Askep DM Sefti

36
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN “M” DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN: DIABETES MELITUS DI RUANG FLAMBOYAN RUMAH SAKIT TINGKAT II DR. AK. GANI PALEMBANG DISUSUN OLEH : NAMA : MAYKEN RAHAYU NIM : 01. 010. 165 P TINGKAT : III B

Transcript of Askep DM Sefti

Page 1: Askep DM Sefti

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN “M”

DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN: DIABETES MELITUS

DI RUANG FLAMBOYAN RUMAH SAKIT TINGKAT II

DR. AK. GANI PALEMBANG

DISUSUN OLEH :

NAMA : MAYKEN RAHAYU

NIM : 01. 010. 165 P

TINGKAT : III B

AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM II/SRIWIJAYA

TAHUN AJARAN 2011-2012 ANGKATAN XVIII

PALEMBANG

Page 2: Askep DM Sefti

LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETES MELITUS

Konsep Dasar Penyakit

A. Pengertian

Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan heterosom yang

ditandai oleh kenaikan kadar gula atau hiperglikemia (Brunner dan Suddart,

2001).

Diabetes melitus penyakit seumur hidup di mana badan seseorang tidak

memproduksi insulin atau tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi

dengan baik (Marilyn Johnson, Diabetes:19).

Insulin adalah hormon cairan kimia yang menolong, mengatur dan

mengendalikan fungsi tubuh tertentu. Insulin dihasilkan oleh pangkreas sebuah

kelenjar buntuk yang kecil terdapat tepat di bawah lambung yang memiliki sel-sel

beta yang khas yang disebut pulau-pulau langerhans (Marilyn Johnson, Diabetes:

19).

Diabetes melitus adalah diakibatkan oleh adanya kelainan dalam proses

pengolahan glukosa (gula) oleh tubuh yang dikarenakan kurangnya hormon

insulin yang diproduksi oleh kelenjar pankreas.

B. Etiologi

Insulin dependen diabetes melitus (IDDM) atau diabetes melitus yang

tergantung insulin oleh destruksi sel B pulau langerhans akibat proses autoimun.

Sedangkan non insulin dependent diabetes melitus (NIDDM) atau diabetes tidak

tergantung insulin disebabkan kegagalan relatif sel B dan resistensi insulin.

Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang

pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi

Page 3: Askep DM Sefti

glukosa oleh sel hati. Sel B tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini

sepenuhnya. Artinya terjadi defisiensi relatif insulin ketidakmampuan ini terlihat

dari berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan glukosa maupun pada

rangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekresi insulin lain berarti sel B

pangkreas mengalami desensitasi terhadap glukosa (Arif Mansyoer, Kapita

Selekta Kedokteran edisi ke-3 jilid I: 580).

C. Patofisiologi

Kepekaan genetik

Environmental insulin yang DH hanya 50%

Konversi sel B ke non sel (asing)

Aktivasi sistem imun

Destruksi sel-sel B

Diabetes melitus

D. Manifestasi Klinis

1. Polipagia

2. Polivria

3. Polidipsia

4. lemas, BB menurun

5. Gejala lain: gatal, mata kabur, ipotensi pada pria dan pruritus vulva pada

wanita

(Arief Mansyoer, Kapita Selekta Kedokteran edisi ke-3 jili 1 : 580).

E. Tanda dan Gejala Diabetes

Page 4: Askep DM Sefti

1. Tergantung Insulin (Tipe I)

- Biasanya terjadi secara tiba-tiba

- Dahaga yang sangat

- Sering buang air kecil

- Lapar yang sangat

- Berkurangnya BB yang tidak jelas penyebabnya

- Kurang tenaga

- Lemah dan lesu

- Semut mengerubungi air kencing

2. Tidak tergantung Insulin (Tipe II)

- Biasanya terjadi poerlan-pelan dan tiba-tiba

- Sebagian atau seluruh tanda-tanda dan gejalanya sama pada DM tipe

I/atau

- Gatal-gatal pada daerah kemaluan

- Luka atau goresan yang susah sembuh

- Penglihatan kabur

- Mual dan muntah

F. Klasifikasi Diabetes Melitus

1. Diaetes Melitus Tipe I

Diabetes melitus tipe I ditandai dengan penghancuran sel-sel beta pangkreas

terdapat beberapa faktor, yaitu :

