ASKEP HIPOPARATIROIDISME.docx

14
“HIPOPARATIROIDISME” OLEH : KELOMPOK V PROGRAM STUDI KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR MAKASSAR 2015 RAHMANI SITI NURBAYA BACO ROSITA HS. KONORA AHMATULLAH

Transcript of ASKEP HIPOPARATIROIDISME.docx

HIPOPARATIROIDISME

OLEH : KELOMPOK V

RAHMANISITI NURBAYA BACOROSITA HS. KONORAAHMATULLAH

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATANUNIVERSITAS ISLAM MAKASSARMAKASSAR2015ASUHAN KEPERAWATANHIPOPARATIROIDISME

I. KONSEP MEDISA. DEFINISIHipoparatiroidisme adalah suatu ketidakseimbangan metabolisme kalsium dan fosfat yang terjadi karena produksi hormon paratiroid yang kurang sehingga menyebabkan hipokalsemia. (Kowalak, 2011)Hipoparatyroidisme adalah hiposekresi kelenjar paratyroid yang menimbulkan syndroma berlawanan dengan hiperparatyroid, konsentrasi kalsium rendah tetapi phosfatnya tinggi dan bisa menimbulkan tetani akibat dari pengangkatan atau kerusakan kelenjar paratyroid (Tjahjono, 1996)B. ETIOLOGIPenyebab yang paling umum dari hipoparatiroidisme adalah ketidakadekuatan hormon paratiroid setelah terjadinya gangguan suplai darah atau pengangkatan jaringan kelenjar paratiroid selama tiroidektomi, paratiroidektomi atau diseksi leher radikal. Atrofi kelenjar paratiroid dengan etiologi yang tidak diketahui merupakan penyebab yang jarang terjadi. Gejala-gejala yang timbul karena defisiensi parathormon mengakibatkan kenaikan fosfat darah serta penurunan kalsium darah.C. KLASIFIKASI1. Hipoparatiroid neonatal Hipoparatiroid neonatal dapat terjadi pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang sedang menderita hiperparatiroid. Aktivitas paratiroid fetus sewaktu dalam uterus ditekan oleh maternal hiperkalsemia.2. Simple idiopatik hipoparatiroidGangguan ini dapat ditemukan pada anak-anak atau orang dewasa. Terjadinya sebagai akibat pengaruh autoimun yang ada hubungannya dengan antibodi terhadap paratiroid, ovarium, jaringan lambung dan adrenal. Timbulnya gangguan ini dapat disebabkan karena menderita hipoadrenalisme, hipotiroidisme, diabetes mellitus, anemia pernisiosa, kegagalan ovarium primer, hepatitis, alopesia dan kandidiasis.3. Hipoparatiroid pascabedahKelainan ini terjadi sebagai akibat operasi kelenjar tiroid, atau paratiroid atau sesudah operasi radikal karsinoma faring atau esofagus. Kerusakan yang terjadi sewaktu operasi tiroid, biasanya sebagai akibat putusnya aliran darah untuk kelenjar paratiroidisme karena pengikatan arteri tiroid inferior. Hipoparatiroid yang terjadi bersifat sementara atau permanen. Karena itu kadar kalsium serum harus diperiksa sesudah melakukan operasi-operasi tersebut, tiga bulan kemudian dan sewaktu-waktu bila ada kelainan klinis walaupun tak khas yang menjurus pada diagnosis hipoparatiroid.D. PATOFISIOLOGIGejala hipoparatiroidisme disebabkan oleh defisiensi parathormon yang mengakibatkan kenaikan kadar fosfat darah (hiperfosfatemia) dan penurunan konsentrasi kalsium darah (hipokalsemia). Tanpa adanya parathormon akan terjadi penurunan absorbsi intestinal kalsium dari makanan dan penurunan resorpsi kalsium dari tulang dan disepanjang tubulus renalis. Penurunan ekskresi fosfat melalui ginjal menyebabkan hipofosfaturia dan kadar kalsium serum yang rendah mengakibatkan hipokalsuria.

