AsKep-Gerontik Sistem Integumen

65
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Tumor merupakan salah satu dari lima karakteristik inflamasi berasal dari bahasa latin, yang berarti bengkak. IstilahTumor ini digunakan untuk menggambarkan pertumbuhan biologikal jaringan yang tidak normal. Menurut Brooker, 2001 pertumbuhan tumor dapat digolongkan sebagai ganas (malignant) atau jinak (benign). Sel tumor pada tumor jinak bersifat tumbuh lambat, sehingga tumor jinak pada umumnya tidak cepat membesar. Sel tumor mendesak jaringan sehat sekitarnya secara serempak sehingga terbentuk simpai (serabut pembungkus yang memisahkan jaringan tumor dari jaringan sehat). Oleh karena bersimpai maka pada umumnya tumor jinak mudah dikeluarkan dengan cara operasi (Robin dan Kumar, 1995). Tumor (bahasa Inggris: tumor, tumour) adalah sebutan untuk neoplasma atau lesi padat yang terbentuk akibat pertumbuhan sel tubuh yang tidak semestinya, yang mirip dengan simtoma bengkak. Tumor berasal dari kata tumere dalam bahasa latin yang berarti "bengkak". Pertumbuhannya dapat digolongkan sebagai ganas (malignan) atau jinak (benign).Tumor ganas disebut kanker. Kanker memiliki potensi untuk menyerang dan merusak jaringan yang berdekatan dan menciptakan metastasis. Tumor jinak tidak menyerang tissue berdekatan dan tidak menyebarkan benih (metastasis), tetapi dapat tumbuh secara lokal menjadi besar. Mereka biasanya tidak muncul kembali setelah penyingkiran melalui operasi. B. TUJUAN PENULISAN 1. Tujuan Umum Page 1

description

AsKep-Gerontik sistem integumenkunjungi http://warungbidan.blogspot.com/

Transcript of AsKep-Gerontik Sistem Integumen

Page 1: AsKep-Gerontik Sistem Integumen

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Tumor merupakan salah satu dari lima karakteristik inflamasi berasal dari bahasa latin,

yang berarti bengkak. IstilahTumor ini digunakan untuk menggambarkan pertumbuhan

biologikal jaringan yang tidak normal. Menurut Brooker, 2001 pertumbuhan tumor dapat

digolongkan sebagai ganas (malignant) atau jinak (benign).

Sel tumor pada tumor jinak bersifat tumbuh lambat, sehingga tumor jinak pada umumnya

tidak cepat membesar. Sel tumor mendesak jaringan sehat sekitarnya secara serempak

sehingga terbentuk simpai (serabut pembungkus yang memisahkan jaringan tumor dari

jaringan sehat). Oleh karena bersimpai maka pada umumnya tumor jinak mudah

dikeluarkan dengan cara operasi (Robin dan Kumar, 1995).

Tumor (bahasa Inggris: tumor, tumour) adalah sebutan untuk neoplasma atau lesi padat

yang terbentuk akibat pertumbuhan sel tubuh yang tidak semestinya, yang mirip dengan

simtoma bengkak. Tumor berasal dari kata tumere dalam bahasa latin yang berarti

"bengkak". Pertumbuhannya dapat digolongkan sebagai ganas (malignan) atau jinak

(benign).Tumor ganas disebut kanker. Kanker memiliki potensi untuk menyerang dan

merusak jaringan yang berdekatan dan menciptakan metastasis. Tumor jinak tidak

menyerang tissue berdekatan dan tidak menyebarkan benih (metastasis), tetapi dapat

tumbuh secara lokal menjadi besar. Mereka biasanya tidak muncul kembali setelah

penyingkiran melalui operasi.

B. TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan Umum

Agar mahasiswa mahasiswi dapat memahami dan mengaplikasikan asuhan

keperawatan tentang masalah system Integumenl yang telah diberikan dan telah

dipelajari dalam praktek nantinya.

2. Tujuan Khusus

Agar mahasiswa mahasiswi dapat memahami dan menjelaskan kembali serta

mengaplikasikan kembali tentang:

Pengertian

Anatomi fisiologi

Etiologi

Patofisiologi

Manifestasi

Klasifikasi

Page 1

Page 2: AsKep-Gerontik Sistem Integumen

Komplikasi

Penatalaksanaan medik

Konsep dasar keperawatan

Tinjauan kasus

Asuhan keperawatan

C. METODE PENULISAN

Makalah ini dibuat dengan menggunakan buku-buku referensi, studi kasus diruangan serta

proses konsul kepada dosen pembimbing.

D. SISTEMATIKA PENULISAN

Makalah ini disusun dalam 5 BAB, yang terdiri dari:

BAB I : PENDAHULUAN yang terdiri dari, latar belakang, tujuan penulisan,

metode penulisan serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN TEORITIS yang terdiri dari, pengertian, anatomi fisiologi

system pencernaan, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinik, klasifikasi, komplikasi,

penatalaksanaan medik, dan konsep asuhan keperawatan.

BAB III : TINJAUAN KASUS yang terdiri dari pengkajian, diagnosa

keperawatan, asuhan keperawatan dan implementasinya.

BAB IV : PENUTUP yang terdiri dari kesimpulan dan saran

Page 2

Page 3: AsKep-Gerontik Sistem Integumen

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Proses menua

Masa kemunduran ( degenerative ), masa ini terjadi mulai dewasa tua. Kecepatan proses

menua dipengaruhi oleh dua factor yaitu :

a. Faktor dalam

Factor dalam merupakan factor yang terjadi secara alami menyangkut fisis dan

psikis. Factor ini tidak dapat dihilangkan dan tidak berubah.

b. Faktor luar

Faktor yang dimaksud adalah lingkungan, dalam pengertian yang lebih luas,

menyangkut pola atau gaya hidup (perilaku). Faktor ini kecenderungan dapat

dikendalikan dan dirubah sehingga memungkinkan orang dapat meningkatkan usia

harapan hidup ( bukan memperpanjang umur).

Proses menjadi tua disebabkan oleh factor biologic yang terdiri dari tiga fase yakni fase

progresif, fase stabil dan fase regresif;

Dalam fase regresif, mekanisme lebih berat kearah kemunduran yang dimulai dalam

sel, komponen terkecil dari tubuh manusia.

Dapat dikatakan, bahwa sel-sel mengalami kehausan karena berfungsi lama sehingga

mengakibatkan kemunduran lebih dominan dibandingkan pemulihan. Dalam struktur

anatomi dapat terlibat tanda-tanda kemunduran tersebut di dalam sel, ini adalah proses

menjadi tua . Proses ini terjadi secara alamiah, continue, terus-menerus dan

berkesinambungan yang dalam keadaan lanjut menyebabkan perubahan anatomis,

fisiologis dan biokemis pada jaringan atau organ badan yang pada akhirnya

mempengaruhi keadaan serta fungsi dan kemampuan badan secara keseluruhan.

WHO mengelompokkan lansia menjadi 4 kelompok yang meliputi :

1. Midle age (usia pertengahan) yaitu kelompok usia 45-59 tahun

2. Elderly, antara 60-74 tahun

3. Old, antara 75-90 tahun

4. Very old, lebih dari 90 tahun

Menurut Departemen Kesehatan , pengelompokan usia lanjut sebagai berikut :

1) Kelompok pertengahan umur

Masa ini dikenal dengan masa verilitas atau masa persiapan menjadi lansia.

2) Kelompok usia lanjut dini

Masa ini disebut masa pra pension atau masa mulai memasuki usia lanjut. Usia 55-

64 tahun.

3) Kelompok usia lanjut ( usila atau lansia )

Page 3

Page 4: AsKep-Gerontik Sistem Integumen

- Masa senium.

- Usia 65 tahun ke atas.

4) Kelompok lansia dengan resiko tinggi

- Usia di atas 70 tahun.

- Biasanya hidup sendiri dan sering sakit

C. TUJUAN KEPERAWATAN LANSIA

1. Mempertahankan derajat kesehatan para lanjut usia pada taraf yang setinggi-tingginya,

sehingga terhindar dari penyakit atau gangguan.

2. Memelihara kondisi kesehatan dengan aktifitas-aktifitas fisik dan mental.

3. Merangsang para petugas kesehatan (dokter, perawat) untuk dapat mengenal dan

menegakkan diagnosa yang tepat dan dini.

4. Mencari upaya semaksimal mungkin agar para lanjut usia yang menderita suatu

penyakit atau gangguan, masih dapat mempertahankan kebebasan yang maksimal

tanpa perlu suatu pertolongan (memelihara kemandirian secara maksimal.

5. Mendampingi dan memberikan bantuan moril dan perhatian pada lansia yang berada

dalam fase terminal sehingga lansia dapat menghadapi kematian dengan tenang dan

bermartabat.

D. PERUBAHAN FISIK PADA LANSIA

1. System Integument

Pada kulit akan mengalami perubahan berikut :

Struktur anatomis

1) Lapisan epidermis

a. Lapisan keranosit : tebalnya berkurang, daya adhesi kurang, terjadi perubahan

secara morfologis dan kandungan air pada stratum korneum berkurang

sehingga kulit menjadi kering dan kasar.

b. Lapisan stratum basale : mengalami perubahan ukuran dan bentuk, reduplikasi

pada lamina densa serta ruan antar sel keranosit menjadi bertambah lebar.

c. Perbatasan dermis dan epidermis lebih datar sehingga pemberian nutrisi

berkurang pada epidermis akibat lapisan tersebut bila terjadi trauma akan

mudah robek dan abrasi ( bula ).

d. Sel melanosit jumlahnya berkurang, hal ini mengakibatkan terjadinya

pigmentasi kulit tidak teratur, sebagain dampak lainnya insiden neoplasma kulit

meningkat yang disebabkan oleh sel melanosit menyerap ultra violet.

e. Sel-sel langerhans menurun, akibatnya : respon kekebalan seluler kulit

tergangggu sehingga pembentukan antigen terganggu, dampak lain terjadinya

karsinoma kulit.

Page 4

Page 5: AsKep-Gerontik Sistem Integumen

2) Lapisan dermis

a. Dermis atrofi, relative aseluler dan avaskuler, sel mati berkurang sehingga

reaksi hepersensitif menurun.

b. Sel fibroblast mengandung banyak reticulum endoplasmic yang kasar.

c. Serat kolagen jumlahnya berkurang disertai penebalan, kemampuan

membengkak berkurang dan susunannya tidak teratur sehingga kulit menjadi

kendur ( lax ).

d. Jumlah glikosaminoglikan ( bahan dasar dermis ) berkurang sehingga

viscoelastisitas berubah.

e. Serat-serat elastic mengalami degradasi, anyaman serat hilang, akibatnya kulit

keriput dan kendur.