a. Faktor Genetik

Kecenderungan genetik ditemukan pada individu yang memiliki tipe

antigen HLA (Human Leucayse Antigen) tipe HLA spesifik tersebut

adalah DR3 dan DRA resiko terjadinya diabetes melitus tipe satu

meningkat tiga sehingga 5 kali lipat pda individu yang memiliki salah satu

dari tipe HLA ini.

b. Faktor Imunologi

Page 5: Askep DM Sefti

Pada DM tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun yang

merupakan respon abnormal di mana antibodi terarah/sistem kekebalan

tubuh menyerang sel-sel beta di kelenjar pankreas yang memproduksi

insulin.

c. Faktor Lingkungan

Viruas yang dapat menyebabkan penyakit biasa dapat secara langsung

menyerang sel-sel beta dalam kelenjar pankreas.

2. DM Tipe II

Bervariasi mulai terutama dominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin

relatif sampai terutama defek sekresi insulin disertai resistensi insulin. DM

tipe II belum diketahui secara pasti tapi mempunyai faktor resiko, yaitu :

a. Faktor keturunan

b. Obesitas atau kelebihan berat badan

c. Kurang olahraga

d. Umur

e. Jenis kelamin

f. Pengaruh geografi

g. Latar belakang ras dan etnis

3. DM kehamilan

DM kehamilan adalah waktu yang memberikan stress (tekanan) tambahan

kepada tubuh manusia, tubuh mungkin tidak mampu memproduksi cukup

insulin untuk memenuhi kebutuhan insulin selama waktu kehamilan itu. Pada

98% kasus penyakit diabetes itu akan hilang kalau bayi sudah dilahirkan dan

wanita yang menderita diabetes pada waktu hamil kemungkinan berikutnya ia

juga mempunyai kemungkinan besar untuk menderita penyakit diabetes di

kemudian hari (Marilyn Johnson, Diabetes: 27).

G. Pemeriksaan Penunjang

Page 6: Askep DM Sefti

Pemeriksaan penyaring perlu dilakukan pada kelompok dengan resiko

tinggi DM, yaitu usia dewasa tua (> 40 tahun), obesitas, tekanan darah tinggi,

riwayat keluarga DM, riwayat kehamilan dengan berat badan > 400 gr.

Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah

sewaktu, kadar glukosa darah puasa diikuti dengan tes toleransi glukosa oral

(TGO) standar.

Kadar gula darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik yang

sebagai patokan penyaring dan diagnosis DM (MG/dl)

No Bukan DM Belum pasti DM DM

1

2

Kadar gula darah sewaktu

a. Plasma venci

b. Darah kapiler

Kadar glukosa darah puasa

a. Plasma vena

b. Darah kapiler

< 110

< 90

< 110

< 90

110 – 199

90 – 199

110 – 125

90 – 109

> 200

> 200

> 126

> 110

Cara pemeriksaan TTOG

1) 3 hari sebelum pemeriksaan pasien makan biasa.

2) Kegiatan jasmani sementara cukup tidak terlalu banyak.

3) Pasien puasa semalam selama 10 – 12 jam.

4) Perksa glukosa darah puasa.

5) Berikan glukosa 75 gr yang dilarutkan dalam air 250 ml, lalu minum dalam

waktu 5 menit.

6) Periksa glukosa darah 1 jam dan 2 jam sesudah beban glukosa.

7) Selama pemeriksaan, pasien tetap istirahat dan tidak merokok.

