Askep Omfalokel Kel.6

14
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah-masalah yang terjadi pada bayi baru lahir yang diakibatkan tindakan-tindakan yang dilakukan pada saat persalinan sangatlah Trauma akibat tindakan, cara persalinan atau gangguan kelainan persalinan yang sering kita sebut sebagai cedera atau trauma lahir. Par lama akan menyebabkan adanya tekanan tulang pelvis. Kebanyakan lahir ini akan menghilang sendiri dengan perawatan yang baik dan adekua Keberhasilan penatalaksanaan kasus kelainan bayi dan anak te dari pengetahuan dasar dan penentuan diagnosis dini, persiapan tindakananestesi dan pembedahan serta perawatan pasca operasi. Penatalaksanaan perioperatif yang baik akanmeningkatkan keberhasilan penanganan kelainan bayi dan anak. B. Tujuan Penulisan 1. Agar mahasiswa dapat mengetahui definisi omfalokel 2. Agar mahasiswa dapat mengetahui etiologi omfalokel 3. Agar mahasiswa dapat mengetahui patofisiologi omfalokel 4. Agar mahasiswa dapat mengetahui manifestasi klinis omfalokel 5. Agar mahasiswa dapat mengetahui klasifikasi omfalokel 6. Agar mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan diagnostik 7. Agar mahasiswa dapat mengetahui penatalaksanaan omfalokel 8. Agar mahasiswa dapat mengetahui komplikasi omfalokel 9. Agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana asuhan keperawatan p klien omfalokel

description

omfalokel

Transcript of Askep Omfalokel Kel.6

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangMasalah-masalah yang terjadi pada bayi baru lahir yang diakibatkan oleh tindakan-tindakan yang dilakukan pada saat persalinan sangatlah beragam. Trauma akibat tindakan, cara persalinan atau gangguan kelainan fisiologik persalinan yang sering kita sebut sebagai cedera atau trauma lahir. Partus yang lama akan menyebabkan adanya tekanan tulang pelvis. Kebanyakan cedera lahir ini akan menghilang sendiri dengan perawatan yang baik dan adekuat.Keberhasilan penatalaksanaan kasus kelainan bayi dan anak tergantung dari pengetahuan dasar dan penentuan diagnosis dini, persiapan praoperasi, tindakan anestesi dan pembedahan serta perawatan pasca operasi. Penatalaksanaan perioperatif yang baik akanmeningkatkan keberhasilan penanganan kelainan bayi dan anak.

B. Tujuan Penulisan 1. Agar mahasiswa dapat mengetahui definisi omfalokel2. Agar mahasiswa dapat mengetahui etiologi omfalokel3. Agar mahasiswa dapat mengetahui patofisiologi omfalokel4. Agar mahasiswa dapat mengetahui manifestasi klinis omfalokel5. Agar mahasiswa dapat mengetahui klasifikasi omfalokel6. Agar mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan diagnostik7. Agar mahasiswa dapat mengetahui penatalaksanaan omfalokel8. Agar mahasiswa dapat mengetahui komplikasi omfalokel9. Agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada klien omfalokel

BAB IIPEMBAHASAN

A. DefinisiOmphalokel (omfalokel) adalah adanya protrusi (keadaan menonjol kedepan) pada waktu lahir dibagian usus yang melalui suatu defek besar pada dinding abdomen di umbilikus dan usus yang menonjol hanya ditutupi oleh membran tipis transparan yang terdiri dari cairan amnion dan peritoneum.Omfalokel juga bisa diartikan sebagai suatu keadaan dimana dinding perut mengandung struktur muskulo aponeuresis yang kompleks. Aponeuresis adalah lembaran jaringan mirip tendon yang lebar serta mengkilap untuk membungkus dan melekatkan otot yang satu dengan yang lainnya dan juga dengan bagian yang digerakkan oleh otot tersebut.Omfalokel terjadi saat bayi masih dalam kandungan. Karena gangguan fisiologis pada sang ibu, dinding dan otot-otot perut janin tak terbentuk dengan sempurna. Akibatnya, organ pencernaan seperti usus, hati, tali pusar, serta lainnya tumbuh di luar tubuh. Jenis gastroschisis terjadi seperti omfalokel. Bedanya, posisi tali pusar tetap pada tempatnya.

B. EtiologiEtiologi pasti dari omfalokel belum diketahui. Beberapa teori telah menyatakan bahwa penyebab dari omfalokel antara lain :1. Kegagalan kembalinya usus ke dalam abdomen dalam 10-12 minggu yaitu kegagalan lipatan mesodermal bagian lateral untuk berpindah ke bagian tengah dan menetap selama gestasi 12 minggu.2. Faktor resiko tinggi yang berhubungan dengan omphalokel adalah resiko tinggi kehamilan seperti :a. Infeksi dan penyakit pada ibub. Penggunaan obat-obatan berbahaya, merokokc. Kelainan genetikd. Defesiensi asam folate. Hipoksiaf. Salisil dapat menyebabkan defek pada dinding abdomeng. Asupan gizi yang tak seimbangh. Unsur polutan logam berat dan radioaktif yang masuk ke dalam tubuh ibu hamil.