PENYIMPANGAN KDMDIFISIENSI PARATHORMON

PENINGKATAN KADAR FOSFAT DARAHDAN PENURUNAN KONSENTRASI CA DARAH

IRITABILITAS SISTEM NEOROMUSKULERTETANIKEJANG

RESIKO CEDERA

LATENNYATA

EKSTREMITAS

GANGGUAN POLA NUTRISIGANGGUAN POLA NAPASINTOLERANSI AKTIVITASKAKUBRONKOSPASME DISFAGIA

E. MANIFESTASI KLINISHipokalsemia menyebabkan iritabilitas system neuromuskuler dan turut menimbulkan gejala utama hipoparatiroidisme yang berupa tetanus.Tetanus merupakan hipertonia otot yang menyeluruh disertai tremor dan kontrasi spasmodic atau tak terkoordinasi yang terjadi dengan atau tanpa upaya untuk melakukan gerakan volunter. Pada keadaan tetanus laten terdapat gejala patirasa, kesemutan dan kram pada ekstemitas dengan keluhan perasaan kaku pada kedua belah tangan serta kaki. Pada keadaan tetanus yang nyata (overt), tanda-tanda mencakup bronkospame karpopedal (fleksi sendi siku serta pergelangan tangan dan ekstensi sensi karpofalangeal), disfagia, fotopobia, aritmia jantung serta kejang. Gejala lainnya mencakup ansietas, iritabilitas, depresi dan bahkan delirium. Perubahan pada EKG dan hipotensi juga dapat terjadi.F. KOMPLIKASI1. HipokalsemiaKeadaan klinis yang disebabkan oleh kadar kalsium serum kurang dari 9mg/100ml. Kedaan ini mungkin disebabkan oleh terangkatnya kelenjar paratiroid waktu pembedahan atau sebagai akibat destruksi autoimun dari kelenjar-kelenjartersebut.2. Isufisiensi ginjal kronik Pada keadaan ini kalsium serum rendah, fosfor serum sangat tinggi, karena retensi dari fosfor dan ureum kreatinin darah meninggi. Hal ini disebabkan tidak adanya kerja hormon paratiroid yang diakibatkan oleh keadaan seperti diatas (etiologi).G. PEMERIKSAAN PENUNJANG1. Sample darah dan urine Untuk pemeriksaan kadar kalsium serum Kadar kalsium serum berkisar dari 5-6 mg/dl (1, hingga 1,5 mmol/L) atau lebih rendah lagi, kadar fosfat dalam serum meningkat.2. EKG3. Sinar X dari tulang untuk mendeteksi peningkatan densitas tulang. Hasil pemeriksaan sinar X tulang akan memperlihatkan peningkatan densitas. Klasifikasi akan terlihat pada foto roentgen yang dilakukan terhadap jaringan subkutan atau basal ganglia otak.H. PENATALAKSANAANTujuan terapi adalah untuk menaikkan kadar kalsium serum sampai 9 hingga 10 mg/dl (2,2 hingga ,5 mmol/L) dan menghilangkan gejala hypoparatiridisme serta hipokalsemia1. Apabila terjadi hipokalsemia dan tetanus pascatiroidektomi, terapi yang harus diberikan adalah pemberian kalsium glukonas intravena. Jika terapi ini tidak segera menurunkan iritabilitas neuromuscular dan serangan kejang, preparat sedative, seperti pentobarbital dapat diberikan.2. Pemberian preparat parathormon parenteral dapat dilakukan untuk mengatasi hipoparatiroidisme akut disertai tetanus. Namun demikian, akibat tingginya insidens reaksi alergi pada penyuntikan parathormon, maka penggunaaan preparat ini dibatasi hanya pada pasien hipokalsemia akut. Pasien yang mendapatkan parathormon memerlukan pemantauan akan adanya perubahan kadar kalsium serum dan reaksi alergi.3. Preparat vitamin D dengan dosis yang bervariasi biasanya diperlukan dan akan meningkatkan absorpsi kalsium dari traktus gastrointestinal.a. Dihidrotakiserol (AT 10 atau Hytakerol)b. Ergokal siferol (vitamin D2)c. Kolekalsiferol (vitamin D3)4. Trakeostomi atau ventilasi mekanis mungkin dibutuhkan bersama dengan obatobat bronkodilator jika pasien mengalami gangguan pernapasan.