(Arief Mansyoer, Kapita Selekta Kedokteran edisi ke-3 jilid I: 581)

H. Komplikasi

1. Akut

Page 7: Askep DM Sefti

a. Komahipoglikemia

b. Ketoasidosis

c. Koma hiperosmolar non ketotik

2. Kronis

a. Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah

jantung, pembuluh darah tepi, dan pembuluh darah otak.

b. Mikroangiopati mengenai pembuluh darah kecil, retinopati diabetik,

nefropati diabetik

c. Neuropati diabetik

d. Rentan infeksi seperti tubercolosis paru, gingivitis dan infeksi saluran

kemih

e. Kaki diabetik

(Arief Mansyoer, Kapita Selekta Kedokteran edisi ke-3 jilid 1: 582).

I. Penatalaksanaan

1. Perencanaan Makan (Diet)

Pada konsensus Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni) telah

ditetapkan standar yang dianjurkan adlah santapan dengan komposisi

seimbang berupa karbohidrat (60 – 70%) protein (10 – 15%) lemak (20 0

25%) konsumsi garam dibatasi bila terdapat hipertensi.

2. Latihan Jasmani

Dianjurkan latihanjasmani teratur 3 – 4 x tiap minggu selama 0,5 jam yang

sifatnya sesuai. Cripe (continouse, rhytmical, interval, progresiv, endo) latihan

dilakukan terus menerus tanpa berhenti, otot-otot berkontraksi dan relaksasi

secara teratur, selang-seling antara serat cepat dan lambat, berangsur-angsur

dan sedikit ke latihan yang lebih berat secara bertahap dan tertahan dalam

waktu itu. Latihan yang dapat dijadikan latihan adalah jalan kaki, jogging,

lari, renangm bersepeda dan mendayung. Denyut nadi yang maksimal dapat

dihitung dengan formula berikut : DNM = 220 – umur (dalam tahun).

Page 8: Askep DM Sefti

3. Obat berkhasiat hipoglikemik

Jika pasien telah melakukan pengaturan makan dan kegiatan jasmani yang

teratur tetapi kadar glukosa darahnya masih belum baik, dipertimbangkan

pemakaian obat berkhasiat hipoglikemik.

a. Sufonilurea

b. Biguanid

c. Inhibitor dan glukosidase

d. Insulin sinsitizing agent

(Arief Masyoer, Kapita Selekta Edisi ke-3 jilid 1: 583).

J. Asuhan Keperawatan

1. Diagnosa Keperawatan

a. Kekurangan volume cairan b/d diuresis osmotik (hiperglikemia)

Kriteria Hasil :

- Mendemosntrasikan hidrasi adekuat dibuktikan tanda vital stabil, nadi

perifer dapat dirubah, turgor dan pengisian dalam kapiler baik, dan

kadar elektrolit dalam batas normal.

Intervensi :

- Dapatkan riwayat pasien/orang terdekat sehubungan dengan lamanya/

intensitas dan gejala seperti muntah, pengeluaran urine yang sangat

berlebihan.

- Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan tekanan darah.

- Frekuensi dan kualitas pernafasan, penggunaan alat bantu nafas dan

adanya periode opena dan munculnya sianosis.

- Ukur berat badan setiap hari.

- Kolaborasi degan tim medis, pemberian terapi cairan sesuai dengan

indikasi dan pemasangan kateter urine.

Rasionalisasi :

Page 9: Askep DM Sefti

- Membantu dalam memperkirakan kekurangan volume total, tanda dan

gejala mungkin sudah ada sbeelumnya (hari/jam) adanya proses

infeksi mengakibatkan demam dan keadaan dipermetabolik.

- Hipovolume dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan taki kardi,

perkiraan berat ringannya dipovolume dapat dibuat, ketika tekanan

darah sistolik pasien turun dari 110 mmHg.

- Koreksi hiperglikemia dan asidoeis akan menyebabkan pola dan

frekuensi p-ernafasan mendadak normal.

