Askep pada pasien ppok

33
Tugas : KMB I Dosen : SAAD ABDUH S.Kep, M.Kes ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN COPD Disusun Oleh : Kelompok V 1.Astiyana 5. Wa ode hasminiyanti 2.Juliati 6. musrifa 3. Sutriyani 7. Putri astuti 4.Sumardin 8. LD. suhadar AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KABUPATEN MUNA

Transcript of Askep pada pasien ppok

Page 1: Askep pada pasien ppok

Tugas : KMB I

Dosen : SAAD ABDUH S.Kep, M.Kes

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN

GANGGUAN COPD

Disusun Oleh :

Kelompok V

1. Astiyana 5. Wa ode hasminiyanti

2. Juliati 6. musrifa

3. Sutriyani 7. Putri astuti

4. Sumardin8. LD. suhadar

AKADEMI KEPERAWATAN

PEMERINTAH KABUPATEN MUNA

2013

Page 2: Askep pada pasien ppok

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat,

hidayah dan karunianya, sehingga kami bisa menyelesaikan penyusunan makalah KMB I

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN COPD”.

Sholawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita nabi Muhammad

saw yang telah mengeluarkan kita dari alam kegelapan menuju alam terang benderang seperti

yang telah kita rasakan saat ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan

baik dari segi penulisan maupun isinya,oleh karena itu penulis mengharapkan adanya

masukan,baik kritik maupun saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi

penulis,dan pembaca pada umumnya,kiranya Allah SWT meridhoi segala aktifitas kita untuk

keselamatan di dunia maupun di akhirat.

RAHA, OKTOBER 2013

penulis

Page 3: Askep pada pasien ppok

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………………………..

KATA PENGANTAR…………………………………………………….………………...

DAFTAR ISI……………………………………………………………….………………..

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………….....

A. Latar Belakang………………………………………….…………………….....

B. Tujuan ………………………………………………….…………………….....

C. Rumusan Masalah…………………………………………..…………………...

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………..…………………..

1. Konsep penyakit……………………………………………………………………..

A. Pengertian……………………………………………………………………….

B. Etiologi………………………………………………………………………….

C. Klasifikasi……………………………………………………………………….

D. Tanda dan gejala………………………………………………………………..

E. Dampak terhadap sistem tubuh…………………………………………………

F. Patofisiologi dan penyimpangan KDM…………………………………………

G. Manajemen medik ……………….…………………………..…………………

H. Komplikasi……………………………………………………………………..

I. Pemeriksaan diagnostik…………………………………………………………

2. Konsep askep……………………………………………………………………….

A. Pengkajian………………………………………………………………………

B. Klasifikasi data…………………………………………………………………

C. Analisa data…………………………………………………………………….

D. Prioritas masalah……………………………………………………………….

E. Diagnosa………………………………………………………………………..

F. Perencanaan…………………………………………………………………….

G. Implementasi……………………………………………………………………

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………

A. Kesimpulan……………………………………………………………………..

B. Saran…………………………………………………………………………….

Page 4: Askep pada pasien ppok

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu sistem yang ada dalam tubuh seseorang adalah sistem pernapasan. Dengan

bernapas setiap sel dalam tubuh menerima persediaan oksigen dan pada saat yang sama

melepaskan produk oksidasinya. Pernapasan adalah proses ganda yakni terjadinya

pertukaran gas didalam jaringan atau pernapasan dalam dan terjadi diluar paru-paru

adalah pernapasan luar (Sylvia, 2006).

Penyakit gangguan sistem pernapasan yang diderita oleh masyarakat antara lain penyakit

paru obstruksi kronik yang merupakan gangguan jalan napas karena bronchitis kronik,

dan emfisema. Obstuksi tersebut umumnya bersifat progresif, bisa disertai hiperaktifitas

brokhitis dan sebagiannya bersifat reversible (Mansjoer, 2001).