3) Jaringan sub kutis

a. Adanya atrofi pada muka, dorsum tangan dan tungkai bawah, hal ini

mengakibatkan hipotermi, telapak kaki mudah luka atau ulserasi.

b. Jaringan subkutis mengalami hipertrofi, pada laki-laki lebih banyak pada daerah

pinggang dan pada wanita pad paha.

E. PERUBAHAN FUNGSI

1. Proliferasi dan penyembuhan

a. Waktu pergantian kulit menjadi lebih panjang.

b. Epidermal repair berkurang sehingga resiko infeksi sekunder tinggi.

c. Pertumbuhan kuku dan rambut lambat.

d. Anaplasia : hampir semua orang diatas 65 tahun mengalami tumor jinak ( keratosis

seboroika ), penyebabnya :

- Sel epidermis bermacam bentuk dan ukuran.

- Paparan bahan karsinogen.

- Jumlah sel melanosit berkurang→proteksi kurang/.

- Jumlah sel langerhans berkurang.

2. Absorbsi dan clearance dermal

a. Permeabilitas meningkat

b. Dermal clearance menurun

- Menurunkan sirkulasi pada dermis

- Dermatitis kontak menetap

c. Cenderung timbul gangguan termoregulator.

3. Respon terhadap stimulasi eksternal

a) Reaksi terhadap rangsangan raba, vibrasi dan kornea kurang, nilai ambang nyeri

meningkat.

Page 5

Page 6: AsKep-Gerontik Sistem Integumen

1) Respon vascular menurun yang akan mengakibatkan gangguan regulasi suhu

tubuh→hipotermi atau heat stroke.

2) Produksi keringat berkurang.

3) Produksi sebum menurun.

b) Sifat-sifat mekanis

Serat kolagen dan serat elastisitas mengalami perubahan ( perubahan sifat mekanik

) sehingga elastic recovery menurun ( kulit lama kembali ), hal ini mengakibatkan

kulit mudah robek bila trauma, penurunan piupi dan distorsi.

c) Respon imun

1) Gangguan fungsi sel beta

2) Gangguan imunitet seluler, sehingga mudah mengalami infeksi virus, jamur dan

keganasan.

F. PERUBAHAN SISTEM TUBUH

1. Sistem Pencernaan

Pada mulut, warna gigi menjadi lebih gelap. Terjadi penurunan produksi saliva yang

mengakibatkan sel mukosa menjadi kering. Pada lansia juga terjadi perubahan

kemampuan mencerna sehingga meningkatkan sisa zat makanan sehingga produksi

gas meningkat, motilitas usus dan peristaltik menurun.

Perubahan akibat proses penuaan yang terjadi pada system pencernaan sering

dimanifestasikan dengan terjadinya :

a. Kesulitan menelan

b. Sendahak (reflex gastroesofageal)

c. Perut terasa lama penuh ( hidroklorhidri )

d. Konstipasi

e. Obat tidak terlalu cocok.

Perubahan oleh karena menua primer :

a. Berkurangnya motilitas esophagus, fungsi spingter, sekresi asam lambung, pepsin

dan tripsin.

b. Berkurangnya motilitas usus serta perubahan enzim hepar.

Perubahan oleh karena menua sekunder :

a. Hernia

b. Anemia pernisiosa

c. Konstipasi karena diit rendah residu dan pemakaian laksans yang berlebihan.

d. Merokok dan alcohol terlalu banyak, sehingga menyebabkan perubahan

metabolisme obat.

2. Sistem Pernafasan

Teradi perubahan struktur thorax yang menyebabkan pengembangan paru

menjadi terbatas, tulang iga tidak dapat bergerak bebas. Tulang punggung kifosis yang

Page 6

Page 7: AsKep-Gerontik Sistem Integumen

menyebabkan paru semakin kaku dan kurang elastic, peningkatan kapasitas residual,

penurunan kapasitas vital ynag pada akhirnya dapat mengakibtakan kolaps basal.

Perubahan oleh karena menua primer :

a. Berkurangnya elastisitas paru

b. Berkurangnya otot-otot pernapasan

Perubahan oleh karena menua sekunder :

a. Penyakit Paru Obstruksi Menahun ( PPOM ) atau COPD ssebagai akibat dari

kebiasaan merokok dan polusi udara.

b. Menurunnya kekuatan otot pernafasan oleh karena kurang aktifitas ( olahraga ).

3. Sistem Kardiovaskuler

Perubahan yang berhubungan dengan usia lanjut terjadi pada komposisis

kimiawi, sel-sel, jaringan jantung dan pembuluh darah, semuanya ini akhirnya

mempengaruhi fungsi kardiovaskuler. Namun walaupun demikian, jantung masih

mampu memenuhi kebutuhan harian dan berfungsi dengan baik kecuali dalam kondisi

stress atau karena gangguan penyakit.

Secara umum manifestasi klinis yng sering terjadi pada sistem kardiovaskuler

akibat ketuaan adalah :

a. Berkurangnya cadangan jantung (cardiac reserve)

b. Bertambahnya tekanan nadi (pulse pressure)

c. Kecenderungan hipotensi dan sinkop.

Perubahan oleh karena menua primer :

a. Berkuranhgnya jumlah sel dinding jantung dan vaskuler

b. Baroreseptor sensitivity

Perubahan oleh karena menua sekunder :

a. Iskemia akibat adanya arteriosklerosis

b. Disfungsi ventrikel

c. Debaran jantung tidak teratur ( aritmia )

d. Penyakit ujantung oleh karena hipertensi

e. Gagal jantung kongestive

f. Infeksi akibat imunitas berkurang

4. Sistem Perkemihan

Terjadi hubungan langsung antara suplai darah dan fungsi ginjal, renal sendiri

mendapat darah ( blood flow ) sekitar 25% dari keseluruhan volume darah yang ada

dalam tubuh, dengan kecepatan aliran darah kira-kira 5 sampai 10 kali lebih besar dari

suplai untuk jantung, hati dan otak.

Perubahan pada system urogenital dimanifestasikan dengan :

1) Berkurangnya rasio filtrasi glomerular dan reabsorbsi tubuler.

2) Uropati obstruktif dan overflow incontinence.

3) Stress incontinence.

Page 7

Page 8: AsKep-Gerontik Sistem Integumen

Perubahan oleh karena menua primer :

1) Jumlah nefron berkurang disertai perubahan fungsi tubuler.

2) Tekanan dinding atau kapasitas kandung kemih dan tegangan spingter berkurang.

3) Pada kebanyakan laki-laki mengalami hipertropi prostat, sedangkan pada

perempuan tegangan otot-otot pelvis yang berkurang.

Perubahan oleh karena menua sekunder :

1) Kondisi nefrosclerosis, biasanya karena adanya penyakit hipertensi.

2) Penyakit ginjal yang disebabkan oleh konsumsi obat-obatan .

3) Infeksi saluran kemih karena system imunitas berkurang.

5. Sistem Endokrin

Perubahan akibat proses penuaan pada system endokrin secara klinis dimanifestasikan

oleh:

a. Pada wanita terjadi menopause yang meliputi system vasomotoris dan atrofi

vagina.

b. Pada laki-laki terjadi penurunan libido, potensi serta frekuensi kegiatan seks.

c. Intoleransi relative terhadap glukosa.

Perubahan oleh karena menua primer :

a. Relative lebih cepat terjadi pada wanita setelah berhenti haid.

b. Relative lambat pada laki-laki : testis mengecik, reserve capacity testis,

sperbmatogenesis dan kadar testosterone berkurang.

c. Respon dan sensitivitas terhadap insulin berkurang, sehingga cenderung menjadi

gemuk.

d. Respon tiroid berkurang.

Perubahan oleh karena menua sekunder :

a. Hipogonadism oleh karena pembedahan atau alcoholism.

b. Penyakit Diabetes Melitus.

6. Sistem Musculoskeletal

Perubahan struktur musculoskeletal dan fungsi bervariasi diantara individu

selama proses penuaan. Perubahan yang bermakna terjadi mulai usia pertengahan.

Secara umum perubahan sacara fisiologis adalah :

a. Penurunan tinggi badan sekitar 6-10 cm.

b. Lebar bahu menurun.

c. Fleksi pada lutut dan panggul.

d. Terjadi penyempitan dari diskus intervertebrae yang dapat berkurangnya ukuran

intervertebrae dan ruang intercostae.

e. Patah tulang akibat kompresi dari vertebrae.

f. Peningkatan kurve spina thoraks.

g. Kepala miring ke belakang dan leher memendek→ mengimbangi kondisi kiposis.

h. Jalan goyah karena perubahan otot dan fungsi motorik.

Page 8

Page 9: AsKep-Gerontik Sistem Integumen

i. Jengkal lengan lebih besar.

Perubahan secara klinis dimanifestasikan oleh adanya :

a. Kekuatan berkurang.

b. Cenderung patah tulang ( osteoporosis )

c. Sendi kaku dan cenderung inflamasi

Perubahan oleh karena menua primer :

a. Berkurangnya serta dan diameter otot.

b. Jumlah mineral dalam tulang berkurang.

c. Pembentukan tulang berkurang ( senile osteoporosis )

d. Resorbsi tulang bertambah.

e. Tendon dan jaringan pengikat bertambah kaku

f. Tulang rawan persendian makin tipis

Perubahan oleh karena menua sekunder :

a) Atropi akibat inaktivitas ( misalnya karena terlalu banyak duduk )

b) Defisiensi steroid gonadal.

c) Osteoporosis oleh karena defisiensi kalsium, alcoholism dan pengaruh

tembakau.

d) Osteomalasia ( tulang lunak ) oleh karena defisiensi vitamin D.

7. System Penglihatan

Pada usia 40-50 tahun visus akan menurun, dan pada 70 tahun banyak

memakai alat bantu. Terjadi perubahan struktur retina, pupil, lensa dan kornea. Retina

akan kehilangan sel-selnya. Kemampuan penglihatan berkurang akibat berkurangnya

elastisitas lensa, astigmatisma (tidak terpusatnya cahaya pada satu titik retina ).

Perubahan pada system penglihatan secara klinis dimanifestasikan oleh

adanya :

1) Penurunan kekuatan otot mata untuk berakomodasi.

2) Kulit kelopak mata mengendur, jaringan lunak berkurang, sehingga mata menjadi

cekung.

3) Kelopak mata jauh dari permukaan bola mata sehingga mata tampak berair.

4) Selaput mata keruh, pinggir kornea bergaris putih,pupil kecil sehingga penglihatan

menjadi tidak terang.

