Askep Kelompok Chf Rsud Bantul
-
Upload
murdiyani-nina-agustina -
Category
Documents
-
view
54 -
download
11
Transcript of Askep Kelompok Chf Rsud Bantul
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA TN.”N” DENGAN CHF DI BANGSAL BAKUNG RSUD
PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan
Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah II
Disusun Oleh :
Chesna Wahyu Diana P07120111006
Murdiyani Agustina P07120111022
Nurma Yuli Winarni P07120111026
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
JURUSAN KEPERAWATAN
2013
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA TN.”N” DENGAN CHF DI BANGSAL BAKUNG RSUD
PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
Disusun Oleh : Kelompok XII
Chesna Wahyu Diana P07120111006
Murdiyani Agustina P071201110022
Nurma Yuli Winarni P07120111026
TINGKAT II REGULER
Telah mendapat persetujuan pada tanggal ___ Januari 2013
Oleh :
Mengetahui,
Pembimbing Akademik Pembimbing Lapangan,
Ns. Harmilah, S.Pd.,M.Kep., Sp. MB Markus W,A.MK,S.Pd
NIP. NIP.
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur kehadirat Allah SWT berkat limpahan rahmat dan hidayahnya, asuhan keperawatan tentang “Tn.“N” dengan CHF dii Bangsal Bakung (Dalam) RSUD Panembahan Senopati Bantul” ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Asuhan keperawatan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II.
Asuhan Keperawatan ini dapat diselesaikan karena adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penyusun menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. DR.Lucky Herawati, SKM, M.Sc. selaku Direktur Politeknik Kesehatan Yogyakarta,
2. Maria H Bakri, SKM, M.Kes. selaku Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan
3. Yogyakarta,4. Abdul Majid, M.Kep. selaku Koordinator Praktik Klinik Keperawatan
Medikal Bedah II,5. Ns. Harmilah, S.Pd.,M.Kep., Sp. MB. selaku Pembimbing Akademik
Praktik Klinik Keperawatan Medikal Bedah II,6. Markus Wiyoto,A.MK,S.Pd selaku Pembimbing Lapangan Praktik Klinik
Keperawatan Medikal Bedah II,7. Orang tua yang telah mendukung dalam penyelesaian asuhan
keperawatan ini,8. Teman-teman yang telah membantu dalam penyusunan asuhan
keperawatan ini.
Semoga dengan terselesaikannya asuhan keperawatan ini, menjadikan penyusun lebih banyak memperoleh pengetahuan yang nantinya bermanfaat bagi penyusun serta bagi para pembaca.
Penyusun sudah berupaya sekuat tenaga untuk menampilkan yang terbaik dalam asuhan keperawatan ini namun, masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam penulisan asuhan keperawatan ini.Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penyusun harapkan dan perlukan demi sempurnanya asuhan keperawatan ini.
Yogyakarta, Januari 2013
Penyusun
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
DENGAN GAGAL JANTUNG JANTUNG KORONER
I. Definisi
Gagal jantung sering disebut dengan gagal jantung kongestif adalah
ketidakmampuan jantung untuk memompakan darah yang adekuat untuk
memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi.Istilah gagal
jantung kongestif sering digunakan kalau terjadi gagal jantung sisi kiri
dan kanan. ( Brunner & Suddarth, 2002)
II. Etiologi :
Ada beberapa etiologi / penyebab dari gagal jantung :
1. Kelainan Otot Jantung
Menyebabkan menurunnya kontraktilitas jantung
2. Aterosklerosis Koroner
Menyebabkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran
darah keotot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis ( akibat
penumpukan asam laktat)
3. Hipertensi Sistemik Atau Pulmonal
Meningkatnya beban kerja jantung dan pada gilirannya
mengakibatkan hipertrophi serabut otot jantung
4. Peradangan Dan Penyakit Miokardium Degeneratif
Sangat berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara
langsung merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas
menurun.
5. Penyakit jantung lain
Gagal dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya
tidak secara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme yang
biasanya terlibat mencangkup gangguan aliran darah melalui jantung,
ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah.
6. Faktor Sisitemik
Terdapat sejumlah faktor yang berperan dalam perkembangan dan
beratnya gagal ginjal. Meningkatnya laju metabolisme, hipoksia dan
anemia memerlukan peningkatan curah jantung untuk memenuhi
kebutuhan oksigen sistemik ( Brunner & Suddarth, 2002 ).
III. Patofisiologi
Fungsi jantung sebagai sebuah pompa diindikasikan oleh
kemampuannya untuk memenuhi suplai darah yang adekuat keseluruh
bagian tubuh, baik dalam keadaan istirahat maupun saat mengalami
stress fisiologis.
Mekanisme fisiologis yang menyebabkan gagal jantung meliputi
keadaan-keadaan :
1. Prelood (bebab awal)
Jumlah darah yang mengisi jantung berbanding langsung dengan
tekanan yang ditimbulkan oleh panjangnya regangan serabut
jantung.
2. Kontraktilitas
Perubahan kekuatan kontriksi berkaitan dengan panjangnya
regangan serabut jantung.
3. Afterlood (beban akhir)
Besarnya tekanan ventrikel yang harus dihasilkan untuk memompa
darah melawan tekanan yang diperlukan oleh tekanan arteri.
Pada keadaan gagal jantung, bila salah satu / lebih dari
keadaan diatas terganggu, menyebabkan curah jantung menurun,
meliputi keadaan yang menyebabkan prelood meningkat contoh
regurgitasi oarta, cacat septum ventrikel.
Menyebabkan afterlood meningkat yaitu pada keadaan stenosis
oarta dan hipertensi sistemik. Kontraktilitas miokardium dapat
menurun pada Infark miokardium dan kelainan otot jantung.
Adapun mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi
menurunnya kemampuan kontraktilitas jantung, sehingga darah
yang dipompa pada setiap kontriksi menurun dan menyebabkan
penurunan darah keseluruh tubuh.
Apabila suplai darah kurang keginjal akan mempengaruhi
mekanisme pelepasan renin-angiotensin dan akhirnya terbentuk
angiotensin II mengakibatkan terangsangnya sekresi aldosteron
dan menyebabkan retensi natrium dan air, perubahan tersebut
meningkatkan cairan ektra-intravaskuler sehingga terjadi
ketidakseimbangan volume cairan dan tekanan selanjutnya terjadi
edema. Edema perifer terjadi akibat penimbunan cairan dalam
ruang interstial. Proses ini timbul masalah seperti nokturia dimana
berkurangnya vasokontriksi ginjal pada waktu istirahat dan juga
redistribusi cairan dan absorpsi pada waktu berbaring. Gagal
jantung berlanjut dapat menimbulkan asites, dimana asites dapat
menimbulkan gejala-gejala gastrointestinal seperti mual, muntah,
anoreksia.
