Askep Hepatitis

35
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hepatitis merupakan suatu proses peradangan pada jaringan hati yang memberikan gejala lemah badan, mual, kencing seperti air teh disusul dengan mata dan badan menjadi kuning. Hepatitis virus yang tidak dapat digolongkan sebagai hepatitis A atau B melalui pemeriksaan serologi disebut sebagai hepatitis non A dan non B (NANBH) dan saat ini disebut hepatitis C (Dienstag, 1990). Selanjutnya ditemukan bahwa jenis hepatitis ini ada dua macam yang pertama dapat ditularkan secara parenteral dan disebut PT-NANBH dan yang kedua dapat ditularkan secara anteral disebut ET-NANBH. Tatanama terbaru menyebutkan PT-NANBH sebagai hepatitis C dan ET- NANBH sebagai hepatitis C dan ET-NANBH sebagai hepatitis E (Bradley, 1990; Purcell, 1990). Virus delta atau virus hepatitis D (HDV) merupakan suatu partikel virus yang menyebabkan infeksi hanya bila sebelumnya telah ada infeksi hepatitis B. HDV dapat timbul sebagai infeksi yang bersamaan dengan HBV, atau sebagai suprainfeksi pada seorang pembawa HBV. Hepatitis menjadi masalah kesehatan masyarakat yang penting di seluruh dunia. Penyakit ini menduduki peringkat ketiga di antara semua penyakit menular dan merupakan penyakit epidemic di kebanyakan negara-negara dunia ketiga. Sekitar 60.000 kasus telah dilaporkan ke Centers for Disease Control di Amerika Serikat setiap tahun, tetapi jumlah yang sebenarnya dari penyakit ini diduga beberapa kali lebih banyak. Walaupun mortalitas akibat hepatitis virus ini rendah, tetapi penyakit ini sering dikaitkan dengan angka mortalitas dan kerugian ekonomi yang besar.

description

fifi

Transcript of Askep Hepatitis

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG

    Hepatitis merupakan suatu proses peradangan pada jaringan hati yang

    memberikan gejala lemah badan, mual, kencing seperti air teh disusul dengan

    mata dan badan menjadi kuning.

    Hepatitis virus yang tidak dapat digolongkan sebagai hepatitis A atau B

    melalui pemeriksaan serologi disebut sebagai hepatitis non A dan non B

    (NANBH) dan saat ini disebut hepatitis C (Dienstag, 1990). Selanjutnya

    ditemukan bahwa jenis hepatitis ini ada dua macam yang pertama dapat

    ditularkan secara parenteral dan disebut PT-NANBH dan yang kedua dapat

    ditularkan secara anteral disebut ET-NANBH.

    Tatanama terbaru menyebutkan PT-NANBH sebagai hepatitis C dan ET-

    NANBH sebagai hepatitis C dan ET-NANBH sebagai hepatitis E (Bradley,

    1990; Purcell, 1990).

    Virus delta atau virus hepatitis D (HDV) merupakan suatu partikel virus

    yang menyebabkan infeksi hanya bila sebelumnya telah ada infeksi hepatitis B.

    HDV dapat timbul sebagai infeksi yang bersamaan dengan HBV, atau sebagai

    suprainfeksi pada seorang pembawa HBV.

    Hepatitis menjadi masalah kesehatan masyarakat yang penting di seluruh

    dunia. Penyakit ini menduduki peringkat ketiga di antara semua penyakit

    menular dan merupakan penyakit epidemic di kebanyakan negara-negara dunia

    ketiga. Sekitar 60.000 kasus telah dilaporkan ke Centers for Disease Control di

    Amerika Serikat setiap tahun, tetapi jumlah yang sebenarnya dari penyakit ini

    diduga beberapa kali lebih banyak.

    Walaupun mortalitas akibat hepatitis virus ini rendah, tetapi penyakit ini

    sering dikaitkan dengan angka mortalitas dan kerugian ekonomi yang besar.

  • 2

    B. TUJUAN

    1. Tujuan Umum Agar mahasiswa dapat mengetahui prevalensi dan penanggulangan penyakit

    hepatitis.

    2. Tujuan Khusus Untuk menggali lebih jauh tentang penyakit hepatitis.

    C. RUMUSAN MASALAH

    1. Apa yang dimaksud dengan hepatitis?

    2. Apa penyebab/etiologi dari hepatitis?

    3. Bagaimana tanda dan gejala hepatitis?

    4. Bagaimana penatalaksanaan dari hepatitis?

    5. Penyakit apa sajakah yang menjadi komplikasi dari hepatitis?

    6. Bagaimana patofisiologi dari hepatitis?

    7. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan hepatitis?

  • 3

    BAB II

    TINJAUAN TEORITIS

    A. DEFINISI

    Hepatitis merupakan suatu proses peradangan pada jaringan hati yang

    memberikan gejala lemah badan, mual, kencing seperti air teh disusul dengan

    mata dan badan menjadi kuning.

    Hepatitis virus merupakan penyakit infeksi yang penyebarannya luas

    dalam tubuh, walaupun efek yang terjadi pada hati. Telah ditemukan lima

    kategori virus yang menjadi agen penyebab:

    1. Virus Hepatitis A (HAV)

    2. Virus Hepatitis B (HBV)

    3. Virus Hepatitis C (HCV)

    4. Virus Hepatitis D (HDV)

    5. Virus Hepatitis E (HEV)

    Bentuk hepatitis yang paling dikenal adalah HAV (Hepatitis A) dan

    HBV (Hepatitis B). Kedua istilah ini lebih disukai daripada istilah lama, yaitu

    hepatitis infeksiosa dan hepatitis serum, sebab penyakit ini dapat ditularkan

    secara parenteral dan nonparental.

    B. ETIOLOGI

    1. Virus (penyebab terbanyak)

    2. Bakteri (Salmonella typi)

    3. Obat-obatan

    4. Racun (hepatoksik)

    5. Alkohol

    C. GEJALA DAN TANDA

    1. Ikterus

    2. Urine kecoklatan

    3. Kehilangan selera makan

  • 4

    4. Mual dan muntah

    5. Demam

    6. Lelah

    7. Sakit kepala

    8. Nyeri pada kuadran kanan atas

    9. Mudah terangsang

    10. Feses (warna tanah liat)

    D. PATOFISIOLOGI HEPATITIS

    Konsumsi Virus Bakteri Obat- Stress, alkohol hepatis obatan dll. Kerusakan hepatosite Peradangan hati Perubahan (aliran darah ke stimulus kemoreseption aliran darah hati menurun) hipotalamus Nekrosis hati Set point berubah Resiko tinggi Metabolisme Rx. peningkatan terhadap bilirubin menurun panas tubuh infeksi Hiperbilirubinemia Hipertermi Ikterus Mual muntah Anoreksia Intake menurun Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan Intoleransi aktivitas Kelemahan

  • 5

    Narasi

    Hepatitis atau peradangan pada jaringan hati disebabkan oleh beberapa hal yaitu:

    Konsumsi alkohol di mana alkohol ini menyebabkan terjadinya penimbunan lemak dalam jumlah banyak sehingga hati membesar, rapuh dan mengalami

    gangguan fungsional dan terjadi kerusakan hepatosite.

