Askep Anak Dm Skenario 2

32
LAPORAN TUTORIAL KEPERAWATAN ANAK SKENARIO 2 DIABETES MELLITUS TIPE 1 Disusun Oleh : PSIK 6 A1 1. Agustin Retno Dewi (201110201001) 2. Anita Nurfajrin (201110201006) 3. Arum Tini Saras Wati (201110201011) 4. Dwi Pemtiyati Aryuna sari (201110201016) 5. Helga Dwi Ardianto (201110201021) 6. Jeisna Priyanti (201110201026) 7. Mareta Fitria Wulandari (201110201031) 8. Ning Setiowati (201110201036) 9. Nuraini (201110201041) 10. Reni Dwi Wulandari (201110201046) 11. Robin Maulana (201110201051) 12. Septi Esti Wigati (201110201056) 13. Tiara Ningrum Putri W (201110201061) 14. Windariyati (201110201066) PROGRAM STUDY ILMU KEPERAWATAN

description

tugas tutor

Transcript of Askep Anak Dm Skenario 2

Page 1: Askep Anak Dm Skenario 2

LAPORAN TUTORIAL KEPERAWATAN ANAK

SKENARIO 2

DIABETES MELLITUS TIPE 1

Disusun Oleh :

PSIK 6 A1

1. Agustin Retno Dewi (201110201001)2. Anita Nurfajrin (201110201006)3. Arum Tini Saras Wati (201110201011)4. Dwi Pemtiyati Aryuna sari (201110201016)5. Helga Dwi Ardianto (201110201021)6. Jeisna Priyanti (201110201026)7. Mareta Fitria Wulandari (201110201031)8. Ning Setiowati (201110201036)9. Nuraini (201110201041)10. Reni Dwi Wulandari (201110201046)11. Robin Maulana (201110201051)12. Septi Esti Wigati (201110201056)13. Tiara Ningrum Putri W (201110201061)14. Windariyati (201110201066)

PROGRAM STUDY ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH

YOGYAKARTA

2014

Page 2: Askep Anak Dm Skenario 2

KATA PENGANTAR

Assalam 'mualaikumwr,wb

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan ini dengan

baik. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas dan diajukan untuk memenuhi standar proses

pembelajaran Tutorial . Dalam penyusunan laporan ini, penulis ingin menyampaikan terima

kasih kepada :

1. Ibu Kustiningsih selaku dosen yang telah memberikan bimbingan kepada penulis.

2. Teman-teman kelompok A1 yang telah meluangkan waktu untuk membantu dalam

menyusunan laporan ini.

Meskipun telah berusaha segenap kemampuan, namun penulis menyadari bahwa laporan ini

masih belum sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari

semua pihak demi perbaikan di hari kemudian. Akhir kata, penulis berharap semoga laporan ini

dapat bermanfaat dalam proses pembelajaran di Fakultas Ilmu Keperawatan.

Wassalam 'mualaikumwr.wb.

Yogyakarta, 24 April 2014

Penulis

Page 3: Askep Anak Dm Skenario 2

BAB I

KONSEP DASAR

A. PENGERTIAN

Diabetes mellitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai

kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi

kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membrane basalis

dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron. Diabetes mellitus ini terbagi menjadi dua

yaitu diabetes mellitus tipe 1 (tergantung insulin) atau disebut juga dengan IDDM dan

diabetes mellitus tipe 2 atau NIDDM (tidak tergantung insulin).

Jenis yang paling umum dari diabetes pada anak-anak adalah diabetes tipe 1.

Diabetes mellitus tipe 1 pada anak terjadi tanpa memandang usia. Meski masih terdengar

asing ditelinga sebagian masyarakat, kasus diabetes pada anak bukanlah hal langka lagi.

Dalam dua tahun terakhir saja terjadi peningkatan jumlah pasien diabetes anak-anak.

Perlu diketahui tidak ada penyakit lain di Indonesia yang bisa naik 4 kali lipat seperti

diabetes pada anak ini. Istilah lain mungkin juga dikenal dengan diabetes anak-anak,

diabetes rapuh, dan diabetes gula.