Apabila suplai darah tidak lancar diparu-paru (darah tidak
masuk kejantung), menyebabkan penimbunan cairan diparu-paru
yang dapat menurunkan pertukaran O2 dan Co2 antara udara dan
darah diparu-paru . sehingga oksigenisasi arteri berkurang dan
terjadi peningakatan CO2, yang akan membentuk asam didalam
tubuh. Situasi ini akan memberikan suatu gejala sesak napas
(dyspnea), ortopnea (dyspnea saat berbaring) terjadi apabila aliran
darah dari ektrimitas meningkatkan aliran balik vena kejantung dan
paru-paru.
Apabila terjadi pembesaran vena dihepar mengakibatkan
hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan.Suplai darah
yang kurang didaerah otot dan kulit, menyebabkan kulit menjadi
pucat dan dingin serta timbul gejala letih, lemah, lesu (Brunner &
Suddarth, 2002 ).
IV. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dominan gagal jantung adalah meningkatnya volume
intravaskuler. Kongesti jaringan terjadi akibat tekanan arteri dan vena
yang meningkat akibat turunnya curah jantung pada kegagalan jantung.
Ventrikel kanan dan kiri dapat mengalami kegagalan secara
terpisah. Gagal ventrikel kiri paling sering mendahului gagal ventrikel
kanan. Kegagalan salah satu ventrikel dapat mengakibatkan penurunan
perfusi jaringan, tetapi manifestasi kongesti dapat berbeda tergantung
pada kegagalan ventrikel mana yang terjadi.
a. Gagal jantung kiri, manifestasi klinisnya :
- Dispnea
- Ortopnea (kesulitan bernapas saat berbaring)
- Sianosis
- Kegelisahan dan kecemasan
- Mudah lelah
b. Gagal jantung kanan
- Edema ektrimitas bawah
- Peningkatan berat-badan
- Hepatomegali
- Asietas, Anoreksia dan mual, Nokturia
V. KOMPLIKASI
a. Syok Kardigenik
b. Episode Tromboemboli karena penbentukan bekuan vena karena
stasis darah.
c. Efusi dan Tamponade Perikardium (Smeltzer & Bare, 2002)
VI. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. EKG : Hipertropi atrial, iskemia, infark.
Sonogram Ekokardiogram, dapat menunjukkan pembesaran bilik
perubahan dalam fungsi struktur katup, penurunan kontraktilitas
ventrikel.
b. Sken Jantung : Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan
gerakan dinding.
c. Rongen dada : Adanya pembesaran jantung
d. Enzym hepar : Meningkat dalam gagal jantung / kongesti
e. Elektrolit : Kemungkinan berubah karena perpindahan cairan,
penurunan fungsi ginjal
f. Oksimetri Nadi : Kemungkinan situais oksigen rendah
g. AGD : Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis respiratorik
ringan atau hipoksemia dengan peningkatan PCO2
h. Albumin : Mungkin menurun sebagai akbat penurunan masukan
protein
Menurut New York Heart Assosiation ( NYHA ) membuat klasifikasi
fungsional CHF dalam 4 kelas yaitu :
1) Kelas I : Bila pasien dapat melakukan aktifitas berat tanpa
keluhan.
2) Kelas II : Bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas lebih berat
dari aktifitas sehari-hari tanpa keluhan.
3) Kelas III : Bila pasien tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari
tanpa keluhan.
4) Kelas IV : Bila pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktifitas
apapun dan harus tirah baring.
Penatalaksanaan
1) Kelas I : Non Farmakologi, meliputi diet rendah garam, batasi
cairan,menurunkan berat badan, menghindari alcohol dan rokok,
aktifitas fisik, manajemen stress.
2) Kelas II,III : Terapi pengobatan, meliputi : diuretic, vasodilator,
ace inhibator, digitalis, dopamineroik, oksigen
3) Kelas IV : Kombinasi diuretic, digitalis, ACE inhibator,
seumur hidup.
VII. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahahan
kontraktilitas, perubahan struktual (kelainan katup,aneurisme
ventrikular).
b. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelalahan dan dispnue akibat
turunnya curah jantung.
c. Kelebihan volume cairan b.d Menurunnya laju filtrasi glomerulus
(menurunnya curah jantung) atau meningkatnya produksi ADH dan
retensi natrium dan air
d. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
kapiler paru, contoh pengumpalan cairan didalam area
interstial/alveoli.
e. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d Tirah baring., edema,
penurunan perfusi jaringan.
VIII. INTERVENSI KEPERAWATAN
A. Curah jantung menurun b.d Perubahan kontraktilitas miokardial atau
perubahan inotropik, perubahan frekuensi, irama, konduksi jantung,
perubahan struktural. (mis: kelainan katup, aneurisma ventrikel)
Tujuan : setalah dilakukan tindakan keperawatan, klien menunjukkan
adanya penurunan curah jantung.
Kriteria Hasil:
- Frekuensi jantung meningkat
- Status Hemodinamik stabil
- Haluaran Urin adekuat
- Tidak terjadi dispnu
- Akral Hangat
Intervensi
1. Auskultasi nadi apical, kaji frekuensi, irama jantung.
Rasional : Biasanya terjadi tachycardia untuk mengkompensasi
penurunan kontraktilitas jantung.
2. Catat bunyi jantung
Rasional : S1 dan s2 lemah, karena menurunnya kerja pompa S3
sebagai aliran ke dalam serambi yaitu distensi. S4 menunjukkan
inkopetensi atau stenosis katup.
3. Palpasi nadi perifer
Rasional : Untuk mengetahui fungsi pompa jantung yang sangat
dipengaruhi oleh CO dan pengisisan jantung.
4. Pantau tekanan darah
Untuk mengetahui fungsi pompa jantung yang sangat
dipengaruhi oleh CO dan pengisisan jantung.
5. Pantau keluaran urine, catat penurunan keluaran, dan kepekatan
atau konsentrasi urine.
Rasional : Dengan menurunnya CO mempengaruhi suplai darah
ke ginjal yang juga mempengaruhi pengeluaran hormone
aldosteron yang berfungsi pada proses pengeluaran urine.
6. Kaji perubahan pada sensori contoh: letargi, bingung,
disorientasi, cemas dan depresi.
Rasional : Menunjukkan tidak adekuatnya perfusi serebral
sekunder terhadap penurunan curah jantung.
7. Berikan istirahat semi recumbent (semi-fowler) pada tempat tidur.
Rasional : Memperbaiki insufisiensi kontraksi jantung dan
menurunkan kebutuhan oksigen dan penurunan venous return.
8. Kolaborasi dengan dokter untuk terapi, oksigen, obat jantung,
obat diuretic dan cairan.
Rasional : Membantu dalam proses kimia dalam tubuh.
B. Intoleransi aktivitas b.d Kelemahan, kelelahan, perubahan tanda
vital, adanya dysritmia, dyspnea, pucat, berkeringat
Tujuan dan kriteria hasil:
- Klien akan berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan
- Memenuhi perawatan diri sendiri
- Mencapai peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur,
dibuktikan oleh menurunnya kelemahan dan kelelahan
Intervensi:
1. Periksa tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas, khususnya
bila pasien menggunakan vasodilator, diuretic
Rasional : Hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan aktivitas
karena efek obat (vasodilatasi), perpindahan cairan atau
pengaruh fungsi jantung.