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan angka kematian PPOK tahun tahun

2010 di perkirakan menduduki peringkat ke-4 bahkan dekade mendatang menjadi

peringkat ke-3. Kondisi tersebut tanpa disadari oleh masyarakat, angka kematian yang

disebabkan oleh PPOK etrus mengalami peningkatan. Material paparan yang menjadi

faktor resiko kejadian PPOK adalah asap rokok,polusi udara dan infeksi saluran napas

tetapi dinyatakan faktor utama dan paling dominan ialah asap rokok disbanding yang lain.

(Tjandra Yoga Aditama, 2004).

Diperkirakan 12 juta orang Amerika menderita bronchitis kronik dan atau emfisema

PPOK merupakan penyebab terbanyak kelima pada orang berusia 45 sampai 64 tahun,

Page 5: Askep pada pasien ppok

dan merupakan sebab tersering keempat dari kematian pada usia dibawah 64 tahun

(Sylvia, 2006). Di indonesia ditemukan 1,5 juta penderita PPOK dan jumlah kematian

oleh karena PPOK sebanyak 45.000 termasuk penyebab kematian urutan ke lima.

(Tockman, 2002) Sedangkan berdasarkan medical record di Ruang Melati Ruangan

Perawatan Penyakit Dalam RSHS Bandung dalam 6 bulan terakhir yaitu Januari sampai

dengan Juni 2010 terdapat 259 orang penderita yang dirawat karena gangguan sistem

pernapasan dikelompokkan dalam 5 penyakit besar sistem pernapasan dapat dilihat pada

tabel 1.1

Tabel 1. 1 Lima Penyakit terbesar diruangan Melati Ruangan Perawatan Penyakit dalam Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung 2010

No Jenis Penyakit Jumlah Presentase (%)

1. Pneumonia 109 42,1

2. PPOK 47 18,2

3. Efusi Pleura 38 14,7

4. Asma 34 13,2

5. Udem Pada Paru 31 11,9

Jumlah 259 100

Sumber : Rekam Medis Bulan Januari – Juni 2010, RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung

B. Tujuan

Untuk memenuhi tugas kelompok dari mata kuliah KMB I

Untuk mengetahui konsep penyakit COPD

Untuk mengetahui konsep askep COPD

C. Rumusan Masalah

1. Jelaskan tentang konsep penyakit COPD !

2. Jelaskan tentang konsep askep pada klien COPD !

Page 6: Askep pada pasien ppok

BAB II

1. KONSEP PENYAKIT

A. Pengertian

COPD adalah sekresi mukoid bronchial yang bertambah secara menetap disertai dengan

kecenderungan terjadinya infeksi yang berulang dan penyempitan saluran nafas , batuk

produktif selama 3 bulan, dalam jangka waktu 2 tahun berturut-turut (Ovedoff, 2002).

Sedangkan menurut Price & Wilson (2005), Chronic obstructive pulmonary disease

(COPD) adalah suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru-

paru yang berlangsung lama dan ditandai dengan obstruksi aliran udara sebagai gambaran

patofisiologi utamanya

B. Etiologi

Faktor-faktor yang dapat meningkatkan resiko munculnya COPD (Mansjoer, 1999)

adalah :

1. Kebiasaan merokok

2. Polusi udara

3. Paparan debu, asap, dan gas-gas kimiawi akibat kerja.

4. Riwayat infeksi saluran nafas.

5. Bersifat genetik yaitu defisiensi -1 antitripsin.

C. Klasifikasi

Penyakit yang termasuk dalam kelompok penyakit paru obstruksi kronik adalah sebagai

berikut:

a. Bronkitis kronik

Bronkitis merupakan definisi klinis batuk-batuk hampir setiap hari disertai

pengeluaran dahak, sekurang-kuranganya 3 bulan dalam satu tahun dan terjadi paling

sedikit selama 2 tahun berturut-turut.