8. Sistem Pendengaran

Perubahan yang terjadi pada system pendengaran akibat penuaan adalah kehilangan

daya mendengar jenis sensori neural berupa : presbikusis ( TULA = Tuli Usia Lanjut ),

dengan manifestasi klinis :

a. Kekurangan pendengaran progresif.

b. Pendengaran bertambah menurun → stress.

c. Daya diskriminasi menurun.

d. Tinnitus jika mendengar suara dengan nada tinggi.

Page 9

Page 10: AsKep-Gerontik Sistem Integumen

9. Sistem Persyarafan

Pada persyarafan, walaupun tidak mengalami mitosis, tapi karena terjadinya

penurunan fungsi, maka secara klinis akan menunjukkan adanya hal-hal berikut :

1) Status mental

a. Gangguan ingatan ( lupa ).

b. Sangat hati-hati, namun inisiatif kurang.

c. Curiga

2) Insomnia→perubahan pola tidur/bangun.

3) Saraf kranialis

a. Saraf penglihatan

a) Melihat dekat terganggu

b) Melihat jauh dengan koreksi lensa

b. Saraf pendengaran

Kemampuan mendegar menurun

c. Saraf penggerak bola mata

Gerak bola mata lambat, melirik dan melihat ke atas terbatas

d. Saraf pengecap dan penghidu

Sensasi rasa terganggu

e. Sistem motorik

a. Cara berjalan dengan langkah kecil

b. Dasar melebar → Parkinson

c. Postur tubuh bungkuk

d. Ayunan tangan berkurang

e. Tungkai mengalami kekakuan

f. Tendo kurang elastis

f. Reflex

a) Reflex otot dan tumit menurun

b) Reflex telapak kaki → ekstensi

c) Reflex abdomen menghilang

g. Sensorik

a) Rasa getar menurun pada tungkai bawah

b) Ambang rasa, raba dan tusuk meningkat

G. PERUBAHAN PSIKOSOSIAL PADA LANSIA

Perubahan psikososial pada lansia sering dimanifestasikan dengan tingkat

penyesuaian/adaptasi usila terhadap hal-hal berikut :

1. Penyesuaian terhadap penurunan fisik .

Page 10

Page 11: AsKep-Gerontik Sistem Integumen

2. Penyesuaian terhadap penurunan penghasilan.

3. Penyesuaian terhadap pengaturan hidup yang layak.

4. Penyesuaian terhadap kematian pasangan hidup orang yang dicintai.

5. Penetapan hubungan dengan teman sebaya.

6. Pertemuan-pertemuan atau sosialisasi dengan masyarakat dan pemenuhan kewajiban

sebagai warga negara.

H. PENYAKIT-PENYAKIT YANG SERING TERJADI PADA LANSIA

1. Osteoarthritis

2. Hipertensi

3. Diabetes Mellitus

4. Gastritis

5. Rabun Senja

6. Remathoid Arthritis

7. Decomp Cordis

8. AMI

9. Dislokasi Sendi

B. Anatomi Fisiologi Kulit

Pengertian

Kulit merupakan organ terbesar dalam tubuh, luasnya sekitar 2 m2. Ketebalan pada

setiap bagian tubuh berbeda-beda (0,5-5 mm) dan rata-rata ketebalanNYA 1-2 mm.

Kulit terdiri dari lapisan Epidermis di bagian luar yang merupakan lapisan jaringan epitel

dan lapisan dermis di bagian bawahnya yang merupakan lapisan jaringan ikat. Di

bawah jaringan dermis terdapat jaringan hipodermis atau subkutis.

1 Struktur Kulit

a. Epidermis

Lapisan epidermis terdiri dari epitel squamosa, dan tidak mengandung pembuluh darah.

Lapisan ini terdiri atas lima lapisan yaitu:

1) Stratum Korneum

2) Stratum Lusidum

3) Stratum Granulosum

4) Stratum Spinosum

5) Stratum Basale

Stratum spinosum dan basale keduanya disebut dengan stratum germinatifum karena

menghasilkan sel-sel baru. Selain di telapak tangan dan kaki, lapisan epidermis

biasanya hanya terdapat stratum korneum dan germinatifum.

1) Stratum Korneum

Page 11

Page 12: AsKep-Gerontik Sistem Integumen

Lapisan ini merupakan lapisan tipis dari sel-sel mati, mengandung soft keratin untuk

mempertahankan elastisitas kulit dan melindungi lapisan dibawahnya dari udara dan

kekeringan. Normalnya lapisan ini mengalami abrasi setiap harinya.

2) Stratum Lusidum

Lapisan ini tembus cahaya, terdiri dari sel-sel mati, mengandung eleidin (protein

peralihan antara soft keratin dengan keratohyaline), hanya tampak di telapak tangan

dan kaki. Lapisan ini berperan dalam melindungi kulit dari sinar Ultra Violet.

3) Stratum granulosum

Stratum granulosum m engandung granula keratohyalin yang merupakan awal awal

proses keratinisasi dan berkaitan dengan proses kematian sel.

4) Startum Spinosum

Stratum spinosum terdiri dari sel polihedral (banyak sisi) , sel-sel saling berikatan dan

mengunci. Pada lapisan ini terjadi proses sintesis protein secara aktif dan pembentukan

sel-sel baru dan didorong ke permukaan untuk mengganti sel-sel mati pada stratum

korneum

5) Stratum Basale

Lapisan ini berbatasan dengan lapisan dermis, biasanya terdapat sel kolumnar/sel

kuboid dan pada lapisan ini terjadi produksi sel-sel baru.

b. Dermis

Lapisan dermis merupakan bagian tersbesar dari komposisi kulit, merupakan lapisan

yang kuat dan memiliki jaringan ikat yang fleksibel yang mengandung serabut kolagen.

Retikular dan serabut-serabut elastis. Serabut kolagen dibentuk dari protein kolagen

yang sangat tipis. Serabut retukular, merupakan serabut paling tipis sebagai jaringan

penyokong. Serabut elastis menjadikan kulit lebih fleksibel. Kebanyakan sel pada

dermis adalah fibroblast, sel lemak dan makrofag Pada lapisan ini terdapat pembuluh

darah, pembuluh limfe, ujung syaraf, folikel rambut dan kelenjar-kelenjar. Lapisan

dermis terdiri atas dua lapisan yaitu lapisan papila dan lapisan retikular.

1) Lapisan Papila

Lapisan papila hampir tidak mengandung jaringan ikat, memiliki serabut kolagen yang

tipis. Lapisan ini dikenal dengan lapisan subepitel karena dibawah lapisan epitel

epidermis. Lapisan ini disebut juga lapisan papila karena terdapat papila (kecil, seperti

jari-jari) yang berikatan dengan epidermis. Kebanyakan papila mengandung kapiler

untuk memberi nutrisi pada epidermis. Pada lapisan ini pula terdapat ujung-ujung syaraf

husus (meissner untuk sentuhan). Papila dengan serabut dobel ditelapak tangan dan

kaki membentuk sidik jari.

2) Lapisan retikular

Lapisan retikuler terdiri dari jaringan ikat, memiliki serabut kolagen yang kasar dan

berkas serabut yang saling bersilangan membentuk seperti jaring. Garis-garis serabut

tersebut membentuk Cleavage yang penting dalam proses pembedahan. Sayatan

Page 12

Page 13: AsKep-Gerontik Sistem Integumen

bedah yang memotong garis cleavage lebih sulit sembuh daripada yang paralel dengan

garis ini.

Lapisan reticular sangat banyak mengandung pembuluh darah, syaraf, ujung-ujung

syaraf bebas, sel-sel adiposa(lemak), kelenjar minyak dan akar rambut, reseptor untuk

tekanan dalam. Bagian terbawah lapisan ini mengandung serabut otot polos (hususnya

di genital dan putting susu) dan folikel rambut.

c. Hipodermis/Subkutan

Lapisan hypodermis atau lapisan subkutan terdiri dari jaringan adipose, banyak

mengandung pembuluh darah, pembuluh limfe dan syaraf juga terdapat gulungan

kelenjar keringat dan dasar dari folikel rambut. Tidak seperti epidermis dan dermis,

batas dermis dengan lapisan ini tidak jelas.

Pada bagian yang banyak bergerak jaringan hipodermis kurang, pada bagian yan

melapisi otot atau tulang mengandung anyaman serabut yang kuat. Pada area tertentu

yng berfungsi sebagai bantalan (payudara dan tumit) terdapat lapisan sel-sel lemak

yang tipis. Distribusi lemak pada lapisan ini banyak berperan dalam pembentukan

bentuk tubuh terutama pada wanita.

2 Fungsi kulit

Kulit memiliki banyak fungsi diantaranya adalah:

a. Menutupi dan melindungi organ-organ dibawahnya

b. Melindungi tubuh dari masuknya mikroorganisme dan benda asing yang dapat

membahayakan tubuh. Fungsi ini merupakan fungsi perlindungan pasif. Selain fungsi

perlindungan pasif, lapisan dermis berperan dalam proses menyiapkan limfosit yang di

produksi oleh sumsum tulang sebelum benar-benar dipakai untuk menyerang berbagai

mikroorganisme penyebab penyakit. Peran kulit dalam hal ini merupakan peran aktif

dalam perlindungan tubuh.

c. Pengaturan suhu. Kulit, jaringan sub kutan dan lemak merupakan penyekat panas

dari tubuh. Lemak menyalurkan panas sepertiga kecepatan jaringan lain atau dalam

kata lain lemak menghambat pengeluaran panas dari tubuh. . Kecepatan aliran darah

ke kulit menyebabkan konduksi panas sangat efisien. Konduksi panas ke kulit diatur

oleh sistem syaraf simpatis. Syaraf simpatis mengatur kecepatan lairan darah dengan

menstimulasi vaso konstriksi dan vaso dilatasi.

d. Ekskresi: Melalui perspirasi/berkeringat, membuang sejumah kecil urea.

e. Sintesis: Konversi 7-dehydrocholesterol menjadi Vit D3(cholecalciferol) dengan

bantuan sinar U.V. Kekurangan UV dan Vit D mengakibatkan absorpsi Ca dari intestinal

ke darah menurun.

Page 13

Page 14: AsKep-Gerontik Sistem Integumen

f. Sensori persepsi: mengandung reseptor terhadap panas, dingin, nyeri, sentuhan

/raba, tekanan. Juga mengandung ujung-ujung syaraf bebas yang berfungsi sebagai

homeostatis.