    Virus beberapa virus A, B, C, D, E di mana virus ini menyerang langsung pada sel hepar dan terjadi kerusakan hepatosite. Setelah itu virus terus

    mengadakan replikasi sampai menyebabkan nekrosis jaringan.

    Obat-obatan yang bersifat toksik di mana penggunaannya dalam jangka waktu yang lama akan langsung menyerang ke hati dan menyebabkan

    kerusakan hepatosite.

    Stress. Kondisi ini menyebabkan adrenalin meningkat dari peningkatan adrenalin ini menyebabkan sistem imun menurun. Apabila sistem imun

    sudah menurun maka kemungkinan untuk masuknya virus penyakit sangat

    besar salah satunya penyakit hepatitis.

    Dari beberapa penyebab di atas sampai terjadi kerusakan hepatosite, keadaan

    lanjut akan terjadi peradangan hati di mana hati teraba membesar tepinya yang

    lancip menjadi tumpul. Setelah terjadi peradangan hati ada dua hal yang terjadi

    yaitu: perubahan aliran darah dan perangsangan kemoreseptor hipotalamus.

    - Perubahan aliran darah: terjadinya peradangan pada hati, menyebabkan hati

    mengalami pembengkakan, dan pembengkakan ini menyebabkan pembuluh

    darah yang menuju ke hati tertekan sehingga terjadi vasokontriksi sehingga

    aliran darah ke hati macet/menjadi lambat. Ini akan menimbulkan nekrosis

    hati. Dari keadaan ini muncul diagnosa keperawatan resiko tinggi terhadap

    infeksi.

    Nekrosis hati juga menyebabkan metabolisme bilirubin menurun artinya

    terjadi peningkatan dekstruksi dan SDM, kadar bilirubin tak terkonyugasi

    dalam darah meningkat sehingga terjadi hiperbilirubinemia, pembentukan

  • 6

    bilirubin yang berlebihan ini merupakan mekanisme umum penyebab

    terjadinya ikterus (salah satu dari 4 mekanisme umum penyebab).

    - Terjadinya peradangan hati akan merangsang kemoreseption hipotalamus

    sehingga set point berubah dan kompensasi tubuh akan meningkatkan panas

    dan reaksi ini timbullah diagnosa keperawatan hipertermi. Dari keadaan

    hipertermi ini timbul gejala mual muntah (prodromal) yang berlanjut

    mengakibatkan anoreksia sehingga intake menurun dan muncul diagnosa

    keperawatan Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan. Apabila nutrisi

    terganggu otomatis terjadi kelemahan dan muncul diagnosa sehubungan

    dengan intoleransi aktivitas.

    E. PENATALAKSANAAN

    Tidak ada pengobatan spesifik untuk penyakit hepatitis virus. Pengobatan

    terutama bersifat suportif dan termasuk:

    - Beristirahat

    Pasien yang sangat keletihan membutuhkan sering istirahat dan membuat

    interval sering istirahat.

    - Nutrisi yang adekuat (prioritas utama)

    Anjurkan diit karbohidrat tinggi untuk mensuplai kalori yang cukup.

    Pemberian makanan melalui IV hanya diperlukan apabila pemasukan peroral

    terbatas karena mual dan muntah.

    - Mencegah terjadinya stress lebih lanjut pada hepar dengan menghindari

    bahan-bahan dan obat-obat hepatotoksik.

    Hepatitis toksik ditangani terutama dengan menghindari penyebabnya.

    - Setelah terpajan terhadap virus hepatitis A, imunisasi pasif dapat dicapai

    melalui penggunaan serum globulin imun yang mengandung anti HAV

    dengan jumlah yang adekuat.

    - Pemajanan hepatitis B seperti pada tertusuk jarum, imunoprofilaksis pasif

    dapat dicapai dengan menggunakan titer tinggi anti HBS globulin imun

  • 7

    hepatitis B (HBIG). (Tindakan ini hanya dianjurkan pada pasien beresiko

    tinggi pasca pemajanan inokulasi.

    F. KOMPLIKASI

    Tidak semua pasien dengan hepatitis virus akan mengalami perjalanan

    penyakit yang lengkap. Sejumlah kecil pasien (kurang dari 1 %) memperlihatkan

    kemunduran klinis yang cepat setelah awitan ikterus akibat hepatitis fulminan

    dan nekrosis hati massif.

    1. Hepatitis fulminan

    Dicirikan oleh tanda dan gejala gagal hati akut, penciukan hati, kadar

    bilirubin serum meningkat cepat, pemajangan waktu protrombin yang sangat

    nyata dan koma hepatic.

    2. Hepatitis kronik persisten

    Komplikasi hepatitis virus yang paling sering dijumpai di mana perjalanan

    penyakit memanjang hingga 4 8 bulan, namun pasien akan sembuh

    kembali.

    3. Hepatitis virus akut

    Pasien mengalami kekambuhan setelah serangan awal yang biasanya

    dihubungkan dengan minum alkohol atau aktivitas fisik yang berlebihan.

    4. Hepatitis agresif atau kronik aktif

    Di mana terjadi kerusakan hati seperti digerogoti (piecemeal) dan

    perkembangan sirosis.

    5. Karsinoma hepatoseluler

    Merupakan komplikasi lanjut hepatitis yang cukup bermakna yang

    disebabkan oleh dia faktor yang berkaitan dengan patogenesisnya yaitu

    infeksi HBV kronik dan sinosis terkait.

  • 8

    BAB III

    ASUHAN KEPERAWATAN

    A. PENGKAJIAN

    1. Dasar Data Pengkajian

    Data tergantung pada penyebab dan beratnya kerusakan/gangguan hati.

    Aktivitas/istirahat Gejala : kelemahan, kelelahan, malaise umum

    Sirkulasi Tanda : Bradikardia (hiperbiliurinemia berat)

    Ikteri pada sklera, kulit, membran mukosa.