Diabetes mellitus tipe 1 adalah diabetes diabetes yang bergantung pada insulin

dimana tubuh kekurangan hormone insulin, dikenal dengan istilah Insulin Dependent

Diabetes Mellitus (IDDM), dicirikan dengan rusaknya sel beta penghasil insulin pada

pulau-pulau langerhans sehingga terjadi kekurangan insulin pada tubuh. Sampai saat ini

diabetes tipe 1 tidak dapat dicegah. Kebanyakan penderita diabetes tipe 1 memiliki

kesehatan dan berat badan yang baik saat penyakit ini mulai dideritanya. Selain itu,

sensitivitas maupun respons tubuh terhadap insulin umumnya normal pada penderita

diabetes tipe ini, terutama pada tahap awal. Penyebab terbanyak dari kehilangan sel beta

pada diabetes tipe 1adalah kesalahan reaksi autoimunitas yang menghancurkan sel beta

pankreas. Reaksi autoimunitas tersebut dapat dipicu oleh adanya infeksi pada tubuh.

Page 4: Askep Anak Dm Skenario 2

Ada dua bentuk diabetes tipe 1: Idiopatik tipe 1 – mengacu pada bentuk yang jarang dari

penyakit dengan tidak diketahui penyebabnya.

• Kekebalan-dimediasi diabetes – gangguan autoimun dimana sistem kekebalan tubuh di

hancurkan, atau mencoba untuk menghancurkan sel-sel dalam pankreas yang di produksi

olehinsulin.

Kekebalan-dimediasi diabetes adalah bentuk paling umum dari diabetes tipe 1 dan umumnya

disebut sebagai diabetes tipe

3.

1.

B. TANDA DAN GEJALA

Diabetes mellitus tipe 1 yang menyerang anak-anak sering tidak terdiagnosis

oleh dokter karena gejala diabetes pada anak yang awalnya yang tidak begitu jelas dan

pada akhirnya sampai pada gejala lanjut dan traumatis seperti mual, muntah, nyeri perut,

sesak nafas, bahkan koma. Seringkali gejala-gejala ini disalahkan oleh orangtua maupun

dokter sebagai penyakit usus buntu infeksi dan lain sebagainya. Namun berbeda dengan

gejala usus buntu, gejala diabetes pada anak tipe 1 ini mempunyai cirikhas yaitu nafas si

anak berbau asam atau keton. Kelalaian dalam diagnosis penyakit diabetes mellitus1

menyebabkan penanganan yang tidak sesuai bagkan dapat menyebabkan kematian.

Urutan peristiwa kimia yang terjadi dengan hasil diabetes dalam hiperglikemia dan

asidosis yang menghasilkan penurunan berat badan dan tiga “polys” dari diabetes

polyphagia, polidipsia, poliuria dan.

Gejala lain mungkin termasuk antara lain:

1. Sering sekali buang air kecil atau mengompol, karena tubuh berusaha

mengeluarkan glukosa yang berlebihan lewat urine.

2. Banyak minum, untuk mengantikan cairan yang keluar saat buang air

kecil.

3. Mudah lapar, si kecil mengonsumsi banyak makanan, namun tidak diiringi

dengan peningkatan berat badan. Sebaliknya berat badan justru menurun

Page 5: Askep Anak Dm Skenario 2

tanpa sebab yang jelas walaupun porsi makan si kecil lebih banyak dari

biasanya.

4. Cepat lelah, karena tubuh tidak dapat menggunakan glukosa untuk energi.

5. Penglihatan kabur

6. Luka yang lambat untuk disembuhkan

7. Mual dan muntah

8. Nyeri perut

9. Iritabilitas dan perubahan mood

C. ETIOLOGI

Penyebab diabetes tipe 1 tidak diketahui. Namun, diyakini bahwa adanya factor

keturunan dari berkembangnya diabetes tersebut, dan beberapa factor lain dari luar.

a.    Faktor genetic

Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri, tetapi mewarisi

suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I.

Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen

HLA (human leucosite antigen). HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung

jawab atas antigen transplantasi dan proses imun lainnya.

Faktor herediter menyebabkan timbulnya DM melalui kerentanan sel-sel beta

terhadap penghancuran oleh virus atau mempermudah perkembangan antibodi  autoimun

melawan sel-sel beta, jadi mengarah pada penghancuran sel-sel beta.

b.   Faktor-faktor imunologi

Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi

terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang

dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing, yaitu autoantibodi terhadap sel-sel pulau

Langerhans dan insulin endogen.

c.    Faktor lingkungan

Page 6: Askep Anak Dm Skenario 2

Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan

destruksi sel beta.

D. KLASIFIKASI

Klasifikasi DM tipe 1, berdasarkan etiologi sebagai berikut :

Pada DM tipe I, dikenal 2 bentuk dengan patofisiologi yang berbeda.

1.      Tipe IA, diduga pengaruh genetik dan lingkungan memegang peran utama untuk

terjadinya kerusakan pankreas. HLA-DR4 ditemukan mempunyai hubungan yang sangat

erat dengan fenomena ini.

2.      Tipe IB berhubungan dengan keadaan autoimun primer pada sekelompok penderita

yang juga sering menunjukkan manifestasi autoimun lainnya, seperti Hashimoto disease,

Graves disease, pernicious anemia, dan myasthenia gravis. Keadaan ini berhubungan

dengan antigen HLA-DR3 dan muncul pada usia sekitar 30 - 50 tahun.

E. PATOFISIOLOGI

Diabetes tipe 1 disebabkan oleh infeksi atau toksin lingkungan yang menyerang

orang dengan sistem imun yang secara genetis merupakan predisposisi untuk terjadinya

suatu respon autoimun yang kuat yang menyerang antigen sel B pankreas. Faktor

ekstrinsik yang diduga mempengaruhi fungsi sel B meliputi kerusakan yang disebabkan

oleh virus, seperti virus penyakit gondok (mumps) dan virus coxsackie B4, oleh agen

kimia yang bersifat toksik, atau oleh sitotoksin perusak dan antibodi yang dirilis oleh

imunosit yang disensitisasi. Suatu kerusakan genetis yang mendasari yang berhubungan

dengan  replikasi atau fungsi sel B pankreas dapat menyebabkan predisposisi terjadinya

kegagalan sel B setelah infeksi virus. Lagipula, gen-gen HLA yang khusus diduga

meningkatkan kerentanan terhadap virus diabetogenik atau mungkin dikaitkan dengan

gen-gen yang merespon sistem imun tertentu yang menyebabkan terjadinya predisposisi

pada pasien sehingga terjadi respon autoimun terhadap sel-sel pulaunya (islets of

Langerhans) sendiri atau yang dikenal dengan istilah autoregresi.

Page 7: Askep Anak Dm Skenario 2

Diabetes tipe 1 merupakan bentuk diabetes parah yang berhubungan dengan

terjadinya ketosis apabila tidak diobati. Diabetes ini muncul ketika pankreas sebagai

pabrik insulin tidak dapat atau kurang mampu memproduksi insulin. Akibatnya, insulin

tubuh kurang atau tidak ada sama sekali. Penurunan jumlah insulin menyebabkan

gangguan jalur metabolik antaranya penurunan glikolisis (pemecahan glukosa menjadi air

dan karbondioksida), peningkatan glikogenesis (pemecahan glikogen menjadi glukosa),

terjadinya glukoneogenesis. Glukoneogenesis merupakan proses pembuatan glukosa dari

asam amino , laktat , dan gliserol yang dilakukan counterregulatory hormone (glukagon,

epinefrin, dan kortisol). Tanpa insulin , sintesis dan pengambilan protein, trigliserida ,

asam lemak, dan gliserol dalam sel akan terganggu. Aseharusnya terjadi lipogenesis

namun yang terjadi adalah lipolisis yang menghasilkan badan keton.Glukosa menjadi

menumpuk dalam peredaran darah karena tidak dapat diangkut ke dalam sel. Kadar

glukosa lebih dari 180mg/dl  ginjal tidak dapat mereabsorbsi glukosa dari glomelurus

sehingga timbul glikosuria. Glukosa menarik air dan menyebabkan osmotik diuretik dan

menyebabkan poliuria. Poliuria menyebabkan hilangnya elektrolit lewat urine, terutama

natrium, klorida, kalium, dan fosfat merangsang rasa haus dan peningkatan asupan air

(polidipsi). Sel tubuh kekurangan bahan bakar (cell starvation ) pasien merasa lapar dan

peningkatan asupan makanan (polifagia).