Page 7: Askep pada pasien ppok

b. Emfisema paru

Emfisema paru merupakan suatu definisi anatomik, yaitu suatu perubahan anatomik

paru yang ditandai dengan melebarnya secara abnormal saluran udara bagian distal

bronkus terminalis, yang disertai kerusakan dinding alveolus.

c. Asma

Asma merupakan suatu penyakit yang dicirikan oleh hipersensitivitas cabang-cabang

trakeobronkial terhadap pelbagai jenis rangsangan.Keadaan ini bermanifestasi sebagai

penyempitan saluran-saluran napas secara periodic dan reversible akibat

bronkospasme.

d. Bronkiektasis

Bronkiektasis adalah dilatasi bronkus dan bronkiolus kronik yan mungkin disebabkan

oleh berbagai kondisi, termasuk infeksi paru dan obstruksi bronkus, aspirasi benda

asing, muntahan, atau benda-benda dari saluran pernapasan atas, dan tekanan

terhadap tumor, pembuluh darah yang berdilatasi dan pembesaran nodus limfe.

D. Tanda & Gejala

Berdasarkan Brunner & Suddarth (2005) adalah sebagai berikut :

a. Batuk produktif, kronis pada bulan-bulan musim dingin.

b. Batuk kronik dan pembentukan sputum purulen dalam jumlah yang sangat banyak.

c. Dispnea.

d. Nafas pendek dan cepat (Takipnea).

e. Anoreksia.

f. Penurunan berat badan dan kelemahan.

g. Takikardia, berkeringat.

h. Hipoksia, sesak dalam dada.

Page 8: Askep pada pasien ppok

E. Dampak terhadap sistem tubuh

Tanda-tanda vital

Terjadi peningkatan denyut nadi, pernapasan cepat, peningkatan TD

Sistem pernapasan

Mengganggu sistem pernapasan terjadi penyempitan saluran nafas sehingga dapat

mengakibatkan sesak napas.

Sistem kardiovaskuler

Pada sistem kardiovaskuler terjadi peningkatan frekuensi jantung/takikardia berat,

disritmia, edema dependend

Sistem pencernaan

Mengganggu sistem pencernaan, ketidakmampuan untuk makan karena distress

pernapasan.

Sistem muskuloskeletal

Terjadi penurunan kemampuan, ketidakmampuan untuk melakukan aktifitas sehari-

hari.

Sistem saraf pusat

Pada PPOK berat dapat terjadi penurunan kesadaran

F. Patofisiologi dan penyimpanan KDM

Fungsi paru mengalami kemunduran dengan datangnya usia tua yang disebabkan

elastisitas jaringan paru dan dinding dada makin berkurang. Dalam usia yang lebih lanjut,

kekuatan kontraksi otot pernapasan dapat berkurang sehingga sulit bernapas.

Fungsi paru-paru menentukan konsumsi oksigen seseorang, yakni jumlah oksigen

yang diikat oleh darah dalam paru-paru untuk digunakan tubuh.Konsumsi oksigen sangat

erat hubungannya dengan arus darah ke paru-paru.Berkurangnya fungsi paru-paru juga

disebabkan oleh berkurangnya fungsi sistem respirasi seperti fungsi ventilasi paru.

Faktor-faktor risiko tersebut diatas akan mendatangkan proses inflamasi bronkus

dan juga menimbulkan kerusakan pada dinding bronkiolus terminalis. Akibat dari

kerusakan akan terjadi obstruksi bronkus kecil (bronkiolus terminalis), yang mengalami

penutupan atau obstruksi awal fase ekspirasi. Udara yang mudah masuk ke alveoli pada

Page 9: Askep pada pasien ppok

saat inspirasi, pada saat ekspirasi banyak terjebak dalam alveolus dan terjadilah

penumpukan udara (air trapping).

Hal inilah yang menyebabkan adanya keluhan sesak napas dengan segala

akibatnya. Adanya obstruksi pada awal ekspirasi akan menimbulkan kesulitan ekspirasi

dan menimbulkan pemanjangan fase ekspirasi. Fungsi-fungsi paru: ventilasi, distribusi

gas, difusi gas, maupun perfusi darah akan mengalami gangguan (Brannon, et al, 1993).