C. Konsep Penyakit

Pengertian Tumor

Tumor merupakan salah satu dari lima karakteristik

inflamasi berasal dari bahasa latin, yang berarti bengkak. Istilah Tumor ini digunakan

untuk menggambarkan pertumbuhan biologikal jaringan yang tidak normal. Menurut

Brooker, 2001 pertumbuhan tumor dapat digolongkan sebagai ganas (malignant) atau

jinak (benign).

Sel tumor pada tumor jinak bersifat tumbuh lambat, sehingga tumor jinak pada

umumnya tidak cepat membesar. Sel tumor mendesak jaringan sehat sekitarnya secara

serempak sehingga terbentuk simpai (serabut pembungkus yang memisahkan jaringan

tumor dari jaringan sehat). Oleh karena bersimpai maka pada umumnya tumor jinak

mudah dikeluarkan dengan cara operasi (Robin dan Kumar, 1995).

Pengertian Kanker

Sedangkan kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel yang

tidak teratur dan kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik

dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan

migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis). Pertumbuhan yang tidak teratur ini

menyebabkan kerusakan DNA, menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol

pembagian sel, dan fungsi lainnya (Tjakra, 1991).

Etiologi Tumor

• Kelainan kongenital

Kelainan kongenital adalah kelainan yang dibawa sejak lahir, benjolannya dapat berupa

benjolan yang timbul sejak lahir atau timbul pada usia kanak-kanak bahkan terkadang

muncul setelah usia dewasa. Pada kelainan ini ,benjolan yang paling sering terletak di

leher samping bagian kiri atau kanan di sebelah atas , dan juga di tengah-tengah di

bawah dagu. Ukuran benjolan bisa kecil beberapa cm tetapi bisa juga besar seperti

bola tenis. Kelainan kongenital yang sering terjadi di daerah leher antara lain adalah

hygroma colli , kista branchial , kista ductus thyroglosus.

• Genetic

Page 14

Page 15: AsKep-Gerontik Sistem Integumen

• Gender / jenis kelamin

• Usia

• Rangsangan fisik berulang

Gesekan atau benturan pada salah satu bagian tubuh yang berulang dalam waktu yang

lama merupakan rangsangan yang dapat mengakibatkan terjadinya kanker pada

bagian tubuh tersebut, karena luka atau cedera pada tempat tersebut tidak sempat

sembuh dengan sempurna.

• Hormon

Hormon adalah zat yang dihasilkan kelenjar tubuh yang fungsinya adalah mengatur

kegiatan alat-alat tubuh dan selaput tertentu. Pada beberapa penelitian diketahui

bahwa pemberian hormon tertentu secara berlebihan dapat menyebabkan peningkatan

terjadinya beberapa jenis kanker seperti payudara, rahim, indung telur dan prostat

(kelenjar kelamin pria).

• Infeksi

• Gaya hidup

• karsinogenik (bahan kimia, virus, radiasi)

Zat yang terdapat pada asap rokok dapat menyebabkan kanker paru pada perokok dan

perokok pasif (orang bukan perokok yang tidak sengaja menghirup asap rokok orang

lain) dalam jangka waktu yang lama.Bahan kimia untuk industri serta asap yang

mengandung senyawa karbon dapat meningkatkan kemungkinan seorang pekerja

industri menderita kanker.

Beberapa virus berhubungan erat dengan perubahan sel normal menjadi sel kanker.

Jenis virus ini disebut virus penyebab kanker atau virus onkogenik.

Sinar ultra-violet yang berasal dari matahari dapat menimbulkan kanker kulit. Sinar

radio aktif sinar X yang berlebihan atau sinar radiasi dapat menimbulkan kanker kulit

dan leukemia.

Patofisiologi Tumor

Kelainan congenital, Genetic, Gender / jenis kelamin, Usia, Rangsangan fisik berulang,

Hormon, Infeksi, Gaya hidup, karsinogenik (bahan kimia, virus, radiasi) dapat

menimbulkan tumbuh atau berkembangnya sel tumor. Sel tumor dapat bersifat benign

(jinak) atau bersifat malignant (ganas).

Sel tumor pada tumor jinak bersifat tumbuh lambat, sehingga tumor jinak pada

umumnya tidak cepat membesar. Sel tumor mendesak jaringan sehat sekitarnya secara

serempak sehingga terbentuk simpai (serabut pembungkus yang memisahkan jaringan

tumor dari jaringan sehat). Oleh karena bersimpai maka pada umumnya tumor jinak

mudah dikeluarkan dengan cara operasi.

Sel tumor pada tumor ganas (kanker) tumbuh cepat, sehingga tumor ganas pada

umumnya cepat menjadi besar. Sel tumor ganas tumbuh menyusup ke jaringan sehat

sekitarnya, sehingga dapat digambarkan seperti kepiting dengan kaki-kakinya

Page 15

Page 16: AsKep-Gerontik Sistem Integumen

mencengkeram alat tubuh yang terkena. Disamping itu sel kanker dapat membuat anak

sebar (metastasis) ke bagian alat tubuh lain yang jauh dari tempat asalnya melalui

pembuluh darah dan pembuluh getah bening dan tumbuh kanker baru di tempat lain.

Penyusupan sel kanker ke jaringan sehat pada alat tubuh lainnya dapat merusak alat

tubuh tersebut sehingga fungsi alat tersebut menjadi terganggu.

Kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel yang tidak teratur

dan kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan

pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel

ke tempat yang jauh (metastasis). Pertumbuhan yang tidak teratur ini menyebabkan

kerusakan DNA, menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembagian sel, dan

fungsi lainnya (Tjakra, Ahmad. 1991).

Adapun siklus tumbuh sel kanker adalah membelah diri, membentuk RNA,

berdiferensiasi / proliferasi, membentuk DNA baru, duplikasi kromosom sel, duplikasi

DNA dari sel normal, menjalani fase mitosis, fase istirahat (pada saat ini sel tidak

melakukan pembelahan).

Manifestasi Klinis Tumor

Ada tujuh gejala yang perlu diperhatikan dan diperiksakan lebih lanjut ke dokter untuk

memastikan ada atau tidaknya kanker, yaitu :

1) Waktu buang air besar atau kecil ada perubahan kebiasaan atau gangguan.

2) Alat pencernaan terganggu dan susah menelan.

3) Suara serak atau batuk yang tak sembuh-sembuh.

4) Payudara atau di tempat lain ada benjolan (tumor).

5) Andeng-andeng (tahi lalat) yang berubah sifatnya, mejadi makin besar dan gatal.

6) Darah atau lendir yang abnormal keluar dari tubuh.

7) Adanya koreng atau borok yang tak mau sembuh-sembuh.

Klasifikasi Tumor

Berdasarkan asal jaringan, tumor dapat dibagi menjadi:

1) Tumor yang berasal dari epithelial

• Squamous epithelium : squamous cell papilloma, squamous cell carcinoma

• Transitional epithelium : transitional cell papilloma, transitional cell carcinoma.

• Basal cell (hanya di kulit): basal cell carcinoma.

• Glandular epithelium: adenoma, cystadenoma, adenocarcinoma.

• Tubules epithelium (ginjal): renal tubular adenoma, renal cell carcinoma

(Grawitz tumor).

• Hepatocytes: hepatocellular adenoma, hepatocellular carcinoma

• Bile ducts epithelium: cholangiocellular adenoma, cholangiocellular carcinoma.

• Melanocytes: melanocytic nevus, malignant melanoma.

2) Tumor yang berasal dari mesenchymal

• Jaringan yang berhubungan

Page 16

Page 17: AsKep-Gerontik Sistem Integumen

fibroma, fibrosarcoma

myxoma, myxosarcoma

chondroma, chondrosarcoma

osteoma, osteosarcoma (osteogenic sarcoma)

lipoma, liposarcoma

• Otot:

leiomyoma, leiomyosarcoma

rhabdomyoma, rhabdomyosarcoma

• Endothelium:

Hemangioma (capillary h., cavernous h.), glomus tumor, hemangiosarcoma, Kaposi

sarcoma

Lymphangiosarcoma

• Tumor sel darah:

Hematopoetic cells: leukemia

Lymphoid cells: non-Hodgkin lymphoma, Hodgkin lymphoma

• Tumor sel germ:

Teratoma (mature teratoma, immature teratoma)

Tumor epithelial dianggap ganas apabila telah menembus lamina basalis dan dianggap

jinak bila tidak menembus lamina basalis.

2. Pemeriksaan Penunjang

1) Skrining

2) Laboratorium

3) Teknik Pencitraan (Imaging)

4) Pemeriksaan Rontgen Konvensional

5) Radiografi Digital

6) Tomografi Komputer (CT Scan)

7) Ekhografi

8 ) Resonansi magnetik nuklear

9) Skintigrafi

3. Penatalaksanaan Medis

Pengobatan kanker pada dasarnya sama, yaitu salah satu atau kombinasi dari

beberapa prosedur berikut :

1) Pembedahan (Operasi)

2) Penyinaran (Radioterapi)

3) Pemakaian obat-obatan pembunuh sel kanker ( sitostatika/khemoterapi)

4) Peningkatan daya tahan tubuh (imunoterapi)

5) Pengobatan dengan hormone

Manajemen Keperawatan Tumor

1. Pengkajian

Page 17

Page 18: AsKep-Gerontik Sistem Integumen

Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara

menyeluruh (Boedihartono, 1994 : 10).

Pengkajian pasien Pre operatif (Marilynn E. Doenges, 1999) meliputi :

• Sirkulasi

Gejala : riwayat masalah jantung, GJK, edema pulmonal, penyakit vascular perifer, atau

stasis vascular (peningkatan risiko pembentukan trombus).

• Integritas ego

Gejala : perasaan cemas, takut, marah, apatis ; factor-faktor stress multiple, misalnya

financial, hubungan, gaya hidup.

Tanda : tidak dapat istirahat, peningkatan ketegangan/peka rangsang ; stimulasi

simpatis.

• Makanan / cairan

Gejala : insufisiensi pancreas/DM, (predisposisi untuk hipoglikemia/ketoasidosis) ;

malnutrisi (termasuk obesitas) ; membrane mukosa yang kering (pembatasan

pemasukkan / periode puasa pra operasi).

• Pernapasan

Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.

• Keamanan

Gejala : alergi/sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan larutan ; Defisiensi

immune (peningkaan risiko infeksi sitemik dan penundaan penyembuhan) ; Munculnya

kanker / terapi kanker terbaru ; Riwayat keluarga tentang hipertermia malignant/reaksi

anestesi ; Riwayat penyakit hepatic (efek dari detoksifikasi obat-obatan dan dapat

mengubah koagulasi) ; Riwayat transfuse darah / reaksi transfuse.

Tanda : menculnya proses infeksi yang melelahkan ; demam.