2. Catat respon kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat
takikardi, disritmia, dispnea, berkeringat, pucat
Rasional : Penurunan atau ketidakmampuan miokardium
untuk meningkatkan volume sekuncup selama aktivitas dapat
menyebabkan peningkatan segera frekuensi jantung.
3. Kaji penyebab kelemahan contoh pengobatan, nyeri, obat.
Rasional : Kelemahan adalah efek samping beberapa obat
(beta bloker, traquilizer, sedative), nyeri dan program penuh
stress juga memerlukan energi dan menyebabkan kelemahan.
4. Evaluasi peningkatan intoleransi aktivitas
Rasional : Dapat menunjukkan peningkatan dekompensasi
jantung daripada kelebihan aktivitas.
5. Berikan bantuan dalam aktivitas perawatan diri sesuai indikasi,
selingi periode aktivitas dengan istirahat
Rasional : Pemenuhan kebutuhan perawatan diri pasien tanpa
mempengaruhi stress miokard.
6. Implementasikan program rehabilitasi jantung atau aktivitas.
Rasional : Peningkatan bertahap pada aktivitas menghindarai
kerja jantung atau konsumsi oksigen berlebih. Penguatan dan
perbaikan fungsi jantung dibawah stress, : bila disfungsi
jantung tidak dapat baik kembali.
C. Kelebihan volume cairan b.d Menurunnya laju filtrasi glomerulus
(menurunnya curah jantung) atau meningkatnya produksi ADH dan
retensi natrium dan air.
Intervensi
1. Pantau keluaran urin, catat jumlah dan warna saat hari dimana
diuresis terjadi
Rasional : Keluaran urin mungkin sedikit dan pekat (khususnya
selama sehari) karena penurunan perfusi ginjal
2. Hitung keseimbangan pemasukan dan pengeluaran selama 24
jam.
Rasional : Terapi diuretic dapat disebabkan oleh kehilangan
cairan tiba-tiba atau berlebih (hipovolemia) meskipun edema
atau asites masih ada
3. Berikan posisi kaki lebih tinggi dari kepala.
Rasional : Pembentukan edema, sirkulasi melambat, gangguan
pemasukan nutrisidan imobilisasi dan tirah baring yang lama
4. Auskultasi bunyi napas, catat penurunan dan atau bunyi napas
tambahan contoh krekels, mengi atau batuk.
5. Kelebihan cairan sering menimbulkan kongersti paru.
Rasional : Gejala edema paru dapat menunjukkan gagal jantung
kiri akut.
6. Berikan makanan yang mudah dicerna, porsi kecil dan sering.
Rasional : Penurunan motilitas gaster dapat berefek merugikan
pada digestif.
7. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi diuetik,
cairan dan elektrolit.
Rasional : Diuretic meningkatkan laju aliran urin dan dapat
menghambat reabsorbsi.
8. kolaborasi dengan ahli gizi
Rasional : Perlu memberikan diet yang dapat diterima klien
yang memenuhi kebutuhan kalori dalam pembatasan natrium.
D. Pertukaran gas, kerusakan, resiko tinggi b.d Perubahan membrane
kapiler-alveolus, contoh pengumpulan atau perpindahan cairan ke
dalam area interstitial ataualveoli.
Intervensi:
1. Auskultasi bunyi napas, catat krekels.
Rasional : Menyatakan adanya kongesti paru atau
pengumpulan secret
2. Anjurkan klien untuk batuk efektif, napas dalam
Rasional : Membersihkan jalan napas dan memudahkan aliran
oksigen
3. Dorong perubahan posisi
Rasional : Membantu mencegah atelektasis dan pneumonia.
4. Pertahankan tirah baring 20-300 posisi semi fowler.
Rasional : Menurunkan konsumsi oksigen atau kebutuhan dan
meningkatkan inspaksi paru maksimal
5. Kolaborasi dengan dokter dalam terapi o2 dan laksanakan
sesuai indikasi.
Rasional : Meningkatkan konsentrasi oksigen alveolar yang
dapat memperbaiki atau menurunkan hipoksia jaringan.
6. Laksanakan program dokter dalam pemberian obat seperti
diuretic dan bronkodilator.
Rasional : Menurunkan kongestif alveolar, meningkatkan
pertukaran gas, meningkatkan aliran oksigen dengan
mendilatasi jalan napas dan mengeluarkan efek diuretic ringan
untuk menurunkan kongestif paru.
E. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d Tirah baring., edema,
penurunan perfusi jaringan.
Intervensi:
1. Lihat kulit catat penonjolan tulang. Lihat adanya edema, area
sirkulasinya terganggua atau pigmentasi atau kegemukan.
Rasional : Kerana gangguan sirkulasi perifer kulit beresiko
imobilisasi fisik dan gangguan status nutrisi.
2. Pijat area kemerahan
Rasional : Meningkatkan aliran darah, meminimalkan hipoksia
jaringan.
3. Sering rubah posisi di tempat tidur atau kursi. Bantu lakukan
latihan rentang gerak pasif/aktif.
Rasional : Memperbaiki sirkulasi atau menurunkan waktu satu
area yang mengganggu aliran darah.
4. Sering berikan perawatan kulit, meminimalkan kelembaban
Rasional : Kulit terlalu kering dan lembab dapat merusak kulit dan
mempercepat kerusakan.
5. Periksa sepatu atau sandal yang kesempitan, ubah sesuai
kebutuhan
Rasional : Sepatu terlalu sempit dapat menyebabkan edema
dependen., meningkatkan resiko tertekan dan kerusakan kulit
pada kaki.
6. Hindari obat intramuscular.
Rasional : Edema interstitial dan gangguan sirkulasi
memperlambat absorbsi obat dan predisposisi untuk kerusakan
kulit atau terjadinya infeksi.
BAB II
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
Hari/Tanggal : Senin, 07 Januari 2013
Waktu : Pukul 09.00 WIB
Oleh : Murdiyani Agustina
Sumber Data : Klien, keluarga, status pasien, dan tim kesehatan
Metode : Wawancara, pemeriksaan fisik,observasi, dan studiI
dokumen
Tempat : Bangsal Bakung RSUD Panembahan Senopati Bantul
Ruang : 2
1. IDENTITAS
a. Pasien
1) Nama : Tn. “N”
2) Usia : 82 tahun
3) Jenis Kelamin : Laki-laki
4) Agama : Islam
5) Status Perkawinan : Sudah Kawin
6) Pendidikan : SMA
7) Pekerjaan : Petani
8) Suku/ kebangsaan : Jawa/ Indonesia
9) Alamat : Wonoroto,Gadingsari,Sanden,
Bantul
10) Diagnosa Medis : CHF,HT Gr I
11) Nomor RM : 10-03-12
12) Tanggal masuk/ jam : 05 Januari 2013
b. Keluarga/ Penanggungjawab
1) Nama : Ny “S”
2) Usia : 57 tahun
3) Pendidikan : SMK
4) Pekerjaan : IRT
5) Alamat : Wonoroto,Gadingsari,Sanden,
Bantul
6) Hubungan dengan pasien: Anak kandung
1. Riwayat kesehatan
a. Kesehatan pasien
1) Riwayat kesehatan sekarang
(a) Keluhan utama
Klien mengatakan perut kembung, tidak bisa BAB sejak
tanggal 4 Januari 2013. Anus terasa panas.
