askep aktivitas keperawatan

download askep aktivitas keperawatan

of 14

description

asuhan keperawatan dengan gangguan pola aktivitas

Transcript of askep aktivitas keperawatan

KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan Asuhan Keperawatan pada klien dengan gangguan fraktur femoralis. Asuhan Keperawatan ini disusun dalam rangka memenuhi tugas tersetruktur mata kuliah Kebutuhan Dasar Manusia II.

Penyelesain Asuhan Keperawatan ini tentunya tidak terlepas dari peran berbagai pihak. Untuk itu kami mengucapkan banyak-banyak terima kasih kepada :

1. Ibu Sri Mugianti, S.Kep,Ns., selaku PJMA mata ajar kuliah KDM II

2. Bapak Agus Khoirul Anam, SST selaku dosen pembimbing mata kuliah KDM II

3. Bapak Tri Cahyo S, S.Kep,Ns., selaku dosen pembimbing mata kuliah KDM II

4. Ibu Maria Diah Cipta Ningtias, S.Kep, Ns, selaku dosen mata kuliah KDM II

5. perpustakaan program studi keperawatan Blitar yang menyediakan buku sumber yang kami butuhkan, dan,

6. Rekan-rekan mahasiswa program studi keperawatan Blitar, yang senantiasa mendukung kami.

Mengingat terbatasnya kemampuan kami dalam menyelesaikan makalah ini tentunya masih ada kekurangan didalam makalah ini. Untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca agar nantinya dalam penyusunan makalah selanjutnya menjadi lebih baik lagi. Semoga Asuhan Keperawatan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Blitar, 21 Maret 2005

Penyusun,

DAFTAR ISI

Halaman Judul

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

1.2 Tujuan Penulisan

BAB II Tinjauan Teori Keperawatan

2.1 Pengertian Fraktur

2.2 Etiologi

2.3 Patofisiologi

2.4 Pengkajian

2.5 Diagnosa Keperawatan

2.6 Rencana Keperawatan

BAB III Tinjauan Kasus

3.1 Pengkajian

3.2 Diagnosa Keperawatan

3.3 Rencana Keperawatan

Daftar Pustaka

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Aktivitas didefinisikan sebagai aksi energetik atau keadaan berat. Orang sakit memerlukan waktu yang lama ditempat tidur, sehingga mereka mempunyai masalah dalam mencegah aktivitas atau gerak. Perawat perlu membantu pasien untuk menjaga kemampuan bergerak serta untuk mencegah timbulnya keadaan kurang bergerak (immobilitas). Aspek pergerakan yang perlu diketahui, yaitu gerakan setiap persendian, postur tubuh, latihan, dan kemampuan dalam melakukan aktivitas.

Bed rest dan immobilitas memepengaruhi tiga fungsi sistem gastrointestinal (ingesti, digesti, dan eliminasi). Pasien dalam keadaan immobilitas cenderung mengalami gangguan pernapasan yaitu penurunan gerakan pernapasan, yang disebabkan oleh pembatasan gerak, kehilangan koordinasi otot atau mungkin akibat otot kurang digunakan.

1.2 TUJUAN

Tujuan umum Asuhan Keperawatan yang berhubungan dengan upaya pemenuhan kebutuhan mobilitas adalah untuk mencapai tingkatan mobilitas maksimum dengan cara mempertahankan, menjaga atau meningkatkan tonus dan kekuatan otot, rentang gerakan, serta mencegah masalah-masalah akibat keadaan mobilitas serta memberikan rasa nyaman pada pasien.

Serta untuk memenuhi tugas tersetruktur mata ajar kuliah Kebutuhan Dasar Manusia II. Sebagai acuan dalam pembuatan Asuhan Keperawatan Selanjutnya.

BAB II

TINJAUAN TEORI KEPERAWATAN

2.1 PENGERTIAN

Fraktur adalah diskortinuitas struktural pada jenis tulang. Jenis-jenisnya adalah :

a) Fraktura tranversal adalah fraktura yang arahnya langsung melintasi tulang

b) Fraktura oblik (miring) adalah fraktur yang arahnya membentuk sudut yang melintas tulang yang bersangkutan dan sulit diatasi.

c) Fraktura spinal adalah fraktur yang diakibatkan karena terpilinnya ekstermitas fraktura.

