askep integumen(selulitis.doc

33
ASUHAN KEPERAWATAN INTEGUMEN “SELULITIS” D I S U S U N OLEH : Kelas II.A Kelompok : IV HERMAN ANDI FADRIANI BASO ALIMUDDIN FITRIANI MARINI

description

firis

Transcript of askep integumen(selulitis.doc

Page 1: askep integumen(selulitis.doc

ASUHAN KEPERAWATAN

INTEGUMEN “SELULITIS”DISUSUN

OLEH :

Kelas II.AKelompok : IV

HERMANANDI FADRIANIBASO ALIMUDDINFITRIANIMARINISRI DAMAYANTI AMIR

AKADEMI KEPERAWATAN PEMKAB. WAJO

Page 2: askep integumen(selulitis.doc
Page 3: askep integumen(selulitis.doc

SELULITIS

A. DEFINISI

Selulitis adalah penyebaran infeksi pada kulit yang meluas hingga jaringan subkutan (Arif,

2000).

Selulitis adalah peradangan akut terutama menyerang jaringan subkutis, biasanya didahului

luka atau trauma dengan penyebab tersering Streptokokus betahemolitikus dan Stafilokokus

aureus. Sellulitis adalah peradangan pada jaringan kulit yang mana cenderung meluas kearah

samping dan ke dalam (Herry, 1996).

B. ETIOLOGI

 Penyakit Selulitis disebabkan oleh:

1. Infeksi bakteri dan jamur :  

Disebabkan oleh Streptococcus grup A dan Staphylococcus aureus

Pada bayi yang terkena penyakit ini dibabkan oleh Streptococcus grup B

Infeksi dari jamur, Tapi Infeksi yang diakibatkan jamur termasuk jarang

Aeromonas Hydrophila.

S. Pneumoniae (Pneumococcus)

2. Penyebab lain : 

Gigitan binatang, serangga, atau bahkan gigitan manusia.

Kulit kering

Eksim

Kulit yang terbakar atau melepuh

Page 4: askep integumen(selulitis.doc

Diabetes

Obesitas atau kegemukan

Pembekakan yang kronis pada kaki

Penyalahgunaan obat-obat terlarang

Menurunnyaa daya tahan tubuh

Cacar air

Malnutrisi

Gagal ginjal

Beberapa faktor yang memperparah resiko dari perkembangan selulitis :

▪ Usia

Semakin tua usia, kefektifan sistem sirkulasi dalam menghantarkan darah berkurang pada

bagian tubuh tertentu. Sehingga abrasi kulit potensi mengalami infeksi seperti selulitis pada

bagian yang sirkulasi darahnya memprihatinkan.

▪ Melemahnya sistem immun (Immunodeficiency)

Dengan sistem immune yang melemah maka semakin mempermudah terjadinya infeksi.

Contoh pada penderita leukemia lymphotik kronis dan infeksi HIV. Penggunaan obat

pelemah immun (bagi orang yang baru transplantasi organ) juga mempermudah infeksi.

▪ Diabetes mellitus

Tidak hanya gula darah meningkat dalam darah namun juga mengurangi sistem immun tubuh

dan menambah resiko terinfeksi. Diabetes mengurangi sirkulasi darah pada ekstremitas

bawah dan potensial membuat luka pada kaki dan menjadi jalan masuk bagi bakteri

penginfeksi.

▪ Cacar dan ruam saraf

Karena penyakit ini menimbulkan luka terbuka yang dapat menjadi jalan masuk bakteri

penginfeksi.

▪ Pembangkakan kronis pada lengan dan tungkai (lymphedema)

Page 5: askep integumen(selulitis.doc

Pembengkakan jaringan membuat kulit terbuka dan menjadi jalan masuk bagi bakteri

penginfeksi.

▪ Infeksi jamur kronis pada telapak atau jari kaki

Infeksi jamur kaki juga dapat membuka celah kulit sehinggan menambah resiko bakteri

penginfeksi masuk

▪ Penggunaan steroid kronik

Contohnya penggunaan corticosteroid.

▪ Gigitan & sengat serangga, hewan, atau gigitan manusia

▪ Penyalahgunaan obat dan alkohol

Mengurangi sistem immun sehingga mempermudah bakteri penginfeksi berkembang.