- Memberikan hasil pengkajian yang terbaik dan status cairan yang

sedang berlangsung dan selanjutnya dalam memberikan cairan

pengganti.

- Tipe dan jumlah cairan tergantung pada derajat kekurangan cairan dan

respon pasien secara individual dan memberikan pengukuran yang

tepat terhadap pengeluaran urine.

b. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakcukupan

insulin

Kriteria Hasil :

- Mencerna jumlah kalori/nutrien yang tepat.

- Menunjukkan tingkat eergi biasanya.

- Mendemonstrasikan BB stabil atau penambahan ke arah biasanya.

Intervensi :

- Timbang BB setiap hari/sesuai dengan indikasi.

- Tentukan diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan

makanan yang dapat dihabiskan pasien.

- Observasi tanda hipoglikemia, seperti perubahan tingkat kesadaran,

kulit lembab/dingin, denyut nadi cepat, lapar, cemas, sakit kepala,

pusing, sempoyongan.

Page 10: Askep DM Sefti

- Kolaborasi dengan tim medis dalam melaksanakan pemeriksaan gula

darah.

- Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diet.

Rasionalisasi :

- Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat (termasuk absorpsi).

- Mengidentifikasikan kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan

theraupetik.

- Analisa di tempat tidur terhadap gula darah lebih akurat dan pada

memantau gula dalam urine yang tidak cukup akurat untuk mendeteksi

fruktuasi kadar gula dalam darah.

- Karena metabolisme karbohidrat mulai terjadi dan sementara tetap

diberikan insulin maka hipoglikemia dapat terjadi jika pasien dalam

keadaa coma.

- Dapat bermanfaat dalam perhitungan dan penyesuaian diet untuk

memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.

c. Resiko tinggi infeksi terhadap sepsis b/d kadar gula tinggi

Kriteria Hasil :

- Mengidentifikasiintervensi untuk mencegah/menurunnya resiko

infeksi.

Intervensi :

- Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan.

- Tingkatkan upaya pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang

baik padasemua orang yang berhubungan dengan pasien termasuk

pasien sendiri.

- Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif.

- Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian antibiotik dan obat

penurun panas.

Rasionalisasi :

Page 11: Askep DM Sefti

- Pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah

mencetuskan koloasi dosisi/dapat mengalami infeksi silang.

- Mencegah terjadinya infeksi silang.

- Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media terbaik

untuk pertumbuhan kuman.

- Penanganan awal dapat membantu mencegah timbulnya sepsis.

d. Resiko tinggi terhadap perubahan sensori-perseptual b/d perubahan kimia

endogen

Kriteria Hasil :

- Mempertahankan tingkat mental biasanya.

- Mengenali dan mengkonpensasi adanya kerusakan.

Intervensi :

- Pantau tanda-tanda vital dan status mental.

- Berikan tempat tidur yang lembut, pelihara kehangatan kaki dan

tangan.

- Kolaborasi dengan tim medis, pemeriksaan glukosa darah Hb/HT

ureum/kreatinin.

Rasionalisasi :

- Sebagai dasar untuk membandingkan temuan abnormal seperti suhu

meningkat dapat mempengaruhi fungsi menatl.

- Meningkatkan rasa nyaman dan menurunkan kemungkinan kerusakan

kulit karena panas.

- Ketidakseimbangan nilai laboratorium, ini dapat menurunkan fungsi

mental.

e. Kelelahan b/d penurunan produksi energi metabolik

Kriteria hasil :

Page 12: Askep DM Sefti

- Menunjukan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam

menimbulkan kelelahan.

Intervensi :

- Buat jadwal perencanaan dengan pasien dan identifikasi aktivitas yang

menimbulkan kelelahan.

- Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup.

- Pantau nadi-frekuensi pernafasan dan tekanan darah sebelum dan

sesudah melakukan aktivitas.

Rasionalisasi :

- Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan tingkat

aktivitas meskipun pasien mungkin sangat lemah.