d) Fraktura segmental adalah fraktura yang berdekatan yang mengsolasi segmen sentral dari suplai darah

e) Fraktura kelelahan adalah fraktur yang terjadi pada mereka yang baru saja meningkatkan kegiatan fisik mereka pada calon tentara waktu mendapat latihan dasar atau mereka yang baru saja ikut joging

f) Fraktura greenstick merupakan fraktur tidak sempurna yang terjadi pada anak-anak. Korteks sebagian tidak utuh lagi, demikian juga poriosteumnya. Fraktur ini mudah sembuh kembali.

g) Fraktur patologis terjadi melalui daerah-daerah tulang yang telah melemh akibat suatu tumor atau proses patologis lainnya.

h) Fraktur kompresi terjadi apabila permukaan tulang terdorong kearah permukaan tulang lain.

i) Fraktur ovulasi memisahkan fragmen-fragmen tulang pada insertiotendo atau ligamentum

2.2 ETIOLOGI

Penyebab dari fraktur femur adalah trauma pada femur karena kecelakaan sepeda motor.

2.3 PATOFISIOLOGI

kehilangan kendali

(kecelakaan sepeda motor

(tidak dapat menggerakkan kaki kanannya

(

(

(

patah tulang paha

bengkak

( (

mobilitas tungkai

lecet-lecet

kehilangan kendali

(kecelakaan sepeda motor

((

(

(patah tulang

bengkak

lecet

(

tidak dapat menggerakkan

kaki kanannya

(

imobilitas fisik (tungkai)

(

resiko tinggi trauma

Pohon masalah

patah tulang

(

(

(

nyeri

bengkakperubahan bentuk

usaha terapi

kaki (deformitas)

(manajemen)

(

(

(tulang paha tidakgerak sendi

fiksasi internal

dapat digerakkanterbatas

(

gangguan mobilitas

dipasang gip pada

fisik

femur

2.4 PENGKAJIAN

1. Identitas klien

Meliputi nama, umur, suku, status perkawinan, agama, pekerjaan, pendidikan, alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor telpon, dan orang yang dapat dihubungi.2. Riwayat keperawatan

a. keluhan utama

Pada keluhan utama meliputi keluhan atau gejala yang menyebabkn pasien berobat atau gejala saat awal dilakukan pengkajian pertama kali yang utama.

b. riwayat kesehatan sekarang

Meliputi faktor yang melatar belakangi atau hal-hal yang mempengaruhi atau mendahului keluhan, bagaimana sifat terjadinya gejala (mendadak, perlahan-lahan, terus-menerus), bagaimana berat ringannya keluhan dan perkembangannya (menetap, bertambah, atau berkurang) lamanya keluhan berlangsung atau mulai kapan serta upaya yang telah dilakukan

pengkajian untuk mengidentifikasi gejala-gejala gangguan sistem muskulo sekeletal.

( nyeri

( kekuatan sendi

( bengkak

( deformitas dan mobilitas

( perubahan sensori

c. riwayat kesehatan masa lalu

Meliputi riwayat atau pengalaman masa lalu tentang kesehatan atau penyakit yang pernah dialami atu riwayat msuk rumah sakit atau riwayat kecelakaan .

Riwayat pemakaian jenis obat, jumlah dosis dan pemakaiannya.

d. riwayat kesehatan keluarga

Bagaimana riwayat kesehatan atau keperawatan yang ada dan dimiliki oleh salah satu anggota keluarga, apakah ada yang menderita penyakit seperti yang dialami klien, atau mempunyai penyakit degeneratif lainnya.

e. riwayat sehari-hari

Pada klien dengan gangguan mobilitas (fraktur ), tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari secar normal antar lain pemenuhan kebutuhan eliminasi, personal higiene, istirahat tidur.

3. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dalam keperawatan digunakan untuk memperoleh data obyektif dari riwayat keperawatan klien. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilaksanakan bersamaan dengan wawancara. Fokus pengkajian fisik yang dilakukan perawat adalah pada kemampuan fungsional klien. Misalnya, pada klien dengan gangguan fraktur, maka perawat mengkaji apakah gangguan tersebut mempengaruhi klien dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari. Tujuan dari pengkajian fisik didalam keperawatan adalah untuk menentukan status kesehatan klien, mengidentifikasi masalah kesehatan, dan mengambil data dasar untuk menentukan rencana tindakan perawatan.

Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan sistem rord untuk mengukur kekuatan otot. Perkusi untuk mengetahui adanya cairan dalam rongga sendi, serta melakukan pemeriksaan pada panggul, tumit, lutut, dan kaki. 4. Pemeriksaan psikososial

Berdasarkan data riwayat keperawatan dan pemeriksaan fisik maka perawat dapat mengantisipasi masalah-masalah psikososial. Masalah-masalah yang dapat terjadi antara lain stress, ketakutan merasa tidak berdaya, terisolasi.

