ASITES Blok Cairan

38
EDEMA dan EDEMA dan ASITES ASITES Linda Armelia Linda Armelia Bag. Penyakit Dalam Bag. Penyakit Dalam

Transcript of ASITES Blok Cairan

Page 1: ASITES Blok Cairan

EDEMA dan EDEMA dan ASITESASITES

Linda ArmeliaLinda Armelia

Bag. Penyakit DalamBag. Penyakit Dalam

Page 2: ASITES Blok Cairan

EDEMAEDEMA

Page 3: ASITES Blok Cairan

DefinisiDefinisi• Penimbunan cairan yang berlebihan di

antara sel-sel tubuh atau di dalam rongga tubuh

• Hukum Starling: Kecepatan dan arah perpindahan air dan zat terlarut antara kapiler dan jaringan dipengaruhi oleh perbedaan tekanan hidrostatik dan osmotik masing-masing kompartemen

• Tekanan osmotik: tek yg dihasilkan molekul protein plasma yg tdk permeabel melalui membran kapiler

Page 4: ASITES Blok Cairan

Vol cairan tubuh total = 40 L, 60 % BBVol cairan intraseluler = 25 L, 40 % BBVol cairan ekstraseluler = 15 L, 20 % BB• ekstravaskuler (interstitial) = 12 L, 80 %

dari volume ekstraseluler• intravaskuler (plasma) = 3 L, 20 % dari

volume ekstraseluler

Page 5: ASITES Blok Cairan

PATOFISIOLOGIPATOFISIOLOGI• Tekanan kapiler Starling ( mm Hg)• HPc = Tekanan hidrostatik kapiler = 35

OPc = Tekanan onkotik kapiler = 25 HPi = Tekanan hidrostatik interstitial = 0 OPi = Tekanan onkotik ruang interstitial = 1

• HPc dan OPi : • memindahkan cairan dari vaskuler • ke ekstravaskuler

• HPi dan OPc : • memindahkan cairan dari ekstra vaskuler • ke vaskuler

Edema : HPc + OPi > HPi + OPc

HPc

HPi OPi

OPc

Page 6: ASITES Blok Cairan

ETIOLOGI :ETIOLOGI :

1. Berkurangnya protein dari plasma – gangguan hati, gangguan ginjal, malnutrisi protein – tekanan onkotik kapiler (OPc) menurun

2. Meningkatnya tekanan hidrostatik kapiler – gagal jantung, kegagalan pompa vena : paralisis otot,

latihan, peningkatan curah jantung– tekanan hidrostatik kapiler (HPc) meningkat

3. Meningkatnya permeabilitas kapiler– respon inflamasi, trauma– peningkatan tekanan onkotik interstitial (OPi) dan

penurunan OPc4. Hambatan pembuluh limfatik

– filariasis limfatik, sumbatan kelenjar getah bening– peningkatan tekanan onkotik interstitial (OPi)

Page 7: ASITES Blok Cairan

KLASIFIKASI KLASIFIKASI

1.EDEMA LOKALISATA (EDEMA LOKAL)– terbatas pada organ atau pembuluh darah

tertentu– 1 ekstremitas (unilateral)►obstruksi pada vena

atau pembuluh limf, misalnya :• trombosis vena dalam• obstruksi oleh tumor• limfedema primer• edema stasis pada ekstremitas lumpuh

– 2 ekstremitas (bilateral), biasanya pada ekstremitas bawah :

• obstruksi vena cafa inferior• tekanan akibat asites masif atau massa intra abdomen

– muka (facial edema) : obstruksi pada vena cafa superior dan reaksi alergi (angioedema)

– asites (cairan di rongga peritoneal)– hidrotoraks (cairan di rongga pleura)

Page 8: ASITES Blok Cairan

KLASIFIKASIKLASIFIKASI2. EDEMA GENERALISATA (EDEMA UMUM)

– pembengkakan terjadi pada seluruh tubuh atau sebagian besar tubuh penderita

– pada ekstremitas bawah, terutama setelah berdiri lama dan disertai dengan edema pada paru ► kelainan jantung

– pada mata, terutama setelah bangun tidur ►kelainan ginjal dan gangguan ekskresi natrium

– asites, edema pada ekstremitas dan skrotum ►sirosis atau gagal jantung

Page 9: ASITES Blok Cairan

Edema pada Gagal Jantung KongestifEdema pada Gagal Jantung Kongestif

• Kegagalan pompa jantung darah terbendung di vena vol darah arteri berkurang SSS vasokonstriksi terutama ke otak, jantung dan paru vol darah arteri efektif berkurang ginjal akan menahan Na dan air

