Askep inkontinensia urin

12
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN INKONTINENSIA URINE Di Susun Oleh : 1. Dwi Lestari Ningsih 2. Yendra Satria P SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN “INSAN CENDEKIA MEDIKA” JOMBANG 2010 ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN INKONTINENSIA URINE Inkontinensia urine merupakan pelepasan urine secara tidak terkontrol dalam jumlah yang cukup banyak, Sehingga dapat dianggap merupakan masalah bagi seseorang. Bentuk-bentuk inkontinensia urine : 1. Inkontinensia urine fungsional : Keadaan ketika individu mengalami inkontinensia karena kesulitan dalam mencapai atau ketidakmampuan untuk mencapai toilet sebelum berkemih. Batasan karakteristik : • Data mayor(harus terdapat) Inkontinensia sebelum atau selama usaha mencapai toilet. 2. Inkontinensia urine reflex : Keadaan ketika individu mengalami pengeluaran urine involunter yang dapat diprediksi tanpa sensasi dorongan, berkemih, atau kandung kemih penuh. Batasan karakteristik : • Data mayor(harus terdapat, satu atau lebih) Kontraksi kandung kemih tidak terlambat Reflek involunter menghasilkan kandung kemih spontan Kehilangan sensasi penuh kandung kemih atau desakan berkemih sebagian atau komplet. 3. Inkontinensia urine stress : Keadaan ketika individu mengalami pengeluaran urine involunter segera pada peningkatan tekanan intraabdominal. Batasan karakteristik : • Data mayor(harus terdapat) Individu melaporkan penurunan urine(biasanya kurang dari 50 cc) yang terjadi karena peningkatan tekanan abdominal akibat berdiri, bersin, batuk, berlari, atau mengangkat beban berat. 4. Inkontinensia urine total : Keadaan ketika individu mengalami urine terus menerus yang tidak dapat di perkirakan, tanpa distensi atau tidak menyadari kandung kemih penuh. Batasan karakteristik : • Data mayor(harus terdapat) Aliran konstan dari urine tanpa distensi Nokturia lebih dari 2 kali selama tidur

Transcript of Askep inkontinensia urin

Page 1: Askep inkontinensia urin

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIENINKONTINENSIA URINEDi Susun Oleh :1. Dwi Lestari Ningsih2. Yendra Satria PSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN“INSAN CENDEKIA MEDIKA”JOMBANG2010ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIENINKONTINENSIA URINEInkontinensia urine merupakan pelepasan urine secara tidak terkontrol dalam jumlah yang cukup banyak, Sehingga dapat dianggap merupakan masalah bagi seseorang.Bentuk-bentuk inkontinensia urine :1. Inkontinensia urine fungsional :Keadaan ketika individu mengalami inkontinensia karena kesulitan dalam mencapai atau ketidakmampuan untuk mencapai toilet sebelum berkemih.Batasan karakteristik :• Data mayor(harus terdapat)Inkontinensia sebelum atau selama usaha mencapai toilet.2. Inkontinensia urine reflex :Keadaan ketika individu mengalami pengeluaran urine involunter yang dapat diprediksi tanpa sensasi dorongan, berkemih, atau kandung kemih penuh.Batasan karakteristik :• Data mayor(harus terdapat, satu atau lebih)Kontraksi kandung kemih tidak terlambatReflek involunter menghasilkan kandung kemih spontanKehilangan sensasi penuh kandung kemih atau desakan berkemih sebagian atau komplet.3. Inkontinensia urine stress :Keadaan ketika individu mengalami pengeluaran urine involunter segera pada peningkatan tekanan intraabdominal.Batasan karakteristik :• Data mayor(harus terdapat)Individu melaporkan penurunan urine(biasanya kurang dari 50 cc) yang terjadi karena peningkatan tekanan abdominal akibat berdiri, bersin, batuk, berlari, atau mengangkat beban berat.4. Inkontinensia urine total :Keadaan ketika individu mengalami urine terus menerus yang tidak dapat di perkirakan, tanpa distensi atau tidak menyadari kandung kemih penuh.Batasan karakteristik :• Data mayor(harus terdapat)Aliran konstan dari urine tanpa distensiNokturia lebih dari 2 kali selama tidurRefraktori inkontinensia pada tindakan lain• Data minor(mungkin terdapat)