▪ Malnutrisi

Sedangkan lingkungan tropis, panas, banyak debu dan kotoran, mempermudah timbulnya

penyakit ini.

C. PATOFISIOLOGI

Selulitis terjadi jika bakteri masuk ke dalam kulit melalui kulit yang terbuka. Dua bakteri

yang paling sering menyebabkan infeksi ini adalah streptococcus dan staphylococcus. Lokasi

paling sering terjadi adalah di kaki, khususnya di kulit daerah tulang kering dan punggung

kaki. Karena cenderung menyebar melalui aliran limfatik dan aliran darah, jika tidak segera

diobati, selulitis dapat menjadi gawat. Pada orang tua, sellulitis yang mengenai extremitas

bawah dapat menimbulkan komplikasi sebagai tromboflebitis. Pada penderita dengan edema

menahun, sellulitis dapat menyebar atau menjalar dengan cepat sekali sedangkan

penyembuhannya lambat. Daerah nekrotik yang mendapat superinfeksi bakteri gram negative

akan mempersulit penyembuhan.

STUDI LAB 

Page 6: askep integumen(selulitis.doc

Tidak membutuhkan prosedur lebih lanjut untuk sampai ke tahap diagnosis (yang meliputi

anamnesis,uji laboratorium, sinar x dll, dalam kasus cellulite yang belum mengalami

komplikasi yang mana criterianya seperti : 

o Daerah penyebaran belum luas

o Daerah yang terinfeksi tidak mengalami rasa nyeri atau sedikit nyeri

o Tidak ada tanda-tanda systemic seperti : demam, terasa dingin, dehidrasi, tachypnea,

tachycardia,hypotensi.

o Tidak ada factor resiko yang dapat menyebabkan penyakit bertambah parah seperti : Umur

yang sangat tua, daya tahan tubuh sangat lemah.

Jika sudah mengalami gejala seperti adanya tanda systemic, maka untuk melakukan

diagnosis membutuhkan penegakan diagnosis tersebut dengan melakukan pemeriksaan lab

seperti : 

o Complete blood count

o BUN level 

o Creatinine level

o Culture darah

Pembuangan luka

Immunofluorescence : Immunofluorescence adalah sebuah teknik yang dimana dapat

membantu menghasilkan diagnosa sera pasti pada kultur cellulites negative, tapi teknik ini

jarang digunakan.

Penggunaan MRI juga dapat membantu dalam mendiagnosa infeksi cellulites yang parah.

D. MANIFESTASI KLINIK

Riwayat: Biasanya didahului oleh lesi-lesi sebelumnya, sepeti ulkus statis, luka tusuk:

sesudah saru atau dua hari akan timbul eritem local dan rasa sakit.

Gejala sistemik: Malaise, demam (suhu tubuh dapat mencapai 38,5°C), dan menggigil.

Eritem pada tempat infeksi cepat bettambah merah dan menjalar. Rasa sakit setempat terasa

sekali.

Page 7: askep integumen(selulitis.doc

Lesi Kulit: Daerah kulit yang teraba merupakan infiltrat edematus yang teraba, merah, panas,

dan luas. Pinggir lesi tidak menimbul atau berbatas tegas. Terdapat limfadenopati setempat

yang disertai dengan limfangitis yang menjalar kearah proksimal. Vesikula permukaan dapat

terjadi dan mudah pecah. Abses local dapat terbentuk dengan nekrosis kulit di atasnya. 

Sellulitis yang terdapat di kulit kepala di tandai oleh beberapa nodula kecil dan abses.. Proses

ini biasanya kronik dengan kecenderungan membentuk terowongan kulit. Biasanya penyakit

ini terjadi pada dewasa muda dan sering disertai jerawat atau hidradenitis supurativa.

Sellulitis perianal yang terdapat pada anak merupakan merupakan proses yang sakit karena

terjadi edem di sekitar anus, yang konsistensinya lunak. Penyebabnya biasanya Streptococcus

group A.