Biasanya, diabetes tipe ini sering terjadi pada anak dan remaja tetapi kadang-

kadang juga terjadi pada orang dewasa, khususnya yang  non obesitas dan mereka yang

berusia lanjut ketika hiperglikemia tampak pertama kali. Keadaan tersebut merupakan

suatu gangguan katabolisme yang disebabkan karena hampir tidak terdapat insulin dalam

sirkulasi, glukagon plasma meningkat dan sel-sel B pankreas gagal merespon semua

stimulus insulinogenik. Oleh karena itu, diperlukan pemberian insulin eksogen untuk

memperbaiki katabolisme, mencegah ketosis, dan menurunkan hiperglukagonemia dan

peningkatan kadar glukosa darah (Tandra, 2007).

F. PATHWAY

Page 8: Askep Anak Dm Skenario 2

G. KOMPLIKASI

Diabetes yang tidak ditangani dengan baik juga memunculkan komplikasi pada

gejala diabetes pada anak ini semisal hiperglikemia dan hipoglikemia & ketoasidosis.

Pada kondisi hiperglikemia, kadar gula dalam darah terlalu banyak, sebaliknya pada

kondisi hipoglikemia tubuh kekurangan kadar gula dalam darah. Bagi orangtua yang

anaknya menunjukkan gejala diabetes pada anak seperti buang air kecil, peningkatan rasa

haus dan lapar, cepat lelah, turunnya berat badan, sesak nafas, nafas anak berbau

Page 9: Askep Anak Dm Skenario 2

asam/aseton, adanya infeksi jamur pada kulit, penglihatan kabur, muntah, atau sakit

perut, sebaiknya segera berkonsultasi kepada dokter.

H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Pemeriksaan penunjang yang dlakukan pada DM tipe 1 dan 2 umumnya tidak

jauh berbeda. 

a)      Glukosa darah : meningkat 200-100mg/dL

b)      Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok

c)      Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat

d)      Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l

e)      Elektrolit :

·        Natrium : mungkin normal, meningkat, atau menurun

·        Kalium : normal atau peningkatan semu ( perpindahan seluler), selanjutnya akan

menurun.

·        Fosfor : lebih sering menurun

f)        Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang

mencerminkan control DM yang kurang selama 4 bulan terakhir ( lama hidup SDM) dan

karenanaya sangat bermanfaat untuk membedakan DKA dengan control tidak adekuat

versus DKA yang berhubungan dengan insiden ( mis, ISK baru)

g)      Gas Darah Arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada HCO3

( asidosis metabolic) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.

h)      Trombosit darah : Ht mungkin meningkat ( dehidrasi) ; leukositosis :

hemokonsentrasi ;merupakan respon terhadap stress atau infeksi.

i)        Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau normal ( dehidrasi/ penurunan fungsi

ginjal)

j)        Amilase darah : mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya pancreatitis

akut sebagai penyebab dari DKA.

k)      Insulin darah : mungkin menurun / atau bahka sampai tidak ada ( pada tipe 1) atau

normal sampai tinggi ( pada tipe II) yang mengindikasikan insufisiensi insulin/ gangguan

dalam penggunaannya (endogen/eksogen). Resisten insulin dapat berkembang sekunder

terhadap pembentukan antibody . ( autoantibody)

Page 10: Askep Anak Dm Skenario 2

l)        Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat

meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.

m)    Urine : gula dan aseton positif : berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat.

n)      Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi

pernafasan dan infeksi pada luka.

