Askep Diabetes Klp 7
-
Upload
joeni-poetri-lelana -
Category
Documents
-
view
54 -
download
6
Transcript of Askep Diabetes Klp 7
HALAMAN JUDUL
SISTEM ENDOKRIN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
Ny. LC DENGAN DIABETES MILITUS
OLEH A4 D
KELOMPOK 7
1. Dewa Ayu Putri Anggi Wirani (10.321.0993)
2. I Ketut Juli Ariawan (10.321.1001)
3. Luh Relo Sriningsih (10.321.1012)
4. Ni Luh Putu Megayanthi (10.321.0768)
5. Ni Luh Devi Septia Virgowati (10.321.0973)
6. I Putu Ardy Pranata Utama (10.321.1005)
7. Ni Luh Gede Andryanti (10.321.0710)
8. I Putu Gede Astra Sukadana (10.321.0697)
i
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA PPNI BALI
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2012-2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan rahmatnya-Nyalah kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Sistem Endokrin yang
berupa makalah ini tepat pada waktunya. Makalah yang berjudul ”Asuhan Keperawatan
pada Ny LC dengan Diabetes Militus” .
Terima kasih kami ucapkan kepada dosen pembimbing yang telah membantu kami
dalam penyelesaian makalah ini. Terima kasih juga kepada semua anggota kelompok yang
telah membantu baik dalam pencarian data maupun dalam proses penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Untuk itu segala kritik dan
saran membangun sangat diharapkan untuk perbaikan penyusunan makalah berikutnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun maupun pembaca.
Penulis
November 2012
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................................1
A. Latar belakang.........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................2
C. Tujuan......................................................................................................................................2
D. Manfaat....................................................................................................................................2
E. Metode Penulisan....................................................................................................................2
BAB II.................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN..................................................................................................................................3
A. Laporan pendahuluan..............................................................................................................3
Konsep Dasar Penyakit........................................................................................................3
Konsep Askep...................................................................................................................15
B. Askep Kasus..........................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................55
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pola hidup masyarakat yang cenderung semakin meningkat, berbagai
macam penyakit semakin dikenal oleh masyarakat. Salah satu diantaranya adalah apa
yang dinamakan diabetes mellitus atau yang lebih dikenal masyarakat dengan kencing
manis.
Meningkatnya prevalensi diabetes mellitus di beberapa negara berkembang
karena peningkatan kemakmuran di negara yang bersangkutan, akhir-akhir ini banyak
disoroti. Peningkatan pendapatan per kapita dan perubahan gaya hidup terutama di
kota-kota besar menyebabkan peningkatan prevalensi penyakit ganeratif, seperti
penyakit jantung koroner, hipertensi, diabetes mellitus dan lain-lain.
Diabetes mellitus merupakan suatu keadaan hiperglikemia kronik disertai
berbagai macam komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah, yang
disertai lesi pada membrane basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop electron
(Mansjoer arief, 2001: 580).
Penyakit diabetes mellitus merupakan penyakit degeneratif yang
memerlukan upaya penanganan yang tepat dan serius. Menurut data organisasi
kesehatan dunia (WHO), Indonesia menempati urutan keempat dengan jumlah
penderita diabetes terbesar di dunia setelah India, Cina dan Amerika Serikat
(www.Diabetes Mellitus News.com). Dengan prevalensi 8,4 % dari total penduduk,
diperkirakan pada tahun 1995 terdapat 4,5 juta pengidap diabetes mellitus dan pada
tahun 2025 diperkirakan meningkat menjadi 12,4 juta penderita. Berdasarkan data
Departemen Kesehatan jumlah pasien Diabetes Mellitus rawat inap maupun rawat
jalan di rumah sakit menempati urutan pertama dari seluruh penyakit endokrin dan 4
% wanita hamil menderita Diabetes Mellitus Gestasional.
1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar teori asuhan keperawatan dengan diabetes militus?
2. Bagaimana aplikasi konsep dasar teori asuhan keperawatan diabetes militus pada
contoh kasus?
C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami tentang penyakit diabetes melitus
2. Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan diabetes
mellitus
D. Manfaat
1. Manfaat umum
- Sebagai sarana pembelajaran dalam membuat makalah atau karya tulis
- Menambah wawasan dan pengetahuan
- Sebagai acuan pengembangan diri
2. Manfaat khusus
- Sebagai acuan dalam memahami konsep dasar penyakit diabetes militus
- Sebagai acuan dalam pemahaman konsep asuhan keperawatan pada pasien
dengan diabetes militus
E. Metode Penulisan
Makalah ini ditulis, dimana data merupakan data sekunder yang diperoleh dari
media kepustakaan dari buku penunjang dan diperoleh dari media internet.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Laporan pendahuluan
Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi
Diabetes Mellitus adalah sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth,
2000). Diabetes Mellitus adalah gangguan metabolisme secara genetis dan klinis
termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat.
(Price, 2000)
Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa)
darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002).
Diabetes militus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai
oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.Pada
diabetes,kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun, atau
pancreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin. (Brunner & Suddart,
2001).
Diabetes mellitus adalah keadaan hyperglikemia kronis yang disebabkan
oleh faktor lingkungan dan keturunan secara bersama-sama, mempunyai
karakteristik hyperglikemia kronis tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol
(WHO).
Diabetes mellitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
akibat peningkatan kadar glukosa darah yang disebabkan oleh kekurangan insulin
baik absolut maupun relatif (Suyono, 2002).
Dari berbagai defenisi diatas dapat ditarik garis besarnya bahwa diabetes
melitus adalah kelainan metabolisme yang kronis yang dimana terjadi defisiensi
insulin atau retensi insulin, di tandai dengan tingginya keadaan glukosa darah
(hiperglikemia) dan glukosa dalam urine (glukosuria) atau merupakan sindroma
klinis yang ditandai dengan hiperglikemia kronik dan gangguan metabolisme 3
karbohidrat, lemak dan protein sehubungan dengan kurangnya sekresi insulin
secara absolut / relatif dan atau adanya gangguan fungsi insulin.
Gula (glukosa) adalah zat yang diperlukan oleh tubuh sebagai energi sehingga sel-
sel dalam tubuh dapat beraktivitas sesuai dengan fungsinya. Glukosa dan oksigen akan
diubah menjadi ebergi (ATP) dalam mitokondria untuk memenuhi kebutuhan energi sel,
jaringan, dan organ. Glukosa dalam tubuh hendaknya normal, sehingga gangguan seperti
hiperglikonemia ataupun hipoglikonemia tidak terjadi.
Kadar Gula darah Puasa
(mg/dl)
Kadar Gula Darah 2 Jam Setelah
Beban 75 gr Glukosa (mg/dl)
Normal < 100 < 140
Prediabetes 100 – 125 140 - < 200
Diabetes ≥ 126 ≥ 200
Sumber: Tanya Jawab Seputar Obesitas dan Diabetes.2011
2. Etiologi
Diabetes tipe 1
a. Factor –faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri, tetapi mewarisi
suatu predisposisi atau kecenderungan genetic kea rah terjadinya diabetes
tipe I.
b. Faktor-faktor imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon otoimun. Respon ini
merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal
tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya
seolah-olah sebagai jaringan asing.
c. Factor –faktor lingkungan
Penyelidikan juga sedang dilakukan terhadap kemungkinan factor-faktor
genetic, imunologi dan lingkungan dalam etiologi diabetes tipe I merupakan
pokok perhatia riset yang terus berlanjut
Diabetes tipe II.
faktor genetic diperkirakan memegang peranan dalam proses
terjadinya resistensi insulin. Selain itu terdapat pula factor-faktor tertentu :
4
a. Usia ( resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65
tahun)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
d. Keompok etnik
Selain itu, terdapat beberapa faktor pencetus dari diabetes sebagai
berikut :
1) Gangguan metabolisme, dimana tubuh tidak dapat memanfaatkan
glukosa/ gula darah untuk diubah menjadi energy/tenaga.
2) Gangguan / tidak berfungsinya gormon insulin dalam tubuh sehingga
terjadi penumpukan kadar glukosa / gula dalam darah.
3) Melahirkan bayi >4 kg.
3. Manifestasi klinis
Gejala yang lazim terjadi, pada diabetes mellitus sebagai berikut :
Pada tahap awal sering ditemukan.
1. Poliuri (banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai
melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic
diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga
klien mengeluh banyak kencing.
2. Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan
banyak karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi klien lebih banyak
minum.
3. Polipagi (banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami
starvasi (lapar). Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan.
5
Tetapi walaupun klien banyak makan, tetap saja makanan tersebut hanya
akan berada sampai pada pembuluh darah.
4. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang
Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa,
maka tubuh berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang
lain yaitu lemak dan protein, karena tubuh terus merasakan lapar, maka
tubuh selanjutnya akan memecah cadangan makanan yang ada di tubuh
termasuk yang berada di jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan DM
walaupun banyak makan akan tetap kurus.
5. Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi)
yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan
sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak.