    Eliminasi Gejala : Urine gelap

    Diare/konstipasi: feses warna tanah liat

    Adanya/berulangnya hemodialisisa

    Makanan/cairan Gejala : Hilang nafsu makan (anoreksia), penurunan berat badan atau

    meningkat (edema)

    Mual/muntah

    Tanda : Asites

    Neurosensori Tanda : peka rangsang, cenderung tidur, letargi, asteriksis.

    Nyeri/kenyamanan Gejala : kram abdomen, nyeri tekan pada kuadran kanan atas

    Mialgia, artralgia, sakit kepala

    Gatal (pruritus)

    Tanda : Otot tegang, gelisah

    Pernafasan Gejala : Tidak minat/enggang merokok (perokok)

  • 9

    Keamanan Gejala : Adanya transfusi darah/predok darah

    Tanda : Demam

    Urtikaria, lesimakula popular, eritema tak beraturan

    Angioma jaring-jaring, eritema palmar, ginekomastia (kadang-

    kadang ada pada hepatitis alkoholik)

    Sptenomegali, pembesaran nodus servikal posterior

    Seksualitas Gejala : pola hidup/perilaku meningkatkan resiko terpajan (contoh

    homoseksual aktif/biseksual pada wanita)

    Penyuluhan/pembelajaran Gejala : Riwayat diketahui/mungkin terpajan pada virus, bakteri atau

    toksin

    Pertimbangan: DRG menunjukkan rerata lama dirawat: 6 7 hari Pemeriksaan diagnostik

    1. SGOT : > 20 x nilai normal (6 30 u/l)

    2. SGPT : 20 50 x nilai normal (7 32 u/l)

    3. GGT : meningkat dari nilai normal

    Normal laki-laki: 8 35 u/l

    Normal perempuan: 6 25 u/l

    4. Biliurin direk meningkat dari nilai normal ( 0,25 mg/dl)

    2. Pengelompokan Data

    Data Subjektif:

    - Kelemahan, kelelahan, malaise

    - Anoreksia, penurunan berat badan, atau peningkatan berat badan (edema)

    - Mual, muntah

    - Kram abdomen

    - Nyeri tekan pada kuadran kanan atas

  • 10

    - Sakit kepala

    - Gatal

    - Tidak minat/enggan merokok (perokok)

    Data Objektif:

    - Bradikardia

    - Ikterik pada sklera, kulit, membran mukosa

    - Urine gelap

    - Diare/konstipasi, feses warna tanah liat

    - Asites

    - Peka rangsang, letargi

    - Gelisah

    - Demam

    - Urtikaria

    - Eksaserbasi jerawat

    - Angioma jaring-jaring

    - Sptenomegali

    3. Prioritas Masalah

    1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan

    2. Hipertermi

    3. Intoleransi aktivitas

    4. Resiko tinggi terhadap infeksi

  • 11

    4. Analisa Data

    No. Data Kemungkinan Penyebab Masalah 1. DS:

    - Tidak ada nafsu

    makan

    - Nyeri abdomen

    DO:

    - Anoreksia

    - Gangguan sensasi

    pengecap

    Peradangan hati

    Mual muntah

    Anoreksia

    Intake menurun

    Gangguan

    nutrisi kurang

    dari kebutuhan

    2. DS:

    - Merasa lemah

    DO:

    - Penurunan

    kekuatan otot

    - Menolak untuk

    bergerak

    Peradangan hati

    Mual muntah

    Anoreksia

    Intake menurun

    Intoleransi

    aktivitas

    B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

    1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan:

    - Kelemahan umum, penurunan kekuatan/ketahanan; nyeri

    - Mengalami keterbatasan aktivitas; depresi.

    Ditandai dengan:

    - Laporan kelemahan; ketidaknyamanan kerja

    - Penurunan kekuatan otot

    - Menolak untuk bergerak

    2. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan:

    - Kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik, anoreksia,

    mual/muntah.

  • 12

    - Gangguan absorpsi dan metabolisme pencernaan makanan; penurunan

    peristaltic, empedu tertahan.

    - Peningkatan kebutuhan kalori/status hiper metabolik

    Ditandai dengan:

    - Enggan makan/kurang minat terhadap makanan

    - Gangguan sensasi pengecap

    - Nyeri abdomen/kram

    - Penurunan berat badan; tonus otot buruk

    C. PERENCANAAN

    1. Intoleransi aktivitas

    Tujuan:

    Klien akan menunjukkan perbaikan toleransi aktivitas klien dengan kriteria:

    - Menunjukkan teknik/perilaku yang memampukan kembali melakukan

    aktivitas.

    - Melaporkan kemampuan melakukan peningkatan toleransi aktivitas.

    Tindakan/Intervensi:

    Mandiri:

    Tingkatkan tirah baring/duduk. Berikan lingkungan tenang; batasi pengunjung sesuai kebutuhan

    Rasional:

    Meningkatkan istirahat dan ketenangan. Menyediakan energi yang

    digunakan untuk penyembuhan. Aktivitas dan posisi duduk tegak diyakini

    menurunkan aliran darah ke kaki, yang mencegah sirkulasi optimal kasal

    hati.

    Ubah posisi dengan sering. Berikan perawatan kulit yang baik Rasional:

    Meningkatkan fungsi pernafasan dan meminimalkan tekanan pada area

    tertentu untuk menurunkan resiko kerusakan jaringan.

  • 13

    Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi, bantu melakukan latihan rentang gerak sendi pasif/aktif.

    Rasional:

    Tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan. Ini dapat terjadi karena

    keterbatasan aktivitas yang mengganggu periode istirahat.

    Dorong penggunaan teknik manajemen stress. Contoh relaksasi: Rasional:

    Meningkatkan relaksasi dan penghematan energi, memusatkan kembali

    perhatian, dan dapat meningkatkan koping.

    Awasi terulangnya anoreksia dan nyeri tekan pembesaran hati. Rasional:

    Menunjukkan kurangnya resolusi/eksasorbasi penyakit, memerlukan

    istirahat lanjut. Mengganti program terapi.

    Kolaborasi:

    Berikan antidot atau bantu dalam prosedur sesuai indikasi tergantung pada pemajangan

    Rasional:

    Membuang agen penyebab pada hepatitis toksik dapat membatasi derajat

    kerusakan jaringan.