I. PENATALAKSANAAN

Pengobatan spesifik untuk diabetes tipe 1 akan ditentukan berdasarkan:

a. Umur anak, kesehatan secara keseluruhan, dan sejarah medis

b. Luasnya penyakit

c. Toleransi anak untuk obat tertentu, prosedur, atau terapi

d. Harapan untuk perjalanan penyakit

Anak-anak dengan diabetes tipe 1 harus mendapatkan suntikan insulin setiap

hari untuk menjaga tingkat gula darah dalam kisaran normal. Kombinasi kerja cepat

(biasa) dan intermediate-acting (NPH atau Lente) insulin biasanya dipesan. Injeksi

subkutan dilakukan 30 menit sebelum sarapan dan sebelum makan malam. Pengobatan

juga dapat mencakup:

a. Diet seimbang

Perhimpunan Diabetes Amerika dan Persatuan Dietetik Amerika Merekomendasikan 50

– 60% kalori yang berasal dari :

•    Karbohidrat    60 – 70%

•    Protein    12 – 20 %

•    Lemak    20 – 30 %

b. Latihan (untuk menurunkan gula dan membantu tubuh menggunakan darah)

Latihan dengan cara melawan tahanan dapat menambah laju metablisme istirahat,

dapat menurunkan BB, stres dan menyegarkan tubuh.

Latihan menghindari kemungkinan trauma pada ekstremitas bawah, dan hindari latihan

dalam udara yang sangat panas/dingin, serta pada saat pengendalian metabolik buruk.

Gunakan alas kaki yang tepat dan periksa kaki setiap hari sesudah melakukan latihan.

c. Tes darah rutin (untuk memeriksa kadar gula darah)

d. Tes urin rutin (untuk memeriksa kadar keton)

Page 11: Askep Anak Dm Skenario 2

e. Terapi (jika diperlukan)

f.  Pendidikan

(Brunner & Suddarth, 2002)

J. MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinis DM tipe 1 sama dengan manifestasi pada DM tahap awal,

yang  sering ditemukan :

a) Poliuri (banyak kencing)

Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai

melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic

diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga

klien mengeluh banyak kencing.

b) Polidipsi (banyak minum)

Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan

banyak karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi klien lebih banyak

minum.

c) Polifagia (banyak makan)

Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami

starvasi (lapar). Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan.

Tetapi walaupun klien banyak makan, tetap saja makanan tersebut hanya

akan berada sampai pada pembuluh darah.

d) Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang

Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa,

maka tubuh berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang

lain yaitu lemak dan protein, karena tubuh terus merasakan lapar, maka

tubuh selanjutnya akan memecah cadangan makanan yang ada di tubuh

termasuk yang berada di jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan

DM walaupun banyak makan akan tetap kurus.

e) Mata kabur

Page 12: Askep Anak Dm Skenario 2

Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi)

yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan

sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak.

f) Ketoasidosis

Anak dengan DM tipe-1 cepat sekali menjurus ke-dalam ketoasidosis

diabetik yang disertai atau tanpa koma dengan prognosis yang kurang baik

bila tidak diterapi dengan baik.

BAB II

Page 13: Askep Anak Dm Skenario 2

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Sekenario

Seorang anak laki-laki berusia 10 tahun baru saja didiagnosis Diabets Miltitus tipe

1 masuk dirawat di bangsal Anak RS. Hasil anamnesis anak mengatakan bahwa ia

banyak makan, banyak minum, banyak kencing, berat baddanya turun, enuresis ia juga

mudah tersinggung, dan tidak bias perhatian lama ketika mengikuti pelajarran disekola,

merasa lelah, penglihatan kabur, sakit kepala, akaul ada luka sukar sembuh dan mudah

terserang flu.

Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan didapatkan BB=25,5 kg, PB=135 cm.

Suhu= 37,4 0C, Nadi= 88 kali/menit, respirasi= 24 kali/menit, Tekanan Darah= 110/70

mmHg. Trogor kulit kembali cepat. Kulit kering, membrane mukosa lembab. Hasil

pemeriksaan laboraterium menunjukkan : Hemoglobin : 11,2 gr/dl, Haematokrit: 30%,

Eritrosit : 4,0 (x106/µL), Trombosit : 210.000/ mm3, Leukosit : 9.500/µi, Glukosa darah

300 mg/ dL.