Penyimpangan KDM

Pencetus serangan

(alergen, emosi / stress, obat-obatan, infeksi)

Reaksi antigen antibody

Release rasoactive substance

( histamin bradikinin, anafilataxin )

kontriksi otot polos permeabilitas kapiler Sekresi mukus

bronchospasme - kontriksi otot polos Produksi mukus

- Edema mukosa

- hipersekresi

bersihkan jalan napas obstruksi saluran napas ketidakseimbangan nutrisi : kurang

tak efektif dari kebutuhan tubuh (resiko / akhal)

Page 10: Askep pada pasien ppok

hipoventilasi

distribusi ventilasi tak merata dengan

sirkulasi darah paru

gangguan difusi gas di alveoli

kerusakan pertukaran

gas hipoxemia

hiperkapnia

G. Manajemen medik

1. Pencegahan : Mencegah kebiasaan merokok, infeksi, dan polusi udara

2. Terapi eksaserbasi akut di lakukan dengan :

a. Antibiotik, karena eksaserbasi akut biasanya disertai infeksi

Infeksi ini umumnya disebabkan oleh H. Influenza dan S. Pneumonia, maka

digunakan ampisilin 4 x 0.25-0.56/hari atau eritromisin 4x0.56/hari Augmentin

(amoksilin dan asam klavulanat) dapat diberikan jika kuman penyebab infeksinya

adalah H. Influenza dan B. Cacarhalis yang memproduksi B. Laktamase Pemberiam

antibiotik seperti kotrimaksasol, amoksisilin, atau doksisiklin pada pasien yang

mengalami eksaserbasi akut terbukti mempercepat penyembuhan dan membantu

mempercepat kenaikan peak flow rate. Namun hanya dalam 7-10 hari selama periode

eksaserbasi.Bila terdapat infeksi sekunder atau tanda-tanda pneumonia, maka

dianjurkan antibiotik yang kuat.

b. Terapi oksigen diberikan jika terdapata kegagalan pernapasan karena hiperkapnia dan

berkurangnya sensitivitas terhadap CO2

c. Fisioterapi membantu pasien untuk mengelurakan sputum dengan baik.

d. Bronkodilator, untuk mengatasi obstruksi jalan napas, termasuk di dalamnya

golongan adrenergik b dan anti kolinergik. Pada pasien dapat diberikan salbutamol 5

mg dan atau ipratopium bromida 250 mg diberikan tiap 6 jam dengan nebulizer atau

aminofilin 0,25 - 0,56 IV secara perlahan.

3. Terapi jangka panjang di lakukan :

Page 11: Askep pada pasien ppok

a. Antibiotik untuk kemoterapi preventif jangka panjang, ampisilin 4x0,25-0,5/hari dapat

menurunkan kejadian eksaserbasi akut.

b. Bronkodilator, tergantung tingkat reversibilitas obstruksi saluran napas tiap pasien

maka sebelum pemberian obat ini dibutuhkan pemeriksaan obyektif dari fungsi faal

paru.

c. Fisioterapi

d. Latihan fisik untuk meningkatkan toleransi aktivitas fisik

e. Mukolitik dan ekspektoran

f. Terapi oksigen jangka panjang bagi pasien yang mengalami gagal napas tipe II dengan

PaO2 (7,3 Pa (55 MMHg)

g. Rehabilitasi, pasien cenderung menemui kesulitan bekerja, merasa sendiri dan

terisolasi, untuk itu perlu kegiatan sosialisasi agar terhindar dari depresi.

Penatalaksanaan pada usia lanjut adalah sebagai berikut:

1. Meniadakan faktor etiologi/presipitasi, misalnya segera menghentikan

merokok, menghindari polusi udara.

2. Membersihkan sekresi bronkus dengan pertolongan berbagai cara.

3. Memberantas infeksi dengan antimikroba. Apabila tidak ada infeksi

antimikroba tidak perlu diberikan. Pemberian antimikroba harus tepat sesuai

dengan kuman penyebab infeksi yaitu sesuai hasil uji sensitivitas atau

pengobatan empirik.