    Berikan obat sesuai indikasi: sedative, agen antiansietas, contoh diazepam (valium), larozepam (artisan)

    Rasional:

    Membantu dalam manajemen kebutuhan tidur

    Awasi kadar enzim hati Rasional:

    Membantu menentukan kadar aktivitas tepat, sebagai peningkatan

    prematur pada potensial resiko berulang.

  • 14

    2. Nutrisi kurang dari kebutuhan

    Tujuan:

    Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria:

    - Menunjukkan peningkatan berat badan

    - Bebas tanda malnutrisi

    Tindakan/intervensi:

    Mandiri:

    Awasi pemasukan diet/jumlah kalori. Berikan makan sedikit dalam frekuensi sering.

    Rasional:

    Makan banyak sulit untuk mengatur bila pasien anoreksia.

    Berikan perawatan mulut sebelum makan Menghilangkan rasa tidak enak. Dapat meningkatkan nafsu makan.

    Anjurkan makan pada posisi tegak Rasional:

    Menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan

    pemasukan.

    Dorong pemasukan sari jeruk. Minuman karbonat dan permen berat sepanjang hari.

    Rasional;

    Bahan ini merupakan ekstra kalori dan dapat lebih mudah dicerna/toleran

    bila makanan lain tidak.

    Kolaborasi:

    Konsul pada ahli gizi. Dukungan tim nutrisi untuk memberikan diet sesuai kebutuhan pasien. Dengan masukan lemak dan protein sesuai

    toleransi.

    Rasional:

    Berguna dalam membuat program diet untuk memenuhi kebutuhan

    individu.

  • 15

    Awasi glukosa darah Rasional:

    Hiperglikemia/hipoglikemia dapat terjadi, memerlukan perubahan

    diet/pemberian insulin.

    Berikan obat sesuai indikasi: antiemetik, contoh: metalopramide (raglan) Rasional:

    Diberikan jam sebelum makan, dapat menurunkan mual dan

    meningkatkan toleransi pada makanan.

    Antasid

    Rasional:

    Kerja pada asam gaster, dapat menurunkan iritasi/resiko perdarahan.

    Vitamin, contoh B kompleks, dan C

    Rasional:

    Memperbaiki kekurangan dan membantu proses penyembuhan

    Berikan makanan tambahan/nutrisi dukungan total bila dibutuhkan Rasional:

    Mungkin perlu untuk memenuhi kebutuhan kalori bila tanda kekurangan

    terjadi/gejala memanjang.

    D. IMPLEMENTASI

    Dilaksanakan sesuai dengan rencana tindakan, menjelaskan setiap tindakan yang

    akan dilakukan sesuai dengan pedoman prosedur teknis yang telah ditentukan.

    E. EVALUASI

    Evaluasi hasil menggunakan kriteria evaluasi yang telah ditentukan pada tahap

    perencanaan keperawatan, dilakukan secara periodik, sistematis terencana.

  • 16

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG

    Sirosis hepatis adalah suatu penyakit hati di mana sirkulasi mikro,

    anatomi pembuluh darah besar dan seluruh sistem arsitektur hati mengalami

    perubahan, menjadi tidak teratur dan terjadinya pertambahan jaringan ikat

    (fibrosis) di sekitar parenkim hati yang mengalami regenerasi.

    Insiden gangguan ini meningkat secara bermakna sejak perang dunia II,

    menyebabkan sirosis menjadi salah satu penyebab kematian yang cukup

    menonjol. Peningkatan ini sebagian diakibatkan oleh insiden hepatis virus yang

    meningkat, namun yang lebih bermakna agaknya karena peningkatan nyata dari

    asupan alkohol.

    Janes dan Minot pada tahun 1923 mengemukakan dugaan kuat bahwa

    hepatitis virus bisa berkembang menjadi sirosis. Krarup dan Roholm pada tahun

    1941 telah memperlihatkan timbulnya sirosis hati pada hepatitis akut dengan

    cara melakukan biopsy hati serial. Penelitian seperti ini juga telah dikemukakan

    oleh Bigornoboe dan Sherlock.

    Bukti-bukti sekarang memperlihatkan bahwa yang diperkirakan akan

    menjadi sirosis ialah bentuk hepatitis yang berat. Bentuk hepatitis yang berat

    dapat berkembang menjadi sirosis ternyata dari bentuk virus B atau virus non A

    dan non B (NANB). Di Indonesia agaknya kedua bentuk ini juga merupakan

    penyebab sirosis hati.

    Lebih dari 80 % kasus dengan hepatitis alkoholik terjadi setelah minum

    alkohol selama 5 tahun lebih sebelum

  • 17

    Timbul gejala dan keluhan. Kemungkinan timbulnya hepatitis alkoholik

    kecil sekali pada penderita yang minum kurang dari 60 gram etanol sehari (6 oz

    whiskey atau liter anggur) atau jika etanol kurang dari 20 % kalori per hari.

    B. TUJUAN

    Tujuan Umum

    Agar mahasiswa dapat mengetahui prevalensi dan penanggulangan pada sirosis

    hati.

    Tujuan Khusus

    Untuk menggali lebih jauh tentang penyakit sirosis hati.

    C. RUMUSAN MASALAH

    1. Apa yang dimaksud dengan sirosis hepatis?

    2. Apa yang menjadi penyebab/etiologi dari sirosis hepatis?

    3. Bagaimana tanda dan gejala sirosis hepatis?

    4. Bagaimana penatalaksanaan dari sirosis hepatis?

    5. Penyakit apa sajakah yang menjadi komplikasi dari sirosis hepatis?

    6. Bagaimana patofisiologi dari sirosis hepatis?

    7. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan sirosis hepatis?

  • 18

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. DEFINISI SIROSIS HEPATIS

    Sirosis hepatis adalah penyakit hati kronik yang dicirikan oleh distorsi

    arsitektur hati yang normal oleh lembar-lembar jaringan ikat dan nodula-nodula

    regenerasi sel hati, yang tidak berkaitan dengan vaskulator normal.

    B. ETIOLOGI

    Penyebab sirosis hepatis biasanya tidak dapat diketahui hanya

    berdasarkan pada klasifikasi morfologis hati yang mengalami sirosis. Dua

    penyebab yang sampai saat sekarang ini masih dianggap paling sering

    menyebabkan sirosis ialah hepatitis virus dan alkoholisme.

    Etiologi yang diketahui penyebabnya:

    1. Hepatitis virus B dan C

    2. Alkohol

    3. Metabolik seperti: tirosima, galaktisemia, intoleransi fruktosa. Mekanisme

    kerusakan hati tidak jelas, diduga karena akumulasi metabolik toksik dari

    tirosin, galaktosa dan fruktosa.