Penampakan yang paling umum adalah bagian tubuh yang menderita selullitis berwarna

merah, terasa lembut, bengkak, hangat, terasa nyeri, kulit menegang dan mengilap. Gejala

tambahan yaitu demam, malaise, nyeri otot, eritema, edema, lymphangitis. Lesi pada

awalnya muncul sebagai makula eritematus lalu meluas ke samping dan ke bawah kulit dan

mengeluarkan sekret seropurulen. Gejala pada selulitis memang mirip dengan eresipelas,

karena selulitis merupakan diferensial dari eresipelas. Yang membedakan adalah bahwa

selulitis sudah menyerang bagian jaringan subkutaneus dan cenderung semakin luas dan

dalam, sedangkan eresipelas menyerang bagian superfisial kulit.

E. PENATALAKSANAAN

▪ Pemeriksaan Laboratorium

▫ CBC (Complete Blood Count), menunjukkan kenaikan jumlah leukosit dan rata-rata

sedimentasi eritrosit. Sehingga mengindikasikan adanya infeksi bakteri.

▫ BUN level

▫ Creatinin level

▫ Kultur darah, dilaksanakan bila infeksi tergeneralisasi telah diduga

▫ Mengkultur dan membuat apusan Gram, dilakukan secara terbatas pada daerah penampakan

luka namun sangat membantu pada area abses atau terdapat bula

Pemeriksaan laboratorium tidak dilaksanakan apabila penderita belum memenuhi beberapa

Page 8: askep integumen(selulitis.doc

kriteria; seperti area kulit yang terkena kecil, tidak tersasa sakit, tidak ada tanda sistemik

(demam, dingin, dehidrasi, takipnea, takikardia, hipotensi), dan tidak ada faktor resiko.

▪ Pemeriksaan Imaging

▫ Plain-film Radiography, tidak diperlukan pada kasus yang tidak lengkap (seperti kriteria

yang telah disebutkan)

▫ CT (Computed Tomography)

Baik Plain-film Radiography maupun CT keduanya dapat digunakan saat tata kilinis

menyarankan subjucent osteomyelitis. Jika sulit membedakan selulitis dengan necrotizing

fascitiis, maka pemeriksaan yang dilakukan adalah :

▫ MRI (Magnetic Resonance Imaging), Sangat membantu pada diagnosis infeksi selulitis

akut yang parah, mengidentifikasi pyomyositis, necrotizing fascitiis, dan infeksi selulitis

dengan atau tanpa pembentukan abses pada subkutaneus.

F. PENCEGAHAN

Jika memiliki luka,

▪ Bersihkan luka setiap hari dengan sabun dan air

▪ Oleskan antibiotik

▪ Tutupi luka dengan perban

▪ Sering-sering mengganti perban tersebut

▪ Perhatikan jika ada tanda-tanda infeksi

Jika kulit masih normal,

▪ Lembabkan kulit secara teratur

▪ Potong kuku jari tangan dan kaki secara hati-hati

▪ Lindungi tangan dan kaki

▪ Rawat secara tepat infeksi kulit pada bagian superficial

G. PENGOBATAN : 

Page 9: askep integumen(selulitis.doc

1. Menggunakan antibiotic, contohnya : 

ORGANISME NAMA OBAT OBAT ALTERNATIVE

mixed infection Ampicillin/sulbactam, Imipenem/cilastatin, Ticarcillin/clavulanate

Cefoxitin,Clindamycin atau metronidazole+aminoglycoside

Streptocoocus (A,B,C,G), Anaerobic Streptococci Penicillin G+Clindaycin

Ceftriaxone+Clindamycin

Enterococcus Penicilin G atau Ampicilin+genamycin or streptomycin

Vancomycin+gentamycin atau streptomycin

Staphylococcus aureus Nafcillin (atau oxacillin), Vancomycin Cefazolin,

Amoxicilin/clavulanic acid

Clostridium Perfingens, Clostridium Septicum Penicilin G + clindamycin

Metronidazole+imipenem atau meropenem Chloramphenicol(6)

H. TINDAK LANJUT : 

Perawatan lebih lajut bagi pasien rawat inap:

o Beberapa pasien membutuhkan terapi antibiotik intravenous 

o Pelepasan antibiotic parenteral pada pasien rawat jalan menunjukan bahwa dia telah

sembuh dari infeksi

Perawatan lebih lanjut bagi pasien rawat jalan : 

o Perlindungan penyakit cellulites bagi pasien rawat jalan dapat dilakukan dengan cara

memberikan erythromycin atau oral penicillin dua kali sehari atau intramuscular benzathine

penicillin.