(b) Alasan masuk rumah sakit
Tanggal 5 Januari 2013 klien pindah dari ICU RSUD
Panembahan Senopati Bantul ke bangsal bakung dengan
keluhan sesak nafas kurang lebih sejak 6 jam sebelum masuk
rumah sakit. Perut kembung tiba-tiba, sulit BAK dan BAB
sejak tanggal 4 Januari dan sejak tanggal 2 Januari tidak bisa
kentut.
2) Riwayat kesehatan yang lalu
Klien pernah dirawat di rumah sakit pada tahun 2009 karena
menjalani operasi hernia. Pada tahun 2012 klien menderita stroke
dan dirawat dirumah sakit selama 11 hari. Klien juga mengatakan
mempunyai sakit hipertensi.
b. Kesehatan keluarga
1. Genogram
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
: meninggal
: meninggal
_ _ _ _ _: Keluarga yang tinggal serumah
2. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan tidak mempunyai anggota keluarga yang
memiliki penyakit yang sama dengan klien.Klien tidak memiliki
riwayat penyakit menular dan penyakit bawaan.
2. Pola kebiasaan pasien
a. Aspek fisik biologis
1) Pola nutrisi
(a) Sebelum sakit
- Klien mengatakan setiap hari makan sebanyak 3 kalii
dengan nasi, lauk berupa tahu terkadang ikan. Klien sangat
menyukai mengkonsumsi sayur-sayuran. Klien mengatakan
tidak memiliki alergi makanan. Klien memiliki makanan yang
dipantang yaitu daging kambing. Tetapi 3 hari sebelum
masuk rumah sakit nafsu makan klien menurun. Satu porsii
hanya habis 3 sendok makan.
- Klien mengatakan setiap hari minum sebanyak 9-10 gelas
air putih ± 1800-2000 ml.
(b) Selama sakit
- Klien makan dari rumah sakit sebanyak 3 kali sehari dan
habis ¾ porsi makan.
- Klien minum sebanyak 8-9 gelas perhari ± 1600-1800 ml.
2) Pola eliminasi
(a) Sebelum sakit
- Klien buang air besar secara teratur yaitu satu kali sehari dii
pagi hari. Klien tidak pernah mengkomsumsi obat-obat
pencahar.
- Klien juga tidak mengalami kesulitan dalam melakukan
buang air kecil. Klien buang air kecil sebanyak 4-5 kali per
hari atau sekitar 800-1000 cc.
(b) Selama sakit
- Klien mengatakan sulit buang air besar sejak tanggal 4
januari. Selama di rumah sakit klien b.a.b sekali.
Konsistensi feses keras, feses sedikit, warna cokelat
kehitaman.
- Klien terpasang kateter buang air kecil ± 300 cc perhari.
3) Pola aktivitas-istirahat
(a) Sebelum sakit
(1) Keadaan aktivitas sehari - hari
Klien setiap pagi menyapu halaman rumah dan mengikutii
arisan veteran.
(2) Keadaan pernapasan
Klien tidak merokok, tidak memakai obat-obatan atau O2
untuk melancarkan pernafasan. Klien tidak melakukan latihan
pernafasan dan tidak mempunyai alergi terhadap debu.
(3) Keadaan kardiovaskuler
Klien tidak sering terkejut dan tidak berdebar-debar. Klien
tidak menggunakan alat pacu jantung.
(4) Kebutuhan tidur
Klien mengatakan bahwa waktu tidurnya cukup, yaitu dari
pukul 20.00-04.00 WIB. Klien lebih mengutamakan tidur
malam. Klien sering terbangun pada malam hari untuk minum.
Klien tidak mempunyai kebiasaan tidur berjalan atau
somnabulisme. Sebelum tidur klien biasanya berdoa. Klien
terbiasa tidur dengan lampu gelap dan dalam keadaan tenang
dengan menggunakan satu bantal dan satu guling. Klien
belum pernah mengkonsumsi obat tidur.
(b) Selama sakit
(1) Keadaan aktivitas
Klien tidak bekerja lagi, klien tidak mengikuti arisan veteran
lagi. klien mandi dan beraktivitas lainnya dibantu keluarga
klien.
(2) Keadaan pernapasan
Klien tidak punya trauma pada saluran pernafasan.Saat klien
berbicara klien tidak merasa sesak. Klien tidak mempunyai
alergi terhadap obat pernafasan.
(3) Keadaan kardiovaskuler
Klien tidak mengalami berdebar-debar, rasa berat di dada dan
tidak mengalami nyeri dada.
(4) Kebutuhan tidur
Klien tidak mengalami kesulitan untuk tidur, klien tidur dari
pukul 22.00-04.00 WIB. Kebiasaan tidur klien yaitu dengan
lampu redup dan suasana tenang.
4) Kebersihan diri
(a) Kebersihan diri
Klien mandi dibantu keluarganya,kadang hanya dilap.
(b) Rambut
Warna Rambut klien putih merata.Klien tidak menggunakan cat
rambut, klien biasanya mencuci rambut sebanyak dua kali
seminggu. Rambut klien tidak mudah rontok. Klien tidak
mengalami gatal-gatal pada kulit kepala.
(c) Telinga
Klien biasa membersihkan telinga dua hari sekali menggunakan
lidi kapas. Klien menyatakan pendengaran klien sudah
berkurang.
(d) Mata
Klien memiliki gangguan melihat jarak jauh.Klien tidak
menggunakan alat bantu untuk melihat,hanya menggunakannya
untuk membaca.
(e) Mulut
Klien biasanya menggosok gigi sebanyak dua kali dalam sehari
menggunakan pasta gigi dan tidak menggunakan cairan tertentu
untuk berkumur.
(f) Kuku/kaki
Klien memotong kuku sebanyak satu kali dalam seminggu pada
hari dan tidak pernah mengalami gangguan pada kuku. Klien
tidak biasa menggunakan cat kuku.
b. Aspek mental-intelektual-sosial-spiritual
1) Konsep diri
Klien mengatakan jarang berangkat arisan veteran karena sakit. Klien
merasa sudah tidak dapat bekerja dengan baik dan hanya menyapu
halaman yang bisa dikerjakan bila tidak sakit.
2) Intelektual
Klien mempunyai pengetahuan yang cukup tentang penyakit yang
dideritanya.
3) Hubungan interpersonal
(a) Sebelum sakit
Hubungan interpersonal klien dengan lingkungannya baik.
(b) Selama sakit
Hubungan klien dengan anggota keluarga baik. Hubungan klien
dengan tim kesehatan juga baik. Klien sangat kooperatif dan taat
akan instruksi dokter.