Page 2: Askep inkontinensia urin

Tidak menyadari isyarat kadung kemihuntuk berkemihTidak menyadari inkontinensia5. Inkontinensia urine dorongan :Keadaan ketika individu mengalami pengeluaran urine involunter yang dihubungkan dengan keinginan kuat dan tiba-tiba untuk berkemih.Batasan karakteristik :• Data mayor(harus terdapat)Dorongan diikuti inkontinensia.I. PENGKAJIANa. Identitas klieninkontinensia pada umumnya biasanya sering atau cenderung terjadi pada lansia (usia ke atas 65 tahun), dengan jenis kelamin perempuan, tetapi tidak menutup kemungkinan lansia laki-laki juga beresiko mengalaminya.b. Riwayat kesehatan Riwayat kesehatan sekarangMeliputi gangguan yang berhubungan dengan gangguan yang dirasakan saat ini. Berapakah frekuensi inkonteninsianya, apakah ada sesuatu yang mendahului inkonteninsia (stres, ketakutan, tertawa, gerakan), masukan cairan, usia/kondisi fisik,kekuatan dorongan/aliran jumlah cairan berkenaan dengan waktu miksi. Apakah ada penggunaan diuretik, terasa ingin berkemih sebelum terjadi inkontenin, apakah terjadi ketidakmampuan. Riwayat kesehatan klienTanyakan pada klien apakah klien pernah mengalami penyakit serupa sebelumnya, riwayat urinasi dan catatan eliminasi klien, apakah pernah terjadi trauma/cedera genitourinarius, pembedahan ginjal, infeksi saluran kemih dan apakah dirawat dirumah sakit. Riwayat kesehatan keluargaTanyakan apakah ada anggota keluarga lain yang menderita penyakit serupa dengan klien dan apakah ada riwayat penyakit bawaan atau keturunan, penyakit ginjal bawaan/bukan bawaan.c. Pemeriksaan fisikKeadaan umumKlien tampak lemas dan tanda tanda vital terjadi peningkatan karena respon dari terjadinya inkontinensiaPemeriksaan Sistem :a. B1 (breathing)Kaji pernapasan adanya gangguan pada pola nafas, sianosis karena suplai oksigen menurun. kaji ekspansi dada, adakah kelainan pada perkusi.b. B2 (blood)Peningkatan tekanan darah, biasanya pasien bingung dan gelisahc. B3 (brain)Kesadaran biasanya sadar penuhd. B4 (bladder)Inspeksi :periksa warna, bau, banyaknya urine biasanya bau menyengat karena adanya aktivitas mikroorganisme (bakteri) dalam kandung kemih serta disertai keluarnya darah apabila ada lesi pada bladder, pembesaran daerah supra pubik lesi pada meatus uretra,banyak kencing dan nyeri saat berkemih menandakan disuria akibat dari infeksi,

Page 3: Askep inkontinensia urin

apakah klien terpasang kateter sebelumnya.Palpasi : Rasa nyeri di dapat pada daerah supra pubik / pelvis, seperti rasa terbakar di urera luar sewaktu kencing / dapat juga di luar waktu kencing.e. B5 (bowel)Bising usus adakah peningkatan atau penurunan, Adanya nyeri tekan abdomen, adanya ketidaknormalan perkusi, adanya ketidaknormalan palpasi pada ginjal.f. B6 (bone)Pemeriksaan kekuatan otot dan membandingkannya dengan ekstremitas yang lain, adakah nyeri pada persendian.d. Data penunjanga. Urinalisiso Hematuria.o Poliuriao Bakteriuria.b. Pemeriksaan Radiografio IVP (intravenous pyelographi), memprediksi lokasi ginjal dan ureter.o VCUG (Voiding Cystoufetherogram), mengkaji ukuran, bentuk, dan fungsi VU, melihat adanya obstruksi (terutama obstruksi prostat), mengkaji PVR (Post Voiding Residual).c. Kultur Urineo Steril.o Pertumbuhan tak bermakna ( 100.000 koloni / ml).o Organisme. II. DIAGNOSA KEPERAWATANDiagnosa yang mungkin muncul pada klien inkontinensia adalah sebagai berikut :1. Inkonteninsia stress berhubungan dengan kelemahan otot pelvis dan struktur dasar penyokongnya.2. Inkontinensia Urine : Refleks yang berhubungan dengan tidak adanya sensasi untuk berkemih dan kehilangan kemampuan untuk menghambat kontraksi kandung kemih3. Inkontinensia Urine : Dorongan yang berhubungan dengan gangguan implus eferen inhibitor sekunder akibat disfungsi otak atau medulla spinalis4. Resiko disrefleksia yang berhubungan dengan stimulasi reflex dari system saraf simpatis sekunder akibat kehilangan control autonomic5. Resiko infeksi b.d inkontinensia, imobilitas dalam waktu yang lama.6. Resiko Kerusakan Integitas kulit yang berhubungan dengan irigasi konstan oleh urine7. Resiko Isolasi Sosial berhubungan dengan keadaan yang memalukan akibat mengompol di depan orang lain atau takut bau urine8. Resiko ketidakefektifan penatalaksaan program terapeutik yang berhubungan dengan ketidakcukupan pengetahuan tenttang penyebab inkontinen, penatalaksaan, progam latihan pemulihan kandung kemih, tanda dan gejala komplikasi, serta sumbe komonitas.III. INTERVENSI1. Diagnosa IInkonteninsia berhubungan dengan kelemahan otot pelvisTujuan :• Klien akan bisa melaporkan suatu pengurangan / penghilangan inkonteninsia