    4. Sirosis biliar sekunder intra dan ekstra hepatic

    5. Obstruksi aliran vena hepatic

    6. Gangguan imunologis seperti hepatitis kronik

    7. Toksik dan obat seperti:

    INH: hasil metabolik toksik, di mana isoniazid mengalami asetilisasi menjadi

    asetiniazid yang kemudian dihidrolisasi menjadi asetil hydrazine bebas yang

    akan diubah oleh sitokron P450 menjadi zat hepatotoksik.

    8. Operasi pintas usus halus pada obesitas.

    Kelainan hati diduga berkaitan dengan penurunan BB yang terlalu cepat,

    kekurangan nutrisi protein, serta pertumbuhan bakteri dalam usus yang

    buntu.

  • 19

    Etiologi tanpa diketahui penyebabnya

    - Sirosis kriptogenik heterogenesis

    C. GEJALA DAN TANDA

    Keluhan pasien sirosis hati tergantung pada fase penyakitnya

    1. Fase Kompensasi Sempurna

    Pada fase ini pasien tidak mengeluh atau juga keluhan samar-samar bugar/fit,

    merasa kurang kemampuan kerja, selera makan berkurang, perasaan perut

    gembung, mual, kadang mencret atau konstipasi, BB menurun, kelemahan

    otot dan perasaan cepat lelah akibat deplesi protein atau penimbunan air di

    otot, pengurangan massa otot terutama mengurangnya massa otot daerah

    pektoralis mayor.

    2. Fase Dekompensasi

    - Ikterus dengan air kemih berwarna seperti teh pekat mungkin disebabkan

    proses penyakit yang berlanjut ke arah keganasan hati di mana tumor

    akan menekan saluran empedu atau terbentuknya thrombus saluran

    empedu intrahepatik.

    - Gangguan pembekuan darah seperti perdarahan gusi, epistaksis,

    gangguan siklus haid atau haid berhenti.

    - Flu akibat infeksi sekunder atau keadaan aktivitas sirosis itu sendiri.

    - Gejala hematemesis, hematemesis dan melena, atau melena saja akibat

    perdarahan varises esophagus. Perdarahan bisa massif dan menyebabkan

    renjatan.

    - Gangguan kesadaran berupa ensefalopi hepatic sampai koma hepatic.

  • 20

    D. PATOFISIOLOGI HEPATITIS

    Konsumsi Virus Bakteri Obat- Stress, alkohol hepatis obatan dll. Kerusakan hepatosite Peradangan hati Perubahan aliran darah

    Nekrosis hati Hipertensi portal Metabolisme bilirubin Gagal hati Metabolisme - Edema protein dan Kelemahan - Varises esophagus Hiperbiliru- Gangguan karbohidrat - Varises abdomen Binemia metabolisme - Asites ammonia Protein - Splenomegali Ikterus menjadi urea plasma Ensefalopati Sintesis - Intoleransi aktivitas Informasi hepatic albumin kurang - Penurunan kemampuan Ammonia Penurunan rawat diri Salah serum tekanan persepsi onkotik dalam Asidosis darah respiratorik Kurang pengetahuan Asites Edema Pola nafas inefektif Kecemasan - Gangguan keseimbangan cairan lebih dari kebutuhan Merasa kenyang - Resiko tinggi kerusakan integritas kulit Anoreksia Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan

  • 21

    Narasi:

    Sirosis hati merupakan penyakit kronik hati.

    Penyebab dari sirosis ini diawali dari bagaimana penyebab dari hepatitis itu sendiri

    karena sirosis hati merupakan tahap lanjut dari hepatitis.

    Konsumsi alkohol di mana terjadi penimbunan lemak dalam jumlah banyak sehingga hati membesar, rapuh dan mengalami gangguan fungsional dan terjadi

    kerusakan hepatosite.

    Virus beberapa virus A, B, C, D, E di mana virus ini menyerang langsung pada sel hepar dan terjadi kerusakan hepatosite. Setelah itu virus terus menerus

    mengadakan replikasi sampai menyebabkan terjadinya nekrosis jaringan.

    Obat-obatan yang bersifat toksik di mana penggunaan yang lama akan langsung menyerang ke hati dan menyebabkan kerusakan hepatosite.

    Stress. Kondisi ini menyebabkan adrenalin meningkat dari peningkatan adrenalin ini menyebabkan sistem imun menurun, sehingga virus lebih muda untuk masuk

    termasuk salah satunya adalah virus hepatis ini.

    Dari terjadinya kerusakan hepatosite menyebabkan peradangan pada hati. Terjadinya

    radang menyebabkan aliran darah bersih ke hati terhambat (terjadi perubahan aliran

    darah). Jika hati terus kekurangan darah bersih maka akan terjadi nekrosis hati. Dari

    nekrosis ini kemungkinan ada 4 yang terjadi:

    - Metabolisme bilirubin menurun artinya terjadi peningkatan dekstruksi dari SDM,

    kadar bilirubin tak terkonjugasi dalam darah meningkat sehingga terjadi

    hiperbilirubinemia. Dari pembentukan bilirubin yang berlebihan akan

    menyebabkan ikterus.

    - Terjadinya nekrosis hati menyebabkan hati menciut dan mengeras akibat jaringan

    hati diganti oleh jaringan parut (jaringan ikat), fungsi hati akan sangat terganggu.

    Aliran darah lewat hati terhimpit jaringan ikat, himpitan aliran darah di hati

    menimbulkan peninggian tekanan darah di pembuluh portal yang disebut

    hipertensi portal akibat dari peningkatan resistensi aliran darah melalui hati,

    peningkatan aliran arteri splanknikus. Kedua faktor yang mengurangi aliran

  • 22

    keluar melalui vena hepatica dan meningkatkan aliran masuk bersama-sama

    menghasilkan beban berlebihan pada sistem portal. Pembebanan ini merangsang

    timbulnya kolateral untuk menghindari obstruksi hepatic. Ini terjadi pada

    esophagus bagian bawah vena superficial dinding abdomen dan rectum.

    Varises esophagus terjadi karena dilatasi pada vena akibat pembentukan sirkulasi kolateral pada esophagus bagian bawah.

    Varises abdomen terjadi karena dilatasi pada vena-vena sekitar umbilicus akibat pembentukan sirkulasi kolateral pada vena superficial dinding

    abdomen.

    Hemoroid terjadi karena dilatasi anastomosis antara cabang-cabang vena mesenterika inferior dan vena-vena rectum.