4) Mekanisme koping
Klien terlihat pasrah dan menyerahkan semuanya kepada Tuhan atas
kesembuhan penyakitnya, namun klien tetap berusaha untuk berobat
agar sembuh.
5) Support sistem
Klien mendapat support penuh dari keluarganya untuk sembuh. Klien
datang ke rumah sakit dengan ditemani oleh anaknya. Seluruh biaya
pengobatan klien ditanggung oleh jamkesmas.
6) Aspek mental- emosional
Klien tampak pasrah dan lemah saat diajak berbicara. Klien beberapa
kali menghela nafas panjang saat menceritakan masalah yang
dialaminya.
7) Hubungan sosial
(a) Hubungan komunikasi
Klien mampu untuk bicara dengan baik.
(b) Faktor kultural
Klien dan keluarga adalah orang dari suku Jawa yang
mempunyai arah pandang yang sama, misalnya membuat
keputusan, kebiasaan dsb.
(c) Tingkat ketergantungan
Klien mampu untuk memenuhi kebutuhan dasarnya secara
mandiri, namun tidak kuat apabila berjalan jauh sehingga harus
didampingi saat bepergian.
8) Aspek spiritual
Klien beragama Islam. Klien rajin menjalankan sholat 5 waktu. Klien
tawakal atas penyakit yang dideritanya.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
1) Kesadaran : Composmentis
2) Status gizi
TB : 175 cm
BB : 85 kg
IMT : 24,05 kg/m2
b. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 84 x per menit
Respirasi : 20 x per menit
Suhu : 36 oC
c. Pemeriksaan secara sistematik
1) Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala oval, tidak terdapat luka pada kepala,
tidak terdapat ketombe
2) Rambut
Inspeksi : putih, lurus, pertumbuhan rambut rata, tidak
mudah rontok, tidak bau.
3) Muka
Inspeksi : Wajah pucat, terlihat tegang dan cemas.
4) Mata
Inspeksi : Konjungtiva tidak anemis, mata simetris, tidak ada
edema palpebra, reflex terhadap cahaya bagus, tidak
ada secret, ada lingkaran hitam di sekitar mata klien.
5) Telinga
Inspeksi : Bentuk simetris, pendengaran kurang, kebersihan baik.
6) Hidung dan sinus
Inspeksi : Pernafasan 20 kali per menit, posisi septum normal,
tidak terdapat pernafasan cuping hidung, tidak terdapat
sekret hidung, tidak terdapat nyeri sinus dan polip,
fungsi pembauan normal.
7) Bibir
Inspeksi : Mukosa bibir pucat, kelembabannya kering.
8) Mulut
Inspeksi : Warna lidah normal, gigi rapi dan bersih, tidak terdapat
luka.
9) Leher
Inspeksi : Bentuk normal, tidak terdapat pembesaran thyroid,
tidak terdapat pembesaran getah bening, tonsil normal.
10) Kulit
(a) Inspeksi : Warna pucat dan gelap, kasar.
(b) Palpasi : Akral dingin, ada edema pada kaki kanan dan kiri,
turgor tidak elastis, capilary reffil >2 detik
11) Jari dan kuku
Inspeksi : Tidak ada sianosis, tidak ada clubbing finger, bersih.
12) Thoraks
(a) Inspeksi : Bentuk dada simetris, ekspansi dada simetris, pola
napas tidak teratur, klien sesak nafas, tidak batuk, tidak
ada kelainan bentuk dada. Ukuran dada transversal:
antero posterior 2:1
(b) Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa maupun
peradangan.
(c) Perkusi : Suara resonan pada interkosta 1-3 dada kiri. Suara
dullness pada interkosta 4-6 dada kiri.
(d) Auskultasi : Terdengar suara vesikuler. Suara jantung S1 dan S2
reguler.
13) Abdomen
(a) Inspeksi : Bentuk abdomen simetris, warna kulit sama dengan
warna kulit sekitarnya,terlihat adanya asites
(b) Palpasi : Tidak terdapat benjolan/massa, tidak terdapat nyeri
tekan pada perut bagian bawah.
(c) Perkusi : terdengar suara tympani, perut bagian kiri bawah suara
redup
(d) Auskultasi : peristaltik usus terdengar keras 3 x/menit
14) Ekstremitas atas
(a) Inspeksi : Anggota gerak lengkap, dapat digerakkan, warna kulit
gelap, tidak terdapat kelainan jari.
(b) Palpasi : Tidak ada edema pada ekstremitas atas. Turgor kulit
ekstremitas atas tidak elastis.
15) Ekstremitas bawah
(a) Inspeksi : Alat gerak lengkap, dapat digerakkan, warna kulit sawo
matang.
(b) Palpasi : Ada edema pada kedua kaki, turgor kulit tidak elastis.
4. Pengobatan yang didapat saat ini
a. NaCl
b. Furosemid 1A/ 12 jam
c. ISDN 3x1 gram
d. Antalgi 3x1 gram
e. Captopril 2x12,5 miligram
f. VSR 1x1 gram
g. Vaclo 1x1 gram
h. Lansoprazole 1x1
i. Laxadin syr 3x2 cth
j. Dulcolax sup 1x1
5. Pemeriksaan yang pernah dilakukan dan hasilnya
Pemeriksaan tanggal 6 Januari 2013
CKMB :31 u/L (7-25 u/L)
Pemeriksaan tanggal 5 Januari 2013
a. Hb : 13,2 (13-17 gd/dl)
b. AL : 13,5 (4-10 ribu/ul)
c. AT : 152 (150-450 ribu/ul)
d. AE : 4,8 (4,5-5,5 juta/ul)
e. HMT : 39,9 (42-52%)
f. HBSAg : (-)
g. Eos : 2 % (2-4%)
h. Bas : 0 % (0-1%)
i. Bat : 2 % (2-5%)
j. Seg : 76 % (51-67%)
k. Lymp : 14 %(20-35%)
l. Mon : 6 % (4-8%)
m. Urea : 54 mg/dL
n. Kreatinin : 3,35 mg/dL (0,9-1,3 mg/dL)
o. SGOT : 29 (<37U/l)
p. SGPT : 15 U/l (<41)
q. Na : 147,9 ( 135-148 mmol/l )
r. K : 3,5 mmol/l
s. Cl : 115,1 (98-107 mmol/l)
Analisa Data
Nama : Tn. N No. CM : 10-03-12
Usia : 82 th Jenis Kelamin : Laki-laki
Data Masalah Penyebab
DS :
Klien mengatakan perut
kembung,tidak bisa BAB sejak
tanggal 4 Januari 2013. Anus
terasa panas
DO :
- Peristaltik usus klien
3x/menit
- Perut bagian kiri bawah
suara redup
- Selama di rumah sakit
klien b.a.b sekali
- Konsistensi feses keras
- Feses sedikit
- Warna cokelat kehitaman
KonstipasiPerubahan pola
makan
DS :
Klien mengatakan suka minum air
putih
DO :
- Kreatinin: 3,35 mg/dL (0,9-
1,3 mg/dL)
- AL : 13,5 (4-10
Kelebihan volume
cairan
Kelebihan
asupan cairan
ribu/ul)
- Klien minum air putih
sebanyak 8-9 gelas
perhari ± 1600-1800 ml
- Klien buang air kecil ± 300
cc
- Perut klien terlihat asites
- Kaki klien terlihat adanya
edema
DS :-
DO :
- Perut klien terlihat asites
- Kaki klien terlihat adanya
edema
- Aktifitas klien dibantu keluarga
Resiko tinggi
kerusakan
integritas kulit
Edema
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama : Tn. N No. CM : 10-03-12
Usia : 82 th Jenis Kelamin : Laki-laki
1. Konstipasi b.d perubahan pada pola makan ditandai dengan :
DS :
Klien mengatakan perut kembung,tidak bisa BAB sejak tanggal 4
Januari 2013. Anus terasa panas
DO :
- Peristaltik usus klien 3x/menit
- Perut bagian kiri bawah suara redup
- Selama di rumah sakit klien b.a.b sekali
- Konsistensi feses keras
- Feses sedikit
- Warna cokelat kehitaman
2. Kelebihan volume cairan b.d kelebihan asupan cairan ditandai dengan :
DS :
Klien mengatakan suka minum air putih
DO :
- Kreatinin : 3,35 mg/dL (0,9-1,3 mg/dL)
- AL : 13,5 (4-10 ribu/ul)
- Klien minum air putih sebanyak 8-9 gelas perhari ± 1600-1800 ml
- Klien buang air kecil ± 300 cc
- Perut klien terlihat asites
- Kaki klien terlihat adanya edema
3. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d edema ditandai dengan :
DS :-
DO :
- Perut klien terlihat asites
- Kaki klien terlihat adanya edema
- Aktifitas klien dibantu keluarga
D. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn.N Nomer RM : 10-03-12
Umur : 82 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki
No Diagnosis Keperawatan Perencanaan
Tujuan Intervensi Rasional
1 Konstipasi b.d perubahan
pada pola makan
DS :
Klien mengatakan perut
kembung,tidak bisa BAB
sejak tanggal 4 Januari 2013.