I. KOMPLIKASI : 

Bakteremia

Nanah atau local Abscess

Superinfeksi oleh bakteri gram negative

Page 10: askep integumen(selulitis.doc

Lymphangitis

Trombophlebitis

Ellulitis pada muka atau Facial cellulites pada anak menyebabkan meningitis sebesar 8%.

Dimana dapat menyebabkan kematian jaringan (Gangrene), dan dimana harus melakukan

amputasi yang mana mempunyai resiko kematian hingga 25%.

J. Pengkajian umum pasien

1. Pengkajian umum

Penting artinya untuk memulai setiap pengkajian dengan pengkajian umum terhadap pasien

sebagai satu kesatuan. Setiap pengkajian pasien harus meliputi pengkajian dan dokumenasi

tentang kondisi fisik umum, kemampuan perawatan disi, penampilan kulit, mobilitas, status

nutrisi, kontinensia, fungsi sensoris, status kardiovaskuler, fungsi respirasi, ada tidaknya

nyeri, status kesadran dan kewaspadaan mental, status emosional, pemahaman kondisi saat

ini, medikasi terbaru, alergi dan keadaan social.

a. Status nutrisi

Malnutrisi merupakan penyebab yang sangat penting dari kelambatan penyembuhan luka.

Pentingnya pemantauan secara ketat terhadap berat badan dan indicator malnutrisi lainnya

pada pasien dengan cedera berat, setelah operasi besar, dan saat terdapat septicemia sangat

ditekankan (Kinney, 1980). Mintalah nasehat ahli gizi apabila dicurigai adanya malnutrisi.

Pengkajian nutrisi: indeks umum malnutrisi kalori/ protein.

Antropometri

- Berat badan terhadap tinggi dan jenis kelamin

- Penurunan berat badan terakhir (persentasi perubahan berat badan)

- Ketebalan lipatan kulit triseps (ukuran persediaan lemak tubuh)

- Lingkar otot lengan tengah atas (ukuran tidak langsung terhadap masa otot skelet dan

cadangan protein)

Metode biokimia

- albumin serum

Hitung sel darah

- Jumlah limfatik

Page 11: askep integumen(selulitis.doc

Tes urine 24 jam

- Kreatinin: indeks tinggi

- Eksresi nitrogen (digabungkan dengan ukuran yang akurat dari masukan diet nitrogen)

Pemeriksaan klinis

Riwayat diet saat masuk

b. Nyeri

Nyeri merupakan suatu masalah yang umum dans eringkali dipandang rendah pada pasien-

pasien yang menderita luka. Penatalaksanaan nyeri yang tidak adekuat dapat menjadi

lingkaran setan yang terdiri dari ketegangan otot, keletihan, ansietas dan depresi yang dapat

memperlambat penyembuhan dengan cara menekan efektifitas system imun (Maier dan

Laudenslager, 1985).

Meski tidak diinginkan dan umumnya dpaat dicegah, nyeri akut setelah bedah mayor setidak-

tidaknya mempunyai fungsi fisiologis positif, berperan sebagai suatu peringata bahwa

perawatan khusus harus dilakukan untuk mencegah trauma lebih lanjut pada daerah tersebut.

Nyeri pada trauma pembedahan normalnya dapat diramalkan hanya terjadi dalam durasi yang

terbatas, lebih singkat dari waktu yang diperlukan untuk perbaikan alamiah terhadap

jaringan-jaringan yang rusak. Sebagai perbandingan, untuk seorang pasien yang menderita

nyeri kronik, seperti yang berhubungan dengan karsinoma, atau dengan pasien dengan

penyakit vascular perifer berat dan adanya ulkus iskemik pada ekstremitas inferior, maka

fungsi nyeri tidak begitu banyak membantu dan penyembuhan jaringan mungkin merupakan

sebuah tujuan yang tidak realistis.