• Penyuluhan / Pembelajaran

Gejala : pengguanaan antikoagulasi, steroid, antibiotic, antihipertensi, kardiotonik

glokosid, antidisritmia, bronchodilator, diuretic, dekongestan, analgesic, antiinflamasi,

antikonvulsan atau tranquilizer dan juga obat yang dijual bebas, atau obat-obatan

rekreasional. Penggunaan alcohol (risiko akan kerusakan ginjal, yang mempengaruhi

koagulasi dan pilihan anastesia, dan juga potensial bagi penarikan diri pasca operasi).

Diagnosa Keperawatan Tumor

Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata

maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono, 1994 : 17).

Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien Pre Operatif (Wilkinson, M. Judith,

2006) meliputi :

1) Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri, ancaman terhadap

perubahan status kesehatan, ancaman terhadap pola interaksi dengan orang yang

berarti, krisis situasi atau krisis maturasi.

Page 18

Page 19: AsKep-Gerontik Sistem Integumen

2) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembedahan, efek samping

penanganan, factor budaya atau spiritual yang berpengaruh pada perubahan

penampilan.

3) Koping individu, ketidakefektifan berhubungan dengan perubahan penampilan,

keluhan terhadap reaksi orang lain, kehilangan fungsi, diagnosis kanker.

4) Proses keluarga, perubahan berhubungan dengan terapi yang kompleks,

hospitalisasi/perubahan lingkungan, reaksi orang lain terhadap perubahan penampilan.

5) Ketakutan berhubungan dengan proses penyakit/prognosis (misalnya kanker),

ketidakberdayaan.

6) Mobilitas fisik, hambatan berhubungan dengan penurunan rentang gerak, kerusakan

saraf/otot, dan nyeri.

Intervensi dan Implementasi Tumor

Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan

untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan (Boedihartono,

1994:20)

Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang

telah disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 1995:40).

Intervensi dan implementasi keperawatan pasien Pre Operatif (Wilkinson, M. Judith,

2006) adalah :

1) Ansietas adalah suatu keresahan, perasaan ketidaknyamanan yang tidak mudah

atau dread yang disertai dengan respons autonomis ; sumbernya seringkali tidak

spesifik atau tidak diketahui oleh individu ; perasaan khawatir yang disebabkan oleh

antisipasi terhadap bahaya.ini merupakan tanda bahya yang memperingatkan bahaya

yang akan terjadi dan memampukan individu untuk membuat pengukuran untuk

mengatasi ancaman.

Tujuan : ansietas berkurang/terkontrol.

Kriteria hasil : - klien mampu merencanakan strategi koping untuk situasi-situasi yang

membuat stress.

- klien mampu mempertahankan penampilan peran.

- klien melaporkan tidak ada gangguan persepsi sensori.

- klien melaporkan tidak ada manifestasi kecemasan secara fisik.

- tidak ada manifestasi perilaku akibat kecemasan.

• Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien.

Rasional : memudahkan intervensi.

• Kaji mekanisme koping yang digunakan pasien untuk mengatasi ansietas di

masa lalu.

Rasional : mempertahankan mekanisme koping adaftif, meningkatkan kemampuan

mengontrol ansietas.

Page 19

Page 20: AsKep-Gerontik Sistem Integumen

• Lakukan pendekatan dan berikan motivasi kepada pasien untuk

mengungkapkan pikiran dan perasaan.

Rasional : pendekatan dan motivasi membantu pasien untuk mengeksternalisasikan

kecemasan yang dirasakan.

• Motivasi pasien untuk memfokuskan diri pada realita yang ada saat ini,

harapan-harapan yang positif terhadap terapy yang di jalani.

Rasional : alat untuk mengidentifikasi mekanisme koping yang dibutuhkan untuk

mengurangi kecemasan.

• Berikan penguatan yang positif untuk meneruskan aktivitas sehari-hari

meskipun dalam keadaan cemas.

Rasional : menciptakan rasa percaya dalam diri pasien bahwa dirinya mampu

mengatasi masalahnya dan memberi keyakinan pada diri sendri yang dibuktikan

dengan pengakuan orang lain atas kemampuannya.

• Anjurkan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi.

Rasional : menciptakan perasaan yang tenang dan nyaman.

• Sediakan informasi faktual (nyata dan benar) kepada pasien dan keluarga

menyangkut diagnosis, perawatan dan prognosis.

Rasional : meningkatkan pengetahuan, mengurangi kecemasan.

• Kolaborasi pemberian obat anti ansietas.

Rasional : mengurangi ansietas sesuai kebutuhan.

2) Gangguan citra tubuh adalah konfusi pada gaambaran mental dari fisik seseorang.

Tujuan : pasien memiliki persepsi yang positif terhadap penampilan dan fungsi tubuh.

Kriteria hasil : - pasien melaporkan kepuasan terhadap penampilan dan fungsi tubuh.

- memiliki keinginan untuk menyentuh bagian tubuh yang mengalami gangguan.

- menggambarkan perubahan actual pada fungsi tubuh.

• Kaji dan dokumentasikan respons verbal dan non verbal pasien tentang

tubuhnya.

Rasional : factor yang mengidentifikasikan adanya gangguan persepsi pada citra tubuh.

• Kaji harapan pasien tentang gambaran tubuh.

Rasional : mungkin realita saat ini berbeda dengan yang diharapkan pasien sehingga

pasien tidak menyukai keadaan fisiknya.

• Dengarkan pasien dan keluarga secara aktif, dan akui realitas adanya

perhatian terhadap perawatan, kemajuan dan prognosis.

Rasional : meningkatkan perasaan berarti, memudahkan saran koping, mengurangi

kecemasan.

• Berikan perawatan dengan cara yang tidak menghakimi, jaga privasi dan

martabat pasien.

Rasional : menciptakan suasana saling percaya, meningkatkan harga diri dan perasaan

berarti dalam diri pasien.

Page 20

Page 21: AsKep-Gerontik Sistem Integumen

3) Koping individu, ketidakefektifan adalah ketidakmampuan membuat penilaian yang

tepat terhadap stressor, pilihan respons untuk bertindak secara tidak adekuat, dan atau

ketidakmampuan untuk menggunakan sumber yang tersedia.

Tujuan : pasien menunjukkan koping yang efektif.

Kriteria hasil : - pasien akan menunjukkan minat terhadap aktivitas untuk mengisi waktu

luang.

- mengidentifikasikan kekuatan personal yang dapat mengembangkan koping yang

efektif.

- menimbang serta memilih diantara alternative dan konsekuensinya.

- berpartisipasi dalam aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS).

• Kaji pandangan pasien terhadap kondisinya dan kesesuaiannya dengan

pandangan pemberi pelayanan kesehatan.

Rasional : mengidentifikasi persepsi pasien terhadap kondisinya.

• Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan.

Rasional : menghindari ketakutan dan menciptakan hubungan saling percaya,

memudahkan intervensi

• Anjurkan pasien untuk mengidentifikasi gambaran perubahan peran yang

realitas.

Rasional : memberikan arahan pada persepsi pasien tentang kondisi nyata yang ada

saat ini.

• Bantu pasien dalam mengidentifikasi respons positif dari orang lain.

Rasional : meningkatkan perasaan berarti, memberikan penguatan yang positif.

• Libatkan sumber-sumber yang ada di rumah sakit dalam memberikan

dukungan emosional untuk pasien dan keluarga.

Rasional : menciptakan suasana saling percaya, perasaan berarti, dan mengurangi

kecemasan.

4) Proses keluarga, perubahan adalah suatu perubahan dalam hubungan dan/atau

fungsi keluarga.

Tujuan : pasien dan keluarga memahami perubahan perubahan dalam peran keluarga.

Kriteria hasil : - pasien/keluarga mampu mengidentifikasi koping.

- paien/keluarga berpartisipasi dalam proses membuat keputusan berhubungan dengan

perawatan setelah rawat inap.

• Kaji interaksi antara pasien dan keluarga.

Rasional : mengidentifikasi masalah, memudahkan intervensi.

• Bantu keluarga dalam mengidentifikasi perilaku yang mungkin menghambat

pengobatan.

Rasional : mempengaruhi pilihan intervensi.

• Diskusikan dengan anggota keluarga tentang tambahan ketrampilan koping

yang digunakan.

Page 21

Page 22: AsKep-Gerontik Sistem Integumen

Rasional : membantu keluarga dalam memilih mekanisme koping adaptif yang tepat .

• Dukung kesempatan untuk mendapatkan pengalaman masa anak-anak yang

normal pada anak yang berpenyakit kronis atau tidak mampu.

Rasional : memudahkan keluarga dalam menciptakan/memelihara fungsi anggota

keluarga.

5) Ketakutan adalah ansietas yang disebabkan oleh sesuatu yang dikenali secara sadar

dan bahaya nyata dan dipersepsikan sebagai bahaya yang nyata.

Tujuan : pasien akan memperlihatkan pengendalian ketakutan.

Kriteria hasil : - mencari informasi untuk menurunkan ketakutan.

- menggunakan teknik relaksasi untuk menurnkan ketakutan.

- mempertahankan penampilan peran dan hubungan social.

• Kaji respons takut subjektif dan objektif pasien.

Rasional : mengidentifikasi masalah, memudahkan intervensi.

• Berikan penguatan positif bila pasien mendemonstrasikan perilaku yang dapat

menurunkan atau mengurangi takut.

Rasional : mempertahankan perilaku koping yang efektif.

• Lakukan pendekatan dan berikan motivasi kepada pasien untuk

mengungkapkan pikiran dan perasaan.

Rasional : pendekatan dan motivasi membantu pasien untuk mengeksternalisasikan

kecemasan yang dirasakan.

• Motivasi pasien untuk memfokuskan diri pada realita yang ada saat ini,

harapan-harapan yang positif terhadap terapy yang di jalani.

Rasional : alat untuk mengidentifikasi mekanisme koping yang dibutuhkan untuk

mengurangi kecemasan.

6) Mobilitas fisik, hambatan adalah suatu keterbatasan dalam kemandirian,

pergerakkan fisik yang bermanfaat dari tubuh atau satu ekstremitas atau lebih.

Tujuan : pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal.

Kriteria hasil : - penampilan yang seimbang..

- melakukan pergerakkan dan perpindahan.

- mempertahankan mobilitas optimal yang dapat di toleransi, dengan karakteristik :

0 = mandiri penuh

1 = memerlukan alat Bantu.

2 = memerlukan bantuan dari orang lain untuk bantuan, pengawasan, dan pengajaran.

3 = membutuhkan bantuan dari orang lain dan alat Bantu.