4. Mengatasi bronkospasme dengan obat-obat bronkodilator. Penggunaan

kortikosteroid untuk mengatasi proses inflamasi (bronkospasme) masih

kontroversial.

5. Pengobatan simtomatik.

6. Penanganan terhadap komplikasi-komplikasi yang timbul.

7. Pengobatan oksigen, bagi yang memerlukan. Oksigen harus diberikan dengan

aliran lambat 1 - 2 liter/menit.

Rehabilitasi untuk pasien PPOK adalah :

Page 12: Askep pada pasien ppok

a. Fisioterapi

b. Rehabilitasi psikis

c. Rehabilitasi pekerjaan (Mansjoer 2001 : 481-482)]

Tujuan penatalaksanaan PPOK adalah:

1. Memeperbaiki kemampuan penderita mengatasiu gejala tidak hanya pada

fase akut, tetapi juga fase kronik.

2. Memperbaiki kemampuan penderita dalam melaksanakan aktivitas harian.

3. Mengurangi laju progresivitas penyakit apabila penyakitnya dapat

dideteksi lebih awal.

H. Komplikasi

1. Hipoxemia

Hipoxemia didefinisikan sebagai penurunan nilai PaO2 kurang dari 55 mmHg, dengan

nilai saturasi Oksigen <85%. Pada awalnya klien akan mengalami perubahan mood,

penurunan konsentrasi dan pelupa. Pada tahap lanjut timbul cyanosis.

2. Asidosis Respiratory

Timbul akibat dari peningkatan nilai PaCO2 (hiperkapnia). Tanda yang muncul antara

lain : nyeri kepala, fatique, lethargi, dizzines, tachipnea.

3. Infeksi Respiratory

Infeksi pernafasan akut disebabkan karena peningkatan produksi mukus, peningkatan

rangsangan otot polos bronchial dan edema mukosa.Terbatasnya aliran udara akan

meningkatkan kerja nafas dan timbulnya dyspnea.

4. Gagal jantung

Terutama kor-pulmonal (gagal jantung kanan akibat penyakit paru), harus diobservasi

terutama pada klien dengan dyspnea berat.Komplikasi ini sering kali berhubungan

dengan bronchitis kronis, tetapi klien dengan emfisema berat juga dapat mengalami

masalah ini.

5. Cardiac Disritmia

Timbul akibat dari hipoxemia, penyakit jantung lain, efek obat atau asidosis respiratory.

6. Status Asmatikus

Page 13: Askep pada pasien ppok

Merupakan komplikasi mayor yang berhubungan dengan asthma bronchial. Penyakit ini

sangat berat, potensial mengancam kehidupan dan seringkali tidak berespon terhadap

therapi yang biasa diberikan. Penggunaan otot bantu pernafasan dan distensi vena leher

seringkali terlihat.

I. Pemeriksaan diagnostik

a. Anamnesis : riwayat penyakit ditandai 3 gejala klinis diatas dan faktor-faktor penyebab.

b. Pemeriksaan fisik:

- Pasien biasanya tampak kurus dengan barrel-shapped chest (diameter anteroposterior

dada meningkat).

- Fremitus taktil dada berkurang atau tidak ada.

- Perkusi pada dada hipersonor, peranjakan hati mengecil, batas paru hati lebih rendah,

pekak jantung berkurang.

- 4) Suara nafas berkurang.

c. Pemeriksaan radiologi

- Foto thoraks pada bronkitis kronik memperlihatkan tubular shadow berupa bayangan

garis-garisyang pararel keluar dari hilus menuju ke apeks paru dan corakan paru yang

bertambah.