• Gagal jantung berat hiponatremia ADH pemekatan urin produksi urin berkurang

• ADH pusat haus pemasukan air

Page 10: ASITES Blok Cairan

Mekanisme edema pada gagal jantungMekanisme edema pada gagal jantung

Gagal jantung

High-output

Gagal jantung Low-output

Retensi vaskular perifer ↓ Curah jantung ↓

VDAE ↓

Pelepasan vasopresin ↑

SSS ↑ RAAS ↑

RETENSI Na DAN AIR OLEH GINJAL

Page 11: ASITES Blok Cairan

Edema pad Sind. NefrotikEdema pad Sind. Nefrotik• SN : kelainan glomerulus dg ciri adanya

proteinuria (35 g/hari), hipoproteinemia, edema dan hiperlipidemia

• Proteinuria hipoalbumin p↓ tek osmotik perpindahan cairan dari intravaskular ke interstitium edema

• penurunan volume darah efektif → retensi Na di ginjal

Page 12: ASITES Blok Cairan

Edema pada Sirosis hatiEdema pada Sirosis hati• Fibrosis hati luas dan pembentukan nodul• Fibrosis hati dan distorsi strk parenkim

hati p↑ tahanan sistem porta dan pintas portosistemik intra dan ekstra hati tahan perifer menurun m↑ tonus SS adrenergik aktivasi sistem vasokonstriktor dan anti diuresis yaitu RAS (retensi garam), SS (p↓ kec filtrasi glom dan m ↑ reab garam tub prox) dan ADH(retensi air)

Page 13: ASITES Blok Cairan

• hipertensi portal → peningkatan tahanan pembuluh darah intra hepatik → asites

• peningkatan tekanan intra abdomen dan penurunan kadar serum albumin → edema pada ekstremitas bawah

Page 14: ASITES Blok Cairan

Mekanisme edema pada SHMekanisme edema pada SH

Sirosis hepatis

Hipertensi portal Vasodilatasi splanik Hipoalbuminemia

VDAE m↓

Aktivasi baroreseptor arteri

p↓ aliran darah ginjal dan LFG

Stimulasi vasopresin

Stimulasi SSS

Aktivasi RAAS

RETENSI NATRIUM DAN AIR

Asites

Page 15: ASITES Blok Cairan

Contoh edema lainnyaContoh edema lainnyaGagal ginjal akut dan kronik :• penurunan filtrasi flomerulus• edema terjadi bila asupan Na melebihi

kemampuan ginjal untuk mengeluarkan Na

Hipoalbuminemia • kadar albumin < 2,5 g/dL → tekanan onkotik

menurun → edema• pada keadaan : defisiensi nutrisi (terutama

protein), nefrosis (sindroma nefrotik), penyakit hati kronik

Page 16: ASITES Blok Cairan

Penyebab lain (tapi kasusnya relatif jarang) :• Edema idiopatik : edema yang disertai dengan

peningkatan BB secara cepat dan berulang, biasanya terjadi pada wanita usia reproduktif

• Hipotiroid : merupakan miks-edema, di pre-tibial• Obat-obatan : steroid, estrogen, vasodilator• Kehamilan• Makan kembali setelah puasa

Page 17: ASITES Blok Cairan

PENATALAKSANAAN :PENATALAKSANAAN :

• Cari dan atasi penyebabnya• Tirah baring• Diet rendah Natrium : < 500 mg/hari• Stoking suportif dan elevasi kaki• Restriksi cairan : < 1500 ml/hari• Diuretik

a) pada gagal jantung :– hindari overdiuresis karena dapat menurunkan

curah jantung dan menyebabkan azotemia pre renal

– hindari diuretik yang bersifat hipokalemia karena dapat menyebabkan intoksikasi digitalis

Page 18: ASITES Blok Cairan

b) pada sirosis hati :– spironolakton dapat menyebabkan asidosis

dan hiperkalemia– dapat pula ditambahkan diuretik golongan

tiazid– deplesi volume yang berlebihan dapat

menyebabkan gagal ginjal, hiponatremia dan alkalosis

c) pada sindroma nefrotik :– pemberian albumin dibatasi hanya pada kasus

yang berat

Page 19: ASITES Blok Cairan

JENIS-JENIS OBAT DIURETIKJENIS-JENIS OBAT DIURETIK

1. Loop diuretik : dapat diberikan per oral atau intra vena

• Furosemid : - 40-120 mg (1-2 kali sehari)- masa kerja pendek, poten- efektif pada laju filtrasi glomerulus (LFG) yang rendah

• Bumetanide :- 0,5 – 2 mg (1-2 kali sehari)- digunakan bila alergi terhadap furosemid