6
4. Pathway
Sel Beta pancreas rusak Penuaan,keturunan,infeksi,
gaya hidup,diit, obesitas
perubahan status kesehatan Defisiensi insulin
Kurangnya informasi Peningkatan glukosa dalam darah
Terpajan mengenai penyakit Diabetes mellitus Penurunan pemakaian
Pasien dan keluarga bertanya dan bingung Glukagon glukosa oleh sel/jaringan perifer
Hiperglikemia Hiperosmolaritas darah
Merangsang pusat rasa haus
Katabolisme protein Lipolisis Melebihi ambang Polidipsi
Asam amino dalam darah Asam lemak bebas batas filtrasi ginjal Haus
Asam laktat Asam lemak teroksidasi Glukosa lolos
Glukoneogenesis ketonemia kedalam urine
Defisiensi protein Ketonuri Glikosuria
7
Defisiensi Pengetahuan
Penurunan berat badan Osmotik dieresis sering berkemih malam hari
asidosis metabolisme Poliuria
koma Hemokonsentrasi Dehidrasi Keseimbangan kalori berkurang
pembentukan ATP terganggu Kematian Mudah terbentuk thrombosis Polipagi
produksi energy
Kebutuhan energy tidak tercukupi
Aterosklerosis
Makrovaskuler mikrovaskuler Pengaktifan mekanisme
Aliran O2 darah pengatur asupan air
Fungsi sel darah (leukosit Haus
polidipsia
8
Kekurangan volume cairan
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Resiko infeksi
keletihan
PK Ketoasidosis diabetik
gangguan pola tidur
Gangguan Penyempitan arteri koroner
pada pembuluh darah Suplai darah ke jantung Gangguan aliran Gangguan aliran darah ke retina
di ekstremitas darah ke ginjal
Penyempitan Obstruksi aliran darah O2 ke retina
Pembuluh darah Iskemik jaringan Nefropati Pecah pembuluh darah Dimata Fungsi retina
serebral
Hantaran sensori saraf Volume intraokuli Retinopati
Neuropati Glaukoma
penglihatan
Suplai darah ke otak Fungsi saraf paratesia (kesemutan, rasa terbakar),suhu
Penurunan sensor rasa
bahkan hilang
Iskemik jaringan
Luka/gangren
9
Gangguan integritas kulit
Resiko injury
PK Infark miokard
PK Stroke
PK GGK
Resiko Infeksi
5. Pemeriksaan penunjang
a. Glukosa darah sewaktu
b. Kadar glukosa darah puasa
c. Tes toleransi glukosa
Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM (mg/dl)
Bukan DM Belum pasti DM DM
Kadar glukosa darah
sewaktu
- Plasma vena
- Darah kapiler
Kadar glukosa darah
puasa
- Plasma vena
- Darah kapiler
< 100
<80
<110
<90
100-200
80-200
110-120
90-110
>200
>200
>126
>110
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali
pemeriksaan :
1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl
6. Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan diabetes mellitus adalah untuk
mengatur glukosa darah dan mencegah timbulnya komplikasi acut dan kronik. Jika klien
berhasil mengatasi diabetes yang dideritanya, ia akan terhindar dari hyperglikemia atau
hypoglikemia. Penatalaksanaan diabetes tergantung pada ketepatan interaksi dari tiga
faktor aktifitas fisik, diet dan intervensi farmakologi dengan preparat hyperglikemik oral
10
dan insulin.Pada penderita dengan diabetes mellitus harus rantang gula dan makanan yang
manis untuk selamanya. Tiga hal penting yang harus diperhatikan pada penderita diabetes
mellitus adalah tiga J (jumlah, jadwal dan jenis makanan) yaitu :
J 1 : jumlah kalori sesuai dengan resep dokter harus dihabiskan.
J 2 : jadwal makanan harus diikuti sesuai dengan jam makan terdaftar.
J 3 : jenis makanan harus diperhatikan (pantangan gula dan makanan
manis).
Diet pada penderitae diabetes mellitus
Diet pada penderita diabetes mellitus dapat dibagi atas beberapa bagian
antara lain :
a. Diet A : terdiri dari makanan yang mengandung karbohidrat 50 %, lemak
30 %, protein 20 %..
b. Diet B : terdiri dari karbohidrat 68 %, lemak 20 %, protein 12 %.
c. Diet B1 : terdiri dari karbohidrat 60 %, lemak 20 %, protein 20 %.
d. Diet B1 dan B2 diberikan untuk nefropati diabetik dengan gangguan faal
ginjal.
Indikasi Pemberian Diit
a. Indikasi diet A Diberikan pada semua penderita diabetes mellitus pada
umumnya
b. Indikasi diet B :Diberikan pada penderita diabetes terutama yang :
1) Kurang tahan lapar dengan dietnya.
2) Mempunyai hyperkolestonemia.
3) Mempunyai penyulit mikroangiopati misalnya pernah mengalami
cerobrovaskuler acident (cva) penyakit jantung koroner.
11
4) Mempunyai penyulit mikroangiopati misalnya terdapat retinopati
diabetik tetapi belum ada nefropati yang nyata.
5) Telah menderita diabetes dari 15 tahun
c. Indikasi diet B1
Diberikan pada penderita diabetes yang memerlukan diet protein tinggi,
yaitu penderita diabetes terutama yang :
1) Mampu atau kebiasaan makan tinggi protein tetapi normalip
idemia.
2) Kurus (underweight) dengan relatif body weight kurang dari 90
%.
3) Masih muda perlu pertumbuhan.
4) Mengalami patah tulang.
5) Hamil dan menyusui.
6) Menderita hepatitis kronis atau sirosis hepatitis.
7) Menderita tuberkulosis paru.
8) Menderita penyakit graves (morbus basedou).
9) Menderita selulitis.
10) Dalam keadaan pasca bedah.
Indikasi tersebut di atas selama tidak ada kontra indikasi
penggunaan protein kadar tinggi.
d. Indikasi B2 dan B3
12
Diet B2
Diberikan pada penderita nefropati dengan gagal ginjal kronik yang
klirens kreatininnya masih lebar dari 25 ml/mt.
Sifat-sifat diet B2
1) Tinggi kalori (lebih dari 2000 kalori/hari tetapi mengandung
protein kurang.
2) Komposisi sama dengan diet B, (68 % hidrat arang, 12 % protein
dan 20 % lemak) hanya saja diet B2 kaya asam amino esensial.
3) Dalam praktek hanya terdapat diet B2 dengan diet 2100 – 2300
kalori / hari. Karena bila tidak maka jumlah perhari akan
berubah.
Diet B3
Diberikan pada penderita nefropati diabetik dengan gagal ginjal
kronik yang klibers kreatininnya kurang dari 25 MI/mt
Sifat diet B3
1) Tinggi kalori (lebih dari 2000 kalori/hari).
2) Rendah protein tinggi asam amino esensial, jumlah
protein 40 gram/hari.
3) Karena alasan No 2 maka hanya dapat disusun diet B3
2100 kalori dan 2300 / hari. (bila tidak akan merubah
jumlah protein)
4) Tinggi karbohidrat dan rendah lemak.
5) Dipilih lemak yang tidak jenuh.
Semua penderita diabetes mellitus dianjurkan untuk latihan
ringan yang dilaksanakan secara teratur tiap hari pada saat setengah
13
jam sesudah makan. Juga dianjurkan untuk melakukan latihan
ringan setiap hari, pagi dan sore hari dengan maksud untuk
menurunkan BB.Penyuluhan kesehatan.Untuk meningkatkan
pemahaman maka dilakukan penyuluhan melalui perorangan antara
dokter dengan penderita yang datang. Selain itu juga dilakukan
melalui media-media cetak dan elektronik.
Medikamentosa pada Diabetes mellitus
Tujuan utama dari pengobatan diabetes adalah untuk menormalkan aktivitas
insulin dan kadar glukosa darah untuk mengurangi pengembangan komplikasi
vaskular dan neuropatik.
Obat-obat untuk mengobati diabetes tipe 2 dibagi dalam beberapa kategori:
1. Obat yang terutama merangsang sekresi insulin dengan cara mengikat
reseptor sulfonilurea. Sulfonilurea tetap obat yang paling banyak diresepkan
untuk mengobati hiperglikemia. Para repaglinida analog meglitinide dan
Nateglinide D-fenilalanin derivatif juga mengikat reseptor sulfonilurea dan
merangsang sekresi insulin.
2. Obat yang mengubah tindakan insulin: Metformin bekerja di hati. Para
thiazolidinediones tampaknya memiliki efek utama mereka pada otot rangka
dan jaringan adiposa.
3. Obat-obatan yang pada prinsipnya mempengaruhi penyerapan
glukosa,seperti glukosidase inhibitor acarbose dan miglitol
4. Obat-obatan yang meniru efek incretin atau memperpanjang tindakan
incretin, inhibitor 1V exenatide dan DPP jatuh ke dalam kategori ini.
5. Lainnya, pramlintide menurunkan glukosa oleh glukagon menekan dan
pengosongan lambung melambat.