Page 4: Askep inkontinensia urin

• Klien dapat menjelaskan penyebab inkonteninsia dan rasional penatalaksanaan.Intervensi :o Kaji kebiasaan pola berkemih dan dan gunakan catatan berkemih sehari,o Pertahankan catatan harian untuk mengkaji efektifitas program yang direncanakan.o Obserpasi meatus perkemihan untuk memeriksa kebocoran saat kandung kemih.o Intruksikan klien batuk dalam posisi litotomi, jika tidak ada kebocoran, ulangi dengan posisi klien membentuk sudut 45, lanjutkan dengan klien berdiri jika tidak ada kebocoranyang lebih dulu.o Pantau masukan dan pengeluaran, pastikan klien mendapat masukan cairan 2000 ml, kecuali harus dibatasi.o Ajarkan klien untuk mengidentifikasi otot dinding pelvis dan kekuatannya dengan latihano Kolaborasi dengan dokter dalam mengkaji efek medikasi dan tentukan kemungkinan perubahan obat, dosis / jadwal pemberian obat untuk menurunkan frekuensi inkonteninsia.2. Diagnosa 2Resiko infeksi b.d inkontinensia, imobilitas dalam waktu yang lama.Tujuan :Berkemih dengan urine jernih tanpa ketidaknyamanan, urinalisis dalam batas normal, kultur urine menunjukkan tidak adanya bakteri.Intervensi :a. Berikan perawatan perineal dengan air sabun setiap shift. Jika pasien inkontinensia, cuci daerah perineal sesegera mungkin.R: Untuk mencegah kontaminasi uretra.b. Jika di pasang kateter indwelling, berikan perawatan kateter 2x sehari (merupakan bagian dari waktu mandi pagi dan pada waktu akan tidur) dan setelah buang air besar. R: Kateter memberikan jalan pada bakteri untuk memasuki kandung kemih dan naik ke saluran perkemihan.c. Ikuti kewaspadaan umum (cuci tangan sebelum dan sesudah kontak langsung, pemakaian sarung tangan), bila kontak dengan cairan tubuh atau darah yang terjadi (memberikan perawatan perianal, pengososngan kantung drainse urine, penampungan spesimen urine). Pertahankan teknik asepsis bila melakukan kateterisasi, bila mengambil contoh urine dari kateter indwelling.R: Untuk mencegah kontaminasi silang.d. Kecuali dikontraindikasikan, ubah posisi pasien setiap 2jam dan anjurkan masukan sekurang-kurangnya 2400 ml / hari. Bantu melakukan ambulasi sesuai dengan kebutuhan.R: Untuk mencegah stasis urine.e. Lakukan tindakan untuk memelihara asam urine. Tingkatkan masukan sari buah berri. Berikan obat-obat, untuk meningkatkan asam urine.R: Asam urine menghalangi tumbuhnya kuman. Karena jumlah sari buah berri diperlukan untuk mencapai dan memelihara keasaman urine. Peningkatan masukan cairan sari buah dapat berpengaruh dalam pengobatan infeksi saluran kemih.3. Diagnosa 3Resiko Kerusakan Integitas kulit yang berhubungan dengan irigasi konstan oleh urineTujuan : Jumlah bakteri < 100.000 / ml.