Orang tua mengatakan bahwa mereka sangat terkejut dan tidak percaya ketika

anaknya didiagnosis DM tipe1, padahal tidak adaanggota keluarga yangmenderita DM.

mereka mengatakn tidak paham tentang DM ti 1 dancara perawatnya terutama setelah

pulang dari rumah sakit. Orang tua khawatir memikirkan masa depan anaknya.

Terapi/insruksi medis yang diberika saat ini : cek gula darah 2 kali/hari, insulin 2

unit dari U100 sebelum makan.

B. Data

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF

hasil anamnesa anak mengatakan

banyak makan, banyakminum, banyak

kencing, bb turun, enuresis

- ortu mengatakan bahwa mereka

sangat terkejut dan tidak percaya

bahwa anak nya didiagnosis DM tipe

1, padahal tidak ada anggota yg DM

- mereka mengatakan tidak paham

- Dari hasil pemeriksaan fisik

didapat BB 25,5kg, TB 135 cm,

S 37,4 C, N 88x/menit, RR

24x/menit, TD 110/70 mmHg,

turgor kulit kembali segera.

- Terapi cek gula darah 2

kali/hari, insulin 2 unit dari U

100 sebelum makan

Page 14: Askep Anak Dm Skenario 2

tentang DM tipe 1 dan cara

perawatannya.

- ortu khawatir memikirkan masa

depan anak

- anak mudah tersinggung, tidak bisa

perhatian lama ketika mengikuti

pelajaran, merasa lelah, penglihatan

kabur, sakit kepala, kalau ada luka

sukar sembuh, dan mudah terserang

flu.

- Hasil lab : HB 11,2 gr/dl,

haematokrit 30%, eritrosit 4,0

(x10

- Seorang anak laki-laki baru saja

didiagnosis DM tipe 1

- Kulit kering, membrane mukosa

lembab

C. Analisa Data

Data Etiologi Problem

Do : kadar glukosa darah 300

mg/dl, leukosit 9500

Ds : kalau ada luka sukar

sembuh

Perubahan penyakit kronis :

DM

Resiko infeksi

Do : Kulit kering

Ds : banyak kencing,

enuresis

Kehilangan cairan aktif Kekurangan volume cairan

Do : bb 25,5kg

Ds:- mereka mengatakan

tidak paham tentang DM tipe

1 dan cara perawatannya,

- berat badan menurun,

- ortu mengatakan

bahwa mereka sangat

terkejut dan tidak

percaya bahwa anak

Penyakit: DM Resiko ketidakstabilan kadar

glukosa darah

Page 15: Askep Anak Dm Skenario 2

nya didiagnosis DM

tipe 1, padahal tidak

ada anggota yg DM

Do: kadar glukosa darah 300

mg/dl,

Ds: penglihatan kabur, sakit

kepala,

Defisiensi insulin Resiko cidera

Do:

Ds: mereka mengatakan tidak

paham tentang DM tipe 1 dan

cara perawatannya terutama

setelah pulang dari RS.

Tidak familiar dengan

sumber informasi

Defisiensi pengetahuan

Prioritas diagnose :

1. Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d penyakit DM ditandai dengan data

objektif bb 25,5kg dan data subjektif yaitu, mereka mengatakan tidak paham tentang

DM tipe 1 dan cara perawatannya,berat badan menurun,ortu mengatakan bahwa mereka

sangat terkejut dan tidak percaya bahwa anak nya didiagnosis DM tipe 1, padahal tidak

ada anggota yg DM

2. Resiko cidera b.d Defisiensi insulin ditandai dengan kadar glukosa darah 300 mg/dl, dan

data subjektifnya yaitu, penglihatan kabur, sakit kepala,

3. Kekurangan volume cairan b.d Kehilangan cairan aktif ditandai dengan data objektifnya

adalah kulit kering dan data subjektifnya adalah banyak kencing, enuresis

4. Defisiensi pengetahuan b.d Tidak familiar dengan sumber informasi ditandai dengan data

subjektifnya yaitu : mereka mengatakan tidak paham tentang DM tipe 1 dan cara

perawatannya terutama setelah pulang dari RS.