Pengkajian psikososial secara terus-menerus baik terhadap masalah yang terjadi atau yang diantisipasi adanya perubahan-perubahan psikososial yang dapat mempengaruhi proses penyembuhan.

5. Pemeriksaan penunjang

( Laboratorium

( Pemeriksaan Radiologi

( Rontgen

( Mylografi

(Computed Temography (CT)

( Biopsi tulang

( Elektromiografi (EMG)

( Arthroscopy

( Magnetik Resonance Imaging (MRI)

( Ultrasonografi

2.5 DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko tinggi terhadap trauma berhubungan dengan kehilangan integritas tulang (fraktur)

2. Nyeri berhubungan dengan gerakan fragmen tulang

3. Resiko tinggi terhadap disfungsi neurovaskuler berhubungan dengan edema berlebihan

4. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan imobilitas tungkai

5. resiko tinggi terhadap kerusakan jaringan berhubungan dengan fraktur terbuka

6. resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan kerusakan kulit.

2.6 RENCANA KEPERAWATAN

1. Kerusakan mobilitas fisik sehubungan dengan terapi restriktif

a. Kaji derajat imobilitas yang dihasilkan oleh cedera atau pengobatan dan perhatikan persepsi pasien terhadap imobilisasi

b. Instruksikan pasien untuk atau bantu dalam rentang geraknpasien atau aktif pada ekstremitas sakit dan tidak sakit

c. Dorong penggunaan latihan isometrik mulai dengan tungkai yang tidak sakit

d. Berikan papan kaki, beban pergelangan

e. Instruksikan dorong menggunakan trapeze dan pasca posisi untuk fraktur tungkai bawah

f. Berikan bantuan dalam mobilitas dengan kursi roda, kruk, tongkaat sesegera mungkin, intruksikan keamanan dalam menggunakan alat mobilitas

g. Awasi tekanan darah dengan melakukan aktivitas, perhatikan keluhan pusing

h. Lihat posisi secara periodik dan dorong untuk latihan batuk atau napas dalam

i. Konsul dengan ahli terapi fisik atau akupasi dan atau rehabilitasi spesialis

j. Rujuk ke perawat spesialis psikiatrik klinik atau ahli nterapi sesuai indikasi

2. Resiko tinggi terhadap trauma berhubungan dengan kehilangan integritas tulang :

a. pertahankan tirah baring atau ekstremitas sesuai indikasi berikan sokongan sendi diatas dan dibawah fraktur bila bergerak atau membalik

b. letakkan papan dibawah tempat tidur atau tempatkan posisi pasien pada tempat tidur ortopedik

c. sokong fraktur dengan bantal atau gulunganselimut, pertahankan posisi netral pada bagian yang sakit dengan bantal pasir pembebat, gulungan trokanter, papan kaki

d. pertahankan posisi atau integritas traksi (contoh buck, dunlop, pearson, russel)

e. pertahankan kontrol tidak terhambat dengan beban bebas menggantung. Hindari mengangkat atau menghilangkan berat.

f. Kaji ulang tahanan yang mungkin timbul karena terapi, contoh pergelangan tidak menekuk atau duduk dengan traksi buck atau tidak memutar dibawah pergelangan dengan traksi russell

g. Berikan atau pertahankan stimulasi listrik bila digunakan

BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 PENGKAJIAN

Tanggal masuk

: 20 Maret 2005

Pengkajian diambil tanggal : 23 Maret 2005

Pukul

: 08.00 WIB

Ruang/ kelas

: Mawar / I

No Kamar

: 14

Diagnosa masuk

: Fraktur femoralis

Dokter penanggung jawab: dr. Fani

No. Registrasi

: 001234

Format Pengkajian Data Keperawatan 1. BIODATA

Nama

: Sdr. N

Umur

: 20 tahun

Jenis kelamin

: Laki-laki

Agama

: Islam

Status perkawinan

: Sudah menikah

Suku bangsa

: Jawa Indonesia

Bahasa yang digunakan

: Indonesia

Pendidikan terakhir

: SLTP

Pekerjaan

: Pengawas Ban di pabrik Ban

Alamat yang mudah dihubungi: Jln. RA.Kartini 6 Blitar Tlp. (0342) 881176

Tanggal masuk Rumah Sakit

: 20 Maret 2005

Tanggal pengkajian

: 23 Maret 2005

2. DIAGNOSA MEDIS : Fraktur femoralis

3. KELUHAN UTAMA

: Keterbatasan mobilitas

Tidak dapat menggerakkan kaki sebelah kanan.

4. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANGPada tanggal 22 Maret 2005 klien mengalami kecelakaan sepeda motor, dengan luka lecet, bengkak dan fraktur pada punggung kaki kanannya. Klien masih sadar pada saat kejadian sampai dibawa ke Rumah Sakit

5. RIWAYAT KESEHATAN LALU

Sebelumnya klien tidak pernah mengalami kecelakaan ataupun trauma dan tidak mempunyai penyakit sebelumnya dan atau penyakit tulang.

6. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

Semua anggota keluarga klien tidak ada yang mempunyai riwayat fraktur seperti klien, dan anggota keluarga tidak ada yang menderita penyakit tulang seperti artritis, orteoporosis, skoliosis, lordosis, maupun kiposis.

7. RIWAYAT PSIKOSOSIAL

Klien menganggap kecelakaan ini merupakan sebuah musibah yang harus diterima. Klien yakin bhw sakitny pasti akan sembuh, klien mau berinterksi dengan perawat dan keluarga.

8. POLA AKTIVITAS SEHARI-HARI

a) Makan dan Minum.

Di rumah : makan tiga kali sehari dengan komposisi nasi, tempe tahu, daging dan sayuran. Minum air putih ( 5-7 gelas (@ 200 CC) perhari, setiap pgi minum kopi.

Di Rumah Sakit : Makan tiga kali sehari. Minum air putih 5-7 gelas (@ 200 CC)

b) Pola Eliminasi.

Di rumah : BAB 1kali/ hari dengan konsistensi padat dan warna kuning.

BAK 5-6 kali/hari

Di Rumah Sakit: Klien belum BAB,selama di RS satu kali sehari dengan dibantu

BAK ( 5-6 kali perhari

c) Pola Istirahat dan Tidur.

Di rumah

: Tidur 7-8 jam perhari, siang kadang-kadang tidur

Di Rumah Sakit: Dapat tidur ( 5-6 jam perhari

d) Pola Kebersihan Diri.

Di rumah

: mandi 2x/hari, ganti baju 2x/hari, gosok gigi 2x/ hari

Keramas 2x seminggu

Di Rumah Sakit: mandi 2x/hari dengan cara dilap, gosok gigi 2x sehari dengan cara dibantu, ganti baju 1x/hari dengan bantuan perawat atau keluarga pada pagi hari.

9. PEMERIKSAAN FISIK.

a) keadaan umum

Wajah pasien meringis kesakitan, ada luka lecet, bengkak pada kaki kanan dan ada luka pada kaki kanan.

b) tanda-tanda vital

Pad tanggal 23 Maret jam 08.30

TD: 130/80 mmHg

S: 36,8 C N : 80 x/menit

RR: 20 x/menit

c) antropometri

BB: 58 kg

TB: 168 cm

d) GCS

Tingkat kasadaran : kompos mentis

Eyes: 4

Movement: 4

Verbal: 5

e) pemeriksaan kepala dan leher

kepala simetris, rambut distribusi merata, warna hitam bersih. Tidak ada luka pada kepal, sklera warna putih, konjungtiva merah muda, wajah tidak ada luk, leher tidak ada pembesaran vena, jugularis tidak ada tanda-tanda trauma.

f) pemeriksaan integumen

kulit bersih, warna coklat tua, ada luka lecet pada telapak tangan kanan, lutut kanan, luka robek pada punggung kaki kanan dan luka lecet pada siku tangan kiri.

g) dada dan torak

tidak ada suara napas tambahan, suara nafas fesikuler, bentuk dada simetris, ada nyeri tekan pada dada. Perkusi sonor.

h) abdomen

bising usus 12 x permenit, perut bersih, perkusi timpani, tidak ada lesi

i) Genetalia

tidak ada lesi, tidak ada kelainan bentuk dan fungsi, keadaan bersih

j) ekstermitas

ekstermitas kiri atas terpasang infus, ekstermitas kanan atas ada luka lecet, ekstermitas kanan bawah luka lecet dan luka robek pada punggung kaki, ekstermitas kiri bawah bersih , tidak ada luka , kekuatan otot 4 5

0 5

10. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tanggal 23 Maret RO fraktur tranfersa pada bagian distal, tulang instertarsal pada kaki kanan dan femur kanan.

11. TERAPI OBAT

Pemberian cairan elektrolit melalui IV

Pemberian tetanus toksoid

Ampicillin