14
Konsep Askep
1. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin diabetes
mellitus dilakukan mulai dari pengumpulan data yang meliputi : biodata,
riwayat kesehatan (Riwayat Kesehatan Keluarga mengenai adakah keluarga
yang menderita penyakit seperti klien, Riwayat kesehatan pasien dan
pengobatan sebelumnya seperti Berapa lama klien menderita DM, bagaimana
penanganannya, mendapat terapi insulin jenis apa, bagaimana cara minum
obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk
menanggulangi penyakitnya), keluhan utama, sifat keluhan, riwayat kesehatan
masa lalu, pemeriksaan fisik, pola kegiatan sehari-hari.Hal yang perlu dikaji
pada klien degan diabetes mellitus :
a. Aktivitas dan istirahat :
Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan
tidur, tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan koma.
b. Sirkulasi
Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri, kesemutan pada
ekstremitas bawah, luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah, dan bola
mata cekung.
c. Eliminasi
Poliuri, nyeri, rasa terbakar, diare, perut kembung dan pucat.
d. Nutrisi
Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek, mual/muntah.
e. Neurosensori
Sakit kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot,
disorientasi, letargi, koma dan bingung.
f. Nyeri
Pembengkakan perut, meringis.
15
g. Respirasi
Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan / tanpa sputum purulen
( tergantung adanya infeksi/tidak ), batuk dengan / tanpa sputum purulen
( infeksi ), frekuensi pernapasan.
h. Keamanan
Kulit rusak, lesi/ulkus, menurunnya kekuatan umum.
i. Seksualitas
Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan terjadi
impoten pada pria.
2. Diagnosa
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan osmotik diuresis.
2. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan peningkatan metabolisme protein, lemak.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik
(neuropati perifer).
4. Keletihan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik
5. Risiko infeksi berhubungan dengan glukosa darah yang tinggi, penurunan
fungsi leukosit.
6. Resiko terjadi injury berhubungan dengan penurunan penglihatan.
7. Gangguan pola tidur berhubungan dengan perubahan pola tidur normal
terhadap poliuria
8. Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan pengobatan
berhubungan dengan kurang terpajan terhadap informasi.
3. Intervensi
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan osmotik diuresis ditandai
dengan tugor kulit menurun dan membran mukosa kering.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama (…x…jam)
diharapkan kebutuhan cairan atau hidrasi pasien terpenuhi.
Dengan kriteria Hasil :
16
Pasien menunjukkan hidrasi yang adekuat dibuktikan oleh tanda vital
stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler
baik, haluaran urin tepat secara individu dan kadar elektrolit dalam
batas normal.
Tindakan / Intervensi Rasional
Mandiri
Kaji riwayat klien sehubungan dengan
lamanya atau intensitas dari gejala seperti
muntah dan pengeluaran urine yang
berlebihan.
Membantu memperkirakan kekurangan
volume total. Adanya proses infeksi
mengakibatkan demam dan keadaan
hipermetabolik yang meningkatkan
kehilangan air.
Pantau tanda – tanda vital, catat adanya
perubahan tekanan darah ortostatik.
Hipovolemi dimanifestasikan oleh hipotensi
dan takikardia. Perkiraan berat ringannya
hipovolemi saat tekanan darah sistolik turun
≥ 10 mmHg dari posisi berbaring ke duduk
atau berdiri.
Pantau pola napas seperti adanya
pernapasan Kussmaul atau pernapasan
yang berbau keton.
Perlu mengeluarkan asam karbonat melalui
pernapasan yang menghasilkan kompensasi
alkalosis respiratoris terhadap keadaan
ketoasidosis. Napas bau aseton disebabkan
pemecahan asam asetoasetat dan harus
berkurang bila ketosis terkoreksi.
Pantau frekuensi dan kualitas pernapasan,
penggunaan otot bantu napas, adanya
periode apnea dan sianosi.
Hiperglikemia dan asidosis menyebabkan
pola dan frekuensi pernapasan normal.
Akan tetapi peningkatan kerja pernapasan,
pernapasan dangkal dan cepat serta sianosis
merupakan indikasi dari kelelahan
pernapasan atau kehilangan kemampuan
melalui kompensasi pada asidosis.`
Pantau suhu, warna kulit, atau
kelembapannya.
Demam, menggigil, dan diaphoresis adalah
hal umum terjadi pada proses infeksi,
demam dengan kulit kemerahan, kering
merupakan tanda dehidrasi.17
Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor
kulit, dan membrane mukosa.
Merupakan indicator tingkat dehidrasi atau
volume sirkulasi yang adekuat.
Pantau masukan dan pengeluaran. Memperkirakan kebutuhan cairan
pengganti, fungsi ginjal, dan keefektifan
terapi yang diberikan.
Ukur berat badan setiap hari. Memberikan hasil pengkajian terbaik dari
status cairan yang sedang berlangsung dan
selanjutnya dalam memberikan cairan
pengganti.
Pertahankan pemberian cairan minimal
2500 ml/hari.
Mempertahankan hidrasi atau volume
sirkulasi.
Tingkatkan lingkungan yang
menimbulkan rasa nyaman. Selimuti klien
dengan kain yang tipis.
Menghindari pemanasan yang berlebihan
terhadap klien lebih lanjut dapat
menimbulkan kehilangan cairan.
Kaji adanya perubahan mental atau
sensori.
Perubahan mental berhubungan dengan
hiperglikemi atau hipoglikemi, elektrolit
abnormal, asidosis, penurunan perfusi
serebral, dan hipoksia. Penyebab yang tidak
tertangani, gangguan kesadaran menjadi
predisposisi aspirasi pada klien.
Observasi mual, nyeri abdomen, muntah,
dan distensi lambung.
Kekurangan cairan dan elektrolit mengubah
motilitas lambung sehinnga sering
menimbulkan muntah dan secara potensial
menimbulkan kekurangan cairan dan
elektrolit.
Observasi adanya perasaan kelelahan yang
meningkat, edema, peningkatan berat
badan, nadi tidak teratur, dan distensi
vaskuler.
Pemberian cairan untuk perbaikan yang
cepat berpotensi menimbulkan kelebihan
cairan dan gagal jantung kronis.
Kolaborasi
Berikan terapi cairan sesuai indikasi:
Normal salin atau setengah Tipe dan jumlah cairan tergantung pada
18
normal salin dengan atau tanpa
dekstrosa.
Albumin, plasma, atau
dekstran.
derajat kekurangan cairan dan respon klien
secara individual.
Plasma ekspander (pengganti) dibutuhkan
jika mengancam jiwa atau tekanan darah
sudah tidak dapat kembali normal dengan
usaha rehidrasi yang telah dilakukan.
Pasang kateter urine. Memberikan pengukuran yang tepat
terhadap pengeluaran urine terutama jika
neuropati otonom menimbulkan retensi atau
inkontinensia.
2. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan peningkatan metabolisme protein, lemak.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama (..x..jam) diharapkan
kebutuhan nutrisi pasien dapat terpenuhi.
Dengan Kriteria Hasil :
a. Pasien dapat mencerna jumlah kalori atau nutrien yang tepat
b. Berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya
Tindakan / intervensi Rasional
Mandiri
Timbang berat badan sesuai indikasi. Mengkaji pemasukan makanan yang
adekuat.
Tentukan program diet, pola makan, dan
bandingkan dengan makanan yang dapat
dihabiskan klien.
Mengidentifikasikan kekurangan dan
penyimpangan dari kebutuhan terapeutik.
Auskultrasi bising usus, catat nyeri
abdomen atau perut kembung, mual,
muntah dan pertahankan keadaan puasa
sesuai inndikasi.
Hiperglikemi, gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit menurunkan motilitas
atau fungsi lambung (distensi atau ileus
paralitik).
Berikan makanan cair yang mengandung
nutrisi dan elektrolit. Selanjutnya
Pemberian makanan melalui oral lebih baik
diberikan pada klien sadar dan fungsi
19
memberikan makanan yang lebih padat. gastrointestinal baik.
Identifikasi makanan yang disukai. Kerja sama dalam perencanaan makanan.
Libatkan keluarga dalam perencanaan
makan.
Meningkatkan rasa keterlibatannya, memberi
informasi pada keluarga untuk memahami
kebutuhan nutrisi klien.
Observasi tanda hipoglikemia
(perubahan tingkat kesadaran, kulit
lembap atau dingin, denyut nadi cepat,
lapar, peka rangsang, cemas, sakit
kepala, pusing).
Pada metabolism kaborhidrat (gula darah
akan berkurang dan sementara tetap
diberikan tetap diberikan insulin, maka
terjadi hipoglikemia terjadi tanpa
memperlihatkan perubahan tingkat
kesadaran.
Kolaborasi
Lakukan pemeriksaan gula darah dengan
finger stick.
Analisa di tempat tidur terhadap gula darah
lebih akurat daripada memantau gula dalam
urine.
Pantau pemeriksaan laboratorium
(glukosa darah, aseton, pH, HCO3)
Gula darah menurun perlahan dengan
penggunaan cairan dan terapi insulin
terkontrol sehingga glukosa dapat masuk ke
dalam sel dan digunakan untuk sumber
kalori. Saat ini, kadaar aseton menurun dan
asidosis dapat dikoreksi.
Berikan pengobatan insulin secara
teratur.
Insulin regular memiliki awitan cepat dan
dengan cepat pula membantu memindahkan
glukosa ke dalam sel.