- Mencegah kelelahan yang berlebihan.

- Mengidentifikasikan tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi secara

fisiologis.

f. Ketidakberdayaan b/d penyakit jangka panjang/progresif yang tidak dapat

diobati :

Kriteria hasil :

- Mengakui perasaan putus asa

- Mengidentifikasikan cara-cara sehat untuk menghadapi perasaan.

Intervensi :

- Anjurkan pasien/keluarga untuk mengekspresikan perasaannya tentang

perawatan di rumah sakit dan penyakitnya secara keseluruhan.

- Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memberikan perhatiannya.

- Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam

perawatan diri sendiri.

Rasionalisasi :

Page 13: Askep DM Sefti

- Mengidentifikasi area perhatiannya dan memudahkan cara pemecahan

masalah.

- Meningkatkan perasaan terlibat dan memberikan kesempatan keluarga

untuk memecahkan masalah.

- Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi.

(Marilyn E. Doegoes, rencana Askep: 736).

Page 14: Askep DM Sefti

DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddart. 2001. Keperawatan Medical Bedah. Vol 2. EGC: Jakarta.

Doenges, Marilyn, E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC.

Johnson, Marilyn. 1998. Diabetes Terapi dan Pencegahannya. Indonesia Publishing House: Bandung.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN “M”

DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN: DIABETES MELITUS

Page 15: Askep DM Sefti

DI RUANG FLAMBOYAN RUMAH SAKIT TINGKAT II

DR. AK. GANI PALEMBANG

A. Pengkajian

1. Identitas

a. Identitas Klien

Nama : Tn “M”

Umur : 35 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Suku : Indonesia

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Plaju Ulu, Palembang

Tgl. MRS : 12 November 2011

Tgl. Pengkajian : 13 November 2011

Diagnosa Medis : Diabetes Melitus

No. Med Rec : 017763

Ruang : Cempaka

b. Identitas Penanggung Jawab

Nama : Ny “S”

Umur : 32 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Suku : Indonesia

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Alamat : Plaju Ulu, Palembang

Page 16: Askep DM Sefti

Hub. dengan klien : Istri

2. Riwayat Penyakit

a. Keluhan Utama

OS rujukan RSUD dengan DM tipe II + hipertensi + ISPA + gastritis, OS

batuk berdahak ditambah pilek/hidung buntuk ditambah demam 2 hari

yang lalu, sekarang tidak demam lagi, nyeri dada berkurang mual dan

pusing bertambah nyeri ulu hati bertambah.

b. Riwayat penyakit sekarang

Pada saat mengkaji klien mengluh pilek/hidung buntuk, batuk berdahak

nyeri dada berkurang mual dan pusing bertambah, badan lemas.

c. Riwayat penyakit masa lalu

Klien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit yang sama seperti ini

sebelumnya.

d. Riwayat penyakit keluarga

Di dalam keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit menular

menahun dan menurun.

e. Riwayat Psikososial dan Spiritual

1) Psikologis

Klien merasa cemas dengan penyakitnya sekarang, klien takut kalau

penyakitnya tidak sembuh.

2) Sosial

Hubungan klien dengan lingkungan sekitar, dengan perawat dan

keluarga baik.

3) Spiritual

Selama dirawat di rumah sakit klien tidak menjalankan ibadah karena

klien bedrest.

Page 17: Askep DM Sefti

3. Pola Aktivitas Sehari-hari

No Pola Aktivitas Sebelum Masuk Rumah Sakit Setelah Masuk Rumah Sakit

1

2

3

4

5

Pola nutrisi

Makan

Minum

Pola eliminasi

BAB

BAK

Istirahat

Tidur siang

Tidur malam

Pergerakan atau aktivitas

Personal hygieneMandi

Gosok gigi

Ganti pakaian

3 x sehari dengan nasi putih + sayur dan lauk pauk dan porsi habis

7 – 8 gelas/hari

2 x/hari dengan konsistensi padat

4 – 5 x/hari, warna kuning

Klien jarang tidur siang

6 – 7 jam/hari

Klien dapat beraktivitas sendiri tanpa bantuan orang lain

2 x/hari

2 x/hari

2 x/hari

3 x sehari dan porsi tidak habis

10 gelas/hari

Belum BAB (1 hari di RS)

6 – 7 x/hari, warna kuning

1 – 2 jam/hari

6 jam, klien sering bangun dan klien gelisah

Aktivitas klien dibantu oleh keluarga, tangan kanan klien dipasang infus.