Page 5: Askep inkontinensia urin

Kulit periostomal tetap utuh. Suhu 37° C. Urine jernih dengan sedimen minimal.Intervensi :a. Pantau penampilan kulit periostomal setiap 8jam.R: Untuk mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan.b. Ganti wafer stomehesif setiap minggu atau bila bocor terdeteksi. Yakinkan kulit bersih dan kering sebelum memasang wafer yang baru. Potong lubang wafer kira-kira setengah inci lebih besar dar diameter stoma untuk menjamin ketepatan ukuran kantung yang benar-benar menutupi kulit periostomal. Kosongkan kantung urostomi bila telah seperempat sampai setengah penuh.R: Peningkatan berat urine dapat merusak segel periostomal, memungkinkan kebocoran urine. Pemajanan menetap pada kulit periostomal terhadap asam urine dapat menyebabkan kerusakan kulit dan peningkatan resiko infeksi.4. Diagnosa 4Resiko Isolasi Sosial berhubungan dengan keadaan yang memalukan akibat mengompol di depan orang lain atau takut bau urineIntervensi :a. Yakinkan apakah konseling dilakukan dan atau perlu diversi urinaria, diskusikan pada saat pertama.R: Memberikan informasi tentang tingkat pengetahuan pasien / orang terdekat tentang situasi individu dan Pasien menerimanya(contoh; inkontinensia tak sembuh, infeksi)b. Dorong pasien / orang terdekat untuk mengatakan perasaan. Akui kenormalan perasaan marah, depresi, dan kedudukan karena kehilangan. Diskusikan “peningkatan dan penurunan” tiap hari yang dapat terjadi setelah pulang.R: Memberikan kesempatan menerima isu / salah konsep. Membantu pasien / orang terdekat menyadari bahwa perasaan yang dialami tidak biasa dan bahwa perasaan bersalah pada mereka tidak perlu / membantu. Pasien perlu mengenali perasaan sebelum mereka dapat menerimanya secara efektif.c. Perhatikan perilaku menarik diri, peningkatan ketergantungan, manipulasi atau tidak terlibat pada asuhan.R: Dugaan masalah pada penyesuaian yang memerlukan evaluasi lanjut dan terapi lebih efektif. Dapat menunjukkan respon kedukaan terhadap kehilangan bagian / fungsi tubuh dan kawatir terhadap penerimaan orang lain, juga rasa takut akan ketidakmampuan yang akan datang / kehilangan selanjutnya pada hidup karena kanker.d. Berikan kesempatan untuk pasien / orang terdekat untuk memandang dan menyentuh stoma, gunakan kesempatan untuk memberikan tanda positif penyembuhan, penampilan, normal, dsb.R: Meskipun integrasi stoma ke dalam citra tubuh memerlukan waktu berbulan-bulan / tahunan, melihat stoma dan mendengar komentar (dibuat dengan cara normal, nyata) dapat membantu pasien dalam penerimaan ini. Menyentuh stoma meyakinkan klien / orang terdekat bahwa stoma tidak rapuh dan sedikit gerakan stoma secara nyata menunjukkan peristaltic normal.e. Berikan kesempatan pada klien untuk menerima keadaannya melalui partisipasi dalam perawatan diri.