Berikan larutan glukosa ( destroksa,
setengah salin normal).
Larutan glukosa ditambahkan setelah insulin
dan cairan membawa gula darah sekitar 250
mg /dl. Dengan metabolism karbohidrat
mendekati normal, perawatan diberikan
untuk menghindari hipoglikemia.
Konsultasi dengan ahli gizi. Bermanfaat dalam penghitungan dan
penyesuaian diet untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi.
20
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik
(neuropati perifer) ditandai dengan gangren pada ektremitas.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama (..x..jam) diharapkan
tidakterjadi komplikasi.
Dengan Kriteria Hasil :
a. Menunjukan peningkatan integritas kulit
b. Menghindari cidera kulit
Tindakan / intervensi Rasional
Mandiri
Inspeksi kulit terhadap perubahan
warna,turgor,vaskuler,perhatikan
kemerahan.
Menandakan aliran sirkulasi buruk yang
dapat menimbulkan infeksi
Ubah posisi setiap 2 jam beri bantalan
pada tonjolan tulang
Menurunkan tekanan pada edema dan
menurunkan iskemia
Pertahankan alas kering dan bebas lipatan Menurunkan iritasi dermal
Beri perawatan kulit seperti penggunaan
lotion
Menghilangkan kekeringan pada kulit dan
robekan pada kulit
Lakukan perawatan luka dengan teknik
aseptic
Mencegah terjadinya infeksi
Anjurkan pasien untuk menjaga agar kuku
tetap pendek
Menurunkan resiko cedera pada kulit oleh
karena garukan
Motivasi klien untuk makan makanan
TKTP
Makanan TKTP dapat membantu
penyembuhan jaringan kulit yang rusak
4. Keletihan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama (..x..jam) diharapkan
kelelahan dapat teratasi.
Dengan kriteria hasil klien dapat:
a. Mengidentifikasikan pola keletihan setiap hari.
21
b. Mengidentifikasi tanda dan gejala peningkatan aktivitas penyakit
yang mempengaruhi toleransi aktivitas.
c. Mengungkapkan peningkatan tingkat energi.
d. Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam
aktivitas yang diinginkan.
Tindakan / intervensi Rasional
Mandiri
Diskusikan kebutuhan akan aktivitas.
Buat jadwal perencanaan dan identifikasi
aktivitas yang menimbulkan kelelahan.
Pendidikan dapat memberikan motivasi
untuk meningkatkan tingkat aktivitas
meskipun klien sangat lemah.
Diskusikan penyebab keletihan seperti
nyeri sendi, penurunan efisiensi tidur,
peningkatan upaya yang diperlukan untuk
ADL.
Dengan mengetahui penyebab keletihan,
dapat menyusun jadwal aktivitas.
Bantu mengidentivikasi pola energi dan
buat rentang keletihan. Skala 0-10
(0=tidak lelah, 10= sangat kelelahan)
Mengidentifikasi waktu puncak energi dan
kelelahan membantu dalam merencanakan
akivitas untuk memaksimalkan konserfasi
energi dan produktivitas.
Berikan aktivitas alternatif dengan
periode istirahat yang cukup/ tanpa
diganggu.
Mencegah kelelahan yang berlebih.
Pantau nadi , frekuensi nafas, serta
tekanan darah sebelum dan sesudah
melakukan aktivitas.
Mengindikasikan tingkat aktivitas yang
dapat ditoleransi secara fisiologis.
Tingkatkan partisipasi klien dalam
melakukan aktivitas sehari-hari sesuai
kebutuhan.
Memungkinkan kepercayaan diri/ harga diri
yang positif sesuai tingkat aktivitas yang
dapat ditoleransi.
Ajarkan untuk mengidentifikasi tanda dan
gejala yang menunjukkan peningkatan
aktivitas penyakit dan mengurangi
aktivitas, seperti demam, penurunan berat
badan, keletihan makin memburuk.
Membantu dalam mengantisipasi terjadinya
keletihan yang berlebihan.
22
5. Risiko infeksi berhubungan dengan glukosa darah yang tinggi, penurunan
fungsi leukosit.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan tidak terjadi
infeksi pada pasien.
Dengan Kriteria hasil :
a. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi (kalor, rubor, dolor, tumor,
fungsiolesa), tanda-tanda sepsis (takikardi, hipotensi,
hipertermi/hipotermi, peningkatan jumlah sel darah putih)
b. Terjadi perubahan gaya hidup untuk mencegah terjadinya infeksi.
Rencana / intervensi Rasional
Mandiri
Kaji TTV klien Perubahan TTV dapat mengindikasikan
terjadinya infeksi
Observasi tanda-tanda infeksi dan
peradangan seperti demam, kemerahan,
adanya pus pada luka, sputum purulen,
urine warna keruh atau berkabut.
Pasien mungkin masuk dengan infeksi yang
biasanya telah mencetuskan keadaan
ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi
nosokomial.
Tingkatkan upaya pencegahan dengan
melakukan cuci tangan yang baik pada
semua orang yang berhubungan dengan
pasien termasuk pasiennya sendiri.
Mencegah timbulnya infeksi nosokomial.
Pertahankan teknik aseptik pada prosedur
invasif.
Kadar glukosa yang tinggi dalam darah
akan menjadi media terbaik dalam
pertumbuhan kuman.
Berikan perawatan kulit dengan teratur
dan sungguh-sungguh, masase daerah
tulang yang tertekan, jaga kulit tetap
kering, linen kering dan tetap kencang.
Sirkulasi perifer bisa terganggu dan
menempatkan pasien pada peningkatan
risiko terjadinya kerusakan pada kulit.
Lakukan perubahan posisi Mencegah terjadinya infeksi.
Kolaborasi
23
Lakukan pemeriksaan kultur dan
sensitifitas sesuai dengan indikasi.
Untuk mengidentifikasi adanya organisme
sehingga dapat memilih atau memberikan
terapi antibiotik yang terbaik.
Berikan obat antibiotik yang sesuai Penanganan awal dapat mambantu
mencegah timbulnya sepsis.
6. Resiko injury berhubungan dengan penurunan penglihatan.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama (..x..jam) diharapkan
tidak terjadi injuri.
Dengan Kriteria hasil :
a. Dapat menunjukkan terjadinya perubahan perilaku untuk
menurunkan factor risiko dan untuk melindungi diri dari cidera.
b. Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan
keamanan.
Rencana / Intervensi Rasional
Hindarkan lantai yang licin. Lantai licin dapat menyebabkan risiko jatuh
pada pasien.
Gunakan bed yang rendah. Mempermudah pasien untuk naik dan turun
dari tempat tidur.
Orientasikan klien dengan ruangan. Lansia daya ingatnya sudah menurun,
sehingga diperlukan orientasi ruangan agar
lansia bisa menyesuaikan diri terhadap
ruangan.
Bantu klien dalam melakukan aktivitas
sehari-hari
Lansia sudah mengalami penurunan dalam
fisik, sehingga dalam melakukan aktivitas
sehari diperlukan bantuan dari orang
lainsesuai dengan yang dapat ditoleransi
Bantu pasien dalam ambulasi atau
perubahan posisi
Keterbatasan aktivitas tergantung pada
kondisi lansia.
24
7. Gangguan pola tidur berhubungan dengan perubahan pola tidur normal
terhadap poliuri
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama (...x...jam) diharapkan
kebutuhan tidur pasien terpenuhi.
Rencana / Intervensi Rasional
Kaji pola tidur klien untuk mengetahui bagaimana pola tidur
klien
Mininalkan suasana lingkungan lingkungan yang tenang dapat membantu
klien untuk beristirahat
Anjurkan klien untuk minum air hangat
sebelum tidur
Minum air hangat dapat membantu klien
lebih relaksasi dan lebih nyaman
Ajarkan klien tehnik relaksasi dan
distraksi sebelum tidur
Membantu klien untuk mengurangi persepsi
nyeri atau mangalihkan perhatian klien dari
nyeri yang menghambat tidur klien.
8. Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan pengobatan
berhubungan dengan kurang terpajan terhadap informasi.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama (...x...jam) diharapkan
kebutuhan informasi klien terpenuhi.
Kriteria hasil:
a. Klien dan keluarga mengungkapkan pemahaman tentang penyakit.
b. Klien dan keluarga dapat mengidentifikasi hubungan tanda/gejala
dengan proses penyakit dan menghubungkan gejala dengan faktor
penyebab.
c. Dengan benar melakukan proseur yang perlu dan menjelaskan
rasional tindakan.
d. Klien dapat melakukan perubahan gaya hidup dan berpartisipasi
dalam program pengobatan.
25
Rencana/tindakan Rasional
Ciptakan lingkungan saling percaya
dengan mendengarkan penuh perhatian
dan selalu ada untuk klien.
Menanggapi dan memperhatikan perlu
diciptakan sebelum klien bersedia
mengambil bagian dalam proses belajar.