    Asites terjadi karena peningkatan tekanan hidrostatik pada kapiler usus dan penurunan tekanan osmotik koloid akibat hipoalbuminemia. Selain itu juga

    karena adanya retensi natrium dan air dan peningkatan sintesis dan aliran

    limfa hati.

    Splenomegali terjadi karena adanya tekanan balik pada sistem portal. Edema terjadi sehubungan dengan payah hepatoseluler. Edema yang terjadi

    pada umumnya adalah edema perifer akibat hipoalbuminen serta retensi

    garam dan air akibat kegagalan hati mengaktifkan aldosteron dan ADH.

    - Terjadinya gagal hati akibat dari nekrosis hati. Dari keadaan ini terjadi gangguan

    metabolisme ammonia menjadi urea yang berdampak penumpukan ammonia

    dalam darah yang merupakan zat toksik dan mengganggu metabolisme otak.

    Inilah disebut ensefalopati hepatic.

    Gangguan metabolisme ammonia menjadi urea menyebabkan peningkatan

    ammonia serum. Ammonia ini bersifat asam dan dapat menguap sehingga bisa

    menyebar ke saluran pernafasan menyebabkan kadar asam dalam sistem

    pernafasan meningkat dan terjadilah asidosis respiratorik sehingga muncullah

    diagnosa keperawatan pola nafas inefektif. Terjadinya gagal hati timbul salah

    persepsi pada penderita, karena kurangnya informasi sehingga timbul salah

  • 23

    persepsi sehubungan dengan penyakitnya dan muncullah diagnosa keperawatan

    kurang pengetahuan dan kecemasan.

    - Nekrosis hati juga menyebabkan fungsi hati dalam metabolisme protein dan KH

    terganggu yaitu terjadi penurunan dari metabolisme tersebut sehingga protein

    plasma juga mengalami penurunan, menyebabkan sintesis albumin menurun.

    Keadaan ini menyebabkan penurunan tekanan onkotik darah di mana cairan

    dalam vascular tertarik ke interstitial sehingga terjadi asites dan edema dan

    muncullah diagnosa keperawatan gangguan keseimbangan cairan lebih dari

    kebutuhan dan resiko tinggi kerusakan integritas kulit.

    Dari kondisi asites ini terjadi distensi abdomen sehingga penderita selalu merasa

    kenyang dan terjadi anoreksia. Dari gejala ini muncul diagnosa keperawatan

    nutrisi kurang dari kebutuhan.

    Sementara dari metabolisme protein dan karbohidrat yang menurun

    menyebabkan kelemahan dan muncul diagnosa keperawatan intoleransi aktivitas

    dan penurunan kemampuan rawat diri.

    E. PENATALAKSANAAN

    1. Penatalaksanaan ditujukan pada terapi suportif.

    2. Pengobatan meliputi

    - Menopang status kardiopulmonar

    - Memberi bantuan bila diperlukan untuk mempertahankan fungsi spesifik

    - Menopang fungsi hematology dan nutrisional hepar

    3. Asuhan keperawatan ditegakkan melalui pengkajian yang cermat, termasuk

    riwayat keperawatan, pemeriksaan fisik, hasil-hasil laboratorium dan

    regimen medis.

    4. Rencana perawatan harus mempertimbangkan kebutuhan cairan dan diit,

    terapi pengganti, pencegahan infeksi, tindak kewaspadaan penggunaan obat,

    potensial gangguan perdarahan dan perubahan neurologi, kemungkinan

    kebutuhan dan pembersihan usus, dan pencegahan komplikasi pernafasan,

    sirkulasi dan kulit.

  • 24

    5. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit

    6. Perawat harus sering mengkaji perubahan pada seluruh sistem

    7. Mengevaluasi secara kontinyu efektivitas dari intervensi keperawatan.

    E. KOMPLIKASI

    Bila penyakit sirosis hati berlanjut progresif maka gambaran klinis,

    prognosis dan pengobatan tergantung pada dua kelompok dasar komplikasi:

    1. Kegagalan hati (hepatoselular)

    2. Hipertensi portal: adanya tekanan portal lebih dari 20 cm air atau 125 mmHg

    Bila komplikasi berlanjut maka dari kedua komplikasi tersebut dapat timbul

    komplikasi lain berupa

    3. Asites: penimbunan cairan secara abnormal di rongga perut.

    4. Ensefalopati.

    5. Peritonitis bakterial spontan

    6. Sindrom hepatorenal: terjadinya penyulit gagal ginjal akut yang umumnya

    berjalan progresif pada pasien penyakit hati kronik

    7. Transformasi ke arah kanker hati primer (hepatoma)

  • 25

    BAB III

    ASUHAN KEPERAWATAN SIROSIS HATI

    A. PENGKAJIAN

    1. Mengumpulkan Data

    Aktivitas/istirahat Gejala : kelemahan, kelelahan, terlalu lelah

    Tanda : letargi, penurunan massa otot/tonus

    Sirkulasi Gejala : Riwayat GJK kronis, perikarditis, penyakit jantung reumatik,

    kanker (mal fungsi hati menimbulkan gagal hati).

    Disritmia, bunyi jantung ekstra (S3, S4)

    DVj: Vena abdomen distensi.

    Eliminasi Gejala : flatus

    Tanda : Distensi abdomen (hematomegali, splenomegali, asites)

    Penurunan/tidak adanya bising usus

    Feses berwarna tanah liat, melena

    Urine gelap, pekat.

    Makanan/cairan Gejala : Anoreksia, tidak toleran terhadap makanan/tidak dapat

    mencerna

    Mual/muntah

    Tanda : penurunan berat badan atau Pj (cairan)

    Penggunaan jaringan

    Edema umum pada jaringan

    Kulit kering, turgor buruk

    Ikterik: angioma spider

    Nafas bau/tetor hepatikus, perdarahan gusi.

  • 26

    Neurosensori Gejala : Orang terdekat dapat melaporkan perubahan kepribadian,

    penurunan mental

    Tanda : Perubahan mental, bingung, halusinasi, koma.

    Bicara lambat/tidak jelas

    Asterisk (ensefalopati hepatic)

    Nyeri/kenyamanan Gejala : Nyeri tekanan abdomen/nyeri kuadran atas

    Pruritus

    Neoritis perifer

    Tanda : Perilaku berhati-hati/distraksi

    Fokus pada diri sendiri

    Pernafasan Gejala : Dispnea

    Tanda : Takipnea, pernafasan dangkal, bunyi nafas tambahan

    Ekspansi paru terbatas (asites)

    Hipoksia

    Keamanan Gejala : Pruritus

    Tanda : Demam (lebih umum pada sirosis alkoholik)

    Ikterik, ekimosis, petekie.