5. Diet tinggi kalsium rendah fosfora. Meskipun susu, produk susu dan kuning telur merupakan makanan yang tinggi kalsium, jenis makanan ini harus dibatasi karena kandungan fosfornya tinggi.b. Bayam juga perlu dihindari karena mengandung oksalat yang akan membentuk garam kalsium yang tidak larut.c. Tablet oral garam kalsium, seperti kalsium glukonat,dapat diberikan suplemen dalam diet.d. Gel alumunium hidroksida atau alumunium karbonat (gelusil, amphojel) diberikan sesudah makan untuk mengikat fosfat dan meningkatkan ekskresi lewat traktus gastrointestinal.6. Pengaturan lingkungan yang bebas dari suara bising, hembusan angin yang tiba-tiba, cahaya yang terang atau gerakan yang mendadak. Adanya iritabilitas neuromuskuler, penderita hipokalsemia sangat memerlukan lingkungan tersebut.

II. KONSEP KEPERAWATANA. PENGKAJIANDalam pengkajian klien dengan hipoparatiroidisme yang penting adalah mengkaji manifestasi distres pernapasan sekunder terhadap laringospasme. Pada klien dengan hipoparatiroidisme akut, perlu dikaji terhadap adanya tanda perubahan fisik nyata seperti kulit dan rambut kering. Kaji juga terhadap sindrom seperti Parkinson atau adanya katarak. Pengkajian keperawatan lainnya mencakup :1. Data DemografiIdentitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan, dan penanggung biaya.2. Riwayat Penyakit :

a. Keluhan Utama Biasanya Klien merasa ada kelainan bentuk tulang , pendarahan yang sulit berhenti , kejang-kejang , kesemutan dank lien merasa lemas / lemah .Periksa juga terhadap temuan tandaChvosteks atau Trousseaus positif. Kaji pula manifestasi distress pernapasan sekunder terhadap laringospasme. Padaklien dengan hipoparatiroidismeakut, perlu dikaji terhadap adanya tandaperubahan fisik nyata seperti kulit dan rambut kering. Juga kaji terhadap sindrom sepertiParkinson atau adanya katarak. b. Riwayat penyakit saat iniTanyakan pada klien tentang manifestasi bekas atau kesemutan disekitar mulut atau ujung jari tangan atau ujung jari kaki . c. Riwayat penyakit dahulu :Tanyakan apakah klien pernah megalami tindakan operasi khususnya pengangkatan kelenjar tiroid atau kelenjar paratiroid. Tanyakan pada klien apakah ada riwayat penyinaran pada leher .d. Riwayat penyakit keluarga: Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang, yaitu riwayat keluarga dengan Hipoparatiroid.3. Pemeriksaan Fisik :a. B1 (Breathing)Amati bunyi suara nafas . pada klien hipoparatiroid biasanya terdengar suara stridor, suara serak.b. B2 (Blood)Amati adanya disritmia jantung, sianosis, palpitasic. B3 (Brain)Amati adanya parestesis pada bibir, lidah, jari-jari, kaki. Kesemutan, tremor, hiperefleksia, tanda chvosteks dan trousseaus positif papil edema, labilitas emosional, peka rangsang, ansietas, perubahan dalam tingkat kesadaran, tetani kejang d. B 4 (Bladder)Pembentukan kalkuli pada ginjale. B 5 (Bowel)Mual, muntah, nyeri abdomenf. B 6 (Bone)Amati tanda fisik, seperti; rambut tipis, pertumbuhan kuku buruk yang deformitas dan gampang patah, kulit kering. Amati apakah ada kelainan bentuk tulangg. (Endokrin)Penurunan sekresi parathormon dari jumlah normalB. DIAGNOSA KEPERAWATAN1. pola nafas tidak efektif b/d spasme laring akibat aktivitas kejang.2. Ketidakseimbangan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) b/d intake nutrisi inadekuat.3. Intoleransi aktivitas b.d. kekakuan ekstremitas4. Resiko cedera b/d resiko kejang atau tetani yang diakibatkan oleh hipokalsemia.C. INTERVENSIDiagnosa: pola nafas tidak efektif b/d spasme laring akibat aktivitas kejang.

Tujuan: Pola nafas kembali efektif.

Kriteria Hasil:1. Pola nafas efektif.2. RR 16-20 kali permenit3. TTV dalam batas normal.4. Ekspansi paru mengembang.