Nyeri merupakan suatu fenomena kompleks yang berpengaruh hanya pada jaringan yang

mengalami cedera atau penyakit. Persepsi klien terhaap nyeri dipengaruhi oleh factor-faktor

seperti makna nyeri itu sendiri bagi mereka (Waugh, 1990), yang selanjutnya juga

dipengaruhi oleh factor-faktor social budaya, factor kepribadian dan status psikolopgis saat

ini. Pasien dengan nyeri kanker dihadapkan pada kemungkinan ancaman kematian.

Ketidakpastian, ketakutan, keletihan dan depresi yang dapat menyertai penyakit terminal,

dapat mengurangi ambang nyeri pasien, menambah nyeri yang dirasakan dan meningkatkan

kebutuhan akan analgesia (Bond, 1984).

Faktor yang mempengaruhi persepsi nyeri merupakan suatu hal yang kompleks dan tidak

Page 12: askep integumen(selulitis.doc

dapat dipisahkan dari kurangnya pegukuran nyeri yang absolute dan obyektif sehingga

mengakibatkan pengkajian nyeri menjadi sangat sulit.

Metode yang lebih canggih untuk mengkaji dan mendokumentasikan nyeri serta factor-faktor

yang dapat meringankan nyeri tersebut, sangat cocok untuk pasien yang menderita nyeri

akibat luka kronis yang tidak mudah ditangani.

c. Faktor-faktor Psikososial

Faktor positif

-Pengetahuan yang baik tentang penyakit/ kondisi sakit

-Partisipasi aktif dalam pengobatan

-Hubungan yang baik dengan petugas

-Metode koping yang fleksibel

-Hubungan social suportif yang baik

-Orientasi positif terhadap pengobatan dan rehabilitasi dari anggota tim perawatan kesehatan 

Faktor negative

-Tidak bersedia atau tidak mampu mengetahui tentang kondisi / penyakit

-Rasa kurang percaya dan ketidakmauan untuk berpartisipasi dalam pengobatan

-Hubungan yang buruk dengan petugas

-Ketergantungan pasif, penolakan persisten, atau disposisi emosi tinggi

-Hubungan keluarga yang buruk, hidup sendiri

-Perilaku negative dari petugas terhadap pengobatan dan penyembuhan

-Tambahan tekanan hidup saat ini missal: kematian, perpisahan, kehilangan pekerjaan

2. Mengkaji penyebab luka

Mengkaji penyebab langsung dari luka dan bila memungkinkan segala patofisiologi yang

mendasari merupakan persyaratan dalam merencanakan perawatan yang tepat dan juga untuk

mencegah kekambuhan luka dalam jangka panjang. 

3. Pengkajian luka loka dan identifikasi malalah

Setelah mengkaji pasien secara keseluruhan, penyebab langsung dari luka dan semua

Page 13: askep integumen(selulitis.doc

patofisiologi yang mendasarinya, sangatlah penting bagi perawat untuk melakukan

pengkajian yang akurat terhadap uka itu sendiri, dengan maksud untuk mengidentifikasi

semua factor-faktor local yang dapat memperlambat penyembuhan seperti jaringan nekrotik,

krusta yang berlebihan, infeksi ataupun eksudat yang berlebihan. Pengkajian luka yang

akurat dan terus meneurs sangatlah penting untuk merencanakan penatalaksanaan local luka

yang adekuat dan untuk mengevaluasi efektivitasnya. Hal tersebut juga penting untuk

dilakukan agar dapat mengenali kapan penyembuhan berkembang baik, dengan mampu

mengenali jaringan granulasi dan epitelialisasi yang sehat.

4. Mengkaji Konsekuensi luka

Penyebab luka berpengaruh langsung terhadap perasaan pasien tentang luka itu sendiri dan

mungkin juga tentang konsekuensi fisik, social dan akibat emosional.

Konsekuensi dari luka dapat digolongkan ke dalam:

- Konsekuensi fisik: kehilangan fungsi, jaringan parut dan nyeri kronik

- Konsekuensi emosional: perubahan citra tubuh, masalah dalam hubungan social, masalah

seksual

- Konsekuensi social: gagal dalam melaksanakan peran social tertentu seperti pekerjaan atau

adanya pembatasan aktivitas dalam peran tersebut.