• Asam etakrinat- 50-200 mg (1 kali sehari)- masa kerja panjang

Page 20: ASITES Blok Cairan

2. Bekerja di tubulus distal, tidak hemat kalium (menyebabkan hipokalemia)

• Hidroklorotiazide (HCT)- 25-200 mg (1 kali sehari)- bekerja bila LFG > 25 ml/menit

• Clortalidone- 100 mg (1 hari atau 2 hari sekali)- masa kerja panjang sampai 72 jam- bekerja bila LFG > 25 ml/menit

• Metolazone - masa kerja panjang- efektif pada LFG yang rendah

Page 21: ASITES Blok Cairan

3. Bekerja di tubulus distal, tapi hemat kalium• Spironolakton

- 25-100 mg (4 kali sehari)- dapat menyebabkan hiperkalemia, asidosis- blok aldosteron → ginekomastia, impotensi,

amenorea - onset 2-3 hari- jangan bersamaan dengan ACE-inhibitor dan K- sebaiknya tidak digunakan pada pasien GG

• Amiloride- 5-10 mg (1-2 kali sehari)- kurang poten dibanding spironolakton- dapat menyebabkan hiperkalemia

• Triamterene- 100 mg (2 kali sehari)- kurang poten dibanding spironolakton- ES : hiperkalemia dan pembentukan batu ginjal

Page 22: ASITES Blok Cairan

4. Bekerja di tubulus proksimalis– Asetazolamide (Diamoks)– Teofilin

• Diperantarai oleh cyclic adenosine monophosphat

Page 23: ASITES Blok Cairan

ASITESASITES

Page 24: ASITES Blok Cairan

DefinisiDefinisi• Penimbunan cairan secara abnormal

di rongga peritoneum• 2 mekanisme dasar:

– Transudasi – Eksudasi

Page 25: ASITES Blok Cairan

EtiologiEtiologi1. Penyakit hati kronik

– keadaan penyakit yang kronik atau subakut– penyebab yang paling sering adalah : sirosis, hepatitis

kronik, hepatitis alkohol yang berat (tanpa sirosis), dan obstruksi vena hepatika (sindroma Budd-Chiari).

2. Gagal jantung, perkarditis konstriktif, hipotiroid3. Sindroma nefrotik, gagal ginjal4. Hipoalbuminemia yang berat5. Gangguan intra abdomen : karsinomatosis,

peritonitis tuberkulosis, pankreatitis (asites pankreatik

Page 26: ASITES Blok Cairan

PatofisiologiPatofisiologi• Underfilling

– Vol cairan plasma ↓ akb HP dan hipoalbumin

– HP m↑ tek hid venosa + Hipoalb transudasi vol cair intravaskular ↓ reabsorpsi air dan garam oleh ginjal

• Overfilling– Ekspansi cairan plasma akb reabsorpsi air oleh

ginjal ADH m↑ dan natriuretik ↓

• Periferal vasodilation– HP faktor lokal– Ggn fungsi ginjal faktor sistemik

Page 27: ASITES Blok Cairan

• Vasodilatasi dan fibrotisasi sinusoid p↑ resistensi sistem porta HP + vasodilatasi splanchnic bed akb vasodilator endogen HP menetap m↑ tek transudasi di sinusoid dan kapiler usus rongga peritoneum

• Vasodilator endogen:– Glukagon– NO– Calcitonine gene related peptide (CGRP)– Endotelin– ANP– Polipeptida vasoaktif intestinal– Substansi P, prostaglandin– Enkefalin– TNF

Page 28: ASITES Blok Cairan

Patogenesis asitesPatogenesis asitesSirosis hati

Hipertensi porta

Vasodilatasi arteriola splanikus

Tek intrakapiler dan koefisien filtrasi ↑

P’btk cairan limfe > aliran balik

Terbentuk asites

Vol efektif darah arteri ↓

Aktivasi ADH, sistem simpatis, RAAS

Retensi air dan garam

Page 29: ASITES Blok Cairan

3 faktor yang mempengaruhi 3 faktor yang mempengaruhi terbentuknya asites :terbentuknya asites :

1. Tekanan koloid osmotik plasma– Faktor yang paling berperan pada sirosis

hati– Biasanya bergantung pada kadar

albumin– Hati terganggu fungsinya →

pembentukan albumin terganggu → [albumin] berkurang → tekanan koloid osmotik plasma ↓

– [albumin] < 3 g % → tanda kritis

Page 30: ASITES Blok Cairan

2. Tekanan vena porta– penderita sirosis dengan hipertensi

portal tidak selalu terjadi asites pada permulaannya

– bila terjadi perdarahan gastrointestinal → [protein plasma ] ↓ → tekanan koloid osmotik ↓ → asites