C. Patofisiologi

D. Manifestasi KlinisManifestasi dari omphalokel adalah :1. Organ visera atau internal abdomen keluar 2. Penonjolan pada isi usus3. Teridentifikasi pada prenatal dengan ultrasound

Sedangkan tanda-tanda yang lain :1. Apabila omfalokel berukuran kecil hanya usus yang keluar atau menonjol2. Apabila omfalokel berukuran besar usus, hati atau limfa yang keluar atau menonjol.3. Sering ditemukan pada bayi premature.

E. KlasifikasiBanyaknya usus dan organ perut lainnya yang menonjol pada omfalokel berikut tergantung pada besarnya lubang di pusar. Jika lubangnya kecil mungkin hanya usus yang menonjol, tapi jika lubangnya besar hati juga bisa menonjol melalui lubang tersebut.

F. Pemeriksaan DiagnostikPemeriksaan yang dapat dilakukan pada penderita omfalokel, antara lain:1. Pemeriksaan FisikPada omfalokel tampak kantong yang berisi usus dengan atau tanpa hati di garis tengah pada bayi yang baru lahir.2. Pemeriksaan LaboratoriumPemeriksaan Maternal Serum Alfa Fetoprotein (MSAFP). Diagnosis prenatal defek pada dinding abdomen dapat dideteksi dengan peningkatan MSAFP. MSAFP dapat juga meninggi pada spinabifida yang disertai dengan peningkatan asetilkolinesterase dan pseudokolinesterase.3. Prenatal, ultrasound: menunjukkan adanya defek ompalokel.4. Pemeriksaan radiology: Fetal sonography dapat menggambarkan kelainan genetik dengan memperlihatkan marker struktural dari kelainan kariotipik.5. Echocardiography fetus membantu mengidentifikasi kelainan jantung. Untuk mendukung diagnosis kelainan genetik diperjelas dengan amniosentesis. Pada omfalokel tampak kantong yang terisi usus dengan atau tanpa hepar di garis tengah pada bayi yang baru lahir.

G. Penatalaksanaan1. Perawatan pra-bedaha. Terpeliharanya suhu tubuhb. Kehilangan panas dapat berlebihan karena usus yang mengalami prolaps sangat meningkatkan area permukaan.c. Pemasangan NGT dan pengisapan yang kontinu untuk mencegah distensi usus-usus yang mempersulit pembedahan.d. Penggunaan bahan synthetic (silatik) dengan lapisan tipis yang tidak melengket seperti xeroform, kemudian dengan kerlix dan pembungkus Saran untuk menutup usus atau menutup dengan kasa steril lembab dengan cairan NaCl steril untuk mencegah kontaminasi.e. Terapi intravena untuk hidrasif. Antiseptik dengan spectrum luas secara intravena: Besarnya kantong, luasnya cacat dinding perut dan ada tidaknya hepar di dalam kantong, akan menentukan cara pengelolaan. Bila kantong omfalokel kecil, dapat dilakukan operasi satu tahap. Dinding kantong dibuang, isi kantong dimasukkan ke dalam rongga perut, kemudian lubang ditutup dengan peritoneum, fasia dan kulit. Tetapi biasanya omfalokel terlalu besar dan rongga perut terlalu kecil sehingga isi kantong tidak dapat dimasukkan ke dalam perut. Jika dipaksakan, maka karena regangan pada dinding perut, diafragma akan terdorong ke atas sehingga terjadi gangguan pernapasan. Obstruksi vena cava inferior dapat juga terjadi karena tekanan tersebut. Tindakan yang dapat dilakukan ialah melindungi kantong omfalokel dengan cairan antiseptik, misalnya betadin dan menutupnya dengan kain dakron agar tidak tercemar. Dengan demikian, ada kesempatan untuk terjadinya epitelisasi dari tepi, sehingga seluruh kantong tertutup epitel dan terbentuk hernia ventralis yang besar. Epitelisasi ini membutuhkan waktu 3-4 bulan. Kemudian operasi koreksi hernia ventralis tersebut dapat dikerjakan setelah anak berumur 5-10 bulan.g. Terapi oksigen diberikan untuk membantu pernafasan.