Sifat dari masalah tersebut tidak hanya berhubungan dengan tipe luka dan tempat luka tetapi

juga berhubungan dengan tingkat dukungan social seseorang, kemandirian ekonomi,

kepribadian dan filosofi pribadi. Rehabilitasi pasien dalam jangka pendek dan jangka

panjang, baik rehabilitasi fisik maupun psikologis, memerlukan perencanaan dan sensitivitas.

Konseling yang simpatik dengan mengikutsertakan pasien dan keluargnya merupakan satu

bagian integral perawatan pasien sejak awal dan dimulai dengan mengkaji pengetahuan

pasien, kemampuan kognitif dan kebutuhannya.

K. Diagnosa Keperawatan

- Kurang pengetahuan mengenai pencegahan gejala dan penatalaksanaan kondisi

berhubungan dengan informasi yang tidak adekuat.

- Nyeri berhubungan dengan iritasi kulit, gangguan integritas kulit, iskemik jaringan.

- Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.

Page 14: askep integumen(selulitis.doc

- Ganguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada ekstrimitas.

- Gangguan pemenuhan nutrisi ( kurang dari ) kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake

makanan yang kurang.

- Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu anggota tubuh.

- Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki.

 

L. Rencana Asuhan Keperawatan

a. Kurang pengetahuan mengenai pencegahan gejala dan penatalaksanaan kondisi

berhubungan dengan informasi yang tidak adekuat.

DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN/ SASARAN INTERVENSI RASIONAL

Kurang pengetahuan mengenai pencegahan gejala dan penatalaksanaan kondisi berhubungan

dengan informasi yang tidak adekuat. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24

jam klien dapat memahami dan mengenali penyebab penyakitnya.

KH:

- Klien mendapatkan pengetahuan tentang pencegahan dan penatalaksanaan.

 1. Kaji tingkat pengetahuan dan kesiapan untuk belajar dari klien.

2. Ajarkan informasi yang diperlukan: Gunakan kata-kata yang sesuai dengan tingkat

pengetahuan klien. Pilih waktu kapan klien paling nyaman dan berminat. Batasi sesi

penyuluhan sampai 30 menit atau kurang.

3. Yakinkan klien bahwa penyakitnya dapat diatasi. 1. Keinginan untuk belajar tergantung

pada kondisi fisik klien, tingkat ansietas dan kesiapan mental. 

2. Individualisasi penyuluhan meningkatkan pembelajaran. 

3. Memberikan keyakinan dapat memberikan pengaruh positif pada perubahan perilaku.

b. Nyeri berhubungan dengan iritasi kulit, gangguan integritas kulit, iskemik jaringan.

DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN/ SASARAN INTERVENSI RASIONAL

Page 15: askep integumen(selulitis.doc

Nyeri berhubungan dengan iritasi kulit, gangguan integritas kulit, iskemik jaringan.

 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam nyeri akut teratasi/terkontrol

dengan KH:

- Klien mengungkapkan nyeri berkurang atau hilang.

- Penderita secara verbal mengatakan nyeri berkurang/hilang .

- Penderita dapat melakukan metode atau tindakan untuk mengatasi atau mengurangi nyeri .

- Pergerakan penderita bertambah luas.

- Tidak ada keringat dingin, tanda vital dalam batas normal.

S: 36-37,5 0C

N: 60 – 80 x /menit T : 100-130 mmHg RR : 18-20 x/menit 1. Kaji tingkat, frekuensi, dan

reaksi nyeri yang dialami pasien.

2. Jelaskan pada pasien tentang sebab-sebab timbulnya nyeri.

3. Ciptakan lingkungan yang tenang.

4. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.

5. Atur posisi pasien senyaman mungkin sesuai keinginan pasien.

6. Lakukan massage dan kompres luka dengan BWC saat rawat luka.

7. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik.

 1. Untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pasien. 

2. Pemahaman pasien tentang penyebab nyeri yang terjadi akan mengurangi ketegangan

pasien dan memudahkan pasien untuk diajak bekerjasama dalam melakukan tindakan. 

3. Rangsangan yang berlebihan dari lingkungan akan memperberat rasa nyeri. 

4. Teknik distraksi dan relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien. 

5. Posisi yang nyaman akan membantu memberikan kesempatan pada otot untuk relaksasi

Page 16: askep integumen(selulitis.doc

seoptimal mungkin. 