4 = ketergantungan; tidak berpartisipasi dalam aktivitas.

• Kaji kebutuhan akan pelayanan kesehatan dan kebutuhan akan peralatan.

Rasional : mengidentifikasi masalah, memudahkan intervensi.

• Tentukan tingkat motivasi pasien dalam melakukan aktivitas.

Page 22

Page 23: AsKep-Gerontik Sistem Integumen

Rasional : mempengaruhi penilaian terhadap kemampuan aktivitas apakah karena

ketidakmampuan ataukah ketidakmauan.

• Ajarkan dan pantau pasien dalam hal penggunaan alat bantu.

Rasional : menilai batasan kemampuan aktivitas optimal.

• Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif dan pasif.

Rasional : mempertahankan /meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot.

• Kolaborasi dengan ahli terapi fisik atau okupasi.

Rasional : sebagai suaatu sumber untuk mengembangkan perencanaan dan

mempertahankan/meningkatkan mobilitas pasien.

Evaluasi

Evaluasi addalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam

pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau

intervensi keperawatan ditetapkan (Brooker, Christine. 2001).

Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan Pre Operasi Tumor adalah :

1) Ansietas berkurang/terkontrol.

2) Pasien memiliki persepsi yang positif terhadap penampilan dan fungsi tubuh.

3) Pasien menunjukkan koping yang efektif.

4) Pasien dan keluarga memahami perubahan perubahan dalam peran keluarga.

5) Pasien akan memperlihatkan pengendalian ketakutan.

6) Pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal.

D. Konsep Asuhan Keperawatan

Pengkajian:

1. Identitas klien:

Nama

Umur

Alamat

Pendidikan

Jenis kelamin

Suku

Agama

Status perkawinan

Tanggal masuk ke panti

Tanggal pengkajian

2. Status kesehatan saat ini

Keluhan utama

PQRST

Keluhan yang menyertai

Alasan masuk panti

Page 23

Page 24: AsKep-Gerontik Sistem Integumen

3. Riwayat kesehatan masa lalu

Riwayat kesehatan penyakit

Alergi

Tindakan yang dilakukan saat sakit

4. Riwayat kesehatan keluarga

Riwayat penyakit keluarga

Genogram 3 generasi

5. Tinjauan system

Keadaan umum

Kepala

Mata

Telinga

Mulut dan tenggorokan

Leher

Payudara

Sistem pernapasan

Sistem kardiovaskuler

Sistem hemopoetik

Sistem integument

Sistem gastrointestinal

Sistem perkemihan

Sistem genitoreproduksi

Muskuloskeletal

Sistim saraf pusat

Sistem endokrin

6. Pengkajian psikososial dan spiritual

Psikososial

Emosional

Spiritual

7. Pengkajian fungsional

Page 24

Page 25: AsKep-Gerontik Sistem Integumen

BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN GERONTIK PADA OMA K

DENGAN GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN

DI PANTI

A. Pengkajian

1. Identitas

a. Identitas klien

Nama : Oma K

Umur : 69 tahun

Alamat : jln. Sukagalih Bandung

Pendidikan : Tidak pernah sekolah

Jenis kelamin : Perempuan

Suku : Sunda

Agama : Islam

Status perkawinan : Janda

Tanggal masuk : 24 September 2009

Tanggal pengkajian : 17 januari 2011

b. Identitas penanggung jawab

Ditanggung oleh Anak laki-laki kandung :

Nama : A

2. Riwayat kesehatan

a. Alasan masuk panti

Klien mengatakan klien di suruh masuk kepanti oleh ibu kandungnya oleh

karena di rumah tidak ada yang mengurus.

b. Keluhan utama

Page 25

Page 26: AsKep-Gerontik Sistem Integumen

Nyeri

c. Riwayat kesehatan sekarang

Klien mengatakan kaki kiri nyeri dan bengkak, nyeri sudah dirasakan sejaki 4

tahun yang lalu, nyeri dirasakan bila klien beraktivitas dan berkurang bila klien

beristirahat neyeri terasa nyut-nyutan kayak di cubit-cubit nyeri terasa

menyebar ke daerah sekitar luka, nyeri terasa berat ketika malam hari.

d. Keluhan yang menyertai

Klien mengatakan ada batuk dan pusing tapi hanya kadang-kadang saja

e. Riwayat kesehatan masa lalu

Klien menatakan 4 tahun yang lalu kakinya gatal di garuk lalu bengkak

f. Riwayat alergi

Klien mengatakan semenjak sakit klien alergi makanan ikan mas dan daging

ayam

g. Tindakan yang dilakukan saat sakit

Klien mengatan bila sakit selalu berobat ke dokter dan selalu minum obat

h. Riwayat kesehatan keluarga

Klien mengatakan sudah lupa

i. Genogram

Keterangan :

: Laki –laki sudah meninggal

: Perempuan sudah meninggal

: Perempuan yang masih hidup

: Laki-laki yang masih hidup

: Klien

: Menikah

j. Pemeriksaan tanda-tanda vital

Tekanan darah : 200/90 mmHg

Nadi : 92 kali/menit

Suhu : 37,50 C

Respirasi : 37 kali/menit

Page 26

Page 27: AsKep-Gerontik Sistem Integumen

Berat badan :

Tinggi badan :

IMT :

3. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum

Klien tampak sehat, klien berjalan tanpa memakai tongkat, kaki kiri tampak

bengkak dan kemerahan terdapat luka tumor, klien mengatakan ada sedikit

batuk dan pusing tapi hanya kadang- kadang.

b. Sistem pernafasan

Anamnese :

Klien mengatakan ada sedikit batuk, tapi hanya kadang-kadang, pola

nafas teratur.

Inspeksi :

Hidung tampak bersih, tampak simetris, septum berada ditengah,

Perkusi:

Terdengar bunyi sonor disemua lapang paru, batas paru normal

interkostal 1-6 kanan dan kiri.

Auskultasi:

Terdengar suara vesicular di seluruh lapang paru, bronchial terdengar

di suprasternal notch dan suara bronchovesikular terdengar di

percabangan trakea. terdengar bunyi wheezing.

c. Sistem kardiovaskuler

Inspeksi:

Ictus cordis tidak terlihat, tidak ada tanda-tanda epitaksis, tidak

terlihat cyanosis di sekitar bibir, mulut ataupun ekstremitas.

Palpasi:

Ictus cordis teraba di ICS 5 mid clavicularis sinistra, tidak ada

edema pitting ataupun non-pitting. Tidak ada pembesaran

jantung.

Perkusi:

Terdengar bunyi pekak di ICS 2-5 mid clavicularis sinistra.

Auskultasi:

o Tidak terdengar bunyi jantung tambahan seperti

murmur ataupun gallop.

o Bunyi jantung I terdengar di ICS 4 linea sternalis

sinistra dan ICS 5 midclavicularis sinistra, teratur, HR

92x/menit.

o Bunyi jantung II terdengar di ICS 2 linea sternalis

dekstra dan ICS 2 linea sternalis sinistra, teratur.

Page 27

Page 28: AsKep-Gerontik Sistem Integumen

o

d. Sistem hemopoetik

e. Sistem integument

Inspeksi:

Kulit tidak icteric, ada luka di daerah kulit di extemitas bagian sinistra

(tumor), tidak ada ptechie, ekimosis, bulla ataupun pustule.

Palpasi:

Kulit teraba kenyal dan lembab, turgor kulit kembali cepat setelah

dicubit, akral hangat.

f. Sistem gastrointestinal

Klien mengatakan tidak memiliki gastritis, klien memiliki pantang dalam

makanan seperti makan ikan mas dan ayam , klien memiliki pola makan yang

teratur

g. Sistem perkemihan

Anamnese : Klien mengatakan tidak sulit BAK dan tidak terasa sakit saat BAK,

klien mengatakan minum sekitar 3 gelas / hari dan tidak terdapat nyeri di

bagian pinggang

h. Sistem musculoskeletal

Inspeksi:

Tidak ada tremor di ekstremitas atas maupun bawah, tidak ditemukan

kelemahan di kedua ekstremitas, ada edema di kaki kiri.

Palpasi:

Akral hangat, turgor kulit kembali ke semula dengan cepat.

i. Sistem gastroreproduksi

Klien mengatakan sudah tidak menstruasi lagi, klien memiliki 3 orang anak, 2

anak perempuan 1 laki-laki.

j. Sistem endokrin

Klien mengatakan tidak memiliki penyakit gula

k. Sistem pancaindra

Klien mengatakan matanya sudah berkurang fungsinya. klien sudah susah

untuk membedakan warna. klien juga mengatakan pendengarannya sudah

berkurang.

IV. Pengkajian fungsional

a. KATZ Indeks

Klien termasuk dalam kategori mandiri dalam:

Makan, kontinensia (BAB/BAK) , menggunakan pakaian, pergi ketoilet, berpindah

dan mandi

b. Modifikasi dari Barthel indeks

Page 28

Page 29: AsKep-Gerontik Sistem Integumen

No Kriteria Dgn bantuan mandiri frekuensi

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10

11

12

13

Makan

Minum

Berpindah dari kursi roda

ketempat tidur, atau

sebaliknya

Personal toilet

Keluar masuk toilet

Mandi

Jalan dipermukaan datar

Naik turun tangga

Menganakan pakaian

Kontrol bowel

Kontrol blader

Olah raga/ latihan

Rekreasi/ pemanfaatan

waktu luang

5

5

5

10

10

15

5

10

10

5

10

10

10

3 kali, 1 porsi, nasi

5 kali2,00 cc, air putih

3 kali

3 kali

1 kali , lembek

2-3, kuning

Frek, jenis

Frek, jenis

Jumlah : 110

Jadi klien masuk kedalam kategori ketergantungan ringan

V. Pengkajian stetus mental

a. Identifikasi tingkat kerusakan intelektual dengan menggunakan Short Portable Mental

Status Questioner (SPSMQ)

Benar Salah no Pertanyaan

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Tanggal berapa hari ini?

Hari apa sekarang?

Apa nama tempat ini?

Dimana alamat anda?

Berapa umur anda?

Kapan anda lahir?

Page 29

Page 30: AsKep-Gerontik Sistem Integumen

7.

8.

9.

10.

Siapa nama presiden Indonesia sekarang?

Siapa nama presiden Indonesia sebelumnya?

Siapa nama ibu anda?

Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari

setiap angka baru, semua secara menurun

Skor total : 6

Jadi klien masuk kedalam kategori kerusakan intelektual sedang

c. Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan menggunakan mini mental

status exam (MMSE)

NO Aspek kognitif Nilai max Nilai klien Kriteria

1.

2.