Bekerja dengan klien dalam menata
tujuan belajar yang diharapkan
Partisipasi dalam perencanaan
meningkatkan antusias dan kerja sama
dengan prinsip yang dipelajari
Diskusikan tentang kadar glukosa normal
dan bandingkan dengan kadar glukosa
darah klien, tipe DM yang dialami,
hubungan antara kekurangan insulin
dengan gula darah yang tinggi
Memberikan pengetahuan dasar dimana
klien dapat membuat pertimbangan dalam
memilih gaya hidup.
Terangkan komplikasi penyakit akut dan
kronis.
Kesadaran tentang apa yang dapat terjadi
membuat klien untuk lebih konsisten
terhadap perawatannya dan mengurangi
komplikasi.
Demonstrasikan cara pemeriksaan gula
darah dengan menggunakan finger stick
dan beri kesempatan klien
mendemonstrasikan.
Melakukan pemeriksaan gula darah 4 kali
atau lebih dalam sehari, meningkatkan
kontrol kadar gula darah dengan lebih ketat,
dan mencegah perkembangan komplikasi
jangka panjang.
Diskusikan tentang rencana diet,
penggunaan makanan tinggi serat, dan
pola makan.
Kesadaran pentingnya kontrol diet
membantu klien dalam merencanakan
program. Serat dapat memperlambat
absorbsi gula yang akan menurunkan kadar
gula dalam darah.
Tinjau ulang program pengobatan. Pemahaman semua aspek yang digunakan
dalam pengobatan klien.
Tinjau kembali pemberian insulin oleh
klien sendiri dan perawatan terhadap
peralatan yang digunakan. Berikan
kesempatan kepada klien untuk
Mengidentifikasi pemahaman dan
kebenaran dari prosedur atau masalah
potensial yang dapat terjadi.
26
mendemonstrasikan prosedur tersebut.
Tekankan pentingnya mempertahankan
pemeriksaan gula darah setiap hari,
waktu, dan dosisi obat, diet, aktivitas,
perasaan/sensasi.
Membantu dalam menciptakan gambaran
yang nyata dari keadaan klien untuk
melakukan kontrol penyakitnya dengan
lebih baik dan meningkatkan perawatan
diri/kemandiriannya.
4. Evaluasi
1. Dx I :
a. Pasien menunjukkan hidrasi yang adekuat dibuktikan oleh tanda
vital stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian
kapiler baik, haluaran urin tepat secara individu dan kadar
elektrolit dalam batas normal
2. Dx II :
a. Pasien dapat mencerna jumlah kalori atau nutrien yang tepat.
b. Berat badan pasien stabil atau penambahan ke arah rentang
biasanya.
3. Dx III :
a. Pasien mengalami peningkatan integritas kulit.
b. Cedera kulit sembuh dan tidak bertambah parah.
4. Dx IV :
a. Pasien mulai mengalami peningkatan tingkat energi.
b. Pasien mampu untuk berpartisipasi dalam aktivitas sesuai
dengan kemampuannya.
5. Dx V :
a. Pasien tidak mengalami infeksi (rubor, kalor, dolor, tumor,
fungsiolesa), tanda-tanda sepsis (takikardi, hipotensi,
hipertermi/hipotermi, peningkatan jumlah sel darah putih).
b. Pasien mampu merubah gaya hidup untuk mencegah terjadinya
infeksi.
27
6. Dx VI :
a. Tidak terjadi cedera pada pasien
b. Tercipta lingkungan yang aman bagi lansia
7. Dx VII
a. Klien mengatakan tidurnya cukup
b. Klien mengatakan tidurnya nyenyak
8. Dx VIII :
a. Kebutuhan klien terhadap informasi terpenuhi.
b. Klien dan keluarga mengungkapkan pemahaman tentang
penyakit.
c. Klien dan keluarga dapat mengidentifikasi hubungan
tanda/gejala dengan proses penyakit dan menghubungkan gejala
dengan faktor penyebab.
d. Dengan benar melakukan proseur yang perlu dan menjelaskan
rasional tindakan.
e. Klien dapat melakukan perubahan gaya hidup dan berpartisipasi
dalam program pengobatan.
28
B. Askep Kasus
Contoh Kasus
LC, 25 tahun wanita berkulit putih dibawa ke IRD dan dilaporkan dia masih dalam
keadaan sehat sampai akhirnya sejak 3 minggu yang lalu dia mengalami poliuria
dan polidipsia. Dia mengalami penurunan berat badan 10 lb (kg) secara tidak
sengaja 2 bulan yang lalu.
Dia menyangkal mengalami ketidakseimbangan pengelihatan, nausea,
muntah, nyeri perut, disuria, riwayat dengan gejala yang sama, dan penyakit
pada umumnya. Dia juga menyangkal mengkonsumsi alcohol, rokok, obat
obtan terlarang. Pengobatannya termasuk pil KB, dan dia juga pemain
voley. Dia tidak memiliki riwayat keluarga penyakit diabetes, hipertensi,
penyakit jantung kororner dan penyakit autoimun.
Pengkajian fisiknya menunjukkan tekanan darah 129/82 mmHg, nadi
88x/menit, respirasi 20x/menit, bearat badan 62kg, IMT 21 kg/m2. Dia
tampak sehat tanpa adanya penurunan kesadaran. Mata, tenggorokan, tiroid
normal dan pada leher tidak ada limfadenopati. Bunyi jantung regular, dan
ritmenya tidak ada murmur, rubs, gallop, dan S1S2 tunggal. Paru paru
bersih dengan respirasi normal, pemeriksaan abdomen menunjukkan suara
nafas normal dan tidak ada terderness, guarding, atau rebound, ekstremitas
normal, fungsi neurologi motorik sensorik normal.
Hasil glukosa fingerstick 571 mg/dl dan serum glukosa 617 mg/dl. Sodium
menunjukkan 133 mEq/lt ( normal 135-145 mEq/lt), potassium 4,0 mEq/lt
( normal 3,5 -5.0 mEq/lt), chloride 99 mEq/lt( normal 96-108 mEq/lt), CO2
25 mEq/lt ( 21-30 mEq/lt), BUN 18 mg/dl ( normal 7,0 – 20,0 mg/dl),
kreatinin 0,8 mg/dl (normal 0,4 -10 mg/dl). Serum acetone positif 1:2, hasil
urine menunjukkan 1010 ( normal 1005 -1300), glukosa 3+, ketone 2+, pH
5,5 ( normal 5,0 -8,0) dan hasil lainnya normal. Artery Blood Gas tidak
ditampilkan. Darah lengkap menunjukkan normal.
Kasus pengembangan29
LC, 25 tahun wanita berkulit putih dibawa ke IRD dan dilaporkan dia masih dalam
keadaan sehat sampai akhirnya sejak 3 minggu yang lalu dia mengalami poliuria
dan polidipsia. Pasien mengatakan kurang nyenyak tidur di malam hari oleh karena
terganggu sering BAK hingga 5 kali. Pasien mengatakan sehari bisa BAK 10-12
kali dan pasien banyak minum 10-12 kali. Pasien dan keluarga bertanya-tanya dan
bingung mengenai penyakit yang dialami pasien. Dia mengalami penurunan berat
badan 10 lb (kg) secara tidak sengaja 2 bulan yang lalu.
Dia menyangkal mengalami ketidakseimbangan pengelihatan, nausea,
muntah, nyeri perut, disuria, riwayat dengan gejala yang sama, dan penyakit
pada umumnya. Dia juga menyangkal mengkonsumsi alcohol, rokok, obat
obtan terlarang. Pengobatannya termasuk pil KB, dan dia juga pemain voley
dan aktif latihan seminggu sekali. Dia tidak memiliki riwayat keluarga
penyakit diabetes, hipertensi, penyakit jantung kororner dan penyakit
autoimun.
Pengkajian fisiknya menunjukkan tekanan darah 129/82 mmHg, nadi
88x/menit, respirasi 20x/menit, suhu badan 360, berat badan 62kg, IMT 21
kg/m2. Dia tampak sehat tanpa adanya penurunan kesadaran. Mata,
tenggorokan, tiroid normal dan pada leher tidak ada limfadenopati, hanya
ada lingkaran hitam bawah mata, mukosa bibir kering,turgor kulit tidak
elastis. Bunyi jantung regular, dan ritmenya tidak ada murmur, rubs, gallop,
dan S1S2 tunggal. Paru paru bersih dengan respirasi normal, pemeriksaan
abdomen menunjukkan suara nafas normal dan tidak ada terderness,
guarding, atau rebound, pada ekstremitas tidak ada kelemahan tonus otot
yang berarti dengan nilai 4 pada seluruh ekstermitas , fungsi neurologi
motorik sensorik normal.
Hasil glukosa fingerstick 571 mg/dl dan serum glukosa 617 mg/dl. Sodium
menunjukkan 133 mEq/lt ( normal 135-145 mEq/lt), potassium 4,0 mEq/lt
( normal 3,5 -5.0 mEq/lt), chloride 99 mEq/lt( normal 96-108 mEq/lt), CO2
25 mEq/lt ( 21-30 mEq/lt), BUN 18 mg/dl ( normal 7,0 – 20,0 mg/dl),
kreatinin 0,8 mg/dl (normal 0,4 -10 mg/dl). Serum acetone positif 1:2, hasil
urine menunjukkan 1010 ( normal 1005 -1300), glukosa 3+, ketone 2+, pH
30
5,5 ( normal 5,0 -8,0) dan hasil lainnya normal. Artery Blood Gas tidak
ditampilkan. Darah lengkap menunjukkan normal.