Anus terasa panas
DO :
- Peristaltik usus klien
3x/menit
- Perut bagian kiri bawah
suara redup
Tgl : 07/01/2013
Pkl : 09.30 WIB
Setelah dilakukan asuhan
keperawan selama 3x24
jam b.a.b klien lancar
dengan kriteria hasil :
1. Peristaltik usus
5-15x/menit.
2. Perut bagian kiri bawah
suara tympani
3. Konsistensi feses lunak
4. Warna kuning
kecoklatan.
Tgl : 07/01/2013
Pkl : 09.30 WIB
1. Pastikan kebiasaan
eliminasi umum.
2. Kaji bising usus dan
pantau atau catat
gerakan usus termasuk
frekuensi.
3. Pantau masukan dan
haluaran serta berat
badan.
Tgl : 07/01/2013
Pkl : 09.30 WIB
1. Dapat diperlukan sebagai dasar evaluasi masa
datang.
2. Mendefinisikan masalah, misalnya : diare,
konstipasi. Catatan : Konstipasi adalah satu
satu manifestasi termudah dari neurotoksisitas.
3. Dehidrasi, penurunan berat6 badan, dan
ketidakseimbangan elektrolit adalah komplikasi
dari diare. Ketidakadekuatan masukan cairan
dapat menimbulkan konstipasi.
- Selama di rumah sakit klien
b.a.b sekali
- Konsistensi feses keras
- Feses sedikit
- Warna cokelat kehitaman
Chesna,Nurma,Nina
4. Dorong masukan cairan
adekuat (misalnya
2000/24 jam)
peningkatan serat diet.
5. Beri makan tinggi serat
(misalnya : sayur-
sayuran bayam, buah-
buahan pepaya, jeruk)
6. Kelola pemberian obat
pencahar (misalnya :
dulcolac)
Chesna,Nurma,Nina
4. Dapat menurunkan potensial terhadap
konstipasi dengan memperbaiki konsistensi
feses dan merangsang peristaltik dapat
mencegah dehidrasi.
5. Asupan nutrisi tinggi serat dapat membantu
melancarkan b.a.b, kandungan air dapat
membantu proses pelunakan makanan.
6. O\bat pencahar dapat membantu melancarkan
buang air besar dan membantu mendorong
keluarnya feses.
Chesna,Nurma,Nina
2 Kelebihan volume cairan b.d kelebihan asupan cairan
DS :
Klien mengatakan suka
minum air putih
DO :
Tgl : 07/01/2013
Pkl : 09.30 WIB
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 1x20
menit pada saat
hemodialisis tanggal 3
Tgl : 07/01/2013
Pkl : 09.30 WIB
1. Awasi denyut jantung
dan TD
2. Awasi berat jenis urine.
Tgl : 07/01/2013
Pkl : 09.30 WIB
1. Tachikardi dan hipertensi terjadi karena
kegagalan ginjal mengeluakan urine.
2. Mengukur kemampua ginjal untuk
mengkonsentrasikan urine. Pada gagal
- Kreatinin : 3,35 mg/dL
(0,9-1,3 mg/dL)
- Klien minum air putih
sebanyak 8-9 gelas perhari
± 1600-1800 ml
- Klien buang air kecil ± 300
cc
- Perut klien terlihat asites
- Kaki klien terlihat adanya
edema
Januari 2013 menunjukkan
haluran urine tepat ditandai
dengan:
- TD 120/80 mmHg, RR
16-20x/menit, Nadi : 80-
100 x/menit
- Mukosa bibir tidak
pucat, lembab
- Tidak ada edema.
- Turgor kulit elastis
- Capillary reffile < 2
detik.
- Klien b.a.k ± 1500-1800
cc per hari.
Chesna,Nurma,Nina
3. Kaji kulit, wajah, bibir,
area edema.
4. Auskultasi paru dan
bunyi jantung.
5. Kaji tingkat kesadaran,
selidiki perubahan
mental, adanya gelisah.
6. Awasi pemeriksaan
laboraturium
(BUN,kreatinin, Na,
Kalium serum).
internal biasanya ± 1,010 menunjukkan
kehilangan kemampuan urine memekatkan
urine.
3. Edema tejadi terutama pada jaringan yang
tergantung pada tubuh, contoh tangan, kaki,
area lumbosakral. BB pasien dapat meningkat
sampai 4,5 kg cairan sebelum edema
tedeteksi.
4. Kelebihan cairan dapat menimbulkan edema
paru dan GJK dibuktikan oleh terjadinya buny
nafas tambahan, bunyi jantung ekstra.
5. Dapat menunjukkan perpindahan cairan,
akumulasi toksin, asidosis, ketidakseimbangan
elektrolit, atau tejadi hipoksia.