Orientasi

Registrasi

5

5

3

0

3

2

Menyebutkan dengan benar:

- Tahun

- Musim

- Tanggal

- Hari Bulan

Dimana sekarang kita berada:

- Negara

- Provinsi

- Kota

- Panti

- Kamar no

Sebutkan nama 3 objek

Page 30

Page 31: AsKep-Gerontik Sistem Integumen

3.

4.

5.

Perhatian dan

kalkulasi

Mengingat

Bahasa

5

3

9

0

3

1

1

1

(sebelunya pemeriksa

menyebutkan 3 objek dalam

waktu sau detik, kemudian

tanyakan pada klien ketiga

objek tadi)

- jam

- pulpen

- kunci

Minta klien untuk memulai dari

angka 100 kemudian dikurangi

7, lakukan sampai 5X

Minta klien untuk mengulangi

ketiga objek pada no 2. bila klien

benar berikan 1 poinuntuk

masing-masing objek yang

sudah benar

Tunjukan pada klien suatu

benda dan tanyakan apa

namanya (2)

Minta klien untuk mengulang

kata berikut:

“ tak ada jika, dan, atau, tetapi

(1)

Minta klien untuk mengikuti

perintah berikut yang terdiri dari

3 langkah: (3)

“ ambil kertas ditangan anda,

lipat 2 dan taruh dilantai”

- ambil kertas ditangan anda

- lipat 2

- taruh dilantai

Perintahkan klien untuk

Page 31

Page 32: AsKep-Gerontik Sistem Integumen

1

0

melakukan aktivitas sesuai

perintah dan berikan 1 poin

- Tutup mata anda

Perintahkan pada klien untuk

menulis satu kalimat dan

menyalin gambar

- tulis satu kalimat

- Menyalin gambar

Skor : 11

Jadi interpretasi hasilnya:

Terdapat kerusakan aspek fungsi mental

VI. Pengkajian psikososial

a. Kemampuan sosialisasi klien saat ini

Klien mampu bersosialisasi baik dengan orang lain

b. Sikap klien terhadap orang lain

Sikap yang ditunjukan klien saat bersosialisasi adalah baik dan ramah

c. Harapan-harapan klien dalam melakukan sosialisasi

Harapan klien dalam melakukan sosialisasi adalah untuk menambah teman mengobrol

agar tidak kesepian

d. Kepuasan klien dalam bersosialisasi

Puas, karena dengan bersosialisasi klien dapat berbagi pengalaman

e. Penerimaan klien terhadap kondisinya saat ini

Klien sangat kurang mnerima keadaan yang sekarang, beliau selalu merasa

penyakitnya bikinan orang.

f. Status emosional klien

Emosi klien stabil

VII. Pengkajian spiritual

a. Kegiatan keagamaan klien saat ini

Kegiatan yang dilakukan adalah mengikuti kegiatan doa yang ada dipanti

b. Keyakinan klien tentang kematian

c. Harapan-harapan klien sehubungan dengan spiritual

B. Pengelompokan Data

Data objektif Data subjektif

Page 32

Page 33: AsKep-Gerontik Sistem Integumen

- Terdapat nyeri tekan pada kaki

yang sakit

- Klien tampak kesakitan

- Terdapat luka terbuka pada kaki

kiri (tumor)

- Suhu : 360 C

- TD : 200/90 mmHg

- Klien tampak curiga

- Kaki kiri tampak bengkak

- Klien mengeluh nyeri pada kaki

kiri

- Klien mengatakan nyeri

diperberat jika tubuh digerakan

- Nyeri dirasakan hampir setiap

saat terutama malam hari.

- Nyeri terasa cekot-cekot

- Klien mengatakan pusing

- Klien mengatakan sakitnya

buatan orang

- Klien mengatakan tidak tahu

tentang penyakitnya

C. Analisa Data

Data Etiologi Masalah

DO :

- Terdapat nyeri tekan

pada kaki yang sakit

- Klien tampak

kesakitan

- Terdapat luka

terbuka pada kaki kiri

(tumor)

- Suhu : 360 C

- TD : 200/90 mmHg

DS :

- Klien mengeluh

nyeri pada kaki kiri

- Klien mengatakan

nyeri diperberat jika

tubuh digerakan

- Klien mengatakan

neri terasa cekot-

Tumor

Membesar

Menekan saraf-saraf nyeri

Merangsang pengeluaran

bradikini,prostaglandin, dan

histamine

Di persepsikan ke otak

nyeri

Gangguan rasa nyaman

nyeri

Page 33

Page 34: AsKep-Gerontik Sistem Integumen

cekot

- Nyeri dirasakan

hampir setiap saat

terutama malam hari.

DO :

TD : 200/ 90 mmHg

DS :

Klien mengatakan pusing

DO :

Terdapat luka terbuka

pada kaki kiri (tumor)

TD : 200/ 90 mmHg

DS :

Klien mengatakan tidak

tahu tentang penyakitnya

Keturunan

Perubahan pada vaskuler

Viskositas meningkat

Vasokonstriksi pembuluh

darah

Peningkatan beban kerja

jantung

Pompa jantung meningkat

Co2 meningkat

Hipertensi

Penyakit tumor

Kurang informasi

Kurang pengetahuan

Penurunan curah jantung

Kurang,pengetahuan

mengenai kondisi penyakit

Page 34

Page 35: AsKep-Gerontik Sistem Integumen

DO :

Terdapat luka terbuka

pada kaki kiri (tumor)

DS :

Klien mengatakan nyeri

terasa cekot-cekot

DO :

Klien tampak curiga

DS :

Klien mengatakan

sakitnya buatan

orang

-

Terdapat luka terbuka (tumor)

Terdapat port the entry

Invasi mokroorganisme

Reaksi antigen antibody

Proses inflamasi

Reaksi tubuh tidak adekuat

Resti infeksi

Sakit fisik yang

berkepanjangan

Menekan kesehatan

psikologis

Coping yang mal adaptip

Curiga yang berlebihan

Waham curiga

Resti infeksi

Gangguan proses pikir

waham

C. Diagnosa

1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan injuri fisik

2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan terdapatnya port the entry

3. Penurunan curah jantung b.d. peningkatan vasokontriksi pembuluh darah

4. Kurang pengetahuan b.d. kurang pemajanan informasi tentang proses penyakit

5. Gangguan proses pikir waham curiga

Page 35

Page 36: AsKep-Gerontik Sistem Integumen

Page 36

Page 37: AsKep-Gerontik Sistem Integumen

N

oTgl Diagnosa Keperawatan Tujuan

Perencanaan

Intervensi Rasional

1. Selasa,

19 – 1 -

2011

Gangguan rasa nyaman nyeri

berhubungan dengan injuri fisik

DO :

- Terdapat nyeri tekan pada

kaki yang sakit

- Klien tampak kesakitan

- Terdapat luka terbuka pada

kaki kiri (tumor)

- Suhu : 360 C

- TD : 200/90 mmHg

DS :

- Klien mengeluh nyeri pada

kaki kiri

- Klien mengatakan nyeri

diperberat jika tubuh

digerakan

- Klien mengatakan neri

terasa cekot-cekot

Rasa nyeri berkurang sampai dengan

hilang dalam waktu 1 minggu dengan

criteria :

Klien tampak rileks

Klien mengatakan nyeri

berkurang

Kaji tingkat nyeri klien

Observasi keadaan luka

Observasi TTV terutama Nadi

Ajarkan klien tarik nafas dalam

Kolaborasi dengan dokter untuk

pemberian analgetik

Mengetahui tingkat nyeri klien

Keadaan luka klien menandakan

tingkat penyakit yang di derita

Nadi yang meningkat dapat

menandakan tingkat nyeri

Tarik nafas dalam mengurangi

nyeri

Analgetik dapat menekan tingkat

nyeri

Page 37

Page 38: AsKep-Gerontik Sistem Integumen

- Nyeri dirasakan hampir

setiap saat terutama malam

hari.

Resiko tinggi infeksi berhubungan

dengan terdapatnya port the entry

DO :

Terdapat luka terbuka pada kaki

kiri (tumor)

DS :

Klien mengatakan nyeri terasa

cekot-cekot

Selama perawatan tidak terjadi infeksi

Dengan criteria hasil :

Tidak terjadi infeksi baru

Tidak terjadi pembengkakan pada

luka

Kaji Keadaan luka

Observasi TTV terutama suhu

Lakukan perawatan luka secara steril

Anjurkan klien untuk tidak menggaruk

luka

Kolaborasi dengan dokter pemberian

obat antibiotic

Anjurkan klien untuk makan TKTP

1. observasi Tekanan darah setiap

Memantau perkembangan luka

klien

Suhu yang tinggi menandakan

terjadi infeksi

Perawatan yang steril dapat

menekan tingkat infeksi dan

dapat mempercepat

pnyembuhan

Mengorek luka dapat menambah

inveksi akibat invasi

mikroorganisme

Pemberian antibiotic dapat

menekan perkembangan

mikroorganisme

Makanan TKTP membbantu

proses penyembuhan dengan

membantu pembbetukan sel-sel

baru

- mengetahui keadaan klien

Page 38

Page 39: AsKep-Gerontik Sistem Integumen

Penurunan curah jantung b.d.

peningkatan vasokontriksi

pembuluh darah

DO :

TD : 200/ 90 mmHg

DS :

Klien mengatakan pusing

Kurang pengetahuan mengenai

proses penyakit b.d kurangnya

informasi dan pemahaman tentang

proses penyakit.

DO :

Terdapat luka terbuka pada

kaki kiri (tumor)

TD : 200/ 90 mmHg

Tekanan darah dalam keadaan

normal, TD : 120/80mmHg

Tidak terjadi penurunan curah

jantung

Pengetahuan & pemahaman klien

tentang proses penyakit bertambah

dalam waktu 2 hari.

Kriteria hasil :

Klien membatasi asupan

makanan yang ikan mas dan

ayam goreng

Klien mengatakan tahu banyak

hari

2. Kaji aktivitas yang dilakukan klien

sehari-hari.

3. Kaji pola istirahat klien

4. kaji pola kebiasaan makan pasien

.

1. Bantu klien dalam mengidentifikasi

faktor-faktor resiko kardiovaskuler

yang dapat diubah

2. Kaji kesiapan dan hambatan dalam

belajar termasuk orang terdekat.

(tekanan darah apakah dalam

keadaan normal atau tidak)

-mengetahui apakah

kegiatan/aktivitas yang dilakukan

klien apakah memperberat klien.