31
FORMAT LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN
BERDASARKAN FORMAT GORDON
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny LC
DENGAN DIAGNOSA MEDIS DIABETES MELITUS TIPE2
DI RUANG SAHADEWA RSUD GIANYAR
TANGGAL 20- 24 November 2012
I. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. LC
Umur : 25 tahun
Agama :Hindu
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Pendidikan :SMA
Pekerjaan : Ibu RT
Suku Bangsa : WNI
Alamat : Jalan Mahendradata no 5 gianyar
Tanggal Masuk : 20 November 2012
Tanggal Pengkajian: 20 November 2012
No. Register : 20980
Diagnosa Medis : Diabetes Melitus Tipe 2
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. CJ
Umur : 28tahun
Hub. Dengan Pasien: suami pasien
Pekerjaan : wiraswasta
Alamat : Jalan Mahendradata no 5 gianyar
32
2. Status Kesehatan
a. Status Kesehatan Saat Ini
1) Keluhan Utama (Saat MRS dan saat ini)
Saat MRS
Pasien diantar ke IRD RSUD Sanjiwani Gianyar jam 19.25 pada tanggal 20
November 2012 dengan kelehuan poliuri dan polidipsia.
Keluhan utama saat dikaji
Saat pengkajian dilakukan di ruang sahadewa tanggal 20 November 2012,
pukul 21.30, pasien mengeluh sering kecing dan terus merasa haus.
2) Alasan masuk rumah sakit dan perjalanan penyakit saat ini
Pasien dibawa ke IRD tanggal 20 November 2012 dimana sebelumnya
dilaporkan pasien masih dalam keadaan sehat sampai akhirnya sejak 3
minggu (31 Oktober 2012) yang lalu dia mengeluh banyak minum dan
banyak kencing hingga melebihi batas normal. Dia mengalami penurunan
berat badan 10 lb (kg) secara tidak sengaja 2 bulan yang lalu dari awalnya 72
kg menjadi 62 kg
3) Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
Pasien dibawa ke dokter oleh keluarga dengan keluhan banyak kencing dan
banyak minum. Setelah itu dokter memberikan resep obat tapi pasien lupa
nama obatnya. Setelah 3 hari keluhan belum juga kunjung sembuh, malahan
pasien merasa semakin kurus. Akhirnya keluarga pasien memutuskan untuk
membawa pasien untuk dirujuk ke IRD RSUD sanjiwani gianyar dengan
keluhan banyak kencing dan banyak minum, di IRD dilakukan observasi
selama 2 jam dan dianjurkan untuk dilakukan rawat inap di ruang sahadewa
untuk dilakukan perawatan lebih lanjut.
b. Status Kesehatan Masa Lalu
1) Penyakit yang pernah dialami
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit lain seperti DM ,
hipertensi, koronari ateri ,dan autoimun.
33
2) Pernah dirawat:
Pasien mengatakan tidak pernah dirawat di RS sebelumnya.
3) Alergi
Pasien mengatakan tidak memiliki alergi seperti dingin, debu, makanan, obat
obatan dll.
4) Kebiasaan (merokok/kopi/alkohol dll)
Pasien mengatakan tidak memiliki kebiasaan merokok, alcohol, dan kopi tetapi
biasa mengkonsumsi pil KB setiap bulan.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keturunan seperti DM,
hipertensi, koronari artery disease , dan autoimun.
d. Diagnosa Medis dan therapy
Diabetes Melitus Tipe 1
Therapy : -
3. Pola Kebutuhan Dasar ( Data Bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)
a. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan
pasien dan keluarga pasien mengatakan tidak mengetahui mengenai penyakit ,
keluarga dan pasien terlihat bingung dan bertanya tanya mengenai penyakitnya
dan bila ada anggota keluarga yang sakit biasanya pergi ke dokter untuk berobat
b. Pola Nutrisi-Metabolik
Sebelum Sakit
Pasien mengatakan biasa makan 3 kali sehari, dengan menu nasi,sayur dan
lauk-pauk seperti telur, ayam dan ikan laut. Pasien minum biasa 6 sampai 8
gelas per hari (1500 – 2000 cc/hr)
Saat Sakit
Pasien mengatakan biasa makan 3 kali sehari, dengan menu nasi, sayur dan
lauk – pauk seperti telur, ayam dan ikan laut. Pasien mengatakan minum 10 –
12 gelas perhari (2500 – 3000 cc/hr)
c. Pola Eliminasi
34
1) BAB
Sebelum Sakit
Pasien mengatakan biasa BAB 1 kali sehari dengan feses berwarna
kuning konsistensi lembek bau khas feses,kostituen (tidak bercampur
lendir/darah)
Saat Sakit
Pasien mengatakan biasa BAB 1 kali sehari dengan dengan feses
berwarna kuning, konsistensi lembek, bau khas feses, konstituen (tidak
bercampur lender/darah)
2) BAK
Sebelum Sakit
Pasien mengatakan kencing 6 – 8 kali perhari, berwarna kuning, bau khas
amonia.
Saat Sakit
Pasien mengatakan kencing 10 – 12 kali perhari ( 2500 cc) , berwarna
kuning, bau khas amonia.
Balance cairan :
Cairan input : Minum 3000 cc
Cairan output : Urine 2500 cc
IWL : 15 cc/KgBB/hari : 15 x 62 : 930 cc
Jadi balance cairan jmlh cairan input – jmlh cairan output : 3000cc –
(2500 + 930)cc = - 430 cc
d. Pola aktivitas dan latihan
1) Aktivitas
Kemampuan
Perawatan Diri
0 1 2 3 4
Makan dan minum v
35
Mandi v
Toileting v
Berpakaian v
Berpindah v
0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4:
tergantung total
2) Latihan
Sebelum Sakit
Pasien mengatakan biasanya selalu aktif latihan voly setiap 1 minggu sekali
Saat Sakit
Pasien mengatakan saat keinginan berkemihnya mulai keluar, pasien
mengatakan kesulitan dan tidak nyaman untuk bermain voly
e. Pola kognitif dan Persepsi
Sebelum Sakit
Pasien mengatakan tidak mengalami penurunan fungsi panca indera, yaitu
penglihat, peraba, pengeca, penciuman dan pendengaran masih normal tidak
ada gangguan serta tidak mengalami nyeri abdomen
Saat Sakit
Pasien mengatakan tidak mengalami penurunan fungsi panca indera, yaitu
penglihat, peraba, pengecap, penciuman dan pendengaran masih normal tidak
ada gangguan serta tidak mengalami nyeri abdomen
f. Pola Persepsi-Konsep diri
Sebelum sakit
Pasien mengatakan percaya setiap sakit disebabkan oleh faktor
medis dan setiap sakit selalu pergi kedokter ataupun rumah sakit.
Saat sakit
Pasien mengatakan tetap percaya setiap sakit disebabkan oleh faktor
medis dan setiap sakit selalu pergi kedokter ataupun rumah sakit.
36
g. Pola Tidur dan Istirahat
Sebelum Sakit
Pasien mengatakan biasa tidur minimal 8 jam perhari, tidur pukul 22.00 dan
biasanya bangun pukul 06.30, pasien mengatakan biasa tidur siang lebih dari 2
jam, biasanya pasien tidur pukul 12.30, dengan kualitas tidur nyenyak.
Saat Sakit
Pasien mengatakan tetap biasanya tidur pukul 22.00 dan biasanya bangun
pukul 06.30, tetapi kualitas tidur tidak nyenyak, karena sering terbangun pada
malam hari untuk kencing, biasanya terbangun 5x untuk kencing. Serta untuk
siang hari pasien mengatakan susah tidur siang semenjak sakit.
h. Pola Peran-Hubungan
sebelum sakit :
Pasien mengatakan pasien selalu akur dan berkomunikasi dengan baik antar
semua anggota keluarga, dan pasien sebagai ibu rumah tangga.
saat sakit :
Pasien mengatakan pasien selalu akur dan berkomunikasi dengan baik antar
semua anggota keluarga,dan petugas kesehatan seperti perawat/dokter
i. Pola Seksual-Reproduksi
Sebelum Sakit
Pasien mengatakan memiliki seorang suami dan belum mempunyai anak.
Saat Sakit
Pasien mengatakan memiliki seorang suami dan belum mempunyai anak.
j. Pola Toleransi Stress-Koping
Sebelum Sakit
Pasien mengatakan pasien jarang bertengkar dengan keluarga, jika ada masalah
pasien, sering menyelesaikannya dengan berdiskusi dan berkomunikasi dengan
suaminya.
37
Saat sakit
Pasien mengatakan apabila ada masalah khususnya masalah kesehatan pasien
biasanya mendiskusikan dengan suaminya.aw
k. Pola Nilai-Kepercayaan
sebelum sakit:
Pasien mengatakan pasien beragama Hindu, pasien tebiasa sembahyang ke
merajan 2 kali dalam sehari
saat sakit :
Pasien hanya bisa berdoa di atas tempat tidur.