6. Kreatinin adalah indikator yang lebih baik ntuk
mengetahui fungsi ginjal karena tidak
dipengaruhi oleh hidrasi, diet dan katabolisme
jaringan
Chesna,Nurma,Nina Chesna,Nurma,Nina
3 Resiko tinggi kerusakan
integritas kulit b.d edema
DS :-
DO :
- Perut klien terlihat asites
- Kaki klien terlihat adanya
edema
- Aktifitas klien dibantu
keluarga
Tgl : 07/01/2012
Pkl : 09.30 WIB
Setelah diberi asuhan
keperawatan selama 3x24
jam intregitas kulit baik
dengan kriteria :
a. Tidak ada asites
b. Tidak ada edema
c. Klien dapat melakukan
aktivitas seperti makan,
berjalan secara mandiri.
Tgl : 07/01/2012
Pkl : 09.30 WIB
1. Kaji kulit, adanya
edema, area sirkulasi
terganggu/pigmentasi.
2. Pijat area kemerahan
atau yang memutih.
3. Ubah posisi sering di
tempat tidur/kursi, bantu
latihan rentang gerak
pasif/aktif.
4. Berikan perawatan kulit
sering, meminimalkan
dengann
kelembaban/ekskresi.
5. Hindari obat
intramuskuler.
Tgl : 07/01/2012
Pkl : 09.30 WIB
1. Kulit beresiko karena gangguan sirkulasi
perifer, imobilitas fisik, dan gangguan status
nutrisi.
2. Meningkatkan aliran darah, meminimalkan
hipoksia jaringan.
3. Memperbaiki sirkulasi/menurunkan waktu satu
area yang mengganggu aliran darah.
4. Terlalu kering atau terlalu lembab merusak
kulit dan mempercepat kerusakan.
5. Edema interstisial dan gangguan sirkulasi
memperlambat absorpsi obat dan predisposisi
untuk kerusakan kulit/terjadinya infeksi.
Chesna,Nurma,Nina Chesna,Nurma,Nina Chesna,Nurma,Nina
E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn.N Nomer RM : 10-03-12
Umur : 82 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki
No
diagnosaTanggal
Jam
(WIB)Tindakan
Tanda tanganEvaluasi
1 07/01/2013 10.00
WIB
10.30
WIB
11.00
WIB
12.00
WIB
12.30
WIB
13.00
1. Memastikan
kebiasaan eliminasi
umum.
2. Mengkaji bising usus
dan pantau atau catat
gerakan usus
termasuk frekuensi.
3. Memantau masukan
dan haluaran serta
berat badan.
4. Mendorong masukan
cairan adekuat
(misalnya 2000/24
jam) peningkatan
serat diet.
5. Memberi makan
tinggi serat
(misalnya : sayur-
sayuran bayam,
buah-buahan pepaya,
jeruk)
6. Mengelola pemberian
Chesn
a,Nurma,Nin
a
Chesn
a,Nurma,Nin
a
Chesn
a,Nurma,Nin
a
Perawat
Chesna,Nur
S : Klien mengatakan belum
bisa b.a.b. Klien
mengatakan belum
terasa ingin b.a.b.
O :
- Peristaltik usus 3x/menit.
- Perut bagian kiri bawah
suara redup.
- Teraba ada massa di
bagian perut kiri bawah.
A : Konstipasi b.d
perubahan pola makan.
P: Lanjutkan intervensi
1,2,3,4,5,6.
WIB
obat pencahar
(misalnya : dulcolac)
ma,Nina
Chesna,Nur
ma,Nina
1 08/01/2013 14.30
WIB
15.00
WIB
15.35
WIB
15.40
WIB
15.45
WIB
1. Memastikan
kebiasaan eliminasi
umum.
2. Mengkaji bising usus
dan pantau atau catat
gerakan usus
termasuk frekuensi.
3. Memantau masukan
dan haluaran serta
berat badan.
4. Mendorong masukan
cairan adekuat
(misalnya 2000/24
jam) peningkatan
serat diet.
5. Memberi makan
tinggi serat
(misalnya : sayur-
sayuran bayam,
buah-buahan pepaya,
jeruk)
Chesn
a,Nurma,Nin
a
Chesn
a,Nurma,Nin
a
Perawat
Chesn
a,Nurma,Nin
a
S: Klien mengatakan sudah
bisa b.a.b
O :
- Peristaltik usus 7x/menit.
- Perut bagian kiri bawah
suara tympani.
- Tidak teraba ada massa
di bagian perut kiri
bawah.
- Feses lunak.
- Frekuensi b.a.b sehari
sekali.
- Warna feses kuning
khas.
A : Tujuan tercapai.
P : -
18.00
WIB
6. Mengelola pemberian
obat pencahar
(misalnya : dulcolac)
Chesn
a,Nurma,Nin
a
Chesn
a,Nurma,Nin
a
2 07/01/2013 10.00
WIB
10.15
WIB
10.30
WIB
10.45
WIB
11.00
WIB
11.30
WIB
1. Mengawasi denyut
jantung dan TD
2. Mengawasi berat jenis
urine.
3. Mengkaji kulit, wajah,
area edema.
4. Mengauskultasi paru
dan bunyi jantung.
5. Mengkaji tingkat
kesadaran, selidiki
perubahan mental,
adanya gelisah.
6. Mengawasi
pemeriksaan
laboraturium
(BUN,kreatinin, Na,
Kalium serum).
Chesn
a,Nurma,Nin
a
Perawat
Chesn
a,Nurma,Nin
a
Chesn
a,Nurma,Nin
a
Chesn
a,Nurma,Nin
a
S : Klien mengeluh urinnya
sedikit saat b.a.k.
O :
- TD 130/80 mmHg
- RR : 16 x/menit
- Nadi : 80 x/menit
- Mukosa bibir pucat
- Bibir kering
- Turgor kulit tidak elastis
- Ada edema di kaki
- Capillary reffile > 2 detik
- BUN 33,3 mmol/dl
A : Kelebihan volume cairan b.d kelebihan asupan cairan
P : Lanjutkan intervensi nomor 1-6
Perawat
208/01/2013
08.00
WIB
10.45
WIB
10.55
WIB
11.00
WIB
13.00
WIB
14.00
WIB
1. Mengawasi denyut
jantung dan TD
2. Mengawasi berat jenis
urine.
3. Mengkaji kulit, wajah,
area edema.
4. Mengauskultasi paru
dan bunyi jantung.
5. Mengkaji tingkat
kesadaran, selidiki
perubahan mental,
adanya gelisah.
6. Mengawasi
pemeriksaan
laboraturium
(BUN,kreatinin, Na,
Kalium serum).
Chesn
a,Nurma,Nin
a
Perawat
Chesn
a,Nurma,Nin
a
Chesn
a,Nurma,Nin
a
Chesn
a,Nurma,Nin
a
Chesn
a,Nurma,Nin
a
S : Klien mengeluh urinnya
sedikit saat b.a.k ±1000
cc sehari.