- 2) Pada emfisema paru, foto thoraks menunjukkan adanya overinflasi dengan

gambaran diafragma yang rendah yang rendah dan datar, penciutan pembuluh darah

pulmonal, dan penambahan corakan kedistal.

d. Tes fungsi paru :

Dilakukan untuk menentukan penyebab dispnea untuk menentukan penyebab dispnea,

untuk menentukan apakah fungsi abnormal adalah obstimulasi atau restriksi, untuk

memperkirakan derajat disfungsi dan untuk mengevaluasi efek terapi, misalnya

bronkodilator.

e. Pemeriksaan gas darah.

f. Pemeriksaan EKG

g. Pemeriksaan Laboratorium darah : hitung sel darah putih.

Page 14: Askep pada pasien ppok

2. KONSEP ASKEP

A. PENGKAJIAN

a. Pengumpulan Data

Adapun data yang dikumpulkan adalah:

1) Biodata

a) Indentitas klien

Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, status

bangsa, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit, nomor medrek, diagnosa

medis dan alamat.

b). Identitas penanggung jawab

Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, status

bangsa, status perkawinan, hubungan dengan klien dan alamat.

2) Riwayat kesehatan

1. Keluhan utama

Keluhan yang biasa muncul pada pasien dengan penyakit paru obstruksi kronik

adalah klien mengatakan kesulitan bernapas.

2. Riwayat keluhan utama

Mengggambarkan keadaan kesehatan klien sejak keluhan pertama kali dirasakan

hingga saat dilakukan pengkajian dan menggunakan analisa simptom metode

PQRST.

Paliative : pada penderita penyakit paru obstruksi kronik yang memperberat

keluhan yaitu pada saat melakukan aktifitas dan berbaring seperti bangun dari

tidur dan yang meringankan keluhan yaitu baring dengan posisi semi Fowler.

Page 15: Askep pada pasien ppok

Qualitatif / Quantitove : pada penderita penyakit paru obstruksi kronik biasanya

keluhan dirasakan hilang timbul. Kualitas sesak yang dirasakan pada umumnya

sedang atau tergantung berat penyakit serta seberapa parah infeksi yang terjadi.

Region : Lokasi keluhan dirasakan dan penyebarannya. Pada penderita penyakit

paru obstruksi kronik keluhan dirasakan pada daerah dada.

Skala : Pada penderita penyakit paru obstruksi kronik sangat menggangu aktifitas

kesehariannya dimana pernapasannya lebih dari 24 kali per menit.

Timing : pada penderita penyakit paru obstruksi kronik keluhan dirasakan pada

saat melakukan aktifitas.

3. Riwayat kesehatan dahulu

Untuk mendapatkan informas mengenai masalah pasiennya, adanya riwayat

hipertensi, diabetes mellitus, atau penyakit jantung akibat kebiasaan merokok,

minum alkohol, riwayat penggunaan obat.

4. Riwayat kesehatan keluarga

Pada keluarga akan didapatkan adanya riwayat penyakit herediter, yaitu adanya

keluarga yang mempunyai riwayat asma, hipertensi, penyakit jantung, dan

biasanya di gambarkan dengan genogram 3 generasi.

b. Klasifikasi Data

Data Subyektif :

- KLien mengatakan sesak napas

- Klien mengatakan batuknya berdahak

- Klien mengatakan berat badannya menurun

- Klien mengatakan kurang nafsu makan

- Klien mengatakan tidak bisa beraktivitas

- Klien mengatakan sesak bertambah saat beraktivitas

Page 16: Askep pada pasien ppok

- Klien mengatakan cemas

- Klien selalu bertanya tentang penyakitnya

Data Obyektif :

- Suara paru ronkhi disebelah dada kanan

- Klien nampak batuk berdahak

- Frekuensi napas cepat

- Klien bernapas menggunakan otot – otot pernapsan

- Klien nampak batuk

- Porsi makan tidak dihabiskan

- Badan tampak kurus

- Berat badan menurun

- Nampak aktivitas klien dibantu

- Klien nampak sesak saat beraktivitas

- Klien nampak gelisah

- Klien selalu bertanya

c. Analisa Data

No Symptom Etiology Problem

1 DS :

Klien mengatakan

sesak napas

Klien mengatakan

batuknta berdahak

Klien mengataka

sering batuk

DO :