4. Pengkajian Fisik
a. Keadaan umum
Tingkat kesadaran : komposmetis
GCS : verbal: 5 Psikomotor: 6 Mata : 4
b. Tanda-tanda Vital : Nadi = 88x/mnt , Suhu: 360 C , TD : 129/82mmHg ,RR
: 20x/mnt
c. Keadaan fisik
a. Kepala dan leher :
Kepela
- I : tidak ada piedra, pediculis capitis, dan dendraf. Adoplesia
tidak ada dan tidak ada lesi.
- P : Tidak ada hematoma, edema dan nyeri tekan.
Mata
- I : Bentuk mata simetris, tidak ada strabismus, sklera :
anikterik konungtiva:ananemis, pergerakan mata (kiri-kanan,
atas-bawah). Ditemukan lingkar hitam di bawah mata. tidak
ada edema palpebra, tidak mengalami retinopati.
- P : tidak ada peningkatan tekanan bola mata dan nyeri tekan
38
Hidung
- I : Bentuk hidung semetris, pernapasan cuping hidung tidak
ada, tidak ada secret, pasase (aliran udara) lancer.
- P : Tidak ada nyeri tekan pada sinus.
Mulut
- I : mukosa bibir kering, warna merah muda, tidak ada
stomatitis, sianosis sentral juga tidak ada, gusi berwarna
merah muda, tidak ada karang gigi dan lidah bersih.
Telingga
- I : Letak telinga simetris, tidak ada serumen
- P: Tidak ada nyeri tekan.
Leher
- I : tidak ada lesi, hematoma, edema, simetris, distribusi
rambut merata
- P : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tiroid dan fungsi
menelan masih baik.
b. Dada :
Jantung
- I : Bentuk dada simetris, tidak ada hematoma dan lesi, iktus
cordis terlihat pada ICS IV midline clavicula sinistra
- P : Ictus cordis teraba seperti hentakan dan kuat
- P : Batas jantung berada pada ICS 3-4 dan lebih ke lateral di
midline clavicula sinistra suara dulnes
- A : Suara S1 dan S2 tunggal, regular,bising (-) dan ritmenya
tidak ada murmur, rubs, gallop
Paru
- I : Bentuk dada simetris, tulang iga sejajar, dan sternum
simetris, tidak ada lesi/luka bekas operasi
39
- P : pergerakan dinding dada simetris, taktil fremitus normal
- P : ics2-ics6 suara sonor dada kanan dan kiri
- A : visikuler, tidak ada suara tambahan
c. Payudara dan ketiak :
I : Bentuk payudara simetris, tidak ada lesi, hematoma, dan
persebaran rambut merata, tidak ada pembesaran kelenjar limfe
P : Tidak ada nyeri tekan pada aera payudara dan ketiak
d. Abdomen :
I : Tidak ditemukan lesi, tegang, hematoma, asites
A : Suara bising usus terdengar 15 kali permenit
P : Tidak ada nyeri tekan dan lepas
P : Suara abdomen terdengar timpani pada lambung,dalnes pada
hati dan ginjal
e. Genetalia
Tidak terkaji
f. Integumen
I : Tidak ada lesi, hematoma, edema, sianosis juga tidak ada
P : Turgor kulit pasien tidak elastis,suhu teraba hangat.
g. Ekstremitas
Atas
I : Tidak ada lesi, hematoma, edema, fraktur, persebaran bulu
merata, kekuatan tonus otot 5 (kiri-kanan)
P : Turgor kulit elastic, CRT ≤3 detik, tidak adanya nyeri tekan.
Bawah
I : Tidak ada lesi, hematoma, edema, fraktur dan persebaran
bulu merata, kekuatan tonus otot 5 ( kiri- kanan)
P : Turgor kulit elastic, CRT ≤3 detik, tidak adanya nyeri tekan
40
d. Pemeriksaan Penunjang
1. Data laboratorium yang berhubungan
Tgl : 20 November 2012
Hasil Pemeriksaan darah lengkap:
Parameter Satuan Hasil Nilai Normal
Eritrosit (sel
darah merah)
Juta/µL 4 – 5 (P)
4,5 – 5,5 (L)
Hemoglobin
(Hb)
g/dL 12 – 14 (P)
13 – 15 (L)
Hematokrit % 40 – 50 (P)
45 – 55 (L)
Basofil % 0 – 1
Eosinofil % 1 – 3
Neutrofil % 50 – 75
Limfosit % 20 – 40
Monosit % 2 – 8
Laju Endap
Darah (LED)
mm/jam < 15 (P)
< 10 (L)
Leukosit (sel
darah putih)
µL 5000 – 10.000
MCH/HER pg 27 – 31
MCHC/KHER g/dL 32 – 36
MCV/VER fl 80 – 96
Kimia Darah : tanggal : 20 November 2012
Parameter Satuan Hasil Nilai
normal
Fingerstick glucose (glukosa sewaktu) Mg/dL 571
Glukosa serum Mg/dL 671 80 - 100
mg/dL
41
2. Pemeriksaan radiologi : -
3. Hasil konsultasi :-
4. Pemeriksaan penunjang diagnostic lain
Pemeriksaan Tes Fungsi Ginjal
Tgl : 20 November 2012
Parameter Satuan Hasil Nilai Normal
Kreatinin Darah Mg/dL 0,8 0,4 – 10
Urea mg/dL 18 7,0 – 20,0
Natrium mmol/L 133 135 – 145
Klorida mmol/L 99 96 – 108
Kalium mmol/L 4,0 3,5 –5, 0
CO2 mE/L 25 21-30
Pemeriksaan Urine analisis
Tgl : 20 November 2012
Parameter Satuan Hasil Nilai Normal
Glukosa 3+ Negatif
Bilirubin Negatif
Keton 2+
Berat Jenis 1.010 1,005 – 1,300
pH 5,5 5,0 – 8,0
Protein mg/dL < 30
Urobilinogen EU/dL < 1
Nitrit Negatif
Blood Negatif
Leukosit Negatif
Acetone 1:2
5. Analisa Data
A. Tabel Analisa Data
42
N
O
Data Interpretasi Masalah
1 DS:
Pasien mengatakan
kencing 10 – 12 kali
perhari ( 2500 cc) ,
pasien minum 10 – 12
gelas perhari (2500 –
3000 cc/hr)
DO:
Urine berwarna kuning
dan bau khas urine,
mukosa bibir kering
turgor kulit tidak elastis
Balance cairan :
Cairan input : Minum
3000 cc
Cairan output : Urine
2500 cc
IWL : 15 cc x
KgBB/hari : 15cc x 62kg
= 930 cc
Jadi balance cairan jmlh
cairan input – jmlh cairan
output : 3000cc – (2500 +
930)cc = - 430 cc
Hiperglikemia
Glukosa lolos ke dalam urine
melebihi ambang batas filtrasi
glukosuria
osmotik diuresis
dehidrasi
kekurangan volume cairan
Kekurangan
volume cairan
2 DS:
pasien mengatakan tidur
tidak nyenyak, karena
hiperglikemia
Glukosa lolos ke dalam urine
Gangguan pola
tidur
43
sering terbangun pada
malam hari untuk
kencing, biasanya
terbangun 5x untuk
kencing dan untuk siang
hari pasien mengatakan
susah tidur siang
semenjak sakit.
DO: terdapat lingkar
hitam di bawah mata
melebihi ambang batas filtrasi
glukosuria
osmotik duresis
poliuria
sering terbangun pada tengah
malam unutuk berkemih
gangguan pola tidur
3 DS:
Pasien dan keluarga
mengatakan tidak
mengetahui tentang
penyakit yang dialaminya.
DO:
pasien dan keluarga
terlihat bingung dan terus
bertanya tentang penyakit
yang dialaminya
Perubahan status kesehatan
Kurang terpajan informasi
Pasien bingung dan bertanya-
tanya tentang penyakit yang
dideritanya
Defisiensi pengetahuan
Defisiensi
pengetahuan
44
B. Tabel Diagnosa Keperawatan/Masalah Kolaboratif Berdasarkan Prioritas
NO TANGGAL/JAM
DITEMUKAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN TANGGAL
TERATASI
TTD
1
2
20 November
2012/ 22.20 Wita
20 November
2012/ 22.20 Wita
Kekurangan Volume cairan
berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif ditandai dengan mukosa bibir
kering, turgor kulit tidak elastis, balance
cairan menunjukkan kekurangan
volume cairan 430cc.
Gangguan pola tidur berhubungan
dengan perubahan pola tidur terhadap
adanya poliuri ditandai dengan adanya
terdapat lingkar hitam di bawah mata,
pasien mengatakan tidur tidak nyenyak,
karena sering terbangun pada malam
hari untuk kencing, biasanya terbangun
5x untuk kencing dan untuk siang hari
pasien mengatakan susah tidur siang
semenjak sakit.