Page 6: Askep inkontinensia urin

R: Kemandirian dalam perawatan memperbaiki harga diri.f. Pertahankan pendekatan positif, selama aktivitas perawatan, menghindari ekspresi menghina atau reaksi mendadak. Jangan menerima ekspresi kemarahan pasien secara pribadi.R: Membantu pasien / orang terdekat menerima perubahan tubuh dan menerima akan diri sendiri. Marah paling sering ditunjukkan pada situasi dan kurang kontrol terhadap apa yang terjadi (tidak terduga), bukan pada pemberi asuhan.g. Rencanakan / jadwalkan aktivitas asuhan dengan orang lain.R: Meningkatkan rasa kontrol dan memberikan pesan bahwa pasien dapat mengatasinya, meningkatkan harga diri.h. Diskusikan fungsi seksual dan implan penis, bila ada dan alternatif cara pemuasan seksual.R: Pasien mengalami ansietas diantisipasi, takut gagal dalam hubungan seksual setelah pembedahan, biasanya karena pengabaian, kurang pengetahuan. Pembedahan yang mengangkat kandung kemih dan prostat (diangkat dengan kandung kemih) dapat mengganggu syaraf parasimpatis yang mengontrol ereksi pria, meskipun teknik terbaru ada yang digunakan pada kasus individu untuk mempertahankan syaraf ini.5. Diagnosa 5Resiko ketidakefektifan penatalaksaan program terapeutik yang berhubungan dengan ketidakcukupan pengetahuan tenttang penyebab inkontinen, penatalaksaan, progam latihan pemulihan kandung kemih, tanda dan gejala komplikasi, serta sumbe komonitasTujuan : Mengungkapkan pemahaman tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik, dan macam terapeutik. Keluhan berkurang tentang cemas atau gugup. Ekspresi wajah rileks.Intervensi :a. Berikan kesempatan kepada klien dan orang terdekat untuk mengekspresikan perasaan dan harapannya. Perbaiki konsep yang salah.R: Kemapuan pemecahan masalah pasien ditingkatkan bila lingkungan nyaman dan mendukung diberikan.b. Berikan informasi tentang: Sifat penyakit. Deskripsi singkat tentang tidur. Pemeriksaan setelah perawatan.Bila informasi harus diberikan selama episode nyeri, pertahankan intruksi dan penjelasan singkat dan sederhana. Berikan informasi lebih detail bila nyeri terkontrol. R: Pengetahuan apa yang akan dirasakan membantu mengurangi ansietas, nyeri mempengaruhi prose belajar.WOCDAFTAR PUSTAKA• Doengoes, Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, 2000• Carpenito, Lynda Juall, Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Jakarta, EGC. 2006

Page 7: Askep inkontinensia urin

• http;/medicastore.com/penyakit/602/inkontinensia_Uri.html• http:/www.majalah-farmacia.com/rubric/one_finenews.asp?IDNews=40

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN INKONTINENSIA URINE

A. Definisi

Inkontinensia urine adalah pelepasan urine secara tidak terkontrol dalam jumlah yang cukup

banyak.

Sehingga dapat dianggap merupakan masalah bagi seseorang.

B. Klasifikasi

Inkontinensia urine di klasifikasikan menjadi 3 ( Charlene J.Reeves at all )

1. Inkontinensia Urgensi

Page 8: Askep inkontinensia urin

Adalah pelepasan urine yang tidak terkontrol sebentar setelah ada peringatan ingin

melakukan urinasi. Disebabkan oleh aktivitas otot destrusor yang berlebihan atau

kontraksi kandung kemih yang tidak terkontrol.

2. Inkontinensia Tekanan

Adalah pelepasan urine yang tidak terkontrol selama aktivitas yang meningkatkan

tekanan dalam lubang intra abdominal. Batuk, bersin, tertawa dan mengangkat beban

berat adalah aktivitas yang dapat menyebabkan inkontinensia urine.

3. Inkontinensia Aliran Yang Berlebihan ( Over Flow Inkontinensia )

Terjadi jika retensi menyebabkan kandung kemih terlalu penuh dan sebagian terlepas

secara tidak terkontrol, hal ini pada umumnya disebabkan oleh neurogenik bladder atau

obstruksi bagian luar kandung kemih.

C. Etiologi

Inkontinensia urine pada umumnya disebabkan oleh komplikasi dari penyakit seperti infeksi

saluran kemih, kehilangan kontrol spinkter dan perubahan tekanan yang tiba-tiba pada

abdominal.

D. Manifestasi klinik

 Urgensi

 Retensi

 Kebocoran urine

 Frekuensi

E. Patofisiologi

Inkontinensia urine bisa disebabkan oleh karena komplikasi dari penyakit infeksi saluran

kemih, kehilangan kontrol spinkter atau terjadinya perubahan tekanan abdomen secara tiba-

tiba. Inkontinensia bisa bersifat permanen misalnya pada spinal cord trauma atau bersifat

temporer pada wanita hamil dengan struktur dasar panggul yang lemah dapat berakibat

terjadinya inkontinensia urine. Meskipun inkontinensia urine dapat terjadi pada pasien dari

berbagai usia, kehilangan kontrol urinari merupakan masalah bagi lanjut usia.