    Angioma spider/teleangiekstasis, eritema palmar

    Seksualitas Gejala : gangguan menstruasi, impotent.

    Tanda : Atrofi testis, ginekomastia, kehilangan rambut (dada, bawah,

    lengan, pubis)

    Penyuluhan/pembelajaran Gejala : Riwayat penggunaan alkohol jangka panjang/penyalahgunaan,

    penyakit hati alkoholik.

  • 27

    Riwayat penyakit empedu, hepatitis, terpajan pada toksin,

    trauma hati, perdarahan GI atas, episode perdarahan varises

    esophageal, penggunaan obat yang mempengaruhi fungsi hati.

    Pemeriksaan diagnostik - Skan/biopsy hati: mendeteksi infiltrat lemak, fibrosis, kerusakan

    jaringan hati.

    - Portografi transhepatik perkutaneus: memperlihatkan sirkulasi sistem

    jaringan hati.

    - Bilirubin serum: meningkat karena gangguan seluler,

    ketidakmampuan hati untuk mengkonjugasi atau obstruksi bilier.

    Normal: 5 12 mol/L - AST (SGOT)/ALT (SGPT), LDH: meningkat karena kerusakan

    seluler dan mengeluarkan enzim.

    AST normal: < 40 UI/L

    ALT normal: < 40 UI/L

    - Alkalin fosfolase: meningkat karena penurunan eksresi

    Normal: < 100 UI/L

    - Albumin serum: menurun karena penekanan sintesis

    Normal: 35 50 g/l

    2. Pengelompokan Data

    Data Subjektif:

    - Klien mengeluh tidak ada nafsu makanan

    - Mengeluh lemah

    - Pruritus

    Data Objektif:

    - Anoreksia

    - Mual muntah

    - Edema umum pada jaringan

    - Asites

  • 28

    - Dispone

    - Kulit kering, turgor buruk

    - Penurunan massa otot/tonus

    - Distensi abdomen

    - Albumin serum: 25 g/l

    Analisis Data

    Data Kemungkinan Penyebab Masalah DS:

    Klien mengatakan makanan

    yang dihidangkan tidak habis

    karena nafsu makan tidak ada.

    Diet tidak enak karena kurang

    garam.

    Lemah.

    DO:

    Mual dan muntah.

    Makanan yang dihidangkan

    tidak habis.

    Tonus otot buruk.

    Nekrosis hati

    Metabolisme protein dan

    karbohidrat menurun

    Protein plasma menurun

    Sintesis albumin

    Asites

    Gangguan

    keseimbangan

    cairan lebih dari

    kebutuhan tubuh

    DS:

    Klien mengatakan jumlah

    kencing sedikit

    DO:

    Edema

    Perubahan status mental/gelisah

    Asites

    Kulit kering

    Distensi abdomen

    Albumin serum: 2,5 g/l

    Merasa kenyang

    Anoreksia

    Nutrisi kurang

    dari kebutuhan

    tubuh

  • 29

    DIAGNOSA KEPERAWATAN

    Dx. 1: Gangguan keseimbangan cairan: lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan

    dengan:

    - Penurunan protein plasma (albumin)

    - Malnutrisi

    Ditandai dengan:

    - Edema

    - Asites

    - Kulit kering

    - Distensi abdomen

    - Albumin: 25 g/l

    Dengan tujuan:

    Cairan tubuh seimbang dengan kriteria:

    - Tidak ada edema

    - Tidak ada asites

    - Albumin serum normal: 35 g/l

    - Tidak terjadi distensi abdomen

    - Kulit tidak kering

    Dx. 2 Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan

    yang kurang ditandai dengan:

    - Klien mengatakan bahwa makanan yang disediakan tidak habis karena

    tidak ada nafsu makan, diet tidak enak karena kurang garam

    - Mual muntah

    - Porsi makanan yang disediakan tidak habis

    - Lemah

    - Tonus otot buruk

    - Anoreksia

    Dengan tujuan:

    Pemenuhan nutrisi yang adekuat/dapat teratasi dengan kriteria:

  • 30

    - Makanan yang disediakan habis

    - Tidak ada mual muntah

    - Tidak terjadi kelemahan

    - Tonus otot baik

    PRIORITAS MASALAH

    1. Pola nafas inefektif

    2. Gangguan keseimbangan cairan lebih dari kebutuhan

    3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan

    4. Intoleransi aktivitas

    5. Penurunan kemampuan rawat diri

    6. Kurang pengetahuan

    7. Kecemasan

    8. Resiko tinggi terhadap infeksi

    DIAGNOSA KEPERAWATAN

    1. Gangguan keseimbangan cairan: lebih dari kebutuhan tubuh

    Intervensi Rasional

    Mandiri:

    Ukur masukan dan haluaran,

    catat keseimbangan positif

    (pemasukan melebihi

    pengeluaran), timbang berat

    badan setiap hari, dan catat

    peningkatan lebih dari 0,5

    kg/hari

    Menunjukkan status volume sirkulasi,

    terjadinya/perbaikan perpindahan cairan dan

    respon terhadap terapi keseimbangan

    positif/peningkatan bebat badan seiring

    menunjukkan retensi cairan lanjut. Catatan:

    penurunan volume sirkulasi (perpindahan

    cairan) dapat mempengaruhi secara langsung

    fungsi/haluaran urine, mengakibatkan

    sindrome hipatorenal.

    Awasi TD dan CVP, catat

    JVP/distensi vena jugularis

    Peningkatan TD biasanya berhubungan

    dengan kelebihan volume cairan terapi

  • 31

    mungkin tidak terjadi karena perpindahan

    cairan keluar area vascular. Distensi jugularis

    eksternal dan vena abdominal sampai dengan

    kongesti vascular.

    Auskultasi paru, catat

    penurunan/tidak adanya bunyi

    nafas dan terjadinya bunyi

    tambahan

    Peningkatan kongesti pulmonal dapat

    mengakibatkan konsolidasi, gangguan

    pertukaran gas dan komplikasi misalnya:

    edema paru.

    Kaji derajat perifer/edema

    dependen

    Perpindahan cairan pada jaringan sebagai

    akibat retensi Na dan air, penurunan albumin

    dan penurunan ADH.