Page 16: Askep Anak Dm Skenario 2

5. Resiko infeksi b.d Perubahan penyakit kronis : DM ditandai dengan data objektifnya

yaitu, kadar glukosa darah 300 mg/dl, leukosit 9500 dan data subjektifnya yaitu, kalau

ada luka sukar sembuh

D. Intervensi

Dx NOC NIC Rasional

1. Resiko

ketidakstabilan

kadar glukosa

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan 3x

24 jam klien mampu

memenuhi KH : Blood

glucose level

Glukosa darah (3)

Glukosa urin (4)

Keton urin(4)

Hyperglcyemia

Management

- Monitor level glukosa

darah

-Monitor tanda dan

gejala hiperglikemia:

puliuria, polidipsi,

polipagi, kelemahan,

letargi, malaise,

pandangan kabur, sakit

kepala

-Monitor keton dalam

urine

-Berikan insulin

-Monitor status cairan

(intake dan output)

-Konsultasi dengan

-Untuk mengetahui

nilai normal kadar

gula darah

-untuk memberikan

tindakan medis yang

tepat

-Untuk mencegah

terjadinya Asidosis

Diabetic

-Untuk memproses zat

gula atau glukosa

yang berasal dari

makanan dan

minuman

-Agar cairan yang

masuk dan cairan

yang keluar seimbang

Page 17: Askep Anak Dm Skenario 2

dokter bila tanda

hiperglikemi memburuk

atau persisten

-Identifikasi

kemungkinan penyebab

hiperglikemia

-Antisipasi situasi

dimana kebutuhan

insulin meningkat

-Batasi latihan bila kadar

gula darah lebih dari 250

mg/dl, terutama bila ada

keton dalam urine

-Tinjau ulang kadar

glukosa darah

-Untuk mencegah

terjadinya komplikasi

akibat dari

hiperglikemi

-Sebagai acuan untuk

menurunkan nilai

kadar gula darah

-Untuk mencegah

kerusakan pada sistem

organ tubuh yang lain

-Untuk mengurangi

kebutuhan energi yang

berlebih

- Untuk mengetahui

kadar glukosa darah

apakah mengalami

peningkatan atau

penurunan glukosa

2. Kekuranga

n volume

cairan

berhubung

an dengan

Setelah dilakukan

tindakan 3x24 jam klien

mampu memenuhi

keseimbangan cairan

dengan

Fluid management

(keseimbangan cairan

dan menjaga

komplikasi) :

-monitor Vital sign -Agar Vital Sign klien

Page 18: Askep Anak Dm Skenario 2

kekurangan

cairan aktif

KH:

Fluid Balance

(keseimbangan cairan)

-TD, N dan S dalam batas

normal (3)

-24 jam keseimbangan

pemasukan dan

pengeluaran elektrolit (3)

-monitor Berat Badan

pasien sebelum dan

sesudah sakit

-monitor respon pasien

untuk terapi elektrolit

-pertahankan intake dan

output makanan

-kelola cairan selama 24

jam

-monitor status hidrasi

-monitor status nutrisi

-mengatur pemberian

terapi IV

terkontrol dengan baik

-Untuk mengetahui

perubahan Berat

Badan pasien selama

perawatan

-Untuk mengetahui

respon pasien dalam

terapi elektrolit

-Untuk

mempertahankan

intake dan output

dalam status nutrisi

pasien

-Untuk memenuhi

kebutuhan cairan klien

selama 24 jam

-Untuk mengetahui

tingkat keseimbangan

volume cairan pasien

-Agar keseimbangan

nutrisi pasien

tercukupi

Page 19: Askep Anak Dm Skenario 2

-agar pemasukan

cairan seimbang

3. Defisiensi

pengetahua

n b.d Tidak

familiar

dengan

sumber

informasi

Setelah dilakukan

tindakan 3x24 jam

keluarag pasiendapat

menunjukkan

penegtahuan tentang

proses penyakit, dengan

KH:

Knowladge Disease

Process

- Tanda dan gejala

penyakit (4)

- Komlikasi

penyakit (4)

- Mencegah

komplikasi

penyakit (3)

Teaching Diasease

Process

- Menilai tingkat

pengetahuan

tentang proses

penyakit yang

spesifik

- Indetifikasi

perubahan

kondisi fisik

pasien

- Diskusikan

terapi/ cara

penanganan

- Gambarkan tanda

dan gejala yang

biasa muncul

- Gambarakan

proses paenyakit

- Mengevaluasi

penegtahuan

keluarag

terhadap

proses

penyakit

- Memebrikan

informasi

tentang

keadaan pasien

sekarang agar

bisa

melakukan

kegiatan

pencegahan

komplikasi

- Memberikan

penjelasan

tentang cara

enanganan

yang tepat

untuk

menanganai

masalah

penyakit yang

dihadapi

Page 20: Askep Anak Dm Skenario 2

- Sediakan bagi

keluarga

informasi tentang

kemajuan pasien.

- Mengetahui

tanda-gejala

yang bisa

muncul ada

pasien

- Memeberikan

antisispasi

adanya

komlikasi

penyakit yang

dderita

- Memberikan

pengetahuan

tenatang

kemajuan atau

kondisi

penyakit yang

dialami.

4. Resiko

infeksi

b

erhubunga

n dengan

perubahan

penyakit

kronis :

DM

Setelah dilakukan

tindakan 3x24 jam

keluarag dank lien dapat

mengatasi resiko infeksi,

dengan KH:

- Mengatakan

informasi yang

benar tentang

kontrol infeksi (4)

- Identifikasi faktor

resiko untuk

infeksi (5)

- Pengetahuan

- Memonitor

- Mengikuti

pencegahan

neuropatik

- Periksa kulit dan

membran mukosa

untuk kemerahan,

kulit yang panas

atau kering

- Memriksa kondisi

dari luka

- Mempromosikan

tentang

- Mengtahui

- Mencegah

adanya

komplikasi

lanjutan

- Memeriksa

keadaan kulit

untuk

mengetahi

adanya gejala

infeksi

- Melihat

adanya tanda

Page 21: Askep Anak Dm Skenario 2

kebiasaan dengan

resiko infeksi (5)

- Identifikasi

aktifitas

keseharian yang

beresiko infeksi

(5)

- Identifikasi tanda

dan gejala dari

infeksi (4)

- Identifikasi

strategi untuk

melindungi diri

sendiri dari

infeksi dengan

lainya (4)

- Mempertahankan

lingkungan yang

bersih (5)

- Mempraktekkan

strategi control

infeksi(4)

pemasukan

nutrisi

- Mencukupi

pemasukan cairan

yang cukup

- Cukup dalam

istirahat

- Mengajarkan

pasien dan

kelurga tentang

tanda dan gejala

dari infeksi dan

kapan untuk

melporkannya

kepada tenaga

kesehatan

- Mengajarkan

pasien dan

kelurga

bagaimana untuk

avoid infeksi

-

dan gejala

infeksi pada

luka

- Memenuhi

nutrisi untuk

membantu

proses

penyembuhan

luka

- Agar klien

tercukupi

airnya

- Agar pasien

dan kelurga

dapat

mengetahui

tetang infeksi

dan dapat

mengetahui

tidakan apa

yang harus

dilakukan.

- Agar pasien

dan kelurga

mengathui cara

dari

Page 22: Askep Anak Dm Skenario 2

DAFTAR PUSTAKA

http://ainicahayamata.wordpress.com/nursing-only/keperawatan-medikal-bedah-kmb/askep-

diabetes-melitus/

http://gejaladiabetes.com/gejala-diabetes-anak/

http://www.artikelkeperawatan.info/askep-diabetes-mellitus-dm-82.html

http://nursebedont.blogspot.com/2011/06/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan-dm.html