Klien hanya dilap saja pada pagi dan sore hari

1 x sehari

1 x sehari pada saat sore saja

4. Pemeriksaan Fisik (26-04-2008)

a. Keadaan Umum

Kesadaran : Composmentis

Tanda-tanda vital

Suhu : 36,50 C

Page 18: Askep DM Sefti

Pernafasan : 20 x/menit

Tekanan darah : 130/90 mmHg

b. Pemeriksaan Khusus

1. Kepala

Bentuk : Simetris

Rambut : Hitam

Kebersihan : Bersih, tidak ada ketombe

Ekspresi wajah : Tampak cemas

2. Kulit

Turgor : Elastis

Edema : Tidak ada

Luka : Tidak ada

3. Mata

Bentuk : Simetris

Konjungtiva : An anemis

Sklera : An ikterik

Pupil : Isokor

Penglihatan : Baik, tidak menggunakan alat bantu

4. Hidung

Bentuk : Simetris

Penciuman : Baik, dapat membedakan bau

Kebersihan : Cukup

5. Mulut

Bibir : Tidak cyanosis

Lidah : Kotor, ada bercak-bercak putih

Gigi : Tidak ada caries

6. Telinga

Page 19: Askep DM Sefti

Bentuk : Simetris

Pendengaran : Baik, dapat mendengar

7. Leher

Kelenjar tiroid : Tidak ada pembesaran

Kelenjar limfe : Tidak ada pembesaran

8. Dada

Bentuk : Datar

Frekuensi nafas : 20 x/menit

Nyeri dada : Tidak ada

9. Abdomen

Bentuk : Datar

Hati : Tidak teraba

Nyeri : Tidak ada

10. Ekstremitas

Atas : Pergerakan terbatas karena tangan sebelah

kanan terpasang infus

Bawah : Pergerakan (N)

4. Data Penunjang (26-04-2008)

Laboratorium (cyto)

Hb : 14 gr%

Lekosit : 8300 ribu/ml

Trombosit : 234000 ratus ribu

Hematokrit : 39 %

Ureum : 24 mg %

Kreatinin : 0,6 mg %

Asam urat : 5,8 mg %

Kolesterol : 195 mg %

BSS : 190 mg %

Page 20: Askep DM Sefti

5. Therapy

IVFD RL G++ 20 x/menit

Injeksi ametidin 2 x 1

Injeksi dexa 2 x 1

Epidrin 2 x 1

Cipro 2 x 1 mg

Blucodex 1 x 1

PCT 3 x 1

OBH syrup 3 x 1

B. Analisa Data

No Data Kemungkinan Penyebab Masalah

1

2

Data Subjektif

Klien mengatakan mual, rasa

ingin muntah dan nyeri ulu hati.

Data Objektif

- Klien tampak gelisah

- IVFD terpasang

- Keadaan umum pat lemah

Data Subjektif

Klien mengatakan sulit untuk

melakukan aktivitas sendiri

Data Objektif

- Keadaan umum lemah

- Aktivitas klien dibantu

T/D : 130/90 mmHg

Temp : 36,50C

RR : 2 x/mnt

Insulin tidak adekuat

Pemecahan lemak

Produksi badan keton

Gangguan keseimbangan asam basah

Asidosis metabolik

Mual

Anoreksia

Peningkatan glukosa

Hormon insulin terganggu

Metabolisme

terganggu

Kurang energi

Lemah

Bedres

Perubahan nutrisi

kurang dari kebutuhan

tubuh

Intoleransi aktivitas

Page 21: Askep DM Sefti

3

Nadi : 84 x/menit

Data subjektif

Klien mengatakan cemas dengan

keadaannya sekara-ng, takut

penyakitnya tidak bisa

disembuhkan.