IntervensiRasional

1. Kaji upaya pernapasan dan kualitas suara setiap 2 jam1. Pengkajian yang berulang kali sangat penting karena mungkin kondisi pasien berubah secara drastic.

2. Auskultasi untuk mendengarkan stridor laring tiap 4 jam2. Suara stridor laring dan diam menggambarkan spasme laring parsial sampai total. Dilakukan agar dapat segera diberikan tindakan yang tepat

3. Baringkan pasien untuk mengoptimalkan bersihan jalan napas pertahankan dalam posisi alamiah3. Posisi yang benar akan mendorong ventilasi pada lobus paru bagian bawah

4. Dorong/bantu pasien dalam nafas dan latihan batuk4. Dapat meningkatkan/ banyaknya sputum dimana gangguan ventilasi dan ditambah ketidak nyaman upaya bernafas

5. Berikan oksigen tambahan sesuai dengan kebutuhan.(kolaborasi)5. Memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas, memberikan kelembaban pada membran mukosa dan membantu pengenceran sekret

Diagnosa:Ketidakseimbangan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) b/d intake nutrisi inadekuat.

Tujuan: Kebutuhan nutrisi terpenuhi

Kriteria Hasil:- Nutrisi adekuat- Masukan makanan dan cairan adekuat- Energi adekuat- BB normal

IntervensiRasional

1. Tentukan makanan kesukaan dengan mempertimbangkan budaya dan keyakinannya2. Kolaborasi: Tentukan makanan yang tepat sebagai program diet

3. Dorong pasien untuk memilih makanan yang lunak4. Dorong masukan makanan tinggi kalsium.Untuk meningkatkan motivasi klien untuk makan.Untuk menentukan diet yang sesuai dengan kebutuhan klien.

Memudahkan klien untuk menelan dan tidak memperberat kerja usus.Untuk meningkatkan kadar kalsium dalam tubuh.

Diagnosa: Intoleransi aktivitas b.d. kekakuan ekstremitas

Tujuan: Aktivitas (ADL) kembali normal

Kriteria Hasil:- Mampu makan sendiri- Memakai pakaian sendiri- Mandi- Jalan- Duduk

IntervensiRasional

1. Kaji ambulasi dan keterbatasan ambulasi untuk berjalan2. Kaji kebutuhan self care deficit3. Rencanakan pengobatan kegiatan sehari-hari4. Sediakan pegangan untuk berjalan1. untuk mengetahui tingkat keterbatsan ambulasi untuk berjalan klien2. untuk meningkatkan aktivitas kegiatan sehari-hari klien dan untuk menghemat energy.3. untuk memungkinkan periode istirahat yang cukup4. sesuai keperluan untuk mempertahankan ambulasi yang dapat dilakukan oleh klien

Diagnosa: Resiko cedera b/d resiko kejang atau tetani yang diakibatkan oleh hipokalsemia.

Tujuan: Klien tidak mengalami cedera.

Kriteria Hasil:1. reflek normal2. tanda vital stabil

IntervensiRasional

1. Pantau tanda-tanda vital dan reflek tiap 2 jam sampai 4 jam.2. Pantau fungsi jantung secara terus menerus/gambaran EKG.3. Bila pasien dalam tirah baring berikan bantalan pada tempat tidur dan pertahakan tempat tidur dalam posisi rendah4. Bila aktivitas kejang terjadi ketika pasien bangun dari tempat tidur, bantu pasien untuk berjalan, singkirkan benda-benda yang membahayakan, bantu pasien dalam menangani kejang dan reorientasikan bila perlu.5. Kolaborasi dengan dokter dalam menangani gejala dini dengan memberikan dan memantau efektifitas cairan parenteral dan kalsium..1. untuk mengetahui kelainan sedini mungkin.2. Untuk mengetahui abnormalitas dari gambaran EKG.3. Untuk mencegah terjadinya injuri/jatuh.4. Untuk menghindari cedera yang terjadi akibat benda yang terdapat di lingkungan sekitar klien dan mencegah kerusakan lebih berat akibat kejang.5. Antisifasi terhadap hipokalsemia dengan cara penanganan medis.

DAFTAR PUSTAKADoenges, dkk. Rencana Asuhan Keperawatan. 2000. Jakarta : EGCKowalak, P. Jennifer. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. EGC : JakartaSmeltzer, Suzzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Ed.8. Jakarta : EGC.