mempermudah pengeluaran urin.

4. Gangguan proses pikir berhubungan dengan penurunan kadar Na.

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses

keperawatan diharapkan tingkat kesadaran dapat meningkat kembali.

Kriteria hasil:

a.       Pasien mampu berkomunikasi dengan baik.

b.      Pasien bisa meningkatkan konsentrasinya.

c.       Orientasi pasien kembali normal.

d.      Proses informasi bisa kembali lancar.

Intervensi:

a)      Kaji keadaan umum pasien.

Rasional: untuk mengetahui tingkat kesadaran akibat hiponatrimea

b)      Pantau tentang kebingungan, dan catat tingkat anxietas pasien.

Rasional: Rentang perhatian untuk berkonsentrasi mungkin

memendek secara tajam yang berpotensi terhadap terjadinya ansietas

yang mempengaruhi prose pikir pasien

17

Page 21: Askep SIADH Edited

c)      Batasi aktivitas pasien dalam batas-batas wajar untuk mengumpulkan

energi.

Rasional: Tingkah laku yang sesuai tidak akan memerlukan energi

yang banyak dan mungkin bermanfaat dalam proses belajar struktur

internal.

d)     Monitor TTV.

Rasional: Tanda-tanda vital menjadi indikasi dari kondisi klien

e)      Monitor fungsi ginjal

Rasional: untuk mengetahui keadaan ginjal karena hiponatremi

f)       Kurangi stimulus yang merangsang, kritik yang negatif, argumentasi,

dan konfrontasi

Rasional: Menurunkan resiko terjadinya respon penolakan atau

pertengkaran

g)      Ajarkan untuk melakukan teknik relaksasi.

Rasional: Dapat membantu memfokuskan kembali perhatian klien dan

untuk menurunkan ansietaspada tingkat yang dapat ditanggulangi.

h)      Pertahankan harapan realitas dari kemampuan pasien untuk

mengontrol tingkah lakunya sendiri, memahami, dan mengingat

informasiKaji keadaan umum pasien.

Rasional: Penting untuk mmepertahankan harapan dari kemampuan

untuk mempertahankan harapan,dan meningkatkan aktivitas

rehabilitasi

18

Page 22: Askep SIADH Edited

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes,Marilyn C. 2003. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta :

EGC.

Kugler, John. 2000. Hiponatremia dan Hipernatremia di Lansia. American

Family Physician

Price, Sylvia. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta :

EGC.

Gejala SIADH-Gejala sindrom SIADH, Penyebab dan Perawatan. 2000.

www.CancerTherapyChina.com (online) diakses tanggal 6 September

2013 pukul 20.00 WITA

19