Suara paru

wheezing disebelah

kanan

Batuknya berdahak

Terdapat retraksi

Terpapar polusi udara yang

terus menerus

Hypertrofi dan hyperplasia

kelenjar mucus serta

metaplasisel goblek

Sekret terakumilasi pada

jalan napas

Penurunan kemampuan

untuk mengeluarkan secret

Bersihan jalan

napas tidak efektif

Page 17: Askep pada pasien ppok

dinding dada

Nampak sesak naps

Frekwensi napas

cepat

Bersihan jalan napas tidak

efektif

2 DS :

Klien mengatakan

kurang nafsu makan

Klien mengatakan

berat badannya

menurun

DO :

Badan nampak

kurus

Porsi makan tidak

dihabiskan

Infasi mikroorganisme dalam

tubuh

Meningkatkan aktivitas

seluler

Gangguan kebutuhan

pemenuhan nutrisi

Gangguan

pemenuhan

kebutuhan nutrisi

3. DS :

Klien mengatakan

tidak bisa

beraktivitas

Klien mengatakan

sesaknya bertambah

saat beraktivitas

DO :

Nampak aktivitas

klien dibantu

Klien nampak sesak

saat beraktivitas

Bersihan jalan napas tidak

efektif

Akumulasi sekret pada jalan

napas

Gangguan pertukaran gas

Peningkatan penggunaan

energy untuk bernapas

Penurunan energy cadangan

Kelemahan

Intoleransi aktivitas

Page 18: Askep pada pasien ppok

Intoleransi aktivitas

d. Prioritas masalah

2. Bersihan jalan napas tidak efektif

3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi

4. Intoleransi aktivitas

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukkan sekresi pada jalan napas

ditandai dengan :

DS :

- Klien mengatakan sesak napas

- Klien mengatakan batuk berdahak

- Klien mengatakan sering batuk

DO :

- Suara paru ronkhi sebelah kanan

- Batuknya berdahak

- Respirasi 32x/ menit

- Terdapat retraksi dinding dada

- Nampak sesak napas

b. Gangguan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan meningkatnya metabolisme

berlebihan ditandai dengan :

DS :

- Klien mengatakan kurang nafsu makan

- Klien mengatakan berat badannya menurun

DO :

- Klien nampak kurus

- BB menurun

- Porsi makan tidak dihabiskan

Page 19: Askep pada pasien ppok

c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan :

DS :

- Klien mengatakan selama sakit aktivitas klien dibantu oleh keluarga dan perawat

- Klien mengatak sesaknya bertambah saat beraktivitas

DO :

- Nampak aktivitas klien dibantu oleh keluarga dan perawat

- Klien nampak sesak saat beraktivitas

-

C. PERENCANAAN

No Tujuan Intervensi Rasional

1 Tupan :

Setelah diberikan tindakan

keperawatan selama 7 hari

pola napas kembali efektif.

Tupen :

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 2 hari

pola napas berangsur –

angsur membaik, dengan

kriteria hasil :

Sesak berkurang

Tidak menggunakan

otot – otot

pernapasan

1. Observasi tanda –

tanda vital .

2. Auskultasi bunyi

pernapasan.

3. Pertahankan posisi

semi fowler.

4. Anjurkan kepada

klien untuk minum air

hangat.

5. Bimbing dan latih

teknik napas dalam

dan batuk efektif

yang teratur.

6. Pemberian nebulizer

sesuai indikasi.

7. Lanjutkan pemberian

1. Untuk menentukan

intervensi

selanjutnya.

2. Bunyi napas tidak

normal menandakan

masih adanya

masalah.

3. Posisi semi fowler

dapat mengurangi

sesak.

4. Mengencerkan

dahak agar mudah

keluar.

5. Batuk tidak

terkontrol adalah

melelahkan dan

tidak efektif

menyebabkan

Page 20: Askep pada pasien ppok

O2 sesuai intruksi

dokter.

frustasi.