Defisiensi pengetahuan berhubungan
45
3
20 November
2012/ 22.20 Wita
dengan kurang terpajan informasi
ditandai dengan pasien dan keluarga
pasien terlihat bingung dan terus
bertanya – tanya tentang penyakit yang
dialaminya
C. Rencana Tindakan Keperawatan
NO
Dx
Tujuan dan Kreteria
Hasil
Intervensi Rasional Ttd
1 Setelah dilakukan
tindakan
keperawatana selama
3 x 24 Jam
diharapkan pasien
menunjukkan hidrasi
yang adekuat dengan
KH : dibuktikan oleh
tanda vital normal :
TD : 120/80 mmHg,
RR : 20 kali/menit ,
nadi 80 kali/menit,
suhu 36,5-37,50 C ,
turgor kulit elastis
dan mukosa bibir
a. Kaji riwayat klien
sehubungan dengan
lamanya atau intensitas
dari gejala seperti muntah
dan pengeluaran urine
yang berlebihan.
b. Pantau tanda – tanda
vital, catat adanya
perubahan tekanan darah
ortostatik.
c. Pantau frekuensi dan
kualitas pernapasan,
penggunaan otot bantu
napas, adanya periode
apnea dan sianosis.
a. Membantu
memperkirakan
kekurangan volume
total. Adanya proses
infeksi
mengakibatkan
demam dan keadaan
hipermetabolik yang
meningkatkan
kehilangan air.
b. syok Hipovolemi
dimanifestasikan
oleh penurunan
tekanan
darah,penurun
46
lembab
d. Pantau suhu, warna
kulit, atau
kelembabannya.
e. Kaji nadi perifer,
pengisian kapiler, turgor
kulit, dan membrane
mukosa.
f. Pantau masukan dan
pengeluaran cairan
g. Ukur berat badan
setiap hari.
h. Pertahankan
pemberian cairan
minimal 2500 ml/hari.
i. Tingkatkan
lingkungan yang
menimbulkan rasa
nyaman. Selimuti klien
dengan kain yang tipis.
j. Kaji adanya
perubahan mental atau
sensori.
k. Observasi mual, nyeri
abdomen, muntah, dan
distensi lambung.
l. Observasi adanya
perasaan kelelahan yang
meningkat, edema,
peningkatan berat badan,
nadi tidak teratur, dan
distensi vaskuler.
m. Berikan terapi cairan
sesuai indikasi:
denyut nadi, tingkat
kesadaran
c. Hiperglikemia
dan asidosis
menyebabkan pola
dan frekuensi
pernapasan normal.
Akan tetapi
peningkatan kerja
pernapasan,
pernapasan dangkal
dan cepat serta
sianosis merupakan
indikasi dari
kelelahan
pernapasan atau
kehilangan
kemampuan melalui
kompensasi pada
asidosis.`
d. Demam,
menggigil, dan
diaphoresis adalah
hal umum terjadi
pada proses infeksi,
demam dengan kulit
kemerahan, kering
merupakan tanda
dehidrasi.
e. Merupakan
indicator tingkat
dehidrasi atau
47
- Normal salin atau
setengah normal salin
dengan atau tanpa
dekstrosa.
- Albumin, plasma,
atau dekstran.
n. Pasang kateter urine
volume sirkulasi
yang adekuat.
f. Memperkirakan
kebutuhan cairan
pengganti, fungsi
ginjal, dan
keefektifan terapi
yang diberikan.
g. Memberikan hasil
pengkajian terbaik
dari status cairan
yang sedang
berlangsung dan
selanjutnya dalam
memberikan cairan
pengganti.
h. Mempertahankan
hidrasi atau volume
sirkulasi.
i. Menghindari
pemanasan yang
berlebihan terhadap
klien lebih lanjut
dapat menimbulkan
kehilangan cairan.
j. Perubahan mental
berhubungan dengan
hiperglikemi atau
hipoglikemi,
elektrolit abnormal,
asidosis, penurunan
perfusi serebral, dan
48
hipoksia. Penyebab
yang tidak
tertangani,
gangguan kesadaran
menjadi predisposisi
aspirasi pada klien.
k. Kekurangan
cairan dan elektrolit
mengubah motilitas
lambung sehinnga
sering menimbulkan
muntah dan secara
potensial
menimbulkan
kekurangan cairan
dan elektrolit.
l. Pemberian cairan
untuk perbaikan
yang cepat
berpotensi
menimbulkan
kelebihan cairan dan
gagal jantung
kronis.
m. Tipe dan jumlah
cairan tergantung
pada derajat
kekurangan cairan
dan respon klien
secara individual.
Plasma ekspander
49
(pengganti)
dibutuhkan jika
mengancam jiwa
atau tekanan darah
sudah tidak dapat
kembali normal
dengan usaha
rehidrasi yang telah
dilakukan.
n. Memberikan
pengukuran yang
tepat terhadap
pengeluaran urine
terutama jika
neuropati otonom
menimbulkan
retensi atau
inkontinensia.
2 Setelah diberikan
asuhan keperawatan
selama 3x24 jam
diharapkan pasien
tidak mengalami
gangguan pola tidur
dengan kriteria hasil :
- Klien mengatakan
Mandiri:
a. Kaji pola tidur klien
b. Mininalkan suasana
lingkungan
c. Anjurkan klien untuk
minum air hangat sebelum
tidur
a. untuk mengetahui
bagaimana pola
tidur klien
b. lingkungan yang
tenang dapat
membantu klien
untuk beristirahat
c. Minum air hangat
dapat membantu
50
tidurnya cukup
- Klien mengatakan
tidurnya nyenyak
d.ajarkan klien tehnik
relaksasi dan distraksi
sebelum tidur
klien lebih relaksasi
dan lebih nyaman
d. Membantu klien
untuk mengurangi
persepsi nyeri atau
mangalihkan
perhatian klien dari
nyeri yang
menghambat tidur
klien.
3 Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan selama
3 x 24 jam
diharapkan
kebutuhan informasi
klien terpenuhi.
Kriteria hasil:
- Klien dan
keluarga
mengungkapka
n pemahaman
tentang
penyakit.
- Klien dan
keluarga dapat
mengidentifikas
i hubungan
a. Ciptakan lingkungan saling
percaya dengan
mendengarkan penuh
perhatian dan selalu ada
untuk klien.
b. Bekerja dengan klien
dalam menata tujuan belajar
yang diharapkan
c. Diskusikan tentang kadar
glukosa normal dan
bandingkan dengan kadar
glukosa darah klien, tipe DM
yang dialami, hubungan
antara kekurangan insulin
dengan gula darah yang
tinggi
d. Terangkan komplikasi
a. Menanggapi dan
memperhatikan
perlu diciptakan
sebelum klien
bersedia mengambil
bagian dalam proses
belajar.
b. Partisipasi dalam
perencanaan
meningkatkan
antusias dan kerja
sama dengan prinsip
yang dipelajari
c. Memberikan
pengetahuan dasar
dimana klien dapat
membuat
pertimbangan dalam
51
tanda/gejala
dengan proses
penyakit dan
menghubungka
n gejala dengan
faktor
penyebab.
- Dengan benar
melakukan
prosedur yang
perlu dan
menjelaskan
rasional
tindakan.
- Klien dapat
melakukan
perubahan gaya
hidup dan
berpartisipasi
dalam program
pengobatan.
penyakit akut dan kronis.
e. Demonstrasikan cara
pemeriksaan gula darah
dengan menggunakan finger
stick dan beri kesempatan
klien mendemonstrasikan.
f. Diskusikan tentang rencana
diet, penggunaan makanan
tinggi serat, dan pola makan.
g. Tinjau ulang program
pengobatan.
h. Tinjau kembali pemberian
insulin oleh klien sendiri dan
perawatan terhadap peralatan
yang digunakan. Berikan
kesempatan kepada klien
untuk mendemonstrasikan
prosedur tersebut
i. Tekankan pentingnya
mempertahankan
pemeriksaan gula darah
setiap hari, waktu, dan dosisi
obat, diet, aktivitas,
perasaan/sensasi
memilih gaya hidup.
d. Kesadaran
tentang apa yang
dapat terjadi
membuat klien
untuk lebih
konsisten terhadap
perawatannya dan
mengurangi
komplikasi.
e. Melakukan
pemeriksaan gula
darah 4 kali atau
lebih dalam sehari,
meningkatkan
kontrol kadar gula
darah dengan lebih
ketat, dan mencegah
perkembangan
komplikasi jangka
panjang.
f. Kesadaran
pentingnya kontrol
diet membantu klien
dalam
merencanakan
program. Serat dapat
memperlambat
absorbsi gula yang
akan menurunkan
kadar gula dalam
darah.
g. Pemahaman
52
semua aspek yang
digunakan dalam
pengobatan klien.
h. Mengidentifikasi
pemahaman dan
kebenaran dari
prosedur atau
masalah potensial
yang dapat terjadi.
i. Membantu dalam
menciptakan
gambaran yang
nyata dari keadaan
klien untuk
melakukan kontrol
penyakitnya dengan
lebih baik dan
meningkatkan
perawatan
diri/kemandiriannya.
53
DAFTAR PUSTAKA
Arjatmo Tjokronegoro. 2002. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Cet 2. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati, Jakarta : EGC.
NANDA International. 2011. Nursing Diagnoses : Definitions and Clasisification 2012- 2014. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC.
54
55
56
57
58