- mengetahui pola istirahat klien,

apakah cukup/tidak

- mengidentifikasi pemicu

terjadinya hipertensi dari pola

makan klien

- Faktor-faktor resiko ini telah

menunjukan hubungan dalam

menunjang hipertensi dan

penyakit kardiovaskuler serta

ginjal

Bila klien tidak menerima

realitas bahwa membutuhkan

pengobatan kontinu, maka

perubahan perilaku tidak akan

Page 39

Page 40: AsKep-Gerontik Sistem Integumen

DS :

Klien mengatakan tidak tahu

tentang penyakitnya

tentang penyakit & merasa harus

diobati

Klien mengatakan membatasi

makan asin & berlemak

3. Kaji tingkat pemahaman klien

tentang

pengertian,penyebab,tanda&gejala,pe

ncegahan,pengobatan, dan akibat

lanjut

4. Jelaskan pada klien tentang proses

penyakit hipertensi (pengertian,

penyebab, tanda dan gejala,

pencegahan, pengobatan, dan akibat

lanjut) melalui penkes

dipertahankan.

- mengidentifikasi tingkat

pengetahuan tentang proses

penyakit hipertensi dan

mempermudah dalam

menentukan intervensi.

Meningkatkan pemahaman dan

pengetahuan klien tentang

proses penyakit hipertensi.

-mengidentifikasi tingkat

pemahaman klien tentang

tekanan darah tinggi

-supaya klien dapat tahu

mengenai tekanan darah tinggi,

apa yang menyebabkan penyakit

ini terjadi, dan bagaimana cara

pencegahan tekanan darah

tinggi

Page 40

Page 41: AsKep-Gerontik Sistem Integumen

IMPLEMENTASI

Tanggal/ Hari

Jam Implementasi paraf

Senin 17 januari 2011

Selasa, 18 januari 2011

Rabu, 19 januari 2011

11.00

12.30

08.00

09.00

10.00

11.00

11.15

13.00

13.00

14.00

13.00

17.00

18.00

08.00

09.00

Membina trust dan mengajarkan tekhnik tarik nafas dalamR : Oma kooperatifH : oma tampak percaya dan mau mempraktekan tarik nafas dalamMelakukan pengkajianR : oma kooperatifH : data sudah terkumpul

Menengok omaR : -H : oma sedang tidurNgobrol-ngobrol dengan omaR : oma kooperatifH : oma dapat menseringkan maslahnyaMengobservasi TTVTD : 200/90 mmHgN : 92 kali/ menitS : 360 CRR : 37 kali/menitHR : 72 kali/menitBU : 9 kali/menitMelakukan perawatan kulit dengan baby oilR : oma kooperatifH : perawatan sudah dilakukanMengajarkan tarik nafas dalamR : oma kooperatifH : oma dapat melakukan tarik nafas dalamMengobservasiR :-H : oma sedang tidur

Melakukan anamnesa dan pengkajian untuk melengkpi dataMengobservasi makanR : oma kooperatifH : makan tidak habis Mengobservasi TTVTD : 130/70 mmHgN : 82 kali/menitMengambilkan makanR : oma kooperatifH : oma mau makanMengobservasi omaR : oma kooperatifH : oma mua shalat magrib

Mengobservasi omaR : oma kooperatifH : oma mengeluh sakit dan pusing

Mengobservasi TTVTD : 180/80 mmHg

Page 41

Page 42: AsKep-Gerontik Sistem Integumen

Kamis, 20 januari 2011

10.00

11.00

12.00

12.30

N : 78 kali/menit

Mengukur BB dan TBBB : 41 kgTB : 133 cm

Memotong kuku omaR ; oma kooperatifH :kuku sudah di potong

Melakukan penyuluhan tentang manfaat mentimunR : oma kooperatifH : oma dapat mengerti dan dapat mempraktekan

Mengobservasi TTVTD : 170/70 mmHg

EVALUASI SOAPIE

Tanggl DK Evaluasi Paraf

Selasa, 18 januari 2011

1

2

S : oma masih mengeluh nyeri

O : oma tampak nyeri, terdapat luka tumor di kaki kiri

A : masalah belum tertasi

P : Ajarkan tekhnik tarik nafas dalam

I : Mengajarkan tarik nafas dalam

E : Nyeri berkurang setelah melakukan tarik nafas dalam

S : oma mengeluh nyeri

O : ada luka di kaki kiri, kaki kiri tampak bengkak

A : masalah belum teratasi

P : lakukan perawatan luka

I : menjaga kebersihan sekitar luka

Page 42

Page 43: AsKep-Gerontik Sistem Integumen

Rabu, 19 januari 2011

3

4

5

1

E : nyeri tetap dirasakan

S : oma mengeluh pusing

O : TD : 200/90 mmHg

A : masalah teratasi sebagian

P : batasi aktivitas klien

I : membatasi aktivitas klien

E : klien lebih rileks

S : oma mengatakan belum tau tentang penyakitnya

O : oma tidak tau tentang penyakitnya

A : masalah teratasi

P : berikan penyuluhan

I : memberikan penyuluhan

E : pengetahuan oma tentang penyakitnya bertambah

S : oma mengatakan sakitnya bikinan orang

O : Oma tampak curiga

A : masalah teratasi

P : jelaskan tentang penyebab penyakit

I : menjelaskan tentang penyakit yang diderita

E : oma mengerti setelah dijelaskan

S : oma masih mengeluh nyeri

O : oma tampak nyeri, terdapat luka tumor di kaki kiri

A : masalah belum tertasi

P : Ajarkan tekhnik tarik nafas dalam

I : Mengajarkan tarik nafas dalam

E : Nyeri berkurang setelah melakukan tarik nafas dalam

Page 43

Page 44: AsKep-Gerontik Sistem Integumen

Kamis,20 januari 2011

2

3

1

2

S : oma mengeluh nyeri

O : ada luka di kaki kiri, kaki kiri tampak bengkak

A : masalah belum teratasi

P : lakukan perawatan luka

I : menjaga kebersihan sekitar luka

E : nyeri tetap dirasakan

S : oma mengatakan tidak pusing

O : TD : 130/70 mmHg

A : masalah teratasi

P : intervensi di hentikan

I : -

E : -

S : oma masih mengeluh nyeri

O : oma tampak nyeri, terdapat luka tumor di kaki kiri

A : masalah belum tertasi

P : Ajarkan tekhnik tarik nafas dalam

I : Mengajarkan tarik nafas dalam

E : Nyeri berkurang setelah melakukan tarik nafas dalam

S : oma mengeluh nyeri

O : ada luka di kaki kiri, kaki kiri tampak bengkak

A : masalah belum teratasi

P : lakukan perawatan luka

I : menjaga kebersihan sekitar luka

E : nyeri tetap dirasakan

Page 44

Page 45: AsKep-Gerontik Sistem Integumen

Senin, 24 januari 2011

3

1

2

S : oma mengeluh pusing

O : TD : 180/80 mmHg

A : masalah teratasi sebagian

P : berikan jus mentimun

I : memberikan jus mentimun

E : TD 170/70 mmHg

S : oma masih mengeluh nyeri

O : oma tampak nyeri, terdapat luka tumor di kaki kiri

A : masalah belum tertasi

P : Ajarkan tekhnik tarik nafas dalam

I : Mengajarkan tarik nafas dalam

E : Nyeri berkurang setelah melakukan tarik nafas dalam

S : oma mengeluh nyeri

O : ada luka di kaki kiri, kaki kiri tampak bengkak

A : masalah belum teratasi

P : lakukan perawatan luka

I : menjaga kebersihan sekitar luka

E : nyeri tetap dirasakan

Page 45

Page 46: AsKep-Gerontik Sistem Integumen

Selasa, 25 januari 2011

3

1

2

S : oma mengeluh pusing

O : TD : 180/80 mmHg

A : masalah teratasi sebagian

P : anjurkan untuk banyak istirahat

I : menganjurkan oma istirahat

E : oma tampak lebih rileks

S : oma masih mengeluh nyeri

O : oma tampak nyeri, terdapat luka tumor di kaki kiri

A : masalah belum tertasi

P : Ajarkan tekhnik tarik nafas dalam

I : Mengajarkan tarik nafas dalam

E : Nyeri berkurang setelah melakukan tarik nafas dalam

S : oma mengeluh nyeri

O : ada luka di kaki kiri, kaki kiri tampak bengkak

A : masalah belum teratasi

P : lakukan perawatan luka

I : menjaga kebersihan sekitar luka

E : nyeri tetap dirasakan

Page 46

Page 47: AsKep-Gerontik Sistem Integumen

3 S : oma mengeluh pusing

O : TD : 170/80 mmHg

A : masalah teratasi sebagian

P : anjurkan untukbanyak istirahat

I : menganjurkan oma untukbanyak istirahat

E : oma tampak lebih rileks

Page 47

Page 48: AsKep-Gerontik Sistem Integumen

BAB IV

PENUTUP

a. Simpulan

Tumor merupakan salah satu dari lima karakteristik inflamasi berasal dari bahasa latin,

yang berarti bengkak. IstilahTumor ini digunakan untuk menggambarkan pertumbuhan

biologikal jaringan yang tidak normal. Menurut Brooker, 2001 pertumbuhan tumor dapat

digolongkan sebagai ganas (malignant) atau jinak (benign).

Sel tumor pada tumor jinak bersifat tumbuh lambat, sehingga tumor jinak pada umumnya

tidak cepat membesar. Sel tumor mendesak jaringan sehat sekitarnya secara serempak

sehingga terbentuk simpai (serabut pembungkus yang memisahkan jaringan tumor dari

jaringan sehat). Oleh karena bersimpai maka pada umumnya tumor jinak mudah

dikeluarkan dengan cara operasi (Robin dan Kumar, 1995).

b. Saran

Semoga makalah yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua pembacanya dan

dapat di aplikaasikan dalam kehidupan sehari-hari

Page 48

Page 49: AsKep-Gerontik Sistem Integumen

DAFTAR PUSTAKA

Doenges E Marilynn, 2000., Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta

Kalim, Handono, 1996., Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

Mansjoer, Arif, 2000., Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculaapius FKUI,

Jakarta.

Prince, Sylvia Anderson, 1999., Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit., Ed. 4, EGC, Jakarta.

http://www.medicastore.com/nutracare/image/sendi.gif

Boedihartono. 1994. Proses Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta.

Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan. Jakarta : EGC.

Marilynn E. Doenges. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk

perencanaan dan pendokumentasian pasien, ed.3. Jakarta : EGC.

Nasrul Effendi. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC : Jakarta.

Robin S.L. dan Kumar V. 1995. Buku Ajar Patologi I. Jakarta : EGC.

Tjakra, Ahmad. 1991. Patologi. Jakarta : Bagian Patologi FKUI

Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta.

Page 49