– bila [protein plasma ] kembali normal → asites akan menghilang meskipun hipertensi portal tetap ada

Page 31: ASITES Blok Cairan

3. Perubahan elektrolita) Retensi Natrium (Na)

– penderita sirosis hati tanpa asites mempunyai ekskresi Na yang normal

– bila tedapat asites → ekskresi Na < 5 meq/hari dan [Na] serum sedikit lebih rendah dari normal. Untuk mengembalikan cairan menjadi isotonis → terjadi retensi air → tekanan hidrostatik meningkat ↑ → asites

– hipertrofi juksta glomerulus → merangsang sistem RAA → produksi aldosteron ↑ → reabsorbsi Na ↑ (99,5 %) di tubulus distal

b) Retensi air– peningkatan absorbsi Na di tubulus proksimal → aktivitas

ADH ↑ → gangguan ekskresi air

c) Perubahan Kalium (K)– [K] umumnya normal atau sedikit berkurang– terganggunya sel untuk mempertahankan [K] di dlm sel

Page 32: ASITES Blok Cairan

KesimpulanKesimpulan• Mekanisme terjadinya asites pada sirosis hati

sangat kompleks, ada 2 faktor penting yang berperan, yaitu :

1. Terganggunya faal hati dalam pembentukan albumin → hipoalbuminemia → tekanan osmotik serum ↓

2. Peningkatan tekanan vena portal (hipertensi portal) → cairan dapat melalui membran peritoneal masuk ke dalam kavum peritoneal → pengurangan cairan di dalam tubuh → retensi air dan Na

Efek pada tubulus renalis bagian distal adalah kemungkinan melalui aldosteron, sedangkan mekanisme pada tubulus renalis bagian proksimal belum diketahui benar

Page 33: ASITES Blok Cairan

Gambaran klinisGambaran klinis• Asites dapat terjadi secara mendadak atau perlahan-lahan. • Secara mendadak ► pada keadaan fungsi hepatoseluler

yang terganggu : - perdarahan saluran cerna- infeksi- syok- alkohol

• secara perlahan-lahan : - karsinoma primer hati - sekunder : berasal dari karsinoma lain yang bermetastasis ke peritoneum ► mempunyai prognosis yang lebih buruk karena bukan disebabkan oleh faktor-faktor yang dapat diperbaiki

Page 34: ASITES Blok Cairan

Pemeriksaan fisikPemeriksaan fisik• Inspeksi:

– Bentuk perut seperti perut kodok, abdomen cembung dan sedikit tegang karena banyaknya udara di dalam intestine yang telah mengalami dilatasi, dan umbilikus menonjol keluar

– Tekanan cairan peritoneum pada vena kafa inferior → kolateral dari umbilikus ke sekelilingnya secara radier (caput medusae)

– Striae abdominalis yang berwarna putih karena adanya regangan pada dinding perut

– Hernia umbilikalis• Perkusi:

– Pekak samping meningkat– Shiffting dullness– Pudle sign

Page 35: ASITES Blok Cairan

• Efusi pleura kanan (6 %), karena adanya defek pada diafragma sehingga cairan asites dapat melalui kavum pleura

• Edema tibial, karena hipoalbuminemia• Perubahan sirkulasi : peningkatan tekanan

intra abdominal, tekanan intra pleural, vena kafa inferior dan vena hepatika

Page 36: ASITES Blok Cairan

Pemeriksaan penunjangPemeriksaan penunjang1. Analisa cairan asites• warna• kadar protein• glukosa• sitologi

2. Urin• jumlah • kadar Na urin : < 10 mEq/hari

3. USG

Page 37: ASITES Blok Cairan

Parasentesis diagnostikParasentesis diagnostik• Gambaran makroskopik• Gradien nilai albumin serum dan

asites tinggi bila nilainya > 1,1 gr/dl

• Hitung sel• Biakan kuman• Pemeriksaan sitologi

Page 38: ASITES Blok Cairan

PenatalaksanaanPenatalaksanaan1. Tirah baring2. Diet• diberikan diet rendah Natrium ± 0,5 gram/hari• restriksi cairan ± 1 liter/hari3. Diureti• Loop diuretik : furosemid• Diuretik hemat Kalium : Antagonis aldosteron

(Spironolactone)• Efek samping pemberian diuretik :

– hipokalemi → diberikan substitusi Kalium (KSR)– hiponatremia → diberikan manitol 10 % 2 L (IV) dan

restriksi cairan– hipokloremia alkalosis → diberikan substitusi Klorida– presipitasi koma hepatikum

4. Parasentesis5. Pengobatan terhadap penyakit dasar