O :
- TD 130/80 mmHg
- RR : 18 x/menit
- Nadi : 80 x/menit
- Mukosa bibir sedikit
pucat
- Bibir kering
- Turgor kulit tidak elastis
- Ada sedikit edema di
kaki
- Capillary reffile > 2 detik
- BUN 33,3 mmol/dl
A : Kelebihan volume cairan b.d kelebihan asupan cairan
P : Lanjutkan intervensi
nomor 1- 6
2 09/01/2013
08.30
WIB
08.45
WIB
09.00
WIB
09.45
WIB
10.00
WIB
11.30
WIB
1. Mengawasi denyut
jantung dan TD
2. Mengawasi berat jenis
urine.
3. Mengkaji kulit, wajah,
area edema.
4. Mengauskultasi paru
dan bunyi jantung.
5. Mengkaji tingkat
kesadaran, selidiki
perubahan mental,
adanya gelisah.
6. Mengawasi
pemeriksaan
laboraturium
(BUN,kreatinin, Na,
Kalium serum).
Chesn
a,Nurma,Nin
a
Perawat
Chesn
a,Nurma,Nin
a
Chesn
a,Nurma,Nin
a
Chesn
a,Nurma,Nin
a
Chesn
a,Nurma,Nin
a
S : Klien mengatakan
urinenya sudah banyak
±1500 cc sehari.
O :
- TD 120/80 mmHg
- RR : 17 x/menit
- Nadi : 88 x/menit
- Mukosa bibir tidak pucat
- Bibir lembab
- Turgor kulit elastis
- Tidak ada edema di kaki
- Capillary reffile < 2 detik
- BUN 35.00 mmol/dl
A : Tujuan tercapai
P : -
3 07/01/2013 10.30
WIB
11.00
WIB
1. Mengkaji kulit,
adanya edema, area
sirkulasi
terganggu/pigmentasi
2. Memijat area
Chesn
a,Nurma,Nin
a
S : Klien mengatakan
kulitnya ada yang
bengkak pada bagian
kaki.
O :
11.30
WIB
12.00
WIB
14.00
WIB
kemerahan atau yang
memutih.
3. Mengubah posisi
sering di tempat
tidur/kursi, bantu
latihan rentang gerak
pasif/aktif.
4. Memberikan
perawatan kulit
sering, meminimalkan
dengan
kelembaban/ekskresi.
5. Menghindari obat
intramuskuler.
Chesn
a,Nurma,Nin
a
Chesn
a,Nurma,Nin
a
Chesn
a,Nurma,Nin
a
Chesn
a,Nurma,Nin
a
- Terlihat ada asites di
perut
- Ada edema di bagian
kaki
- Kulit yang ada edema
bewarna merah.
A :
Resiko tinggi kerusakan
integritas kulit b.d edema
P : Lanjutkan intervensi 1-5
3 08/01/2013 08.00
WIB
09.00
1. Mengkaji kulit,
adanya edema, area
sirkulasi
terganggu/pigmentasi
2. Memijat area
Chesn
a,Nurma,Nin
a
S : Klien mengatakan
kulitnya ada yang
bengkak pada bagian
kaki.
O :
WIB
09.15
WIB
10.00
WIB
11.00
WIB
kemerahan atau yang
memutih.
3. Mengubah posisi
sering di tempat
tidur/kursi, bantu
latihan rentang gerak
pasif/aktif.
4. Memberikan
perawatan kulit
sering, meminimalkan
dengan
kelembaban/ekskresi.
5. Menghindari obat
intramuskuler.
Chesn
a,Nurma,Nin
a
Chesn
a,Nurma,Nin
a
Chesn
a,Nurma,Nin
a
Chesn
a,Nurma,Nin
a
- Terlihat ada asites di
perut
- Ada sedikit edema di
bagian kaki
- Kulit yang ada edema
bewarna merah jambu
atau pink.
A :
Resiko tinggi kerusakan
integritas kulit b.d edema
P : Lanjutkan intervensi 1-5
3 09/12/2013 1. Mengkaji kulit,
adanya edema, area
sirkulasi
terganggu/pigmentasi
2. Memijat area
Chesn
a,Nurma,Nin
a
S : Klien mengatakan
bagian kaki sudah tidak
bengkak.
O :
- Tidak ada asites di perut
kemerahan atau yang
memutih.
3. Mengubah posisi
sering di tempat
tidur/kursi, bantu
latihan rentang gerak
pasif/aktif.
4. Memberikan
perawatan kulit
sering, meminimalkan
dengan
kelembaban/ekskresi
5. Menghindari obat
intramuskuler.
Chesn
a,Nurma,Nin
a
Chesn
a,Nurma,Nin
a
Chesn
a,Nurma,Nin
a
Chesn
a,Nurma,Nin
a
- Tidak edema di bagian
kaki
- Kulit di bekas edema
dan asites sama
warnanya dengan
warna kulit yang lain.
A : Tujuan tercapai
P : -
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Konstipasi b.d perubahan pada pola makan ditandai dengan :
DS :
Klien mengatakan perut kembung,tidak bisa BAB sejak tanggal 4
Januari 2013. Anus terasa panas
DO :
- Peristaltik usus klien 3x/menit
- Perut bagian kiri bawah suara redup
- Selama di rumah sakit klien b.a.b sekali
- Konsistensi feses keras
- Feses sedikit
- Warna cokelat kehitaman
2. Kelebihan volume cairan b.d kelebihan asupan cairan ditandai
dengan :
DS :
Klien mengatakan suka minum air putih
DO :
- Kreatinin : 3,35 mg/dL (0,9-1,3 mg/dL)
- AL : 13,5 (4-10 ribu/ul)
- Klien minum air putih sebanyak 8-9 gelas perhari ± 1600-1800 ml
- Klien buang air kecil ± 300 cc
- Perut klien terlihat asites
- Kaki klien terlihat adanya edema
3. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d edema ditandai dengan :
DS :-
DO :
- Perut klien terlihat asites
- Kaki klien terlihat adanya edema
B. Faktor Pendukung
1. Pasien dan Keluarga kooperatif
2. Perawat dan praktikan juga kooperatif
3. Adanya waktu yang cukup untuk pengkajian
4. Ketelitian dan kesabaran perawat dalam menangani pasien
5. Adanya format pengkajian
C. Faktor Penghambat
1. Keadaan ruangan yang bising
2. Pasien berada di bangsal bakung dengan 3 tempat tidur sehingga pasien
menyampaikan keluhannya kurang bebas
3. Praktikan tidak berada dalam satu bangsal atau tempat praktik.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2008). Askep Pada Klien Dengan CHF. Diperoleh tanggal 20
Desember 2008 dari http://smartnet-q.blogspot.com/2008/09/askep-pada-
klien-dengan-chf.html
Carpenito, L.J. (2000). Buku saku: Diagnosa keperawatan. Jakarta. EGC.
Doenges, Marilynn E, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan :Pedoman
untuk Perancanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi
3.Jakarta : EGC.
Editor T. Heather Herdman : alih bahasa, Made Sumarwati, Dwi Widiarti, Estu
Tiar ; editor bahasa Indonesia Monica Ester.2010. Diagnosis
Keperawatan : definisi dan klasifikasi 2009-2011. Jakarta : Penerbit
EGC.
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner &Suddarth. Edisi 8.Jakarta :EGC.