6. Pemberian nebulizer

dapat membantu

pengenceran dahak.

7. O2 dapat mengurangi

sesak dan membantu

memenuhi

kebutuhan oksigen.

2 Tupan :

Setelah diberikan tindakan

keperawatan selama 5 hari

gangguan pemenuhan

kebutuhan nutrisi terpenuhi.

Tupen :

Setelah diberikan tindakan

keperawatan selama 1 hari

nutrisi berangsur – adngsur

terpenuhi, dengan kriteria

hasil :

Nafsu makan baik

BB naik

1. Observasi tingkat

pemasukkan nutrisi

klien.

2. Hindarkan klien

untuk mengkonsumsi

makanan yang dapat

merangsang batuk.

3. Berikan makanan

pasien dalam porsi

kecil tapi sering.

4. Beri HE kepada klien

dan keluarga tentang

nutrisi.

5. Anjutkan pemberian

diet TKTP.

1. Sebagai data dasar

untuk menentukan

intervensi

selanjutnya.

2. Makanan yang

merangsang batuk

dapat meningkatkan

frekwensi batuk

lebih tinggi.

3. Mencegah klien

cepat bosan terhadap

makanan yang

diberikan.

4. Agar dapat mengerti

pentingnya nutrisi

bagi tubuh.

5. Memenuhi

kebutuhan nutrisi.

3 Tupan :

Setelah diberikan tindakan

keperawatan selama 5 hari

intoleransi aktivitas teratasi.

Tupen :

1. Observasi tingkat

aktivitas klien.

2. Bantu klien

melakukan aktivitas

yang tidak dapat

1. Mengetahui batasan

yang dapat

dilakukan klien.

2. Dengan bantuan

orang lain kebutuhan

Page 21: Askep pada pasien ppok

Stelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1 hari

intoleransi aktivitas

berangsur – angsur teratasi,

dengan kriteria hasil :

Aktivitas klien tidak

dibantu lagi

Saat beraktivitas

klien tidak sesak lagi.

dilakukan.

3. Libatkan keluarga

dalam pemenuhan

ADL klien.

4. Anjurkan klien

melakaukan aktivitas

sesuai dengan

kemempuannya.

5. Selingi periode

aktivitas dengan

istirahat.

ADL klien

terpenuhi.

3. Mengurangi

ketergantungan

keluarga kepeda

petugas.

4. Aktivitas tang sesuai

dapat mencegah

kekakuan otot.

5. Mengurangi kerja

otot meminimalkan

penggunaan energy

yang berlebihan.

D. IMPLEMENTASI

Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan yang telah dibuat

sebelumnya berdasarkan masalah keperawatan yang ditemukan dalam kasus, dengan

menuliskan waktu pelaksanaan dan respon klien.

Page 22: Askep pada pasien ppok

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penyakit Paru Obstruksi Kronik merupakan suatu istilah yang sering digunakan

sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama yang ditandai oleh peningkatan

resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utama. Faktor yang

menyebabkan timbulnya PPOK yaitu kebiasaan merokok, polusi udara, paparan debu,

asap, dan gas-gas kimiawi akibat kerja, dan riwayat infeksi saluran napas.

B. Saran

Semoga makalah yang sederhana ini dapat menjadi bacaan dan acuan untuk

meningkatkan pengetahuan dan kreatifitas dalam pemberian asuhan keperawatan pada

klien dengan gangguan sistem pernapasan, khususnya penyakit paru obstruksi kronik.

C.

Page 23: Askep pada pasien ppok

DAFTAR PUSTAKA

http://www.Google.co.id

Price, Sylvia A. dan Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis

Proses – proses Penyakit. Jakarta : Buku Kedokteran EGC

Asih, Y., Effendi C., 2003. Keperawatan Medikal Bedah, EGC : Jakarta.

Brunner dan Suddarth., 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8. EGC

Jakarta.

Carpenito, L. J., 2000. Diagnosa Keperawatan, EGC : Jakarta

Doenges, E. M., 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. EGC : Jakarta