F. Pemeriksaan Diagnosa

 Pengkajian fungsi otot destrusor

 Radiologi dan pemeriksaan fisik ( mengetahui tingkat keparahan / kelainan dasar panggul )

 Cystometrogram dan elektromyogram

G. Therapi

 Urgensi

Cream estrogen vaginal, anticolenergik, imipramine (tofranile)

Diberikan pada malam hari

Klien dianjurkan untuk sering buang air kecil

Page 9: Askep inkontinensia urin

 Over flow inkontinensia

Farmakologis prazocine (miniprise) dan cloridabetanecol (urecholine)

Diberikan untuk menurunkan resistensi bagian luar dan meningkatkan kontraksi kandung

kemih.

H. Askep inkontinensia urine

a. Pengkajian

Dalam pengkajian ditanyakan kapan inkontinensia urine mulai muncul dan hal-hal yang

berhubungan dengan gejala inkontinensia :

 Berapa kali inkontinensia terjadi ?

 Apakah ada kemerahan, lecet, bengkak pada daerah perineal ?

 Apakah klien mengalami obesitas ?

 Apakah urine menetes diantara waktu BAK, jika ada berapa banyak ?

 Apakah inkontinensia terjadi pada saat-saat yang bisa diperkirakan seperti pada saat

batuk, bersin tertawa dan mengangkat benda-benda berat ?

 Apakah klien menyadari atau merasakan keinginan akan BAK sebelum inkontinensia

terjadi ?

 Berapa lama klien mempunyai kesulitan dalam BAK / inkontinensia

urine ?

 Apakah klien merasakan kandung kemih terasa penuh ?

 Apakah klien mengalami nyeri saat berkemih ?

 Apakah masalah ini bertambah parah ?

 Bagaimana cara klien mengatasi inkontinensia ?

b. Pemerikasaan fisik

 Inspeksi

Adanya kemerahan, iritasi / lecet dan bengkak pada daerah perineal.

Adanya benjolan atau tumor spinal cord

Adanya obesitas atau kurang gerak

 Palpasi

Adanya distensi kandung kemih atau nyeri tekan

Teraba benjolan tumor daerah spinal cord

 Perkusi

Terdengar suara redup pada daerah kandung kemih.

I. Diagnosa Keperawatan

 Kecemasan

 Gangguan bodi image

 Defisit pengetahuan

Page 10: Askep inkontinensia urin

 Kelemahan ( kurang aktivitas )

 Gangguan Harga Diri

 Gangguan Integritas Kulit

J. Rencana Tindakan

 Menjaga kebersihan kulit, kulit tetap dalam keadaan kering, ganti sprei atau pakaian bila

basah.

 Anjurkan klien untuk latihan bladder training

 Anjurkan pemasukkan cairan 2-2,5 liter / hari jika tidak ada kontra indikasi.

 Anjurkan klien untuk latihan perineal atau kegel’s exercise untuk membantu menguatkan

kontrol muskuler ( jika di indikasikan )

Latihan ini dapat dengan berbaring, duduk atau berdiri

a. Kontraksikan otot perineal untuk menghentikan pengeluaran urine

b. Kontraksi dipertahankan selama 5-10 detik dan kemudian mengendorkan atau lepaskan

c. Ualngi sampai 10 kali, 3-4 x / hari

 Cek obat-obat yang diminum ( narkotik, sedative, diuretik, antihistamin dan anti

hipertensi ), mungkin berkaitan dengan inkontinensia.

 Cek psikologis klien.

SUMBER PUSTAKA

1. Charlene J. Reeves at all. Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : Salemba Medica, 2001.

2. Susan Martin Tucker at all. Patient Care Standarts Collaborative Planning & Nursing

Interventions, Seventh Edition, St. Louis Baltimore Berlin : Mosby, 2000.

3. Luckmann’s, Suzanne E, Tatro. Care Principles and practise of Medical Surgical Nursing.

4. Christensen Kocknow. Adult Health Nursing, Third edition, St. Louis Baltimore, Boston :

Mosby, 1999.

5. Susan Puderbangh, Susan W. Nursing Care Planning Guides, for Adult In Acute, Extended

and Home Care Settings. WB. Saunders Company, 2001.

Page 11: Askep inkontinensia urin