2. PembedahanPembedahan dilakukan secara bertahap tergantung besar kecilnya lubang pada dinding abdomen.Tujuan pebedahan adalah untuk mengembalikan visera kedalam kavum abdomen dan menutup diding abdomen.Pada omphalokel, jika lubangnya kecil maka akan disambungkan saja, namun jika lubangnya besar maka akan dicangkok dengan mengambil kulit dari bokong atau paha bayi. Operasi koreksi ini untuk menempatkan usus ke dalam rongga perut dan menutup lubang. Harus dikerjakan secepat mungkin sebab tidak ada perlindungan infeksi. Tambahan lagi makin ditunda operasi makin sukar karena usus akan udem.3. Perawatan Paska Bedaha. Perawatan paska bedah neonatus rutinb. Terapi oksigen maupun ventilasi mekanik kemungkinan diperlukanc. Dilakukan aspirasi setiap jam pada tuba nasogastrikd. Pemberian antibiotikae. Terapi intravena diberikan untuk perbaikan cairanf. Pada sekitar 7-12 hari setelah pembedahan, anak akan kembali lagi mengalami pembedahan untuk menjalani perbaikan cacat. Namun ini tergantung dari kondisi si bayi (lemah atau tidak).

H. KomplikasiKomplikasi yang terjadi pada penderita Omfalokel, yaitu :1. Komplikasi dini adalah infeksi pada kantong yang mudah terjadi pada permukaan yang telanjang.2. Kekurangan nutrisi dapat terjadi sehingga perlu adanya cairan dan nutrisi yang adekuat misalnya dengan nutrisi parenteral.3. Dapat terjadi sepsis terutama jika nutrisi kurang dan pemasangan ventilator yang lama.4. Nekrosis5. Kelainan kongenital dinding perut ini mungkin disertai kelainan bawaan lain yang memperburuk prognosis.

J. Asuhan KeperawatanA. Pengkajian1. AnamnesaAnamnesa mencakup identitas pasien, keluhan utama, riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan dahulu, riwayat kesehatan keluarga, riwayat imunisasi, riwayat kesehatan lingkungan dan tempat tinggal.a. IdentitasMeliputi identitas klien yaitu: nama lengkap, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, suku/bangsa, golongan darah, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, No. RM, diagnose medis, dan alamat.Identitas penanggung jawab: nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien, dan alamat.b. Keluhan utamaPada pasien omfalokel biasanya mengeluh adanya benjolan pada dinding perut sejak lahir.c. Riwayat Kesehatan SekarangPada umumnya gejala pada pasien omfalokel adalah usus dan organ perut lainnya yang menonjol.d. Riwayat Penyakit DahuluTidak adae. Riwayat Kesehatan KeluargaTidak ada keluarga yang mempunyai riwayat penyakit seperti ini, namun ibu dari klien sering demam saat hamil. f. Riwayat ImunisasiTidak adag. Riwayat PsikososialTidak adah. Lingkungan dan tempat tinggalTidak ada

2. Pemeriksaan Fisika. Keadaan : Baikb. Frekuensi Jantung : 140x/menit c. Frekuensi nafas : 42x/menit d. BB : 2500 kge. PB : 46 cmf. Sianosis : tidak ada g. Ikterus : tidak ada h. Suhu : 36,8o Ci. Kepala 1) Bentuk : normochepal 2) Ubun-ubun besar : 2,5 x 2,5 cm3) Ubun-ubun kecil : 1 x 1 cm4) Jejas persalinan : tidak ada j. Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterikk. Telinga : tidak ditemukan kelainan l. Hidung : nafas cuping hidung tidak ada m. Mulut : sianosis sirkum oral tidak ada n. Leher : tidak ditemukan kelainan o. Thoraks 1) Bentuk : normochest, retraksi tidak ada 2) Jantung : irama teratur, bising tidak ada 3) Paru : bronkovesikuler, ronkhi tidak ada, wheezing tidak ada p. Abdomen1) Permukaan : buncit 2) Kondisi : lemas 3) Hati : x 4) Limpa : S0 (tidak teraba)5) Tali pusat : segar q. Umbilikus : tampak benjolan berupa gambaran usus yang ditutupi selaput dinding perut di daerah umbilical dengan ukuran 10x6x3 cm.r. Genitalia1) Kelainan : tidak ada 2) Labia minora tertutup labia mayora s. Ekstremitas 1) Atas : akral hangat, perfusi baik 2) Bawah : akral hangat, perfusi baik t. Kulit : teraba hangat, kemerahan u. Anus : ada v. Tulang-tulang : tidak ditemukan kelainan

B. Analisa Data

No Data EtiologiMasalah

1.Ds : Bayi tampak rewel, gelisahDo : Dapat dilihat dari skala nyeri bayi TTV : RR, Nadi, SuhuAgen cedera fisikNyeri akut

2.Ds : -Do : BB turunKelemahan otot abdomenKonstipasi

3.Ds : -Do: Kontaminasi organ internal abdomen dengan kumanResiko infeksi

4.Ds : Bayi tampak pucatDo : DehidrasiKehilangan cairan aktifKekurangan volume cairan

C. Diagnosa KeperawatanDiagnosa yang akan muncul pada omfalokel :1. Nyeri akut b.d agen cedera fisik2. Konstipasi b.d. kelemahan otot abdomen3. Resiko infeksi4. Kekurangan volume cairan kurang b.d kehilangan cairan aktif

D. Rencana Asuhan KeperawatanNoDiagnosaNOCNIC

1.