6. Massage dapat meningkatkan vaskulerisasi dan pengeluaran pus sedangkan BWC sebagai

desinfektan yang dapat memberikan rasa nyaman. 

7. Obat –obat analgesik dapat membantu mengurangi nyeri pasien.

c. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.

DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN/ SASARAN INTERVENSI RASIONAL

Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.

 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam rasa cemas berkurang/hilang KH: 

- Pasien dapat mengidentifikasikan sebab kecemasan.

- Emosi stabil., pasien tenang.

Istirahat cukup. 1. Kaji tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien.

2. Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa cemasnya.

3. Gunakan komunikasi terapeutik. 

4. Beri informasi yang akurat tentang proses penyakit dan anjurkan pasien untuk ikut serta

dalam tindakan keperawatan. 

5. Berikan keyakinan pada pasien bahwa perawat, dokter, dan tim kesehatan lain selalu

berusaha memberikan pertolongan yang terbaik dan seoptimal mungkin.

6. Berikan kesempatan pada keluarga untuk mendampingi pasien secara bergantian.

7. Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman.

 1. Untuk menentukan tingkat kecemasan yang dialami pasien sehingga perawat bisa

memberikan intervensi yang cepat dan tepat. 

Page 17: askep integumen(selulitis.doc

2. Dapat meringankan beban pikiran pasien. 

3. Agar terbina rasa saling percaya antar perawat-pasien sehingga pasien kooperatif dalam

tindakan keperawatan. 

4. Informasi yang akurat tentang penyakitnya dan keikutsertaan pasien dalam melakukan

tindakan dapat mengurangi beban pikiran pasien. 

5. Sikap positif dari timkesehatan akan membantu menurunkan 

kecemasan yang dirasakan pasien. 

6. Pasien akan merasa lebih tenang bila ada anggota keluarga yang menunggu. 

7. Lingkung yang tenang dan nyaman dapat membantu mengurangi rasa cemas pasien.

d. Ganguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada ekstrimitas.

DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN/ SASARAN INTERVENSI RASIONAL

Ganguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada ekstrimitas.

 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam mulai tercapainya proses

penyembuhan luka. KH: 

1.Berkurangnya oedema sekitar luka.

2. pus dan jaringan berkurang

3. Adanya jaringan granulasi.

4. Bau busuk luka berkurang. 1. Kaji luas dan keadaan luka serta proses penyembuhan. 

2. Rawat luka dengan baik dan benar : membersihkan luka secara abseptik menggunakan

larutan yang tidak iritatif, angkat sisa balutan yang menempel pada luka dan nekrotomi

jaringan yang mati.

3. Kolaborasi dengan dokter pemeriksaan kultur pus dan pemberian anti biotik.

.

 1. Pengkajian yang tepat terhadap luka dan proses penyembuhan akan membantu dalam

menentukan tindakan selanjutnya.

2. Merawat luka dengan teknik aseptik, dapat menjaga kontaminasi luka dan larutan yang

Page 18: askep integumen(selulitis.doc

iritatif akan merusak jaringan granulasi tyang timbul, sisa balutan jaringan nekrosis dapat

menghambat proses granulasi. 3. Pemeriksaan kultur pus untuk mengetahui jenis kuman dan

anti biotik yang tepat untuk pengobatan, pemeriksaan kadar gula darah untuk mengetahui

perkembangan penyakit

e. Gangguan pemenuhan nutrisi ( kurang dari ) kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake

makanan yang kurang.

DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN / SASARAN INTERVENSI RASIONAL

Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake

makanan yang kurang.

 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi

dengan KH:

1. Berat badan dan tinggi badan ideal.

2. Pasien mematuhi dietnya.

3. mual muntah tidak ada

 1. Kaji status nutrisi dan kebiasaan makan. 

2. Anjurkan pasien untuk mematuhi diet yang telah diprogramkan.

3. Timbang berat badan setiap seminggu sekali.

4. Identifikasi perubahan pola makan.

 1. Untuk mengetahui tentang keadaan dan kebutuhan nutrisi pasien sehingga dapat diberikan

tindakan dan pengaturan diet yang adekuat. 