    Kolaborasi:

    Awasi albumin serum dan

    elektrolit (khususnya kalium

    dan Na)

    Penurunan albumin serum mempengaruhi

    tekanan osmotik koloid plasma,

    mengakibatkan pembentukan edema,

    penurunan aliran darah ginjal menyertai

    peningkatan ADH dan kadar aldosteron dan

    penggunaan diuretic (untuk menurunkan air

    total tubuh), dapat menyebabkan berbagai

    perpindahan/ketidakseimbangan elektrolit.

    Batasi natrium dan cairan

    sesuai indikasi

    Natrium mungkin dibatasi untuk

    meminimalkan retensi cairan dalam area

    ekstravaskuler. Pembatasan cairan perlu

    untuk memperbaiki/mencegah pengenceran

    hipotermia.

    Berikan albumin bebas

    garam/plasma ekspander

    sesuai indikasi

    Albumin mungkin diperlukan untuk

    meningkatkan tekanan osmotis koloid dalam

    kompartemen vascular (pengumpulan darah

    dalam area vascular), sehingga meningkatkan

  • 32

    volume sirkulasi efektif dan penurunan

    terjadinya asites.

    Berikan obat sesuai indikasi:

    Diuretik: spironolakton (aldakton), furosemid

    (lasix)

    Digunakan untuk mengontrol edema dan

    asites, menghambat efek aldosteron,

    meningkatkan ekskresi air sambil menghemat

    kalium, bila terapi konservatif dengan tirah

    baring dan pembatasan natrium tidak teratasi.

    Kalium Kalium serum dan seluler biasanya menurun karena penyakit hati sesuai dengan

    kehilangan urine

    Obat inotropik positif dan vasodilatasi atrial

    Untuk meningkatkan curah jantung/perbaikan

    aliran darah ginjal dan fungsinya, sehingga

    menurunkan kelebihan cairan.

    2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang

    kurang

    Intervensi Rasional

    Mandiri:

    Ukur diet harian dengan

    jumlah kalori

    Memberikan informasi tentang kebutuhan

    pemasukan/defisiensi

    Timbang sesuai indikasi,

    bandingkan perubahan status

    cairan, riwayat BB, ukuran

    kulit trisep.

    Mungkin sulit untuk menggunakan BB

    sehingga indikator langsung status nutrisi

    karena ada gambaran edema/asites, lipatan

    kulit trisep berguna mengkaji perubahan

    massa otot dan simpanan lemak subkutan.

    Dorong pasien untuk makan

    semua makanan/makanan

    tambahan

    Pasien mungkin mencungkil atau hanya

    makan sedikit gigitan karena kehilangan

    minat pada makanan dan mengalami mual,

  • 33

    kelemahan umum, malaise

    Bantu dan dorong pasien

    untuk makan, jelaskan alasan

    tipe diet, beri pasien makan

    bila pasien mudah lelah, atau

    biarkan orang yang terdekat

    membantu pasien.

    Pertimbangan pilihan

    makanan yang disukai

    Diet yang tepat dan penting untuk

    penyembuhan pasien mungkin makan lebih

    baik bila keluarga terlibat dan makanan yang

    disukai sebanyak mungkin.

    Beri makanan sedikit dan

    sering

    Buruknya toleransi terhadap makan banyak

    mungkin berhubungan dengan peningkatan

    tekanan intraabdomen/asites

    Berikan tambahan garam bila

    diizinkan, hindari yang

    mengandung amonium

    Tambahan garam meningkatkan rasa

    makanan dam membantu meningkatkan

    selera makan. Ammonia potensial resiko

    pemasukan oral/pencernaan.

    Beri makanan halus, hindari

    makanan kasar sesuai indikasi

    Perdarahan dari varises esophagus dapat

    terjadi pada sirosis berat.

    Berikan perawatan mulut

    sering dan sebelum makan

    Pasien cenderung mengalami luka dan atau

    perdarahan gusi dan rasa tidak enak pada

    mulut di mana menambah anoreksia

    Kolaborasi:

    Awasi pemeriksaan

    laboratorium, misalnya:

    glukosa serum, albumin, total

    protein, ammonia

    Glukosa serum karena gangguan

    glikogenesis, penurunan simpanan glikogen

    atau masukan tak adekuat, protein menurun

    karena gangguan metabolisme, penurunan

    sintesis hepatik atau kehilangan ke rongga

    peritoneal (asites). Pembatasan masukan

    protein untuk mencegah komplikasi serius.

  • 34

    Konsul dengan ahli diet untuk

    memberikan diet tinggi dalam

    kalori dan karbohidrat

    sederhana, rendah lemak dan

    tinggi protein sedang; batasi

    natrium dan cairan bila perlu

    berikan tambahan cairan

    sesuai indikasi

    Makanan tinggi kalori dibutuhkan pada

    kebanyakan pasien yang pemasukannya

    dibatasi, karbohidrat memberikan energi yang

    siap pakai. Lemak diserap dan buruk karena

    disfungsi hati dan mungkin memperberat

    ketidaknyamanan abdomen. Protein

    diperlukan pada perbaikan kadar protein

    serum untuk menurunkan edema untuk

    meningkatkan regenerasi sel hati.

    Berikan makanan dengan

    selang, hiperalimentasi, lipid

    sesuai indikasi

    Mungkin diperlukan untuk diet tambahan

    untuk memberikan nutrien bila pasien terlalu

    mual atau anoreksia untuk makan atau varises

    esophagus mempengaruhi masukan oral.

    Berikan obat sesuai indikasi

    seperti:

    Tambahan vitamin, tiamin, besi, asam folat

    Pasien biasanya kurang vitamin karena diet

    buruk sebelumnya. Juga hati yang rusak tak

    dapat menyimpan vitamin Am, B kompleks,

    D dan vitamin K. juga dapat terjadi

    kekurangan besi dan asam folat yang

    menimbulkan anemia.

    Sink Meningkatkan rasa kecap, bau yang dapat merangsang nafsu makan

    Antiemetik; trimetobenzamid (tigan)

    Digunakan dengan hati-hati untuk

    menurunkan mual/muntah dan meningkatkan

    masukan oral.

  • 35

    IMPLEMENTASI

    Melaksanakan sesuai dengan rencana tindakan, menjelaskan setiap tindakan yang

    akan dilakukan sesuai dengan pedoman atau prosedur teknis yang telah ditentukan.

    EVALUASI

    Kriteria keberhasilan

    Berhasil Tuliskan kriteria keberhasilannya dan hentikan tindakan

    Tidak berhasil Tuliskan mana yang belum berhasil dan lanjutkan tindakan.