Nyeri akut b.d agen cedera fisikPain levelSetelah di lakukan tindakan asuhan keperawatan 3 x 24 jam di harapkan tidak mengalami nyeri dengan penurunan nyeri pada tingkat yang dapat diterima anak dengan status penerimaan nyeri skala 2Kriteria Hasil :1. Mampu mengontrol nyeri.2. Mampu mengenali nyeri3. Nyeri dapat teratasiPain Management1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas.2. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan pencahayaan dan kebisingan 3. Berikan pereda nyeri dengan manipulasi lingkungan (misal : batasi pengunjung, ruangan yang tenang.4. Berkolaborasi dengan tim medis.

2.Konstipasi b.d kelemahan otot abdomenBowel EliminationSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, diharapkan feses kline kembali normalKriteria hasil:1. Bebas dari ketidaknyamanan dan konstipasi2. Feses lunak dan berbentukConstipation Management1. Monitor tanda dan gejala konstipasi2. Monitor feses: frekuensi, konsistensi dan volume3. Dukung intake cairan

Fluid Management1. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat2. Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik), jika diperlukan3. Monitor vital sign

3.Resiko InfeksiKnowledge: Infection ControlSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, diharapkan infeksi tidak terjadi (terkontrol) dengan status kontrol infeksi skala 4.Kriteria Hasil:1. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi2. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah infeksi3. Jumlah leukosit dalam batas normal

Infection Control1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain2. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan3. Gunakan baju, sarung tangan sebagai pelindung4. Berkolaborasi dengan tim medis

Infection Protection 1. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal2. Inspeksi kondisi luka atau insisi bedah3. Inspeksi kulit pada daerah sekitar abdomen

4Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktifFluid BalanceSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x8jam, diharapkan keseimbangan cairan pada pasien adekuat dengan keseimbangan cairan skala 4.Kriteria hasil:1. Keseimbangan intake dan output dalam batas normal2. Elektrolit serum dalam batas normal3. Tidak ada mata cekung4. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal.Fluid Management1. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat2. Monitor status hidrasi (membran mukosa yang adekuat)3. Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori harian4. Monitor status nutrisi

BAB IIIPENUTUPA. Kesimpulan Omphalokel (omfalokel) adalah adanya protrusi (keadaan menonjol kedepan) pada waktu lahir dibagian usus yang melalui suatu defek besar pada dinding abdomen di umbilikus dan usus yang menonjol hanya ditutupi oleh membran tipis transparan yang terdiri dari amnion dan peritoneum.Kegagalan alat dalam untuk kembali ke rongga abdomen pada waktu janin berumur 10 minggu sehingga menyebabkan timbulnya omfalokel. Kelainan ini dapat segera dilihat yaitu berupa protusi dari kantong yang berisi usus dan visera abdomen melalui defek dinding abdomen pada umbilikus.Angka kematian tinggi apabila omfalokel besar karena kantong pecah dan terjadi infeksi.Suatu protusi pada dinding abdomen sampai dasar tali pusat selama 6-10 minggu kehamilan. Protrusi tersebut tumbuh dan keluar dari dalam abdomen pada tali pusat, karena abdomen berisi terlalu sedikit sekitar 10-11 minggu, normalnya usus akan berpindah kedalam abdomen. Ketidakmampuan usus untuk bermigrasi secara normal akan menyebabkan omfalokel. Omfalokel biasanya ditutupi oleh membran yang dilindungi oleh visera.Kemudian diagnosa keperwatan yang muncul pada kasus omfalokel adalah sebagai berikut :1. Nyeri akut b.d agen cedera fisik2. Konstipasi b.d kelemahan otot abdomen3. Resiko infeksi4. Kekurangan volume cairan kurang b.d kehilangan cairan aktif

B. Saran Dengan di susunnya makalah ini mengharapkan kepada semua pembaca agar dapat mengetahui dan memahami apa yang telah tertulis dalam makalah ini sehingga sedikit banyak bisa menambah pengetahuan pembaca. Di samping itu kami juga mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca sehingga kami bisa memperbaiki makalah kami selanjutnya.6