Page 19: askep integumen(selulitis.doc

2. Kepatuhan terhadap diet dapat mencegah komplikasi terjadinya hipoglikemia/

  hiperglikemia.

3. Mengetahui perkembangan berat badan pasien (berat badan merupakan salah satu indikasi

untuk menentukan diet).

4. Mengetahui apakah pasien telah melaksanakan program diet yang ditetapkan.

f. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu anggota tubuh.

DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN / SASARAN INTERVENSI RASIONAL

Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu anggota tubuh.

 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam Pasien dapat menerima perubahan

bentuk salah satu anggota tubuhnya secara positif dengan KH:

- Pasien mau berinteraksi dan beradaptasi dengan lingkungan. Tanpa rasa malu dan rendah

diri.

- Pasien yakin akan kemampuan yang dimiliki. 1. Kaji perasaan/persepsi pasien tentang

perubahan gambaran diri berhubungan dengan keadaan anggota tubuhnya yang kurang

berfungsi secara normal.

2. Lakukan pendekatan dan bina hubungan saling percaya dengan pasien.

3. Tunjukkan rasa empati, perhatian dan penerimaan pada pasien.

4. Bantu pasien untuk mengadakan hubungan dengan orang lain.

5. Beri kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan perasaan kehilangan.

6. Beri dorongan pasien untuk berpartisipasi dalam perawatan diri dan hargai pemecahan

masalah yang konstruktif dari pasien.

 1. Mengetahui adanya rasa negatif pasien terhadap dirinya. 

Page 20: askep integumen(selulitis.doc

2. Memudahkan dalm menggali permasalahan pasien. 

2. Pasien akan merasa dirinya di hargai. 

3. Dapat meningkatkan kemampuan dalam mengadakan hubungan dengan orang lain dan

menghilangkan perasaan terisolasi. 

4. Untuk mendapatkan dukungan dalam proses berkabung yang normal.

5. Untuk meningkatkan perilaku yang adiktif dari pasien.

g. Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki.

DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN / SASARAN INTERVENSI RASIONAL

Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki.

 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam Gangguan pola tidur pasien akan

teratasi dengan KH:

1. Pasien mudah tidur dalam waktu 30 – 40 menit.

2. Pasien tenang dan wajah segar.

3. Pasien mengungkapkan dapat beristirahat dengan cukup. 1. Ciptakan lingkungan yang

nyaman dan tenang.

2. Kaji tentang kebiasaan tidur pasien di rumah.

3. Kaji adanya faktor penyebab gangguan pola tidur yang lain seperti cemas, efek obat-

obatan dan suasana ramai.

Page 21: askep integumen(selulitis.doc

4. Anjurkan pasien untuk menggunakan pengantar tidur dan teknik relaksasi.

5. Kaji tanda-tanda kurangnya pemenuhan kebutuhan tidur pasien.

 1. Lingkungan yang nyaman dapat membantu meningkatkan tidur/istirahat. 

2. Mengetahui perubahan dari hal-hal yang merupakan kebiasaan pasien ketika tidur akan

mempengaruhi pola tidur pasien. 

3. Mengetahui faktor penyebab gangguan pola tidur yang lain dialami dan dirasakan pasien. 

4. Pengantar tidur akan memudahkan pasien dalam jatuh dalam tidur, teknik relaksasi akan

mengurangi ketegangan dan rasa nyeri. 

5. Untuk mengetahui terpenuhi atau tidaknya kebutuhan tidur pasien akibat gangguan pola

tidur sehingga dapat diambil tindakan yang tepat.

Page 22: askep integumen(selulitis.doc

DAFTAR PUSTAKA

Arif, mansjoer (1999). Kapita selekta kedokteran. Jakarta: EGC.

Doenges (2000). Rencana asuhan keperawatan; pedoman untuk perencanaan dan

pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC

Fitzpatrick. (2005). Clinical Dermatology hal 603-612.5th ed.

Fitzpatrick. (2007). Dermatology in general medicine hal 1893.6th ed.

Page 23: askep integumen(selulitis.doc

http://www.emedicine.com/EMERG/topic88.htm

http://content.nejm.org/cgi/reprint/350/9/904.pdf

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000855.htm