Data objektif

- Klien tampak gelisah

- Klien sering bertanya-tanya

pada perawat tentang

penyakitnya

Keterbatasan

gerak

Kurangnya informasi

Klien sering bertanya tentang penyakitnya

Cemas

Anxietas

Prioritas masalah

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

2. Intoleransi aktivitas

3. Anxietas

Diagnosa Keperawatan

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anorexia

2. Intoleransi akivitas b/d keterbatasan gerak.

3. Anxietas b/d kurang informasi.

Page 22: Askep DM Sefti

RENCANA KEPERAWATAN

Nama : Tn “M” Diagnosa : DMUmur : 35 tahun Ruang: FlamboyanJenis Kelamin : Laki-laki

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasionalisasi

1 Tanggal 12-11-2011 jam 12.00 WIB

Perubahan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh b/d anorexia

Data subjektif

Klien mengatakan mual, rasa ingin

muntah dan nyeri ulu hati

Data objektif

Klien tampak gelisah

IVFD terpasang

K/U pat tenang

Tujuan jangka panjang :

Nafsu makan klien

bertambah dan BB klien

kembali normal

Tujuan jangka pendek :

Dalam waktu 1 x 24 jam

rasa mual berkurang

Observasi tanda vital

Auskultasi bising usus, catat adanya

nyeri abdomen, perut, lambung,

mual, dan muntah.

Kolaborasi dengan tim medis

Dengan mengobservasi tanda-tanda

vital diharapkan keadaan klien dapat

diketahui

Hiperglikomi dan gangguan

keseimbangan cairan dan elektrolit

dapat menurun motilitas dan fungsi

lambung

Diharapkan pasien dapat sembuh dan

komplikasi tidak terjadi

2 Tanggal : 12-11-2011 jam: 12.30

Intoleransi aktivitas b/d adanya

keterbatasan gerak

Data subjektif

Klien menyatakan sulit untuk

melakukan aktivitas sendiri

Data objektif

Keadaan umum pat lemah,

aktivitas klien dibantu

T/D 130/90 mmHg

Tujuan jangka panjang :

Diharapkan klien dapat

melakukan aktivitas sendiri

tanpa bantuan orang lain.

Tujuan jangka pendek :

Dalam waktu 2 x 24 jam

klien dapat beraktivitas

secara normal

Kaji kemampuan dalam melakukan

aktivitas

Beri bantuan dalam aktivitas

perawatan diri.

Kolaborasi dengan tim medis

Dapat membantu perawat dalam

melakukan intervensi

Pemenuhan kebutuhan perawatan diri

Diharapkan penyakit klien dapat

sembuh dan tidak terjadi komplikasi

Page 23: Askep DM Sefti

T/P 36,5/84

RR = 20 x/menit

3 Tanggal : 12-11-2011 jam : 13.00

Anxietas b/d kurang informasi

Data subjektif

Klien mengatakan cemas dengan

keadaannya sekarang, takut

penyakitnya tidak bisa

disembuhkan lagi.

Tujuan jangka panjang :

Diharapkan klien dapat

mengerti dan tahu tentang

penyakitnya ini.

Tujuan jangka pendek :

Dalam waktu 1 x 24 jam

klien tidak cemas lagi

Observasi tanda-tanda vital

Diskusikan dengan klien tentang

penyakitnya

Beri informasi kepada klien

Diharapkan dapat mengetahui

keadaan klien

Diharapkan klien dapat mengetahui

dan dapat menerima keadaannya saat

ini

Diharapkan klien dapat mengerti

tentang penyakitnya dan rasa cemas

klien berkurang

Page 24: Askep DM Sefti

CATATAN PERKEMBANGAN

Tgl/JamNODP

Implementasi Evaluasi

13-11-

2011

12.00 WIB

1

2

3

- Mengobservasi tanda-tanda vital klien

seperti: T/D 130/90 mmHg, T/P 36,5/84,

RR 20 x/menit

- Auskultasi bising usus dan mengkaji

nyeri abdomen perut kembung mual dan

rasa ingin muntah

- Berkolaborasi dalam pemberian therapi

seperti: IVFD dan obat-obatan lainnya

- Mengkaji kemampuan aktivitas klien

- Membantu klien dalam aktivitasnya

seperti perawatan diri (personal hygiene)

- Berkolaborasi dalam pemberian obat

seperti IVFD dan obat-obatan lainnya

- Mengobservasi tanda-tanda vital seperti

T/D 130/90 mmHg, T/P 36,5/84, RR 20

x/menit

- Mendiskusikan dengan klien tentang

penyakit yang ia derita sekarang seperti

makanan yang harus dihindari

- Memberikan informasi kepada klien

tentang penyakitnya.

14-11-2011 jam 13.00 WIB

S : Klien mengatakan masih

merasa mual

O : Klien masih merasakan ingin

muntah

A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan

S : Klien mengatakan sulit untuk

melakukan aktivitas sendiri

O : Pada tangan kanan klien

terpasang IVFD k/u pat lemah

A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan

S : Klien mengatakan rasa cemas

klien terhadap penyakitnya

berkurang

O : Wajah klien tampak tenang

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

14-11-

2011

12.00 WIB

1 - Mengobservasi tanda-tanda vital klien

seperti: T/D 130/80 mmHg, T/P 36/84,

RR 20 x/menit

- Auskultasi bising usus dan mengkaji

nyeri abdomen perut kembung mual dan

rasa ingin muntah

15-11-2011 jam 13.00 WIB

S : Klien mengatakan mual dan

rasa ingin muntah berkurang

O : Klien sudah mau makan

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

Page 25: Askep DM Sefti

2

3

- Menentukan program diet untuk klien

dengan berkolaborasi dengan tim gizi

- Mengkaji dan mengobservasi tanda-tanda

vital klien seperti: T/D 130/80 mmHg,

T/P 36/80, RR 20 x/menit

- Mengklaji kemampuan klien dalam

beraktivitas seperti ke kamar mandi

sendiri

- Memberikan terapi harus berkolaborasi

dengan tim medis lainnya seperti IVFD

G++ 20 x/menit

- Mengobservasi tanda-tanda vital seperti

T/D 130/80 mmHg, T/P 36,2/80, RR 20

x/menit

- Memberikan informasi kepada klien

tentang penyakitnya.

S : Klien mengatakan sudah bisa

ke kamar mandi sendiri

O : K/U pat membaik

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

S : Klien mengatakan tidak

merasa cemas lagi

O : Ekspresi wajah klien tampak

tenang

A : Masalah teratasi

P : Intervensi dihentikan

15-11-

2011

13.00 WIB

1

2

- Mengobservasi tanda-tanda vital seperti:

T/D 130/80 mmHg, T/P 36/80, RR 20

x/menit

- Auskultasi bising usus dan mengkaji

nyeri abdomen, perut kembung mual dan

rasa ingin muntah

- Mengobservasi tanda-tanda vital seperti:

T/D 130/80 mmHg, T/P 36/80, RR 20

x/menit

- Mengklaji kemampuan klien dalam

beraktivitas

16-11-2011 jam 14.00 WIB

S : Klien mengatakan mual sudah

tidak ada

O : Klien tampak tenang

A : Masalah teratasi

P : Intervensi dihentikan

S : Klien mengatakan bisa

melakukan aktivitas sendiri

O : K/U pat tenang

A : Masalah teratasi

P : Intervensi dihentikan